PENDEKATAN AGAMA A. Pendahuluan Ketika kehidupan terus maju dan berkembang banyak cara yang ditempuh manusia untuk menentukan arah perubahan yang hendak mereka lakukan. Perubahan kehidupan bukanlah terjadi secara kebetulan dan tak berarturan, akan tetapi ia bergerak dalam satu mainstream yang terukur dan bisa diarahkan. Pencaharian orang tentang apa makna dan hakikat kehidupan adalah pertanyaan dasar yang diajukan oleh setiap orang yang ingin dapat kedamaian dalam kehidupan. Sejak masa silam agama dan dan filsafat adalah dua intitusi yang dengan amat jelas memberikan jawaban terhadap masalah pelik kehidupan. Kalangan pemikir – kemudian disebut sebagai filosofof- membuat jawaban dengan mengunakan alam pikiran sebagai tolok ukur kebenaran, sedangkan kalangan agamawan mencoba menjelaskan kehidupan dengan mengunakan dalil wahyu. Wahyu yang diyakini sebagai ‘bahasa suci’ dar sang pencipta diyakini dapat menyelesaikan semua masalah.
B. Problema Remaja
Melalaikan kewajiban agama
Bersamaan dengan banyaknya remaja yang cenderung taat dalam beragama. Namun tidak dapat dipungkiri banyak pula remaja kita yang lalai dalam melaksanakan perintah agama. Kegiatan wirid remaja dan pesanteren ramadhan yang diharapkan untuk mendorong remaja cinta masjid, patuh dan taat melakukan agama, ternyata belum melihatkan hasil yang mengembirakan. Begitu juga ditemui di Sekolah SLTP dan SLTA belum begitu semaraknya kegiatan keagamaan remaja kita. Ini juga problema remaja yang harus diperhatikan demi masa depan mereka. Banyak lagi problema yang dihadapi remaja. Problema remaja selalu berkembang sepertinya dunia moderen berkembang. Di antara faktor-faktor yang seharusnya diwaspadai adalah kuatnya arus budaya luar. Budaya pakaian, gaya hidup, dan sebagainya seolah-olahnya tidak lagi menghargai budaya negeri sendiri. Tersedianya jaringan telekomunikasi global yang begitu cepat, mudah dan murah adalah problema yang tidak kecil bagi pertahanan budaya kita. Dampak tak sengaja dari kebebasan dan ketidaksiapan menghadapi budaya global adalah munculnya keresahan sosial, konflik keluarga, pencurian dan pelanggaran lainnya. Dari sisi ekonomi, remaja juga dihadapkan pada kesulitan ekonomi. Uang sebagai alat ekonomi begitu penting, sementara untuk mendapatkanya begitu sulit, karena terbatasnya lapangan kerja. C. SOLUSI 1. Pendekatan Struktural Penguatan terhadap pembinaan remaja, seperti yang sudah dilakukan di beberapa Kabupaten dan Kota, seperti melalui beberapa kegiatan remaja, wirid remaja, pesanteren ramadhan, PMI Remaja, kegiatan remaja lainnya, patut diperhatiakn dan diikuti berbagai pihak. Tindakan aparat polisi dan SATPOL terhadap remaja yang melakukan tidak terpuji adalah bagian dari usaha kita mengatasi masalah remaja. Memperbanyak kegiatan positif yang dilakukan remaja ada upaya kita mengatasi masalah remaja. Tindakan razia dan represif, khususnya dalam masalah narkoba dan obat terlarang, adalah kerja serius untuk membenahi remaja kita. 2. Pendekatan Kultural Penguatan pendidikan adalah cara paling tepat untuk memperkecil masalah remaja. Pendidikan tauhid, pendidikan ibadah, pendidkan akhlak dan pendidikan mujahadah adalah bentuk bentuk pendidikan yang seharusnya dimiliki remaja. Menampakkan pengaruh iman dalam realitas sosial adalah cara tepat untuk memberikan modal kejiwaan bagi remaja. optimitis dengan sipritualitas juga patut dikembangkan dikalangan remaja. Pengembangan etos kerja remaja hendaknya harus mendapat porsi yang memadai. Remaja digiring untuk segera menemukan hidayah sebagai spirit kehidupannya, sebagai remaja yang dibimbing hidayah, jelaskan akan mudah menemukan solusi bagi probemanya. Banyak lagi teori solusi yang dapat diberikan. Namun yang paling penting itu adalah bagaimana setiap remaja memilki kesadaran dan kemauan untuk terus maju dengan tetap mewaspai bahaya yang akan mengintainya. Masalah adalah tantangan yang membutuhkan solusi. Solusi cerdas hanya bisa didapatkan oleh orang cerdas. Jadilah kalian orang yang cerdas, tangkas, dan ikhlas. 3. Penguatan Budaya Agama di Sekolah Penguatan budaya agama di Sekolah kebijakan yang harus dilakukan oleh pemangku kepentingan di Sekolah, kepala sekolah, guru dan pengawai, adalah menjadikan Guru sebagai Penunjuk Arah dan Teladan di Sekolah, Guru sebagai pemberi semangat dan insipirator. Guru sebagai orang tua dan agen perubahan dan guru sebagai sahabat dan rekan belajar. Budaya agama di Sekolah dapat dimulai dari sederhana, antara lain: a. Budaya salam, ketia ketemu (guru, siswa dan orang tua) saling mengucapkan salam, menebar senyum dan berjabat tangan. b. Budaya bersih adalah kegiatan kebersihan sekolah dan kebersihan diri. c. Kegiatan praktek ibadah dan keagamaan siswa yang dinilai oleh guru. d. PHBI adalah kegiatan hari besar keagamaan yang melibatkan semua komponen sekolah dan warga sekitar sekolah. e. Melakukan Doa sebelum/sesudah belajar dipimpin oleh kepala sekolah melalui pengeras suara yang diletakkan di setiap kelas. f. Budaya disiplin dimana siswa tidak diperkenankan masuk kelas bila terlambat dan melakukan pelanggaran tata tertib sekolah, g. Budaya kerja keras, cerdas dan ikhlas adalah siswa dilatih menyelesaikan tugas-tugasnya dengan cepat, tepat waktu, dan berharap mendapatkan pahala dari Allah, h. Wisata Religius yaitu mengenalkan kepada siswa tentang warisan budaya keagamaan yang harus dilestarikan. Wujudnya bisa berkunjung ke masjid bersejarah, napak tilas kampung tokoh Islam nusantara, dll. i. Tadarus al-Qur’an yaitu pembacaan ayat al-Qur’an selama 15 menit sebelum memulai pembelajaran. j. Kegiatan Imtaq dalam PBM, kegiatan ini misalnya dilaksanakan secara serentak hari Jum’at dengan alokasi waktu dua jam pelajaran pada jam pertama. Kegiatan Imtaq diisi dengan kegiatan yang bervariasi yaitu kultum diisi oleh perwakilan siswa dari tiap-tiap kelas, memperlancar bacaan do’a-doa, tadarus Al Qur’an sampai dengan ceramah agama baik oleh guru dari dalam maupun dengan mengundang ustadz dari luar sekolah. k. Berbusana Muslimah (Memakai Jilbab) l. Sholat berjamaah di masjid sekolah pada saat jam istirahat, m. Shalat Jum’at di Mushalla/Masjid Sekolah, n. Kotak Amal pada Hari Jum’at, Majelis Ta’lim Dharma Wanita dan Guru, Akhirnya dapat disimpulkan bahwa pencegahan kenakalan remaja dapat dilakukan dengan miningkat kualitas, kuantitas dan keterlibatan semua pihak dalam mendorong kegiatan positif dikalangan remaja. Usia produktif, energy berlebih yang dimiliki remaja sedapat mungkin harus disalurkan lewatkan kegiatan produktif, positif dan bernilai tinggi bagi masa depan mereka.