php/geo
e-ISSN: 2549–7057 | p-ISSN: 2085–8167
2 Dosen Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan
Abstrak
Pantai Sri Mersing merupakan pantai dengan potensi laut yang cukup tinggi dalam hal
perikanan. Banyak nelayan yang memanfaatkan potensi laut (perikanan) tersebut dalam
rangka peningkatan perekonomian mereka. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab
permasalahan mengenai rendahnya tingkat kesejahteraan nelayan di Desa Kuala Lama,
dan dapat mendeskripsikan faktor-faktor penyebabnya. Adapun metode penelitian yang
digunakan adalah melalui metode penelitian kualitatif dengan subjek penelitian nelayan
yang berada di sekitar pantai Sri Mersing. Walaupun memiliki potensi laut yang besar,
hal ini bukan jaminan bahwa nelayan di sekitar perairan Pantai Sri Mersing ini hidup
sejahtera. Faktanya masih banyak nelayan yang status ekonominya masih rendah. Sebuah
ketimpangan dimana teori yang mengatakan kalau potensi yang besar akan
mengahasilkan masyarakat yang sejahtera. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada
beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya tingkat kesejahteraan nelayan Pantai Sri
Mersing, diantaranya sumberdaya manusia yang masih sangat rendah, metode
penangkapan ikan yang masih tradisional, kebiasaan yang buruk dalam pengelolaan
keuangan, kepemilikan modal, serta teknologi yang digunakan sangat terbatas.
Gambar 1. Peta Dari Universitas Negeri Medan Menuju Pantai Sri Mersing
Tipologi Pantai Sri Mersing pantai. Maka tak heran proses abrasilah
sebagian besar merupakan erosi akibat yang lebih dominan.
gelombang laut (abrasi) atau biasa disebut Pantai Sri Mersing memiliki
juga dengan Land erosion coast. Hal ini banyak potensi baik itu dari segi
dilihat dari dinamika pantai yang semakin pariwisata maupun hasil laut. Pantai Sri
mengarah ke daratan. Dari hasil Mersing telah dikembangkan menjadi
wawancara dengan penduduk setempat objek wisata sejak 10 tahun yang lalu, dan
mereka mengatakan bahwa sekitar 10 dikelola oleh swasta yang merupakan
tahun lalu yaitu pada awal pantai ini warga sekitar. Sebagai objek wisata,
diresmikan sebagai obyek wisata, garis pantai Sri Mersing memiliki daya jual
pantainya terletak -/+ 5 meter dari pasang yang tinggi, dilihat dari banyaknya
tertinggi pada saat ini. Dengan kata lain, pengunjung yang datang ke pantai ini
dalam 10 tahun terakhir dinamika garis terutama pada weekend dan hari libur
pantai telah bergerak menuju daratan. Hal lainnya. Karakteristik pantai dengan
ini diperkuat dengan hasil pengamatan ombak tenang, pemandangan yang indah,
langsung di lapangan yang menunjukkan serta pasir putih yang halus merupakan
adanya tanda-tanda abrasi pantai, serta daya tarik utama dari pantai ini. Selain
letak pondok yang sangat dekat dengan dari bidang pariwisata, pantai ini juga
pasang tertinggi. kaya dengan hasil laut, mulai dari ikan
Hal ini memang sangat pelagis, ikan demersal, ikan karang,
dimungkinkan terjadi, apabila kerang, sotong, kepoh, dan udang. Setiap
diperhatikan morfologi pantainya maka nelayan memiliki fokus tangkapan
proses marine-lah yang berperan besar masing-masing, ada nelayan ikan, nelayan
dalam dinamika pantai. Muara sungai di yang khusus menangkap udang, nelayan
pantai ini berarus sangat pelan dan tidak kerang, nelayan sotong, dan sebagainya.
membawa banyak sedimen. Ditambah Hasil tangkapan nelayan nantinya akan
tidak adanya biota laut seperti mangrove dijual langsung ke pengepul dengan
ataupun terumbu karang di sekitar pantai harga yang bervariasi teergantung jenis
yang berguna untuk mengurangi abrasi tangkapannya. Diantara semua hasil laut
di perairan Pantai Sri Mersing ini, hasil
laut yang bernilai ekonomis paling tinggi Pendidikan nelayan pesisir Pantai
adalah udang besar, yaitu mencapai harga Sri Mersing, Desa Kuala Lama, Serdang
Rp. 120.000,- per kilogram. Bedagai bisa dibilang rendah, paling
Walaupun memiliki potensi laut tinggi lulusan SMA bahkan ada yang
yang besar, hal ini bukan jaminan bahwa tidak tamat SD. Pekerjaan sebagai nelayan
nelayan di sekitar perairan Pantai Sri tradisional lebih banyak mengandalkan
Mersing ini hidup sejahtera. Faktanya kekuatan otot, atau tenaga, sehingga para
masih banyak nelayan yang status nelayan tradisional ini mengesampingkan
ekonominya masih rendah. Sebuah tingkat pendidikan mereka. Namun
ketimpangan dimana teori yang masalah lain akan muncul ketika para
mengatakan kalau potensi yang besar nelayan tradisional ini ingin beralih
akan menghasilkan masyarakat yang profesi yang hasilnya menjanjikan untuk
sejahtera. Dari hasil penelitian kami memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka.
ditemukan beberapa faktor yang Dengan latar belakang tingkat
menyebabkan rendahnya tingkat pendidikan mereka yang rendah maka hal
kesejahteraan nelayan Pantai Sri Mersing, tersebut akan menyusahkan mereka
Desa Kuala Lama, Serdang Bedagai. untuk mendapatkan pekerjaan yang
layak.
Kualitas Sumberdaya Manusia Tingkat pendidikan sebagai salah
Sumberdaya manusia nelayan satu indikator dari Kualitas Sumber Daya
tradisional di pesisir Pantai Sri Mersing, Manusia, indikator ini sangat menentukan
Desa Kuala Lama, Serdang Bedagai pada seseorang atau sekelompok orang
umumnya masih sangat rendah. Hal ini berstatus golongan masyarakat miskin
dapat dilihat dari rendahnya tingkat atau bukan miskin, dimana mereka yang
pendidikan para nelayan. Dari hasil berpendidikan rendah, produktivitasnya
wawancara dengan beberapa responden, rendah. Rendahnya produktifitas akan
didapati bahwa sebagian besar tingkat berpengaruh pada rendahnya
pendidikan nelayan rendah. Bagi pendapatan. Sedangkan rendahnya
masyarakat Kampung Pesisir Desa Kuala tingkat pendapatan merupakan salah satu
Lama yang sejak dahulu bekerja sebagai ciri dari penduduk miskin.
nelayan tradisional, menurut nelayan Hal ini disesuaikan dengan
tradisional pendidikan belum menjadi penelitian yang dilakukan oleh Sudarso
kebutuhan yang begitu penting, apalagi (2008:7) yang menyatakan bahwa nelayan
pada saat itu kondisi sarana dan khususnya nelayan tradisional, pada
prasarana tidak mendukung, sehingga umumnya mereka mempunyai ciri yang
masyarakat lebih memilih untuk bekerja. sama yaitu kurang berpendidikan.
Adapun faktor utama masyarakat tidak Selanjutnya menurut BPS Tahun 2009,
melanjutkan pendidikan yaitu karena menyebutkan kriteria pendidikan kepala
faktor ekonomi keluarga. Selain itu, para rumahtangga miskin adalah tidak
orangtua terpaksa memanfaatkan tenaga sekolah/ tidak tamat SD/hanya SD.
anaknya untuk membantu perekonomian Bagi nelayan pekerjaan melaut
keluarga, atau paling tidak dengan tidak memerlukan latar belakang
demikian dapat mengurangi beban pendidikan yang tinggi, mereka
keluarga. Hal ini menunjukkan bahwa beranggapan sebagai seorang nelayan
kemampuan rumahtangga nelayan dalam tradisional sedikit banyak merupakan
menjangkau pelayanan pendidikan pekerjaan kasar yang lebih banyak
sangat terbatas. Dengan rendahnya mengandalkan otot dan pengalaman
tingkat pendidikan nelayan ini bukan pemikiran, maka setinggi apapun
berpengaruh juga terhadap keterampilan, tingkat pendidikan nelayan itu tidaklah
pola pikir, dan mental mereka. akan mempengaruhi kemampuan melaut
mereka. Namun persoalan yang akan mengakibatkan mereka tidak bisa melaut,
muncul dari rendahnya tingkat atau bagian paling buruknya adalah
pendidikan yang mereka peroleh ialah ketika telah melaut tiba-tiba ada badai dan
ketika mereka ingin mencari pekerjaan cuaca buruk. Hal ini bukan sesuatu yang
yang lebih menjanjikan. Hasil laut aneh lagi, bahkan menurut pernyataan
tidaklah menentu, pendapatan nelayan salah seorang responden hampir setiap
tergantung pada hasil tangkapan dan itu tahun selalu ada kecelakaan kapal karam
tidak pasti setiap harinya, bahkan saat karena cuaca buruk.
musim panceklik tak jarang banyak Menanggapi hal tersebut, kami
nelayan yang merugi. Dengan tingkat lalu bertanya apakah nelayan disi
pendidikan rendah yang mereka miliki menggunakan prakiraan cuaca dari
atau bahkan tidak lulus SD, maka, BMKG sebagai acuan dalam
kondisi tersebut akan mempersulit memperkirakan cuaca. Mereka lantas
nelayan tradisional memilih atau menjawab tidak. Sebagian besar malah
memperoleh pekerjaan lain selain menjadi tidak percaya dengan prakiraan cuaca
nelayan. dari BMKG, mereka berpendapat kalau
itu hanya ramalan cuaca saja, belum tentu
Metode Penangkapan Ikan yang masih tepat. Dengan rasa tidak percaya itu,
Tradisonal nelayan pesisir pantai Sri Mersing Desa
Berkaitan dengan pembahasan Kuala Lama memperkirakan cuaca hanya
diatas bahwa sebagian besar nelayan dari feeling pribadi mereka saja.
pesisir pantai Sri Mersing Desa Kuala
Lama merupakan nelayan yang tidak Kebiasaan Nelayan
berpendidikan. Dari hasil wawancara Nelayan adalah suatu pekerjaan
langsung dilapangan, ditemukan sebagian yang bergantung pada kemurahan alam,
besar responden merupakan nelayan ketika alam memberikan sumberdayanya
turun temurun. Bahkan saudara mereka sudah sepatutnya kita harus bersyukur
(khususnya laki-laki) hampir semuanya dan menjaganya untuk keperluan
juga nelayan. Kemampuan mereka melaut berikutnya. Tingkat eksploitasi nelayan
didapat langsung dari orang tua dan terhadap laut sangatlah besar. Dimana
lingkungannya. setiap hari mereka datang ke laut dengan
Dari hasil wawancara kami, harapan mendapat hasil tangkapan yang
mereka mengatakan bahwa cara melaut melimpah. Selain eksploitasi terhadap
mereka masih sama dengan cara melaut hasil laut nelayan tradisional di Desa
orang tuanya dahulu, dan belum banyak Kuala Lama yang mayoritas
mengalami perubahan. Yaitu dengan penduduknya adalah bekerja nelayan, dan
kapal tradisional, pancing, dan jaring pada saat hasil tangkapan sedang tidak
tangkap ikan. Mereka berlayar kearah laut baik atau pada saat musim paceklik,
lepas, lalu di tempat yang mereka rasa untuk memenuhi kebutuhan hidup
banyak ikannya, mereka akan sehari-hari seringkali para nelayan
membentangkan jaring, lalu meminjam uang kepada toke, juragan,
menggerakkan kapal sambal pengepul atau saudara.
mengeluarkan jaring. Seluruh jaring telah Jika nelayan tidak ada hasil
ditebar, mereka akan menunggu beberapa tangkapan dan juga tidak memiliki uang
waktu untuk kemudian menarik kembali simpanan maka sangat disesalkan sekali
jaring mereka. jika mereka harus menjual barang-barang
Salah satu kendala yang sering mereka untuk kebutuhan sehari-hari.
dihadapi oleh nelayan pesisir pantai Sri Pada umumnya masyarakat nelayan kaya
Mersing Desa Kuala Lama adalah kendala (toke) yang melakukan gaya hidup
cuaca. Tak jarang cuaca buruk konsumtif, dengan penghasilan diatas
rata-rata nelayan tradisional mereka dapat terjerat hutang dan semakin sulit untuk
membelanjakan apa yang mereka anggap keluar dari kemiskinan.
perlu meskipun terkadang bukan berupa
kebutuhan pokok sehari-hari. Dalam hal Kepemilikan Modal
ini menjadi tidak wajar ketika para Masalah klasik yang menjadi
nelayan tradisional dan keluarga yang faktor penghambat berkembangnya
pada umumnya memiliki penghasilan perekonomian nelayan pesisir pantai Sri
yang rendah juga melakukan gaya hidup Mersing Desa Kuala Lama salah satunya
para nelayan kaya (toke) tersebut. Hal adalah modal. Hal tersebut ditunjukkan
tersebut menjadi ironis karena untuk dengan masih sederhananya peralatan
memenuhi kebutuhan sehari-hari atau yang digunakan nelayan tradisional desa
kebutuhan yang memerlukan biaya besar, Kuala Lama. Hanya perahu tradisional
tidak jarang para nelayan tradisional ini dan jaring penangkap ikan. Tak jarang
meminjam uang kepada para keluarga untuk modal melaut mereka harus
dekat dan terkadang mereka juga meminjam ke toke atau juragan untuk
meminjam kepada rentenir. Pinjaman dapat pergi melaut.
kepada para rentenir ini biasanya Bagi nelayan yang telah memiliki
dialokasikan oleh para nelayan untuk kapal, modal melaut tidaklah terlalu
biaya tak terduga seperti kebutuhan besar, cukup hanya bahan bakar solar
untuk biaya kesehatan yang datang tiba- sekitar 4 liter, serta jaring yang rata-rata
tiba atau bahkan kecelakaan, dan ada juga telah mereka miliki sendiri. Namun
kebutuhan lain yang memaksa anggota masalah utamanya bukan disitu, masalah
keluarga (istri dan anak) disaat kerabat utamanya adalah sebagian besar nelayan
atau tetangga mempunyai hajatan seperti pesisir pantai Sri Mersing Desa Kuala
pernikahan, kematian dan kelahiran. Lama hanya merupakan buruh nelayan
Sedangkan pinjaman kepada saudara dan belum memiliki kapal sendiri untuk
biasanya dialokasikan oleh para nelayan melaut. Sebagian dari mereka melaut
tradisional untuk memenuhi kebutuhan dengan menggunakan kapal milik toke
hidup sehari-hari seperti kebutuhan atau juragan dan hasilnya akan dibagi
dapur, membayar listrik dan kebutuhan sesuai kesepakatan dengan pemilik kapal.
jajan. Kebiasaan- kebiasaan ini Pada umumnya sistem
menyebabkan para nelayan terjerat pembagiannya adalah 50 : 50. 50 persen
hutang dan semakin sulit untuk keluar untuk pemilik kapal, dan 50 persen untuk
dari kemiskinan. nelayan. Keuntungan yang dibagi adalah
Disisi lain nelayan tradisional di laba bersih, setelah dikeluarkan untuk
Desa Kuala Lama mempunyai kebiasaan modal melaut dan keperluan lainnya.
atau sosial budaya yang kurang dengan kata lain, apabila seorang nelayan
menyenangkan, dimana mereka mendapatkan penghasilan bersih Rp.
mempunyai pola hidup yang kurang 300.000,- per hari, maka akan dibagi 2
memperhitungkan kebutuhan masa dengan pemilik kapal, dan nelayan hanya
depan, artinya setiap kali mendapat hasil mendapat Rp. 150.000,- per hari.
tangkapan yang melimpah atau lebih Namun tak selalu begitu, sebagian
maka pada saat itu pula mereka akan nelayan melaut berdua dengan temannya
membelanjakan atau menghabiskannya. dalam satu kapal, hal ini tentu akan
Misalnya mereka membeli perhiasan, menambah beban tanggungan dan laba
pakaian, dan sebagainya. Tetapi disisi lain bersihnya akan di bagi 3, maka apabila
masyarakat Kampung Pesisir sangat laba bersihnya Rp. 300.000,- maka masing-
menjunjung solidaritas dan tolong- masing nelayan hanya mendapat
menolong. Kebiasaan-kebiasaan buruk Rp.100.000,-. Namun tangkapan nelayan
tersebut menyebabkan para nelayan tak selalu banyak, ada kalanya saat musim
paceklik hasil tangkapan nelayan sedikit tradisionalnya hanya mampu berlayar tak
atau bahkan tidak membawa apa-apa jauh dari daratan.
karena harus putar arah karena cuaca Hal tersebut diatas sesuai dengan
buruk. Keterbatasan modal inilah yang Sudarso (2008: 3) Salah satu ciri dari usaha
mengakibatkan perekonomian nelayan nelayan tradisional adalah teknologi
tidak berkembang, masih dengan penangkapan yang bersifat sederhana
peralatan yang sederhana dan masih dengan ukuran perahu yang kecil, daya
sangat tergantung oleh cuaca dan jelajah terbatas, daya muat perahu sedikit,
kemurahan hati selat malaka. daya jangkau alat tangkap terbatas dan
perahu dilanjutkan dengan layar, dayung
Teknologi Yang Digunakan atau mesin ber PK kecil.
Nelayan tradisional perairan Berdasarkan pengamatan yang
pantai Sri Mersing Desa Kuala Lama dilakukan, perahu yang digunakan oleh
pada umumnya masih memakai teknologi nelayan tradisional di pesisir pantai Sri
penangkapan ikan yang sangat sederhana, Mersing Desa Kuala Lama menggunakan
adapun peralatan yang di pakai meliputi : mesin tempel dengan kapasitas mesin 5,5
a) perahu, perahu yang digunakan pada PK dan operasi penangkapanya maksimal
umumnya berbahan kayu yang hanya mampu sampai 15 mil ke tengah
berukuran panjang 4-5 meter dan lebar laut. Menggunakan perahu bermotor
0,5-1 meter dengan tenaga penggeraknya sebagai alat pendukung dalam mencari
mesin tempel (dong feng) berbahan bakar ikan dilaut bukan suatu ukuran untuk
solar; b) jaring, jaring digunakan untuk mengkategorikan nelayan tradisional
proses penangkapan ikan dilaut, dan sebagai nelayan modern. Akan tetapi
jangkauan penangkapan ikanya pun modernisasi juga ditunjukan pada besar
terbatas hanya mampu berlayar di kecilnya motor yang digunakan, serta
sekitaran 12 mil ke arah selat malaka. tingkat eksploitasi dari alat tangkap
Dari 7 responden yang yang digunakan. Selain itu, wilayah
diwawancarai hanya 2 nelayan yang telah tangkap juga menentukan ukuran
memiliki kapal sendiri, dan sisanya masih modernitas suatu alat. Teknologi
bergantung sebagai buruh nelayan yang penangkapan ikan yang modern akan
melaut menggunakan kapal milik toke cenderung memiliki kemampuan jelajah
atau juragan. Mereka juga berkata kalau sampai lepas pantai (of source),
sebagian besar nelayan lain juga banyak sebaliknya untuk nelayan tradisional
yang tidak memiliki kapal sendiri, dan wilayah tangkapnya hanya sebatas
beberapa nelayan yang telah memiliki perairan pantai (in-shore).
kapal sendiri pun hanya memiliki kapal Seperti yang terjadi pada nelayan
tradisioal dengan banyak keterbatasan tradisonal pesisir pantai Sri Mersing Desa
seperti yang telah dijelaskan diatas. Kuala Lama, meskipun perahu nelayan
Dalam hal ini pemilihan alat tradisional telah menggunakan mesin
tangkap ikan sangatlah berpengaruh tempel, namun bila kapasitas mesin
dalam hasil tangkapan yang diperoleh hanya 5,5 PK apalagi kondisi mesin yang
oleh nelayan tradisional. Kapal atau sudah tua, ukuran perahu dan badan
perahu sebagai tenaga penunjang juga perahu yang terbuat dari kayu. Teknologi
memiliki andil besar dalam proses tersebut jelas tidak dapat membantu
penangkapan ikan, dimana dengan nelayan tradisional untuk memperluas
fasilitas kapal yang canggih dan modern jangkauan penangkapanya sampai ke
nelayan tradisional mampu berlayar lepas pantai (off-shore). Begitu juga dengan
hingga lepas pantai, dan hasil alat tangkap yang masih menggunakan
tangkapanpun juga bervariasi. Namun jaring dan pancing dan kemampuan
sebagian besar nelayan dengan kapal jelajah perahu sangat terbatas. Dari
http://ipsalundana2011.blogspot.co.id/2011/10
/tipologi-pantai.html. Diakses pada 19
November 2016
https://rizandamind.wordpress.com/tag/perika
nan-dan-jenisnya/. Diakses pada 19
November 2016
http://mukhtar-
api.blogspot.co.id/2014/07/klasifikasi-
jenis-nelayan.html. Diakses pada 19
November 2016
http://digilib.unila.ac.id/1349/6/BAB%20II.pd
f. Diakses pada 19 November 2016