Disusun oleh:
Pembimbing:
dr. Evi Fitriany, M. Kes
dr. Nata Siswanto
dr. Zulhijrian Noor
Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi
menahun. Gizi buruk menyebabkan 10,9 Juta kematian anak balita didunia setiap
tahun. Secara garis besar, dalam kondisi akut, gizi buruk bisa mengancam jiwa
karena berbagai disfungsi yang dialami. Ancaman yang timbul antara lain
hipotermi, hipoglikemi, dan kekurangan elektrolit dan cairan tubuh. Indeks
masalah gizi menurut WHO didasarkan pada masalah gizi buruk, wasting (kurus),
dan shunting (pendek) yang ditemukan pada wilayah survey.
Prevalensi gizi kurang di dunia 14,9% dan regional dengan prevalensi
tertinggi adalah Asia Tenggara sebesar 27,3% (WHO, 2010). Di Indonesia terjadi
perubahan terutama pada prevalensi gizi buruk yaitu dari 5,4% tahun 2007, 4,9 %
tahun 2010, dan 5,7 % pada tahun 2013. Ditahun 2007 dan tahun 2010 terjadi
penurunan anak yang mengalami gizi buruk sebesar 0,5% selama tiga tahun. Pada
Tahun 2013 terjadi peningkatan anak yang mengalami gizi buruk sebesar 0,8%
(RISKESDAS, 2013).
Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya gizi buruk, diantaranya
adalah status sosial ekonomi, ketidaktahuan ibu tentang pemberian gizi yang baik
untuk anak, dan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) (Kusriadi, 2010; Anwar.dkk,
2010). Sumber lain menyebutkan asupan makanan keluarga, faktor infeksi, dan
pendidikan ibu menjadi penyebab kasus gizi buruk (Razak dkk, 2011). Masalah
gizi anak usia sekolah disebabkan adanya ketidakseimbangan antara asupan
(intake dengan kebutuhan tubuh akan makanan dan pengaruh interaksi penyakit
(infeksi). Hasil Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2007 menyebutkan bahwa
masalah gizi pada anak usia sekolah yang utama hingga saat ini adalah Kurang
Energi Protein (KEP), Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), Kurang
Vitamin A, dan Anemia Defisiensi Besi (Depkes, 2008).
Pemberian makanan untuk pemulihan gizi kepada balita gizi buruk adalah
upaya mengatasi masalah gizi buruk dan gizi kurang pada balita. Penanggulangan
balita gizi buruk harus mendapatkan perawatan sesuai Tatalaksana Anak Gizi
Buruk. Atas latar belakang inilah penulis ingin mengangkat suatu kasus yang
penulis temukan di Puskesmas Lempake Samarinda untuk dijadikan sebagai kasus
kedokteran keluarga.
BAB II
LAPORAN KASUS
f) Keluhan Utama
Nyeri perut dan batuk-batuk
m) Riwayat Imunisasi
Menurut keterangan nenek pasien ang merawat sejak kecil, pasien
tidak pernah diimunisais.
Keterangan:
BB normal (Persentil50): 49 kg
TB normal (Persentil50): 160 cm
9
Status Gizi anak = BB sekarang / BB normal x 100%
= 21,5/49 x 100%
= 43,8% (Gizi Buruk)
Keterangan:
>120% : Kegemukan
≥110-120% : Gizi Lebih
≥90-110% : Gizi Baik
≥80-90% : Gizi Sedang
≥70-80% : Gizi Kurang
≤70% : Gizi Buruk
10
Thoraks
Pulmo
Inspeksi : Bentuk dada dan pergerakan nafas simetris, retraksi
suprasternal (-), retraksi interkostal (-)
Palpasi : Fremitus raba dextra=sinistra
Perkusi : Sonor di seluruh lapangan paru
Auskultasi : Suara nafas vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Cor
Inspeksi : Iktus kordis tampak
Palpasi : Iktus kordis teraba
Perkusi : Batas kanan sepanjangparasternal line dextra
Batas kiri pada ICS V midclavicular line sinistra
Auskultasi : S1S2 tunggal, reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Datar
Auskultasi : Bising usus (+) kesan normal
Perkusi : Timpani pada keempat kuadran abdomen
Palpasi : Soefl, organomegali (-), nyeri tekan epigastrium(+),
turgor kulit baik.
Ekstremitas
Superior : Akral hangat, CRT<2 detik, edema (-/-)
Inferior : Akral hangat, CRT<2 detik, edema (-/-)
11
Skoring TB
Kontak TB: Laporan keluarga ayah pasien yang serumah batuk batuk lama (2).
Uji tuberkulin: (belum dilakukan)
Berat badan/ keadaan gizi: Gizi buruk (2).
Demam yang tidak diketahui penyebabnya: Demam hilang timbul sejak 1 bulan
yang lalu (1).
Batuk kronik: Batuk-batuk sejak 1 bulan yang lalu (1).
Pembesaran KGB: -
Pembengkakan tulang/sendi: -
Foto toraks: (belum dilakukan)
Total skor: 6 (suspek TB)
2.4 Diagnosis
Gizi buruk + Suspek TB + Dispepsia
2.5 Penatalaksanaan
- Non medikamentosa
o Edukasi keluarga mengenai gizi buruk yang dialami pasien.
12
o Edukasi mengenai penatalaksaan gizi buruk, peran keluarga sangat
penting dalam penatalaksanaan gizi buruk terutama dalam
mengajarkan bagaimana memenuhi kebutuhan nutrisi anak
dirumah sehingga nutrisi anak terpenuhi.
o Edukasi mengenai pentingnya evalusi ke puskesman kembali
selama penatalaksanaan gizi butuk untuk mengetahui keberhasilan
dan kemajuan dari penatalaksaan yang telah dilakukan. Anak
dengan gizi buruk harus diperiksakan setiap minggu pada 3 bulan
pertama, dan 2 minggu sekali pada bulan ke 4 sampai bulan ke 6.
o Edukasi kepada keluarga apabila terjadi penurunan kesadaran,
mual, muntah dan diare pada pasien, pasien harus segera di bawa
ke puskesmas atau RS terdekat.
o Edukasi kepada keluarga pentingnya memberikan stimulasi
sensorik dan emosional kepada pasien berupa kasih sayang dan
lingkungan yang ceria bagi anak.
- Medikamentosa
Pro: An.I
Usia: 14 tahun
BB: 21,5kg
13
2.6 Prognosis
14
BAB III
ANALISIS KEDOKTERAN KELUARGA
Nama
Hub. Status Serumah
No Anggota Usia Pekerjaan
Keluarga Nikah
Keluarga Ya Tdk Kdg
15
3.3 Status Fisik, Sosial, Ekonomi, Keluarga dan Lingkungan
1 Luas tanah -
2 Luas bangunan 3 x 8 Meter
3 Pembagian ruangan Rumah adalah rumah
sewaan, dinding terbuat dari
beton, lantai terbuat dari
semen dengan alas 16lastik,
terdiri dari, 1 ruang tamu, 1
kamar tidur, 1 dapur yang
merangkap ruang makan,
dan 1 WC yang jadi satu
dengan kamar mandi.
Tempat mencuci baju,
piring dan tempat menjemur
baju menjadi satu tempat di
balakang rumah dan tidak
beratap.
4 Besarnya daya listrik 450watt
5 Tingkat pendapatan keluarga :
a. Pengeluaran rata-rata/bulan Tidak menentu, pasien dan
Bahan makanan : Beras, lauk, keluarganya lebih sering
sayur, air minum mendapatkan makanan dari
tetangga atau rumah
saudaranya yang
berdekatan.
Diluar bahan makanan : -
b. Penghasilan keluarga/bulan Tidak menetu tergantung
pendapatan kakek pasien.
(Rp. 0 – Rp. 50.000 / hari)
16
No Perilaku Kesehatan Keterangan
1 Aktivitas fisik
A. Pasien Aktifitas sehari-hari pasien
biasanya hanya bermain di
rumah bersama saudara atau
tetangganya karena pasien
tidak bersekolah. Sesekali
membantu pekerjaan ibunya
di rumah. Pasien tidur jam 9
malam dan bangun jam 7
pagi.
17
Terkadang bekerja di rumah
tetangga sebagai pembantu
rumah tangga.
No Lingkungan Keterangan
2 Fisik/Biologik
Perumahan dan fasilitas Kurang
Luas tanah -
Luas bangunan 4 x 8 meter
Jenis dinding terbanyak Beton
Jenis lantai terluas Semen
Sumber penerangan utama Lampu listrik
Sarana MCK WC dan kamar mandi
18
tergabung menjadi satu.
Terdapat tempat mencuci
piring dan termpat mencuci
pakaian yang terpisah
19
PENILAIAN APGAR KELUARGA
Hampir
Hampir Kadang
tidak
Kriteria Pernyataan Selalu Kadang
pernah
(2) (1)
(0)
Adaptasi Saya puas dengan keluarga
saya karena masing-masing √
anggota keluarga sudah
menjalankan peran sesuai
dengan seharusnya
Kemitraan Saya puas dengan keluarga √
saya karena dapat membantu
memberikan solusi terhadap
permasalahan yang dihadapi
20
Keterangan :
Total skor 8-10 = Fungsi keluarga sehat
Total skor 6-7 = Fungsi keluarga kurang sehat
Total skor ≤ 5 = Fungsi keluarga sakit
Kesimpulan :
Nilai skor keluarga ini adalah 7, artinya keluarga ini menunjukan fungsi keluarga
kurang seha
Jawaban
No Indikator Pertanyaan Keterangan
Ya Tdk
A. Perilaku Sehat
1 Tidak merokok
Tidak ada yang memiliki √ Kakek pasien merokok di
kebiasaan merokok? dalam rumah.
2 Persalinan
Dimana pasien bersalin? √ Pasien dilahirkan di bidan di
Sulawesi selatan.
3 Imunisasi
Apakah bayi ibu sudah √ Menurut keterangan nenek
diimunisasi lengkap? pasien, pasien tidak
diimunisais.
4 Balita ditimbang
Apakah balita ibu sering √ -
ditimbang?Dimana?
5 Sarapan pagi
Apakah seluruh anggota √ Pasien dan keluarganya tidak
21
keluarga memiliki kebiasaan memiliki kebiasaan sarapan
sarapan pagi? pagi sebelum memulai
aktivitas.
6 Dana sehat / Askes
Apakah pasien ikut menjadi √ -
peserta askes?
7 Cuci tangan
Apakah anggota keluarga √ Pasien dan keluarganya
mempunyai kebiasaan mencuci jarang mencuci tangan
tangan menggunakan sabun dengan sabun sebelum
sebelum makan dan sesudah makan dan sesudah BAB
buang air besar?
8 Sikat gigi
Apakah anggota keluarga √ Pasien dan keluarganya
memiliki kebiasaan gosok gigi selalu menggosok gigi
menggunakan pasta gigi? menggunakan pasta gigi 2
kali sehari yaitu setiap kali
mandi.
9 Aktivitas fisik/ Olahraga
Apakah anggota keluarga √ Pasien dan keluarganya tidak
melakukan aktivitas fisik atau pernah berolahraga secara
olah raga teratur? rutin.
B. Lingkungan Sehat
1 Jamban
Apakah dirumah tersedia √ Tersedia jamban jongkok di
jamban dan seluruh keluarga rumah dan sekeluarga
menggunakannya? menggunakannya.
2 Air bersih dan bebas jentik
Apakah dirumah tersedia air √ Di rumah menggunakan
bersih dengan tempat/tandon air sumber air berasal dari sumur
tidak ada jentik ? yang di pompa dan dialirkan
22
melalui keran air langsung ke
ember dan drum
penampuangan air.
3 Bebas sampah
Apakah dirumah tersedia tempat √ Tersedia tempat sampah di
sampah? Apakah di lingkungan rumah.
sekitar rumah tidak ada sampah
berserakan?
4 SPAL
Apakah ada/tersedia SPAL √ Limbah dari kloset dibuang
disekitar rumah? di septic tank. Air cucian
piring dan baju dibuang
melalui pipa ke selokan kecil
di belakang rumah pasien.
5 Ventilasi
Apakah ada pertukaran udara di √ Ventilasi di ruang tamu, dan
dalam rumah? dapur.
6 Kepadatan
Apakah ada kesesuaian luas √ Rumah tidak cukup untuk 6
rumah dengan jumlah anggota orang penghuni.
keluarga?
7 Lantai Seluruh lantai rumah terbuat
Apakah lantai bukan dari tanah? √ dari semen dan dilapisi
dialasi karpet plastik.
C. Indikator Tambahan
1 ASI Eksklusif
Apakah ada bayi usia 0-6 bulan √ Pasien diberikan ASI hinga
yang hanya mendapat ASI saja usia hingga 1 tahun.
sejak lahir sampai 6 bulan?
2 Konsumsi buah dan sayur
Apakah dalam 1 minggu √ Pasien dan keluarganya biasa
23
terakhir anggota keluarga mengkonsumsi sayuran,
mengkonsumsi buah dan sayur? namun jarang mengkonsumsi
buah-buahan.
Jumlah 9 9
Klasifikasi
SEHAT I : Dari 18 pertanyaan jawaban ”Ya” antara 1-5 pertanyaan (Merah)
SEHAT II : Dari 18 pertanyaan jawaban ”Ya” antara 6-10 pertanyaan (Kuning)
SEHAT III : Dari 18 pertanyaan jawaban ”Ya” antara 11-15pertanyaan (Hijau)
SEHAT IV : Dari 18 pertanyaan jawaban ”Ya” antara 16-18pertanyaan (Biru)
Kesimpulan
Dari 18 indikator yang ada, yang dapat dijawab ”Ya” ada 10 pertanyaan yang
berarti identifikasi keluarga dilihat dari Perilaku Hidup Bersih dan Sehat masuk
dalam klasifikasi SEHAT II.
24
RESUME FAKTOR RISIKO LINGKUNGAN KELUARGA
Faktor Risiko
25
5. Sebagian besar anggota keluarga pasien penyandang tunarungu dan
tunawicara sehingga membuat pasien sulit bersosialosasi dengan tetangga
sekitar dan berobat ke pusat kesehatan disaat sakit.
Status Lingkungan
1. Rumah tempat tinggal terlihat kurang bersih dan rapi, dengan ventilasi
jendela kecil di ruang tamu dan di dapur.
2. Ukuran luas rumah tidak memadai untuk menampung anggota keluarga.
3. Hubungan dengan tetangga baik, saling mengenal satu sama lain, namun sulit
untuk saling berkomunikasi verbal.
4. Tidak tersedia sumber air bersih dari PDAM, tersedai sarana pembuangan air
limbah.
Diagnosis Keluarga
Sebuah keluarga dengan kepala keluarga saat ini kakek pasien Tn. B yang
tinggal seruma bersama 1 anaknya (Ny.H) dan keempat cucunya (An. I, An. F,
An. E dan An. A). Pasien, ibu pasien serta saudara kedua dan ketiga pasien
merupakan penyandang tunarungu dan tunawicara. Pasien, An. I merupakan
pasien rawat jalan di Puskesmas Lempake yang didiagnosis dengan gizi buruk +
suspek TB + dispepsia. Secara umum keluarga ini memiliki kesadaran PHBS yang
kurang baik dan fungsi keluarga yang kurang sehat. Keluarga ini menempati
rumah yang kecil dan sebenarnya tidak cukup untuk menampung seluruh anggota
keluarga. Keluarga ini juga memiliki penerapan hygiene pribadi dan sanitasi
lingkungan yang kurang baik. Pengetahuan keluarga pasien mengenai status gizi
pasien yaitu gizi buruk dan keluhan lain yang dialami pasien masih kurang.
Pengetahuan kakek pasien akan bahaya merokok di dalam rumah masih kurang
sehingga masih sering merokok di dalam rumah.
26
RENCANA PENATALAKSANAAN MASALAH KESEHATAN
Masalah
No Penatalaksanaan
kesehatan
1. Pasien dengan Edukasi keluarga mengenai gizi buruk yang dialami pasien.
Gizi buruk + Edukasi mengenai penatalaksaan gizi buruk, peran keluarga
suspek TB sangat penting dalam penatalaksanaan gizi buruk terutama
dalam mengajarkan bagaimana memenuhi kebutuhan nutrisi
anak dirumah sehingga nutrisi anak terpenuhi.
Edukasi mengenai pentingnya evalusi ke puskesman kembali
selama penatalaksanaan gizi butuk untuk mengetahui
keberhasilan dan kemajuan dari penatalaksaan yang telah
dilakukan. Anak dengan gizi buruk harus diperiksakan setiap
minggu pada 3 bulan pertama, dan 2 minggu sekali pada bulan
ke 4 sampai bulan ke 6.
Edukasi kepada keluarga apabila terjadi penurunan kesadaran,
mual, muntah dan diare pada pasien, pasien harus segera di
bawa ke puskesmas atau RS terdekat.
Edukasi kepada keluarga pentingnya memberikan stimulasi
sensorik dan emosional kepada pasien berupa kasih sayang dan
lingkungan yang ceria bagi anak.
Edukasi keluarga pasien untuk tidak merokok di dalam rumah,
dan memeriksakan diri bila ada keluhan batuk-batuk yang
serupa seperti pasien.
Menjelaskan kepada keluarga pasien terkait kemungkinan sakit
TB pada pasien sehingga perlu dirujuk untuk dilakukan
pemeriksaan lain yang tidak dapat dilakukan di puskesmas
untuk menegakkan diagnosis TB.
Mengajarkan etika batuk kepada pasien dan keluarga.
2. Hygiene Edukasi pasien dan keluarga cara mencuci tangan yang baik
pribadi dan dan harus rajin mencuci makan sebelum makan dan sesudah
sanitasi BAB.
lingkungan
27
yang kurang Edukasi mengenai cara menangani air dari sumur pompa yang
baik keruh, seperti membuat saringan dari kain sehingga kotoran
tersaring sebelum air maruk ke ember dan drum penampungan
air.
Edukasi pasien dan keluarganya untuk rutin membuang
sampah setiap hari dan tidak ditumpuk dirumah serta rajin
memebersihkan selokan kecil di belakang rumah (tenpat
pembuangan air) agar tidak tersumbat.
3. Kesadaran Edukasi mengenai pentingnya untuk tidak merokok di dalam
PHBS yang rumah.
kurang baik Edukasi kepada keluarga pentingnya anak mendapatkan
dan fungsi imunisasi lengkap, dan anggota keluarga memeriksakan diri ke
keluarga yang puskesmas atau dokter jika mengalami keluhan.
kurang sehat Edukasi untuk melakukan kebiasaan mencuci tangan.
Edukasi pentingnya melakukan olahraga rutin, dan sarapan
pagi sebelum memulai aktifitas serta menyarankan pasien dan
keluarga untuk rutin dalam jadwal makan sehari-hari.
28
PERAWATAN MASALAH KESEHATAN KELUARGA
29
Masalah Tindakan Perawatan (Promotif, Preventif, Protektif)
Kesehatan Individu Keluarga Komunitas
Edukasi pentingnya cuci Edukasi pentingnya KIE/Penyuluhan
tangan sebelum makan dan cuci tangan sebelum mengenai
sesudah BAB. makan dan sesudah bagaimana
Edukasi menjaga BAB. menjaga hygiene
kebersihan rumah dan Membuat saringan pribadi dan
lingkungan sekitar air dari kain untuk sanitasi
Hygiene
pribadi dan menyaringan air lingkungan.
sanitasi sumur sebelum
lingkungan masuk ke
yang
penampungan.
kurang baik
Edukasi menjaga
kebersihan rumah
dan lingkungan
sekitar
30
SKORING KEMAMPUAN PENYELESAIAN MASALAH DALAM
KELUARGA
Fungsi Biologis
Pasien dengan 2 Edukasi keluarga mengenai gizi buruk yang dialami
tunarungu dan pasien.
tunawicara. Edukasi mengenai penatalaksaan gizi buruk dan
Pasien dengan peran keluarga sangat penting dalam
gizi buruk. penatalaksanaan gizi buruk.
Pasien tidak Edukasi kepada anggota keluarga untuk rutin
pernah di membawa pasien kembali ke puskesmas untuk
imunisasi. dievaluasi.
Edukasi kepada keluarga pentingnya memberikan
kasih sayang dan lingkungan yang ceria bagi anak.
Faktor Perilaku
Kesehatan
Keluarga
Pendapatan 4 Edukasi pentingnya cuci tangan sebelum makan dan
keluarga yang sesudah BAB.
sangat minim. Membuat saringan air dari kain untuk menyaringan
Hygiene pribadi air sumur sebelum masuk ke penampungan.
dan sanitasi Edukasi menjaga kebersihan rumah dan lingkungan
lingkungan sekitar.
yang kurang Edukasi mengenai pentingnya untuk tidak merokok
baik. di dalam rumah.
Penerapan dan Edukasi kepada keluarga pentingnya anak
pemahaman mendapatkan imunisasi lengkap, dan anggota
mengenai keluarga memeriksakan diri ke puskesmas atau
PHBS sangat dokter jika mengalami keluhan.
kurang. Edukasi pentingnya melakukan olahraga rutin, dan
sarapan pagi sebelum memulai aktifitas serta
31
menyarankan pasien dan keluarga untuk rutin dalam
jadwal makan sehari-hari.
Keterangan :
Skor 1 = Tidak dilakukan, keluarga menolak, tidak ada partisipasi
Skor 2 = Keluarga mau melakukan tapi tidak mampu, hanya ada
keinginan; penyelesaian masalah dilakukan sepenuhnya oleh
provider
Skor 3 = Keluarga mau melakukan namun perlu pengendalian sumber
yang belum dimanfaatkan; penyelesaian masalah dilakukan
sebagian oleh provider.
Skor 4 = Keluarga mau melakukan namun tak sepenuhnya; masih
tergantung pada upaya provider
Skor 5 = Dapat dilakukan sepenuhnya oleh keluarga
32
BAB IV
PEMBAHASAN
Kurang energi dan Protein (KEP) pada anak masih menjadi masalah gizi
dan kesehatan masyarakat di Indonesia. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun
2010, sebanyak 13,0% berstatus gizi kurang, diantaranya 4,9% berstatus gizi
buruk. Data yang sama menunjukkan 13,3% anak kurus, diantaranya 6,0% anak
sangat kurus dan 17,1% anak memiliki kategori sangat pendek. Keadaan ini
berpengaruh kepada masih tingginya angka kematian bayi. Menurut WHO lebih
dari 50% kematian bayi dan anak terkait dengan gizi kurang dan gizi buruk, oleh
karena itu masalah gizi perlu ditangani secara cepat dan tepat.
Salah satu cara untuk menanggulangi masalah gizi kurang dan gizi buruk
adalah dengan menjadikan tatalaksana gizi buruk sebagai upaya menangani setiap
kasus yang ditemukan. Pada saat ini seiring dengan perkembangan ilmu dan
teknologi tatalaksana gizi buruk menunjukkan bahwa kasus ini dapat ditangani
dengan dua pendekatan. Gizi buruk dengan komplikasi (anoreksia, pneumonia
berat, anemia berat, dehidrasi berat, demam tinggi dan penurunan kesadaran)
harus dirawat di rumah sakit, Puskesmas perawatan, Pusat Pemulihan Gizi (PPG)
atau Therapeutic Feeding Center (TFC), sedangkan gizi buruk tanpa komplikasi
dapat dilakukan secara rawat jalan.
33
Penanganan anak gizi buruk merupakan kegiatan yang terintegrasi dengan
sistem pelayanan kesehatan yang ada.
5. Penanganan anak gizi buruk melibatkan peran lintas sector terkait, LSM,
organisasi profesi dan tokoh masyarakat.
6. Pemantauan secara rutin.
Pemantauan pelaksanaan penanganan anak gizi buruk perlu dilakukan secara
terus menerus untuk menjamin kinerja pelayanan secara tepat dan efektif.
34
4.3 Waktu dan frekuansi penatalaksanaan
Pelayanan pemulihan anak gizi buruk dilaksanakan sampai dengan anak
berstatus gizi kurang (-2 SD sampai -3 SD). Pelayanan anak gizi buruk dilakukan
dengan frekuensi sebagai berikut:
• 3 bulan pertama, anak gizi buruk datang dan diperiksa setiap minggu
• Bulan ke 4 sampai ke 6, anak gizi buruk datang dan diperiksa setiap 2
minggu
Anak yang belum dapat mencapai status gizi kurang (-2 SD sampai -3 SD,
dan tidak ada edema) dalam waktu 6 bulan, dapat melanjutkan kembali proses
pemulihan, dengan ketentuan, jika:
• Masih berstatus gizi buruk, rujuk ke RS atau Puskesmas Perawatan atau
Pusat Pemulihan Gizi (PPG)
• Sudah berstatus gizi kurang, maka dilanjutkan dengan program pemberian
makanan tambahan dan konseling.
35
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI. 2008. Pedoman penyuluhan gizi dan kesehatan dalam
penatalaksanaan balita gizi buruk secara rawat jalan untuk Puskesmas.
Jakarta
Razak AA,Gunawan IMA, Budiningsari RD. 2009. Pola Asuh Ibu Sebagai Faktor
Risiko Kejadian Kurang Energi Protein (KEP) Pada Anak Balita. Jurnal
Gizi Klinik Indonesia.
36
Mandala of Health
GAYA HIDUP
- Kakek pasien merokok di dalam
rumah
PERILAKU KESEHATAN - Kebiasaa jadwal makan di keluarga
- Kurangnya pengetahuan keluarga pasien yang tidak teratur LINGK. PSIKO-SOSIO-EKONOMI
mengenai kecukupan gizi sehari -hari - Pendapatan keluarga yang minim
-Hygiene pribadi dan sanitasi - Sosialisasi antara keluarga dan tetangga
lingkungan yang kurang baik. FAMILY sekitar secara verbal yang sulit.
- Kurangnya pengetahuan dan penerapan - Kondisi keluarga yang sebagian besar
PHBS di keluarga.. PASIEN tunarungu dan tunawicara
37
DOKUMENTASI
39
Gambar4. Ruang Tidur Pasien
40