Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

GEOPOLITIK INDONESIA

KELOMPOK VII NIM

PEPI RAHMAYANI 4151121064

PIDAYANTI NASUTION 4152121036

NURHUDA SHADRIANI 4151121050

RINI AFRIDAMAYANTI SUPOMO 4153121053

RICAN FAHRI 4152121037

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2017/2018
KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang dalam kami sampaikan ke hadirat Tuhan Yang Maha Pemurah, karena
berkat kemurahanNya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai yang diharapkan, dalam
makalah ini kami membahas “GEOPOLITIK INDONESIA”.

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.
Jika ada suatu kesalahan atau kekurangan dalam isi makalah ini kami sebagai penulis
mengucapkan maaf yang sebesar-besarnya, dan tak lupa pula kritik dan sarannya agar makalah
ini lebih baik.

Akhir kata, terima kasih semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua yang
membacanya.

Medan, 18 Oktober 2017

Penulis
Kelompok VII

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................ i
DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
A . Latar Belakang ..................................................................................................... 1
B . Rumusan Masalah ..................................................................................................... 2
C . Tujuan .................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................. 3
A .Pengertian Geopolitik................................................................................................. 3
B .Teori Geopolitik ...................................................................................................... 3
C .Pengertian Wawasan Nusantara ............................................................................... 4
D. Kedudukan Dan Fungsi Wawasan Nusantara ........................................................... 4
E .Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Wawasan Nusantara ...................................... 5
F. Unsur-Unsur Dasar Wawasan Nusantara .............................................................. 7
G. Implementasi Wawasan Nusantara.............................................................................. 9
H. Hubungan Wawasan Nusantara Dengan Otonomi Daerah ....................................... 10
I .Hubungan Wawasan Nusantara Dengan Ketahanan Nasional..................................... 14
J. Tantangan Implementasi Wawasan Nusantara............................................................ 15
BAB III PENUTUP ..................................................................................................... 18
3.1 Kesimpulan .......................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sebagai Mahasiswa jurusan Ilmu Politik dan Ilmu Sosial, kita diharapkan mampu
memahami tentang Wawasan Nusantara dan Geopolitik Indonesia pada mata kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan. Dimana dalam aspek-aspek pembahasannya mengulas
mengenai pengertian geopolitik, teori-teori geopolitik, pengertian wawasan nusantara,
kedudukan dan fungsi wawasan nusantara, faktor-faktor yang memengaruhi wawasan
nusantara, serta tantangan terhadap implementasi wawasan nusantara.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas,dapat dirumuskan beberapa masalah yang akan
dibahas mdalam makalah ini:
1. Apa yang dimaksud dengan Wawasan Nusantara sebagai Geopilitik Indonesia?
2. Apa pengertian Wawasan Nusantara ?
3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi Wawasan Nusantara?
4. Apa saja unsur-unsur dari Wawasan Nusantara?
5. Bagaimana hubungan wawasan nusantara dengan Otonomi Daerah dan Ketahanan
Nasional?
6. Bagaimana Tantangan Implementasi Wawasan Nusantara?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Wawasan Nusantara sebagai Geopilitik Indonesia
2. Untuk mengetahui pengertian Wawasan Nusantara
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Wawasan Nusantara
4. Untuk mengetahui unsur-unsur dari Wawasan Nusantara
5. Untuk mengetahui hubungan wawasan nusantara dengan Otonomi Daerah dan
Ketahanan Nasional
6. Untuk mengetahui Tantangan Implementasi Wawasan Nusantara
8. Untuk dijadikan bahan diskusi mata kuliah Perkembangan Peserta Didik

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Geopolitik

Membicarakan pengertian geopolitik, tidak terlepas dari pembahasan mengenai


masalah geografi dan politik. “Geo” artinya Bumi/Planet Bumi. Dengan demikian
geografi bersangkut-paut dengan interelasi antara manusia dengan lingkungan tempat
hidupnya. Sedangkan politik, selalu berhubungan dengan kekuasaan atau pemerintahan.
Dari pengertian di atas, pengertian geopolitik dapat lebih disederhanakan lagi.
Geopolitik adalah suatu studi yang mengkaji masalah-masalah geografi, sejarah dan ilmu
sosial, dengan merujuk kepada peraturan politik internasional. Geopolitik mengkaji
makna strategis dan politis suatu wilayah geografi, yang mencakup lokasi, luas serta
sumber daya alam wilayah tersebut. Geopolitik mempunyai 4 unsur pembangun, yaitu
keadaan geografis, politik dan strategi, hubungan timbal balik antara geografi dan politik,
serta unsur kebijaksanaan.
Negara tidak akan pernah mencapai persamaan yang sempurna dalam segala hal.
Keadaan suatu negara akan selalu sejalan dengan kondisi dari kawasan geografis yang
mereka tempati. Hal yang paling utama dalam mempengaruhi keadaan suatu negara
adalah kawasan yang berada di sekitar negara itu sendiri, atau dengan kata lain, negara-
negara yang berada di sekitar (negara tetangga) memiliki pengaruh yang besar terhadap
penyelenggaraan suatu negara.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan, bahwa terdapat dua golongan negara, yaitu
golongan negara “determinis” dan golongan negara “posibilitis”. Negara determinis
adalah negara yang berada di antara dua negara raksasa/adikuasa, sehingga, secara
langsung maupun tidak langsung, terpengaruh oleh kebijakan politik luar negeri dua
negara raksasa itu.
Golongan negara yang kedua adalah golongan negara posibilitis. Golongan ini
merupakan kebalikan dari golongan determinis. Negara ini tidak mendapatkan dampak
yang terlalu besar dari keberadaan negara raksasa, karena letak geografisnya tidaklah
berdekatan dengan negara raksasa. Sehingga, faktor yang cukup dominan dalam
mempengaruhi keadaan negara ini adalah faktor-faktor seperti ideologi, politik, sosial

2
budaya dan militer, seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Tentunya, keberadaan
negara-negara lain di sekitar kawasan tersebut juga turut menjadi faktor yang
berpengaruh, hanya saja tidak terlalu dominan.

B. Teori Geopolitik

Istilah geopolitik awalnya sebagai ilmu bumi politik kemudian berkembang


menjadi pengetahuan tentang sesuatu yang berhubungan dengan konstelasi ciri khas
negara. Teori geopolitik kemudian berkembang menjadi konsepsi wawasan nasional.
Oleh karena itu, geopolitik selalu mengacu pada wawasan nasional.

1. Teori Geopolitik “Frederich Ratzel”

Bahwa Negara itu seperti organisme hidup. Negara identik dengan ruang yang
ditempati oleh sekelompok masyarakat.

2. Teori Geopolitik “Rudolf Kjellen”

Negara adalah satuan politik yang menyeluruh serta sebagai satuan biologis yang
memiliki intelektual. Dengan kekuatannya, ia mampu mengeksploitasi negara
“primitif” agar negaranya dapat swasembada.

3. Teori Geopolitik “Karl Haushofer”

Untuk menjadi jaya, suatu bangsa harus mampu menguasai benua-benua di dunia.
Ia berpendapat bahwa pada hakekatnya dunia dapat dibagi atas empat kawasan
benua (Pan Region) dan dipimpin oleh negara unggul.

4. Teori Geopolitik “Alfred Thayer Mahan”

Bahwa konsepsi geopolitik dapat dibentuk dengan memperhatikan serta


mempertahankan sumber daya laut, termasuk akses kelaut.

5. Teori Geopolitik “Guilio Douhet dan William Mitchel”

Kedua orang ini mencita-citakan berdinya Angkatan Udara. Dalam teorinya,


disebutkan bahwa kekuatan udara mampu beroperasi hingga belakang lawan, serta
kemenangan akhir ditentukan oleh kekuatan udara.

3
C. Pengertian Wawasan Nusantara

Apakah wawasan Nusantara itu? Secara konsepsional wawasan nusantara


(Wasantara) merupakan wawasan nasionalnya bangsa Indonesia. Perumusan wawasan
nasional bangsa Indonesia yang selanjtnya disebut Wawasan Nusantara itu merupakan
salah satu konsepsi politik dalam ketatanegaraan Republik Indonesia.
Sebagai Wawasan nasional dari bangsa Indonesia maka wilayah Indonesia yang
terdiri dari daratan, laut dan udara diatasnya dipandang sebagai ruang hidup (lebensraum)
yang satu atau utuh. Wawasan nusantara sebagai wawasan nasionalnya bangsa Indonesia
dibangun atas pandangan geopolitik bangsa. Pandangan bangsa Indonesia didasarkan
kepada konstelasi (keadaan) lingkungan tempat tinggalnya yang menghasilakan konsepsi
wawasan Nusantara. Jadi wawasan nusantara merupakan penerapan dari teori geopolitik
bangsa Indonesia.
Nusantara berasal dari kata nusa dan antara. Nusa artinya pulau atau kesatuan
kepulauan dan Antara artinya menunjukkan letak anatara dua unsur. Jadi, Nusantara
berarti kesatuan kepulauan yang terletak antara dua benua, yaitu benua Asia dan Australia
dan dua samudera, yaitu Samudera Hindia dan Pasifik. Berdasarkan pengertian modern,
kata “Nusantara” digunakan sebagai pengganti nama Indonesia.

D. Kedudukan dan Fungsi Wawasan Nusantara

Wawasan Nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan
lingkungannya sebagai negara kepulauan dengan semua aspek kehidupan yang beragam.
Atau cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya, dengan
mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah dalam
penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Cara pandang inilah yang menghasilkan wawasan nasional. Wawasan nasional itu
selanjutnya menjadi pandangan atau visi (sebagai pedoman, motivasi, dorongan, serta
rambu-rambu) bangsa dalam mencapai tujuannya.
Selain fungsi diatas, wawasan nusantara bertujuan mewujudkan nasionalisme
yang tinggi disegala aspek kehidupan rakyat Indonesia. Dimana kepentingan nasional
lebih diutamakan dari pada kepentingan individu, kelompok, golongan, suku bangsa atau
daerah yang kepentingan-kepentingan tesebut tetap dihormati, diakui dan dipenuhi
selama tidak bertentangan dengan kepentingan nasional.

4
E. Faktor-faktor yang Memengaruhi Wawasan Nusantara

1. Wilayah (Geografi)
a) Asas Kepulauan (Archipelagic Principle)
Kata Archipelago dan Archipelagic berasal dari kata italia Archipelagos.
Akar katanya adalah Archi berarti terpenting, terutama, dan Pelagos berarti
laut atau wilayah lautan. Jadi, Archipelago dapat diartikan sebagai wilayah
lautan terpenting dengan pulau-pulau didalamnya. Lahirnya asas Archipelago
mengandung pengertian bahwa pulau-pulau tersebut selalu dalam kesatuan
utuh, sementara tempat unsur perairan atau lautan antara pulau-pulau
berfungsi sebagai unsur penghubung dan bukan unsur pemisah.
b) Kepulauan Indonesia
Bagian wilayah Indische Archipel yang dikuasai Belanda dinamakan
Nederlandsch Oost Indishe Archipelago. Itulah wilayah jajahan Belanda yang
kemudian menjadi wilayah negara Republik Indonesia. Bangsa Indonesia
sangat mencintai nama ‘Indonesia’ meskipun bukan dari bahasanya sendiri.
Dalam bahasa Yunani “Indo” berarti India dan “nesos” berarti pulau. Sebutan
“Indonesia” merupakan ciptaan ilmuan J.R. Logan dalam Journal of the
Indian Archipelago and East Asia (1850). Kemudian sejak proklamasi
kemerdekaan RI 17 Agustus 1945, Indonesia menjadi nama resmi negara dan
bangsa Indonesia sampai sekarang.
c) Konsepsi tentang Wilayah Lautan
Dalam perkembangan hukum laut internasional dikenal beberapa mengenai
pemilikan dan penggunaan wilayah laut sebagai berikut :
1) Res Nullius, menyatakan bahwa laut itu tidak ada yang memilikinya.
2) Res Cimmunis, menyatakan bahwa laut adalah milik masyarakat
dunia karena itu tidak dapat dimiliki oleh masing-masing negara.
3) Mare Liberum, menyatakan bahwa wilayah laut adalah bebas untuk
semua bangsa.
4) Mare Clausum ( The Right and Dominion Of the Sea), menyatakan
bahwa laut sepanjang laut saja yang dapat dimiliki oleh suatu negara
sejauh yang dapat dikuasai dari darat (waktu itu kira- kira 3 mil).
5) Archipelagic State Pinciples (asas Negara Kepulauan) yang
menjadikan dasar dalam Konvensi PBB tentang hukum laut.

5
d) Karakteristik Wilayah Nusantara
Nusantara berarti Kepulauan Indonesia yang terletak di antara benua Asia dan
benua Australia dan diantara samudra Pasifik dan samudra Indonesia, yang
terdiri dari 17.508 pulau besar maupu kecil. Jumlah pulau yang sudah
memiliki nama adalah 6.044 buah. Kepulauan Indonesia terletak pada batas-
batas astronomi sebagai berikut :
Utara : ± 6° 08’ LU
Selatan : ± 11° 15’ LS
Barat : ± 94° 45’ BT
Timur : ± 141° 05’BT
Jarak utara – selatan sekitar 1.888 Kilometer, sedangakan jarak barat – timur
sekitar 5.110 Kilometer. Luas wilayah Indonesia seluruhnya adalah 5.193.250
km2,yang terdiri dari daratan seluas 2.027.087 km2 dan perairan 1273.166.163
km2. Luas wilayah daratan Indonesia jika dibandingkan dengan negara –
negara Asia Tenggara merupakan yang terluas.

2. Geostrategi
Strategi adalah politik dalam pelaksanaan, yaitu upaya bagaimana mencapai
tujuan atau sasaran yang ditetapkan sesuai dengan keinginan politik.Strategi juga
dapat merupakan ilmu, yang langkah – langkahnya selalu berkaitan dengan data
dan fakta yang ada. Sebagai contoh pertimbangan geostrategis untuk negara dan
bangsa Indonesia adalah kennyataan posisi silang Indonesia dari berbagai aspek,
di samping aspek geografi juga aspek – aspek demografi, ideologi, politik,
ekonomi, sosial budaya dan Hankam.

3. Perkembangan Wilayah Indonesia dan Dasar Hukumnya


a) Sejak 17 – 8 – 1945 sampai dengan 13 – 12 – 1957
Wilayah nagara Republik Indonesia ketika merdeka meliputi wilayah bekas
Hindia Belanda berdasarkan ketentuan dalam “ Trritoriale Zee en Maritieme
Kringen Ordonantie” tahun 1939 tentang batas wilayah laut toritorial
Indonesia.

6
b) Dari Deklarasi Juanda (13 – 12 – 1957) sampai dengan 17 – 2 – 1969
Pada tanggal 13 Desember 1957 dikeluarkan deklarasi Juanda yang
dinyatakan sebagai pengganti Ordonasi tahun 1939 dengan tujuan sebagai
berikut :
1) Perwujudan bentuk wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
yang utuh dan bulat.
2) Penentuan batas – batas wilayah Negara Indonesai di sesuaikan
dengan asas negara kepulauan (Archipelagic State Principles).
3) Pengaturan lalu lintas damai pelayaran yang lebih menjamin
keselamatan dan keamanan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Deklarsi Juanda kemudian dikukuhkan dengan Undang – undang


No. 4/Prp/1960 tanggal 18 Februari 1960. Tentang perairan
Indonesia.Sejak itu terjadi perubahan bentuk wilayah nasional dan
cara perhitungannya.
c) Dari 17 – 2 – 1969 ( Deklarasi Landas Kontinen ) sampai sekarang
Deklarasi tentang landas kontinen negara RI merupakan konsep poliltik
yang berdasarkan konsep wilayah. Deklarasi ini dipandang pula sebagai
upaya untuk mengeshkan Wawasan Nusantara.Disamping dipandang pula
sebagai upaya untuk mewujudkan pasal 33 ayat 3 UUD 1945.
Konsekuensinya bahwa sumber kekayaan alam dalam landasan kontinen
Indonesia adalah milik eksklusif negara RI.

F.Unsur – Unsur Dasar Wawasan Nusantara

1.Wawasan Nusantara Sebagai Wadah Meliputi Tiga Komponen

a) Batas ruang lingkup wilayah nusantara di tentukan olleh lautan yang di


dalamnya perairan,baik laut maupun selat serta dirgantara di atasnya yang
merupakan satu kesatuan ruang wilayah. Oleh karena itu nusantara di batasi oleh
lautan dan daratan serta dihubungkan oleh perairan dalamnya sedangkan secara
vertical ia merupakan satu bentuk kerucut terbuka ke atas dengan titik puncak
kerucut di pusat bumi. Letak geografis Negara berada di posisi dunia antara dua
samudra yaitu samudra pasifik dan samudra hindia dan antara dua benua yaitu
benua Asia dan Australia. Letak geografis ini berpengaruh besar terhadap aspek‐

7
aspek kehidupan nasional Indonesia, perwujudan wilayah nusantara ini menyatu
dalam kesatuan politik, ekonomi, social budaya dan pertahanan keamanan.

b) Bagi Indonesia Negara didasarkan pada UUD 1945 yang menyangkut bentuk
dan kedaulatan Negara, kekuasaan pemerintah, system pemerintah dan
perwakilan. Negara Indonesia adalah Negara Negara kesatuan yang berbentuk
republik. Kedaulatan berada di tangan rakyat yang dilaksanakan sepenuhnya
oleh Majelis Permusyarawatan Rakyat (MPR). Sistem pemerintahan menganut
system prisidensial. Presiden memegang kekuasaan pemerintahan berdasarkan
UUD 1945. Indonesia adalah Negara hukum (Rights State) bukan Negara
kekuasaan (Richts State), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mempunyai
kedudukan kuat yang tidak dapat dibubarkan oleh Presiden.
c) Wujud tata kelengkapan organisasi adalah kesadaran politik dan kesadaran
bernegara yang harus dimiliki oleh seluruh rakyat yang mencakup partai
politik, golongan dan organisasi masyarakat, kalangan pers serta seluruh aparat
Negara.
2.Isi Wawasan Nusantara
Isi wawasan nusantara tercermin dalam prespektif kehidupan manusia Indonesia dalam
eksistensinya yang meliputi cita-cita bangsa dan asas menunggal terpadu.

a. Cita‐cita bangsa Indonesia tertuang dalam pembukaan UUD 1945 yang menyebutkan

1. Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.

2. Rakyat Indonesia yang berkehidupan kebangsaan yang bebas

3. Pemerintah Negara Indonesia melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh


tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahtraan umum,mencerdaskan
kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan social.

b. Asas keterpaduan semua aspek kehidupan nasional berciri menunggal, utuh


menyeluruh yang meliputi :

1. Satu kesatuan wilayah nusantara yang mencakup daratan perairan dan dirgantara secara
terpadu.

8
2. Satu kesatuan politik, dalam arti satu Undang‐Undang Dasar dan politik
pelaksanaannya serta ideologi dan identitas nasional.

3. Satu kesatuan sosial budaya dalam arti perwujudan masyarakat Indonesia atas dasar
Bhineka Tunggal Ika, satu tertib sosial, dan satu tertib hukum.

4. Satu kesatuan ekonomi berdasarkan asas usaha bersama dan asas kekeluargaan dalam
satu sistem ekonomi kerakyatan.

5. Satu kesatuan pertahanan dan keamanan dalam satu sistem terpadu yaitu sistem
pertahanan rakyat semesta atau (Sishankamrata)

6. Satu kesatuan kebijakan nasional dalam arti pemerataan, pembangunan dan hasil‐
hasilnya yang mencakup aspek kehidupan nasional.

d) Zona Ekonomi Ekslusif ( ZEE )


Pengumuman Pemerintah negara tentang Zona Ekonomi Ekslusif terjadi pada 21 Maret
1980. Batas ZEE adalah selebar 200 yang dihitung dari garis dasar laut wilayah
Indonesia.Alasan – alasan Pemerintah mengumumkan ZEE adalah :
1) Persediaan ikan yang semakin terbatas.
2) Kebutuhan untuk pembangunan nasional Indonesia.
3) ZEE mempunyai kekuatan hukum internasional.

G.Implementasi Wawasan Nusantara

Beberapa implementasi wawasan nusantara kehidupan politik, ekonomi, sosial,


budaya, dan pertahan keamanan (poleksosbud) Negara kesatuan repblik Indonesia antara
lain :

1. Implementasi wawasan nusantara dalam kehidupan politik, akan menciptakan


iklim penyelenggara negara yang sehat dan dinamis.

2. Implementasi wawasan nusantara dalam kehidupan ekonomi, akan


menciptakan tatanan ekonomi yang benar-benar menjamin pemenuhan dan
peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara adil dan merata.

9
3. Implementasi wawasan nusantara dalam kehidupan sosial budaya, akan
menciptakan sikap batiniah dan lahiriah yang mengakui,menerima dan
menghormati segala bentuk perbedaan atau keBhinekaan sebagai kenyataan
hidup sekaligus karunia Sang Pencipta.

4. Implementasi wawasan nusantara dalam kehidupan hankam, akan


menumbuh-kembang kan kesadaran cinta tanah air dan bangsa yang lebih
lanjut akan membentuk sikap bela negara pada setiap warga negara Indonesia.

H.Hubungan Wawasan Nusantara dengan Otonomi Daerah

Wawasan Nusantara menghendaki adanya persatuan bangsa dan keutuhan


wilayah nasional. Pandangan untuk tahap perlunya persatuan bangsa dan keutuhan
wilayah ini merupakan modal berharga dalam melaksanakan pembangunan.
Wawasan nusantara juga mengajarkan perlunya kesatuan sistem politik, sistem
ekonomi, sistem sosial, sistem budaya, dan sistem pertahanan keamanan dalam
lingkup negara nasional Indonesia. Cerminan dari semangat persatuan itu
diwujudkan dalam bentuk negara kesatuan. Namun demikian semangat perlunya
kesatuan dalam berbagai aspek kehidupan itu jangan sampai menimbulkan negara
kekuasaan. Negara menguasai segala aspek kehidupan bermasyarakat termasuk
menguasai hak dan kewenangan yang ada di daerah-daerah di Indonesia. Tiap-tiap
daerah sebagai wilayah (ruang hidup) hendaknya diberi kewenangan mengatur dan
mengelola sendiri urusannya dalam rangaka mendapatkan keadilan dan
kemakmuran. Oleh karena itulah, dalam menyelenggarakan pemerintahannya
Negara Kesatuan Republik Indonesia menganut asas desentralisasi, bukan
sentralisasi. Desentralisasi artinya, penyerahan urusan pemerintah dari atas kepada
pemerintah di bawahnya untuk menjadi urusan rumah tangganya. Negara Kesatuan
dengan sistem desentralisasi dalam penyelenggaran pemerintahan memberikan
kesempatan dan keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan kekuasaan.
Kekuasaan terbagi antara pemerintah pusat dan daerah. Daerah memiliki hak
otonomi untuk menyelenggarakan kekuasan. Desentralisasi inilah yang
menghasilkan otonomi daerah di Indonesia.
Otonomi daerah memberikan keleluasaan pada daerah untuk mengelola
dan mendapatkan potensi sumber-sumber daya alamnya sesuai dengan proporsi daya
dukung yang dimiliki oleh daerahnya. Dengan demikian, tidak ada kecemburuan dan

10
ketidakadilan yang terjadi antara pemerintah pusat dengan daerah. Sedangkan
Wawasan Nusantara menghendaki adanya persatuan bangsa dan keutuhan wilayah
nasional. Pandangan untuk tetap perlunya persatuan bangsa dan keutuhan wilayah ini
merupakan modal berharga dalam melaksanakan pembangunan. Wawasan Nusantara
juga mengajarkan perlunya kesatuan sistem politik, sistem ekonomi, sistem sosial,
sistem budaya, dan sistem pertahanan – keamanan dalam lingkup negara nasional
Indonesia.

Adapun masalah – masalah yang ditimbulkan dari adanya otonomi daerah ini, antara
lain :
 Pembagian Urusan
Contoh permasalahan yaitu dalam pembuatan kebijikan pusat untuk
daerah (FTZ). Permasalahan yang paling sering dialami oleh daerah adalah
banyaknya aturan yang saling tumpang tindih antara pusat dan daerah.
Akibatnya banyak aturan pusat yang akhirnya tidak bisa diterapkan di
daerah. Salah satu sebab itu adalah pusat tidak memahami keadaan yang
terkini yang dialami daerah. Kondisi inilah yang diduga menjadi kendala
utama belum maksimalnya pelaksanaan Free Trade Zone (FTZ) di Kepri
ini. Daerah selalu menunggu aturan dari pusat atau kebijakan dari pusat
sehingga setelah ditunggu ternyata hasilnya selalu tidak sesuai dengan apa
yang diharapkan. Seharusnya hal tersebut dapat diatasi apabila pembagian
urusan antara daerah dan pusat tidak tumpang tindih. Artinya, dalam
pengusulan suatu konsep aturan daerah harus terlibat langsung. Atau
dengan kata lain sebelum pemerintah pusat membuat aturan, daerah
memiliki tugas seperti mengajukan konsep awal yang tidak bertentangan
dengan aturan yang ada di daerah. Sehingga pemerintah pusat dalam
menyusun aturan, memiliki landasan yang kuat mengacu pada konsep
daerah. Bila perlu pemerintah pusat hanya memiliki tugas sebagai
pemeriksa dan menyetujui konsep yang diusul oleh daerah.
 Pelayanan Masyarakat
Pada umumnya, Sumber Daya Manusia pada pemerintah daerah memiliki
sumber informasi dan pengetahuan yang lebih terbatas dibandingkan
dengan sumber daya pada Pemerintah Pusat. Hal ini mungkin diakibatkan
oleh sistem kepegawaian yang masih tersentralisasi sehingga Pemerintah

11
Daerah memiliki keterbatasan wewenang dalam mengelola Sumber Daya
Manusianya sesuai dengan kriteria dan karakteristik yang dibutuhkan oleh
suatu daerah. Sehingga pelayanan yang diberikan hanya standar minimum.

 Lemahnya Koordinasi Antarsektor dan Daerah

Koordinasi antarsektor tidak hanya menyangkut kesepakatan dalam suatu


kerja bersama yang operasional sifatnya tetapi juga koordinasi dalam
pembuatan aturan. Dua hal ini memang tidak serta merta menjamin terjadinya
sinkronisasi antar berbagai lembaga yang memproduksi peraturan dan
kebijakan tetapi secara normatif koordinasi dalam penyusunan peraturan
perundangan akan menghasilkan peraturan perundang-undangan yang
sistematis dan tidak bertubrukan satu sama lain. Walaupun Kepala Daerah
dalam kedudukan sebagai Badan Eksekutif Daerah bertanggung jawab kepada
DPRD, namun DPRD sebagai Badan Legislatif Daerah tetap merupakan
partner (mitra) dari dan berkedudukan sejajar dengan Pemerintah Daerah atau
Kepala Daerah. Masalah seperti ini pun sangat terasa di Pusat. Kesan
memposisikan diri lebih kuat, lebih tinggi dari yang lainnya yang kadang-
kadang disaksikan oleh masyarakat luas. Ada tiga hal yang perlu disadari dan
disamakan oleh legislatif dan eksekutif dalam menyikapi berbagai perbedaan
yaitu pola pikir, pola sikap dan pola tindak. Pola pikir yang harus sama adalah,
kita sadar terhadap apa yang harus kita pertahankan, kita upayakan, yaitu
integritas dan identitas bangsa serta berbagai upaya untuk memajukan dan
mencapai tujuan bangsa. Pola sikap yaitu, bahwa setiap elemen bangsa
mempunyai kemampuan dan kontribusi seberapapun kecilnya. Dan pola
tindak yang komprehensif, terkordinasi dan terkomunikasikan.

 Pembagian Pendapatan
UU 25/1999 pada dasarnya menganut paradigma baru, yaitu berbeda dengan
paradigma lama, maka seharusnya setiap kewenangan diikuti dengan
pembiayaannya, sesuai dengan bunyi pasal 8 UU 22/1999. Pada saat
sekarang ini, banyak daerah yang mengeluh tentang tidak proporsionalnya
jumlah Dana Alokasi Umum (DAU) yang diterima, baik oleh Daerah Propinsi
maupun Daerah Kabupaten/Kota. Banyak daerah yang DAU-nya hanya
cukup untuk membayar gaji pegawai daerah dan pegawai eks kanwil,

12
Kandep/Instansi vertikal di daerah. Disamping itu, kriteria penentuan bobot
setiap daerah dirasakan oleh banyak daerah kurang transparan. Kriteria
potensi daerah dan kebutuhan daerah tampaknya kurang representatif secara
langsung terhadap pembiayaan daerah. Dengan demikian perhitungan DAU
yang transparan sebagaimana diatur dalam pasal 7 UU 25/1999 jo PP
104/2000 tentang perimbangan keuangan terutama pasal – pasal yang
menyangkut perhitungan DAU dan faktor penyeimbangan, kiranya perlu
ditata kembali. Kemudian, pembagian bagi hasil Sumber Daya Alam (SDA)
dirasakan kurang mengikuti prinsip – prinsip pembiayaan yang layak yang
sejalan dengan pemberian kewenangan Kepala Daerah Propinsi dan Daerah
Kabupaten/Kota. Seperti halnya dalam paradigma lama, melalui paradigma
baru pun bagian daerah selalu jauh dari Sumber Daya Alam yang kurang
potensial (seperti : perkebunan, kehutanan, pertambangan umum dan
sebagainya), sedangkan disektor minyak dan gas alam, hanya mendapat porsi
kecil. Bagian bagi hasil di bidang ini perlu diperbesar, sehingga daerah
penghasil mendapat bagian yang proporsional sebanding dengan kerusakan
lingkungan yang diakibatkan oleh eksplorasi dan eksploitasi SDA tersebut.
 Anatisme Daerah (Ego Kedaerahan)
Sifat seperti ini sangat tidak baik jika ada disuatu wilayah/daerah atau
dimanapun, karena hal ini dapat menimbulkan kesenjangan atau
kecemburuan terhadap daerah – daerah lain. Contoh pemasalahannya
kejadian yang terjadi di daerah kabupaten Anambas dalam penerimaan
CPNS. Bagi pelamar CPNS minimal mempunyai 1 ijazah yang dikeluarkan
oleh disdik kabupaten. Anambas baik SD, SMP, dan SMA. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa terlalu egoisnya suatu daerah yang mengutamakan putra
daerah untuk dapat menjadi CPNS dalam mengembangkan daerahnya sendiri
sehingga untuk warga daerah lain tidak diberikan peluang untuk menjadi
CPNS dan hal ini juga dapat menimbulkan kerugian bagi warga Anambas
karena dapat mengurangi pendapatan mereka ( yang berjualan atau yang
membuka tempat – tempat kos ). Solusinya sebaiknya dalam hal ini daerah
Anambas tidak terlalu egois dalam penerimaan CPNS ini. Sehingga warga
lain yang bukan berasal dari Anambas dapat bekerja dan dan bersaing demi
memajukan daerah tersebut dan membuka peluang bagi siapapun yang
memiliki kemampuan dan skill serta pengetahuan mereka dalam

13
berkompetensi untuk bersaing demi kebaikan dan memajukan daerah
tersebut. Hal ini juga dapat meningkatkan pendapatan untuk penghasilan bagi
warga yang memiliki mata pencarian sebagai pedagang dan yang memiliki
rumah – rumah kos. Jika dibandingkan dengan adanya fanatisme.
 Disintegrasi
Hal ini dapat menimbulkan perpecahan atau terganggunya stabilitas
keamanan nasional dalam penyelenggaraan sebuah negara. Hal ini dapat
disebabkan olek ke egoisan suatu kelompok masyarakat atau daerah dalam
mempertahankan suatu pendapat yang memiliki unsur kepentingan –
kepentingan kelompok satu dengan yang lain. Yang dapat merugikan atau
kecemburuan terhadap kelompok – kelompok yang lain untuk mendapatkan
hak yang sama sehingga dapat memecahkan rasa persatuan dan kesatuan kita
dan dapat menimbulkan berbagai pertikaian dalam sebuah negara atau daerah
tersebut. Contohnya : GAM, RMS, dan lain-lain. Solusinya sebaiknya kita
sebagai warga negara yang baik harusnya tidak egois dalam mempertahankan
suatu hak atau pendapat antara kelompok yang 1 dengan yang lain yang dapat
menimbulkan pertikaian dan mengganggu keamanan didaerah tersebut.
Namun kita harus bersatu demi memajukan daerah atau negara yang kita
cintai.

I.Hubungan Wawasan Nusantara dengan Ketahanan Nasional


Diantara kedua hal tersebut terdapat suatu keterkaitan antara satu dengan yang
lain. Wawasan nusantara yang merupakan suatu kesamaan pandangan suatu bangsa
mengenai diri dan lingkungannya yang menjadi dasar pemikiran seluruh warga Negara
Indonesia, tujuannya adalah agar dapat terbentuk ketahanan nasional yang kuat pada
bangsa tersebut yang didasari kesamaan jati diri bangsa dan lingkungannya. Kemudian
dari ketahanan nasional yang kuat otomatis akan memiliki kekuatan politik yang kuat.
Dengan adanya politik yang kuat maka bangsa tersebut telah memiliki suatu pandangan
yang jelas mengenai perencanaan, pengembangan, pemeliharaan serta penggunaan
potensi nasional untuk mencapai tujuan nasional. Pandangan ini mempengaruhi terhadap
cara atau yang disebut sebagai suatu strategi nasional untuk mencapai tujuan yang dicita-
citakan (tujuan nasional bangsa Indonesia). Selain itu bangsa tersebut akan diakui oleh
masyarakat internasional sebagai bangsa yang kuat dan kompak.

14
Wawasan nasional bangsa Indonesia adalah wawasan nusantara yang merupakan
pedoman bagi proses pembangunan nasional menuju tujuan nasional. Sedangkan
ketahanan nasional merupakan kondisi yang harus diwujudkan agar proses
pencapaian tujuan nasional tersebut dapat berjalan dengan sukses. Oleh karena itu,
diperlukan suatu konsepsi ketahanan nasional yang sesuai dengan karakteristik
bangsa Indonesia. Dengan adanya wawasan nusantara, kita harus dapat memiliki sikap
dan perilaku yang sesuai kejuangan, cinta tanah air serta rela berkorban bagi nusa dan
bangsa. Dalam kaitannya dengan pemuda penerus bangsa hendaknya ditanamkan sikap
wawasan nusantara sejak dini sehingga kecintaan mereka terhadap bangsa dan negara
lebih meyakini dan lebih dalam.

Jadi dari paparan diatas secara singkat dapat dikatakan bahwa hubungan
wawasan nusantara dengan ketahanan nasional sangat berkaitan antara yang satu dengan
yang lainnya. Dimana wawasan nusantara adalah merupakan dasar atau pedoman bagi
seluruh warga negara indonesia untuk mewujudkan suatu ketahanan nasional yang kuat
dan tangguh guna menjaga, mempertahankan, mengembangkan dan mencapai cita-cita
bangsa indonesia sesuai dengan UUD 1945.

J.Tantangan Implementasi Wawasan Nusantara

1. Pemberdayaan Masyarakat.
2. Dunia Tanpa Batas.
3. Era Baru Kapitalisme.
4. Kesadaran Warga Negara.

Beberapa tantangan Implementasi Wawasan Nusantara :


1. Pemberdayaan Masyarakat
John Naisbit dalam bukunya GLOBAL PARADOX menyatakan : negara harus
dapat memberikan peranan sebesar-besarnya kepada rakyatnya. Pemberdayaan
masyarakat dalam arti memberikan peranan dalam bentuk aktivitas dan partisipasi
masyarakat untuk mencapai tujuan nasional hanya dapat dilaksanakan oleh negara-
negara maju dengan Buttom Up Planning, sedang untuk negara berkembang dengan
Top Down Planning karena adanya keterbatasan kualitas sumber daya manusia,
sehingga diperlukan landasan operasional berupa GBHN.

15
Kondisi nasional (Pembangunan) yang tidak merata mengakibatkan
keterbelakangan dan ini merupakan ancaman bagi integritas. Pemberdayaan masyarakat
diperlukan terutama untuk daerah-daerah tertinggal.
2. Dunia Tanpa Batas
a. Perkembangan IPTEK
Mempengaruhi pola fikir , pola sikap dan pola tindak masyarakat dalam aspek
kehidupan. Kualitas sumber daya Manusia merupakan tantangan serius dalam
menghadapi tantangan global.

b. Kenichi Omahe
Dalam bukunya “Borderless Word” dan “The End of Nation State” menyatakan
: dalam perkembangan masyarakat global, batas-batas wilayah negara dalam arti
geografi dan politik relatif masih tetap, namun kehidupan dalam satu negara tidak
mungkin dapat membatasi kekuatan global yang berupa informasi, investasi, industri
dan konsumen yang makin individual. Untuk dapat menghadapi kekuatan global suatu
negara harus mengurangi peranan pemerintah pusat dan lebih memberikan peranan
kepada pemerintah daerah dan masyarakat.
Perkembangan Iptek dan perkembangan masyarakat global dikaitkan dengan
dunia tanpa batas dapat merupakan tantangan Wawasan Nusantara, mengingat
perkembangan tsb akan dapat mempengaruhi masyarakat Indonesia dalam pola pikir,
pola sikap dan pola tindak di dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
3. Era Baru Kapitalisme

a. Sloan dan Zureker


Dalam bukunya “Dictionary of Economics” menyatakan Kapitalisme adalah
suatu sistim ekonomi yang didasarkan atas hak milik swasta atas macam-macam barang
dan kebebasan individu untuk mengadakan perjanjian dengan pihak lain dan untuk
berkecimpung dalam aktivitas-aktivitas ekonomi yang dipilihnya sendiri berdasarkan
kepentingan sendiri serta untuk mencapai laba guna diri sendiri.
Di era baru kapitalisme,sistem ekonomi untuk mendapatkan keuntungan dengan
melakukan aktivitas-aktivitas secara luas dan mencakup semua aspek kehidupan
masyarakat sehingga diperlukan strategi baru yaitu adanya keseimbangan.

16
b. Lester Thurow
Dalam bukunya “The Future of Capitalism” menyatakan : untuk dapat bertahan
dalam era baru kapitalisme harus membuat strategi baru yaitu keseimbangan (balance)
antara paham individu dan paham sosialis.
Di era baru kapitalisme, negara-negara kapitalis dalam rangka mempertahankan
eksistensinya dibidang ekonomi menekan negara-negara berkembang dengan
menggunakan isu-isu global yaitu Demokrasi, Hak Azasi Manusia, Lingkungan hidup.
4. Kesadaran Warga Negara
a. Pandangan Indonesia tentang Hak dan Kewajiban
Manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama. Hak
dan kewajiban dapat dibedakan namun tidak dapat dipisahkan.
b. Kesadaran bela negara
Dalam mengisi kemerdekaan perjuangan yang dilakukan adalah perjuangan non
fisik untuk memerangi keterbelakangan, kemiskinan, kesenjangan sosial, memberantas
KKN, menguasai Iptek, meningkatkan kualitas SDM, transparan dan memelihara
persatuan.Dalam perjuangan non fisik, kesadaran bela negara mengalami penurunan
yang tajam dibandingkan pada perjuangan fisik

17
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Sebagai wawasan nasional dari bangsa Indonesia maka wilayah Indonesia yang
terdiri dari daratan, laut, dan udara di atasnya dipandang sebagai aspek penting dalam
Wawasan Nasional dan Geopolitik Indonesia. Wawasan nusantara bangsa Indonesia
didasarkan pada keadaan lingkungan tempat tinggalnya yang menghasilkan konsepsi
wawasan nusantara. Jadi, wawasan nusantara merupakan penerapan dari teori geopolitik
bangsa Indonesia.
Setiap bangsa di dunia memiliki cara pandang terhadap prinsip-prinsip
kebangsaan dan tanah airnya masing-masing yang kemudian disebut sebagai wawasan
kebangsaan. Sehingga dengan berpedoman kepada cara pandang yang menjadi prinsip
dasar kebangsan itu, maka bangsa tersebut memiliki sikap dan jati diri sesuai dengan nilai-
nilai dasar yang dianutnya.

B. SARAN

Untuk tercapainya keberhasilan dari implementasi Wawasan Nusantara kita perlu


mengerti, memahami, menghayati tentang hak dan kewajiban warga negara serta
hubungan warga negara dengan negara, sehingga kita memiliki kesadaran sebagai warga
Negara Indonesia.

Selain itu untuk terwujudnya keberhasilan dari implementasi ini diperlukan


sosialisasi dengan program yang teratur, terjadwal dan terarah. Untuk mengetuk hati
nurani setiap warga negara Indonesia agar sadar bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
diperlukan pendekatan /sosialisasi/ pemasyarakatan dengan program yang teratur guna
mewujudkan Ketahanan Nasional.

18
DAFTAR PUSTAKA

Adianto, Khairul. 2011. Wawasan Nusantara Sebagai Geopolitik Indonesia. Yogyakarta:


Paradigma
Kaelan. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Paradigma
Sumarsono, S. 2001. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
http://www.pengertianahli.com/2014/07/pengertian-fungsi-tujuan-wawasan.html
https://www.academia.edu/5453120/Mengenal_Geopolitik_Indonesia_dan_Wawasan_N
usantara
http://elib.unikom.ac.id/download.php?id=104013
http://pendidikankewarganegaraans.blogspot.com/2012/12/pengertian-geopolitik-dan-
wawasan.html

19

Anda mungkin juga menyukai