Anda di halaman 1dari 4

Prosedur Eksekusi Hak Tanggungan oleh Bank Syariah

Hak Tanggungan mempunyai kekuatan parate executie yang merupakan hak bagi kreditur
untuk mengeksekusi Hak Tanggungan atas tanah tanpa sepengetahuan debitur yang
wanprestasi. Apakah bank syariah bisa menjual atau melelang ke pelelangan umum tanpa
sepengetahuan debitur?
Jawaban :

Intisari:

Metode Lelang Eksekusi berdasarkan UU Hak Tanggungan ialah melalui Parate Eksekusi,
yaitu Pemegang Hak Tanggungan, dalam hal ini Bank Syariah menjual obyek Hak
Tanggungan melalui pelelangan umum serta mengambil pelunasan piutang dari hasil
pelelangan umum tersebut.

Pada dasarnya, proses pelelangan di Bank Umum berlaku juga di Bank Syariah.
Bagaimana prosesnya?

Penjelasan lebih lanjut dapat Anda simak dalam ulasan di bawah ini.

Ulasan:

Terima kasih atas pertanyaan Anda.

Lelang adalah penjualan barang yang terbuka untuk umum dengan penawaran harga
secara tertulis dan/atau lisan yang semakin meningkat atau menurun untuk mencapai
harga tertinggi, yang didahului dengan Pengumuman Lelang.1[1]

Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip
Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah.2[2]

1[1] Pasal 1 angka 1 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 27/PMK.06/2016 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Lelang (“Permenkeu 27/2016”)
Sebagai informasi, Bank Indonesia menetapkan ketentuan mengenai batas maksimum
penyaluran dana berdasarkan Prinsip Syariah, pemberian jaminan, penempatan investasi
surat berharga yang berbasis syariah, atau hal lain yang serupa, yang dapat dilakukan
oleh Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah (“UUS”) kepada Nasabah Penerima Fasilitas
atau sekelompok Nasabah Penerima Fasilitas yang terkait, termasuk kepada perusahaan
dalam kelompok yang sama dengan Bank Syariah dan UUS yang bersangkutan. Batas
maksimum ini tidak boleh melebihi 30% (tiga puluh persen) dari modal Bank Syariah
sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.3[3]

Untuk memelihara kesehatan dan meningkatkan daya tahannya, bank diwajibkan


menyebar risiko dengan mengatur penyaluran kredit atau pemberian pembiayaan
berdasarkan Prinsip Syariah, pemberian jaminan ataupun fasilitas lain sedemikian rupa
sehingga tidak terpusat pada Nasabah debitur atau kelompok Nasabah debitur tertentu. 4
[4]

Jenis-Jenis Lelang

Pada dasarnya, proses pelelangan di Bank Umum berlaku juga di Bank Syariah, dimana
beberapa jenis lelang yang berlaku di Bank, yaitu sebagai berikut:
1. Lelang Eksekusi adalah lelang untuk melaksanakan putusan atau penetapan
pengadilan, dokumen-dokumen yang dipersamakan dengan itu, dan/atau
melaksanakan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan.5[5]
2. Lelang Non Eksekusi Wajib adalah lelang untuk melaksanakan penjualan barang
yang oleh peraturan perundang-undangan diharuskan dijual secara lelang.6[6]
3. Lelang Non Eksekusi Sukarela adalah lelang atas barang milik swasta,
perseorangan atau badan hukum/ badan usaha yang dilelang secara sukarela.7[7]

Berdasarkan penjelasan Anda, kami asumsikan bahwa pelelangan atas aset Anda selaku
debitur adalah dalam rangka Lelang Eksekusi, dimana belum terdapat putusan atau
penetapan sebagai landasan lelang tersebut.

Lelang eksekusi yang akan dilaksanakan pada aset Anda kami asumsikan berada pada
ranah Lelang Eksekusi atas Hak Tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah
Beserta Benda-Benda yang Berkaitan dengan Tanah (“UU Hak Tanggungan”)
2[2] Pasal 1 angka 7 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah (“UU
21/2008”)

3[3] Pasal 37 ayat (1) dan (2) UU 21/2008

4[4] Penjelasan Pasal 37 UU 21/2008

5[5] Pasal 1 angka 4 Permenkeu 27/2016

6[6] Pasal 1 angka 5 Permenkeu 27/2016

7[7] Pasal 1 angka 6 Permenkeu 27/2016


apabila objek jaminan berupa tanah dan/atau bangunan) atau Lelang Eksekusi atas
Fidusia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (1) huruf b Undang-Undang
Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia (“UU Fidusia”) apabila objek
jaminan berupa barang bergerak, seperti kendaraan.

Analisis

Sehubungan dengan pertanyaan Anda, metode Lelang Eksekusi ialah melalui Parate
Eksekusi,8[8] yaitu Pemegang Hak Tanggungan, dalam hal ini Bank, menjual obyek Hak
Tanggungan melalui pelelangan umum serta mengambil pelunasan piutang dari hasil
pelelangan umum tersebut. Parate Eksekusi tersebut dilaksanakan berdasarkan titel
eksekutorial yang terdapat dalam Sertipikat Hak Tanggungan menurut tata cara yang
ditentukan dalam peraturan perundang-undangan.9[9]

Pada dasarnya metode Lelang Eksekusi tersebut memiliki prinsip yaitu proses Lelang
Eksekusi tanpa campur tangan Pengadilan, dalam hal ini yaitu eksekusi dilakukan tanpa
persetujuan dari Ketua Pengadilan Negeri (fiat Ketua Pengadilan Negeri).

Prosedur Lelang

Prosedur atas Lelang Eksekusi tersebut adalah sebagai berikut.


1. Pra Lelang
a. Pengajuan permohonan tertulis perihal eksekusi kepada Kepala Kantor
Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (“KPKNL”),10[10] yang merupakan
instansi pemerintah yang berada di bawah Direktorat Jenderal Kekayaan
Negara pada Kementerian Keuangan, dalam hal ini Bank juga dapat meminta
menggunakan jasa Pra Lelang dari Balai Lelang Swasta;11[11]
b. KPKNL/Balai Lelang Swasta akan melakukan pemeriksaan kelengkapan
dokumen lelang, yaitu termasuk namun tidak terbatas pada Perjanjian Kredit,
Sertipikat Hak Tanggungan, bukti perincian hutang jumlah debitur, bukti
peringatan wanprestasi kepada debitur, bukti kepemilikan hak, bukti
pemberitahuan pelelangan kepada debitur;
c. Setelah dokumen tersebut di atas dianggap lengkap, maka KPKNL akan
mengeluarkan penetapan jadwal lelang secara tertulis kepada Bank;
d. Bank melakukan Pengumuman Lelang;12[12]
e. Bank melakukan pemberitahuan lelang kepada debitur.

8[8] Pasal 20 UU Hak Tanggungan dan Penjelasan Pasal 15 ayat (3) UU Fidusia untuk objek
jaminan berupa barang bergerak

9[9] Pasal 20 ayat (1) huruf b UU Hak Tanggungan

10[10] Pasal 11 ayat (1) Permenkeu 27/2016

11[11] Pasal 16 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 176/PMK.06/2010


Tahun 2010 tentang Balai Lelang

12[12] Pasal 54 Permenkeu 27/2016


2. Pelaksanaan Pelelangan

Lebih lanjut mengenai prosedur lelang, Anda dapat juga membaca artikel Prosedur
Lelang Jaminan Kredit.

Demikian jawaban dari kami, semoga bermanfaat.

Dasar hukum:
1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta
Benda-Benda yang Berkaitan Dengan Tanah;
2. Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia;
3. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah;
4. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 176/PMK.06/2010 Tahun
2010 tentang Balai Lelang sebagaimana diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan
Republik Indonesia Nomor 160/PMK.06/2013 Tahun 2013;
5. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 27/PMK.06/2016 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Lelang.

Anda mungkin juga menyukai