Anda di halaman 1dari 25

ILMU FAWATIHUS SUWAR

MAKALAH
Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ulumul Quran
yang dibimbing oleh Marzuki, M.Th.I.

Oleh
Kelompok 7

Siti Miftachul Ma’rifa (17208153043)


Anisa Fajar Kumala W (17208153064)
Beta Larasati (17208153070)

JURUSAN TADRIS BIOLOGI II-B


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
April 2016
KATA PENGANTAR

Tiada kata yang pantas pertama kali diucapan selain ucapan syukur kepada
ALLAH SWT dengan ucapan Alhamdulillahirrabil’aalamin yang mana kita telah
diberi nikmat yang luar biasa. Dan dengan petunjuknya kita dapat menyelesaikan
makalah sesuai dengan waktunya. Shalawat serta salam tidak lupa kami ucapkan
kepada baginda nabi Muhammad SAW serta para keluarga, sahabat, tabi’in dan
para pengikutnya. Dan dengan itu kita selalu menantikan syafa’atnya kelak di hari
pembalasan.
Di kesempatan yang sangat baik ini kami menyusun sebuah makalah yang
berjudul “ILMU FAWATIHUS SUWAR”. Sebelumnya kami ucapkan
terimakasih kepada:
1. Rektor IAIN Tulungagung Dr. Maftukhin, M.Ag yang telah memberikan
kesempatan kepada kami untuk belajar di kampus tercinta ini.
2. Dosen mata kuliah Ulumul Quran Bapak Marzuki yang telah memberikan
kepercayaan kepada kami untuk menyusun sebuah makalah tentang Ilmu
Fawatihus Suwar ini
3. Dan tidak lupa juga kepada teman-teman yang ikut membantu dalam
pembuatan makalah ini. Dengan amanat itu kami akan memberikan hasil
yang terbaik untuk makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak untuk mengevaluasi makalah ini. Penyusun
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk semuanya.

Tulungagung, 27 April 2016

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................... i


DAFTAR ISI ....................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ..................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................... 3
A. Pengertian Fawatihus Suwar ................................................... 3
B. Macam-macam Fawatihus Suwar ........................................... 3
C. Pendapat Para Ulama tentang makna Huruful Muqatho’ah .. 16
D. Pandangan ulama tentang Fawatihus Suwar ......................... 18
E. Hikmah Fawatihus Suwar ..................................................... 19
BAB III PENUTUP .......................................................................... 20
A. Kesimpulan ........................................................................... 21
B. Saran ...................................................................................... 21

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Salah satu ciri kemukjizatan Al-Qur’an adalah bagaimana Allah Swt.
mengawali surat-surat di dalamnya dengan huruf-huruf hijaiyah yang terpisah-
pisah atau terpotong-potong (al-ahruf al-muqatha’ah). Huruf-huruf ini dalam
studi ilmu-ilmu Al-Qur’an biasa disebut dengan fawatih al-suwar (pembuka-
pembuka surat). Tujuan mempelajari ilmu ini adalah untuk menggali hikmah-
hikmah yang terkandung di dalamnya.
Mayoritas ulama sepakat bahwa fawatih al-suwar termasuk dalam
kategori ayat-ayat mutasyabih, sebab yang dapat mengetahui makna huruf-
huruf ini hanyalah Allah Swt. Namun di lain pihak masih ada kelompok
mufassir yang berpendirian di samping hanya diketahui ta’wilnya oleh Allah
Swt., juga dapat diketahui oleh manusia, tentunya dengan pemahaman yang
memadai untuk mengajukan solusi yang sangat variatif.
Hampir menjadi kesepakatan umum bahwa Allah Swt. menurunkan Al-
Qur’an dengan aspek-aspek kemukjizatannya yang antara lain adalah aspek
kehalalan berbanding keharaman, aspek keorisinalitasannya, aspek yang dapat
dipahami bangsa Arab secara khusus, dan aspek ta’wil yang hanya diketahui
oleh Allah Swt. semata. Adapun pembahasan tentang fawatih al-suwar ini
termasuk ke dalam aspek yang disebutkan terakhir, yaitu bagian yang ta’wilnya
hanya diketahui oleh Allah Swt. semata, dan manusia tidak memiliki otoritas
untuk menta’wilkannya.

B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian dari fawatihus suwar?
2. Apa saja macam-macam fawatihus suwar?
3. Bagaimana pendapat para ulama tentang makna huruful muqatho’ah?
4. Bagaimana pandangan ulama tentang fawatihus suwar?
5. Apa hikmah dari fawatihus suwar?

1
C. Tujuan penulisan
1. Untuk menjelaskan pengertian dari fawatihus suwar
2. Untuk menjelaskan macam-macam fawatihus suwar
3. Untuk menjelaskan pendapat para ulama tentang makna huruful
muqatho’ah
4. Untuk menjelaskan pandangan ulama tentang fawatihus suwar
5. Untuk menjelaskan hikamah dari fawatihus suwar

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Fawatihus Suwar


Secara Bahasa, fawatihus suwar adalah pembukaan-pembukaan surat. Jika
pembukaan surat itu diawali dengan huruf-huruf hijaiyah, maka huruf tersebut
umumnya disebut dengan huruf-huruf yang terpisah (ahrufun muqattaha’ah).
Sebab, posisinya yang memang berdiri sendiri dan tidak bergabung membentuk
sebuah kalimat.
Para Ulama tafsir mengatakan bahwa pembuka surat dalam al- Qur’an
memiliki memiliki karakter dan kategori tersendiri. Beberapa kategori
pembukaan surat dalam al-Qur’an, antara lain sebagai berikut:
1. Berisi pujian kepada Allah SWT, yang dinisbahkan kepada sifat-sifat
kesempurnaan Tuhan.
2. Dengan mengunakan huruf-huruf Hijaiyah, sebagaimana terdapat dalam 29
surat.
3. Menggunakan kata seru sebagaimana terdapat dalam sepuluh surat; lima
seruan khusus ditujukan kepada Rasulullah Saw, dan lima lainnya kepada
umat.
4. Berupa kalimat berita (jumlah khabariyah) yang terdapat dalam 23 surat.
5. Berupa sumpah, terdapat dalam 15 surat. 1
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa ilmu fawatihus suwar yaitu
ilmu yang membahas tentang kalimat-kalimat pada pembukaan-pembukaan
surat dalam Al-Qur’an.

B. Macam-Macam Fawatihus Suwar


Macam- macam Fawatihus Suwar itu telah diinventarisir Imam Al-
Qasthalani dalam kitabnya Lathaiful Isyarati menjadi 10 macam pembahasan.
Jadi, Fawatihus Suwar atau pembukaan-pembukaan dari 114 surah-surah
Al-Qur’an itu ada 10 macam, yatu sebagai berikut:

1
Rusydie Anwar, Pengantar Ulumul Qur’an dan Ulumul Hadis. Teori dan Metodologi.
(Yogyakarta: IRCiSoD, 2015), hlm 125

3
a. Pembukaan dengan pujian kepada Alloh SWT (Al-Istiftaahu Bits Tsanaa’i)
Pujian kepada Allah SWT ada dua macam, yaitu2:
1) Menetapkan sifat-sifat terpuji (Al-Itsbaatu Sifaatil Madhi) yang memakai
salah satu dari dua lafal sebagai berikut:
a) Memakai lafal “hamdalah” (bilafdzil hamdalah), yakni dibuka dengan lafal
Al-Hamdu Lillahi, terdapat dalam lima surat, salah satunya adalah awalan
surat Al-Fatihah, dengan lafal:

َ‫ْال َح ْمدُ هّللِ َربه ِ ْال َعالَ ِمين‬


Artinya:
“segala puji bagi Allah, Tuhan semesta Alam”.
Selain di awal surat Al-Fatihah, juga terdapat di awal surat Al-Kahfi, surat
Al An’am, surat Al- Kahfi, dan surat Fathir.
b) Memakai lafal “tabaaraka” yang terdapat dalam dua surah, yaitu:
 Surah Al-Furqan dengan lafal:

‫ار َك الَّذِي ن ََّز َل ْالفُ ْرقَانَ َعلَى َع ْب ِد ِه‬


َ َ‫تَب‬
Artinya:
“ Maha suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqan (Al-Qur’an) kepada
hamba-Nya”.
 Surah Al-Mulk dengan lafal:

ُ‫ار َك الَّذِي ِبيَ ِد ِه ْال ُم ْلك‬


َ ‫ت َ َب‬
Artinya:
“ Maha suci Allah yang ditangan-Nyalah segala kerajaan”.
2) Mensucikan Allah SWT dari sifat-sifat yang negatif ( Tanzihu ‘An Shifatin
Nuqshaan ) yang memakai lafal tasbih, terdapat dalam tujuh surat, salah
satunya adalah terdapat dalam surah Al-Isra dengan lafal:
‫س ْب َحانَ الَّذِي أ َ ْس َرى ِبعَ ْب ِد ِه لَ ْيلا‬
ُ
Artinya:
“ Maha suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu
malam”

2
Abdul Djalal, Ulumul Qur’an, (Surabaya: Dunia Ilmu, 2000)

4
Jadi, surah-surah tersebut masing-masing menetapkan sifat-sifat yang
terpuji dan menyucikan dari sifat-sifat yang negatif.
Surah yang dimulai dengan pujian ini ada 14 surah, yang separuhnya
untuk menetapkan sifat-sifat yang terpuji bagi Allah SWT dan separuhnya lagi
menyucikan-Nya dari sifat-sifat yang tercela atau negatif
Mahmud bin Al-Kirmani yang terkenal dengan sebutan Tajjul Qurra
dalam kitabnya: ‘Al-Ajaaibu Fi Tafsiiril Qur’ani , menjelaskan bahwa
kalimat tasbih dimulai dari bentuk masdar, yaitu daloam surah Al-Isra’,
karena masdar itu yang asli. Kemudian diikuti dengan bentuk fi’il madhi:
Sabbaha dalam tiga surah. Lalu dalam fi’il mudhari’: yusabbihu dalam dua
surah. Dan akhirnya dalam bentuk fi’il amr: sabbih dalam satu surah Al-A’la.
Semua itu dimaksudkan agar mencakup seluruh bentuk tasbih dari
semua arah atau bentuknya.
b. Pembukaan dengan huruf-huruf yang terputus-putus (Istiftaahu Bil Huruufi
Al-Muqaththa’thi)
Pembukaan dengan huruf-huruf ini terdapat dalam 29 surah dengan memakai
14 huruf dengan tanpa diulang, yang terkumpul dalam kalimat:
َ ‫ص ْن ِس ًّرايَ ْق‬
ُ‫طعُ َك َح ْملَه‬ ُ
Yang terdiri dari huruf-huruf:

‫ ا‬,‫ ح‬,‫ ر‬,‫ س‬,‫ ص‬,‫ ط‬,‫ ع‬,‫ ق‬,‫ ك‬,‫ ل‬,‫ م‬,‫ ن‬,‫ ه‬,‫ي‬
Kalau dihitung dengan memasukkan huruf-huruf yang berulang-ulang,
maka akan berjumlah 78 huruf. Sebab huruf kaf dan nun masing-masing hanya
dipakai satu kali, sedang huruf-huruf Ain, Ya’, Ha, dan Qaf dipakai dua kali.
Dan huruf Shadnya dipakai tiga kali. Sedang huruf Tha’ dipakai sampai empat
kali. Huruf Siin dipakai lima kali, huruh Ra’ enam kali dan huruf Ha tujuh kali,
yang banyak sekali adalah adalah Alif dan Lam, yang masing-masingnya
dipakai sampai 13 kali, tetapi yang terbanyak adalah huruf mim yang dipakai
sampai 17 kali.
Penggunaan huruf-huruf tersebut dalam pembukaan surah-surah Al-Qur’an
disusun dalam 14 rangkaian, terdiri dari lima kelompok, sebagai berikut:

5
1) Kelompok sederhana, terdiri dari satu huruf (Al Muwahhadah) yang ada tiga
rangkaian dan terdapat dalam tiga surah, sebagai berikut:
 Surah Shaad, dalam lafal:

ِ ‫ص َو ْالقُ ْر‬
-١- ‫آن ذِي ال ِذه ْك ِر‬
Artinya:
“ Shaad, demi Al-Qur’an yang mempunyai keagungan”.
 Surah Qaaf, dalam lafal:

-١- ‫آن ْال َم ِجي ِد‬


ِ ‫ق َو ْالقُ ْر‬
Artinya:
“ Qaaf, demi Al-Qur’an yang sangat mulia”.
 Surah Al-Qalam, dalam lafal:
ُ ‫ن َو ْالقَلَ ِم َو َما يَ ْس‬
-١- َ‫ط ُرون‬
Artinya:
“ Nun, demi Kalam dan apa yang mereka tulis”.
2) Kelompok yang terdiri dari dua huruf (Al-Mutsanna) yang ada empat
rangkain dan terdapat dalam sembilan surah, sebagai berikut:
a) Rangkaian huruf “Ha” dan “Mim” (~‫(حم‬, dalam enam surah salah satunya
terdapat dalam surah Ghafir, dengan lafal:

-٢- ‫يز ْالعَ ِل ِيم‬


ِ ‫َّللاِ ْالعَ ِز‬ ِ ‫نزي ُل ْال ِكتَا‬
َّ َ‫ب ِمن‬ ِ َ ‫ ت‬-١- ‫حم‬
Artinya:
“ Haa Miim, diturunkan kitab ini (Al-Qur’an) dari Allah, Yang Maha Perkasa
lagi Maha Mengetahui”.
Selain dalam surah Ghafir lima lainnya terdapat dalam surah Fushshilat, Ad-
Dukhan, Al-Ahqaf, Az-Zuhruf, dan surah Al-Jatsiyah.

b) Rangkaian huruf “Tha” dan “Ha” )‫(طه‬, dalam satu surah saja, yaitu
dalam surah Thaha, dengan lafal:

-٢- ‫ َما أَنزَ ْلنَا َعلَي َْك ْالقُ ْرآنَ ِلت َ ْشقَى‬-١- ‫طه‬
Artinya:

6
“Tha Haa, Kami tidak menurunkan Al-Qur’an ini kepadamu agar kamu
menjadi susah”.
c) Rangkaian “Tha” dan “Sin” , dalam satu surah saja, yaitu dalam surah An-
Naml, dengan lafal:

‫ين‬
ٍ ِ‫ب ُّمب‬ ِ ‫طس تِ ْل َك آيَاتُ ْالقُ ْر‬
ٍ ‫آن َو ِكتَا‬
Artinya:
“ Thaa Siin, (surah) ini adalah ayat-ayat Al-Qur’an, dan ayat-ayat kitab yang
menjelaskan”.
d) Rangkaian huruf “ya” dan “sin”, dalam satu surah saja, yaitu dalam surah
Yasiin, dengan lafal:

-٢- ‫آن ْال َح ِك ِيم‬


ِ ‫ َو ْالقُ ْر‬-١- ‫يس‬
Artinya:
“ yaa siin. Demi Al-Qur’an yang penuh hikmah”.
3) Kelompok yang terdiri dari tiga huruf (Al-Mutsallatsatu) yang ada tiga
rangkaian dan terdapat 13 surah-surah sebagai berikut:
a) Rangkaian huruf “alif, lam, mim” dalam enam surah, salah satunya terdapat
dalam surah Al-Baqarah, dengan lafal:

ُ َ ‫ ذَ ِل َك ْال ِكت‬-١- ‫الم‬


َ ‫اب الَ َري‬
‫ْب فِي ِه‬
Artinya:
“ Alif Laam Miim. Kitab Al-Qur’an tidak ada keraguan padanya”.
Selain dalam surah Al-Baqarah lima lainnya terdapat dalam surah Ali-Imran,
Al-Ankabut, Ar-Rum, Luqman, dan surah As-Sajdah.
b) Rangkaian huruf “Alif, lam, ra”, dalam lima surah, salah satunya terdapat
dalam surah Yunus, dengan lafal:

-١- ‫ب ْال َح ِك ِيم‬


ِ ‫الر تِ ْل َك آيَاتُ ْال ِكتَا‬
Artinya:
“Aliif Laam Raa. Inilah ayat-ayat Al-Qur’an yang mengandung hikmah”.
Selain dalam surah Yunus empat lainnya terdapat dalam surah Hud, Yusuf,
Ibrahim, dan Al-Hijr.

7
c) Rangkaian dalam huruf “Tha, Sin, dan Mim” dalam dua surah, salah satunya
terdapat dalam surah Al-Qashash, dengan lafal:

ِ ‫ب ْال ُم ِب‬
-٢- ‫ين‬ ِ ‫ تِ ْل َك آ َياتُ ْال ِكت َا‬-١- ‫طسم‬

Artinya:
“Thaa Siin Miim. Ini adalah ayat-ayat Kitab (Al-Qur’an) yang nyata dari
Allah”.
Selain dalam surah Al-Qashash juga terdapat dalam surah Asy-Syu’ara.
4) Kelompok yang terdiri dari empat huruf (Al-Muraaba’ah) yang ada dalam
dua rangkaian dan terdapat dalam dua surah saja, yaitu:
a) Rangkaian yang terdiri darai huruf alif, lam, mim, dan ra, dalam satu surah,
yakni surah Ar-Ra’d, dengan lafal:

ِ ‫المر تِ ْل َك آ َياتُ ْال ِكتَا‬


‫ب‬
Artinya:
“Aliif Laam Miim Raa. Ini adalah ayat-ayat Al Kitab (Al-Qur’an)
b) Rangkaian yang terdiri dari huruf alif, lam, mim, shad, dalam satu surah,
yakni surah Al-A’raf, dengan lafal:

– ‫ْك‬ ِ ُ ‫اب أ‬
َ ‫نز َل إِلَي‬ ٌ َ ‫ ِكت‬-١- ‫المص‬
Artinya:
“Aliif Laam Miim Shaad. Ini adalah sebuah kitab yang diturunkan kepadamu”.
5) Kelompok yang terdiri dari lima huruf (Al-Mukhaamasatu) yang ada dua
rangkaian dan terdapat dalam dua surah, yaitu:
a) Rangkaian yang terdiri dari huruf Kaf, Ha, Ya, ‘Ain, dan Shad dalam satu
surah, yakni terdapat dalam surah Maryam, dengan lafal:

-٢- ‫ ِذ ْك ُر َر ْح َم ِة َر ِبه َك َع ْبدَهُ زَ َك ِريَّا‬-١- ‫كهيعص‬


Artinya:
“Kaaf Haa Yaa ‘Aiin Shaad. ( yang dibacakan ini adalah) penjelasan tentang
rahmat Tuhan kamu kepada hamba-hamba-Nya, Zakariya”.
b) Rangkaian yang terdiri dari huruh Ha, Mim, ‘Ain, Sin, dan Qaf , terdapat
dalam satu surah, yakni terdapat dalam surah Asy Syur, dalam lafal:

8
َ ‫وحي ِإلَي‬
– ‫ْك‬ ِ ُ‫ َكذَ ِل َك ي‬-٢- ‫ عسق‬-١- ‫حم‬
Artinya:
“ Haa Miim, ‘Aiin Siin Qaaf. Demikianlah Allah yang maha perkasa lagi maha
bijaksana mewahyukan kepada kamu”.
c. Pembukaan dengan Nida/ panggilan (Al-Istiftaahu Bin-Nidaa’)
Nida’ (panggilan) itu ada tiga macam, yaitu:
a) Nida’ atau panggilan yang ditujukan kepada Nabi Muhammad SAW, yang
terdapat dalam lima surah, salah satunya terdapat dalam surah Al-Ahzab,
dengan lafal:

– َ‫َّللاَ َو َال ت ُ ِطعِ ْال َكافِ ِرين‬


َّ ‫ق‬ ُّ ‫يَا أَيُّ َها النَّ ِب‬
ِ َّ ‫ي ات‬
Artinya:
“Hai Nabi, bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu menuruti (keinginan)
orang-orang kafir”.
Selain dalam surah Al-Ahzab, empat lainnya terdapat dalam surah At-Tahrim,
Ath-Thalaq, Al-Muzammil, dan surah Al-Muddatsir.
b) Nida’ yang ditujukan kepada kaum mukminin, terdapat dalam dua surah,
salah satunya terdapat dalam surah Al-Maidah, dengan lafal:

‫يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُواْ أ َ ْوفُواْ ِب ْالعُقُو ِد‬


Artinya:
“ Hai orang-orang yang beriman, penuhilah akad-akad”
Selain dalam surah Al-Maidah juga terdapat dalam surah Al-Hujurat.
c) Nida’ yang ditujukan kepada umat manusia, yang terdapat dalam dua surah,
salah satunya terdapat dalam surah An-Nisa’, dengan lafal:

– ‫اس ات َّقُواْ َربَّ ُك ُم الَّذِي َخلَقَ ُكم‬


ُ َّ‫يَا أَيُّ َها الن‬

Artinya:
“ Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan
kamu”.
Selain dalam surah An-Nisa’ juga terdapat dalam surah Al-Hajj.

9
Adapun hikmah atau rahasia dari pembukaan surah-surah Al-Qur’an
memakai nida’ (panggilan) ini adalah untuk memberi perhatian atau peringatan,
baik kepada Nabi Muhammad SAW atau umat beliau, dan untuk menjadi
pedoman dan petunjuk dalam mengarungi laut kehidupan di dunia ini.
d. Pembukaan dengan jumlah khabariyah (Al-Istiftaahu Bil Jumadil Khabariyyati)
Jumlah Khabariyyah di awal surah-surah Al-Qur’an ada dua macam yaitu:
a) Jumlah ismiyah, yang menjadi pembukaan 11 surah-surah,sebagai berikut:
 Surah At-Taubah, dengan lafal:

‫سو ِل ِه‬ ‫َب َراءة ٌ ِ همنَ ه‬


ُ ‫َّللاِ َو َر‬
Artinya:
“ (Inilah pernyataan) pemutusan hubungan daripada Allah dan Rasul-Nya”.
 Surah An-Nur, dengan lafal:

ْ ‫ورة ٌ أَنزَ ْلنَاهَا َوفَ َر‬


– ‫ضنَاهَا‬ َ ‫س‬ُ
Artinya:
“ (Ini adalah) satu surah yang kami turunkan dan kami wajibkan (menjalankan
hukum-hukum yang ada di dalamnya)”.
Selain terdapat dalam kedua surah tadi, juga terdapat dal;am sembilan surah
lainnya, yaitu surah Az-Zumar, Muhammad, Al-Fath, Ar-Rahman, Al-Haqqah,
Nuh, Al-Qadr, Al-Qari’ah, dan surah Al-Kautsar.
b) Jumlah fi’liyah yang menjadi pembukaan 12 surah-surah, sebagai berikut:
 Surah Al-Anfal, dengan lafal:

‫يَ ْسأَلُون ََك َع ِن األَنفَا ِل‬


Artinya:
“Mereka menannyakan kepadamu tentang (pembagian) harta rampasan
perang”.
 Surah An-Nahl, dengan lafal:

‫أَتَى أ َ ْم ُر ه‬
– ُ‫َّللاِ فَلَ ت َ ْست َ ْع ِجلُوه‬
Artinya:
“ Telah pasti datangnya ketetapan Allah, maka janganlah kalian meminta agar
disegerakan (datangnya)nya”.

10
Selain terdapat dalam kedua surah tersebut, juga terdapat dalam sepuluh
surah lainnya, yakni surah Al-Anbiya’, Al-Mu’minun, Al-Qamar, Al-
Mujadilah, Al-Ma’arij, Al-Qiyamah, Al-Balad, Abbas, Al-Bayyinah, dan surah
At-Takatsur.
Rahasia atau hikmah dari pembukaan surah dengan jumlah ini ialah untuk
memperingatkan Nabi Muhammad SAW dan umat Islam agar memperhatikan
firman-firman Allah yang disebutkan sesudah pembukaan itu, serta
mengamalkan dan menjadikannya sebagai pedoman.
e. Pembukaan dengan sumpah atau Qasam (Al-Istiftaahu Bil-Qasami)
Sumpah Allah yang dipakai dalam pembukaan surah Al-Qur’an itu ada tiga
macam, dan terdapat dalam 15 surah, sebagai berikut:
a) Sumpah dengan benda-benda angkasa (Al-Qasamu Bil ‘Uluwwiyyaati)
sumpah model ini dipakai pembukaan dalam delapan surah sebagai berikut:
 Surah An-Najm, dengan lafal:

-١- ‫َوالنَّ ْج ِم ِإذَا ه ََوى‬


Artinya:
“ Demi bintang ketika terbenam”.
 Surah Al-Mursalaat, dengan lafal:

-١- ‫ع ْرفا‬
ُ ‫ت‬ َ ‫َو ْال ُم ْر‬
ِ ‫س َل‬
Artinya:
“ Demi malaikat-malaikat yang diutus untuk membawa kebaikan”.
Selain dalam kedua surah tersebut juga terdapat dalam enam surah lainnya,
yakni surah Ash-Shaaffat, An-Nazi’at, Al-Burujj, At-Thariq, Al-Fajr, dan surah
Asy-Syams.
b) Sumpah dengan benda-benda bawah (Al-Qasamu Bis-Sufliyaati) seperti
yang dipakai dalam pembukaan dari empat surah, sebagai berikut:
 Surah Adz-Dzariyat, dengan lafal:

ِ ‫َوالذَّ ِاريَا‬
-١- ‫ت ذَ ْروا ا‬
Artinya:
“ Demi angin yang menerbangkan debu dengan sekuat-kuatnya”.
 Surah Ath-Thur, dengan lafal:

11
-٢- ‫ور‬
ٍ ‫ط‬ُ ‫ب َّم ْس‬
ٍ ‫ َو ِكتَا‬-١- ‫ور‬ ُّ ‫َو‬
ِ ‫الط‬
Artinya:
“ Demi bukit dan Kitab yang ditulis”.
Selain dalam kedua surah tersebut juga terdapat dalam dua surah lainnya,
yakni terdapat dalam surah At-Tiin dan Al-‘Adiyat.
c) Sumpah dengan waktu (Al-Qasamu Bil-Waqti), terdapat dalam tiga surah,
sebagai berikut:
 Surah Al-Lail, dengan lafal:

– ‫َواللَّ ْي ِل ِإذَا يَ ْغشَى‬


Artinya:
“Demi malam apabila menutupi (cahaya siang)”.
 Surah Adh-Dhuha, dengan lafal:

َ ‫ َواللَّ ْي ِل ِإذَا‬-١- ‫ض َحى‬


-٢- ‫س َجى‬ ُّ ‫َوال‬
Artinya:
“Demi waktu matahari sepenggalahan naik, dan demi malam apabila telah
sunyi”.
 Surah Al-‘Asr, dengan lafal:

-٢- ‫سانَ لَ ِفي ُخ ْس ٍر‬


َ ‫اْلن‬ ْ َ‫َو ْالع‬
ِ ْ ‫ إِ َّن‬-١- ‫ص ِر‬
Artinya:
“Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian”.
Hikmah atau rahasia Allah SWT membuka beberapa surah dalam kitab-Nya
dengan memakai sumpah-sumpah itu sebagai berikut:
1. Agar manusia meneladani sikap bertanggung jawab, bahwa kalau bicara
harus benar dan jujur, dan bila perlu berani angkat sumpah untuk
memperkuat ucapannya.
2. Agar dalam bersumpah bagi manusia harus memakai nama Allah SWT, dzat
ataupun sifat-sifat-Nya.
3. Dalam beberapa sumpah Allah SWT dalam Al-Qur’an, memang Allah
kadang-kadang memakai benda-benda, baik benda-benda angkasa ataupun

12
benda di bawah. Tetapi bagi Allah SWT hal itu memang boleh saja. Maka
Dia bisa bersumpah dengan Dzat-Nya atau dengan makhluk-Nya.
4. Digunakannya beberapa benda atau makhluk sebagai sumpah Allah itu agar
benda-benda atau makhluk Allah SWT itu selalu diperhatikan umat
manusia. Karena benda-benda atau makhluk-makhluk itu adalah termasuk
yang diistimewakan-Nya, sehingga mempunyai kedudukan yang lebih
tinggi dari yang lain.3
f. Pembukaan dengan Syarat (Al-Istiftaahu Bis-Syarthi)
1) Syarat yang masuk kepada jumlah ismiyah, dipakai di awal 3 surah sebagai
berikut :
 Surah At-Takwir, dengan lafal :

ْ ‫س ُك ه ِو َر‬
‫ت‬ َّ ‫ِإذَا ال‬
ُ ‫ش ْم‬
Artinya:
“Apabila matahari digulung”
 Surah Al-Insyyiqaq, dengan lafal :

ْ َّ‫شق‬
‫ت‬ َّ ‫ِإذَا ال‬
َ ‫س َما ُء ا ْن‬
Artinya :
“Apabila langit terbelah”
2) Syarat yang masuk kepada jumlah Fi’liyah, yang untuk membuka 4 surah-
surah sebagai berikut :
 Surah Al-Waqi’ah, dengan lafal :
ُ‫ت ْال َواقِعَة‬
ِ َ‫إِذَا َوقَع‬
Artinya :
“Apabila terjadi hari kiamat”
 Surah Al-Munafiqun, dengan lafal :

َ‫ِإذَا َجا َء َك ْال ُمنَافِقُون‬


Artinya :
“Apabila orang-orang munafik datang kepadamu”
 Surah An-Nashr, dengan lafal :

3
Abdul Djalal, Ulumul Qur’an, (Surabaya: Dunia Ilmu, 2000). hlm 192

13
ْ َ‫ِإذَا َجا َء ن‬
ِ‫ص ُر للا‬
Artinya :
“Apabila telah datang pertolongan Allah”

g. Pembukaan dengan fi’il amar (Al-Istiftaahu bil Amri)


1) Dengan fi’il amar iqra’
 Surah Al-‘Alaq, dengan lafal :

َ‫ا ْق َرأْ بِا ْس ِم َر ِبه َك لَّذِيا َخلَق‬


Artinya :
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan
2) Dengan fi’il amar qul
 Surah Al-Ikhlas, dengan lafal :

ٌ‫قُ ْل هُ َو للاِ أ َ َحد‬


Artinya :
“Katakanlah : Dia-lah Allah Yang Maha Esa”
 Surah An-Nass, dengan lafal :

ُ َ ‫قُ ْل أ‬
ِ َّ‫عوذ ُ ِب َربه ِ الن‬
‫اس‬
Artinya :
“Katakanlah : Aku berlindung kepada Tuhan Manusia”
 Surah Al-Falaq, dengan lafal :

ِ َ‫عوذُ بِ َربه ِ ْالفَل‬


‫ق‬ ُ َ ‫قُ ْل أ‬
Artinya :
“Katakanlah : Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh”
Adapun hikmah dari pembukaan surah-surah dalam Al-qur’an dalam memaknai
amar/perintah ilah untuk memberikan perhatian, peringatan, dan petunjuk serta
pedoman dalam berbagai pranata kehidupan dan peribadatan agar umat manusia
dapat selamat dan berbahagia di dunia dan di akhirat kelak.
h. Pembukaan dengan pertanyaan (Al-Istiftaahu bil Istifhaami)
1) Pertanyaan Positif (Al-Istifhaamu Al-Muhibiyyu), yaitu bentuk pertanyaan
yang dengan kalimat positif yang tidak ada alat negatifnya.

14
 Surah An-Naba’, dengan lafal :

َ‫سا َءلُون‬
َ َ ‫َع َّم يَت‬
Artinya :
“Tentang apakah mereka saling bertanya-tanya?”
 Surah Al-Ghasyiyah, dengan lafal :

‫ِيث ْالغَا ِش َي ِة‬ َ َ ‫ه َْل أَت‬


ُ ‫اك َحد‬
Artinya :
“Sudah datangkah kepadamu berita (tentang) hari pembalasan?”
 Surah Al-Ma’un, dengan lafal :

ُ ‫ْت الَّذِي يُ َكذه‬


ِ ‫ِب بِالده‬
‫ِين‬ َ ‫أ َ َرأَي‬
Artinya :
“Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?”
2) Pertanyaan negatif, yaitu bentuk pertanyaan yang dalam kalimat yang
negative, yang tidak positif
 Surah Al-Insyirah, dengan lafal :

َ ‫أَلَ ْم نَ ْش َرحْ لَ َك‬


‫ص ْد َر َك‬
Artinya :
“Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?”
 Surah Al-Fill, dengan lafal :

‫ب ْال ِفي ِل‬ ْ َ ‫ْف فَعَ َل َرب َُّك بِأ‬


ِ ‫ص َحا‬ َ ‫أَلَ ْم ت َ َر َكي‬
Artinya :
“Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak
terhadap tentara bergajah?”
Hikmah pembukaan surah-surah Al-qur’an dengan pertanyaan-pertanyaan
ini juga untuk memberikan peringatan, perhatian, dan petunjuk-petunjuk
kepada umat manusia kea rah kebahagiaan hidup mereka di dunia dan di akhirat.
i. Pembukaan dengan do’a (Al-Istiftaahu bid Du’aai)
1) Do’a atau harapan yang berbentuk kata benda (Ad-Du’aaul Ismiyyu)
 Surah Al-Muthaffifin, dengan lafal :

15
َ ‫َو ْي ٌل ِل ْل ُم‬
َ‫ط ِفه ِفين‬
Artinya:
“Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang”
 Surah Al-Humazah, dengan lafal :

ٍ‫َو ْي ٌل ِل ُك ِهل ُه َمزَ ةٍ لُ َمزَ ة‬


Artinya :
“Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela”
2) Do’a atau harapan yang berbentuk kata kerja (Ad-Du’aaul Fi’liyyu)
 Surah Al-Lahab, dengan lafal :

ٍ ‫َّت يَدَا أَبِي لَ َه‬


َّ‫ب َوتَب‬ ْ ‫تَب‬
Artinya :
“Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa.”
j. Pembukaan dengan alasan (Al-Istiftaahu bit-ta’lili)
 Surah Al-Quraisy

‫ف قُ َري ٍْش‬ َ ‫ِ ِْل‬


ِ ‫يل‬
Artinya :
“Karena kebiasaan orang-orang Quraisy”

C. Pendapat Para Ulama tentang makna Huruful Muqatho’ah


Pendapat para ulama mengenai makna huruf-furuf yang terpotong itu pada garis
besarnya ada dua macam4 :
1) Bahwa makna-makna huruf-huruf terpotong itu tersembunyi karena
merupakan rahasia yang tertutup yang hanya diketahui oleh Allah SWT
sendiri, sebab huruf-huruf itu sudah ada sejak zaman azali, sehingga susah
menafsirkannya, karena termasuk ayat-ayat mutasyabbihat, yang hanya
diketahui oleh Allah saja. Pendapat yang demikian itu adalah pendapat
ulama salaf, seperti tokoh-tokoh sebagai berikut :
a) Sahabat Abu Bakar berkata “Dalam kitab-kitab itu ada rahasianya dan
rahasia dari kitab Al-qur’an adalah pembukaan surah-surahnya”

4
Abdul Djalal, Ulumul Qur’an, (Surabaya: Dunia Ilmu, 2000), hlm 200-203

16
b) Sahabat Ali bin Abi Thalib berkata “Bagi tiap-tiap kitab itu ada
intisarinya dan intisari dari kitab Al-qur’an ini ialah huruf-huruf
tahajjinya (alfabetisnya)
c) Imam Asy Sya’bi berkata “Huruf-huruf itu termasuk rahasia dari Al-
qur’an ini dan termasuk hal-hal yang samar yang cukup kita imani
lahirnya saja dan pengertiannya kita serahkan kepada Allah SWT.
2) Bahwa makna huruf-huruf yang terpotong itu dapat diketahui oleh Allah
SWT dan bisa dipahami oleh manusia terutama oleh orang-orang yang
mendalami pengetahuanNya. Pendapat ini berdasrkan dalil ayat 7 surah Ali
Imran:

Artinya :
“Padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya melainkan Allah. Dan
orang-orang yang mendalam ilmunya”
Pendapat yang demikian itu adalah pendapat tokoh-tokoh sebagai berikut:
a) Sebagian ulama berpendapat bahwa huruf-huruf yang terpotong-potong
itu adalah merupakan sumpah Allah SWT sebagaimana Allah
bersumpah dengan bulan, bintang, fajar, langit, buah tin, dsb. Maka Dia
bersumpah pula dengan huruf-huruf yang terletak di awal surah-surah
Al-qur’an itu.
b) Imam Ibnu jarir, ibnu Katsir, Ar-Razi, Az-zarkasyi menjelaskan bahwa
setelah orang-orang mengatakan : Jangan dengarkan al-qur’an itu dan
biarkan saja, agar kalian tidak terpikat, maka Allah SWT menghendaki
menyampaikan sesutau yang belum pernah mereka dengar dengan
menyebutkan huruf huruf itu, yang menyebabkan mereka lalu
memperhatikan ayat-ayat Alqur’an tadi dan bahkan menyuruh supaya
memperhatikan segala apa yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.
c) Imam Al-Juweini mengatakan bahwa huruf-huruf itu adalah untuk
menarik perhatian. Sebab, dengan mendengar bunyi huruf-huruf itu
orang akan terkejut dan heran, lalu memperhatikan kafal-lafal ayat yang
mengikuti bunyi huruf-huruf itu tadi. Sayangnya dia mengatakan huruf-
huruf itu untuk menarik perhatian Nabi sendiri yang sudah tentu beliau

17
selalu memerhatikan firman-firman Allah. Jadi mestinya adalah untuk
menarik perhatian umum yaitu orang-orang non-muslim.

D. Pandangan Ulama tentang Fawatihus Suwar


Ibnu Abi al-Asba memaparkan bahwa pembuka-pembuka surat itu
bertujuan untuk menyempurnakan dan memperindah bentuk-bentuk
penyampaian, baik dengan sarana berupa pujian maupun melalui huruf-huruf.
Pembuka-pembuka itu bertujuan untuk merangkum segala materi yang akan
disampaikan lewat kata-kata awal.
Awal atau pembuka surat yang berupa huruf-huruf terpisah atau huruf
muqattaha’ah, menurut Al-Hubbi merupakan bentuk peringatan kepada Nabi
Muhammad saw. Allah swt mengingatkan rosulnya dengan huruf pembuka
surat itu karena Dia mengetahui bahwa sebagai manusia terkadang nabi
Muhammad saw sangat sibuk. Karena itulah jibril menyampaikan wahyu
dengan pembukaan, seperti Alif Lam Mim dan lainnya, agar Rasululllah Saw
menerima dan memperhatikannya.
Abu Bakar Shiddiq berkata, ’’ tiap-tiap kitab mempunyai rahasia, dan
rahasia al–Qur’an adalah awal surahnya.’’
Sementara itu, Ibnu Mas’ud juga berpendapat bahwa tiap-tiap huruf di
awal surat tersebut merupakan ilmu yang disembunyikan dan rahasiannya
tertutup oleh kekuasaan Allah Swt, sehingga tidak sedikit para musafir yang
hanya memperkirakan maknanya. Hal ini disebabkan karena keterbatasan ilmu
dan latar belakang pengetahuan mereka sehingga untuk makna yang hakiki ayat
tersebut dikembalikan kepada Allah Swt.
Para ulama lainnya berpendapat bahwa pembuka surat berupa huruf-huruf
yang terpisah itu merupakan nama bagi surat-surat. Ada juga yang menyebut
huruf-huruf tersebut sebagai huruf sumpah. Mereka meyakini Allah Swt telah
bersumpah atas nama seluruh huruf hanya saja Dia meringkasnya menjadi
beberapa bagian huruf.
Sekalipun banyak para ulama yang mencurahkan perhatian mereka untuk
mengkaji pembuka surat, khususnya hurug-huruf yang terpisah tetapi ada juga
ulama yang tidak terlalu menganggap serius dalam memandang huruf-huruf
tersebut.

18
Al-Qurtubi, misalnya ia menuturkan, ‘’aku tidak melihat keberadaan dari
huruf-huruf muqattha’ah itu selain pada awal surat. Aku pun tidak dapat
memahami maksud-maksud tertentu yang dikehendaki Allah melalui huruf-
huruf tersebut. 5

E. Hikmah Fawatihus Suwar


1. Untuk memberi perhatian, peringatan atau menjadi pedoman kehidupan,
baik bagi rosululloh ataupun umatnya.
2. Pembukaan surat yang diawali dengan menetapkan sifat-sifat terpuji kepada
Allah, yakni dengan masdar dan selanjutnya diikuti dengan fi’il madhi,
mudhari, dan amr. Ini semua dimaksudkan agar mencangkup seluruh tasbih,
sekaligus menunjukkan betapa ajaibnya al-quran itu.
3. Hikmah fawatihus suwar dengan sumpah, yaitu agar manusia meneladani
sikap bertanggungjawab; berbicara harus benar dan jujur dan Allah
menggunakan beberapa benda sebagai sumpah-Nya, dimaksudkan agar
manusia memperhatikan kebesaran Allah melalui ciptaan-Nya. Dengan
begitu manusia merasa rendah dihadapan Allah.6

5
Rusydie Anwar, Pengantar Ulumul Qur’an dan Ulumul Hadis. Teori dan Metodologi.
(Yogyakarta: IRCiSoD, 2015), hlm 128
6
Muhammad Gufron, dan Rahmawati, Ulumul Quran Praktis dan Mudah, (Yogyakarta:
Teras,2013), hlm 129

19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah dipaparkan sebelumnya, kesimpulan yang dapat
diambil ialah sebagai berikut :
- Ilmu Fawatihus Suwar adalah ilmu yang membicarakan kalimat-kalimat
pembuka surat. Dalam kalimat-kalimat ini tersimpan rahasia arti dan
tafsirnya. Jadi Fawatihus Suwar berarti beberapa pembukaan dari surah-
surah al-qur’an atau beberapa macam awalan dari surah-surah Al-Qur’an.
- Macam-macam fawatihus suwar surah Al-Qur’an ada 10 macam:
1) Pembukaan dengan pujian kepada Alloh SWT (Al-Istiftaahu Bits
Tsanaa’i)
2) Pembukaan dengan huruf-huruf yang terputus-putus (Istiftaahu Bil
Huruufi Al-Muqaththa’thi)
3) Pembukaan dengan Nida/ panggilan (Al-Istiftaahu Bin-Nidaa’)
4) Pembukaan dengan jumlah khabariyah (Al-Istiftaahu Bil Jumadil
Khabariyyati)
5) Pembukaan dengan sumpah atau Qasam (Al-Istiftaahu Bil-Qasami)
6) Pembukaan dengan Syarat (Al-Istiftaahu Bis-Syarthi)
7) Pembukaan dengan fi’il amar (Al-Istiftaahu bil Amri)
8) Pembukaan dengan pertanyaan (Al-Istiftaahu bil Istifhaami)
9) Pembukaan dengan do’a (Al-Istiftaahu bid Du’aai)
10) Pembukaan dengan alasan (Al-Istiftaahu bit-ta’lili)
- Pendapat para ulama mengenai makna huruf-furuf yang terpotong itu pada
garis besarnya ada dua macam
1) Bahwa makna-makna huruf-huruf terpotong itu tersembunyi karena
merupakan rahasia yang tertutup yang hanya diketahui oleh Allah SWT
sendiri,
2) Bahwa makna huruf-huruf yang terpotong itu dapat diketahui oleh Allah
SWT dan bisa dipahami oleh manusia terutama oleh orang-orang yang
mendalami pengetahuanNya

20
- Pandangan ulama mengenai fawatihus suwar : Ibnu Abi al-Asba
memaparkan bahwa pembuka-pembuka surat itu bertujuan untuk
menyempurnakan dan memperindah bentuk-bentuk penyampaian, baik
dengan sarana berupa pujian maupun melalui huruf-huruf.
- Hikmah –Hikmah fawatihus suwar adalah:
Untuk memberi perhatian, peringatan atau menjadi pedoman kehidupan,
baik bagi rosululloh ataupun umatnya, menunjukkan betapa ajaibnya al-
quran itu,Sedangkan hikmah fawatihus suwar dengan sumpah,yaitu agar
manusia meneladani sikap bertanggungjawab; berbicara harus benar dan
jujur dan Allah menggunakan beberapa benda sebagai sumpah-Nya,
dimaksudkan agar manusia memperhatikan kebesaran Allah melalui
ciptaan-Nya. Dengan begitu manusia merasa rendah dihadapan Allah.
B. Saran
Sebagai umat muslim yang meyakini rukun iman yang salah satunya iman
kepada kitab-kitab Allah, diantaranya Al-Quran merupakan hal yang sangat
penting untuk mempelajari ilmu-ilmu al-quran salah satu cabangnya adalah
fawatihus suwar. Karena semakin dikaji ayat al-quran itu maka semakin luas
pengetahuan kita. Semoga makalah ulumul quran tentang fawatihus suwar ini
dapat menjadi tambahan referensi untuk mengkaji tentang fawatihus suwar.

21
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Rusydie. 2015. Pengantar Ulumul Qur’an dan Ulumul Hadis. Yogyakarta:
IRCiSoD
Djalal, Abdul. 1998. Ulumul Qur’an. Surabaya: Dunia Ilmu.
Gufron, Muhammad, Rahmawati. 2013. Ulumul Quran Praktis dan Mudah.
Yogyakarta: Teras

22

Anda mungkin juga menyukai