Makalah Ekonomi Mikro
Makalah Ekonomi Mikro
Vicky Kusumawardhani
2016222062
S1 – Akuntansi
Pembimbing :
Ridwan, S.E., M.Si.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “EKONOMI
MIKRO”
Makalah ini berisikan tentang informasi Ekonomi Mikro atau yang lebih
khususnya membahas tentang permintaan, penawaran, teori konsumen, dan teori
produksi. Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua
mengenai ekonomi mikro.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah
SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin ..
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Kata pengantar………………………………………………………………….2
Daftar Isi………………………………………………..………………………..3
Bab I (Pendahuluan)
A. Latar Belakang…………………………………………………………...4
B. Rumusan Masalah…………..…………………………………………..5
C. Tujuan Penulisan………………..……………………………………....5
Bab II (Pembahasan)
A. Permintaan (demand)……………………………………………………6
B. Penawaran (supply)………………………………………………….....13
C. Teori Konsumen (Perilaku Konsumen)…………………………........19
D. Teori Produksi……………………………………………………………28
A. Simpulan………………………………………………………………….35
B. Saran……………………………………………………………………...35
Daftar Pustaka…………………………………………………………………..36
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa itu permintaan (demand) ?
2. Apa itu penawaran (supply) ?
3. Bagaimanakah teori konsumen (perilaku konsumen) ?
4. Bagaimanakah teori produksi (perilaku produsen) ?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui definisi permintaan (demand).
2. Untuk mengetahui definisi penawaran (supply).
3. Untuk mengetahui teori konsumen (perilaku konsumen).
4. Untuk mengetahui teori produksi (perilaku produsen).
BAB II
PEMBAHASAN
2
A. Permintaan (demand)
1. Pengertian Permintaan, Hukum, dan Teori Permintaan
Permintaan adalah banyaknya jumlah barang yang diminta pada suatu
pasar tertentu dengan tingkat harga tertentu pada tingkat pendapatan tertentu
dan dalam periode tertentu. Terdapat beberapa factor yang dapat
mempengaruhi permintaan dari seorang individu atau masyarakat terhadap
suatu barang, di antaranya adalah sebagai berikut :
a. Harga barang yang dimaksud.
b. Tingkat pendapatan.
c. Jumlah penduduk.
d. Selera dan ramalan/estimasi di masa yang akan dating.
e. Harga barang lain/substitusi.
Apabila factor-faktor pada poin 2 dan seterusnya dianggap tetap
(pendapatan tetap/stabil, jumlah penduduk relative konstan (zero growth),
selera tidak berubah, perkiraan masa yang akan dating tidak ada perubahan,
harga barang substitusi relative tetap, dan factor lain-lain yang berpengaruh
dianggap tidak ada atau tidak berubah), maka permintaan hanya ditentukan
oleh harga. Artinya, besar kecilnya perubahan permintaan
dideterminasi/ditentukan oleh besar kecilnya perubahan harga. Dalam hal ini
berlaku perbandingan terbalik antara harga terhadap permintaan dan
berbanding lurus dengan penawaran. Sebagaimana konsep asli dari
penemunya (Alfred Marshall), maka perbandingan terbalik antara harga
terhadap permintaan disebut sebagai hokum permintaan.
Dengan demikian, hokum permintaan adalah “bila harga suatu barang
naik, maka permintaan barang tersebut turun, sebaliknya bila harga barang
tersebut turun maka permintaannya akan naik”. – Ingatlah bahwa hukum
permintaan ini hanya berlaku bila asumsinya terpenuhi, yaitu ceteris paribus.
Secara teori, apabila jumlah barang yang diminta sangat banyak, maka
harga barang tersebut relative akan meningkat. Sebaliknya, bila jumlah
permintaan barang tersebut relative sedikit, maka harganya akan turun.
Secara teori, dapat dijelaskan sebagai berikut. Manakala pada suatu pasar
terdapat permintaan suatu produk yang relative sangat banyak, sehingga :
1. Barang yang tersedia pada produsen tidak dapat memenuhi semua
permintaan tersebut sehingga untuk membatasi jumlah pembelian,
produsen akan menaikkan harga jual produk tersebut;
2
2. Penjual akan berusaha menggunakan kesempatan tersebut untuk
meningkatkan dan memperbesar keuntungannya dengan cara menaikkan
harga jual produknya.
Sebaliknya, manakala pada suatu pasar permintaan suatu barang
relative sedikit, maka yang terjadi adalah harga akan turun. Keadaan ini dapat
dijelaskan sebagai berikut.
1. Barang yang tersedia pada produsen/penjual relative sangat banyak
sehingga manakala jumlah permintaan sedikit, produsen akan berusaha
menjual produknya sebanyak mungkin dengan cara menurunkan harga
jual produknya.
2. Produsen/penjual hanya akan meningkatkan keuntungannya dari volume
penjualannya (banyaknya produk yang dijual).
Teori yang menerangkan hubungan antara permintaan terhadap harga
adalah merupakan pernyataan positif yang disebut sebagai teori permintaan
(penggunaan kata teori permintaan hanya untuk membedakannya dengan
hukum permintaan).
Dengan demikian, teori permintaan adalah “perbandingan lurus antara
permintaan terhadap harganya, yaitu apabila permintaan naik, maka harga
relative naik, sebaliknya bila permintaan turun, maka harga relative akan
turun”.
Table 2.1
Berbagai macam jumlah barang yang diminta pada berbagai macam tingkat harga di pasar
tertentu, pendapatan tertentu, dan periode tertentu berdasarkan hukum permintaaan.
2
Harga Kuantitas yang diminta Ttitik/Periode
(Q)
1000 250 A
900 310 B
850 325 C
700 400 D
550 470 E
0 250 470 Q
Gambar 2.1. Kurva permintaan yang menghubungkan antara tingkat harga dan
permintaan
2
K = 736,6
X = - 0,482
Sehingga Qd = 736,6 – 0,482P
Table 2.2
Berbagai macam perubahan tingkat harga sehubungan dengan berubahnya jumlah
barang yang diminta di pasar tertentu, tingkat pendapatan tertentu, periode tertentu
untuk produk tertentu berdasarkan teori permintaan
Pada Tabel 2.2 di atas tampak bahwa bila jumlah barang yang diminta
makin banyak maka harga akan meningkat. Sebaliknya, bila jumlah barang
yang diminta makin sedikit, maka harga akan turun. Berdasarkan Tabel 2.2 di
atas dapat digambarkan kurvanya sebagai berikut.
P
dc (kurva teori permintaan)
470 E
2
250 A
0
550 1000 Q
Gambar 2.2 Kurva Permintaan yang menghubungkan antara permintaan dan tingkat
harga
Perhatikan Gambar 2.2 di atas tampak bahwa kurva bergerak dari kiri
bawah ke kanan atas tau sebaliknya yang menunjukkan bahwa
kemiringan/gradient/slopenya negative. Hal ini dikarenakan hubungan lurus
antara jumlah yang diminta terhadap tingkat harga
2
permintaan akan naik sebanyak 25 unit dari 50 sehingga menjadi 75 unit.
Naiknya jumlah barang yang diminta sebanyak 25 unit menyebabkan
pergeseran kurva permintaan ke arah kanan, seperti gambar berikut.
P X1 X3
2000
1000
X2
DC1 DC2
0 50 75 90
Q
Gambar 2.3 Pergeseran Pada Kurva Permintaan Sebagai Akibat Perubahan Harga dan Bukan
Harga
Pergeseran itu tampak dari X1 ke X3 dan kurva permintaan bergeser
dari DC1 ke DC2. Selain pendapatan, yang juga menyebabkan tergesernya
kurva permintaan adalah selera masyarakat, barang subsitusi dan jumlah
penduduk dan selera. Dengan kata lain, yang menyebabkan terjadi
perubahan permintaan adalah harga, sementara yang menyebabkan
terjadinya pergeseran permintaan adalah selain harga, yaitu semua yang
diasumsikan tetap untuk menetapkan hukum permintaan.
Sehubungan dengan pergeseran kurva permintaan yang berasal dari
hukum permintaan diatas akan dapat menjelaskan seputar teori permintaan
sebagai berikut:
P
dc
P4 y d
2
P2 x b
P1 a
DC4
DC3
DC1 DC2
0 q1 Q1 Q2 q4 Q3 Q4
Gambar 2.4
Menurunkan kurva permintaan berdasarkan teori permintaan
B. Penawaran (supply)
1. Pengertian Penawaran, Hukum dan Teori Penawaran
Penawaran adalah banyaknya barang yang ditawarkan oleh penjual
pada suatu pasar tertentu dan pada tingkat harga tertentu. Pada teori
penawaran ada yang dinamakan jumlah barang ditawarkan dan penawaran.
Penawaran adalah gabungan seluruh jumlah barang yang ditawarkan oleh
2
penjual pada pasar tertentu, periode tertentu dan pada berbagai macam
tingkat harga tertentu.
Terdapat beberapa factor yang mempengaruhi prousen dalam
menawarkan produknya pada suatu pasar diantaranya sebagai berikut:
a. Harga barang itu sendiri
b. Harga barang-barang lain
c. Ongkos dan biaya produksi
d. Tujuan produksi dari perusahaan
e. Teknologi yang digunakan
Apabila beberapa factor yang mempengaruhi tingkat penawaran diatas
dianggap tetap selain harga itu sendiri (harga barang subsitusi tetap, ongkos
dan biaya produksi relative tidak berubah, tujuan perusahaan tetap pada
orientasinha, teknologi yang digunakan tidak berkembang, dan lainnya
dianggap tidak berubah), maka penawaran hanya ditentukan oleh harga.
Artinya, besar kecilnya perubahan penawaran dideterminasi/ditentukan oleh
besarnya kecilnya perubahan harga. Sebagaimana konsep asli dari
penemunya (Alfred Marshall), maka perbandingan lurus antara harga
terhadap penawaran disebut hukum penawaran.
Dengan demikian, hukum penawaran adalah “perbandingan lurus
antara harga terhadap jumlah barang yang ditawarkan, yaitu apabila harga
naik, maka penawaran akan meningkat, sebaliknya apabila harga turun
penawaran akan turun”
Secara teori apabila jumlah barang yang ditawarkan sangat banyak,
maka harga barang tersebut cenderung akan turun. Sebaliknya, bila jumlah
penawaran barang tersebut relative sedikit, maka harganya akan cenderung
naik. Secara teori dapat dijelaskan sebagai berikut
Manakala pada suatu pasar terdapat penawaran suatu produk yang
relative sangat banyak, maka:
a. Barang yang tersedia di pasar dapat memenuhi semua permintaan,
sehingga untuk mempercepat penjualan produsen akan menurunkan
harga jual produk tersebut..
b. Penjual akan berusaha untuk meningkatkan dan memperbesar
keuntungannya dengan cara secepat mungkin memperbanyak jumlah
penjualan produknya (mengandalkan turn over yang tinggi)
2
Sebaliknya manakala pada suatu pasar penawaran suatu produk
relative sedikit, maka yang terjadi adalah harga akan naik. Kedaan ini dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Barang yang tersedia pada produsen/penjual relative sedikit sehingga
manakala jumlah permintaan stabil, maka akan berusaha menjual
produknya dengan menaikkan harga jualnya.
b. Produsen/penjual hanya akan meningkatkan keuntungannya dari
menaikkan harga
Teori yang menerangkan hubungan antara permintaan terhadap harga
adalah merupakan pernyataan positif yang disebut teori penawaran
(penggunaan kata teori penawaran hanya untuk membedakan dengan hukum
penawaran).
Dengan demikian, teori penawaran adalah perbandingan terbaik
antara penawaran tehadap harga, yaitu apabila penawaran naik, maka harga
relative akan turun, sebaliknya bila penawaran turun, maka harga relative
akan naik.”
2
Bila data pada Tabel 2.3 diatas digambarkan, grafiknya adalah sebagai
berikut:
P SC
2000
A
1200
B
700 C
2
Tabel 2.4
Tingkat Harga pada Berbagai Macam Jumlah Barang yang Ditawarkan
Jumlah yang Ditawarkan (Q) Tingkat Harga (P) Periode/Titik
2000 300 A
1200 500 B
700 600 C
Sumber : data Hipotesis
Berdasarkan data tabel 2.4 diatas dapat dibaca bahwa bila jumlah
barang yang ditawarkan makin sedikit, maka harga naik (mahal). Sebaliknya,
bila, jumlah yang ditawarkan makin banyak, maka harga makin turun (murah).
Bila digunakan grafiknya akan diperoleh kurva sebagai berikut
P
600 C
B
500 A
300 SC
2
ke kanan bawah atau ke kiri atas. Perhatikan kurva di bawah ini (Gambar
2.7).
P
Pn E1 E2 E3
Pm E’1
SC2
SC1
SC3
0 Q1 Q2 Q3 Q
Gambar 2.7 Perubahan dan Pergeseran Kurva Penawaran Akibat Harga dan Bukan Harga
sc
0 Q3 Q2 q3 Q1 q2
Gambar 2.8 Menurunkan Kurva Penawaran Berdasarkan Teori Penawaran
2
Pada Gambar 2.8, misalkan keseimbangan awal titik A (P1, Q1). Bila
harga naik ke P2, maka berdasarkan hukum penawaran seharusnya jumlah
yang ditawarkan naik menjadi q2 (0q2) dan kurva penawaran tetap di SC1.
Akan tetapi, misalkan tujuan perusahaan berubah dari orientasi produksi
masal ke orientasi produksi terbatas (tetapi tetap mendapatkan keuntungan
yang relative sama), maka perusahaan/produsen tidak menambah
penawarannya, melainkan mengurangi penawarannya sehingga hanya
menjadi Q2 (0Q2). Keseimbangannya sekarang ada di titik B pada SC2.
Misalkan lagi harga naik ke P3 maka seharusnya jumlah yang ditawarkan
naik menjadi q3. Akan tetapi, karena kemampuan biaya produksi yang
semakin tinggi, maka perusahaan memutuskan menurunkan jumlah
produksinya dengan hanya menghasilkan dan menjual produknya sebanyak
Q3 pada SC3, sehingga keseimbangan baru ada di titik C, dan seterusnya.
Bila titik keseimbangan baru tersebut dihubungkan (titik A ke B dan C) maka
akan diperoleh satu garis yang tidak lain adalah kurva penawaran
berdasarkan teori penawaran yang memiliki kemiringan relative (slope
negative).
C. Perilaku Konsumen (Teori Nilai Guna)
1. Teori Nilai Guna Kardinal
Teori nilai guna kardinal (TNGK) memberikan penilaian subjektif akan
pemuasan kebutuhan dari suatu barang. Artinya, tinggi rendahnya suatu
barang tergantung pada subjek yang memberikan penilaian. Dengan kata
lain, suatu barang akan memberikan nilai guna yang tinggi bila barang yang
dimaksud memberikan daya guna yang tinggi bagi si pemakai.
Beberapa orang pelopor dari teori nilai guna kardinal adalah Gossen,
Walras, dan Jevons. Nama-nama ini adalah ilmuan matematika dan fisika
yang berkecimpung dan memberikan pemikiran di bidang ekonomi. Itulah
sebabnya mengapa dalam teori nilai guna cardinal banyak penjelasannya
menggunakan kerangka dasar matematika, sehingga dalam beberapa
literatur ekonomi (mikro) disebutkan bahwa teori nilai guna kardinal adalah
teori nilai guna yang mengkwantifisir kepuasan. Dalam teori nilai guna, nilai
kepuasan dinyatakan dalam/dengan satuan util (utilitas).
Beberapa asumsi yang harus dipenuhi dalam teori ini adalah sebagai berikut :
2
a. Daya guna diukur dalam satuan uang, yaitu jumlah uang yang bersedia
dibayar oleh konsumen dalam rangka menambah unit yang akan
dikonsumsi
b. Daya guna marginal dari uang tetap, yaitu bahwa nilai suatu uang dalam
satuan adalah sama untuk setiap orang tanpa memandang statusnya
c. Additivitas, yaitu bahwa nilai guna total adalah keseluruhan konsumsi dari
barang. X1 Xn atau U = U (X1) + U (X2) + … U (Xn+1)
d. Daya guna bersifat independen, artinya daya guna barang X1 tidak
dipengaruhi oleh mengkonsumsi barang lain, misalnya X2
e. Periode konsumsi berdekatan dan dengan jumlah yang sama.
Pada dasarnya teori nilai guna kardinal mengambil pengalaman sehari-
hari dari kegiatan konsumsi, misalnya seseorang yang mengonsumsi air
minum. Pada satu gelas pertama nilai air tersebut sangat tinggi baginya
karena telah melepas dahaganya, kemuadian pada gelas kedua nilai air
tersebut masih sangat bernilai tinggi karena akan memenuhi kepuasannya.
Namun, pada gelas berikutnya, nilai air tersebut sudah berkurang, dan
bahkan bila air itu ditambah untuk gelas berikutnya, maka seseorang tersebut
tidak akan meminumnya lagi dan seterusnya bila ditambah akan memperoleh
penilaian minus (dibuang). Inilah yang dikemukakan oleh Gossen dalam
hukumnya yang pertama yang dikenal dengan hukum Gossen I. Secara grafik
dapat digambarkan sebagai berikut.
U
I II III IV V
0 X1 X2 X3 X4 X
Gambar 6.1 Kurva Nilai Guna Kardinal
Perhatikan bahwa tahap I, utilitasnya tinggi, demikian juga pada tahap
II. Namun, memasuki tahap III utilitas itu menurun dan minus memasuki tahap
IV, bahkan bila dipaksakan utilitasnya akan menjadi sangat minus (mubazir).
Apa yang dapat kita lihat di atas sebenarnya terdiri dari dua macam
nilai guna, yaitu nilai guna total dan nilai guna marginal. Nilai guna total
adalah keseluruhan nilai guna (kepuasan) yang diperoleh seseorang sebagai
akibat mengkonsumsi suatu barang. Nilai guna marginal adalah tambahan
kepuasan yang diperoleh seseorang sebagai akibat dari menambah satu unit
2
barang untuk memenuhi kepuasannya. Untuk menjelaskan kedua nilai
tersebut, perhatikanlah angka dalam tabel berikut ini.
Konsumsi (x) Kepuasan Total Kepuasan Marginal
0 0 -
1 10 10
2 30 20
3 40 10
4 45 5
5 40 -5
6 30 -10
7 10 -20
Tabel 6.1 Kepuasan Total dan Kepuasan Marginal dari Mengkonsumsi Unit Barang X.
Untuk pemuasan keputusan terhadap satu barang, maka secara
sederhana adalah bila konsumen dapat membelanjakan uangnya untuk
mendapatkan jumlah barang yang terbanyak, yaitu konsumen hanya akan
mengeluarkan/membelanjakan uangnya sesuai dengan kepuasan maksimum
yang diharapkannya (ingat asas rasionalitas), atau secara matematisnya
sebagai berikut.
Bila Px adalah harga barang X, dan X adalah barangnya, dan U adalah
utilitasnya, maka : U(X) = PxX atau U(X) – PxX = D(X), di mana D(X) adalah
fungsi permintaan barang X.
MU(X) = Px, artinya kepuasan tertinggi yang dicapai seseorang bila ia
mengkonsumsi barang X dengan harga Px adalah apabila marginal utiliti dari
barang X sama dengan harga yang dibayarkan untuk mendapatkan barang X
tersebut. Misalkan uangnya sebanyak Rp. 500,-, harga barang (X) = 50
Px(X) = 50 D(X) = 50X 500 = 50X X = 10, U = X, MU(X) = 50. Berarti
banyaknya jumlah barang yang dikonsumsi agar kepuasannya maksimum
adalah 10 unit, di mana MU(X) = PxX. Dengan demikian, bila diketahui data
mengenai jumlah tambahan konsumsi untuk satu macam barang setiap
periodenya, maka berdasarkan harga yang layak dapat ditentukan
berdasarkan TNGK sebagai berikut.
Tabel 6.2 Nilai Maksimum Kepuasan 1 Macam Barang
2
Untuk konsumsi lebih dari 1 (misalkan dua jenis), maka tingkat
kepuasan akan tercapai bila MU(X,Y) = (Px, Py) bila yang dikonsumsi adalah
barang X dan Y misalkan, berdasarkan masing-masing harga dan uang yang
dipunyainya. Dengan kata lain, bila konsumen tersebut diperhadapkan pada
dua jenis barang, maka konsumen akan memaksimumkan kepuasannya pada
barang yang nilai marginal utilitinya sama dengan harganya. Jadi :
MU(X) / Px = MU(Y) / Py = 1
Dengan demikian, kombinasi barang yang akan diperolehnya untuk
barang X dan Y adalah yang memenuhi syarat di atas.
2. Teori Nilai Guna Ordinal
Untuk membantu memperjelas teori nilai guna ordinal digunakan kurva
indifference (tak beda) dalam menganalisis tingkat kepuasan masing-masing
individu sehubungan dengan mengkonsumsi dua macam barang dalam
rangka memaksimumkan kepuasannya. Kurva indifference diajukan oleh
Hikcks dan Allen.
Beberapa asas/asumsi yang mendasari teori nilai guna ordinal, yaitu
sebagai berikut.
1. Rasionalitas, di mana konsumen akan berusaha meningkatkan
kepuasannya atau akan memilih tingkat kepuasan yang tertinggi yang bisa
dicapainya.
2. Konveksitas, yaitu bentuk kurva indifference cembung dari titik origin dari
sumbu absis dan ordinat.
3. Nilai guna tergantung pada jumlah barang yang dikonsumsi.
4. Transitivitas, yaitu konsumen akan menjatuhkan pada pilihan yang terbaik
dari beberapa pilihan.
5. Berdasarkan asas/asumsi ke-4, maka kurva indifference tidak boleh
bersinggungan atau saling berpotongan.
Yang dimaksud dengan kurva indifference adalah kurva yang
menggambarkan kombinasi dua macam input untuk menghasilkan output
yang sama (yaitu kepuasan).
Salah satu bentuk kurvanya adalah sebagai berikut.
A E
2
B F
C KI2
D
KI1
0 X
Gambar 6.2 Kurva Indifference pada Berbagai Tingkatan Kepuasan
Yang dimaksud dengan kepuasan sama adalah bahwa sepanjang
kurva indifference yang pertama (KI1) misalkan, tingkat kepuasan konsumen
adalah sama di mana saja (A,B, C, atau D), hanya yang membedakannya
adalah bahwa anggaran untuk mencapai kepuasan pada titik A tentu berbeda
dengan di titik C. Untuk itu, konsumen harus cukup puas bila ternyata ia
hanya mampu pada titik B, misalkan. Demikia juga untuk KI2, antara titik D
dan F kepuasannya adalah sama. Akan tetapi, besarnya kepuasan antara KI1
dan KI2 tentu saja tidak sama, karena lebih tinggi dan anggarannya pun lebih
besar.
Syarat kepuasan maksimum akan tercapai bila marginal utility dari
barang X disbanding dengan harganya sama dengan marginal utility barang Y
dibanding dengan harganya atau bila dinotasikan dalam bentuk persamaan
matematis adalah sebagai berikut.
MU(X)/Px = MU(Y)/Py = 1
Besarnya utilitas yang diperoleh umumunya adalah sebesar U = X.Y,
yaitu kepuasan diperoleh dengan cara mengkombinasikan dua macam
barang yang mampu dibeli sesuai dengan harganya (khusus untuk barang X
dan Y yang berderajat homogen 1, misalnya X 1/2.Y1/2).
Sedangkan bila U = x1/2.y1/2 dapat diartikan bahwa kepuasan adalah
kombinasi antara barang x dan y yang masing-masing saling melengkapi.
Sebagaimana dijelaskan di atas, dalam rangka memuaskan
kebutuhannya, seorang konsumen tergantung pada seberapa besar
anggaran yang dimilikinya dan tingkat harga daru barang yang akan
dikonsumsinya. Kendala ini secara matematis dapat ditulis :
B = PxX + PyY, di mana B adalah budget/anggaran
Untuk barang X :
B – PxX – PyY = B – PxX – PxX = B – 2 PxX X = B/2Px…………B)
Untuk barang Y :
B – PxX – PyY = B – PyY – PyY = B – 2 PyY Y = B/2Py………....C)
a. Efek Substitusi dan Pendapatan
2
Seorang konsumen dapat mengubah jumlah konsumsi barang X
dan atau Y, apabila harga dan atau pendapatannya berubah. Bila harga
salah satu barang turun, maka relative konsumsi terhadap barang yang
harganya turun akan bertambah (barang normal). Sementara bila
pendapatannya naik, maka konsumsi barang X dan Y juga akan naik.
Dengan demikian, meskipun pendapatan seseorang tetap, tetapi apabila
harga suatu barang turun atau naik, maka secara rill pendapatannya naik
atau turun. Tentu saja tingkat kepuasan sebagai akibat dari perubahan ini
pun akan mengalami perubahan.
1) Harga Barang X berubah, dan Y tetap
Y
Yn
-E2
-E1
KI2
KI1
GA1 GA2
0 X1 X2 X
Gambar 6.7 Pergeseran GA untuk Barang X Akibat Perubahan Harganya
Pada Gambar 6.7 tampak bahwa harga barang X menurun,
maka secara rill pendapatannya meningkat, sehingga garis anggaran
untuk barang X bergeser ke kanan, dari Ga1 (YnX1) ke GA2 (YnX2).
Barang X yang dikonsumsi sekarang adalah X2. Dengan demikian,
tingkat kepuasan bergeser dari E1 ke E2.
GA2
Y1
KI2
E1
KI1
GA1
0 Xn X
Gambar 6.8 Pergeseran GA untuk Barang Y Akibat Peubahan Harganya
Pada Gambar 6.8, harga barang Y yang berubah, sehingga
kemampuan konsumen untuk mendapatkan barang Y lebih banyak,
2
dan kepuasannya bergeser dari E1 ke E2. Garis anggaran bergeser
dari GA1 (Y1Xn) ke GA2 (Y2Xn).
Apabila harga barang X atau Y berubah disertai dengan
peningkatan atau penurunan permintaan barang yang dimaksud, maka
itu berarti bahwa barang yang dimaksud (X dan Y) adalah barang
normal. Sedangkan apabila harga barang yang dimaksud turun,
disertai dengan turun atau tetapnya permintaan akan barang tersebut,
maka itu berarti barang yang dimaksud adalah barang inferior.
Y2
E2
Y1
E1 KI2
GA2
GA1 KI1
0 X1 X2 X
Gambar 6.9 Pergeseran GA Akibat Harga Barang X dan Y
Bila harga barang X dan Y turun, maka seolah-olah pendapatan
konsumen meningkat, sehingga daya belinya terhadap barang X dan Y
meningkat. Hal ini menyebabkan pergeseran garis anggaran dari GA1
(Y1X1) ke GA2 (Y2X2). Dan kepuasan yang dapat dicapai oleh
konsumen tentu saja semakin tinggi, yaitu meningkat dari E1 ke E2.
Yang tampak pada ketiga gambar diatas adalah efek
pendapatan yang mengubah permintaan akan barang X dan atau Y
sebagai akibat menurunnya harga barang X dan atau Y. bila terjadi
penurunan harga, barang X misalnya, tedapat dua efek yang bekerja
yaitu efek subsitusi dan pendapatan efek subsitusi menyebabkan
konsumen menambah konsumsi barang yang lebih murah dengan
mengurangi konsumsi barang yang lain.
b. Garis Harga Konsumsi dan Pendapatan Konsumsi
Garis harga konsumsi (price consumption curve-PCC) adalah garis
yang menghubungkan titik-titik keseimbangan kepuasan dari tiap-tiap
2
kurva indifference yang menyentuh garis anggaran yang bergeser karena
salah satu harga barang X atau Y berubah.
Garis pendapatan konsumsi (income consumption curve-ICC)
adalah garis yang menghubungkan titik-titik kepuasan yang diperoleh
sebagai akibat naiknya pendapatan (turunnya harga barang X dan Y).
c. Surplus Konsumen (dan Produsen)
Bila konsumen akan membeli suatu produk di pasar, maka ia akan
membawa sejumlah uang untuk mendapatkan barang dengan harga yang
telah diketahuinya. Akan tetapi, konsumen bisa saja mendapatkan harga
yang ditawarkan lebih rendah dari harga yang mampu dibayarnya.
Misalnya, konsumen mengetahui harga barang X adalah Rp. 500,-unit.
Dengan membawa uang sebanyak Rp. 5000,-, ia kan mendapatkan 10
unit barang X. namun, pada kenyataannya barang X dipasaran ternyata
hanya Rp. 400,- sehingga tiap unitnya konsumen mendapatkan
keuntungan sebesar Rp. 100, atau bila dibelanjakan semuanya untuk
barang X, ia akan mendapatkan sebanyak 12,5 unit. 2,5 unit inilah yang
merupakan surplus bagi konsumen.
Dalam terminology ekonomi, seorang konsumen yang hanya
mampu membeli barang sama dengan harga pasar disebut sebagai
pembeli marginal, sedangkan bila mampu membeli diatas harga pasar
disebut pembeli super marginal, dan bila hanya mampu membeli dibawah
harga pasar disebut pembeli submarginal. Untuk produsen, ia akan
mengalami surplus bila ternyata konsumen mampu membayar/membeli
barang jualannya diatas harga yang berlaku di pasar.
Produsen yang hanya berhasil menjual produknya sama dengan
harga pasar disebut produsen marginal, bila ia berani menjual produknya
diatas harga pasar disebut produsen submarginal,sedangkan bila ia berani
menjual dibawah harga pasar disebut sebagai penjual super marginal.
P SC
Pn
A
Px
B
DC
0 Qx Q
2
Gambar 6.13 Surplus KOnsumen dan Produsen
Ruang A adalah surplus konsumen dan ruang B adalah daerah
surplus produse. Bila diketahu harga pasar adalah Px, harga konsumen
adalah Pn dan jumlah yang diminta adalah Qx. Secara matematis, rumus
untuk menghitung besarnya surplus konsumen adalah sebagai berikut :
Qx
SK = ʃ f(Q) dQ – QxPx, dimana SK adalah surplus konsumen
0
Jadi, surplus konsumen adalah integral dari f(Q) – QxPx dengan batas
bawah adalah 0 dan batas atas adalah Qx.
Sedangkan surplus produsen adalah sebagai berikut:
Qx
SP = QxPx - ʃ f(Q) dQ, dimana SP adalah surplus Produsen
0
Penggunaan kata marginal hanya merupakan terminology, yang
memberikan pengertian bahwa, misalnya dikatakan pembeli super
marginal, itu berarti bahwa pembeli ini termasuk dari golongan pembeli
yang sangat jarang ada, sedangkan submarginal, artinya tergolong
sebagai pembeli kebanyakan (kurang mampu/miskin)
O4
O1 P TP
I II III IV
0
X1 X2 X3 X4
Gambar 7.1 Kurva Produksi Total yang Semakin Menurun
Pada Gambar 7.1, Tahap I adalah tahap dimana produksi masih
bisa ditingkatkan karena masih efisien, demikian juga pada tahap II. Akan
tetpai, masuk pada tahap III, tambahan input hanya memberikan
tambahan output yang kecil, hal ini menandakan bahwa tambahan input
sudah tidak efisien, manakala input tersebut ditambah terus, maka
tampaklah pada tahap IV. Dimana tambahan produksi justru turun .
Dua hal yang dapat disimpulkan pada Gambar 7.1 yaitu : Pertama,
apabila produksi ditambah terus menerus sementara salah satu faktor
produksinya tetap, maka pada tahap awal rata-rata produksi/output
meningkat ( X/O = AP). Demikian juga dengan marginal produknya (dX/dO
= MP), rata-rata (AP) dan marginal (MP) output akan makin besar bila
input ditambah terus meneruskarena masih banyaknya sumber daya yang
terdapat dalam faktor produksi yang dianggap tetap. Kedua, pertambahan
input secara terus menerus justru akan merugikan karena meskipun
secara rill produksi masih terus bertambah, tetapi rata-rata produksi dan
2
marginal produksinya justru akan menurun (tahap III) dan bisa dipaksa di
tambahkan, maka hasilnya akan semakin menurun, karena sumber daya
tidak seimbang dengan pengeksploitasinya sehingga memungkinkan
hasilnya minus.
Hal yang harus diperhatikan dalam produksi satu variabel dan
lainnya tetap adalah :
Produksi dapat diteruskan bila MP > AP
Produksi akan mengalami keuntungan tertinggi pada saat MP = AP,
saat ini produksi masih bisa diteruskan
Produksi akan maksimum saat MP = 0 dan AP akan semakin menurun
1) Isoquant
Isoquant adalah kurva yang menggambarkan kombinasi dua
macam input (faktor produksi) untuk menghasilkan output/produksi
yang sama jumlahnya.
Bentuk kurva isoquant bermaca-macam, bisa linear apabila
kombinasi antara input tersebut akan memberikan perubahan yang
proporsional bila salah satunya berubah, dan dapat juga cembung dari
titik origin (seperti kurva indifference).
Isoquant tidak berupa garis lurus vertical maupun horizontal,
karena lazimnya tidak mungkin untuk menghasilkan barang dalm
jumlah tak hingga atau nol dengan menggunakan jumlah faktor
produksi terbatas.
Dalam kurva isoquant terdapat batas atas, yaitu titik yang
merupakan kombinasi input dalam jumlah tak ada atau nol dan batas
bawah yang merupakan kombinasi tak hingga input.
2) Isocost
2
Isocost atau biaya sama adalah suatu kurva yang
menggambarkan biaya yang dikeluarkan oleh produsen dalam rangka
berproduksi dengan menggunakan beberapa faktor input tertentu.
Isocost inilah yang membatasi dan membedakan kemampuan produksi
produsen. Makin besar isocostnya, maka makin besar pula hasil yang
akan diperoleh, begitu pula sebaliknya.
Kurva isocost berslope negative. Artinya penambahan setiap 1
unit input akan menyebabkan penurunan pemakaian input lain.
Sebaliknya, bila input lain dikurangi, maka akan menyebabkan input
yang satunya akan bertambah. Kurva isocost bisa saja berslope positif,
namun bila berslope positif sebagaimana juga seperti pemuasan
kebutuhan yang dipetakan oleh kurva indifference sifatnya tidak
efisien, karena bila produsen menambah input yang satu, maka input
yang lain juga berkurang, yang diikuti oleh berkurangnya produksi.
2. Memaksimumkan Keuntungan
Keuntungan maksimum bagi produsen adalah dapat menggunakan
anggaran untuk membiayai faktor-faktor produksi yang ada sesuai dengan
balas jasa yang dimanfaatkan seefisien mungkinprodusen rasional).
Terdapat dua cara agar produsen mengalami efisiensi dalam biaya dan
produksi, yaitu: pertama, meminimumkan biaya, dimana yang menjadi
constraint adalah isoquant dan fungsi objektifnya adalah isocost. Kedua,
memaksimumkan produksi, dimana yang menjadi constraint adalah isocost
dan fungi objektifnya adalah isoquant. Kedua cara ini akan memberikan biaya
minimum (least cost combination) apabila syaratnya dipenuhi, yaitu sebagai
berikut:
Untuk Isocost Objektif, dan Isoquant Kendala
MPTK = MPM dimana MPTK adalah marginal product TK, MPM
Ctk Cm adalah marginal produk M, Ctk adalah harga dan
Cm adalah harga M.
2
Mn
F •
Mx • E
Isocost = FC
0 TKx TKn Tenaga Kerja
Gambar 7.4 Maksimum Produksi dari Kombinasi TKx dan Mx atas biaya = TC
Pada gambar diatas, tampak bahwa kombinasi yang terbaik dari faktor
produksi modal dan tenaga kerja adalah pada saat modal sebesar Mx dan TK
sebanyak Tkx, dengan keseimbangan maksimum di titik E. titik F adalah
batas atas isoquant, artinya produsen bisa mengubah kombinasi penggunaan
faktor-faktor produksinya hanya di bawah titik F itu ( yang rasional ). Akan
tetapi, mengingat perubahan kombinasi diatas atau dibawah titik E harus
menambah biaya, sedangkan produksi sama, maka di titik E itulah yang
paling efisien bagi produsen. Dengan kata lain, pada kombinasi TKx dan Mx-
lah produsen mengalami keuntungan yang maksimum.
Bila dimisalkan fungsi biaya (isocost) untuk produksi adalah : C =
Ctk.TK + CmM, sedangkan fungsi produksi (isoquant) adalah : Q = TK.M,
maka bila produsen ingin memaksimumkan nilai-nilai yang harus diketahui
adalah biaya (C), harga tenaka kerja ((Ctk), dan harga/diskonto modal (Cm).
Bila produsen ingin memproduksi dengan biaya minimum, maka yang
harus diketahui adalah jumlah produksi (Q), harga tenaga kerja (Ctk), dan
harga/diskonto modal (Cm)
Rumus untuk mendapatkan jumlah produksi yang maksimum berdasarkan
fungsi dapat menggunakan 2 metode.
2
Produksi padat modal adalah apabila pada dalam proses produksi
penggunaan modal lebih dominan dari pada tenaga kerja, sedangkan padat
modal karya sebaliknya, yaitu penggunaan tenaga kerja lebih dominan
daripada alat-alat modal. Bagaimanakah bila dalam fungsi produksi faktor
produksinya ditambah dalam jumlah yang sama? Apakah akan memberikan
tambahan, penurunan atau tetap? J.W Cobb dan P.H Douglas dari Amerika
Serikat pada tahun 1928 (Sudarsono, 1990 : 155) menemukan suatu fungsi
produksi yang diberi nama sesuai dengan nama mereka, yaitu Cobb-
Douglas, dan diterjemahkan sebagai berikut
Q = bo.Mb1.TKb2
Dimana Q adalah produksi, bo adalah indeks efisiensi, b1 adalah elastisitas
terhadap produk MPM/APM, b2 = elastic TK terhadap Modal M MPTK/
APTK, M = produk tenaga kerja, APM = average (rata-rata) produk dari
modal, dan APTK average (rata-rata) produk dari tenaga kerja.
Nilai bo memberikan indikasi bahwa makin tinggi nilai bo, maka makin
efisienlah proses produksi. Untuk nilai b1 dan b2 dijelaskan sebagai berikut:
Bila b1 > b2, maka faktor produksi modal mempunyai kemampuan lebih
besar daripada tenagakerja (modal dominan) sehingga disebut sebagai
padat modal (capital intensive)
Bila b1 < b2, maka tenaga kerja lebih dominan daripada modal sehingga
disebut pada karya (labor intensive)
Bila (b1 + b2) >1, maka berlaku increasing return to scale. Artinya setiap
penambahan faktor produksi secara bersama-sama akan memberikan
tambahan kepada produksi
Bila (b1+b2) <1, maka berlaku decreasing return to scale. Artinya setiap
penambahan faktor produksi secara bersama-sama justru akan
memberikan menurunkan produksi
Bila (b1+b2) = 1, maka berlaku constant return to scale. Artinya tambahan
keatas faktor-faktor produksi tidak memberikan dampak naik atau turun
terhadap produksi.
(Terdapat juga dalam Sudarsono, 1990 : 117)
Nilai bo, b1, dan b2 akan dengan mudah ditemukan dengan metode
regresi linier berganda (yang anda pelajari di metode kuantitatif atau di
statistic), apabila historis mengenai Q, TK dan M diketahui.
2
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Hukum permintaan dalam ekonomi menyebutkan bahwa makin tinggi
harga suatu barang, makin sedikit jumlah barang yang diminta dan sebaliknya
makin rendah harga suatu barang makin banyak jumlah barang yang diminta.
Sedangkan hukum penawaran dalam ekonomi menyebutkan bahwa jika
harga naik, maka penawaran akan meningkat, sebaliknya apabila harga turun
penawaran akan turun.
B. Saran
2
Daftar Putaka
Putong, Iskandar. 2003. Pengantar Ekonomi Mikro dan
Makro (Edisi 2). Jakarta : Ghalia Indonesia. 304
halaman.
RIWAYAT HIDUP
2
Jalan Poros Malino, Kabupaten Gowa, Sungguminasa bersama kedua orang
tua dan dua orang saudara lainnya.
Ia adalah anak ketiga dari pasangan Herry Basuki dan Iyah Innym.
Memiliki satu orang kakak perempuan bernama Ditha Jagatiningtiyas
Maherani dan satu kakak laki-laki bernama Bhimo Satriyo Agung.
Ia dapat dihubungi melalui e-mail pribadi : wardhanivicky@gmail.com
atau melalui facebook : Vicky Kusumawardhani.