TERATAI
Teratai (Nymphaea) adalah nama genus untuk tanaman air dari suku Nymphaeaceae. Dalam
bahasa Inggris dikenal sebagai water-lily atau waterlily. Di Indonesia, teratai juga digunakan
untuk menyebut tanaman dari genus Nelumbo (lotus). Pada zaman dulu, orang memang sering
mencampuradukkan antara tanaman genus Nelumbo seperti seroja dengan genus Nymphaea
(teratai). Pada Nelumbo, bunga terdapat di atas permukaan air (tidak mengapung), kelopak
bersemu merah (teratai berwarna putih hingga kuning), daun berbentuk lingkaran penuh dan
rimpangnya biasa dikonsumsi.
Tanaman tumbuh di permukaan air yang tenang. Bunga dan daun terdapat di permukaan air,
keluar dari tangkai yang berasal dari rizoma yang berada di dalam lumpur pada dasar kolam,
sungai atau rawa. Tangkai terdapat di tengah-tengah daun. Daun berbentuk bundar atau bentuk
oval yang lebar yang terpotong pada jari-jari menuju ke tangkai. Permukaan daun tidak
mengandung lapisan lilin sehingga air yang jatuh ke permukaan daun tidak membentuk butiran
air.
2. ENCENG GONDOK
Eceng gondok atau enceng gondok (Latin:Eichhornia crassipes) adalah salah satu jenis tumbuhan air
mengapung. Selain dikenal dengan nama eceng gondok, di beberapa daerah di Indonesia, eceng gondok
mempunyai nama lain seperti di daerah Palembang dikenal dengan nama Kelipuk, di Lampung dikenal
dengan nama Ringgak, di Dayak dikenal dengan nama Ilung-ilung, di Manado dikenal dengan nama
Tumpe.[1] Eceng gondok pertama kali ditemukan secara tidak sengaja oleh seorang ilmuwan bernama
Carl Friedrich Philipp von Martius, seorang ahli botani berkebangsaan Jerman pada tahun 1824 ketika
sedang melakukan ekspedisi di Sungai Amazon Brasil.[2] Eceng gondok memiliki kecepatan tumbuh yang
tinggi sehingga tumbuhan ini dianggap sebagai gulma yang dapat merusak lingkungan perairan. Eceng
gondok dengan mudah menyebar melalui saluran air ke badan air lainnya.
3. KAKTUS
Kaktus adalah nama yang diberikan untuk anggota tumbuhan berbunga famili Cactaceae.
Kaktus dapat tumbuh pada waktu yang lama tanpa air.[1] Kaktus biasa ditemukan di daerah-
daerah yang kering (gurun).[1] Kata jamak untuk kaktus adalah kakti.[2] Kaktus memiliki akar
yang panjang untuk mencari air dan memperlebar penyerapan air dalam tanah.[1] Air yang
diserap kaktus disimpan dalam ruang di batangnya.[1] Kaktus juga memiliki daun yang berubah
bentuk menjadi duri sehingga dapat mengurangi penguapan air lewat daun.{[3] Oleh sebab itu,
kaktus dapat tumbuh pada waktu yang lama tanpa air.
4. KANTUNG SEMAR
Tumbuhan ini dapat mencapai tinggi 15–20 m dengan cara memanjat tanaman lainnya, walaupun ada
beberapa spesies yang tidak memanjat. Pada ujung daun terdapat sulur yang dapat termodifikasi
membentuk kantong, yaitu alat perangkap yang digunakan untuk memakan mangsanya (misalnya
serangga, pacet, anak kodok) yang masuk ke dalam.[1]Pada umumnya, Nepenthes memiliki tiga macam
bentuk kantong, yaitu kantong atas, kantong bawah, dan kantong roset. Kantong atas adalah kantong
dari tanaman dewasa, biasanya berbentuk corong atau silinder, tidak memiliki sayap, tidak mempunyai
warna yang menarik, bagian sulur menghadap ke belakang dan dapat melilit ranting tanaman lain,
kantong atas lebih sering menangkap hewan yang terbang seperti nyamuk atau lalat, kantong jenis ini
jarang bahkan tidak ditemui pada beberapa spesies, contohnya N. ampullaria. Kantong bawah adalah
kantong yang dihasilkan pada bagian tanaman muda yang biasanya tergelatak di atas tanah, memiliki
dua sayap yang berfungsi sebagai alat bantu bagi serangga tanah seperti semut untuk memanjat mulut
kantong dan akhirnya tercebur dalam cairan berenzim di dalamnya, adapun kantong roset, memiliki
bentuk yang sama seperti kantong bawah, namun kantong roset tumbuh pada bagian daun berbentuk
roset, contoh spesies yang memiliki kantong jenis ini adalah N. ampullaria dan N. gracilis. Beberapa
tanaman terkadang mengeluarkan kantong tengah yang berbentuk seperti campuran kantong bawah
dan kantong atas.
5. BUNGA RAFFLESIA
Rafflesia adalah genus tumbuhan bunga parasit. Ia ditemukan di hutan hujan Indonesia oleh seorang
pemandu dari Indonesia yang bekerja untuk Dr. Joseph Arnold tahun 1818, dan dinamai berdasarkan
nama Thomas Stamford Raffles, pemimpin ekspedisi itu. Ia terdiri atas kira-kira 27 spesies (termasuk
empat yang belum sepenuhnya diketahui cirinya seperti yang dikenali oleh Meijer 1997), semua
spesiesnya ditemukan di Asia Tenggara, di semenanjung Malaya, Kalimantan, Sumatra, dan Filipina.
Tumbuhan ini tidak memiliki batang, daun ataupun akar yang sesungguhnya. Rafflesia merupakan
endoparasit pada tumbuhan merambat dari genus Tetrastigma (famili Vitaceae), menyebarkan
haustoriumnya yang mirip akar di dalam jaringan tumbuhan merambat itu. Satu-satunya bagian
tumbuhan Rafflesia yang dapat dilihat di luar tumbuhan inangnya adalah bunga bermahkota lima. Pada
beberapa spesies, seperti Rafflesia arnoldii, diameter bunganya mungkin lebih dari 100 cm, dan
beratnya hingga 10 kg. Bahkan spesies terkecil, Rafflesia manillana, bunganya berdiameter 20 cm.
Bunganya tampak dan berbau seperti daging yang membusuk, karena itulah ia disebut "bunga bangkai"
atau "bunga daging". Bau bunganya yang tidak enak menarik serangga seperti lalat dan kumbang
kotoran, yang membawa serbuk sari dari bunga jantan ke bunga betina. Sedikit yang diketahui mengenai
penyebaran bijinya. Namun, tupai dan mamalia hutan lainnya ternyata memakan buahnya dan
menyebarkan biji-bijinya. Rafflesia adalah bunga resmi negara Indonesia, begitu pula provinsi Surat
Thani, Thailand.
OLEH :