Anda di halaman 1dari 108

BAB II

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2.1. Aspek Geografi dan Demografi


2.1.1 Karakteristik dan Lokasi Wilayah
Kota Pasuruan dengan wilayah seluas 35,29 Km2 atau 0,07persen
dari luas wilayah Jawa Timur, berlokasi di pesisir pantai utara pulau Jawa,
tepatnya di sisi selat Madura. Secara astronomis terletak antara 112o45’-
112o55’ Bujur Timur dan 7o35’ 7o45’ Lintang Selatan. Wilayah Kota Pasuruan
berbatasan dengan Kabupaten Pasuruan, yakni Kecamatan Kraton di
sebelah barat, Kecamatan Pohjenterek dan Kecamatan Gondangwetan di
sebelah selatan dan Kecamatan Rejoso di sebelah timur; sementara sisi
utara, berhadapan langsung dengan Selat Madura.
Secara administrasif, berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 18 Tahun 2013 tentang Buku Induk Kode Wilayah, Kota Pasuruan
terdiri atas 4 kecamatan dan 34 kelurahan. Sebelumnya, wilayah Kota
Pasuruan terdiri atas 3 Kecamatan dengan 34 kelurahan. Atas dasar
pertimbangan dinamika kebutuhan pembangunan daerah dan amanat
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,
bahwa dengan prasayarat tertentu, wilayah kota terdiri atas minimal 4
kecamatan; maka Kota Pasuruan melakukan penyesuaian.

Tabel 2.1
Jumlah dan Luas Kelurahan Menurut Kecamatan di Kota PasuruanTahun
2015
Jumlah
Luas Wilayah
No Kecamatan/Kelurahan Rukun Rukun
(km2)
Warga Tetangga
I Kecamatan Purworejo
1 Kelurahan Purworejo 1,05 8 57
2 Kelurahan Purutrejo 1,15 6 36
3 Kelurahan Tembokrejo 1,03 7 38
4 Kelurahan Wirogunan 0,61 7 23
5 Kelurahan Kebonagung 0,86 8 44
6 Kelurahan Pohjentrek 1,90 5 44

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–1


Jumlah
Luas Wilayah
No Kecamatan/Kelurahan Rukun Rukun
(km2)
Warga Tetangga
7 Kelurahan Sekargadung 1,51 7 37
II Kecamatan Gadingrejo
1 Kelurahan Petahunan 0,97 5 26
2 Kelurahan Randusari 0,34 8 25
3 Kelurahan Karangketug 1,88 6 31
4 Kelurahan Bukir 0,66 8 26
5 Kelurahan Gadingrejo 1,33 5 28
6 Kelurahan Sebani 0,87 6 20
7 Kelurahan Krapyakrejo 1,74 7 30
8 Kelurahan Gentong 0,69 8 25
III Kecamatan Bugulkidul
1 Kelurahan Kepel 2,54 6 20
2 Kelurahan Tapa'an 1,15 4 15
3 Kelurahan Bugul Kidul 0,95 6 44
4 Kelurahan Krampyangan 0,55 2 14
5 Kelurahan Bakalan 1,78 9 27
6 Kelurahan Blandongan 3,97 7 25
IV Kecamatan Panggungrejo
1 KelurahanKandangsapi 0,46 2 14
2 Kelurahan Tamba'an 0,36 5 24
3 Kelurahan Mandaranrejo 0,58 5 23
4 Kelurahan Bugul Lor 0,96 8 45
5 Kelurahan Trajeng 1,13 11 31
6 Kelurahan Karanganyar 0,56 7 41
7 Kelurahan Bangilan 0,17 4 15
8 Kelurahan Panggungrejo 1,99 5 14
9 Kelurahan Pekucen 0,80 3 14
10 Kelurahan Ngemplakrejo 1,05 9 37
11 Kelurahan Mayangan 0,28 5 16
12 Kelurahan Petamanan 0,42 7 24
13 Kelurahan Kebonsari 0,80 12 44
Sumber: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, diolah

Secara topografi, sebagaimana wilayah pesisir pada umumnya, Kota


Pasuruan merupakan wilayah datar, dengan ketinggian daratan rata-rata ±4
m di atas permukaan laut. Sebagian besar wilayah Kota Pasuruan memiliki
tingkat kemiringan antara 0-1persen, yang melandai dari selatan ke utara;
di sebelah utara terdapat bagian yang agak cekung sehingga pembuangan
airnya lambat.
Proses pembentukan tanah di Kota Pasuruan didominasi oleh proses
sedimentasi yang dihasilkan oleh tiga sungai yang melintas di Kota
Pasuruan, yakni: Sungai Gembong, Sungai Petung dan Sungai Welang.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–2
Tanah tersebut dikenal dengan tanah aluvial, yaitu tanah yang berasal dari
pengendapan atau sedimentasi aliran air permukaan. Lokasi pembentukan
tanah aluvial umumnya terjadi di daerah yang berbatasan dengan garis
pantai dan lahan yang berada di sekitar muara sungai. Tanah hasil
sedimentasi tersebut, sebagian besar dimanfaatkan sebagai areal tambak
dan mangrove.
Gambar 2.1
Peta Wilayah Administrasi Kota Pasuruan

Sumber: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Pasuruan, diolah

Secara hidrologi, wilayah Kota Pasuruan hanya terdiri atas air


permukaan, yakni sungai. Sebagai wilayah pesisir, wilayah Kota Pasuruan
menjadi lintasan ataupun muara sungai besar yang berhulu di Kabupaten
tetangga. Terdapat tiga sungai besar yang melintas di wilayah Kota
Pasuruan, yakni: sungai Welang, sungai Petung dan sungai Gembong.
Ketiga sungai tersebut berfungsi sebagai drainase alam yang bermuara di
selat Madura, berkarakter melandai, sehingga seringkali mengalami
sedimentasi, terutama di saat musim hujan.
Berhulu di Kabupaten Malang, Sungai Welang melintas sepanjang 1
km di sisi barat Kota Pasuruan, tepatnya di wilayah Kelurahan
Karangketugdan bermuara di Kecamatan Kraton Kabupaten Pasuruan.
Sungai Gembong merupakan sungai terpanjang yang melintas di wilayah
Kota Pasuruan, tepatnya 7,5 km. Sungai ini berhulu di Kabupaten Pasuruan

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–3


dan melintas dari selatan ke utara, seakan-akan membelah wilayah Kota
Pasuruan. Muara Sungai Gembong berlokasi di perbatasan Kelurahan
Mandaranrejo dengan Kelurahan Ngemplakrejo. Dengan ukuran yang
cukup lebar, muara Sungai Gembong dimanfaatkan sebagai pelabuhan
tradisional sejak zaman dahulu hingga saat ini.Berhulu di Kabupaten
Pasuruan, Sungai Petung melintas sepanjang 6 km di sisi timur Kota
Pasuruan, dengan lokasi muara di perbatasan Kelurahan Kepel dengan
Kelurahan Blandongan. Tabel 2.2 merincikan kondisi sungai yang ada di
Kota Pasuruan.
Tabel 2.2
Sungai di Kota Pasuruan
Panjang Hulu Muara
No Sungai
(Km) (Kab/Kota) (Kelurahan)
1. Welang 1 Kabupaten Malang Kec. Kraton, Kab Pasuruan
2. Gembong 7,5 Kabupaten Perbatasan Kelurahan Mandaranrejo dengan
Pasuruan Kelurahan Ngemplakrejo
3. Petung 6 Kabupaten Perbatasan Kelurahan Kepel dengan Kelurahan
Pasuruan Blandongan
Sumber: BPS Kota Pasuruan, diolah

Kondisi Iklim Kota Pasuruan secara umum termasuk iklim tropis yang
mengenal 2 (dua) perubahan putaran musim, yaitu musim kemarau (Mei-
Oktober) dan musim penghujan (November-sampai sekitar bulan April).
Iklim Kota Pasuruan termasuk tipe D.2 (agak kering), dengan rata-rata
curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari yaitu sebesar 273 mm per
bulan. Musim kemarau (≤100 mm/bulan) selama 7 bulan, musim penghujan
(≥200 mm/bulan) selama 5 bulan.Jika ditinjau dari kondisi suhu udara, suhu
udara rata-rata di Kota Pasuruan minimum 28 derajat celsius dan
maksimum 32 derajat celsius. Kecepatan angin rata-rata maksimum
mencapai 30 knots dan minimum 12 knot, dengan arah angin dari utara–
timur.
Pola penggunaan tutupan lahan di Kota Pasuruan terbagi dua, yakni:
kawasan lindung dengan luas mencapai 100,59 ha atau 2,75 persen dari
luas total dan kawasan budidaya dengan luas mencapai 3557,29 ha atau
97,25 persen dari luas total. Kawasan lindung terdiri atas hutan mangrove

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–4


dan sungai, sementara kawasan budidaya terdiri atas 11 jenis penggunaan,
sebagaimana terperinci pada tabel 2.3.
Tabel 2.3
Pola Guna Lahan Eksisting di Kota Pasuruan Tahun 2015
No Jenis Penggunaan Lahan Luas (ha) Persentase
I Kawasan Konservasi 100,59 2,75
1 Hutan Bakau 73,03 2,00
2 Sungai 27,56 0,75
II Kawasan Budidaya 3.557,29 97,25
1 Permukiman 1.083,98 29,63
2 Fasilitas Umum 52,21 1,43
3 Perdagangan dan Jasa 52,66 1,44
4 Perkantoran 33,78 0,92
5 Industri dan Pergudangan 134,65 3,68
6 Kawasan Militer 6,55 0,18
7 Ruang Terbuka Hijau 73,36 2,01
8 Sawah 1.310,88 35,84
9 Tegalan/Ladang 202,07 5,52
10 Tambak/Empang 605,38 16,55
11 Prasarana Transportasi 1,77 0,05
Jumlah 3.657,88 100,00
Sumber: Foto citra satelit, diolah

2.1.2 Potensi Pengembangan Wilayah


Karakteristik geografis wilayah Kota Pasuruan yang didominasi oleh
kawasan pesisir, turut mempengaruhi potensi primernya. Aktivitas ekonomi
primer di Kota Pasuruan yang menonjol adalah perikanan tangkap di pesisir
utara dan pertanian padi di sisi selatan. Aktivitas ekonomi sekunder dan
tersier di Kota Pasuruan, dipengaruhi oleh karakteristik sebagai wilayah
perkotaan. Aktivitas ekonomi sekunder yang menonjol adalah perindustrian
dan perdagangan. Dalam 10 tahun terakhir, sektor perumahan dan
permukiman cukup menggeliat sebagai sektor yang prospektif.
Data pola guna lahan menunjukkan bahwa sebagian besar kawasan
budidaya digunakan untuk permukiman (29,63persen); sawah, tegalan dan
ladang (41,36persen) serta industri, perdagangan dan jasa (6,04persen).
Hal yang patut dicermati adalah cukup tingginya laju alih fungsi lahan
pertanian ke industri, perdagangan dan jasa, yang terjadi di Kota Pasuruan
dalam 5 tahun terakhir. Sehingga, patut diduga dalam perkembangannya ke

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–5


depan, penggunaan lahan akan didominasi oleh kawasan permukiman
serta kawasan industri, perdagangan dan jasa.
Selain didasari fakta laju alih fungsi lahan, dugaan tersebut juga
didasari dengan kontribusi sektoral terhadap pembentukan produk domestik
regional bruto (PDRB) Kota Pasuruan. Dalam 5 tahun terkahir,
pembentukan PDRB Kota Pasuruan didominasi oleh aktivitas sektor-sektor
ekonomi sekunder dan tersier, seperti: perdagangan, sektor jasa dan sektor
industri; sebagaimana tersaji dalam tabel 2.4.
Tabel 2.4
Distribusi Persentase PDRB ADHB Menurut Pengelompokan Sektor
Ekonomi
Kota Pasuruan Tahun 2011-2015
No Sektor 2011 2012 2013 2014 2015
1 Primer 2,92 2,89 2,78 2,73 2,62
2 Sekunder 27,79 27,56 27,29 27,55 27,59
3 Tersier 69,29 69,55 69,93 69,71 69,79
Sumber: BPS Kota Pasuruan, diolah

Dalam hal penyediaan lapangan kerja, ketiga sektor tersebut juga


memberikan kontribusi yang cukup besar. Terlebih, sebagian besar industri
di Kota Pasuruan memiliki tipe produksi padat karya dan berjumlah cukup
banyak dengan skala usaha kecil sampai menengah yang tersebar di rumah
tangga-rumah tangga. Dengan karakteristik usaha seperti itu, wajar apabila
keberadaan industri, terutama kerajinan, dan 2 sektor lainnya menyimpan
potensi untuk menunjang pengembangan Kota Pasuruan ke depan.
Tabel 2.5
Distribusi Lapangan Kerja Per Sektor Ekonomi Kota PasuruanTahun 2011-
2014
No Sektor 2011 2012 2013 2014
1 Pertanian 5,58 5,33 5,30 5,23
2 Pertambangan dan Penggalian 0,19 0,36 0,40 0,38
3 Industri 26,64 24,72 24,70 25,86
4 Listrik, Gas dan Air 0,55 0,67 0,70 0,71
5 Konstruksi 3,66 4,06 4,10 5,97
6 Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi 26,26 29,67 29,70 30,76
7 Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi 6,85 4,94 4,90 5,92
8 Lembaga Keuangan, Real Estate, Usaha Persewaan dan 2,98 4,32 4,30 4,38
Jasa Perusahaan
9 Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan 27,28 25,95 25,90 26,76

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–6


No Sektor 2011 2012 2013 2014
Jumlah 100 100 100 100
Sumber: BPS Kota Pasuruan, diolah

Karakteristik geografis, dan sosial-ekonomi tersebut di atas, menjadi


pertimbangan yang signifikan dalam pengembangan potensi wilayah Kota
Pasuruan, yang meliputi aspek: perikanan, pertanian, perindustrian,
perdagangan, perumahan, dan pariwisata.
Terdapat 7 kelurahan di Kota Pasuruan yang salah satu sisi
wilayahnya berhadapan dengan pantai utara Pulau Jawa, yakni: Kelurahan
Gadingrejo, Kelurahan Tambaan, Keluarahan Ngemplakrejo, Kelurahan
Mandaranrejo, Kelurahan Panggungrejo, Kelurahan Kepel dan Kelurahan
Blandongan. Sebagian penduduk di wilayah tersebut bermatapencaharian
sebagai nelayan perikanan tangkap maupun pembudidaya perikanan
payau. Tabel 2.6 menunjukkan data produksi perikanan tangkap dan
budidaya beserta sarana dan prasarananya.
Tabel 2.6
Produksi Perikanan Tangkap dan Budidaya Beserta Sarana dan
Prasarananya
Tahun 2011–2015
No Keterangan 2011 2012 2013 2014 2015
I Perikanan tangkap:
1 Nilai produksi (ton) 2.110,3 1.835,11 1.786,67 1.754,98 1.759,23
2 Jumlah nelayan 659 659 659 659 659
3 Jumlah perahu
- Perahu tanpa motor 214 196 196 196 196
- Perahu motor tempel 333 351 351 351 351
II Perikanan payau
1 Nilai produksi (Rp juta) 5.908,07 7.247,83 1.727,75 15.391,63 15.423,65
2 Jumlah produksi (ton) 371,29 533,34 119,58 536,52 546,67
3 Luas tambak (ha) 502 502 534 534 534
III Perikanan tawar
1 Nilai produksi (Rp juta) 156,23 180,47 25,78 438,29 402,23
2 Jumlah produksi (ton) 15,93 7,69 1,93 17,08 15,23

3 Luas kolam (ha) 2 2 2 2 2


Sumber: Dinas Pertanian, Kehutanan, Kelautan dan Perikanan Kota Pasuruan, diolah

Rencana pengembangan perikanan Kota Pasuruan dilakukan antara


lain melalui pembangunan tempat pelelangan ikan dan revitalisasi pasar
ikan. Pembangunan tempat pelelangan ikan diharapkan akan memudahkan
nelayan dalam menjual hasil tangkapannya. Sementara ini, nelayan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–7
memanfaatkan tepi muara Sungai Gembong, tepatnya di sisi barat yang
secara administratif masuk wilayah Kelurahan Ngemplakrejo, untuk menjual
ikan tangkapannya. Kondisinya cukup sederhana dan jauh dari kata layak
untuk sebuah tempat pelelangan ikan.
Keberadaaan Pasar Ikan yang representatif juga diharapkan
meningkatkan geliat aktivitas perekonomian, khususnya sektor perikanan.
Saat ini, Pasar Ikan di Kota Pasuruan menjadi bagian dari Pasar Besar Kota
Pasuruan, tepatnya di sisi timur-utara. Kondisi pasar ikan ini kurang tertata
dengan baik, ditambah lagi dengan kurangnya ketersediaan saluran
pembuangan air, sehingga seringkali becek terutama di musim hujan. Tabel
2.7 menunjukkan jumlah dan omset pedagang pasar ikan di Kota Pasuruan.
Tabel 2.7
Jumlah Los dan Pedagang Pasar Ikan di Kota PasuruanTahun 2011–2015
No Indikator 2011 2012 2013 2014 2015
1 Jumlah pedagang ikan (orang) 21 23 27 27 29
2 Jumlah los ikan (unit) 17 17 19 19 20
Sumber: Dinas Koperasi, Perindustrian dan PerdaganganKota Pasuruan, diolah

Pengembangan potensi perikanan di Kota Pasuruan dilakukan secara


terintegrasi dengan revitalisasi Pelabuhan Kota Pasuruan. Sebagai
pelabuhan tradisional, yang bergantung pada pasang surut air di muara
Sungai Gembong, pemanfaatan Pelabuhan Kota Pasuruan cukup terbatas.
Kondisi ini diperparah dengan sedimentasi yang cukup tinggi di muara
sungai, sehingga hanya kapal kecil sampai menengah yang dapat berlabuh.
Pelabuhan Pasuruan menyimpan potensi sebagai alternatif transportasi
barang, untuk mengurangi beban transportasi darat yang selama ini
mengandalkan jalan nasional pada jalur pantai utara. Perusahaan-
perusahaan di kawasan industri berikat ataupun kawasan non-berikat di
Kabupaten Pasuruan, dapat memanfaatkan Pelabuhan Pasuruan sebagai
jalur alternatif distribusi barangnya.
Pengembangan wilayah juga mencakup rencana pembangunan
ekowisata mangrove, di pesisir sisi timur, tepatnya di Kelurahan Kepel dan
Kelurahan Blandongan. Untuk kepentingan konservasi lingkungan, maka
sebagian wilayah pantai di pesisir Kota Pasuruan yang membentang dari
barat ke timur, ditetapkan oleh Pemerintah Kota sebagai kawasan hutan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–8
mangrove. Konsep pembangunan ekowisata dirancang untuk menyatukan
aspek wisata dengan pendidikan kelestarian lingkungan, khususnya bagi
anak usia sekolah. Selain itu, keberadaan ekowisata mangrove juga mampu
mendongkrak potensi ekonomi di sekitarnya, khususnya produk olahan
yang berasal dari perikanan laut dan komoditas sejenisnya.
Selain aktivitas ekonomi di sektor primer, Kota Pasuruan juga
menyimpan potensi di sektor sekunder, yang utama adalah industri
pengolahan kayu dan industri logam. Di luar sektor tersebut, juga terselip
sektor industri olahan makanan dan minuman. Selain itu juga, Kota
Pasuruan memiliki sejarah cukup panjang dalam sektor industri mebel dan
logam. Sebagian usaha di sektor dimaksud adalah usaha yang dilakukan
secara turun-temurun.
Tabel 2.8
Kinerja Sub Sektor Industri Pengolahan Kayu & Hasil Hutandan
Sub Sektor Industri Logam Kota PasuruanTahun 2011–2015
No. Keterangan 2011 2012 2013 2014 2015
1 Nilai PDRB (Rp juta)
- Sub sektor pengolahan kayu 490.418 530.359 582.376 657.421 658.241
dan hasil hutan
- Sub sektor industri logam 92.042 101.533 111.469 122.085 127.753
2 Jumlah pelaku usaha (unit)
- Sub sektor pengolahan kayu 749 757 773 745 742
dan hasil hutan
- Sub sektor industri logam 42 47 49 49 49
3 Omset usaha (Rp juta)
- Sub sektor pengolahan kayu 903.195 904.445 936.514 1.068.340 1.072.352
dan hasil hutan
- Sub sektor industri logam 333.709 339.709 333.709 350.395 349.236
Sumber: BPS dan Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kota Pasuruan, diolah

Walaupun tersebar hampir di seluruh wilayah Kota Pasuruan, industri


kerajinan rumah tangga (IKRT) mebel terkonsentrasi pada beberapa lokasi
utama, yakni: Kelurahan Krapyakrejo, Kelurahan Randusari, Kelurahan
Sebani, Kelurahan Bukir dan Kelurahan Petahunan. Sementara IKRT logam
sebagian terkonsentrasi di Kelurahan Mayangan dan Kelurahan Trajeng.
Potensi IKRT mebel dan logam dalam penyediaan lapangan kerja yang
cukup besar, menjadi salah satu pertimbangan Pemerintah Kota untuk
mengembangkannya. Tabel 2.8 menunjukkan kinerja IKRT mebel dan
logam Kota Pasuruan Tahun 2011–2015.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–9
Terkait dengan pengembangan wilayah, Pemerintah Kota menyusun
peraturan zonasi dalam Rencana Detail Tata Ruang Kota, yang
mendukungpengembangan IKRT mebel dan logam, khususnya dari aspek
penataan ruang. Keberadaan peraturan zonasi ini penting, mengingat
sebagian besar IKRT mebel dan logam di Kota Pasuruan berada di
kawasan permukiman penduduk. Melalui peraturan zonasi, diharapkan
mampu menyelaraskan peruntukan ruang bagi aktivitas industrial dengan
permukiman.
Sektor perdagangan merupakan salah satu kontributor utama dalam
pembentukan PDRB Kota Pasuruan, yang masih potensial untuk
dikembangkan. Hal ini tidak lepas dari keberadaan 6 pasar tradisional di
wilayah Kota Pasuruan. Tabel 2.9 merincikan kinerja 6 pasar tardisional di
Kota Pasuruan. Rencana pengembangan pasar tradisional yang sudah ada,
akan diarahkan pada peningkatan kelayakan sarana-prasarana perniagaan
di dalam pasar. Kondisi ini diharapkan akan meningkatkan kenyamanan
pedagang dengan pembeli dalam bertransaksi di pasar tradisional.
Tabel 2.9
Kinerja Pasar Tradisional di Kota PasuruanTahun 2011–2015
No Pasar 2011 2012 2013 2014 2015
1 Jumlah sarana perniagaan
- Los (unit) 1.351 1.167 1.269 2.287 2.287
- Kios (unit) 405 476 367 1.089 1.1089
- Toko (unit) 260 263 304 458 458
2 Jumlah pedagang (orang) 2.497 3.592 2.585 6.669 6.712
3 Nilai retribusi (Rp juta) 1.238 1.396 1.915 1.901 1.923
Sumber: Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kota Pasuruan, diolah

Menjamurnya toko modern dalam 5 tahun terakhir, menjadi perhatian


tersendiri bagi Pemerintah Kota, utamanya dalam hal kebijakan
pengembangan pasar tradisional di Kota Pasuruan. Dengan memperhatikan
asas kemerataan akses untuk berusaha, Pemerintah Kota memberlakukan
Peraturan Daerah tentang penataan toko modern dan pasar tradisional,
dengan tujuan utama untuk menjaga persaingan usaha yang sehat antara
toko modern dengan pasar tradisional.
Untuk itu sebagai bagian dari rencana pengembangan pasar
tradisional, maka salah satu upaya yang dilakukan adalahpenataan lokasi
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–10
toko modern. Penataan lokasi ini disinkronkan dengan rencana tata ruang,
beserta rencana detailnya. Pengaturan dalam dokumen rencana tata ruang
inilah yang akan dijadikan sebagai salah satu pertimbangan pemberian izin
pendirian toko modern di Kota Pasuruan.
Dalam upaya membangun pusat-pusat pertumbuhan baru,
Pemerintah Kota menyusun rencana pembangunan pasar di wilayah
Kecamatan Bugul Kidul. Mengingat dari 6 pasar tradisional yang ada, tidak
satu pun yang berlokasi di Kecamatan Bugul Kidul. Untuk memperpendek
jarak jangkau layanan pasar, khususnya bagi masyarakat di Kecamatan
Bugul Kidul, maka Pemerintah Kota merencanakanpembangun pasar
tradisional.
Permintaan kebutuhan perumahan di Kota Pasuruan cenderung
meningkat dalam 10 tahun terakahir. Hal ini tidak terlepas dari keberadaan
pabrik-pabrik di Kabupaten Pasuruan, dengan sejumlah besar
karyawannya, yang menjadi pasar potensial bagi perumahan-perumahan di
Kota Pasuruan. Ketersediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, serta
perniagaan, antara lain, menjadi faktor penarik bagi penduduk untuk tinggal
di Kota Pasuruan. Sampai dengan tahun 2015, di Kota Pasuruan terdapat
58 perumahan dengan jumlah petak rumah mencapai 7.151 unit. Sebagian
besar perumahan di Kota Pasuruan masuk kategori sederhana sampai
menengah, dengan luas tanah mayoritas antara 70–120 m2 dan luas
bangunan standar antara 36–55 m2.Tabel 2.10 menunjukkan data jumlah
perumahan.
Tabel 2.10
Perumahan di Kota Pasuruan Menurut Kelurahan Tahun 2015
Jumlah Jumlah
No Kelurahan Luas (m2)
Perumahan petak rumah
1 Purworejo 3 137.310 489
2 Purutrejo 1 78.481 346
3 Wirogunan 2 12.530 80
4 Tembokrejo 9 247.396 1.594
5 Kebonagung 5 107.381 738
6 Sekargadung 12 393.168 3.020
7 Gentong 6 216.228 766
8 Karanganyar 1 14.815 45
9 Tapaan 4 115.527 417
10 Bakalan 2 164.470 976

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–11


Jumlah Jumlah
No Kelurahan Luas (m2)
Perumahan petak rumah
11 Pekuncen 1 70.160 167
12 Bugulkidul 3 138.585 1.578
13 Krapyakrejo 2 100.315 670
14 Karangketug 1 24.000 151
15 Petahunan 2 72.946 136
16 Blandongan 1 21.065 73
17 Krampyangan 1 6.808 50
Jumlah 7.151 1.925.571 11.511
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kota Pasuruan, diolah

Pada tahun-tahun yang akan datang, diperkirakan kebutuhan


perumahan terus meningkat. Untuk mengantisipasi hal ini, maka dalam
rencana pola ruang dialokasikan kawasan rencana permukiman yang
antara lain diperuntukkan bagi pembangunan perumahan. Gambar 2.2
menunjukkan rencana pola ruang. Kawasan permukiman eksisting
dinotasikan dengan warna krem, dan kawasan rencana permukiman
dinotasikan dengan warna merah muda.
Gambar 2.2
Rencana Pola Ruang Kota Pasuruan Tahun 2011–2031

Sumber: RTRW Kota Pasuruan 2011 - 2031

Peningkatan jumlah perumahan ini belum diimbangi dengan cakupan


layanan prasarana, sarana dan utilitas (PSU). Untuk itu, Pemerintah Kota

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–12


menyusun rencana peningkatan kapasitas layanan PSU, utamanya
mengenai permakaman, persampahan ataupun saluran air dan drainase.
Sebagaimana umumnya karakteristik masyarakat pesisir utara pulau
Jawa, masyarakat Kota Pasuruan juga dikenal religius. Karakter ini tidak
lepas dari keberadaan ulama-ulama besar yang pernah menetap dan
mengabdi di Kota Pasuruan. Mereka membentuk majelis taklim hingga
membangun pondok pesantren sebagai institusi untuk membangun
religiusitas masyarakat. KH Abdul Hamid adalah salah satu ulama Kota
Pasuruan yang begitu dikenal, bahkan makamnya seringkali dikunjungi oleh
peziarah, baik dari dalam maupun luar Kota Pasuruan.
Makam KH Abdul Hamid terletak di belakang masjid agung Al-Anwar,
tepat di depan alun-alun Kota Pasuruan. Pemerintah Kota telah
membangun Parkir Wisata yang utamanya ditujukan untuk meningkatkan
kenyamanan para peziarah, khususnya bagi mereka yang berkunjung
secara berombongan. Rencana pengembangan wisata ziarah makam KH
Abdul Hamid akan diintegrasikan dengan pengembangan kawasan cagar
budaya di permukiman sekitar masjid Al-Anwar. Mengingat, cukup banyak
terdapat bangunan kuno di sekitar masjid yang keberadaannya turut
mewarnai perjalanan sejarah Kota Pasuruan.
Gambar 2.3
Rencana Kawasan Strategis Ekonomi Kota Pasuruan
Tahun 2011–2031

Sumber: RTRW Kota Pasuruan 2011 - 2031

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–13


Potensi ekonomi Kota Pasuruan tersebut di atas, mendasari
penyusunan rencana kawasan strategis ekonomi Kota Pasuruan yang
dituangkan dalam RTRW Kota Pasuruan 2011–2031. Pengaturan dalam
tata ruang bertujuan untuk mendukung pengembangan potensi-potensi
ekonomi tersebut, khususnya dalam aspek pemanfaatan ruang sedemikian
rupa dengan meminimalkan risiko penurunan daya dukung dan daya
tampung lingkungan.

2.1.3 Wilayah Rawan Bencana


Sebagaimana wilayah pesisir pada umumnya, bencana alam yang
berpotensi mengancam Kota Pasuruan adalah banjir. Kondisi hidrologi,
topografi dan tingkat kelerengan wilayah Kota Pasuruan merupakan faktor
“given” yang berkontribusi terhadap terjadinya bencana banjir. Artinya,
karakteristik wilayah Kota Pasuruan yang menjadi hilir dan muara sungai,
serta tingkat kelerengan yang relatif melandai (0-1persen) dengan
cekungan di beberapa titik; merupakan faktor yang bersifat sebagai
demikian adanya (given).
Gambar 2.4
Peta Wilayah Rawan Bencana Banjir di Kota Pasuruan Tahun 2011–2031

Sumber: RTRW Kota Pasuruan 2011-2031

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–14


Kawasan rawan banjir sebagaian besar berada di sekitar aliran
sungai. Umumnya, banjir terjadi sebagai akibat luapan air sungai, baik
disebabkan karena hujan deras di wilayah Kota Pasuruan ataupun hujan
deras yang terjadi di daerah hulu sungai. Gambar 2.4 menunjukkan
kelurahan-kelurahan yang rentan mengalami banjir, terlihat pola linear
mengikuti alur sungai.
Kesiap-siagaan dan ketanggapan masyarakat terhadap bencana,
diharapkan meningkat dengan terpetakannya wilayah rawan bencana.Di
samping itu, kondisi ini harus mendorong pemerintah segera
mengintegrasikan dan mengarusutamakan aspek mitigasi dan adaptasi
perubahan iklim dan kawasan rawan bencana ke dalam program-program
pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus mampu menelaah dan
menjalankan manajemen risiko bencana (disaster risk management). Oleh
karena itu, untuk melindungi dan melestarikan lingkungan, maka orientasi
pembangunan daerah harus memperhatikan aspek lingkungan dengan
pembangun pro enviroment/pro lingkungan, sehingga mendorong
terciptanya sustainability development di Kota Pasuruan.

2.1.4 Demografi
2.1.4.1 Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk Kota Pasuruan berkecenderungan fluktuatif dalam
beberapa tahun terakhir. Terdapat beberapa faktor penyebab perubahan
laju pertumbuhan penduduk, yakni: kelahiran, kematian, migrasi keluar
ataupun migrasi masuk. Laju pertumbuhan penduduk dalam 5 tahun
terakhir, sebagaimana tersaji pada grafik 2.1, relatif fluktuatif.Dalam 10
tahun terakpersenhir, laju pertumbuhan penduduk tertinggi tercatat pada
tahun 2008 (3,7persen) dan terendah tahun 2013 (-2,4persen).
Grafik 2.1
Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Pasuruan Tahun 2011–2015

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–15


4.00%
2.70%
2.29%
2.00% 0.92%
1.60%
0.00%
2011 2012 2013 2014 2015
-2.00%
-2.41%
-4.00%
Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Pasuruan, diolah

Tabel 2.11
Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kota PasuruanTahun 2011–2015
No Keterangan 2011 2012 2013 2014 2015
1 Jumlah penduduk (jiwa) 206.151 208.042 203.019 208.498 211.844
- Laki-Laki 103.053 104.043 101.804 104.600 106.230
- Perempuan 103.097 103.999 101.215 103.898 105.614
2 Laju pertumbuhan (%) 2,29 0,92 -2,41 2,70 1,60
Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Pasuruan, diolah

Kota Pasuruan sebagai suatu wilayah, ditempati oleh sekelompok


individu yang menetap untuk suatu waktu tertentu, atau disebut juga
sebagai penduduk. Jumlah penduduk Kota Pasuruan Tahun 2015 sebesar
211.844 jiwa, yang berarti mengalami peningkatan sebesar 1,60persen dari
jumlah penduduk tahun 2014 sebesar 208.498 jiwa. Apabila dilihat dari data
Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) selama 2011–2015, maka rata-rata
pertumbuhan penduduk mencapai 0,86persen per tahun. Jumlah penduduk
per kecamatan di Kota Pasuruan tahun 2011–2015 beserta tingkat
pertumbuhannya, tersaji pada tabel 2.12.
Tabel 2.12
Jumlah, Sebaran dan Pertumbuhan Penduduk Kota Pasuruan
MenurutKecamatan
Tahun 2011–2015
No Kecamatan/Kota 2011 2012 2013 2014 2015
1 Purworejo 73.441 58.228 58.326 59.001 60.274
2 Bugulkidul 64.236 30.814 31.093 30.815 31.370
3 Gadingrejo 69.060 45.682 45.926 46.258 47.082
4 Panggungrejo - 73.598 72.985 72.424 73.118
5 Kota Pasuruan 206.151 208.042 203.019 208.498 211.844
6 Pertumbuhan 2,29 0,92 -2,41 2,70 1,60
Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Pasuruan,diolah

Data pada tabel 2.13 menunjukkan bahwa pada tahun


2015persebaran penduduk relatif memusat di Kecamatan Panggungrejo
sebesar 34,74persen. Kemudian diikuti Kecamatan Purworejo
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–16
sebesar28,30persen. Kemudian diikuti oleh Kecamatan Gadingrejo dengan
rata-rata sebesar 37,0persen dan Kecamatan Bugul Kidul dengan rata-rata
sebesar 22,19persen.Tabel 2.13 merincikan kepadatan penduduk di Kota
Pasuruan menurut kecamatan tahun 2015.
Tabel 2.13
Kepadatan Penduduk (jiwa/km2) Kota Pasuruan Menurut KecamatanTahun
2015
Luas Area Penduduk Kepadatan
No Kecamatan Penduduk
Km2 persen Jumlah persen
(org/km2)
1 Purworejo 8,08 22,90 59,001 28.30 7,302.10
2 Bugulkidul 11,11 31,48 30,815 14.78 2,773.63
3 Gadingrejo 8,27 23,43 46,258 22.19 5,593.47
4 Panggungrejo 7,83 22,19 72,424 34.74 9,249.55
Total 35,29 100,00 208.498 100,00
Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Pasuruan,diolah

Berdasarkan data Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga


Berencana, jumlah keluarga di Kota Pasuruan pada tahun 2015 sebanyak
51.241keluarga,dengan rata-rata jumlah anggota keluarga sebanyak1,54
anggotaper keluarga. Jumlah tersebut meningkat dibanding tahun 2014,
sebesar 51.241 keluarga, dengan rata-rata anggota keluarga sebanyak 1,51
anggota per keluarga.
Struktur usia penduduk Kota Pasuruan bertipe muda, artinya usia
penduduk Kota Pasuruan didominasi oleh kelompok penduduk usia muda.
Penduduk kelompok usia muda ini terbagi atas dua, yakni: penduduk usia
muda yang bukan angkatan kerja dan penduduk usia muda yang masuk
angkatan kerja. Tabel 2.14 merincikan struktur usia penduduk Kota
Pasuruan tahun 2011–2015.
Tabel 2.14
Struktur Usia Penduduk Kota PasuruanTahun 2011–2015
No Kelompok 2011 2012 2013 2014 2015
1 0 – 5 tahun 14.557 12.732 12.725 13.617 14.341
2 6– 10 tahun 18.501 18.137 17.801 17.627 17.877
3 11 – 15 tahun 18.299 18.414 19.075 18.467 18.075
4 15 – 19 tahun 17.533 17.378 17.651 17.499 17.908
5 20 – 24 tahun 16.383 16.186 16.517 16.523 17.062
6 25 – 29 tahun 19.833 18.836 17.763 16.793 16.322
7 30 – 34 tahun 19.009 19.427 19.836 19.273 19.088
8 35 – 39 tahun 17.102 17.042 17.270 17.453 17.677
9 40 – 44 tahun 15.304 15.519 15.797 15.617 15.879
10 45 – 49 tahun 14.088 14.085 14.313 14.519 14.448
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–17
No Kelompok 2011 2012 2013 2014 2015
11 50 – 54 tahun 8.352 11.828 12.001 12.682 13.132
12 55 – 59 tahun 6.170 9.139 9.448 10.055 10.716
13 60 – 64 tahun 5.704 8.835 7.202 7.091 7.345
14 65+ tahun 15.902 10.764 10.931 7.201 11.974
Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Pasuruan, diolah

2.1.4.2 Ketenagakerjaan
Dalam perspektif ketenagakerjaan, penduduk dibagi menjadi dua
kelompok besar, yaitu: penduduk usia kerja dan bukan usia kerja. Penduduk
usia kerja, 15 tahun ke atas, dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu penduduk
yang masuk dalam kelompok angkatan kerja dan penduduk bukan
angkatan kerja. Tabel 2.15 menunjukkan perkembangan angkatan kerja
menurut kelompok umur.
Tabel 2.15
Angkatan Kerja Menurut Kelompok Umur Kota PasuruanTahun 2011–2015
No Kelompok 2011 2012 2013 2014 2015
1 15 - 19 Tahun 17.533 17.378 17.651 17.499 17.908
2 20 - 24 Tahun 16.383 16.186 16.517 16.523 17.062
3 25 - 29 Tahun 19.833 18.836 17.763 16.793 16.322
4 30 - 34 Tahun 19.009 19.427 19.836 19.273 19.088
5 35 - 39 Tahun 17.102 17.042 17.270 17.453 17.677
6 40 - 44 Tahun 15.304 15.519 15.797 15.617 15.879
7 45 - 49 Tahun 14.088 14.085 14.313 14.519 14.448
8 50 - 54 Tahun 8.352 11.828 12.001 12.682 13.132
9 55 - 59 Tahun 6.170 9.139 9.448 10.055 10.716
10 60 - 64 Tahun 5.704 8.835 7.202 7.091 7.345
Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Pasuruan,diolah

Ukuran keberhasilan atau kegagalan pembangunan bidang


ketenagakerjaan yang seringkali digunakan adalah indikator tingkat
pengangguran terbuka atau TPT, yang merupakan perbandingan antara
jumlah penganggur terhadap jumlah angkatan kerja. Perkembangan
indikator kinerja ketenagakerjaan Kota Pasuruan tersaji pada tabel 2.16.
Tabel 2.16
Indikator Ketenagakerjaan Kota Pasuruan Tahun 2013–2015
2013 2014 2015
No Indikator
Lk Pr Lk+Pr Lk Pr Lk+Pr Lk Pr Lk+Pr
1 Bukan angkatan kerja 18,79 43,93 30,71 19,09 41,63 32,22 19,11 42,40 31,54
(%)
Sekolah (%) 8,78 6,61 7,67 8,98 7,11 7,10 8,99 7,09 7,11
Mengurus rumah 4,32 34,90 19,95 4,51 34,98 21,18 4,52 32,99 20,32
tangga (%)

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–18


No Indikator 2013 2014 2015
Lain-lain (%) 5,69 2,41 4,89 5,93 2,07 3,94 5,60 2,32 3,99
2 Angkatan kerja (%) 83,12 56,07 69,29 83,03 57,72 67,78 83,07 56,01 68,32
Bekerja (%) 77,36 54,35 65,59 76,45 56,64 64,85 77,31 54,31 64,62
Pengangguran (%) 5,77 1,72 3,70 6,82 1,21 2,93 5,69 1,51 3,51
3 Tingkat pengangguran 6,94 3,07 5,34 7,31 2,91 6,09 6,91 3,61 6,07
terbuka
4 Tingkat partisipasi 83,12 56,07 69,29 83,03 57,72 67,78 83,71 56,23 67,81
angkatan kerja
Sumber: BPS Kota Pasuruan,diolah

2.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat


Kondisi Kesejahteraan Masyarakat Kota Pasuruan dalam lima tahun
terakhir akan disajikan dalam tiga fokus utama, yaitu: fokus kesejahteraan
dan pemerataan ekonomi, fokus kesejahteraan sosial serta fokus seni
budaya dan olahraga.

2.2.1 Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi


Sepanjang 2011–2015, pertumbuhan ekonomi Kota Pasuruan
memiliki kecenderungan positif, sebagaimana tersaji pada tabel 2.17. Pada
tahun 2013 PDRB atas dasar harga berlaku (ADHB) sebesar Rp.4.832
milyar, kemudian meningkat menjadi Rp.5.352milyar pada tahun 2014, dan
meningkat lagi menjadi Rp.5.367 milyar pada tahun 2015. Pertumbuhan
ekonomi meningkat dari 6,31persen pada tahun 2012 menjadi 6,49persen
pada tahun 2013, dan turun menjadi 5,71persen pada tahun 2014. Pada
tahun 2015, meningkat sedikit menjadi 5,93persen.
Tabel 2.17
Produk Domestik Regional Bruto(PDRB) Kota PasuruanTahun 2011–2015
No Keterangan 2011 2012 2013 2014 2015
1 PDRB ADHB (Rp milyar) 3.988 4.394 4.832 5.352 5.367
2 PDRB ADHK (Rp milyar) 3.810 4.051 4.314 4.560 4.576
3 Pertumbuhan ekonomi Kota Pasuruan (%) 6,28 6,31 6,49 5,71 5,93
4 Pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Timur (%) 6,44 6,64 6,08 5,86 5,90
Sumber: BPS Kota Pasuruan, diolah

Dua sektor ekonomi utama Kota Pasuruan mengalami


kecenderungan yang berbeda, sepanjang 2011–2015. Sektor industri
pengolahan mengalami fluktuasi sebelum akhirnya bertumbuh positif, yakni
berturut-turut dari 5,36persen pada tahun 2011, dan turun menjadi
3,47persen pada tahun 2012, kemudian naik menjadi 4,51persen pada
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–19
tahun 2013, dan naik lagi menjadi 5,37persen pada tahun 2014. Sektor
perdagangan juga mengalami fluktuasi dengan tren negatif, sebagaimana
tersaji pada grafik 2.2.
Grafik 2.2
Laju Pertumbuhan Sektor Industri dan PerdaganganKota Pasuruan
Tahun 2011–2015
10
8
8
7.02 6.39 5.45
6 5.47
5.36 5.37 5.39
4
4.51
2 3.47
0
2011 2012 2013 2014 2015
Industri pengolahan Perdagangan
Sumber: BPS Kota Pasuruan, diolah

Pertumbuhan PDRB menurut lapangan usaha, didominasi oleh


sektor-sektor jasa, sektor perdagangan dan sektor industri pengolahan,
sebagaimana tersaji pada Tabel 2.18. Sektor-sektor utama yang
mencatatkan pertumbuhan PDRB dominan, masing-masing adalah: (1)
sektor penyediaan akomodasi dan makan minum, (2) sektor jasa keuangan,
(3) sektor jasa kesehatan, (4) sektor jasa pendidikan, (5) sektor jasa
lainnya, (6) sektor jasa perusahaan, (7) sektor perdagangan besar dan
eceran, serta (8) sektor industri pengolahan.

Tabel 2.18
Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga
Berlaku
Menurut Lapangan Usaha di Kota PasuruanTahun 2011–2015
No. Sektor Ekonomi 2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 6,80 8,89 5,90 9,08 8,87
2 Pertambangan dan penggalian -0,35 0,23 2,17 4,43 3,73
3 Industri pengolahan 10,28 8,85 8,95 11,76 11,96
4 Pengadaan listrik, gas dan air bersih 2,75 2,27 -4,15 3,64 3,21
5 Pengadaan air, pengolahan sampah & limbah 5,21 4,84 2,64 3,94 3,32
6 Konstruksi 11,72 11,00 9,15 12,46 12,51
7 Perdagangan besar dan eceran 14,59 10,85 9,45 9,33 9,41
8 Transportasi dan pergudangan 7,32 7,54 12,22 13,60 13,65

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–20


No. Sektor Ekonomi 2011 2012 2013 2014 2015
9 Penyediaan akomodasi dan makan minum 14,26 16,41 18,04 20,02 21,09
10 Informasi dan komunikasi 7,93 8,91 10,01 7,38 7,41
11 Jasa keuangan 13,38 16,20 14,92 12,43 12,54
12 Real estat 8,22 6,46 8,49 5,80 5,85
13 Jasa perusahaan 10,47 11,56 10,36 9,15 9,16
14 Administrasi pemerintahan 9,83 9,48 4,18 3,69 5,64
15 Jasa pendidikan 10,39 12,44 12,66 13,34 13,76
16 Jasa kesehatan 14,58 8,00 10,59 11,50 11,78
17 Jasa lainnya 6,91 2,41 9,06 15,20 14,29
Sumber: BPS Kota Pasuruan, diolah

Apabila dilihat dari perspektif kontribusi sektoral terhadap


pembentukan PDRB, sebagaimana tersaji pada Tabel 2.19, terlihat bahwa
terdapat berberapa sektor dominan, yakni: (1) sektor perdagangan besar
dan eceran, (2) sektorindustri pengolahan, (3) sektorjasa informasi dan
komunikasi, (4) sektorjasa keuangan, dan (5) sektorjasa konstruksi.
Tabel 2.19
Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku
Menurut Lapangan Usaha Kota Pasuruan Tahun 2011–2015
No. Sektor Ekonomi 2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian 2,88 2,84 2,74 2,70 2,68
2 Pertambangan dan penggalian 0,05 0,04 0,04 0,04 0,04
3 Industri pengolahan 21,30 21,05 20,85 21,04 22,01
4 Pengadaan listrik, gas dan air bersih 0,08 0,08 0,07 0,06 0,07
5 Pengadaan air, pengolahan sampah & limbah 0,31 0,30 0,28 0,26 0,26
6 Kontruksi 6,10 6,14 6,10 6,19 6,16
7 Perdagangan besar dan eceran 28,28 28,46 28,32 27,96 28,65
8 Transportasi dan pergudangan 5,57 5,44 5,55 5,69 5,86
9 Penyediaan akomodasi dan makan minum 3,90 4,12 4,42 4,79 4,98
10 Informasi dan komunikasi 8,08 7,99 7,99 7,75 7,86
11 Jasa keuangan 6,77 7,14 7,46 7,58 7,92
12 Real estat 2,94 2,84 2,80 2,67 2,34
13 Jasa perusahaan 0,59 0,59 0,60 0,59 0,49
14 Administrasi pemerintahan 5,13 5,09 4,83 4,52 4,23
15 Jasa pendidikan 3,98 4,06 4,16 4,26 4,29
16 Jasa kesehatan 0,90 0,88 0,89 0,89 0,86
17 Jasa lainnya 3,15 2,93 2,90 3,02 1,30
Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber: BPS Kota Pasuruan, diolah

Nilai PDRB ADHB dibagi dengan jumlah penduduk akan diperoleh


pendapatan per kapita per tahun. Grafik 2.3 menunjukkan perkembangan
pendapatan per kapita ADHB. Perkembangan pendapatan per kapita (Rp
ribu/org/tahun), menujukkan kecenderungan yang positif, yakni dari
Rp.25.131,39 pada tahun 2013 meningkat menjadi Rp.27.687,61 pada
tahun 2014, dan meningkat lagi menjadi Rp.28.756,00 pada tahun 2015.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–21


Grafik 2.3
Pendapatan Per Kapita (Rp ribu/org/tahun) Kota Pasuruan Tahun 2011–
2015
40,000.00

30,000.00
27,687.61 28,756.00
20,000.00 21,171.08 25,131.39
23,104.67
10,000.00

-
2011 2012 2013 2014 2015
Sumber: BPS Kota Pasuruan, diolah

Sementara itu kinerja PDRB dari sisi pengeluaran tersaji pada grafik
2.4. Terlihat bahwa PDRB pengeluaran Kota Pasuruan masih didominasi
konsumsi rumah tangga, dengan laju yang cukup fluktuatif dari 73,39persen
tahun 2013, turun menjadi 72,44persen tahun 2014 dan meningkat pada
tahun 2015 menjadi 73,21persen. Selanjutnya, pembentukan modal tetap
bruto yang juga fluktuatif sepanjang 5 tahun terakhir.
Grafik 2.4
Proporsi PDRB Dari Sisi Pengeluaran
80.00
70.00 73.21
73.30 73.10 73.39 72.44
60.00
50.00
40.00
30.00 23.53 23.42 22.63 22.31 22.87
20.00
20.61 20.94 19.49 19.87
10.00 17.43
-
2011 2012 2013 2014 2015

Konsumsi RT Konsumsi pemerintah PMTB

Sumber: BPS Kota Pasuruan, diolah

Pemerataan pendapatan adalah hal yang harus diperhatikan dalam


penyajian pendapatan per kapita. Mengingat pendapatan per kapita belum
menggambarkan tingkat kesenjangan yang terjadi. Artinya, boleh jadi
besaran pendapatan per kapita belum seluruhnya dirasakan oleh
masyarakat. Oleh karena itu diperlukan penyajian indeks gini sebagai

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–22


parameter tingkat kesenjangan antar kelompok pendapatan. Grafik 2.5
menyajikan indeks gini tahun 2011-2015.
Grafik 2.5
Indeks Gini Kota Pasuruan Tahun 2011-2015

0.4
0.37 0.37
0.3
0.32 0.31 0.3
0.2
0.1
0
2011 2012 2013 2014 2015
Sumber: BPS Kota Pasuruan, diolah

Unsur lain yang layak dipertimbangkan dalam perekonomian wilayah


adalah besarnya laju inflasi, yakni ukuran yang menunjukkan
kecenderungan kenaikan harga-harga barang secara umum. Sepanjang
2014, inflasi menunjukkan gejala fluktuatif, yang cenderung meningkat pada
akhir tahun. Grafik 2.6 menunjukkan inflasi Kota Pasuruan menurut bulan
tahun 2014. Pada bulan Januari inflasi berada pada poin 1.00, dan
berfluktuasi dengan poin terendah adalah -0.26 atau deflasi pada bulan
April dan tertinggi dicapai pada poin 0.83 pada bulan Juli. Selanjutnya
kembali berfluktuasi dan mencapai titik tertinggi pada bulan Desember
sebesar 2.63.
Grafik 2.6
Inflasi Kota Pasuruan Menurut Bulan Tahun 2014
3.00 2.63
2.00 1.86
1.00 1.00 0.83
0.39 0.34
0.05 0.53
- (0.03) 0.04 0.25
jan feb mar apr(0.26)
mei jun jul ags sep okt nov des
(1.00)
Sumber: BPS Kota Pasuruan, diolah

Tingkat inflasi menurut kelompok pengeluaran, didominasi oleh


kelompok bahan makanan dan kelompok perumahan, dibandingkan 8
kelompok pengeluaran yang ada. Inflasi kelompok bahan makanan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–23
mengalami fluktuasi dengan titik terendah -0.80 atau mengalami deflasi
pada bulan April, dan titik tertinggi tercatat pada poin 2.63 di bulan
Desember. Hal yang sama juga ditemui pada pola inflasi kelompok
pengeluaran perumahan, dengan titik terendah pada -0.29 pada bulan
Februari dan tertinggi pada 2.95 pada bulan Januari. Tabel 2.20 merincikan
inflasi bulanan menurut kelompok pengeluaran.
Tabel 2.20
Inflasi Bulanan Menurut Kelompok Pengeluaran Kota PasuruanTahun 2014
Kelompok Bulan
No
Pengeluaran 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Umum 1.00 -0.03 0.05 -0.26 0.39 0.53 0.83 0.34 0.04 0.25 1.86 2.63
2 Bahan makanan 1.61 -0.24 -0.05 -0.80 -1.96 0.76 1.16 0.82 -0.59 0.19 2.61 4.61
3 Mamin dan Rokok -0.10 0.49 0.73 -0.17 2.06 1.34 -0.70 0.35 1.09 0.26 0.50 1.58
4 Perumahan 2.95 -0.29 0.24 0.03 3.02 0.03 0.28 0.00 0.05 1.54 0.02 2.90
5 Sandang 0.50 0.07 0.12 -0.46 0.04 -0.07 4.87 0.25 -0.13 -0.72 -0.01 0.98
6 Kesehatan 0.38 0.11 0.86 -0.06 0.10 2.13 3.24 -0.08 0.01 -0.05 0.01 1.79
7 Pend, Rekr & OR 0.03 -0.06 0.13 0.08 0.19 0.07 0.51 0.07 0.07 0.23 0.01 0.56
8 Trans, Kom & Keu 0.09 0.02 -0.13 0.00 -0.02 0.00 0.59 0.26 0.00 -0.51 5.86 2.30
Sumber: BPS Kota Pasuruan, diolah

Lebih jauh, pada kelompok pengeluaran bahan makanan, cabe rawit


menjadi komoditas yang paling sering mengalami lonjalan kenaikan dan
penurunan harga,dan disusul dengan cabai merah. Penurunan harga atau
deflasi terendah untuk cabai rawit terjadi pada bulan Juni dengan -
46.69persen, kenaikan harga tertinggi terjadi pada bulan November sebesar
141.52persen. Cabai merah mengalami lonjakan harga terendah pada
bulan September sebesar 15.99persen pada tertinggi pada bulan November
sebesar 154.07persen. Grafik 2.7 menunjukkan persentase perubahan
harga bulanan untuk komoditas cabai rawit dan cabai merah.
Grafik 2.7
Persentase Perubahan Harga Komoditas Cabai Rawit dan Cabai Merah di
Kota PasuruanTahun 2014
200.00
154.07
150.00 141.52
100.00
72.04 48.2 37.71
50.00 37.17
14.72 15.99 31.62
39.82 10.12 37.83
-
(50.00) jan feb mar apr mei jun (46.69)
jul ags sep (38.82)
okt nov des
(38.76)
(100.00)
cabai rawit cabai merah
Sumber: BPS Kota Pasuruan, diolah

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–24


Sepanjang tahun 2011–2015, angka kemiskinan Kota Pasuruan
cenderung menurun, dengan laju yang variatif. Berdasarkan data Pada
tahun 2011 jumlah penduduk miskin tercatat sebesar 15.700jiwa, menurun
menjadi 15.000 jiwa pada tahun 2012, menurun lagi menjadi 14.600 jiwa
pada tahun 2013 dan memiliki angka yang stagnan, yaitu 14.600 jiwa pada
tahun 2014. Berdasarkan angka sementara hasil pemutakhiran basis data
terpadu, jumlah penduduk miskin pada tahun 2015, tercatat sebesar 15.941
jiwa. Grafik 2.8 menyajikantingkat kemiskinan di Kota Pasuruan.
Grafik 2.8
Tingkat Kemiskinan di Kota PasuruanTahun 2011–2015
8.50
8.40
8.00
7.88
7.50 7.57 7.57 7.52

7.00
2011 2012 2013 2014 2015
Sumber: BPS Kota Pasuruan, diolah

Garis kemiskinan Kota Pasuruan mengalami peningkatan, yang


berarti menunjukkan bahwa standar kesejahteraan masyarakat mengalami
peningkatan Garis kemiskinan tahun 2012 adalah sebesar Rp.292.241,- per
kapita per bulan dan meningkat menjadi Rp.316.862 per kapita per bulan
pada tahun 2013 dan pada tahun 2014 stagnan pada angka Rp.316.862.
Tingkat kesenjangan dalam penduduk miskin dapat diketahui dengan
indeks keparahan dan indeks kedalaman kemiskinan. Indeks keparahan
kemiskinan adalah ukuran untuk mengetahui ketimpangan pengeluaran di
antara penduduk miskin. Pada tahun 2014, indeks keparahan kemiskinan
Kota Pasuruan tercatat sebesar 0,26 (Jawa Timur sebesar 0,33). Indeks
kedalaman kemiskinan adalah ukuran untuk mengetahui kesenjangan
pengeluaran rata-rata penduduk miskin dengan garis kemiskinan. Pada
tahun 2014, indeks kedalaman kemiskinan Kota Pasuruan tercatat sebesar
1,17 (Jawa Timur sebesar 1,42).

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–25


Perbandingan antara jumlah kasus kriminalitas yang tertangani
dengan jumlah penduduk total, menunjukkan angka kriminalitas yang
tertangani. Angka ini merupakan ukuran proporsi kasus kriminalitas yang
dapat ditangani untuk setiap 1.000 penduduk. Rincian data dan angka
kriminalitas yang tertangani, disajikan pada Tabel 2.21. Angka kriminalitas
yang tertangani menunjukkan kecenderungan meningkat dari tahun ke
tahun sebagaimana terlihat pada grafik 2.9.
Grafik 2.9
Angka Kriminalitas yang Tertangani di Kota Pasuruan Tahun 2011–2015
2.50
2.00 2.09
1.98 2.07
1.50
1.00 1.08
1.06
0.50
-
2011 2012 2013 2014 2015
Sumber: Bakesbang Kota Pasuruan, diolah

Tabel 2.21
Angka Kriminalitas yang Tertangani di Kota Pasuruan Tahun 2011–2015
No Indikator/Data Satuan 2011 2012 2013 2014 2015
1 Angka kriminalitas yang per 1.000 1.06 1.08 1.98 2.07 2.09
tertangani penduduk
2 Jumlah kriminalitas Kasus 219 225 401 432 443
yang tertangani
3 Jumlah penduduk Jiwa 206.151 208,042 203.019 208.498 211,844
Sumber: Bakesbang Kota Pasuruan, diolah

2.2.2 Fokus Kesejahteraan Sosial


2.2.2.1 Pendidikan
Salah satu esensi dari pendidikan adalah untuk memberantas buta
huruf, sebab kemampuan membaca dan menulis atau literasi adalah awal
dari upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia, khususnya dari sisi
pendidikan. Permasalahan pendidikan juga terkait dengan rata-rata lama
sekolah, termasuk harapan lama sekolah. Oleh karenanya dalam indeks

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–26


pembangunan manusia atau human development index, pada komponen
indeks pendidikan memasukkan variabel dua komponen dimaksud.
Kelompok usia yang disasar oleh pencapaian indikator melek huruf
adalah penduduk dengan usia 15 tahun ke atas, mengingat penduduk pada
kelompok ini dikenal sebagai kelompok usia produktif. Tabel 2.22
merincikan angka melek huruf di Kota Pasuruan.
Tabel 2.22
Angka Melek Huruf Kota Pasuruan Tahun 2011–2015
No Data / Indikator 2011 2012 2013 2014 2015
1 Jumlah penduduk usia diatas 89.800 87.769 132.698 132.698 132.698
15 tahun yang bisa membaca
dan menulis
2 Jumlah penduduk usia 15 93.120 93.510 136.703 136.703 136.707
tahun keatas
3 Angka melek huruf (persen) 96,43 93,86 97,07 97,07 97,07
4 Angka buta huruf (persen) 3,57 6,14 2,93 2,93 2,93
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Pasuruan, diolah

Pada tahun 2014, angka melek huruf di Kota Pasuruan mencapai


97,07persen yang berarti melampui target di RPJMD Kota Pasuruan 2010–
2015, yakni sebesar 96.25persen. Selayaknya wilayah perkotaan,
aksesibilitas layanan pendidikan di Kota Pasuruan cukup merata pada
setiap wilayahnya. Salah satu indikasinya adalah jumlah dan sebaran
sekolah yang cukup merata dan dapat dijangkau oleh penduduk usia
sekolah.
Angka rata-rata lama sekolah adalah rata-rata jumlah tahun yang
dihabiskan oleh penduduk untuk menempuh semua jenis pendidikan formal
yang pernah dijalani. Angka rata-rata lama sekolah (mean years
school/MYS) merupakan kombinasi antara partisipasi sekolah, jenjang
pendidikan yang sedang dijalani, kelas yang diduduki, dan pendidikan yang
ditamatkan. MYS bersama dengan angka melek huruf, merupakan salah
satu variabel komposit indeks pembangunan manusia.
Sepanjang 2011–2015, rata-rata lama sekolah penduduk usia
sekolah di Kota Pasuruan, meningkat dari 8,96tahun pada tahun 2011
menjadi 9,10 tahun pada tahun 2015. Artinya, terjadi peningkatan kualitas
pendudukusia sekolah ditahun 2011, meningkat ditahun 2015. Grafik 2.10

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–27


menunjukkan perkembangan angka rata-rata lama sekolah di Kota
Pasuruan.
Grafik 2.10
Angka Rata-Rata Lama Sekolah (tahun) di Kota PasuruanTahun 2011–
2015
9.15
9.10 9.10
9.10
9.05 9.07
9.05
9.00
8.95
8.96
8.90
8.85
2011 2012 2013 2014 2015
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Pasuruan, diolah

Pembangunan pendidikan di Kota Pasuruan, telah mencapai program


wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun pada tahun 2013, yakni pada jenjang
pendidikan SD dan SMP. Ke depan, Pemerintah Kota merintis pencapaian
program wajib belajar 12 tahun.
Angka partisipasi kasar atau APK adalah perbandingan jumlah siswa
pada tingkat pendidikan SD/SLTP/SLTA sederajat, dibagi dengan jumlah
penduduk berusia 7 hingga 18 tahun (7-12 untuk SD sederajat, 13-15 untuk
SLTP sederajat dan 16-18 untuk SLTA sederajat), berapapun usianya yang
sedang sekolah di tingkat pendidikan tertentu terhadap jumlah penduduk
kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikan tertentu.
APK menunjukkan tingkat partisipasi penduduk secara umum di suatu
tingkat pendidikan. APK merupakan indikator yang paling sederhana untuk
mengukur daya serap penduduk usia sekolah di masing-masing jenjang
pendidikan. Tabel 2.23 menyajikan data APK Kota Pasuruan untuk jenjang
pendidikan SD, SLTP dan SLTA.
Tabel 2.23
Angka Partisipasi Kasar Per Jenjang Pendidikan di Kota PasuruanTahun
2011–2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 SD sederajat
Jumlah siswa yang bersekolah di 21.889 21.848 21.387 21.565 21.954
jenjang pendidikan SD/MI
Jumlah penduduk kelompok usia 7-12 17.427 17.344 19.200 18.625 18.943
tahun

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–28


No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
APK SD/MI 125,93 125,95 125,97 125,98 125,99
2 SMP sederajat
Jumlah siswa yang bersekolah di 10.958 10.874 10.567 11.255 11.386
jenjang pendidikan SMP/MTs
Jumlah penduduk kelompok usia 13- 11.267 11.184 11.503 12.039 12.286
15 tahun
APK SMP/MTs 97,81 97,86 97,88 98,91 98,32
3 SLTA sederajat
Jumlah siswa yang bersekolah di 12.208 12.443 11.942 12.692 12.812
jenjang pendidikan SMA/MA/SMK
Jumlah penduduk kelompok usia 16- 13.797 12.683 12.220 12.490 12.615
18 tahun
APK SMA/MA/SMK 98,09 98,11 98,26 98,89 98,54
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Pasuruan, diolah

Pada 5 tahun terakhir ini, APK SD di Kota Pasuruan di atas 100


persen. Berdasarkan data ini, patut diduga bahwa banyak anak yang
bersekolah di SD umurnya diluar 7-12 tahun, dan diduga masih kurang dari
7 tahun. Sementara APK SLTP dan SLTA cenderung lebih rendah (<100),
hal ini diduga sebagian anak tamatan SD dan SLTP tidak melanjutkan
kejenjang SLTP dan SLTA.
Untuk mengukur pencapaian pembangunan pendidikan di suatu
wilayah,dalam hal tingkat pendidikan yang ditamatkan, maka digunakan
angka pendidikan yang ditamatkan (APT). Selain itu, APT juga bermanfaat
untuk melakukan perencanaan penawaran tenaga kerja, terutama untuk
melihat kualifikasi pendidikan angkatan kerja di suatu wilayah. APT
merupakan persentase jumlah penduduk, baik yang masih sekolah ataupun
tidak sekolah lagi, menurut pendidikan tertinggi yang telah ditamatkan.
Tabel 2.24
Angka Pendidikan yang Ditamatkan Kota Pasuruan Tahun 2011–2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
Laki-laki
1 Tidak/belumsekolah 0,77 0,81 1,24 1,15 1,12
2 TidaktamatSD 15,34 17,56 19,4 20,59 20,64
3 SD 24,25 23,72 24,64 23,33 23,18
4 SLTP 18,55 18,49 17,58 17,87 17,91
5 SLTA 30,62 30,47 28,82 30,98 31,04
6 PT 10,48 8,95 8,32 6,07 6,11
7 Jumlah 100 100 100 100 100
Perempuan
1 Tidak/belumsekolah 5,16 4,50 5,23 4,38 4,32
2 TidaktamatSD 21,72 17,65 18,90 21,13 21,07
3 SD 26,77 26,19 25,39 26,11 26,06
4 SLTP 15,62 19,66 13,35 17,84 17,81
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–29
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
5 SLTA 21,03 22,95 27,08 22,50 22,66
6 PT 9,70 9,05 10,04 8,04 8,08
7 Jumlah 100 100 100 100 100
Laki-laki+ Perempuan
1 Tidak/belumsekolah 3,03 2,69 3,27 2,80 2,74
2 TidaktamatSD 18,62 17,6 19,15 20,87 20,34
3 SD 25,55 24,98 25,02 24,75 24,66
4 SLTP 17,04 19,09 15,42 17,86 17,91
5 SLTA 25,69 26,64 27,94 26,66 26,71
6 PT 10,08 9,00 9,20 7,07 7,64
7 Jumlah 100 100 100 100 100
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Pasuruan, diolah

Histogram 2.1
Persentase Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan
Oleh Penduduk Kota Pasuruan Usia 15 Tahun Ke Atas Tahun 2015
30

20

24.66 26.71
10 17.91
7.64
0
SD SLTP SLTA PT
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Pasuruan, diolah
Berdasarkan data pada tabel 2.25 terlihat bahwa pada tahun
2015penduduk Kota Pasuruan usia 15 tahun ke atas, sebagian besar
adalah tamatan SLTA yakni sebesar 26,71persen, tamatan SLTP sebesar
17,91persen, tamatan SD sebesar 24,66persen dan tamatan PT sebesar
7,64persen. Histogram 2.1 menyajikan persentase pendidikan tertinggi yang
ditamatkan oleh penduduk Kota Pasuruan usia 15 tahun keatas.
Angka partisipasi murni atau APM pada suatu jenjang pendidikan
dihitung dengan membagi jumlah siswa atau penduduk usia sekolah yang
sedang bersekolah dengan jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan
dengan jenjang sekolah tersebut. Sebagaimana APK, APM juga merupakan
indikator daya serap penduduk usia sekolah di setiap jenjang pendidikan.
Tabel 2.25 menyajikan APM di Kota Pasuruan pada berbagai jenjang
pendidikan.
Tabel 2.25
Angka Partisipasi Murni (APM) pada Berbagai Jenjang Pendidikan Kota
Pasuruan
Tahun 2011–2015
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–30
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 APM SD 112,64 114,35 109,69 109,80 109,82
2 APM SMP 67,35 69,30 69,76 74,42 74,46
3 APM SMA 61,51 69,26 67,51 67,89 67,91
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Pasuruan, diolah

2.2.2.2 Kesehatan
Untuk memberikan gambaran kondisi kesejahteraan sosial
masyarakat, dari aspek pembangunan kesehatan, maka dipilih 3 indikator,
yakni: Angka Kelangsungan Hidup Bayi (AKHB), usia harapan hidup, dan
jumlah balita yang mengalami kasus gizi buruk.
AKHB merupakan ukuran dari angka kematian bayi, yang dihitung
berdasarkan perbandingan antara jumlah kematian bayi yang berumur
kurang dari 1 tahun, dengan jumlah kelahiran hidup pada suatu tahun
tertentu. Secara matematis, AKHB = (1-angka kematian bayi). Angka
kematian bayi merupakan jumlah kematian bayi usia dibawah 1 tahun
dalam kurun waktu setahun per 1.000 kelahiran hidup pada tahun yang
sama. Oleh karena itu, angka kelangsungan hidup bayi berbanding terbalik
dengan angka kematian bayi. Semakin rendah angka kematian bayi, maka
semakin besar peluang kelangsungan hidup bayi.
Angka kematian bayi merupakan variabel yang digunakan untuk
menghitung indeks kesehatan, yang secara agregat dengan indeks lainnya
akan menentukan indeks pembangunan manusia. Tabel 2.26 menunjukkan
angka kelangsungan hidup bayi dan angka kematian bayi.
Tabel 2.26
Angka Kelangsungan Hidup Bayi dan Angka Kematian Bayi Kota Pasuruan
Tahun 2011–2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 Angka Kematian Bayi (AKB) 6,5 9,38 7,14 7,14 10,21
2 Angka Kelangsungan Hidup Bayi 93,5 90,62 92,86 92,86 89,79
(AKHB)
Sumber: Dinas Kesehatan Kota Pasuruan, diolah

Angka kematian bayi Kota Pasuruan sepanjang tahun 2011–2015


menunjukkan perkembangan yang bervariasi. Pada tahun 2010, angka
kematian bayi mencapai 6,71 dan mengalami penurunan pada tahun 2011
menjadi 6,5. Namun, di tahun 2012 angka kematian bayi kembali

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–31


mengalami peningkatan yang cukup signifikan, yaitu 9,38. Pada tahun
2013, angka kematian bayi turun di angka 7,14. Kondisi di tahun 2014,
angka kematian bayi stagnan berada di angka 7,14.Namun, pada tahun
2015, naik menjadi 10,21.
Demikian pula perkembangan yang terjadi pada angka kelangsungan
hidup bayi selama tahun 2011–2015, sempat mencapai angka tertinggi
selama kurun waktu lima tahun terakhir, yaitu 93,5 pada tahun 2011.
Namun kembali mengalami penurunan menjadi 90,62 di tahun 2012. Pada
tahun 2013 dan 2014, angka kelangsungan hidup bayi tidak mengalami
perkembangan, atau tetap berada di angka 92,86. Pada tahun 2015, turun
menjadi 89,79.
Grafik 2.11
Angka Harapan Hidup (tahun) Kota Pasuruan Tahun 2011–2015
67.2
67.14
67
66.8
66.6 66.64 66.6
66.5 66.55
66.4
66.2
66
2011 2012 2013 2014 2015
Sumber: BPS Kota Pasuruan, diolah

Angka harapan hidup merupakan ukuran pembangunan bidang


kesehatan yang relatif komprehensif. Pelayanan kesehatan, baik promotif,
preventif maupaun rehabilitatif; perbaikan gizi; pelayanan kesehatan ibu dan
anak; hingga upaya perbaikan perilaku dan lingkungan sehat; seluruhnya
bermuara pada peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Meningkatnya
derajat kesehatan masyarakat, diharapkan akan memperpanjang usia
harapan hidupnya. Grafik 2.11 menyajikan angka harapan hidup Kota
Pasuruan.
Sepanjang 2011–2015, angka harapan hidup penduduk Kota
Pasuruan mengalami peningkatan, secara berturut-turut dari 66.64 tahun,
menjadi 67.14 tahun, meningkat lagi menjadi 66.5 tahun, meningkat menjadi
66.55 tahun dan kembali meningkat menjadi 66,6 tahun.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–32
Tabel 2.27
Persentase Gizi Balita Menurut Status Gizi Kota PasuruanTahun 2011–
2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 Persentase balita gizi buruk 0,64 1,62 1,6 1,5 0,23
2 Persentase balita gizi kurang 8,35 6,59 6 6,4 6,5
3 Persentase balita gizi baik 90,19 90,28 90,7 90,6 91,57
4 Persentase balita gizi lebih 0,82 1,51 1,8 1,6 1,7
Sumber: Dinas Kesehatan Kota Pasuruan, diolah

Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan


gizi menahun. Status gizi balita secara sederhana dapat diketahui dengan
membandingkan antara berat badan menurut umur maupun menurut
panjangbadannya dengan rujukan (standar) yang telah ditetapkan. Apabila
berat badan menurut umur sesuai dengan standar, anak disebut gizi baik.
Kalau sedikit di bawah standar disebut gizi kurang. Apabila jauh di bawah
standar dikatakan gizi buruk.
Presentase gizi balita Kota Pasuruan sepanjang tahun 2011–2015
menunjukkan perkembangan yang positif, dimana angka tertinggi dicapai
oleh persentase balita gizi baik, yang mencapai angka 91,57persen pada
tahun 2015. Sementara itu, yang perlu mendapat perhatian adalah masih
adanya balita gizi buruk dan balita gizi kurang, meski angkanya cenderung
menurun dalam dua tahun terakhir.

2.2.2.3 Ketenagakerjaan
Pembangunan ketenagakerjaan direpresentasikan dengan angkatan
kerja dan kesempatan kerja. Kesempatan kerja merupakan hubungan
antara angkatan kerja dengan kemampuan penyerapan tenaga kerja.
Pertambahan angkatan kerja harus diimbangi dengan investasi yang dapat
menciptakan kesempatan kerja. Dengan demikian, dapat menyerap
pertambahan angkatan kerja.
Dalam ilmu ekonomi, kesempatan kerja berarti peluang atau keadaan
yang menunjukkan tersedianya lapangan pekerjaan sehingga semua orang
yang bersedia dan sanggup bekerja dalam proses produksi dapat
memperoleh pekerjaan sesuai dengan keahlian, keterampilan dan bakatnya
masing-masing.Kesempatan Kerja (demand for labour)adalah suatu

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–33


keadaan yang menggambarkanketersediaan pekerjaan (lapangan kerja
untuk diisi oleh para pencari kerja).Dengan demikian kesempatan kerja
dapat diartikan sebagai permintaan atas tenaga kerja. Grafik 2.12
menyajikan perkembangan jumlah angkatan kerja dan pekerja.
Grafik 2.12
Proporsi Angkatan Kerja dan Pekerja Kota Pasuruan Tahun 2012–2015
70 69.29
68 68.32
67.97 67.78
66 65.59
65.12
64 65.02 64.85

62
2012 2013 2014 2015

Angkatan kerja Bekerja


Sumber: BPS Kota Pasuruan, diolah

Proporsi angkatan kerja mengalami peningkatan dari 67,97persen


tahun 2012, meningkat menjadi 69,29persen tahun 2013 dan turun menjadi
67,78persen tahun 2014. Kondisi ini perlu diantisipasi dengan penyediaan
lapangan kerja yang cukup, untuk menyerap angkatan kerja. Pada tahun
2012, dari 67,97persen penduduk yang masuk angkatan kerja, hanya
65,02persen yang terserap lapangan kerja. Kondisinya sedikit menurun di
tahun 2013, yang mana dari 69,29persen penduduk yang masuk angkatan
kerja, hanya 65,59persen yang terserap lapangan kerja. Pada tahun 2014,
dari 67,78persen penduduk yang masuk angkatan kerja, hanya
64,85persen yang terserap lapangan kerja. Sementara di tahun 2015, dari
68,32persen penduduk yang masuk angkatan kerja, terdapat bagian
sebesar 65,12persen yang terserap lapangan kerja.

2.2.3. Fokus Seni Budaya dan Olah Raga


Pembangunan seni dan Budaya, pada prinsipnya ditujukan untuk
melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai lokal, yang antara lain,
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–34
terejawantahkan dalam seni dan budaya daerah. Khususnya untuk
menetralisir derasnya arus informasi dan pengaruh negatif budaya global.
Pembangunan seni dan budaya ditujukan untuk memperkuat jati diri
masyarakat seperti solidaritas sosial, rasa kekeluargaan, semangat gotong-
royong, penghargaan terhadap nilai budaya dan bahasa daerah. Melalui
pengembangan seni dan budaya daerah diharapkan dapat
mempertahankan serta mengembangkan potensi kearifan lokal dalam
kehidupan masyarakat.

2.2.3.1 Kebudayaan
Lestarinya nilai-nilai kearifan lokal untuk membangun karakter yang
tangguh dan berbudi luhur, merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh
pengembangan kebudayaan di Kota Pasuruan. Upaya ini dilakukan melalui
peningkatan pemahaman dan kesadaran masyarakat terhadap nilai-nilai
dan keragaman budaya, revitalisasi dan pelestarian seni budaya. Grafik
2.13 merincikan jumlah grup kesenian, baik yang bergiat pada bidang seni
tari, teater, lukis maupun musik.
Sebagai ruang untuk mengekspresikan rasa seni para pegiat seni,
gedung kesenian memiliki fungsi yang cukup signifkan dalam pembangunan
bidang kesenian dan budaya. Untuk itu, ke depan, Pemerintah Kota
Pasuruan berencana membangun gedung kesenian.
Grafik 2.13
Jumlah Grup Kesenian dan Budaya di Kota Pasuruan Tahun 2011–2015
200
145 145 145 147
150
100
74
50
0
2011 2012 2013 2014 2015
Sumber: Dinas Pemuda, Olahraga dan Kebudayaan Kota Pasuruan, diolah

2.2.3.2 Pemuda dan Olah Raga


Seiring dengan tumbuhnya kesadaran masyarakat akan pentingnya
berolahraga baik untuk prestasi maupun menjaga kesehatan, maka klub-

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–35


klub olahraga pun semakin diminati di Kota Pasuruan. Selain itu,
keberadaan klub-klub olahraga memberikan kontribusi peningkatan prestasi
olah raga regional dan nasional baik yang bersifat amatir maupun
profesional. Beberapa klub olahraga yang kini banyak diminati antara lain
klub sepak bola, bulu tangkis, bola voli, bola basket, bersepeda, futsal, dan
lain-lain. Grafik 2.14 menyajikan data klub olahraga di Kota Pasuruan.
Grafik 2.14
Jumlah Klub Olahraga di Kota Pasuruan 2011–2015
70
65
65
62
60 62

55 58 58

50
2011 2012 2013 2014 2015
Sumber: Dinas Pemuda, Olahraga dan Kebudayaan Kota Pasuruan, diolah

Untuk memenuhi kebutuhan akan sarana latihan dan pertandingan


olahraga maka perlu adanya prasarana olahraga, yang dapat dipergunakan
untuk satu maupun berbagai macam jenis olahraga, misal: lapangan
olahraga ataupun gedung olahraga. keberadaan prasarana olahraga ini
dibutuhkan untuk mendukung berlangsungnya kegiatan olahraga. Tabel
2.28 menyajikan jumlah prasarana olahraga di Kota Pasuruan.
Tabel 2.28
Jumlah Prasarana Olahraga di Kota Pasuruan 2012–2015
No Uraian 2012 2013 2014 2015
1 Stadion 1 1 1 1
2 Gelanggang Olahraga 1 1 1 1
3 Lapangan Sepakbola 19 19 19 19
4 Lapangan Voli 14 14 15 15
5 Lapangan Basket 5 5 5 5
6 Lapangan Futsal 3 3 3 3
7 Kolam Renang 2 3 3 3
8 Gedung Bulutangkis 5 5 5 5
9 Lapangan Tenis 6 6 6 6
10 Gedung Tenis 1 1 1 1
Sumber: Dinas Pemuda, Olahraga dan Kebudayaan Kota Pasuruan, diolah

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–36


2.3. Aspek Pelayanan Umum
2.3.1. Fokus Layanan Urusan Wajib
2.3.1.1. Pendidikan
Pendidikan merupakan saluran perubahan masyarakat, yang menjadi
salah satu prioritas pembangunan. Pemerintah sebagai pilar demokrasi
harus menjadikan pendidikan sebagai orientasi perubahan. Tentunya
prioritas ini perlu dilaksanakan pemerintah dengan sebaik-baiknya guna
mendukung pelaksanaan pendidikan berdasarkan hakikat pendidikan dan
amanah Undang-Undang Dasar.
Peran pemerintah dalam melaksanakan layanan wajib bidang
pendidikan, dicerminkan melalui beberapa indikator, antara lain: pendidikan
usia dini, tingkat dasar dan menengah, baik itu terkait kualitas manajemen
maupun fasilitas infrastruktur penunjangnya.

2.3.1.1.1. Pendidikan Dasar


Angka partisipasi sekolah atau APS pendidikan dasar adalah jumlah
murid kelompok usia pendidikan dasar (7-12 tahun dan 13-15 tahun) yang
masih menempuh pendidikan dasar atau sedang sekolah (SD-SLTP) per
1.000 penduduk usia pendidikan dasar. APS di Kota Pasuruan untuk anak
usia pendidikan sekolah dasar dalam kurun waktu 2011-2015 menunjukan
angka yang fluktuatif. Sementara dalam kurun waktu yang sama, APS usia
pendidikan SLTP menunjukkan kecenderungan yang sama, sebagaimana
tersaji pada tabel 2.29.
Tabel 2.29
Angka Partisipasi Sekolah Jenjang Pendidikan Dasar di Kota Pasuruan
Tahun 2011–2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 APS SD/MI (7-12 tahun)
Usia 7-12 tahun sedang sekolah 19.811 21.387 19.391 20.044 20.673
Jumlah penduduk kelompok usia 7-12 17.427 19.200 18.265 17.344 17.498
tahun
APS SD/MI per 1.000 penduduk usia 97,34 99,28 100,00 99,53 99,58
7-12 tahun
2 APS SMP/MTs (13-15 tahun)
Jumlah murid usia 13-15 tahun 8.124 7.480 8.655 8.214 8.315
Jumlah penduduk kelompok usia 13- 11.267 11.503 12.039 11.184 11.376

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–37


No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
15 tahun
APS SMP/MTs per 1.000 penduduk 97,34 98,28 100,00 98,18 98,21
usia 13-15 tahun
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Pasuruan, diolah

Rasio ketersediaan sekolah untuk jenjang pendidikan dasar dan


menengah (SD sederajat dan SLTP sederajat) per 10.000 penduduk usia
sekolah di Kota Pasuruan, pada rentang waktu 2011–2015, tersaji pada
tabel 2.30. Walaupun berfluktuasi, namun rasio ketersediaan sekolah
menunjukkan tren meningkat.
Pada tahun 2013, setiap 10.000 pendudukusia 7-15 tahun tersedia
38,48 sekolah, dan pada tahun 2014 meningkat menjadi 41,36 sekolah per
10.000 penduduk usia 7-15 tahun. Peningkatan rasio ketersediaan sekolah
pendidikan dasar ini merupakan cerminan perhatian pemerintah dalam
menyediakan sarana belajar bagi anak usia sekolah. Mengingat, dengan
bertambahnya jumlah penduduk usia sekolah, tentunya juga harus diiringi
penambahan fasilitas belajar berupa sekolah.
Tabel 2.30
Rasio Ketersediaan Sekolah di Kota Pasuruan Tahun 2011–2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 SD/MI
Jumlah gedung sekolah 84 82 84 84 84
jumlah penduduk kelompok usia 7-12 tahun 28.694 30.703 30.664 28.528 28.874
Rasio per 10.000penduduk usia 7-12 tahun 29.27 26.71 27.39 29.44 29.09
2 SMP/MTs
Jumlah gedung sekolah 30 34 34 34 34
jumlah penduduk kelompok usia 13-15 tahun 11.267 11.503 12.039 11.184 11.647
Rasio per 10.000penduduk usia 13-15 tahun 26.63 29.56 28.24 30.40 29.19
3 Pendidikan Dasar (SD/MI - SMP/MTs)
Jumlah gedung sekolah 114 116 118 118 118
jumlah penduduk kelompok usia 7-15 tahun 28.940 30.703 30.664 28.528 28.902
Rasio per 10.000penduduk usia 7-15 tahun 39.39 37.78 38.48 41.36 40.83
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Pasuruan, diolah

Rasio guru terhadap murid adalah jumlah guru tingkat pendidikan


dasar per 1.000 jumlah murid pendidikan dasar. Rasio ini mengindikasikan
ketersediaan tenaga pengajar. Di samping itu, juga untuk mengukur jumlah
ideal murid untuk satu guru agar tercapai mutu pengajaran.
Tabel 2.31
Rasio Guru dan Murid di Kota Pasuruan Tahun 2011–2015
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–38
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 SD/MI
Jumlah Guru 1.095 1.083 1.019 1.042 1.047
Jumlah Murid (penduduk Usia 7-12 thn dan 19.599 19.471 19.293 19.832 19.921
sedang sekolah)
Rasio per 1.000 penduduk Usia 7-12 thn dan 16 16 17 17 17
sedang sekolah
2 SMP
Jumlah Guru 583 608 592 578 584
Jumlah Murid (penduduk Usia 7-12 thn 7.351 7.190 8.081 7.535 7.652
dansedang sekolah)
Rasio per 1.000 penduduk Usia 7-12 thn 13 13 13 14 15
dansedang sekolah
3 Pendidikan dasar
Jumlah Guru 820 764 771 764 769
Jumlah Murid (penduduk Usia 7-12 thn 7.610 8.667 8.250 8.216 8.321
dansedang sekolah)
Rasio per 1.000penduduk Usia 7-12 thn 13 13 15 15 16
dansedang sekolah
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Pasuruan, diolah

Rasio guru murid untuk sekolah SD sederajat pada tahun 2015,


sebesar 17 per 1.000 murid, ini menunjukkan bahwa setiap guru mengajar
sekitar 17 murid. Adapun pada sekolah setingkat SLTP, setiap guru
mengajar sekitar 15 murid. Secara umum pada jenjang pendidikan dasar
setiap guru mengajar sekitar 16 murid.

2.3.1.1.2. Pendidikan Menengah


Angka partisipasi sekolah atau APS pendidikan menengah adalah
jumlah murid kelompok usia pendidikan menengah (16-19 tahun), yang
masih menempuh pendidikan menengah per 1.000 jumlah penduduk usia
pendidikan menengah. Tabel 2.32 menyajikan data APS jenjang pendidikan
menengah Kota Pasuruan 2011–2015.
Tabel 2.32
Angka Partisipasi Sekolah Jenjang Pendidikan Menengah Kota Pasuruan
Tahun 2011–2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
SLTA sederajat (16-19 tahun)
1 Jumlah murid usia 16-19 tahun 7.610 8.250 8.216 8.667 8.893
2 Jumlah penduduk kelompok usia 16-19 tahun 13.797 12.220 12.490 12.683 12.984
3 APS Pend. Menengah (16-19 tahun) per 1.000 97,34 99,28 100,00 80,28 81,23
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Pasuruan, diolah

Rasio ketersediaan sekolah adalah jumlah sekolah tingkat pendidikan


menengah per 1.000 jumlah penduduk usia pendidikan menengah. Rasio ini
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–39
mengindikasikan kemampuan untuk menampung semua penduduk usia
pendidikan menengah. Tabel 2.33 menyajikan data ketersediaan sekolah
untuk jenjang pendidikan menengah di Kota Pasuruan.
Tabel 2.33
Rasio Ketersediaan Sekolah Tingkat Menengah Kota PasuruanTahun
2011–2015
No Uraiana 2011 2012 2013 2014 2015
SLTA sederajat(16-19 tahun)
1 Jumlah sekolah 21 23 23 23 23
2 Jumlah penduduk kelompok usia 16-19 thn 13.797 12.220 12.490 12.683 12.753
3 Rasio per 10.000 penduduk usia 16-19 thn 1,52 1,88 1,84 1,81 1,80
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Pasuruan, diolah

Seperti halnya pada pendidikan dasar, rasio guru terhadap murid


pendidikan menengah dalam lima tahun terakhir menunjukkan
kecenderungan yang tetap. Pada tahun 2011-2012, seorang guru
membawahi sekitar 13 murid, sedangkan pada tahun 2013 seorang guru
membawahi sekitar 14 murid, demikian pula yang terjadi pada tahun 2014
seorang guru membawahi sekitar 14 murid.
Tabel 2.34
Rasio Guru dan Murid pada Jenjang Pendidikan Menengah Kota Pasuruan
Tahun 2011–2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
SLTA sederajat (16-19 tahun)
1 Jumlah guru 820 764 771 764 764
2 Jumlah murid 7.610 8.667 8.250 8.216 8.356
3 Rasio per 1.000 penduduk usia 16-19 13 13 14 14 13
tahun dan besekolah
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Pasuruan, diolah

2.3.1.1.3. Fasilitas Pendidikan


Jumlah ruang kelas untuk sekolah setingkat SD sederajat dalam
kurun waktu 2011–2015, meningkat dari 832 ruang kelas menjadi 839 ruang
kelas. Dari jumlah ruang kelas keseluruhan tersebut, rata-rata sekitar 94,26
persen kondisinya baik (baik dan rusak ringan) sementara kondisi terakhir di
tahun 2014, 41 ruang kelas kondisinya rusak berat.
Tabel 2.35
Jumlah Ruang Kelas Menurut Kondisi pada Jenjang Sekolah Dasar
Kota Pasuruan Tahun 2011–2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 Ruang kelas kondisi baik 558 642 643 657 661
2 Ruang kelas kondisi rusak ringan 144 133 123 141 138
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–40
3 Ruang kelas kondisi rusak berat 36 53 45 41 40
4 Jumlah ruang kelas 738 828 811 839 839
5 Persentase ruang kelas kondisi baik dan rusak 95,12 93,60 94,45 95,11 95,23
ringan
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Pasuruan, diolah

Kondisi ruang kelas sekolah setingkat SLTP dan SLTA sederajat,


kondisinya rata-rata lebih baik, jika dibanding pada sekolah setingkat SD
sederajat. Untuk sekolah setingkat SLTP sederajat dalam lima tahun
terakhir, yang kondisinya baik (baik dan rusak ringan) rata-rata sekitar 97,86
persen, sedangkan sekolah setingkat SLTA sederajat dalam lima tahun
terakhir, yang kondisinya baik (baik dan rusak ringan) rata-rata sekitar 97,04
persen. Tabel 2.36 menyajikan data jumlah ruang kelas menurut kondisinya
untuk jenjang pendidikan SLTP dan SLTA.

Tabel 2.36
Jumlah Ruang Kelas Menurut Kondisi pada Jenjang Pendidikan SLTP dan
SLTA
Kota Pasuruan Tahun 2011–2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
SMP/MTs
1 Ruang kelas kondisi baik 257 250 282 277 278
2 Ruang kelas kondisi rusak ringan 43 66 35 45 44
3 Ruang kelas kondisi rusak berat 6 10 3 3 3
4 Jumlah ruang kelas 306 326 320 325 325
5 Persentase ruang kelas kondisi baik dan rusak 98,04 96,93 99,06 99,08 99,07
ringan
SMA/SMK/MA
1 Ruang kelas kondisi baik 231 238 303 299 300
2 ruang kelas kondisi rusak ringan 19 25 8 10 9
3 ruang kelas kondisi rusak berat 29 3 3 2 2
4 Jumlah ruang kelas 279 266 314 311 311
5 Persentase ruang kelas kondisi baik dan rusak 89,61 98,87 99,04 99,36 99,35
ringan
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Pasuruan, 2015

2.3.1.1.4. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)


Untuk mempersiapkan anak didik sedini mungkin, maka digalakkan
pembangunan lembaga pendidikan anak usia dini atau PAUD. Pada tahun
2011, jumlah sekolah PAUD tercatat sejumlah 32 unit, dan menjadi 89 unit
pada tahun 2015. Pendidik PAUD juga mengalami peningkatan dari 191
guru pada tahun 2011, menjadi 381 guru pada tahun 2015. Tabel 2.37
menyajikan data jumlah lembaga, murid dan tenaga pendidikan PAUD.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–41
Tabel 2.37
Jumlah Lembaga, Tenaga Pendidik dan Murid Jenjang Pendidikan Anak
Usia Dini
Kota Pasuruan 2011–2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 Jumlah Lembaga PAUD 32 102 104 86 89
2 Jumlah Tenaga Pendidik PAUD 191 448 504 367 381
3 Jumlah Murid PAUD (4-6 Tahun) 2.098 3.332 3.252 2.570 2.686
4 Jumlah Anak Usia 4-6 Tahun 5.388 8.718 6.669 5.685 5.864
5 Angka Partisipasi Kasar PAUD NA 44,03 45,94 48,26 81,09
6 Rasio Tenaga Pendidik (/1.000 murid) 91.04 134.45 154.98 142.80 141.85
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Pasuruan, diolah

2.3.1.1.5. Angka Putus Sekolah


Salah satu tujuan dari program-program pendidikan, salah
satunyaadalah untuk mengurangi angka putus sekolah. Tabel 2.38
menyajikan angka putus sekolah untuk jenjang pendidikan SD, SLTP dan
SLTA. Angka putus sekolah penduduk usia 7-12 tahun,atau setara SD/MI
selama kurun waktu tahun 2011–2015 menunjukkan kecenderungan yang
fluktuatif. Pada tahun 2012 angka putus sekolah tingkat SD/MI sebesar 0,18
persen, dan menurun hingga mencapai sebesar 0,16 persen pada tahun
2013, dan meningkat menjadi 0,20 persen pada tahun 2014, dengan kata
lain pada tahun 2014, dalam tiap 1.000 anak usia 7-12 tahun terdapat 1
sampai 2 anak yang putus sekolah. Pada tahun 2015 menunjukkan
kecenderungan menurun menjadi 0,19.
Tabel 2.38
Angka Putus Sekolah Kota Pasuruan Tahun 2011–2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 Angka putus sekolah SD 0,24 0,18 0,16 0,20 0,19
2 Angka putus sekolah SLTP 0,24 0,23 0,52 0,20 0,19
3 Angka putus sekolah SLTA 2,26 1,54 1,22 0,56 0,54
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Pasuruan, diolah

Dalam kurun waktu 2011-2015 angka putus sekolah penduduk usia


13-15 tahun, atau setara SLTP, juga menunjukkan kecenderungan yang
fluktuatif. Pada tahun 2012 sebesar 0,23 persen, dan meningkat hingga
pada tahun 2013 sebesar 0,52 persen, dan menurun kembali menjadi 0,20
pada tahun 2014. Pada tahun 2015, turun menjadi 0,19.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–42


Sedangkan pada sekolah SMA/SMK/MA angka putus sekolah
penduduk usia 16-19 tahun pada tahun 2010-2014 juga menunjukkan
kecenderungan yang fluktuatif. Pada tahun 2012 sebesar 1,54 persen, dan
menurun hingga sebesar 1,22 persen pada tahun 2013, dan menurun
menjadi 0,56 persen, dan menurun lagi di tahun 2015 menjadi 0,54 atau
dengan kata lain dalam tiap 1.000 anak usia 16-19 tahun, terdapat sekitar 5
anak yang putus sekolah.

2.3.1.1.6. Angka Kelulusan


Sepanjang tahun 2010–2014, kelulusan sekolah SD/MI angkanya
berfluktuasi, namun dalam tiga tahun terakhir memperlihatkan
kecenderungan yang semakin meningkat. Berbeda halnya dengan angka
kelulusan sekolah SMP/MTs, dalam empat tahun terakhir sangat
berfluktuasi. Demikian pula yang terjadi pada angka kelulusan sekolah
setingkat SMA/SMK/MA, angka kelulusannya dalam empat tahun terakhir
juga mengalami fluktuasi. Tabel 2.39 menyajikan angka kelulusan Kota
Pasuruan Tahun 2011–2015.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–43


Tabel 2.39
Angka Kelulusan Kota Pasuruan Tahun 2011–2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 Angka kelulusan SD 94,97 98,20 98,23 98,68 98,71
2 Angka kelulusan SLTP 98,38 98,31 97,33 98,16 98,21
3 Angka kelulusan SLTA 94,48 97,13 99,04 98,87 98,89
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Pasuruan, diolah

Tingginya angka kelulusan suatu jenjang pendidikan, hendaknya


diimbangi dengan penyediaan sarana pendidikan pada jenjang diatasnya.
Penyediaan sarana ini sangat dimungkinkan untuk menampung mereka
yang melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Dengan tersedianya sarana
pendidikan pada jenjang diatasnya, akan meningkatkan angka melanjutkan
sekolah pada suatu jenjang pendidikan. Angka melanjutkan sekolah dari
jenjang yang rendah ke jenjang diatasnya, pada akhirnya akan
meningkatkan tingkat pendidikan masyarakat. Tabel 2.40 menyajikan data
angka melanjutkan sekolah di Kota Pasuruan.
Tabel 2.40
Angka Melanjutkan Sekolah di Kota Pasuruan Tahun 2011–2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 Angka melanjutkan dari SD/MI ke SMP/MTs 100 100 100 100 100
2 Angka melanjutkan dari SMP/MTs ke SMA/SMK/MA 100 100 100 100 100
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Pasuruan, diolah

Angka melanjutkan sekolah di Kota Pasuruan seperti pada tabel 2.40


diatas menunjukkan bahwa seluruh siswa lulusan SD/MI melanjutkan
pendidikan ke jenjang SMP/MTs, demikian pula seluruh siswa lulusan
SMP/MTs melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA/SMK/MA. Hal ini
menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat Kota Pasuruan dalam
melanjutkan jenjang pendidikan masih sangat tinggi.
Kemampuan seorang tenaga pendidik/guru sangat dipengaruhi
pendidikan yang ditamatkan.Semakin tinggi pendidikan seorang guru, maka
dia akan mempunyai kemampuan lebih dibandingkan dengan yang
pendidikannya rendah. Tingginya pendidikan seorang tenaga pendidik pada
akhirnya akan meningkatkan kualitas pendidikan. Tabel 2.41 menampilkan
data guru yang memenuhi kualifikasi S-1/D IV.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–44


Tabel 2.41
Persentase Guru yang Memenuhi Kualifikasi S1-DIVPer Jenjang Pendidikan
Tahun 2011–2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
Pendidikan Dasar(SD/MI - SMP/MTs)
1 Jumlah Guru 1.678 1.691 2.094 2.099 2.102
2 Jumlah Guru Memenuhi Kualifikasi S1-DIV 1.448 1.601 1.648 1.702 1.709
3 Persentase 86,29 94,68 78,70 81,09 82,10
Pendidikan Menengah (SMA/MA/SMK)
1 Jumlah Guru 820 764 771 764 781
2 Jumlah Guru Memenuhi Kualifikasi S1-DIV 732 749 741 735 745
3 Persentase 89,27 98,04 96,11 96,20 97,12
Semua Jenjang Pendidikan
(SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA/SMK)
1 Jumlah Guru 2.498 2.455 2.865 2.863 2.882
2 Jumlah Guru Memenuhi Kualifikasi S1-DIV 2.180 2.350 2.389 2.437 2.501
3 Persentase 87,27 95,72 83,39 85,12 86,03
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Pasuruan, 2015

2.3.1.2. Kesehatan
Bidang kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar
masyarakat yang penanganannya menjadi urusan wajib bagi pemerintah
daerah, termasuk Pemerintah Kota Pasuruan. Sarana dan prasarana
kesehatan baik itu menyangkut prasarana kesehatan dan tenaga medis
menjadi perhatian yang harus disiapkan oleh pemerintah.
Grafik 2.15
Jumlah Posyandu Purnama dan Mandiri di Kota Pasuruan Tahun 2011–
2015
280
271
270
266
260 256
253
250
251
240
2011 2012 2013 2014 2015
Sumber: Dinas KesehatanKota Pasuruan, diolah

Jumlah Pos Pelayanan Terpadu atau Posyandu tingkat Purnama dan


Mandiri di Kota Pasuruan selama tahun 2011–2015 menunjukkan tren
positif, dimana setiap tahunnya mengalami kenaikan yang cukup signifikan.
Meskipun di tahun 2013, angkanya sempat mengalami penurunan menjadi

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–45


253 posyandu dari tahun 2012 sebanyak 256 posyandu. Namun, hingga di
tahun 2014, jumlah Posyandu Purnama dan Mandiri di Kota Pasuruan kini
telah mencapai 271 posyandu. Pada tahun 2015 turun menjadi 266
posyandu.
Sepanjang tahun 2011–2015, rasio posyandu per satuan balita
mengalami peningkatan antara 1,53persen sampai dengan1,65persen.
Pada tahun 2012, rasio posyandu terhadap balita sebesar 1,56, dan
meningkat menjadi 1,60 di tahun 2013. Pada tahun 2014, rasio posyandu
terhadap balita mengalami kenaikanmenjadi 1,65 poin dari tahun
sebelumnya. Angka 1,65 menunjukkan setiap 100 balita, dilayani oleh 1,65
posyandu. Pada tahun 2015, rasio posyandu meningkat menjadi 1,69.
Tabel 2.42
Rasio Posyandu Per Satuan Balita (per 100 balita) Kota Pasuruan Tahun
2011–2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 Jumlah Posyandu 269 276 278 281 285
2 Jumlah Balita 17.678 17.643 17.388 17.052 16.846
3 Rasio Posyandu 1,52 1,56 1,60 1,65 1,69
Sumber: Dinas Kesehatan Kota Pasuruan, diolah

Pelayanan kesehatan kepada masyarakat terkait erat dengan jumlah


fasilitas kesehatan. Selama 5 tahun terakhir, rasio rumah sakit, puskesmas,
poliklinik dan pustu mengalami kenaikan. Pada tahun 2012, rasio tersebut
sebesar 19,46 dan pada tahun 2013 mengalami peningkatan menjadi
19,29. Sementara pada tahun 2014, rasio tersebut sedikit mengalami
penurunanmenjadi 19.12. Tabel 2.43 merincikan jumlah fasilitas kesehatan
Kota Pasuruan.
Tabel 2.43
Jumlah Rumah Sakit, Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan Poliklinik
Kota Pasuruan Tahun 2011–2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 Jumlah Rumah Sakit 1 1 1 1 1
2 Jumlah Puskesmas 8 8 8 8 8
3 Jumlah Puskesmas Pembantu 28 28 28 28 28
4 Jumlah Rumah Sakit, Puskesmas, 37 37 37 37 37
Poliklinik dan Pustu
5 Jumlah Penduduk 188.223 190.045 191.770 193.479 194.426
6 Rasio 19,65 19,46 19,29 19,12 19,07
Sumber: Dinas Kesehatan Kota Pasuruan, diolah

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–46


Dimensi kualitas pelayanan kesehatan masyarakat sangat ditentukan
oleh jumlah tenaga kesehatan, yang terdiri atas: dokter, tenaga medis dan
paramedis. Tabel 2.44 merincikan jumlah tenaga kesehatan dan rasio
tenaga medis.

Tabel 2.44
Jumlah Tenaga Kesehatan dan Rasio Tenaga Medis Tahun 2011–2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
TENAGA KESEHATAN
1 Medis (dokter dan dokter gigi) 88 97 98 84 86
2 Perawat dan bidan 344 345 475 403 407
3 Farmasi 47 25 25 74 74
4 Sanitasi 10 11 10 10 10
5 Gizi 22 22 23 18 19
6 Keterapian fisik 4 4 4 2 2
7 Teknisi medis 12 23 25 29 29
8 Tenaga kesehatan masyarakat 6 6 6 15 15

RASIO TENAGA MEDIS


(per 100.000 penduduk)
1 Medis (Dokter dan dokter gigi) 88 97 98 84 86
2 Jumlah penduduk 188.223 190.045 191.770 193.479 194.426
Rasio tenaga medis 46.75 51.04 51.10 50.83 50.79
Sumber: Dinas Kesehatan Kota Pasuruan, diolah

Jumlah tenaga kesehatan dan rasio tenaga medis di Kota Pasuruan


tahun 2011–2015menunjukkan kecenderungan meningkat, kendati pada
tahun 2014 dan 2015 menunjukkan penurunan. Penurunan ini disebabkan
oleh berkurangnya jumlah tenaga kesehatan di bidang gizi dan keterapian
fisik. Penurunan jumlah tenaga kesehatan ini berdampak pada menurunnya
rasio tenaga medis, menjadi 50,79.
Cukup marak berdirinya fasilitas kesehatan swasta dalam beberapa
tahun terakhir, tidak mengurangi minat masyarakat untuk berobat ke
puskesmas dan jaringannya. Hal ini bisa dilihat dari angka kunjungan
puskesmas dan tingkat kepuasan masyarakat atas layanan puskesmas,
sebagaimana tersaji pada tabel 2.45. Sepanjang 2011–2015, jumlah
kunjungan puskesmas menunjukkan tren meningkat dan menurun di akhir,
berturut-turut sebesar 50.485 kunjungan, 57.614 kunjungan, 57.872
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–47
kunjungan, 43.476 kunjungan dan 35.615 kunjungan. Sejalan dengan tren
kunjungan, tingkat kepuasan masyarakat atas layanan puskesmas juga
menunjukkan tren meningkat, meski sempat menurun di tahun 2013.
Tabel 2.45
Jumlah Kunjungan dan Indeks Kepuasan Masyarakat Atas Layanan
Puskesmas
di Kota Pasuruan Tahun 2011–2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 Jumlah kunjungan puskesmas 50.485 57.614 57.872 43.476 35.615
2 Indeks kepuasan masyarakat 80 81,9 81,3 82 79,45
3 Persentase penduduk yang 71 75 78 81 79,75
memanfaatkan layanan puskesmas
Jumlah penduduk yang 133.638 142.534 149.581 152.543 155.369
memanfaatkan layanan puskesmas
Jumlah penduduk 188.223 190.045 191.770 191.980 194.815
Sumber: Dinas Kesehatan Kota Pasuruan, diolah

Penanganan kasus penyakit TBC dan DBDdi Kota Pasuruan


menunjukkan tren positif, sebagaimana terlihat pada tabel 2.46. Cakupan
penanganan TBC BTA dari selama tahun 2011–2015 menunjukkan
kecenderungan meningkat dari 63,59persen pada tahun 2010, menjadi
146,79persen pada tahun 2014. Sementara itu, cakupan penemuan dan
penanganan penyakit DBD juga menunjukkan hasil yang positif, dengan
angka tertinggi mencapai 283 penderita di tahun 2010.
Tabel 2.46
Penanganan kasus TBC dan DBD di Kota Pasuruan Tahun 2011–2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 Cakupan penemuan dan penanganan 72,14% 95,07% 130,24% 146,79% 159,13%
penderita penyakit TBC BTA (+)
Jumlah penderita TBC BTA yang diobati 145 193 267 284 331
(+)
Jumah perkiraan penderita TBC BTA (+) 201 203 205 563 208
2 Cakupan penemuan dan penanganan 100% 100% 100% 100% 100%
penderita penyakit DBD
Jumlah penderita DBD yang ditangani 77 94 198 126 227
Jumlah penderita DBD yang ditemukan 77 94 198 126 227
Sumber: Dinas Kesehatan Kota Pasuruan, diolah

2.3.1.3. Pekerjaan Umum


Pembangunan jalan di Kota Pasuruan merupakan bagian yang
terintegrasi dalam pengembangan prasarana transportasi, yang diarahkan

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–48


untuk mewujudkan pembangunan ekonomi wilayah yang berdaya saing,
melalui peningkatan prasarana angkutan barang/massal yang terintegrasi
untuk mewujudkan perluasan pasar melalui keamanan, kenyamanan dan
kemudahan konektivitas menuju pusat-pusat aktivitas ekonomi agar dapat
saling berinteraksi antara satu dengan yang lainnya.
Kondisi jalan merupakan salah satu faktor yang mempunyai andil
besar terhadap kemudahan mobilitas perdagangan barang, mobilitas
penumpang, mobilitas sosial, kemudahan akses terhadap sarana-
transportasi lainnya seperti pelabuhan laut dan stasiun kereta api; maupun
kemudahan akses terhadap sarana-prasarana pendidikan, dan kesehatan
yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas kesehatan dan pendidikan
masyarakat.

Tabel 2.47
Panjang dan Kondisi Jalan Menurut Statusnya di Kota Pasuruan Tahun
2011–2014
2011 2012 2013 2014 2015
Status Pjg. Kond. Pjg. Kond. Pjg. Kond Pjg. Kond. Pjg. Knd.
No
jalan Jalan baik Jalan baik Jalan . baik Jalan baik Jln baik
(km) (Km) (km) (Km) (km) (Km) (km) (Km) (km) (Km)
1 Kota 84,16 61,77 84,16 63,12 84,16 63,70 84,16 63,87 84,16 63,98
2 Provinsi 1,40 1,0 1,40 1,0 1,40 1,1 1,40 1,2 1,40 1,2
3 Nasional 14,75 10,02 14,75 10,02 14,75 10,11 14,75 10,14 14,75 10,14
Sumber: Dinas Pekerjaan UmumKota Pasuruan, diolah

Secara umum, rata-rata kondisi jalan dalam keadaan baik


menunjukkan kinerja yang positif. Terjadi peningkatan pada rata-rata kondisi
jalan dalam keadaan baik, dari 70,92persen di tahun 2011 menjadi
76,78persen di tahun 2014. Pertumbuhan total panjang jalan tertinggi terjadi
di tahun 2012 sebesar 6,53persen atau sepanjang 5,49 Km dari kondisi
semula pada tahun 2011.
Pertambahan kawasan permukiman di Kota Pasuruan dalam 5 tahun
terakhir, yang berujung pada meningkatnya mobilitas, mendorong naik
kebutuhan pertambahan panjang jalan maupun pertambahan panjang jalan
dalam kondisi baik. Tuntutan ini sudah mendesak untuk segera dilakukan,
baik itu jalan kota, provinsi maupun nasional. Kebutuhan tersebut
merupakan konsekuensi dari tingginya aktivitas perekonomian masyarakat

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–49


yang tercermin pada pertumbuhan ekonomi Kota Pasuruan. Hal tersebut
juga menggambarkan telah terjadi peningkatan aktivitas perdagangan yang
berpengaruh besar terhadap daya beli masyarakat, sehingga berdampak
pada meningkatnya pertumbuhan permintaan kendaraan bermotor yang
cukup tajam.
Rasio kondisi fisik saluran irigasi adalah perbandingan panjang
saluran irigasi dalam kondisi baik terhadap panjang saluran irigasi
keseluruhan. Panjang saluran irigasi meliputi saluran primer, sekunder, dan
pembuang. Rasio kondisi fisik saluran irigasi ini memberikan gambaran
ketersediaan saluran irigasi untuk kebutuhan pertanian. Tabel 2.48
merincikan panjang dan kondisi saluran irigasi di Kota Pasuruan
Tabel 2.48
Panjang dan Kondisi Saluran Irigasi di Kota Pasuruan Tahun 2011–2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 Irigasi primer (m) - - - - -
Kondisi baik (m) - - - - -
Persentase kondisi baik - - - - -
2 Irigasi sekunder (m) 18.812 18.812 18.812 18.812 18.812
Kondisi baik (m) 18.233 18.303 18.383 18.441 18.472
Persentase kondisi baik 96,92 97,29 97,72 98,03 98,09
3 Irigasi tersier (m) 74.000 74.000 74.000 74.000 74.000
Kondisi baik (m) 66.015 66.415 66.915 67.515 67.725
Persentase kondisi baik 89,21 89,75 90,43 91,24 91,67
4 Saluran pembuangan (m) 52.500 52.500 52.500 52.500 52.500
Kondisi baik (m) 42.076 43.576 44.876 46.676 46.892
Persentase kondisi baik 80,14 83,00 85,48 88,91 89,01
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kota Pasuruan, diolah

Pada tahun 2015, panjang saluran irigasi sekunder 18.812 m,


panjang saluran irigasi tersier 74.000 m dan saluran pembuang 52.500 m,
sehingga total panjang saluran irigasi adalah 145.312 m. Rata-rata rasio
fisik jaringan irigasi dalam kondisi baik adalah 92,72persen, yang diperoleh
dari rata-rata perbandingan total panjang saluran irigasi berkondisi baik
dengan total panjang jaringan irigasi.
Tempat ibadah merupakan tempat untuk melakukan
persembahyangan/peribadatan menurut ajaran masing-masing agama.
Ketersediaan tempat ibadah merupakah salah satu dari pelayanan sarana
dan prasarana umum yang disediakan baik oleh pemerintah maupun
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–50
masyarakat. Tabel 2.49 merincikan data rasio tempat ibadah di Kota
Pasuruan.
Tabel 2.49
Rasio Tempat Ibadah Per Satuan Penduduk di Kota Pasuruan Tahun 2011–
2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 Jumlah tempat ibadah 846 848 851 867 874
2 Jumlah penduduk 206.151 208.042 203.019 208.498 211.844
3 Rasio per 1.000 penduduk 4,10 4,08 4,19 4,16 4,12
Sumber: Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Pasuruan, diolah

Berdasarkan tabel 2.49 tempat beribadah umat beragama pada tahun


2011 sekitar 846 buah dan pada tahun 2015 meningkat menjadi sekitar 874
buah. Selama periode tahun 2011–2015, rasio tempat ibadah sekitar 4,12
tempat ibadah per seribu penduduk.
Rumah bersanitasi adalah rumah yang mempunyai fasilitas tempat
buang air besar sendiri, bersama ataupun umum. Sanitasi merupakan
variabel utama untuk menciptakan lingkungan yang sehat. Persentase
rumah tinggal yang bersanitasi mengalami peningkatan dari 68,67persen
pada tahun 2011, meningkat menjadi 69,90persen pada tahun 2014,
sebagaimana terlihat pada tabel 2.50.

Tabel 2.50
Rumah Bersanitasi di Kota Pasuruan Tahun 2011–2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 Jumlah rumah bersanitasi 21.129 25.677 28.328 29.815 32.286
2 Jumlah rumah 30.889 41.634 43.323 44.569 46.386
3 Persentase rumah bersanitasi 68,40 61,67 65,39 66,90 69,60
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kota Pasuruan, diolah

2.3.1.4. Perumahan
Rumah merupakan kebutuhan dasar dalam kehidupan manusia,
namun pada kenyataannya di Kota Pasuruan masih ada keluarga yang
belum mampu menikmati kehidupannya dalam rumah yang layak, sehat,
aman dan berada pada lingkungan yang sehat dan layak huni.
Pembangunan Rumah Sederhana Sehat (RSH), yang dihitung
dengan parameter jumlah petak perumahan yang dibangun, di Kota
Pasuruan sampai dengan tahun 2011 telah mencapai 6.326 unit, dan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–51
mengalami peningkatan menjadi 8.279 unit pada tahun 2015. Tabel 2.51
menunjukkan jumlah perumahan dan petak rumah yang dibangun di Kota
Pasuruan.
Tabel 2.51
Perumahan di Kota Pasuruan Menurut Kelurahan Tahun 2015
Jumlah Jumlah
No Kelurahan Luas (m2)
Perumahan petak rumah
1 Purworejo 3 137.310 489
2 Purutrejo 1 78.481 346
3 Wirogunan 2 12.530 80
4 Tembokrejo 9 247.396 1.594
5 Kebonagung 5 107.381 738
6 Sekargadung 12 393.168 3.020
7 Gentong 6 216.228 766
8 Karanganyar 1 14.815 45
9 Tapaan 4 115.527 417
10 Bakalan 2 164.470 976
11 Pekuncen 1 70.160 167
12 Bugulkidul 3 138.585 1.578
13 Krapyakrejo 2 100.315 670
14 Karangketug 1 24.000 151
15 Petahunan 2 72.946 136
16 Blandongan 1 21.065 73
17 Krampyangan 1 6.808 50
Jumlah 56 1.575.162 8.279
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kota Pasuruan, diolah

Untuk menyediakan hunian yang sehat bagi masyarakat


berpenghasilan rendah, sampai dengan tahun 2015, Pemerintah Kota
Pasuruan bekerjasama dengan Pemerintah Pusat, telah membangun rumah
susun sederhana sewa atau rusunawa sebanyak 4 Blok dengan kapasitas
daya tampung sebanyak 186 unit hunian, yang berlokasi di Kelurahan
Tambaan dan Kelurahan Petahunan.
Dalam upaya membantu penyediaan rumah yang sehat dan layak
huni bagi masyarakat kurang mampu, maka telah dilakukan rehab rumah
tidak layak huni di Kota Pasuruan. Sejak tahun 2011 hingga tahun 2015,
Pemerintah Kota telah melaksanakan rehabilitasi rumah tidak layak huni
sebanyak 1.950 unit, sebagaimana tersaji pada grafik 2.16.
Grafik 2.16
Jumlah Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) dan Rehab RTLH di Kota
Pasuruan
Tahun 2011–2015

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–52


3,000
2,488
1,988
2,000 1,538
1,138
738
1,000 500
300 450 400
400
-
2011 2012 2013 2014 2015
Jumlah RTLH Jumlah Rehab RTLH
Sumber: Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Pasuruan, diolah

Akses air bersih pada rumah tangga di Kota Pasuruan, salah satunya,
dipenuhi melalui penyediaan melalui jaringan pipa air bersih dari PDAM dan
air bawah tanah. Untuk meningkatkan cakupan penyediaan air bersih, maka
dilakukan penambahan pipa air bersih PDAM. Tabel 2.52 menyajikan data
jumlah rumah tangga pelanggan PDAM dan panjang pipa air bersih yang
dibangun.
Tabel 2.52
Jumlah Rumah Tangga Pelanggan dan Panjang Pipa PDAM yang dibangun
Kota Pasuruan Tahun 2011–2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 Jumlah pelanggan PDAM (RT) 16.351 17.122 17.046 17.817 17.987
2 Panjang pipa yang dibangun (m’) 9.067 6.326 2.604 6.624 4.563
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kota Pasuruan, diolah

Penyediaan makam di Kota Pasuruan dilakukan melalui dua model,


yakni: makam yang dikelola sendiri oleh masyarakat, dan tempat
pemakaman umum yang dikelola oleh Pemerintah Kota. Tabel 2.53
menyajikan data jumlah, luas dan kapasitas permakaman di Kota Pasuruan.
Pertumbuhan perumahan-perumahan baru di Kota Pasuruan, berdampak
pada meningkatnya kebutuhan permakaman.
Tabel 2.53
Jumlah, Luas dan Kapasitas Permakaman yang Dikelola Pemerintah Kota
Pasuruan Tahun 2013–2015
2013 2014 2015
Tkt Tkt Tkt
No Uraian Luas Dignkn Luas Dignkn Luas Dignkn
pengg. pengg. pengg.
(ha) (ha) (ha) (ha) (ha) (ha)
(%) (%) (%)
1 Makam 2,41 2,28 94,61 2,41 2,3 95,44 2,41 2,31 95,49
Purutrejo I

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–53


2013 2014 2015
Tkt Tkt Tkt
No Uraian Luas Dignkn Luas Dignkn Luas Dignkn
pengg. pengg. pengg.
(ha) (ha) (ha) (ha) (ha) (ha)
(%) (%) (%)
2 Makam 1,15 1,08 93,91 1,15 1,09 94,78 1,15 1,10 94,79
Purutrejo II
3 Makam cina 6,67 6,34 95,05 6,67 6,35 95,20 6,67 6,36 95,23
Temenggungan
4 Makam 15 14,36 95,73 15 14,42 96,13 15 14,44 96,15
Gadingrejo
5 Makam Bugul 4,5 4,39 97,56 4,5 4,4 97,78 4,5 4,51 97,80
Kidul
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kota Pasuruan, diolah

2.3.1.5. Penataan Ruang


Penataan ruang wilayah perkotaan, termasuk Kota Pasuruan,
dihadapkan pada tingginya alih fungsi lahan pertanian, penyediaan ruang
terbuka hijau dan pengendalian pemanfaatan ruang. Untuk mengendalikan
tiga hal tersebut, maka Pemerintah Kota melalui Peraturan Walikota
membentuk Tim Koordinasi Pengendalian Ruang Daerah.
RTH yang ada di Kota Pasuruan, meliputi: RTH taman dan hutan
kota, RTH jalur hijau jalan, dan RTH fungsi tertentu (sempadan). Dari hasil
pengumpulan data pada tahun 2015, diperoleh rasio RTH publik sebesar
22,97 persen dari luas kawasan perkotaan di Kota Pasuruanatau 8.40 km2.
Rasio bangunan yang memiliki izin mendirikan bangunan (IMB)
mencapai 73,84persen, atau ada sejumlah 35.824 bangunan yang telah
ber-IMB dari total 48.515 bangunan yang ada di Kota Pasuruan pada tahun
2015. Kepatuhan masyarakat dalam kepemilikan IMB menjadi instrumen
pengendalian pemanfaatan ruang.

2.3.1.6. Perencanaan Pembangunan


Perencanaan pembangunan di Kota Pasuruan telah memenuhi
amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional, khususnya dari aspek dokumen
perencanaan dan pelaksanaan prinsip partisipatif. Dokumen Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah atau RPJPD Kota Pasuruan
ditetapkan melalui Peraturan Daerah Kota Pasuruan Nomor 15 Tahun 2010.
Penjabaran 5 tahunan atas rencana jangka panjang tersebut, dituangkan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–54
dalam dokumen Rencanan Pembangunan Jangka Menengah Daerah atau
RPJMD yang ditetapkan melalui peraturan daerah. Dalam setiap tahunnya,
perencanaan strategis ini dijabarkan melalui Rencana Kerja Pemerintah
Daerah atau RKPD, yang ditetapkan melalui peraturan walikota.
Untuk menjaga agar substansi rencana pembangunan mampu
memaksimalkan potensi lokal, maka penyusunan rencana pembangunan
dilaksanakan dengan mempertimbangkan aspirasi masyarakat, melalui
musyawarah perencanaan pembangunan atau musrenbang. Pelaksanaan
musrenbang ini diawali mulai tingkat RT/RW (pra musrenbang kelurahan),
tingkat kelurahan (musrenbang kelurahan), tingkat kecamatan (musrenbang
kecamatan) hingga tingkat kota (musrenbang kota). Grafik 2.17 menyajikan
tingkat perencanaan partisipatif tahun 2011-2015, yang diukur dari
persentase usulan masyarakat dalam Musrenbang yang dianggarkan.
Grafik 2.17
Tingkat Perencanaan Pembangunan Partisipatif Kota Pasuruan
Tahun 2011-2015
28.00
26.85
26.00
25.49
24.00 24.30
23.79
22.00
22.41
20.00
2011 2012 2013 2014 2015
Sumber: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Pasuruan

Dokumen perencanaan pembangunan pada tingkat PD di Kota


Pasuruan juga telah tersusun, baik pada jangka waktu lima tahunan
maupun tahunan. PD Kota Pasuruan saat ini terdiri atas: 1 sekretariat
daerah, 1 sekretariat DPRD, 10 dinas, 9 badan, 6 kantor, 1 inspektorat dan
1 rumah sakit.Rencana strategis atau Renstra PD, disahkan melalui
keputusan walikota dan ditetapkan dengan keputusan kepala PD.

2.3.1.7. Perhubungan
Dalam penyelenggaraan urusan perhubungan, Pemerintah Kota
senantiasa memperhatikan 3 hal utama, yakni: keselamatan, kenyamanan

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–55


dan keamanan dari berbagai moda transportasi, baik pada transportasi
jalan, kereta api, angkutan penyeberangan dan transportasi laut, meskipun
dalam tingkatan yang berbeda.
Sampai dengan saat ini, terdapat beberapa prasarana transportasi
berupa terminal, yaitu:terminal bus, terminal angkutan perkotaan tipe C, dan
terminal parkir wisata; serta balai pengujian kendaraan bermotor. Terminal
Untung Suropati adalah satu-satunya terminal bus antar kota dalam propinsi
(AKDP)yang terletak di Kelurahan Blandongan. Sementara, sub terminal
yang melayani angkutan perkotaan, terdapat di 2 lokasi, yakni Kelurahan
Kebonagung dan Kelurahan Karangketug.
Kota Pasuruan memiliki 1 stasiun kereta api kelas II, yang masuk
Daerah Operasi (DAOPS) IX Jember, dengan jalur antar kota untuk
pengangkutan penumpang dan barang. Jaringan prasarana jalan rel
meliputi jaringan jalan rel tunggal (single track) yang merupakan bagian jalur
kereta api Surabaya-Jember-Banyuwangi yang melintasi oleh stasiun Kota
Pasuruan. Daerah pelayanan stasiun tersebut meliputi Kota Pasuruan dan
Kabupaten Pasuruan. Tabel 2.60 menunjukkan data jumlah penumpang
dan barang yang naik dan turun dari/di Stasiun Pasuruan.
Tabel 2.54
Jumlah Penumpang dan Barang yang Naik dan Turun dari/di Stasiun
Pasuruan
Tahun 2011–2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 Jumlah penumpang
- Naik 16.981 19.697 21.467 24.803 27.249
- Turun 8.973 10.329 12.471 14.367 16.146
2 Jumlah barang
- Dinaikkan 41.697 44.230 46.973 52.192 57.991
- Diturunkan 38.362 41.694 45.871 49.976 51.482
Sumber: Stasiun Kereta Api Pasuruan, diolah

Selain memiliki prasarana transportasi darat, Kota Pasuruan juga


memiliki prasarana transportasi laut, yakni pelabuhan tradisional yang
berlokasi di muara Sungai Gembong. Klasifikasi pelabuhan Pasuruan
adalah pelabuhan Klas IV, yang melayani pelayaran antar pulau, dengan
sarana angkutan laut jenis kapal/perahu layar dan bermotor dengan
kemampuan di bawah 120 DWT, sehingga lebih berfungsi sebagai
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–56
pelabuhan kapal rakyat dan nelayan. Tabel 2.55 menunjukkan data aktivitas
bongkar muat di Pelabuhan Pasuruan.

Tabel 2.55
Aktivitas Bongkar Muat di Pelabuhan PasuruanTahun 2012–2015
No Uraian 2012 2013 2014 2015
Bongkar
1 Kayu (m3) 19.543 17.400 12.552 13.154
2 Lain-lain (ton) 270 201 90 97
Muat
1 Alat berat (m3) 1.007 1.000 416 514
2 Lain-lain (ton) 270 0 270 54
Sumber: BPS Kota Pasuruan, diolah

Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas transportasi perkotaan,


maka pembenahannya perlu melibatkan berbagai aspek transportasi,
termasuk pengelolaan armada angkutan umum. Tabel 2.56 merincikan data
perkembangan angkutan umum di Kota Pasuruan.
Tabel 2.56
Perkembangan Angkutan Umum di Kota Pasuruan Tahun 2011–2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 Angkutan Kota Dalam Provinsi
(AKDP)
Perusahaan 1 1 1 1 1
Kendaraan / Armada 122 126 126 126 126
2 Angkutan Pariwisata
Perusahaan 1 1 1 1 1
Kendaraan / Armada 55 60 70 70 70
3 Mobil Penumpang Umum (MPU) /
Mikrolet / Mikrobus
Kendaraan / Armada 152 152 152 152 152
Sumber: Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informasi Kota Pasuruan, diolah

Untuk meningkatkan keamanan jalur transportasi darat, khususnya


jalan, maka Pemerintah Kota telah berupaya meningkatkan ketersediaan
rambu-rambu lalu lintas jalan. Tabel 2.57 menunjukkan ketersediaan rambu-
rabu lalu lintas jalan di Kota Pasuruan.
Tabel 2.57
Rambu-Rambu Lalu Lintas Jalan di Kota PasuruanTahun 2011–2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 Rambu-rambu lalu lintas 271 341 358 358 358
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–57
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
2 Lampu lalu lintas 14 14 14 16 16
3 Flashing light 30 30 30 30 30
4 Halte bis 12 12 12 14 14
Sumber: Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informasi Kota Pasuruan, diolah

Tabel 2.58
Jumlah Kendaraan Kota Pasuruanyang Melakukan Uji KIR Tahun 2011–
2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 Kendaraan 2.355 2.390 2.484 2.648 2.712
Sumber: Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informasi Kota Pasuruan, diolah

2.3.1.8. Lingkungan Hidup


Pelaksanaan pembangunan memberikan konsekuensi, salah
satunya, adalah menurunnya kualitas lingkungan. Karena itu,
memperhatikan kelestarian sebagai bagian dari penyeimbang
pembangunan adalah keniscayaan. Urusan lingkungan hidup meliputi:
pencegahan dan pengendalian pencemaran, penyediaan ruang terbuka
hijau dan pengelolaan sampah. Kelestarian lingkungan hidup akan
berdampak terhadap kualitas kesehatan. Sedangkan kualitas kesehatan
masyarakat akan berimplikasi pada indeks pembangunan manusia.
Salah satu upaya pelestarian fungsi lingkungan hidup adalah
penanganan persampahan. Sepanjang tahun 2011–2015, cakupan
pelayanan persampahan di Kota Pasuruan meningkat dari 61,02persen
pada tahun 2011, menjadi 63,01persen pada tahun 2015. Tabel 2.59
menunjukkan proporsi penanganan sampah di Kota Pasuruan.
Tabel 2.59
Cakupan Pengelolaan Sampah di Kota Pasuruan Tahun 2011–2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 Total sampah dihasilkan (m3) 132.130 129.459 125.889 127.967 128.486
- Sampah organik (m3) 92.554 90.240 82.716 75.580 76.902
- Sampah an organik (m3) 39.576 39.219 43.173 52.387 51.584
2 Total sampah yang dikelola 80.626 79.307 78.001 79.506 80.964
(m3)
3 Cakupan pengelolaan 61,02 61,26 61,96 62,13 63,01
sampah (%)
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kota Pasuruan, diolah

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–58


Kinerja pengelolaan sampah di Kota Pasuruan tidak lepas dari
ketersediaan sarana dan prasarana pengelolaan sampah, sebagaimana
tersaji pada tabel 2.60. Tempat pembuangan akhir atau TPA sampah Kota
Pasuruan berlokasi di Kelurahan Blandongan dengan luas 7,19 ha. Sistem
pengelolaan sampahnya menggunakan landfill controlled, dengan kapasitas
penampungan sampah 274 m3/hari. Berdasarkan proyeksi produksi sampah
dan kapasitas pengelolaan sampah, diperkirakan TPA Blandongan masih
bisa digunakan sampai dengan 10 tahun ke depan.
Tabel 2.60
Prasarana dan Sarana Pengelolaan Sampah di Kota Pasuruan Tahun
2012–2015
No Uraian 2012 2013 2014 2015
Prasarana
1 Tempat pembuangan akhir (unit) 1 1 1 1
2 Tempat pembuangan sementara (unit) 36 31 32 32
Sarana
1 Truk sampah (unit) 6 7 7 7
2 Truk kontainer (unit) 6 8 8 8
3 Kontainer (unit) 29 20 35 35
4 Gerobak (unit) 166 172 172 172
5 Tenaga kebersihan permanen (orang) 105 105 145 145
6 Tenaga kebersihan semi permanen (orang) 155 141 146 146
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kota Pasuruan, diolah

Disamping pengelolaan sampah secara konvensional, Pemerintah


Kota juga mempromosikan pengelolaan sampah ramah lingkungan, dengan
pendekatan 3R, yakni: reduce, recyle dan reuse. Melalui pendekatan ini,
diharapkan produksi sampah dapat ditekan. Pendirian bank sampah dan
TPS 3R merupakan upaya pengelolaan sampah yang dilandasi semangat
ramah lingkungan. Tabel 2.61 menunjukkan jumlah bank sampah dan TPS
3R.
Pencemaran udara, air dan tanah merupakan ongkos yang harus
dibayar atas pelaksanaan pembangunan. Tugas pemerintah dan
masyarakat adalah mengendalikan tingkat pencemaran tersebut. Tabel 2.61
menyajikan data pencemaran di Kota Pasuruan.
Tabel 2.61
Tingkat Pencemaran Udara dan Air di Kota PasuruanTahun 2011–2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 Indeks pencemaran udara - - - 57,03 74.58

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–59


No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
2 Indeks pencemaran air - - - 43,33 45.00
3 Indeks kualitas lingkungan hidup - - - 47,68 54,67
Sumber: Badan Lingkungan Hidup Kota Pasuruan, diolah

Penegakan aturan terkait kelesetarian lingkungan hidup, merupakan


bagian dari upaya untuk menjaga daya dukung lingkungan. Tabel 2.62
menunjukkan penanganan kasus lingkungan hidup.
Tabel 2.62
Kinerja Penanganan Pelanggaran Lingkungan Hidup
Kota PasuruanTahun 2011–2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 Jumlah kasus lingkungan yang diselesaikan 1 - 2 6 3
2 Jumlah kasus lingkungan yang ada 1 - 2 6 3
Sumber: Badan Lingkungan Hidup Kota Pasuruan, diolah

2.3.1.9. Pertanahan
Persentase luas lahan bersertifikat adalah proporsi jumlah luas lahan
bersertifikat Hak Milik (HM), Hak Guna Bangunan (HGB), Hak Guna Usaha
(HGU) dan Hak Pengelola Lahan (HPL) terhadap luas wilayah daratan.
Kepemilikan sertifikat telah diatur dalam Undang-Undang Agraria 1960 yang
menjamin kepastian hukum hak atas tanah yang dimiliki oleh setiap orang.
Ada dua jaminan kepastian hak atas tanah, yang pertama adalah orang
sebagai subyek atau pemilik tanah, sedangkan yang kedua adalah objek
atau tanah. Bagi pemilik tanah mempunyai kewajiban untuk memasang
tanda batas dan memelihara tanah tersebut.
Sampai dengan tahun 2015, data Kantor BPN Kota Pasuruan
menunjukkan bahwa jumlah bidang tanah yang bersertifikat mencapai
55.305 bidang dari total 69.108 bidang atau 80,03persen. Tabel 2.63
menunjukkan jumlah kegiatan pembangunan yang membutuhkan
pembebasan lahan sepanjang tahun 2011-2015.
Tabel 2.63
Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Yang Membutuhkan Pembebasan
Lahan
Tahun 2011–2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 Pelaksanaan kegiatan 4 4 5 6 7
pembangunan yang
membutuhkan pembebasan

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–60


No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
lahan
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kota Pasuruan, diolah

2.3.1.10. Kependudukan dan Catatan Sipil


Terkait dengan tertib administrasi kependudukan, Pemerintah Kota
Pasuruan telah mengeloladatabase kependudukan melalui Sistem Informasi
Administrasi Kependudukan (SIAK) dan penerapan e-KTP berbasis Nomor
Induk Kependudukan (NIK) secara nasional. Kartu Tanda Penduduk (KTP)
adalah identitas resmi penduduk sebagai bukti diri yang diterbitkan oleh
instansi pelaksana yang berlaku di seluruh wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Pada tahun 2012cakupan penduduk yang mempunyai KTP sebanyak
81,74 persen dan pada tahun 2013 meningkat menjadi 87,96 persen,
sedangkan di tahun 2014 menurun menjadi 87,20 persen dari penduduk
kelompok sasaran KTP. Data cakupan penduduk ber-KTP tersaji pada tabel
2.64 . Hal ini ditunjang juga dengan dimulainya sistem pencetakan KTP
yang lebih baik dan inovatif yakni seperti e-KTP atau KTP elektronik yang
merupakan suatu dokumen kependudukan yang dapat digunakan sebagai
alat untuk mengidentifikasi seorang penduduk.
Tabel 2.64
Cakupan Penduduk Ber-KTP di Kota Pasuruan Tahun 2011–2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 Jumlah penduduk ber-KTP 128.846 127.894 132.328 132.484 132.501
2 Jumlah penduduk wajib KTP 151.583 156.464 150.447 151.939 152.236
3 Persentase penduduk ber-KTP 85.00 81.74 87.96 87.20 87,03
Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Pasuruan, diolah

Penerapan KTP elektronik berbasis NIK merupakan upaya


pemerintah yang sangat strategis untuk menuju tertib administrasi
kependudukan yang mengamanatkan adanya identitas tunggal bagi setiap
penduduk dalam terbangunnya database kependudukan lengkap dan
akurat untuk mewujudkan administrasi kependudukan.Berdasarkan data
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Pasuruan, pelaksanaan e-
KTP di Kota Pasuruan hingga tahun 2015 mencapai 97,78 persen.
Tabel 2.65

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–61


Kinerja Pengelolaan KTP Elektronik di Kota PasuruanTahun 2011–2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 Jumlah penduduk ber-KTP 128.846 127.894 132.328 132.484 132.501
2 Jumlah penduduk ber-KTP elektronik - - 126.737 126.879 126.915
Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Pasuruan, diolah

Rasio penduduk ber-akta kelahiran di Kota Pasuruan, dalam kurun


waktu 2011–2015, berfluktuasi dari:5.64persen, sedikit meningkat menjadi
7.02persen, meningkat lagi menjadi 20.98persen dan meningkat menjadi
35.39persen, dan menjadi 43,90persen. Tabel 2.66 menyajikan data
penduduk ber akta kelahiran di Kota Pasuruan.
Tabel 2.66
Cakupan Penduduk Ber-Akta Kelahiran di Kota PasuruanTahun 2011–2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 Jumlah penduduk ber-akta kelahiran 11.650 14.624 43.705 73.796 92.997
2 Jumlah penduduk 206.737 208.322 208.330 208.498 211.844
3 Persentase penduduk ber-akta kelahiran 5,64 7,02 20,98 35,39 43,90
Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Pasuruan, diolah

Penerbitan akta pengakuan anak, akta pengesahan anak dan akta


pengangkatan anak oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
menunjukkan kecenderungan fluktuatif, dengan peningkatan dalam 1-2
tahun terakhir, sebagaimana tersaji pada tabel 2.67 .

Tabel 2.67
Jumlah Akta Pengakuan Anak, Akta Pengesahan Anak dan Akta
Pengangkatan Anak yang Diterbitkan di Kota Pasuruan Tahun 2011–2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 Jumlah akta pengakuan anak yang diterbitkan 1 2 4 14 -
2 Jumlah akta pengesahan anak yang diterbitkan 3 1 5 19 11
3 Jumlah akta pengangkatan anak yang diterbitkan - 2 1 2 2
Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Pasuruan, diolah

Sementara itu, jumlah penerbitan akta perkawinan mengalami


peningkatan dari 37 akta pada tahun 2010, menjadi 35 akta pada tahun
2011, menjadi 34 akta pada tahun 2012, menjadi 30 akta pada tahun 2013
dan menjadi 24 akta pada tahun 2014.

2.3.1.11. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak


Dalam Undang-Undang Pemilu Nomor 10 Tahun 2008, Pasal 53 telah
mensyaratkan partai politik menominasikan setidaknya 30 persen
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–62
perempuan dalam daftar calon legislatif terbuka di Pemilu 2009. Kini
perempuan memiliki hak yang sama dengan laki-laki dalam berbagai hal.
Selama 2 periode terakhir, keterwakilan perempuan dalam parlemen
di Kota Pasuruan, masih kurang dari 30 persen. Akan tetapi, sudah terlihat
adanya keterwakilan perempuan sebagai anggota DPRD. Dalam periode
2009–2014, jumlah anggota DPRD perempuan sebanyak 1 orang, berubah
menjadi 2 orang pada periode 2014–2019. Tabel 2.68 menyajikan
komposisi anggota DPRD Kota Pasuruan menurut jenis kelamin.
Tabel 2.68
Komposisi Anggota DPRD Kota Pasuruan Menurut Jenis Kelamin Tahun
2009–2019
Reguler PAW
No. Periode
Laki-Laki Perempuan Laki-Laki Perempuan
1 Masa bhakti 2009 - 2014 24 1 22 2
2 Masa bhakti 2014 - 2019 29 1 28 2
Sumber: Sekretariat DPRDKota Pasuruan, diolah

Proporsi pegawai negeri sipil (PNS) berjenis kelamin perempuan juga


mengalami peningkatan dalam 5 tahun terakhir. Pada tahun 2011, tercatat
sebesar 50,85persen dan meningkat menjadi 51,09persen pada tahun
2015, sebagaimana tersaji pada tabel 2.69.

Tabel 2.69
Proporsi Pegawai Negeri Sipil Menurut Jenis Kelamin di Kota Pasuruan
Tahun 2011–2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 Jumlah PNS perempuan 2.148 2.089 2.088 2.046 2.032
2 Jumlah PNS 4.224 4.084 4.059 3.998 3.977
3 Rasio PNS perempuan 50,85% 51,15% 51,44% 51,18% 51,09%
Sumber: Badan Kepegawaian DaerahKota Pasuruan, diolah

Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dapat disebabkan beberapa


hal, antara lain: faktor ekonomi, psikologis, pendidikan yang rendah, pihak
ketiga atau faktor pemicu lainnya.Angka rasio KDRT ini menunjukkan
kecenderungan peningkatan pada 5 tahun terakhir. Pada tahun 2011 rasio
KDRT tercatat sebesar 5,47, atau sekitar 5 hingga 6 kejadian KDRT pada
setiap 10.000 rumah tangga. Rasio ini mengalami peningkatan menjadi

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–63


14,15 pada tahun 2015, atau sekitar 14 hingga 15 kejadian KDRT pada
setiap 10.000 rumah tangga.
Tabel 2.70
Rasio Kekerasan Dalam Rumah Tangga di Kota PasuruanTahun 2011–
2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 Jumlah kasus KDRT 24 32 27 61 64
2 Jumlah rumah tangga 43.854 42.984 45.133 45.118 45.211
3 Rasio KDRT per 10.000 5,47 7,44 5,98 13,52 14,15
Sumber: Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga BerencanaKota Pasuruan, diolah

Pada tahun 2015, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)


perempuan sebesar 57,11 yang berarti dari 100 penduduk usia kerja
terdapat sekitar 57 hingga 58 orang berjenis kelamin perempuan aktif dalam
kegiatan ekonomi (bekerja dan pencari kerja). Tabel 2.71 menyajikan
tingkat partisipasi angkatan kerja menurut jenis kelamin di Kota Pasuruan.
Dari tahun ke tahun angka TPAK perempuan mengalami peningkatan,
sejalan dengan perkembangan teknologi dan pendidikan, dimana
perempuan dapat mengoptimalkan perannya sehingga lebih produktif dan
bermanfaat bagi keluarga dan lingkungannya.
Tabel 2.71
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin di Kota Pasuruan
Tahun 2011–2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 TPAK perempuan 52,67 53,39 56,07 57,06 56,01
2 TPAK laki-laki 83,31 83,28 83,12 83,07 83,14
3 TPAK total 68,72 67,97 69,29 67,78 68,23
Sumber: BPSKota Pasuruan, diolah

Indikator komposit untuk pemberdayaan perempuan


direpresentasikan dengan indeks pembangunan gender (IPG) dan indeks
pemberdayaan gender (IDG). Grafik 2.18 menggambarkan kinerja IPG dan
IDG tahun 2011-2015.
IPG adalah sebuah ukuran komposit yang mencerminkan perbedaan
dalam prestasi pembangunan manusia antara perempuan dan laki-laki
dalam tiga dimensi yaitu kesehatan, pendidikan, dan standar hidup layak.
IPG merupakan indeks yang menggambarkan kesenjangan pencapaian

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–64


antara laki-laki dan perempuan yang diukur dengan menggunakan rasio
IPM perempuan dengan laki-laki.
IDG merupakan ukuran untuk menggambarkan persamaan peranan
antara perempuan dan laki-laki dalam aspek-aspek tersebut yaitu
kehidupan ekonomi, politik dan pengambilan keputusan. Sehingga, IDG
menggambarkan besarnya peranan perempuan dalam hal pencapaian
kapabilitas berdasarkan status dan kedudukan perempuan dibandingkan
dengan laki-laki.
Grafik 2.18
Indeks Pembangunan Gender dan Indeks Pemberdayaan Gender
Tahun 2011-2015
120
100 95.46 96.3 96.3
80 65.62
64.83
60
57.42 57.42 53.53
40 56.5 53.53
20
0
2011 2012 2013 2014 2015

Indeks pembangunan gender Indeks pemberdayaan gender

Sumber: BPS Kota Pasuruan

2.3.1.12. Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera


Berdasarkan hasil Pendataan Keluarga yang dilakukan oleh Badan
Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB) Kota
Pasuruan, diketahui bahwa rata-rata jumlah anggota keluarga pada periode
2011–2015 di Kota Pasuruan sekitar 1,31 orang. Jika diasumsikan bahwa
tiap keluarga merupakan keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu dan anak,
maka dapat dikatakan bahwa rata-rata jumlah anak per keluarga di Kota
Pasuruan sekitar 1–2 anak. Tabel 2.72 merincikan perkembangan jumlah
keluarga dan anggotanya di Kota Pasuruan tahun 2011-2015.
Tabel 2.72
Rata-Rata Jumlah Anak Per Keluarga di Kota Pasuruan Tahun 2011–2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 Jumlah keluarga 65.923 66.521 65.021 65.254 65.362
2 Jumlah anggota keluarga 48.332 48.588 49.790 49.823 49.915

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–65


3 Rata-rata anggota per keluarga 1,36 1,37 1,31 1,35 1,31
Sumber: Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga BerencanaKota Pasuruan, diolah

Salah satu program pemerintah dalam menekan laju pertumbuhan


penduduk melalui program Keluarga Berencana (KB). Keluarga Berencana
dicanangkan untuk mengetahui tingkat Partisipasi Pasangan Usia Subur
(PUS) terhadap penggunaan alat/cara KB. Besarnya angka partisipasi KB
(akseptor KB) menunjukkan adanya keberhasilan program KB dan
pengendalian jumlah penduduk. Tabel 2.73 menunjukkan persentase
peserta KB dan peserta KB aktif di Kota Pasuruan.
Tabel 2.73
Persentase Peserta Keluarga Berencana Kota PasuruanTahun 2011–2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 Jumlah pasangan usia subur 33.385 33.499 32.154 31.818 32.015
2 Jumlah akseptor KB 4.616 4.658 4.993 4.152 4.261
3 Jumlah akseptor KB aktif 26.034 26.297 24.638 24.465 24.542
4 Persentase akseptor KB 13,83 13,90 15,53 13,05 13,31
5 Persentase akseptor KB aktif 77,98 78,50 76,62 78,75 76,65
Sumber: Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga BerencanaKota Pasuruan, diolah

Tingkat kesejahteraan dengan kategori keluarga pra sejahtera dan


keluarga sejahtera 1 adalah kategorisasi keluarga yang dinyatakan sebagai
keluarga hampir miskin atau miskin. Keluarga Pra Sejahtera adalah
keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya (basic needs)
secara minimal, seperti; kebutuhan akan pangan, sandang, papan,
kesehatan dan pendidikan.
Tabel 2.74
Perkembangan Keluarga Sejahtera di Kota Pasuruan Tahun 2011–2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 Jumlah keluarga pra sejahtera 5.425 5.349 6,540 6.214 6.129
2 Jumlah keluarga sejahtera I 10.882 9.973 9,934 10.112 10.203
3 Jumlah keluarga sejahtera II 12.491 12,101 11,777 12.627 12.751
4 Jumlah keluarga sejahtera III 17.547 18,756 19,186 18.676 18.764
5 Jumlah keluarga sejahtera III plus 1.987 2,409 2,353 2.707 2.891
7 Jumlah keluarga pra sejahtera dan sejahtera I 16.307 15,322 16,474 16,326 16.332
Sumber: Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga BerencanaKota Pasuruan, diolah

Sedangkan Keluarga Sejahtera Tahap I yaitu keluarga-keluarga yang


telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi belum
dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan sosial psikologisnya (socio

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–66


psychological needs), seperti kebutuhan ibadah, makan protein hewani,
pakaian, ruang untuk interaksi keluarga, senantiasa dalam keadaan sehat,
mempunyai penghasilan, bisa baca tulis Latin, berkeluarga berencana, dll.
Tabel 2.74 menyajikan data keluarga pra sejahtera dan keluarga sejahtera
di Kota Pasuruan.

2.3.1.13. Sosial
Keberadaan panti sosial sebagai sarana pengembangan, pemulihan,
bimbingan dan latihan serta terapi ditujukan untuk menciptakan kemandirian
agar dapat mendorong penerima manfaat dapat menjalankan fungsi
sosialnya secara normal dalam kehidupan bermasyarakat. Tabel 2.77
menyajikan jumlah panti sosial di Kota Pasuruan.
Tabel 2.77
Perkembangan Panti Sosial di Kota Pasuruan Tahun 2011–2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 Jumlah panti asuhan 1 1 1 3 4
2 Jumlah panti jompo - - - - -
3 Jumlah panti rehabilitasi - - - - -
4 Jumlah panti anak cacat - - - - -
Sumber: Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan TransmigrasiKota Pasuruan, diolah

Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial atau PMKS adalah


seseorang, keluarga atau kelompok masyarakat yang karena suatu
hambatan, kesulitan atau gangguan, tidak dapat melaksanakan fungsi
sosialnya, sehingga tidak dapat terpenuhi kebutuhan hidupnya secara
memadai dan wajar. Berbagai faktor penyebab keberadaan PMKS antara
lain kemiskinan, bencana alam dan marginalisasi. Sebagaimana tersaji
pada tabel 2.78, sepanjang 2011–2015, pertumbuhan PMKS maupun
PMKS yang mendapat bantuan mengalami fluktuasi.
Tabel 2.78
Perkembangan Jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial di Kota
Pasuruan Tahun 2011–2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 Jumlah PMKS yg diberikan bantuan 1.381 1.293 1.213 1.506 1.228
2 Jumlah PMKS yg seharusnya menerima 10.316 10.657 10.177 11.367 10.531
bantuan
3 Persentase PMKS yg memperoleh bantuan 13,39 12,13 11,92 13,25 11,66
sosial
Sumber: Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan TransmigrasiKota Pasuruan, diolah

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–67


Berbagai permasalahan sosial yang terjadi di suatu wilayah acapkali
membutuhkan penanganan segera. Upaya ini dilakukan agar efek sosial
yang lebih besar dapat dihindari. Di antara permasalahan sosial yang ada di
antaranya penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS). Pemerintah
berusaha seoptimal mungkin untuk menanggulangi PMKS. Upaya tersebut
ditempuh dengan memberikanpembinaan, bantuan maupun perlindungan,
sehingga PMKS dapat hidup secara normal.

2.3.1.14. Ketenagakerjaan
Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan
tenaga kerja pada waktu sebelum, selama dan sesudah masa kerja.
Tenaga kerja adalah jumlah seluruh penduduk dalam usia kerja (15 tahun
ke atas) dalam suatu negara yang dapat memproduksi barang dan jasa, jika
ada permintaan terhadap tenaga mereka dan jika mereka mau
berpartisipasi dalam aktivitas tersebut.
Selanjutnya, tenaga kerja dibedakan menjadi: angkatan kerja dan
bukan angkatan kerja (penduduk yang sebagian besar kegiatannya adalah
bersekolah, mengurus rumah tangga, atau kegiatan lainnya selain bekerja).
Angkatan kerja merupakan bagian penduduk yang sedang bekerja dan siap
masuk pasar kerja, atau dapat dikatakan sebagai pekerja dan merupakan
potensi penduduk yang akan masuk pasar kerja.
Angka yang sering digunakan untuk menyatakan jumlah angkatan
kerja adalah TPAK (Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja), yang merupakan
rasio antara jumlah angkatan kerja dan jumlah tenaga kerja. TPAK dapat
juga disebut sebagai indikator ekonomi dalam ketenagakerjaan. Oleh
karena itu makin tinggi angka TPAK suatu wilayah, mencerminkan semakin
baik tingkat ekonomi masyarakatnya.
Berdasarkan data Informasi Pasar Kerja (IPK) yang dikumpulkan oleh
Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Kota
Pasuruan, diketahui bahwa penempatan tenaga kerja mengalami
kecenderungan menurun. Pada tahun 2015 jumlah pencari kerja aktif yang
terdaftar sebanyak 1.887orang, dari jumlah tersebut, 110 orang pencari
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–68
kerja telah ditempatkan atau mencapai 5,83persen. Angka penempatan
kerja ini lebih rendah dibandingkan tahun 2014, jumlah pencari kerja aktif
mencapai 1.448 orang dan 298 diantaranya telah berhasil mendapatkan
pekerjaan atau mencapai 20,58persen. Tabel 2.79 menunjukkan
perkembangan penempatan kerja di Kota Pasuruan tahun 2011-2015.
Tabel 2.79
Jumlah Pencari Kerja dan Penempatan Kerja di Kota Pasuruan Tahun
2011–2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 Pencari kerja yang mendaftar 1.283 1.012 1.351 1.448 1.887
2 Penempatan tenaga kerja 411 465 192 298 110
3 Persentase pencari kerja yang 32,03 45,95 14,21 20,58 5,83
ditempatkan
Sumber: Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan TransmigrasiKota Pasuruan, diolah

Pengangguran adalah orang yang masuk dalam angkatan kerja


(berusia 15 tahun ke atas) yang sedang mencari pekerjaan dan belum
mendapatkannya. Sedangkan pengangguran terbuka adalah mereka yang
tidak mau bekerja karena mengharapkan pekerjaan yang lebih baik
(penganggur sukarela) maupun secara terpaksa,serta mereka yang mau
bekerja tetapi tidak memperoleh pekerjaan.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kantor Kota Pasuruan,
jumlah angkatan kerja di Kota Pasuruan pada tahun 2014 mencapai
sebanyak 97.127 orang atau berkurang sebesar 1.033 orang dibandingkan
dengan jumlah angkatan kerja tahun 2013 sebesar 98.160 orang.
Dari angkatan kerja, yang terserap dalam lapangan kerja sekitar
93,91 persen atau 91.212 orang. Sementara pencari kerja yang tidak/belum
terserap di pasar kerja (juga disebut sebagai tingkat pengangguran terbuka)
sebesar 60,89 persen atau 5.915 ribu orang pada tahun 2014, relatif lebih
rendah dibandingkan kondisi tahun 2013 yang mencapai 5,41 persen atau
5.310 orang. Tabel 2.80 menyajikan data tingkat partisipasi angkatan kerja,
tingkat kesempatan kerja dan tingkat pengangguran terbuka di Kota
Pasuruan.
Tabel 2.80
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja, Tingkat Kesempatan Kerja dan Tingkat
Pengangguran Terbuka di Kota Pasuruan Tahun 2011–2015
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–69
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 Tingkat partisipasi angkatan kerja 68,72 67,97 69,29 67,78 67,81
2 Tingkat kesempatan kerja 95,08 95,66 94,66 93,91 93,89
3 Tingkat pengangguran terbuka 4,92 4,34 5,34 6,09 6,11
Sumber: BPSKota Pasuruan, diolah

Kondisi hubungan industrial di Kota Pasuruan mengalami fluktuasi,


ditunjukkan dengan adanya kenaikan maupun penurunan jumlah kasus
perselisihan selama periode tahun 2011–2015. Tabel 2.81 menyajikan
kasus perselisihan hubungan industrial di Kota Pasuruan tahun 2011–2015.
Tabel 2.81
Jumlah Kasus Perselisihan Hubungan Industrial di Kota Pasuruan Tahun
2011–2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 Perselisihan Hak 1 1 3 1 2
2 Perselisihan Kepentingan 1 1 0 0 1
3 Perselisihan PHK 7 9 11 9 8
4 Perselisihan Antar SP/SB dlm 1 0 0 0 0 0
Perusahaan
5 Mogok Unjuk Rasa 0 0 1 0 0
Sumber: Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan TransmigrasiKota Pasuruan, diolah

2.3.1.15. Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah


Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang atau badan
hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip
koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas
azas kekeluargaan.Koperasi Aktif adalah koperasi yang dalam dua tahun
terakhir mengadakan RAT (Rapat Anggota Tahunan) atau koperasi yang
dalam tahun terakhir melakukan kegiatan usaha.
Tabel 2.82
Persentase Koperasi Aktif di Kota Pasuruan Tahun 2011–2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 Jumlah koperasi aktif 191 193 195 195 197
2 Jumlah koperasi 324 326 328 327 328
3 Persentase koperasi aktif 58,04 59,12 59,47 60,02 61,06
Sumber: Dinas Koperasi, Perindustrian dan PerdaganganKota Pasuruan, diolah

Persentase koperasi aktif mengalami peningkatan dari 58,04persen


pada tahun 2011, menjadi 59,12persen pada tahun 2012, kembali
meningkat 59,47persen pada tahun 2013. Pada tahun 2015 meningkat
menjadi 61,06persen dibanding tahun 2014 sebesar 61,06persen.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–70


Kinerja pengelolaan koperasi juga menunjukkan hasil positif, dilihat
dari: keanggotaan, karyawan, modal, volume usaha, sisa hasil usaha dan
kekayaan; sebagaimana tersaji pada tabel 2.83.
Tabel 2.83
Kinerja Pengelolaan Koperasi di Kota Pasuruan Tahun 2011–2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 Jumlah Koperasi 324 326 328 327 328
(unit)
2 Anggota 27.378 27.445 28.284 27.703 27.923
3 Manager Koperasi 16 16 17 22 24
4 Karyawan 370 379 410 390 396
5 Modal Sendiri 55.895.501 59.346.294 60.270.673 74.254.865 76.349.963
(Rp. 000)
6 Modal Luar 42.299.927 29.231.026 44.428.723 40.163.741 42.965.523
7 Volume Usaha 35.366.830 37.986.961 69.386.350 101.508.307 112.378.532
(Rp. 000)
9 Persentase 48,37 6,88 83,57 46,29 10,71
pertumbuhan
volume usaha
10 Sisa Hasil Usaha 6.798.680 6.445.603 7.374.382 10.077.103 10.238.094
(Rp. 000)
11 Kekayaan 100.802.826 103.724.810 113.235.135 147.232.859 147.427.396
(Rp. 000)
Sumber: Dinas Koperasi, Perindustrian dan PerdaganganKota Pasuruan, diolah

Usaha kecil dan menengah merupakan kelas usaha yang dominan di


Kota Pasuruan. Sebagian besar UKM ini bergerak di sektor industri,
perdagangan dan jasa. Pada tahun 2015, jumlah usaha mikro tercatat
sebesar 26.835 usaha dan usaha kecil menengah mencapai 949 usaha.
Histogram 2.2 menunjukkan persentase usaha kecil dan menengah dengan
usaha mikro di Kota Pasuruan.
Histogram 2.2
Persentase Kelas Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di Kota Pasuruan
Tahun 2015

26,835

949

Usaha mikro dan kecil Usaha menengah


Sumber: Dinas Koperasi, Perindustrian dan PerdaganganKota Pasuruan, diolah
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–71
2.3.1.16. Penanaman modal
Pada tahun 2015 angka Incremental Capital Output Ratio atau ICOR
Kota Pasuruan sebesar 4,27, artinya untuk mendapatkan tambahan output
sebesar 1 unit diperlukan investasi sekitar 4,27 unit. Dibandingkan dengan
ICOR tahun sebelumnya yang mencapai 4,52, maka dapat dikatakan bahwa
setiap penambahan 1 unit output memerlukan investasi sebesar kurang
lebih 4,52 unit.
Pernyataan di atas dapat diartikan untuk meningkatkan Produk
Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan atau PDRB ADHK,
tahun 2015 sebesar 1 milyar rupiah pada tahun 2015 diperlukan
investasi sebesar Rp.4,27 milyar rupiah. Sedangkan untuk meningkatkan
PDRB ADHK sebesar 1 milyar rupiah pada tahun 2014 diperlukan investasi
sebesar Rp.4,52 milyar rupiah. Hal ini merupakan indikasi efisiensi
permodalan Kota Pasuruan cukup baik.
Grafik 2.19
Nilai Investasi (Rp. Ribu) di Kota Pasuruan Tahun 2011–2015
500,000,000 464,700,000

400,000,000
386,700,000
300,000,000 316,500,000
200,000,000 227,900,000

100,000,000 167,200,000

-
2011 2012 2013 2014 2015
Sumber: Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Pasuruan, diolah

Pertumbuhan investasi di Kota Pasuruan menunjukkan tren positif,


sebagaimana terlihat pada grafik 2.19. Pada tahun 2012, nilai investasi
tercatat sebesar Rp.227 milyar, meningkat menjadi Rp.316,5 milyar pada
tahun 2013 dan meningkat lagi menjadi Rp.386,5 milyar pada tahun 2014.
Pada tahun 2015, tercatat senilai Rp.464,7 milyar. Meskipun positif, tren
pertumbuhan investasi mengalami lonjakan cukup drastis pada tahun 2013
yakni 38.88persen dan melandai menjadi 20.17persen pada tahun 2015.
Grafik 2.20
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–72
Jumlah Izin dan Non Perizinan yang Diterbitkan Kota Pasuruan Tahun
2011–2015
4,000
2,705 3,142
3,000 2,474
2,805
2,000
2,156
1,000

-
2011 2012 2013 2014 2015
Sumber: Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Pasuruan, diolah

Untuk mendukung iklim investasi, Pemerintah Kota berupaya


memperbaiki kinerja pelayanan perizinan. Konsep perizinan satu pintu,
diawali dengan pelimpahan perizinan dan non perizinan, yakni: 10 perizinan
dan non perizinan pada tahun 2011,13 perizinan dan non perizinan pada
tahun 2012 dan 106 perizinan dan non perizinan pada tahun 2013.Jumlah
izin dan non izin yang diterbitkan sepanjang 2011–2015 juga menunjukkan
kecenderungan yang fluktuatif, sebagaimana tersaji pada grafik 2.20.
Tingkat kepuasan masyarakat atas layanan di bidang perizinan dan
penanaman modal menunjukkan kecenderungan meningkat, sebagaimana
terlihat pada grafik 2.21.
Grafik 2.21
Indeks Kepuasan Masyarakat atas Pelayanan Perizinan dan Penanaman
Modal
Kota Pasuruan Tahun 2011–2015
85
82.13 82.89
80
75.07
75
74.2
71.39
70

65
2011 2012 2013 2014 2015
Sumber: Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Pasuruan, diolah

2.3.1.17. Kebudayaan
Sepanjang tahun 2011–2015, event festival seni dan budaya
menunjukkan berkembangkan yang menggembirakan, sebagaimana tersaji
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–73
pada Grafik 2.22. Pada tahun 2013, event festival seni dan budaya
sebanyak 8event.Pada tahun 2015, event tersebut meningkat menjadi 12
kali. Semakin seringnya pelaksanaan event tersebut akan memberikan
ruang berkembangnya seni dan budaya masyarakat, sehingga tidak akan
mengalami kepunahan. Di samping itu juga dapat mengeliminir tergerusnya
budaya sendiri di tengah gencarnya budaya asing yang masuk di dalam
masyarakat.
Penghargaan terhadap keberadaan kesenian dan budaya oleh
pemerintah khususnya dapat di lakukan dengan penyelenggaraan event-
event kesenian dan kebudayaan.Perhatian pemerintah tersebut tidak cukup
hanya itu saja, tapi ketersediaan sarana penyelenggaraan seni dan budaya
perlu juga disiapkan atau bila perlu memberikan bantuan kepada para
kelompok seni. Sampai dengan saat ini, di Kota Pasuruan terdapat 1
gedung kesenian.
Grafik 2.22
Jumlah Festival Seni dan Budaya di Kota Pasuruan Tahun 2011–2015
15
12
10 11
8
7
5 6

0
2011 2012 2013 2014 2015
Sumber: Dinas Pemuda, Olahraga dan Kebudayaan Kota Pasuruan, diolah

Cagar budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa


benda cagar budaya, bangunan cagar budaya, struktur cagar budaya, situs
cagar budaya dan kawasan cagar budaya di darat dan air yang perlu
dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu
pengetahuan, pendidikan dan melalui proses penetapan.
Keberadaan benda, situs dan kawasan cagar budaya perlu mendapat
perhatian baik oleh pemerintah maupun masyarakat. Oleh karena itu
kepedulian terhadap cagar budaya senantiasa dikembangkan agar rasa
memiliki dan memelihara keberadaannya dapat memberikan kontribusi bagi
kelestarian cagar budaya itu sendiri.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–74
Meski tidak tercatat sebagai lokasi kerajaan besar nusantara,
Pasuruan memiliki catatan perjalanan sejarah Pasuruan yang cukup
panjang. Pasuruan kerapkali disinggung dalam perjalanan kerajaan Jawa,
baik eraMataram kuno, Singosari, Majapahit hingga Mataram islam. Pada
era kolonialisme, Pasuruan sempat difungsikan sebagai salah satu pusat
pemerintahan di pulau Jawa oleh Pemerintah Hindia-Belanda.
Menilik perjalanan sejarah di atas, maka cukup wajar jika banyak
ditemukan bangunan ataupun benda yang berpotensi dijadikan sebagai
artefak cagar budaya. Artefak tersebut, dapat berupa: gedung kuno, makam
kuno situs kuno hingga benda-benda kuno yang memiliki nilai sejarah bagi
perjalanan Kota Pasuruan.Oleh karena itu Pemerintah Kota menerbitkan
peraturan daerah yang berfungsi untuk melindungi keberadaan cagar
budaya tersebut.
2.3.1.18. Kepemudaan dan Olah Raga
Peran serta pemuda dalam pembangunan dapat teraktualisasi
dengan berbagai ragam baik pada bidang olah raga, akademik maupun
perkumpulan. Perkumpulan pemuda yang terbentuk dalam masyarakat
biasanya membangun suatu komunitas dalam bentuk organisasi pemuda.
Grafik 2.23 menyajikan data organisasi kepemudaan yang dikumpulkan dari
instansi yang membidanginya.
Grafik 2.23
Jumlah Organisasi Kepemudaaan di Kota Pasuruan Tahun 2011–2015
16
15
15
14
13 13 13
13
13
12
2011 2012 2013 2014 2015
Sumber: Dinas Pemuda, Olahraga dan Kebudayaan Kota Pasuruan, diolah

Guna meningkatkan partisipasi dan peran pemuda dalam


pembangunan, maka perlu difasilitasi dengan ketersediaan anggaran dan
sarana-prasarana kepemudaan, penghargaan kepemudaan serta
optimalisasi manajemen organisasi kepemudaan dalam rangka penyadaran,

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–75


pemberdayaan, pengembangan, kepemimpinan, pengembangan
kewirausahaan dan pengembangan kepeloporan pemuda, yang
keseluruhannya merupakan kegiatan kepemudaan yang dilakukan pemuda
dalam mengisi pembangunan.Berdasarkan data dari Dinas Pemuda dan
Olah Raga dan Kebudayaan, jumlah kegiatan kepemudaan pada tahun
2012 sebanyak 12 kegiatan, tahun 2013 menjadi 13, sedangkan pada tahun
2014 sebanyak 13 kegiatan. Pada tahun 2015, bertambah menjadi 15
kegiatan.
Fasilitas olahraga secara keseluruhan mencakup fasilitas fisik dan
fasilitas non fisik. Fasilitas olahraga secara fisik mencakup prasarana dan
sarana fisik antara lain berupa stadion, gelanggang dan lapangan olahraga.
Sedangkan fasilitas olahraga non fisik mencakup seperti
sasana/perkumpulan olahraga, tenaga pelatih dan guru olahraga.
Pada tingkat nasional, tercatat sekitar 50 organisasi induk cabang
olahraga yang diakui oleh Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI).
Berdasarkan data dari KONI Kota Pasuruan, pada tahun 2010 sampai
tahun 2014 terdapat sekitar 31 cabang organisasi olahraga di Kota
Pasuruan. Adapun jumlah klub olahraga menurut cabangnya disajikan pada
grafik 2.24.
Grafik 2.24
Jumlah Klub Menurut Cabang Olahraga di Kota Pasuruan Tahun 2011–
2015
66
65
65
64
63
62 62 62
62
62
61
60
2011 2012 2013 2014 2015
Sumber: Dinas Pemuda, Olahraga dan Kebudayaan Kota Pasuruan, diolah

Perkembangan jumlah fasilitas fisik untuk olahraga berupa lapangan


olahraga pada suatu lingkungan masyarakat, pada umumnya sangat
dipengaruhi oleh perkembangan sosial-ekonomi masyarakat yang

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–76


bersangkutan. Tabel 2.83 menyajikan jumlah fasilitas fisik olahraga
berdasarkan data dari Dinas Pemuda, Olah Raga danKebudayaan.
Tabel 2.83
Jumlah Lapangan Menurut Cabang Olahraga di Kota Pasuruan Tahun
2012–2015
No Uraian 2012 2013 2014 2015
1 Stadion 1 1 1 1
2 Gelanggang Olahraga 1 1 1 1
3 Lapangan Sepakbola 19 19 19 19
4 Lapangan Voli 14 14 15 15
5 Lapangan Basket 5 5 5 5
6 Lapangan Futsal 3 3 3 3
7 Kolam Renang 2 3 3 3
8 Gedung Bulutangkis 5 5 5 5
9 Lapangan Tenis 6 6 6 6
10 Gedung Tenis 1 1 1 1
Sumber: Dinas Pemuda, Olahraga dan Kebudayaan Kota Pasuruan, diolah

2.3.1.19. Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi


Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian, dan
Persandian
Rasio polisi pamong praja per 10.000 penduduk mengalami
kecenderungan meningkat, sebagaimana tersaji pada tabel 2.84. Pada
tahun 2015 per 10.000 penduduk sebesar 4,49 atau dengan kata lain dalam
10.000 penduduk terdapat sekitar 4 hingga 5 orang Satpol PP yang
bertugas menjaga keamanan dan ketertiban umum. Angka rasio ini terlihat
relatif kecil bila dibandingkan dengan tugas yang diemban.
Tabel 2.84
Rasio Polisi Pamong Praja di Kota Pasuruan Tahun 2011–2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 Jumlah polisi pamong praja 92 98 98 98 98
2 Jumlah penduduk 206,151 208,042 203,019 208,498 211.844
3 Rasio per 10.000 penduduk 4.11 4.15 4.69 4.58 4,49
Sumber: Satuan Polisi Pamong PrajaKota Pasuruan, diolah

Petugas satuan perlindungan masyarakat atau satlinmas menjadi


pendukung utama pihak kepolisian, bahkan menjadi garda terdepan, dalam
mewujudkan tata kehidupan masyarakat yang tertib dan aman. Tabel 2.85
menyajikan data rasio petugas linmas per 10.000 penduduk. Pada tahun
2015, rasio petugas linmas tercatat sebesar 80,25. Angka tersebut berarti
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–77
sekitar 42 orang Linmas bertugas membantu memelihara keamanan,
ketentraman dan ketertiban umum untuk 10.000 penduduk di Kota
Pasuruan.
Tabel 2.85
Rasio Petugas Linmas di Kota Pasuruan Tahun 2011–2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 Jumlah petugas linmas 884 884 884 884 1.700
2 Jumlah penduduk 206.151 208.042 203.019 208.498 211.844
3 Rasio per 10.000 penduduk 42,88 42,49 43,54 42,40 80,25
Sumber: Satuan Polisi Pamong PrajaKota Pasuruan, diolah

Partisipasi masyarakat dalam pemeliharaan lingkungan diwujudkan


dalam bentuk Sistem Keamanan Lingkungan (Siskamling). Pengertian
siskamling secara umum adalah suatu kegiatan atau upaya untuk
mencegah gangguan kamtibmas, yang dikembangkan oleh Kepolisian
Republik Indonesia (Polri) dengan membangkitkan kesadaran masyarakat
untuk berpartisipasi dan peduli serta meningkatkan kepekaan dan daya
tangkal masyarakat terhadap masalah keamanan dan ketertiban di
lingkungannya masing-masing. Tabel 2.86 menyajikan data rasio pos
siskamling per jumlah kelurahan.
Tabel 2.86
Rasio Pos Siskamling di Kota Pasuruan Tahun 2011–2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 Jumlah pos siskamling 890 920 960 960 960
2 Jumlah kelurahan 34 34 34 34 34
3 Rasio per 10.000 penduduk 43,17 43.89 44,27 44,94 45.57
Sumber: Satuan Polisi Pamong PrajaKota Pasuruan, diolah

Program peningkatan keamanan dan ketertiban masyarakat bertujuan


untuk mewujudkan Kota Pasuruan kondusif; melalui pemantauan kegiatan
orang asing, Non Govermental Organization (NGO) dan lembaga asing
yang ada di Kota Pasuruan, mengoptimalkan jaringan informasi konflik,
dengan meningkatkan peran Forum Komunikasi Pimpinan Daerah
(Forkopimda) dan Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM).
Pemerintah bersama masyarakat Kota Pasuruan bertekad
mewujudkan Kota Pasuruan dalam suasana kondusif, yang mendukung
proses penguatan persatuan dan kesatuan bangsa, serta mendorong

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–78


proses peningkatan pemahaman mengenai hak-hak azasi manusia dan
demokrasi dengan upaya membina rasa persatuan dan kesatuan
bangsa,dengan melaksanakan pembinaan hubungan antar golongan, antar
agama, kelompok dan lembaga kemasyarakatan yang ada.
Pembangunan adalah proses mewujudkan masyarakat yang
sejahtera, adil dan merata. Tingkat kesejahteraan secara ekonomi
ditunjukkan dengan meningkatnya kemakmuran masyarakat yang akan
berkorelasi dengan tingkat konsumsi sebagai akibat meningkatnya
pendapatan masyarakat. Berbagai upaya telah ditempuh pemerintah untuk
meningkatkan taraf kesejahteraan penduduknya, yang antara lain berupa
upaya pengendalian jumlah penduduk miskin, dengan meningkatkan
kesejahteraannya. Tabel 2.87 menyajikan data tingkat kemiskinan di Kota
Pasuruan.
Tabel 2.87
Tingkat Kemiskinan di Kota Pasuruan Tahun 2011–2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 Jumlah penduduk miskin 18,160 15,000 14,600 14,600 15,941
2 Jumlah penduduk 188,283 190,045 194,168 193,329 211,844*
3 Tingkat kemiskinan (%) 9.65 7.89 7.52 7.55 7,52
Sumber: BPS Kota Pasuruan, diolah
*) data Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

Penyelenggaraan pelayanan publik yang dilaksanakan oleh aparatur


pemerintah dalam berbagai sektor pelayanan terutama yang menyangkut
pemenuhan kebutuhan hak-hak sipil dan kebutuhan dasar, yang masih
dirasakan belum sesuai dengan tuntutan dan harapan masyarakat.
Hal ini bisa diketahui antara lain dari banyaknya pengaduan, keluhan
yang disampaikan oleh masyarakat melalui media massa maupun langsung
kepada unit pelayanan. Keluhan ini bisa menyangkut sistem dan prosedur
pelayanan yang masih berbelit-belit, tidak transparan, kurang informatif,
kurang akomodatif dan kurang konsisten, sehingga kurang menjamin
kepastian (hukum, waktu dan biaya) serta masih adanya praktik pungutan
tidak resmi.
Sejalan dengan meningkatnya kesadaran berbangsa, bernegara dan
bermasyarakat serta adanya tuntutan reformasi penyelenggaraan

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–79


pemerintahan dan pembangunan, pemenuhan hak untuk mendapatkan
pelayanan yang baik merupakan hak masyarakat dan sebaliknya bagi
aparatur berkewajiban memberikan pelayanan dan pengayoman kepada
masyarakat.
Tabel 2.88
Tingkat Penanganan Pengaduan Masyarakat Bidang Perizinan
di Kota Pasuruan Tahun 2011–2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 Jumlah pengaduan yang ditangani 26 5 8 10 12
2 Jumlah pengaduan 26 5 8 10 12
3 Tingkat penanganan pengaduan 100 100 100 100 100
Sumber: Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perijinan Kota Pasuruan, diolah

Tabel 2.88 menyajikan data pengaduan masyarakat di Kota Pasuruan


dan tindak lanjutnya. Semakin tinggi nilai persentase tindak lanjut
pengaduan masyarakat, berarti masyarakat semakin terlayani haknya oleh
aparatur negara, dalam hal ini adalah Perangkat Daerah(PD) di lingkungan
pemerintahKota Pasuruan.
Peningkatan kualitas pelayanan publik dimaksudkan untuk
Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik sesuai kebutuhan dan harapan
masyarakat, dan jumlah unit pelayanan publik di Kota Pasuruan semakin
meningkat berkat partisipasi masyarakat, serta terwujudnya unit pelayanan
yang berprestasi, sebagaimana dalam tabel 2.89 berikut.
Tabel 2.89
Kinerja Pelayanan Publik di Kota Pasuruan Tahun 2011–2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 Jumlah layanan yang memiliki Standar Pelayanan 10 13 106 106 106
Publik dan Standar Operating Procedure
2 Jumlah PD yang memiliki SPP dan SOP - 30 39 39 39
3 Jumlah PD/unit pelayanan yang melakukan - 8 10 10 11
survei Indeks Kepuasan Masyarakat
Sumber: Bagian Organisasi Sekretariat Daerah Kota Pasuruan, diolah

Penataan kelembagaan dan ketatalaksanaan dimaksudkan untuk


terbentuknya kelembagaan yang efektif dan efisien, dan terwujudnya
penyempurnaan tatalaksana dan hubungan kerja antara lembaga. Salah
satu parameternya adalah penyusunan standard operating procedure atau
SOP.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–80


Jumlah Kelompok Budaya Kerja (KBK) di lingkungan Pemerintah
Kota Pasuruan, pada tahun 2012 mencapai 9 KBK meningkat 10 KBK pada
tahun 2013 dan meningkat 12 KBK pada tahun 2014, dan pada tahun 2015
sejumlah 15 KBK, sebagaimana tersaji pada tabel 2.90.
Tabel 2.90
Kelompok Budaya Kerja di Lingkungan Pemerintah Kota Pasuruan
Tahun 2011–2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 Jumlah Kelompok Budaya Kerja 9 9 10 12 15
2 Jumlah PD yang memiliki Kelompok Budaya 9 9 10 12 15
Kerja
Sumber: Bagian Organisasi Sekretariat DaerahKota Pasuruan, diolah

Pengelolaan keuangan diarahkan pada pengendalian proporsi


belanja pegawai, dengan belanja untuk pembangunan (baik belanja barang
dan jasa maupun belanja modal). Tabel 2.91 menunjukkan proprosi belanja
pegawai di Kota Pasuruan.
Tabel 2.91
Proporsi Belanja Pegawai APBD Pemerintah Kota Pasuruan Tahun 2011–
2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014*) 2015
1 Belanja pegawai (Rp milyar) 252 288 310 272 422
2 Total belanja (Rp milyar) 454 487 535 420 873
3 Persentase belanja pegawai 55,66 59,17 58,05 64,73 48,39
Sumber: Badan Pengelolaan Keuangan dan AsetKota Pasuruan, diolah

Dalam rangka mendukung reformasi birokrasi, diperlukan


peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)aparatur yang
profesional, dalam arti memiliki pengetahuan dan keterampilan yang baik,
disiplin atau taat pada ketentuan yang berlaku, serta berdedikasi tinggi,
sehingga setiap Pegawai Negeri Sipil di Kota Pasuruan mampu
melaksanakan tugas yang diberikan.
Tabel 2.92
Kinerja Kepegawaian Pemerintah Kota Pasuruan Tahun 2011–2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 Jumlah peserta Wawasan - - - - -
kepemimpinan yang lulus
2 Jumlah peserta yang lulus ujian - - 29 - 98
dinas/penyesuaian
3 Jumlah PNS yang mendapat 5 1 - - 9
fasilitasi tugas belajar S1, S2, S3
4 Jumlah PNS yang mendapat 35 8 15 13 8
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–81
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
fasilitasi izin belajar S1, S2, S3
5 Jumlah PNS yang yang diusulkan 2 - - 3 5
dan lulus Diklat Pim II
6 Jumlah PNS yang yang diusulkan 6 - 5 10 36
dan lulus Diklat Pim III
7 Jumlah PNS yang yang diusulkan 60 60 60 30 30
dan lulus Diklat Pim IV
8 Jumlah penetapan pelanggaran - 3 9 7 -
hukuman disiplin pegawai
9 Jumlah penetapan pelanggaran - - - - -
pidana

10 Jumlah penetapan pemberian ijin - 14 16 8 -


perceraian
11 Jumlah surat penolakan - 1 - - -
perceraian
12 Jumlah Calon Praja IPDN yang 27 34 26 34 -
difasilitasi
13 Seleksi CPNS:
- Pendaftar yang mengirim - 134 337 45.269 -
berkas lamaran
- Pendaftar yang memenuhi - 134 337 3.563 -
syarat
- Lulus - 119 80 65 -
- Formasi yang ditetapkan - 122 80 65 -
Sumber: Badan Kepegawaian DaerahKota Pasuruan, diolah

Pengembangan sumberdaya kepegawaian di PD, salah satunya,


diarahkan agar mampu menyusun formasi pegawai dengan benar
dansesuai dengan ketentuan. Tabel 2.93 menyajikan proyeksi kebutuhan
pegawai di Kota Pasuruan.
Tabel 2.93
Jumlah Kebutuhan PNS di Lingkungan Pemerintah Kota Pasuruan Tahun
2011–2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 Kebutuhan PNS - - - - -
2 Jumlah PNS 4.224 4.101 4.059 3.998 4.076
3 Kekurangan PNS - - - - -
Sumber: Badan Kepegawaian DaerahKota Pasuruan, diolah

Untuk membentuk figur pegawai yang berintegritas, maka salah satu


upaya yang ditempuh adalah pembinaan kepegawaian. Termasuk di
dalamnya adalah pemberian sanksi bagi pegawai yang melanggar aturan.
Tabel 2.94 menyajikan data penanganan pelanggaran pegawai.
Tabel 2.94

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–82


Penanganan Pemrosesan Pelanggaran Pegawai di Kota Pasuruan Tahun
2011–2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 Pelanggaran Disiplin PNS:
- Ringan - - 9 - -
- Sedang - 2 - 7 -
- Berat - 1 - - -
2 Pelanggaran Pidana:
- Kriminal - - - - -
- Penyalahgunaan - - - - -
jabatan/wewenang
- Korupsi - - - - -
- Narkoba - - - - -
4 Perceraian:
- Pemberian izin perceraian - 14 16 8 -
- Penolakan izin perceraian - 1 - - -
5 Konseling PNS - - - - -
Sumber: Badan Kepegawaian Daerah Kota Pasuruan, diolah

Pembangunan bidang politikdan demokrasi diarahkan pada


penguatan peran partai politik dalam mendidik kedewasaan berpolitik di
kalangan masyarakat. Kedewasaan tersebut ditandai dengan adanya etika
politik yang mewarnai kehidupan berpolitik di masyarakat. Etika politik
merupakan perekat kehidupan bermasyarakat yang ‘mungkin’ tersekat
sebagai akibat pergesekan-pergesekan yang muncul dalam aktivitas politik.
Kedewasaan berpolitik masyarakat Kota Pasuruan telah teruji dalam
berbagai penyelenggaraan pesta demokrasi, yang berlabel pemilihan umum
(pemilu), baik pada momen pemilu presiden (pilpres), pemilu gubernur
(pilgub), pemilu legislatif (pileg) tingkat pusat, provinsi dan kota, sepanjang
tahun 2011–2015, sebagaimana tersaji pada tabel 2.95.
Tabel 2.95
Tingkat Partisipasi Masyarakat (%) Dalam Pemilihan Umum di Kota
Pasuruan
Tahun 2011–2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 Pemilu legislatif :
Jumlah pemilih (DPT) - - - 140.210 -
Jumlah suara sah - - - 109.799 -
Tingkat partisipasi - - - 82,17 -
2 Pemilu presiden :
Jumlah pemilih (DPT) - - - 141.842 -
Jumlah suara sah - - - 102.863 -
Tingkat partisipasi - - - 73.55 -
3 Pemilu gubernur :
Jumlah pemilih (DPT) - - 133.658 - -

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–83


No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
Jumlah suara sah - - 79.841 - -
Tingkat partisipasi - - 63,02 - -
4 Pemilu walikota :
Jumlah pemilih (DPT) - - - - 145,315
Jumlah suara sah - - - - 113,106
Tingkat partisipasi - - - - 79,44
Sumber: Badan Kesatuan Bangsa dan PolitikKota Pasuruan, diolah

Dinamika politik di Kota Pasuruan, salah satunya, membawa


kompensasi berupa pergantian antar waktu anggota DPRD Kota Pasuruan
sepanjang 2011–2015, sebagaimana tersaji pada tabel 2.96.
Tabel 2.96
Frekuensi Kegiatan DPRD Kota Pasuruan Menurut Jenis Kegiatan Tahun
2011–2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 Sidang paripurna 16 30 24 24 24
2 Panitia musyawarah 4 6 6 6 6
3 Panitia khusus 27 2 42 24 24
4 Panitia anggaran 4 6 5 4 4
5 Rapat komisi 100 168 70 80 80
6 Rapat fraksi 22 48 12 12 12
7 Rapat kerja 131 145 135 100 100
8 Rapat dengar pendapat 37 20 2 1 1
9 Kunjungan kerja 25 25 32 25 25
10 Pengaduan masalah 29 8 0 0 0
11 Jumlah PAW 1 1 0 1 2
Sumber: Sekretariat DPRD Kota Pasuruan, diolah

Upaya pengembangan pengadaan barang dan jasa, terutama


dilaksanakan melalui pelaksanaan lelang melalui sistem elektornik (LPSE),
dan peningkatan kualitas SDM pengadaan barang dan jasa pemerintah.
Pelaksanaan lelang melalui LPSE, pertama kali dimulai pada tahun
2012sebagai uji coba, dengan jumlah 109 paket yang dilelang. Untuk
kegiatan peningkatan kualitas SDM pengadaan barang dan jasa
pemerintah, maka dilaksanakan fasilitasi sertifikasi keahlian pengaadaan
barang dan jasa pemerintah, sebagaimana tersaji pada tabel 2.97.
Tabel 2.97
Kinerja Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah Kota Pasuruan
Tahun 2011–2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 Jumlah paket yang dilelang secara elektronik - 109 107 120 129
2 Jumlah paket yang dilelang 152 109 107 120 129
3 Jumlah personil yang difasilitasi dalam sertifikasi 50 50 50 50 50
pengadaan barang dan jasa
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–84
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
4 Jumlah personil yang memiliki sertifikat pengadaan 27 40 32 14 10
barang dan jasa
Sumber: Bagian Pembangunan Sekretariat Daerah Kota Pasuruan, diolah

Kinerja pengelolaan aset Pemerintah Kota masih memerlukan upaya-


upaya perbaikan, khususnya aset berupa tanah. Pada tahun 2015, jumlah
aset tanah tercatat sejumlah 611 bidang, yang mana 351 bidang
diantaranya telah berseritifikat, sebagaimana tercatat dalam hasil audit BPK
tahun 2015. Artinya, terdapat 260 bidang tanah yang belum bersertifikat.
Namun demikian, hasil audit BPK ini masih memerlukan validasi lebih lanjut
dengan jumlah fisik sertifikat.

2.3.1.20. Pemberdayaan Masyarakat


Lembaga pemberdayaan merupakan salah satu media dalam upaya
pemberdayaan masyarakat. Jumlah lembaga pemberdayaan masyarakat
atau LPM adalah 34 lembaga. Sementara jumlah badan keswadayaan
masyarakat tercatat sebanyak 34 lembaga.
Tabel 2.98
Lembaga Keberdayaan Masyarakat Kota Pasuruan Menurut Jenisnya
Tahun 2011–2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 Lembaga PemberdayaanMasyarakat Kelurahan 34 34 34 34 34
2 Tim Penggerak PKKKelurahan 34 34 34 34 34
3 Rukun Tetangga /Rukun Warga 1.172 1.172 1.176 1.185 1.185
4 Badan keswadayaan masyarakat 34 34 34 34 34
5 Badan keswadayaan masyarakat menurut
kegiatannya:
Kegiatan PNPM-MP
- Kegiatan lingkungan 36 433 272 278 -
- Kegiatan sosial - 6 8 10 -
Kegiatan urban sanitation and rural infrastructure - 6 9 9 -
(USRI)
Kelompok usaha bersama 1 - - - 2
Unit pengelola keuangan dan usaha (UPKu) 3 2 3 - 1
Sumber: Badan Pemberdayaan Masyarakat Kota Pasuruan, diolah

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) adalah organisasi non


pemerintah yang independen dan mandiri. Organisasi ini juga bukan
merupakan bagian atau berafiliasi dengan lembaga negara atau

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–85


pemerintahan maupun partai politik. Berdasarkan catatan dari instansi
terkait, pada tahun 2013 tercatat 29 LSM dan meningkat menjadi 49 LSM
pada tahun 2014.

2.3.1.21. Kearsipan
Tujuan kearsipan adalah menjamin keselamatan bahan
pertanggungjawaban nasional tentang perencanaan, pelaksanaan dan
penyelenggaraan kehidupan kebangsaan, serta menyediakan bahan
pertanggungjawaban tersebut bagi kegiatan pemerintahan. Oleh karena itu
kearsipan dapat disebut sebagai wahana pelestarian kekayaan budaya
bangsa, yang dapat menjadi sumber informasi yang obyektif menyangkut
ideologi, politik, sosial, ekonomi, budaya, agama, ilmu pengetahuan dan
teknologi yang sangat bermanfaat bagi masyarakat pengguna. Grafik 2.25
menyajikan jumlah arsip yang dikelola.

Grafik 2.25
Jumlah Arsip Pemerintah Kota Pasuruan yang Dikelola (berkas) Tahun
2011–2015
12,000
10,000 10,330
8,000 8,449
6,000 6,312
4,000 3,906
2,000 2,097
-
2011 2012 2013 2014 2015
Sumber: Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah Kota Pasuruan, diolah

2.3.1.22. Komunikasi dan Informatika


Seiring dengan perkembangan zaman, teknologi juga berkembang
sangat pesat, termasuk teknologi komunikasi. Pada awalnya telepon
merupakan alat komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan
suara (percakapan). Kemajuan teknologi komunikasi telah mampu
meningkatkan fungsi telepon, dari hanya sekedar menyampaikan pesan
suara, kini juga dapat menyampaikan pesan tulisan maupun gambar.
Kemajuan alat komunikasi telepon yang tidak menggunakan kabel
(wireless) yang sering kita sebut sebagai handphone (telepon selular),
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–86
sangat pesat pertumbuhannya. Selain bentuk dan ukurannya yang semakin
kecil dan efektif, handphone juga ada yang disertai dengan fungsi
tambahan sebagai penyimpanan data, kamera digital, dsb. Pada era
teknologi saat ini, pertumbuhan pengguna telepon selular lebih pesat
dibandingkan pengguna telepon kabel.
Perkembangan teknologi TV dan radio saat ini turut memberikan
dampak bagi Kota Pasuruan, yakni masyarakat lebih cepat mengetahui
kejadian-kejadian di belahan dunia lain. Tabel 2.99 menyajikan data jumlah
stasiun radio dan menara telekomunikasi di Kota Pasuruan.
Tabel 2.99
Jumlah Stasiun Radio dan Menara Telekomunikasi di Kota Pasuruan
Tahun 2011–2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 Jumlah stasiun radio 3 3 4 5 11
2 Jumlah menara telekomunikasi 20 20 23 39 45
Sumber: Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informasi Kota Pasuruan, diolah

Capaian kinerja program penguasaan serta pengembangan aplikasi


dan teknologi informasi komunikasi dapat dilihat dari perkembangan
pemanfaatan website dilingkungan Pemerintah Kota Pasuruan sebagai
sarana penyebarluasan informasi dan komunikasi semakin meningkat,
terbukti sampai dengan akhir tahun 2014 dari 39 PD, sudah 31PD yang
mempunyai website. Sementara itu, jumlah pengunjung website
www.pasuruankota.go.id rata-rata 22 pengunjung per hari. Tabel 2.100
menyajikan perkembangan kepemilikan website PD dan jumlah pengunjung
website Pemerintah Kota Pasuruan.
Tabel 2.100
Jumlah PD yang Memiliki Website dan Jumlah Pengunjung Website
Pemerintah Kota Pasuruan Tahun 2011–2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 Jumlah PD yang memiliki website 5 11 19 29 31
2 Jumlah pengunjung website Pemkot - 5.785 6.897 7.765 7.802
Pasuruan
Sumber: Bagian Pengelolaan Data Elektronik Sekretariat Daerah Kota Pasuruan, diolah

2.3.1.23. Perpustakaan

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–87


Minat baca masyarakat adalah suatu cermin sikap dari masyarakat
terhadap kemauan untuk mengetahui segala sesuatu informasi melalui
media baca. Antusiasme masyarakatterhadap budaya baca antara lain
dapat diukur dari pemanfaatan perpustakaan, taman bacaan, sudut baca,
rumah baca dan sejenisnya. Minat baca masyarakat perlu diarahkan pada
bacaan-bacaan yang membuat masyarakat menjadi kreatif dan inovatif.
Sehingga waktu baca mereka akan lebih produktif, bukan lagi sekedar untuk
mengisi waktu luang.
Oleh karena itu perlu adanya upaya dalam pengembangan budaya
baca dan pembinaan perpustakaan yang bertujuan untuk mengembangkan,
mempublikasikan dan mensosialisasikan minat dan budaya baca, dengan
menyediakan bahan pustaka, serta pembinaan SDM perpustakaan.
Tabel 2.101
Kinerja Pengelolaan Perpustakaan di Kota Pasuruan Tahun 2011–2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 Jumlah perpustakaan:
- Perpustakaan Kelurahan 22 24 27 34 34
- Perpustakaan Sekolah Dasar (SD) 86 86 86 86 86
- Perpustakaan Sekolah Menengah 21 21 21 21 21
Pertama (SLTP)
- Perpustakaan Sekolah Menengah Atas 13 13 13 13 13
(SLTA)
- Perpustakaan Umum 1 1 1 1 1
- Perpustakaan Keliling 2 2 2 2 2
2 Jumlah pengunjung perpustakaan umum 4.127 3.531 2.382 2.897 2.975
3 Jumlah koleksi perpustakaan umum 1.624 850 916 1.012 1.127
Sumber: Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Pasuruan, diolah

2.3.1.24. Ketahanan Pangan


Laju pertumbuhan penduduk Kota Pasuruanmerupakan salah satu
faktor yang menyebabkan kompleksnya permasalahan dalam pemenuhan
kebutuhan pangan. Sementara kapasitas produksi pangan pertumbuhannya
lambat bahkan stagnan yangdisebabkan adanya kompetisi dalam
pemanfaatan sumberdaya lahan dan air, disamping itu stagnannya
pertumbuhan produktivitas lahan dan tenaga kerja pertanian.
Pengembangan pangan lokal dan tradisional merupakan salah satu
intervensi pemerintah dalam memenuhi kebutuhan pangan alternatif
masyarakat Kota Pasuruan, mengingat konsumsi pangan penduduk Kota

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–88


Pasuruan masih didominasi oleh kelompok pangan serelia terutama beras.
Ketersediaan Pangan tahun 2015 untuk beras sebesar 47.891,3ton.
Tabel 2.102
Kinerja Bidang Ketahanan Pangan Kota Pasuruan Tahun 2011–2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 Ketersediaan pangan (ton) 46.404,5 46.863,9 47.327,9 47.678,8 47.891,3
2 Skor pola pangan harapan 69,6 73,7 80,3 81,9 82,7
3 Konsumsi protein per kapita - - 47,8 71,71 62,3
(standar minimal 52 gr/hari)
4 Ketersediaan protein per kapita - - 63,28 65,6 56,7
(standar minimal 57 gr/hari)
5 Konsumsi energi per kapita - - 1,697.5 2,142.4 2455.4
(standar minimal 2.000 kkal/hari)
6 Ketersediaan energi per kapita - - 2,899 2,939 2,459
(standar minimal 2.200 kkal/hari)
7 Jumlah kebutuhan pangan 101,10 102,11 103,03 103,87 104,67
berdasarkan PPH tingkat
konsumsi (ton)
8 Jumlah kebutuhan pangan 111,19 112,30 113,32 114,24 115,12
Berdasarkan PPH tingkat
keteersediaan (ton)
9 Tingkat konsumsi (kwintal)
Beras 15.579,8 15.734,1 15.878,6 16.007,6 16.017,2
Jagung 753 760 767 773 775
Daging sapi 7.715 7.791 7.863 7.926 7.987
Daging unggas 9.408 9.501 9.589 9.666 9.710
Telur 8.279 8.361 8.438 8.506 8.603
Ikan 17.687 17.862 18.026 18.173 18.293
Gula 6.021 6.081 6.137 6.187 6.205
Susu 6.109 6.271 6.328 6.380 6.397
Sumber: Kantor Ketahanan Pangan Kota Pasuruan, diolah

Penurunan konsumsi beras merupakan salah satu prioritas dalam


pembangunan ketahanan pangan. Dengan adanya Program Percepatan
Penganekaragaman Pangan, kita dapat menurunkan konsumsi beras
masyarakat Kota Pasuruan dan beralih, misalnya, ke umbi-umbian.
Penganekaragaman konsumsi pangan melalui pengukuran Skor Pola
Pangan Harapan (PPH) untuk tahun 2015 sebesar 82,7, dan untuk tingkat
konsumsi beras penduduk Kota Pasuruan tahun 2015 sebesar 16.017,2
ton.

2.3.1.25. Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri


Pembinaan kesatuan dan bangsa dan politik tidak dapat lepas dari
peran serta organsasi kemasyarakatan (ormas) dan lembaga swadaya
masyarakat (LSM) hingga partai politik (parpol). Dalam lima tahun terakhir,

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–89


aktivitas ormas, LSM dan parpol di Kota Pasuruan masih berlangsung
dalam kerangka kesatuan bangsa. Meski harus diakui bahwa acapkali
terjadi perbedaan sikap dan pandangan terhadap satu hal. Namun
perbedaan itu masih bisa direkatkan melalui simpul-simpul kebangsaan.
Tabel 2.103 menunjukkan jumlah kegiatan pembinan bidang kesatuan
bangsa dan politik dalam negeri.
Tabel 2.103
Jumlah Kegiatan Pembinaan Bidang Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam
Negeri
Kota Pasuruan Tahun 2011–2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 Jumlah kegiatan pembinaan 7 3 9 2 2
terhadap LSM dan ormas
2 Jumlah kegiatan pembinaan 3 2 5 4 5
politik daerah
Sumber: Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Pasuruan, diolah

2.3.2. Fokus Layanan Urusan Pilihan


2.3.2.1. Pertanian
Beras adalah bahan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk
di Kota Pasuruan. Oleh karenanya, beras menjadi komoditas strategis
dalam pembangunan secara umum, khususnya dalam pembangunan sektor
pertanian di Kota Pasuruan. Keberadaannya menjadi suatu keharusan
sehingga pemerintah senantiasa menitikberatkan perhatiannya pada jenis
komoditas ini.
Tabel 2.104
Luas panen, Produktivitas, dan Produksi PadiKota Pasuruan Tahun 2011–
2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 Luas Panen (ha) 1,167 1,143 1,151 1,153 1,138
2 Produksi (ton) 15.24 16.11 15.29 16.33 18.57
3 Produktivitas (kw/ha) 58.16 60.26 61.84 64.63 67.00
Sumber: Dinas Pertanian, Peternakan, Kehutanan, Kelautan dan Perikanan Kota Pasuruan, diolah

Tabel 2.105
Kinerja Bidang Peternakan Kota Pasuruan Tahun 2011–2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 Sapi Potong 820 596 418 305 332
2 Sapi Perah 45 25 40 22 33
3 Kerbau 7 2 2 1 2
4 Kuda 26 24 42 39 48
5 Kambing 5,494 3,410 2,255 2,302 2,372
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–90
6 Domba 1,025 643 459 475 518
7 Ayam Kampung 46,217 43,071 43,648 44,085 43,904
8 Ayam Peteleur 936 700 150 1,433 1,070
9 Ayam Pedaging 400 5,400 22,000 18,500 9,097
10 Itik 6,815 6,797 14,575 14,870 21,607
11 Entok 671 796 728 743 737
12 Kelinci 177 40 64 65 115
13 telur (kg) 57.37 57.37 54.44 87.52 97.39
14 Susu (liter) 108,031.00 105,682.50 58,712.50 93,940.00 75,152.00
15 Daging sapi (ton) 830.70 778.68 707.91 577.10 683.96
Sumber: Dinas Pertanian, Peternakan, Kehutanan, Kelautan dan Perikanan Kota Pasuruan, diolah

Sektor pertanian terdiri atas sub sektor tanaman bahan makanan,


tanaman perkebunan dan peternakan. Dari hasil penghitungan tahun 2014
total nilai PDRB sektor pertanian sebesar Rp.102.312juta atau dengan
kontribusi sebesar 1,88 persen terhadap total nilai PDRB Kota Pasuruan.
Tabel 2.106
Nilai dan Kontribusi Sub Sektor Pertanian Terhadap PDRB ADHB Kota
Pasuruan
Tahun 2011–2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 Nilai PDRB Sub Sektor Pertanian (Rp juta) 81,861 88,920 92,888 101,403 102,312
2 Kontribusi PDRB Sub Sektor Pertanian (%) 2,05 2,02 1,92 1,89 1,88
Sumber: Dinas Pertanian, Peternakan, Kehutanan, Kelautan dan Perikanan Kota Pasuruan, diolah

2.3.2.2. Kehutanan
Subsektor kehutanan mencakup kegiatan yang dilakukan di areal
hutan oleh perorangan dan badan usaha, yang mencakup usaha
penanaman, pemeliharaan dan penebangan kayu, serta pengambilan hasil
hutan lainnya. Penyelenggaraan urusan kehutanan di Kota Pasuruan lebih
mengarah pada hutan konservasi, yakni pengelolaan hutan mangrove.
Grafik 2.26 menyajikan data jumlah batang bibit mangrove yang ditanam,
sebagai bagian dari upaya rehabilitasi hutan mangrove.
Dengan asumsi setiap 5.000 batang tanaman mangrove dapat
ditanam pada lahan seluas 1 hektar (ha), makan luas hutan yang
direhabilitasi berturut-turut adalah 50 ha pada tahun 2011, 64 pada tahun
2012, 164 ha pada tahun 2013 dan 64 ha pada tahun 2015.
Grafik 2.26
Jumlah Batang Bibit Mangrove yang Ditanam
Tahun 2011-2015

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–91


1,000,000
800,000 820,000

600,000
400,000
320,000 320,000
200,000
250,000
- -
2011 2012 2013 2014 2015
Sumber: Dinas Pertanian, Peternakan, Kehutanan, Kelautan dan Perikanan Kota Pasuruan, diolah

2.3.2.3. Pariwisata
Destinasi wisata favorit di Kota Pasuruan adalah wisata religi, yakni
makam KH Abdul Hamid, seorang ulama yang cukup disegani di kalangan
masyarakat Kota Pasuruan, bahkan nasional. Hal ini bisa dilihat dari jumlah
perziarah sepanjang waktu. Di samping itu, Kota Pasuruan juga memiliki
destinasi wisata berupa gedung-gedung kuno dan pelabuhan tradisional.
Grafik 2.27 menunjukkan angka kunjungan wisatawan di Kota Pasuruan.
Grafik 2.27
Jumlah Kunjungan Wisatawan di Kota Pasuruan Tahun 2011–2015
60,000
55,254
50,000 54,419
40,000
38,904
30,000
20,000
18,674 20,439
10,000
0
2011 2012 2013 2014 2015
Sumber: Dinas Pemuda, Olahraga dan Kebudayaan Kota Pasuruan, diolah

2.3.2.4. Kelautan dan Perikanan


Produksi perikanan terdiri dari produksi perikanan tangkap dan
perikanan budidaya. Perikanan tangkap terdiri dari perikanan tangkap di
laut dan perikanan tangkap di perairan umum, sedangkan perikanan
budidaya terdiri dari budidaya tambak dan kolam.

Tabel 2.107
Produksi Perikanan Kota Pasuruan Tahun 2011–2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–92
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 Produksi perikanan laut (ton) 2,110.30 1,835.11 1,758.68 1,403,17 4,275.37
2 Produksi perikanan budidaya
- Air payau (ton) 718,53 668,37 652,36 1.237,47 1,356.65
- Air tawar (ton) 15,93 7,69 14,12 17,08 22,70
Sumber: Dinas Pertanian, Peternakan, Kehutanan, Kelautan dan Perikanan Kota Pasuruan, diolah

Sebagaimana wilayah pesisir lainnya, nelayan juga menjadi mata


pencaharian sebagian warga Kota Pasuruan. Populasi nelayan yang kian
bertambah, diduga menjadi salah satu faktor pemicu over fishing, yang
salah satu dampaknya dapat diamati dari nilai produksi perikanan laut. Data
pada tabel 2.107 menunjukkan bahwa nilai produksi perikanan laut
sepanjang tahun 2011-2015 cenderung fluktuatif. Nilai produksi terendah
dicatat pda tahun 2014 yakni sebesar 1.403,17 ton, dan tertinggi dicatat
pada tahun 2015 sebesar 4.275,37 ton.

2.3.2.5. Perdagangan
Perdagangan merupakan sektor yang dominan dalam perekonomian
Kota Pasuruan. Hal ini bisa dilihat dari komposisi PDRB Kota Pasuruan.
Nilai PDRB ADHB sektor perdagangantahun 2015 sebesar Rp.1.496 milyar,
atau setara dengan 28,01 persen dari total nilai PDRB Kota Pasuruan.
Pertumbuhan sektor perdagangan tahun 2015 sebesar 5,49 persen, lebih
tinggi dibanding tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,45 persen.
Grafik 2.28 menujukkan data kontribusi sektor perdagangan terhadap PDRB
dan pertumbuhan sektor perdagangan.
Grafik 2.28
Kontribusi Sektoral dan Pertumbuhan Sektor Perdagangan Kota Pasuruan
Tahun 2011–2015
40 28.46 27.96 28.01
30 28.28 28.32

20

10 7.02 8 6.39 5.45 5.49


0
2011 2012 2013 2014 2015
Pertumbuhan sektor perdagangan PDRB Kontribusi sektor perdagangan PDRB

Sumber: BPS Kota Pasuruan, diolah

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–93


Tabel 2.108
Kinerja Sektor Perdagangan Kota Pasuruan Tahun 2011–2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 Ekspor (Rp juta)
- Antar daerah 1.462.131 1.753.144 2.115.786 1.846.832 1.727.975
- Antar negara 516.414 317.096 169.776 253.727 212.150
2 Impor (Rp juta)
- Antar daerah 2.144.362 2.608.786 3.071.106 3.677.381 3.423.865
- Antar negara - - - - -
Sumber: BPS Kota Pasuruan, diolah

Kinerja sektor perdagangan ini tidak lepas dari keberadaan pasar


tradisional di Kota Pasuruan. Pedagang-pedagang toko pracangan
rumahan, juga turut memberikan andil bagi sektor perdagangan. Tabel
2.109 merincikan kinerja pasar tradisional di Kota Pasuruan.
Tabel 2.109
Kinerja Pengelolaan Pasar di Kota Pasuruan Tahun 2011–2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 Jumlah pedagang
- Ruko 294 263 304 458 467
- Los 1.515 1.167 852 2.287 2.376
- Kios 688 476 288 1.089 1.176
- Non Kios 0 1.686 1.141 2.835 2.753
2 Jumlah sarana penjualan
- Ruko 260 263 304 458 458
- Los 1.351 1.167 1.269 2.287 2.287
- Kios 405 476 367 1.089 1.089
- Non Kios - - - - -
Sumber: Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kota Pasuruan, diolah

Keberadaan pasar tradisional juga memberikan dampak ekonomi


dalam bentuk retribusi. Retribusi pasar mengalami peningkatan dari Rp 714
juta pada tahun 2011, menjadi Rp 1.428 juta pada tahun 2015,
sebagaimana tersaji pada tabel 2.110.
Tabel 2.110
Nilai Retribusi Pasar di Kota Pasuruan Tahun 2011–2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 Pasar Besar
- Ruko / Kios 569.102.400 564.026.420 626.005.800 614.129.454 615.785.643
- Los / Pecoan 185.936.609 184.036.129 182.015.845 175.655.300 175.845.400
- Ponten 9.000.000 9.000.000 9.000.000 9.000.000 9.000.000
2 Pasar Kebonagung
- Ruko / Kios 18.519.300 172.800.000 626.005.800 614.129.454 614.740.800
- Los / Pecoan 45.963.000 59.364.000 60.457.900 63.108.000 63.850.000
- Ponten 8.400.000 8.400.000 8.400.000 8.400.000 8.400.000
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–94
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
3 Pasar Poncol
- Ruko / Kios 6.652.800 9.720.000 9.720.000 9.072.000 9.072.000
- Los / Pecoan 39.888.000 52.434.000 50.778.000 49.050.000 49.250.000
- Ponten 7.200.000 7.200.000 7.200.000 7.200.000 7.200.000
4 Pasar Gadingrejo
- Ruko / Kios 53.136.000 53.136.000 52.920.000 53.920.000 53.980.000
- Los / Pecoan 94.752.000 94.464.360 89.295.120 89.205.120 89.860.000
- Ponten 3.000.000 3.000.000 3.600.000 4.800.000 4.800.000
5 Pasar Karangketug
- Ruko / Kios 56.592.000 56.592.000 56.332.800 62.553.600 63.120.000
- Los / Pecoan 55.611.000 55.611.000 59.382.000 59.382.000 59.670.000
- Ponten 2.400.000 2.400.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000
6 Pasar Meubel Bukir
&Randusari
- Ruko / Kios 19.440.000 12.400.000 19.440.000 24.408.000 24.780.000
- Los / Pecoan 63.000.000 51.600.000 51.600.000 54.000.000 54.150.000
Sumber: Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kota Pasuruan, diolah

2.3.2.6. Perindustrian
Sektor industri pengolahan merupakan sektor strategis, karena
disamping diharapkan mampu menyerap tenaga kerja sangat besar juga
memiliki keterkaitan ke depan (forward linkaged) dan keterkaitan
kebelakang (backward linkage) yang relatif banyak. Tabel 2.111 menyajikan
kinerja sektor perindustrian pada PDRB Kota Pasuruan.
Hasil penghitungan tahun 2015 total nilai PDRB sektor industri
pengolahan atas dasar harga berlaku sebesar Rp 1.198 juta, atau setara
dengan 21,78 persen dari total nilai PDRB Kota Pasuruan. Pertumbuhan
sektor ini di tahun 2014 sebesar 4,37 persen persen, dan menjadi 4,91
persen di tahun 2015.
Tabel 2.111
Kinerja PDRB ADHB Sektor Industri Kota Pasuruan Tahun 2011 - 2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 Nilai PDRB sektor industri 849.655 924.869 1.007 1.126 1.198
(Rp Juta)
2 Nilai PDRB (Rp Juta) 3.988.927 4.394.300 4.832.389 5.352.817 5.675.986
3 Kontribusi sektoral 21,30 21,05 20,85 21,04 21,78
4 Pertumbuhan sektor industri 5,36 3,47 4,51 4,37 4,91
Sumber: BPS Kota Pasuruan, diolah

2.3.2.7. Ketransmigrasian

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–95


Program transmigrasi bertujuan untuk memecahkan masalah
kependudukan dan mengoptimalkan pembangunan daerah. Transmigrasi
tidak hanya memindahkanpenduduk saja, tetapi juga berusaha
meningkatkan pembangunan daerah tujuan dan kesejahteraan
individu/transmigran yang bersangkutan. Grafik 2.29 menyajikan data
jumlah transmigran Kota Pasuruan.
Grafik 2.29
Jumlah Transmigran Kota Pasuruan Tahun 2011–2015
25
20
20
15
15
10
10
5
2 2
0
2011 2012 2013 2014 2015

Sumber: Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Pasuruan, diolah

2.4. Aspek Daya Saing Daerah


Daya saing daerah merupakan salah satu aspek tujuan
penyelenggaraan otonomi daerah sesuai dangan potensi, kekhasan dan
unggulan daerah. Suatu daya saing merupakan salah satu faktor kunci
keberhasilan pembangunan ekonomi yang berhubungan dengan tujuan
pembangunan daerah dalam mencapai tingkat kesejahteraan yang tinggi
dan berkelanjutan.

2.4.1. Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah


Kemampuan ekonomi daerah dalam konteks daya saing daerah
adalah bahwa kapasitas ekonomi daerah harus memiliki daya tarik bagi
pelaku ekonomi yang telah ada dan yang akan masuk ke suatu daerah
untuk menciptakan multiplier effect bagi peningkatan daya saing daerah.
Dalam lima tahun terakhir, rata-rata konsumsi rumah tangga di Kota
Pasuruan mengalami peningkatan, yang semula menjadi Rp.3.877 milyardi
tahun 2014 dan di tahun 2015 meningkat menjadi Rp.3.977 milyar,
sebagaimana tersaji pada tabel 2.121. Perlu kehati-hatian dalam

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–96


menafsirkan peningkatan rata-rata pengeluaran per kapita ini, karena belum
tentu menjadi gambaran peningkatan kesejahteraan. Mengingat terjadinya
peningkatan konsumsi bisa dipengaruhi oleh terjadinya peningkatan harga
yang terukur melalui inflasi, bukan karena pendapatan yang meningkat.
Tabel 2.112
Konsumsi Rumah Tangga pada PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
Menurut PengeluaranKota Pasuruan Tahun 2011–2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 Konsumsi rumah tangga 2.923.813 3.212.173 3.546.317 3.877.648 3.977.642
(Rp. Juta)
2 Struktur pengeluaran konsumsi
rumah tangga:
Makanan, Minuman dan Rokok 29,24 28,85 27,99 26,97 26,99
(%)
Perumahan, Perkakas, 16,01 16,13 16,27 15,71 15,81
Perlengkapandan
Penyelenggaraan Rumah (%)
Transportasi, Komunikasi, 23,24 22,80 23,25 25,21 25,03
Rekreasi,dan Budaya(%)
Hotel dan Restoran (%) 16,41 16,72 17,31 17,51 17,55
Sumber: BPS Kota Pasuruan, diolah

Semakin tinggi pendapatan/kesejahteraan seseorang, maka proporsi


pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan makanan akan menurun, namun
sebaliknya pengeluaran untuk non makanan proporsinya akan semakin
meningkat (Hukum Engel/Engel law).
Pada tahun 2015 proporsi pengeluaran non makanan sebesar73,43
persen, lebih besar dibanding tahun 2014 yang tercatat sebesar
73,03persen. Sedangkan selama tahun 2011–2015 rata-rata pengeluaran
penduduk Kota Pasuruan untuk kebutuhan non makanan, proporsinya
relatif stabil yaitu kisaran 71,51 persen, sedangkan proporsi kebutuhan
makanan sekitar 28,49 persen.Kondisi ini mengindikasikan bahwa meskipun
secara umum tingkat pendapatan semakin meningkat, namun pada
kenyataannya belum cukup mampu meningkatkan kesejahteraan penduduk.
Keadaan ini mungkin dikarenakan tidak cukup terkendalinya perubahan
harga-harga barang yang tidak sebanding dengan perkembangan
pendapatan. Hal ini tercermin dari pola konsumsi penduduk seperti lebih
besarnya proporsi pengeluaran untuk kebutuhan makanan dibandingkan
pengeluaran untuk kebutuhan non makanan.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–97


2.4.2. Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastuktur
Untuk meningkatkan Daya Saing Daerah, dibutuhkan kelancaran
pendistribusian arus barang, mobilitas penumpang serta kemudahan akses
terhadap prasarana transportasi lainnya. Pelayanan transportasi yang
efektif dan efisien melalui pemaduan jaringan pelayanan dan juga
prasarana, diharapkan menjadi daya tarik yang kuat bagi masuknya
investasi.

Tabel 2.113
Rasio Panjang Jalan dengan Jumlah Kendaraan Bermotor
Kota Pasuruan Tahun 2011–2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 Panjang jalan (km) 91,52 91,52 91,52 91,52 91,52
2 Jumlah kendaraan bermotor (unit) 75.546 80.834 88.536 86.295 87.287
3 Rasio per 1.000 kendaraan 12,11 11,32 10,34 10,61 10,54
Sumber: Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Infromatika Kota Pasuruan, diolah

Pada tahun 2015 rasio panjang jalan per jumlah kendaraan di Kota
Pasuruan tercatat 10,54 km untuk setiap 1.000 kendaraan bermotor, lebih
padat bila dibandingkan dengan tahun 2014 yang mencapai 10,61 km per
1.000 kendaraan bermotor. Kepadatan ini disebabkan pertumbuhan jumlah
kendaraan bermotor lebih cepat bila dibandingkan dengan perkembangan
panjang jalan yang ada. Tabel 2.113 menyajikan rasio panjang jalan
dengan jumlah kendaraan bermotor di Kota Pasuruan.
Perkembangan jumlah orang yang menggunakan angkutan umum
menunjukkan gejala fluktuatif, namun sedikit berkecenderungan menurun.
Hal ini patut diduga sebagai akibat dari bertambahnya jumlah kendaran
pribadi. Tabel 2.114 menyajikan jumlah orang yang terangkut dalam
angkutan umum.
Tabel 2.114
Jumlah Orang dan Barang Yang Terangkut Melalui Terminal, Stasiun dan
Pelabuhan
Kota Pasuruan Tahun 2013–2015
2013 2014 2015
No Uraian
Brkt Dtg Brkt Dtg Brkt Dtg

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–98


1 Terminal (orang) 6.723.350 6.051.015 7.760.000 6.984.000 7.900.000 7.110.000
2 Stasiun (orang) 21.467 12.471 24.803 14.367 27.249 16.146
3 Pelabuhan (barang) 542 20.010 1.674 14.781 943 7.755
Sumber: Dinas Perhubungan Komunikasi dan InformasiKota Pasuruan, diolah

Perkembangan rasio ketaatan terhadap Rencana Tata Ruang


Wilayah hingga tahun 2015, dapat diketahui dari realisasi RTRW
dibandingkan dengan rencana peruntukan RTRW. Dari data yang diperoleh,
diketahui bahwa rasio realisasi RTRW terhadap rencana peruntukan RTRW
atau ketaatan RTRW pada tahun 2010 sampai dengan 2015, berkisar
sebesar 81 hingga 82 persen. Angka ini menunjukkan bahwa pada tahun
2015, tingkat ketaatan RTRW Kota Pasuruan sebesar 82 persen,
sedangkan tingkat penyimpangan dari RTRW hanya berkisar 18 persen,
sebagaimana tabel berikut

Grafik 2.30
Rasio Ketaatan RTRW Kota Pasuruan Tahun 2011–2015
83
82.79
82.5
82.25 82.37
82
81.92
81.5 81.63

81
2011 2012 2013 2014 2015
Sumber: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Pasuruan, diolah

Wilayah produktif Kota Pasuruan meliputi wilayah pertanian, wilayah


permukiman dan wilayah kehutanan. Luasan wilayah produktif akan
mengalami pergeseran setiap tahunnya, mengingat perubahan peruntukan
lahan khususnya perkembangan pemukiman atau perumahan yang sangat
cepat.
Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pasuruan tahun
2011 – 2031, luas wilayah produktif di Kota Pasuruan seluas 2.448,88 Ha,
yang terdiri dari: wilayah permukiman seluas seluas ± 1.198,98 Ha, wilayah
pertanian seluas ± 1.154,00 Ha, dan wilayah kehutanan seluas ± 95,90 Ha.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–99


Persentase luas wilayah produktif sebesar 66,94persen, dan kawasan
budidaya sebesar 77,03persen dari luas wiayah Kota Pasuruan.
Cuaca dan iklim selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu
dan sangat berpengaruh terhadap aktifitas kehidupan sehari-hari, serta bisa
membawa dampak negatif bila terjadi banjir, sehingga bisa mengakibatkan
banyaknya kerusakan dan kerugian yang terjadi. Terjadinya banjir juga
berakibat terganggunya masyarakat dan dunia usaha dalam menghasilkan
suatu barang/jasa. Terjadinya banjir bahkan juga berakibat terhadap
terganggunya perekonomian karena areal/lahan untuk usaha pertanian atau
usaha terganggu.
Rasio luas wilayah kebanjiran di Kota Pasuruan adalah sebesar 3,58
persen dari luas kawasan budidaya yang ada atau seluas 101.1 ha. Luas
Kebanjiran yang terjadi selama tahun 2015 diantaranya di beberapa
Kelurahan Karangketug, Kelurahan Randusari, Kelurahan Tambaan,
Kelurahan Ngemplakrejo, Kelurahan Mandaranrejo dan Kelurahan Bakalan;
dengan luas areal genangan air yang bervariasi
Jumlah bank dan cabangnya adalah jumlah kantor pusat, kantor
cabang, kantor cabang pembantu dan kantor kas. Semakin banyak jumlah
kantor disuatu daerah menunjukkan bahwa daerah tersebut mempunyai
potensi ekonomi yang lebih tinggi. Jumlah kantor bank di Kota Pasuruan
tersaji pada tabel 2.115.
Tabel 2.115
Jenis dan Jumlah Bank dan Cabangnya Kota Pasuruan Tahun 2011–2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 Bank umum
- Bank konvensional 5 6 6 7 7
- Bank syariah - - 2 4 4
2 BPR
- Bank konvensional 3 3 4 6 6
- Bank syariah - - - - -
Sumber: Bagian Administrasi Perekonomian Daerah Kota Pasuruan, diolah

Jumlah kantor perusahaan asuransi di Kota Pasuruan tersaji pada


grafik 2.31. Semakin meningkatnya jumlah perusahaan asuransi
menunjukkan kebutuhan jasa asuransi, yang merupakan salah satu sarana
finansial dalam tata ekonomi. Baik dalam menghadapi risiko finansial yang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–100
timbul sebagai akibat dari risiko yang paling mendasar yaitu risiko alamiah
datangnya kematian maupun dalam menghadapi berbagai risiko atas harta
benda yang dimiliki.
Grafik2.31
Jumlah Kantor Perusahaan Asuransi Kota Pasuruan Tahun 2011–2015
6
5
5
4
3
3 3
2
2 2
1
0
2011 2012 2013 2014 2015
Sumber: Bagian Administrasi Perekonomian Daerah Kota Pasuruan, diolah

Ketersediaan restoran pada suatu daerah menunjukkan tingkat daya


tarik investasi suatu daerah. Sedangkan banyaknya restoran dan rumah
makan menunjukkan perkembangan kegiatan ekonomi suatu daerah dan
peluang-peluang yang ditimbulkannya.

Grafik 2.32
Jumlah Rumah Makan Kota Pasuruan Tahun 2011–2015
15
12
10
10
7 8 8
5

0
2011 2012 2013 2014 2015
Sumber: BappedaKota Pasuruan, diolah

Selama 5 tahun terakhir, perkembangan jumlah restoran dan rumah


makan di Kota Pasuruan, cenderung meningkat di setiap tahunnya,
sebagaimana tersaji pada Grafik 2.32. Hal ini menunjukkan prospek

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–101


penanaman investasi dan perkembangan ekonomi di Kota Pasuruan terus
meningkat di setiap tahunnya.
Jasa akomodasi merupakan salah satu penunjang keberhasilan
pembangunan ekonomi di Kota Pasuruan. Pada tahun 2014 jumlahnya
mencapai 5 unit, dengan jumlah kamar mencapai 306 kamar dan jumlah
tempat tidur mencapai 517 tempat tidur, sebagaimana tersaji pada tabel
2.116.
Tabel 2.116
Jumlah dan Jenis Hotel Kota Pasuruan Tahun 2011–2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 Jumlah hotel 5 5 5 6 6
2 Jumlah kamar
- Standar 206 206 215 289 289
- Suite 37 37 29 17 17
3 Jumlah tempat tidur
- Standar 341 341 361 491 491
- Suite 65 65 49 26 26
Sumber: BPS Kota Pasuruan, diolah

Ketersediaan air bersih di rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan


sehari-hari menjadi sangat urgen karena berdampak terhadap tingkat
kesehatan. Semakin tinggi persentase rumah tangga yang menggunakan
air bersih, semakin baik kondisi kesehatan rumah tangga di daerah
tersebut. Sumber air yang masuk dalam kelompok air bersih adalah berasal
dari air kemasan, ledeng, sumur bor/pompa, sumur terlindung dan mata air
terlindung. Grafik 2.33 menyajikan persentase rumah tangga berair bersih.

Grafik2.33
Persentase Rumah Tangga Berair Bersih Kota Pasuruan Tahun 2011–
2015
74.00%
72.98%
72.00%
70.00% 70.09%
69.57% 69.83%
68.00%
66.00% 67.18%

64.00%
2011 2012 2013 2014 2015
Sumber: Dinas Pekerjaan UmumKota Pasuruan, diolah

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–102


Ketersediaan daya listrik di Kota Pasuruan cukup tinggi. Kapasitas
terpasang di Kota Pasuruan Tahun 2015 adalah sebesar 101.773 KVA,
sedangkan yang terjual adalah sebesar 180.420 MWh. Data tersebut
menunjukkan bahwa kebutuhan listrik sudah dikonsumsi/ dinikmati oleh
berbagai pihak, baik rumahtangga, swasta, perusahaan, instansi, lembaga
perusahaan lainnya.
Semakin berkembangnya sektor kelistrikan akan sangat memberikan
pengaruh pada perkembangan dan pertumbuhan ekonomi di Kota
Pasuruan. Pada 5 tahun terakhir, persentase rumah tangga yang
menggunakan penerangan listrik, terus meningkat walaupun
peningkatannya kecil, sebagaimana tersaji pada grafik 2.34.
Grafik 2.34
Jumlah Rumah Tangga yang Menggunakan Listrik Kota Pasuruan Tahun
2011–2015
72,000
70,689 70,998
70,000 69,895

68,000 67,976
66,532
66,000

64,000
2011 2012 2013 2014 2015
Sumber: PT (Persero) PLN AreaPasuruan, diolah

Peningkatan daya saing daerah dapat dilihat dari perkembangan


teknologi komunikasi dan informasi yang ada pada suatu daerah. Salah
satu indikator dalam melihat perkembangan teknologi komunikasi adalah
dengan melihat seberapa banyak penduduk suatu daerah telah memiliki
perangkat komunikasi berupa handphone (HP) dan telepon rumah biasa.
Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, terjadi pergeseran
kecenderungan di masyarakat dalam penggunaan telepon sebagai alat
komunikasi. Masyarakat semakin senang menggunakan telepo seluler,
dengan beragam manfaat yang ditawarkan. Terlebih dengan semakin
meratanya area jangkauan internet. Mengingat, kemajuan teknologi

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–103


informasi kekinian, memungkinkan fungsi telepon seluler lebih dari sekedar
alat komunikasi suara dua arah.

2.4.3. Fokus Iklim Berinvestasi


Investasi merupakan salah satu indikator penting dalam peningkatan
kegiatan pembangunan perekonomian daerah. Investasi akan mendorong
pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja baru sehingga dapat
diharapkan mampu mengurangi beban pengangguran dan menanggulangi
masalah kemiskinan.
Beberapa faktor yang diindikasikan mempunyai pengaruh yang
sangat berarti bagi tumbuhnya iklim investasi daerah, seperti angka
kriminalitas, jumlah demo, lama proses perizinan, jumlah dan macam pajak
dan retribusi daerah, serta jumlah perda yang mendukung iklim usaha.
Grafik2.35
Angka Kriminalitas per 10.000 penduduk di Kota Pasuruan Tahun 2011–
2015
2.50
2.09
2.00
1.98 2.07
1.50
1.00
1.06 1.08
0.50
0.00
2011 2012 2013 2014 2015
Sumber: Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Pasuruan, diolah

Angka kriminalitas merupakan suatu angka yang menunjukkan


kejadian kriminalitas yang terjadi pada suatu waktu dan daerah tertentu.
Tindak kejahatan/kriminalitas dapat terjadi karena adanya kepincangan
sosial, tekanan mental, dan kebencian. Selain itu juga karena adanya
perubahan masyarakat dan kebudayaan yang cepat tetapi tidak dapat
diikuti oleh seluruh anggota masyarakat, sehingga tidak terjadi penyesuaian
yang sempurna. Grafik 2.35 menyajikan angka kriminalitas di Kota
Pasuruan.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–104


Unjuk rasa atau demonstrasi adalah sebuah gerakan protes yang
dilakukan sekumpulan orang di hadapan umum. Unjuk rasa biasanya
dilakukan untuk menyatakan pendapat kelompok tersebut atau penentang
kebijakan yang dilaksanakan suatu pihak atau dapat dilakukan sebagai
upaya penekanan secara politik oleh kepentingan kelompok. Di Kota
Pasuruan, kejadian unjuk rasa disebabkan karena adanya beberapa isu
seperti isu-isu pengupahan, kebebasan berserikat, pelaksanaan
outsourcing, beberapa masalah masyarakat seperti isu kenaikan tarif dasar
listrik, kenaikan harga BBM, dan sebagainya. Grafik 2.36 menyajikan jumlah
demonstrasi di Kota Pasuruan.
Grafik 2.36
Jumlah Demontrasi di Kota Pasuruan Tahun 2011–2015
15
12
10
9 8
9
5

0 0
2011 2012 2013 2014 2015
Sumber: Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Pasuruan, diolah

Perizinan merupakan faktor yang sangat penting dalam menciptakan


iklim investasi yang kondusif. Kepastian sistem dan prosedur perizinan yang
meliputi persyaratan, waktu dan biaya serta transparansi dan akuntabilitas
proses perizinan merupakan komponen penting dalam pelayanan perijinan.
Pelayanan perijinan yang berbasis digital terus dikembangkan untuk
memberikan kemudahan bagi pemohon, meningkatkan efisiensi dan
mengurangi terjadinya penyalahgunaan. Grafik 2.37 menyajikan jumlah izin
yang diterbitkan di Kota Pasuruan.
Grafik 2.37
Jumlah Izin dan Non Perizinan yang Diterbitkan Kota Pasuruan Tahun
2011–2015

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–105


3,000
2,474 2,717 2,453
2,500
2,000 2,374
2,150
1,500
1,000
500
-
2011 2012 2013 2014 2015
Sumber: Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Pasuruan, diolah
Pendapatan daerah (langsung) pada hakikatnya diperoleh melalui
mekanisme pajak dan retribusi atau pungutan lainnya, yang dibebankan
pada masyarakat. Upaya yang dilakukan dalam melakukan pungutan
terhadap pos-pos pajak dan retribusi daerah melalui intensifikasi maupun
ekstensifikasi dengan berprinsip pada pelayanan yang optimal serta tidak
memberatkan masyarakat. Tabel 2.117 menyajikan jumlah dan jenis pajak
dan retribusi di Kota Pasuruan.
Tabel 2.117
Jenis dan Nilai (Rp juta) Pajak dan Retribusi diKota Pasuruan Tahun 2011–
2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 Pajak daerah 11.121 13.634 20.543 21.748 28.223
2 Retribusi daerah 14.677 17.490 14.713 9.523 7.802
Retribusi jasa umum 13.032 15.339 12.354 6.821 4.838
Retribusi jasa usaha 682 1.204 1.435 1.718 2.051
Retribusi perizinan tertentu 962 946 923 983 912
3 Hasil pengelolaan 5.529 4.829 4.952 5.197 4.560
keuangan daerah yang
dipisahkan
4 Lain-lain PAD yang sah 13.901 6.412 24.151 62.825 64.668
Jumlah PAD 45.229 42.366 64.360 99.295 105.254
Sumber: Dinas Pendapatan Daerah Kota Pasuruan, diolah

2.4.4. Fokus Sumberdaya Manusia


Kualitas SDM ini sangat berkaitan erat dengan kualitas tenaga kerja
yang tersedia untuk mengisi kesempatan kerja. Artinya semakin tinggi
tingkat pendidikan yang ditamatkan penduduk suatu wilayah maka semakin
baik kualitas tenaga kerjanya. Kualitas tenaga kerja pada suatu daerah
dapat dilihat dari tingkat pendidikan penduduk yang telah menyelesaiakan
D-4, S1, S2 dan S3, sebagaimana tersaji pada Tabel 2.118.
Tabel 2.118
Rasio Lulusan D-4/S1/S2/S3 diKota Pasuruan Tahun 2011–2015
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–106
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 Laki-Laki 103,053 104,043 101,804 104,600 106,230
2 Perempuan 103,097 103,999 101,215 103,898 105,614
3 Jumlah Penduduk 206,151 208,042 203,019 208,498 211,844
6 Jumlah Lulusan D4/S1/S2/S3 11,582 11,429 11,467 11,960 11,616
9 Persentase Lulusan 5.62 5.49 5.65 5.74 5.48
D4/S1/S2/S3
Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan SipilKota Pasuruan, diolah

Rasio ketergantungan digunakan untuk mengukur besarnya beban


yang harus ditanggung oleh setiap penduduk berusia produktif terhadap
penduduk yang tidak produktif. Yang termasuk penduduk usia produktif
adalah penduduk yang berusia 15-64 tahun, sedangkan yang dikategorikan
sebagai penduduk usia non produktif adalah penduduk berusia dibawah 15
tahun (karena secara ekonomis masih tergantung pada orang tua atau
orang lain yang menanggungnya) dan penduduk berusia diatas 65 tahun
(karena umunya sudah melewati masa pensiun).
Grafik 2.38
Rasio Ketergantungan Penduduk Kota Pasuruan Tahun 2011-2015
49.00
48.63
48.00
47.00 47.87
46.00 46.87
46.00
45.00 44.75
44.00
43.00
42.00
2011 2012 2013 2014 2015
Sumber: BPS Kota Pasuruan, diolah

Semakin tingginya persentase dependency ratio menunjukkan


semakin tingginya bebanyang harus ditanggung penduduk yang produktif
untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan tidak produktif
lagi. Sedangkan persentase dependency ratio yang semakin rendah
menunjukkan semakin rendahnya beban yang ditanggung penduduk yang
produktif untuk membiayai penduduk yang belum produktif dan tidak
produktif lagi.
Indeks pembangunan manusia Kota Pasuruan sepanjang tahun
2011-2015, sebagaimana tersaji pada Grafik 2.39 menunjukkan

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–107


kecenderungan positif. Hal ini tidak terlepas dari meningkatnya kinerja
pembangunan bidang pendidikan, kesehatan dan ekonomi.
Grafik 39
Indeks Pembangunan Manusia Kota Pasuruan
Tahun 2011-2015
75.5
75.09
75
75.06
74.5 74.75
74.33
74
73.89
73.5
73
2011 2012 2013 2014 2015
Sumber: BPS Kota Pasuruan, diolah

2.2 Kondisi Eksisting Kinerja Pembangunan 2010-2015


Berdasarkan uraian yang dikemukakan di muka, maka capaian
kinerja Pemerintah Kota Pasuruan dapat dirangkum di dalam Tabel 2.119.
Tabel tersebut merupakan bahan dasar dan/atau pijakan yang digunakan
dalam menentukan target kinerja yang akan dicapai selama periode
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah tahun 2016–2021.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2016–2021 II–108

Anda mungkin juga menyukai