Astuti, Indri Dwi Salsabila, Sarima, Olivia Putri Utami, Sunarto Arif Sura
Abstrak. Telah dilakukan eksperimen yang berjudul “Dasar Pengukuran dan Ketidakpastian”
dengan tujuan agar mahasiswa mampu menggunakan alat-alat ukur dasar, menentukan
ketidakpastian pada pengukuran tunggal dan berulang, dan mengerti angka berarti. Alat ukur yang
digunakan adalah mistar, jangka sorong, mikrometer sekrup, neraca ohauss, stopwatch dan
termometer. Setiap alat ukur memiliki NST yang berbeda-beda. Dari pengukuran tersebut akan
dilakukan analisis tentang kesalahan mutlak dan ketidakpastian relatif yang akan dijadikan suatu
acuan dalam penulisan angka berarti pada pelaporan fisikanya.
RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana cara menggunakan alat-alat ukur dasar?
2. Bagaimana cara menentukan ketidakpastian pada pengukuran tunggal dan
berulang ?
3. Bagaimana cara melaporkan hasil pengukuran dengan berlandaskan pada
angka penting?
TUJUAN
1. Mampu menggunakan alat-alat ukur dasar
2. Mampu menentukan ketidakpastian pada pengukuran tunggal dan berulang
3. Mengerti angka berarti
METODOLOGI EKSPERIMEN
Teori Singkat
Arti Pengukuran.
Pengukuran adalah bagian dari Keterampilan Proses Sains yang merupakan
pengumpulan informasi baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Dengan
melakukan pengukuran, dapat diperoleh besarnya atau nilai suatu besaran atau
bukti kualitatif.
Angka penting
1. Semua angka yang bukan nol adalah angka penting.
2. Angka nol yang yang terletak diantara angka bukan nol termasuk angka
penting.
3. Angka nol di sebelah kanan angka bukan nol termasuk angka penting,
kecuali kalau ada penjelasan lain, misalnya berupa garis dibawah angka
terakhir yang masih dianggap penting.
4. Angka nol yang terletak disebelah kiri angka bukan nol. Baik di sebelah
kanan maupun di sebelah kiri koma desimal tidak termasuk angka penting.
Ketidakpastian Pengukuran
Suatu pengukuran selalu disertai dengan ketidakpastian. Beberapa penyebab
ktidakpastian tersebut antara lain adalah nilai skala terkecil, kesalahankalibrasi,
kesalahan titik nol, kesalahan paralaks, adanya gesekan,fluktuasi parameter
pengukuran dan lingkungan yang saling memengaruhi serta keterampilan
pengamat. Dengan demikian amat sulit untuk mendapatkan nilai yang sebenarnya
suatu besaran melalui pengukuran.
1. Pengukuran Panjang
a. Mistar
Pada setiap alat ukur terdapat nilai skala yang tidak dapat lagi dibagi-bagi,
inilah yang disebut Nilai Skala Terkecil (NST). Ketelitian alat ukur
bergantung pada NST ini.
b. Jangka sorong
Setiap jangka sorong memiliki skala utama (SU) dan skala bantu atau skala
nonius (SN). Pada umumnya nilai skala utama = 1mm, dan banyaknya skala
nonius tidak selalu sama antara satu jangka sorong dengan jangka sorong
yang lainnya. Ada yang mempunyai 10 skala, 20 skala dan bahkan ada yang
memiliki skala nonius sebanyak 50 skala.
Jangka sorong merupakan salah satu alat ukur besaran panjang yang secara
khusus dapat digunakan untuk mengukur diameter dalam, diameter luar, dan
kedalaman. Unuk menggunakan jangka sorong terleih dahulu harus diketahui
nilai skala terkecilnya atau NST.
Untuk menentukan hasil pengukuran dengan menggunakan jangka sorong
digunakan persamaan:
Hasil pengukuran (HP)
=(PSU x Nilai Skala Utama) + (Penunjukan Skala Nonius x NST jangka
sorong)
c. Mikrometer sekrup
Mikrometer sekrup memiliki dua bagian skala mendatar (SM) sebagai skala
utama dan skala putar (SP) sebagai skala nonius. NST mikrometer sekrup
dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan,
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑀𝑒𝑛𝑑𝑎𝑡𝑎𝑟
𝑁𝑆𝑇 𝐴𝑙𝑎𝑡 =
𝑁
dengan N= jumlah skala putar
Pada umumnya mikrometer sekrup memiliki nilai skala mendatar (skala
utama) sebesar 0,5mm dan jumlah skala putar sebanyak 50 skala, dengan
demikian maka NST mikrometer sekrup seperti mempunyai NST sebesar,
0,5𝑚𝑚
𝑁𝑆𝑇 𝑀𝑖𝑘𝑟𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑆𝑒𝑘𝑟𝑢𝑝 = = 0,01 𝑚𝑚
50
Hasil pengukuran dari mikrometer sekrup dapat ditentukan dengan cara
membaca penunjukan bagian ujung skala putar terhadap skala utama dan
garis horizontal (yang membagi dua skala utama menjadi skala bagian atas
dan bawah) terhadap skala putar. Untuk menentukan hasil pengukuran (HP)
dengan menggunakan mikrometer sekrup ini digunakan persamaan:
Hasil Pengukuran(HP)
= (PSM x Nilai SM) + (Penunjukan SP x NST micrometer sekrup)
2. Pengukuran Massa
Neraca Ohauss 2610 gram
Pada neraca ini terdapat 3 lengan dengan batas ukur yang berbeda-beda. Pada
ujung lengan dapat digandeng 2 buah beban yang nilainya masing-masing 500
gram dan 1000 gram. Sehingga kemampuan atau batas ukur alat ini menjadi 2610
gram. Untuk pengukuran dibawah 610 gram, cukup menggunakan semua lengan
neraca dan di atas 610 gram sampai 2610 gram ditambah dengan beban gantung.
Hasil pengukuran dapat ditentukan dengan menjumlah penunjukan beban gantung
dengan semua penunjukan lengan-lengan neraca.
Neraca Ohauss 311 gram
Neraca ini memiliki 4 lengan dengan skala yang berbeda-beda, masing-masing
lengan mempunyai batas ukur dan nilai skala yang berbeda-beda. Untuk
menggunakan neraca ini terlebih dahulu tentukan nilai skala masing-masing
lengan NST dari neraca ohauss 311 gram , diambil dari nilai skala terkecil dari
empat lengannya. Hasil pengukuran dapat ditentukan dengan menjumlahkan
penunjukan semua lengan neraca yang digunakan.
Neraca Ohauss 310 gram
Neraca ini mempunyai 2 lengan dengan nilai skala yang berbeda-beda dan
dilengkapi dengan sebuah skala putar (skala utama) dan skala nonius. NST Neraca
Ohauss 310 gram dapat ditentukan dengan cara yang sama dengan jangka sorong.
Hasil pengukuran ditentukan dengan menjumlahkan penunjukan semua lengan
neraca ditambahkan dengan nilai pengukuran dari skala putar dan skala
noniusnya.
3. Pengukuran Suhu dan Waktu
Termometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur temperatur suatu zat.
Ada dua jenis termometer yang umum digunakan dalam laboratorium, yaitu
termometer air raksa dan termometer alkohol. Keduanya adalah termometer jenis
batang gelas dengan batas ukur minimum -100C dan batas ukur maksimum
+1100C. Nilai skala terkecil untuk kedua jenis termometer tersebut dapat
ditentukankan seperti halnya menentukan nilai skala terkecil sebuah mistar biasa,
yaitu dengan mengambil batas ukur tertentu dan membaginya dengan jumlah
skala dari nol sampai pada ukur yang diambil tersebut.
Stopwatch merupakan salah satu alat ukur waktu yang paling sering digunakan di
laboratorium. Alat ini dilengkapi dengan tombol untuk menjalankan, mematikan,
dan mengembalikan jarum ke posisi nol. Terdapat beberapa bentuk stopwatch
dengan NST yang berbeda-beda. Cara menentukan NST stopwatch sama dengan
menentukan NST suatu alat ukur tanpa nonius.(Penuntun Praktikum Fisika Dasar.
2014)
Alat dan Bahan
1. Alat
Mistar
Jangka Sorong
Mikrometer sekrup
Stopwatch
Termometer
Balok kayu
Kelereng
Neraca Ohauss 2610 gram
Neraca Ohauss 311 gram
Neraca Ohauss 310 gram
Gelas Ukur
Kaki Tiga dan kasa
Korek
Bunsen Pembakar
2. Bahan
Air secukupnya
Identifikasi Variabel
Kegiatan 1
1. Panjang
2. Lebar
3. Tinggi
4. Diameter
Kegiatan 2
1. Massa balok
2. Massa kelereng
Kegiatan 3
1. Waktu
2. Suhu
Kegiatan 2
1. Massa balok adalah massa balok yang diukur menggunakan neraca ohauss
dengan satuan gram.
2. Massa kelereng adalah massa kelereng yang diukur menggunakan neraca
ohauss dengan satuan gram.
Kegiatan 3
1. Waktu adalah jumlah waktu yang diperlukan untuk menaikkan suhu air yang
diukur dengan stopwatch dalam satuan sekon.
2. Suhu adalah perubahan temperatur air yang diukur dengan Termometer
Celcius.
Prosedur Kerja
Kegiatan 1
1. Mengambil mistar, jangka sorong dan mikrometer sekrup serta menentukan
NSTnya.
2. Mengukur masing-masing sebanyak 3 kali untuk panjang, lebar, dan tinggi
balok kayu yang disediakan dengan menggunakan ketiga alat ukur tersebut.
Mencatat hasil pengukuran pada tabel pengamatan dengan disertai
ketidakpastiannya.
3. Mengukur masing-masing sebanyak 3 kali untuk diameter kelereng yang
disediakan dengan menggunakan ketiga alat ukur tersebut. Mencatat hasil
pengukuran pada tabel hasil pengamatan dengan disertai dengan
ketidakpastiannya.
Kegiatan 2
1. Menentukan NST masing-masing neraca
2. Mengukur massa balok dan kelereng sebanyak 3 kali secara berulang.
3. Mencatat hasil pengukuran yang dilengkapi dengan ketidakpastian
pengukuran.
Kegiatan 3
1. Menyiapkan gelas ukur, bunsen pembakar lengkap dengan kaki tiga dan
lapisan asbesnya dan sebuah termometer.
2. Mengisi gelas ukur dengan air hingga ½ bagian dan meletakkan di atas kaki
tiga tanpa ada pembakar.
3. Menyalakan bunsen pembakar dan menunggu beberapa saat hingga nyalanya
terlihat normal.
4. Meletakkan bunsen pembakar tadi tepat di bawah gelas ukur dan menunggu
temperatur air mencapai 33°C sebagai temperatur mula-mula.
5. Mencatat perubahan temperatur yang terbaca pada termometer tiap selang
waktu 1 menit dalam waktu 6 menit.
HASIL EKSPERIMEN DAN ANALISIS DATA
Hasil Pengamatan
1. Pengukuran Panjang
Batas Ukur 1 cm
NST Mistar : = = 0,1 cm= 1 mm
Jumlah Skala 10
Batas Ukur
NST Skala Putar = Jumlah Skala Putar
0,5 mm
=
50
= 0,01 mm
2. Pengukuran Massa
Neraca Ohauss 2610 gram
Batas Ukur 100 g
Nilai Skala lengan 1 : Jumlah Skala = = 10 g
10
Batas Ukur 500 g
Nilai Skala lengan 2 : Jumlah Skala = = 100 g
5
Batas Ukur 10 g
Nilai Skala lengan 3 : Jumlah Skala = = 0,10 g
100
Batas Ukur 1g
Nilai Skala Putar : Jumlah Skala = = 0,1 g
10
Balok
V=P×L×T
𝛿𝑣 𝛿𝑣 𝛿𝑣
𝛿𝑣 = |𝛿𝑝| ∆P + | 𝛿𝑙 | ∆L + | 𝛿𝑡 | ∆T
𝛿(𝑝×𝑙×𝑡) 𝛿(𝑝×𝑙×𝑡) 𝛿(𝑝×𝑙×𝑡)
𝛿𝑣 = | | ∆P + | | ∆L + | | ∆T
𝛿𝑝 𝛿𝑙 𝛿𝑡
∆𝑣 𝑙 ×𝑡 𝑝×𝑡 𝑝×𝑙
= | | ∆P + | | ∆L + | | ∆T
𝑣 𝑣 𝑣 𝑣
∆𝑣 𝑙 ×𝑡 𝑝×𝑡 𝑝×𝑙
= |𝑝×𝑙×𝑡| ∆P + |𝑝×𝑙×𝑡| ∆L + |𝑝×𝑙×𝑡| ∆T
𝑣
∆𝑣 ∆P ∆L ∆T
= | 𝑝 |+ | 𝑙 | + | 𝑡 |
𝑣
∆P ∆L ∆T
∆𝑣 = | 𝑝 |+ | 𝑙 | + | 𝑡 | 𝑣
Mistar
Panjang
17,0 𝑚𝑚+17,0 𝑚𝑚+17,0 𝑚𝑚
𝑃̅ = = 17,0 mm
3
δx =|𝑃𝑥 − 𝑃̅|
δ1 =|17,0 − 17,0 | 𝑚𝑚= 0 mm
δx =|17,0 − 17,0| 𝑚𝑚= 0 mm
δx =|17,0 − 17,0| 𝑚𝑚= 0 mm
∆𝑃 = δmax = 0,5 mm.
∆𝑃
KR = × 100%
𝑃
0,5
KR = 17,0 × 100% = 2,9% ( 3 AB )
Lebar
14,0 𝑚𝑚+14,0 𝑚𝑚+14,0 𝑚𝑚
𝐿̅ = = 14,0 mm
3
δx =|𝐿𝑥 − 𝐿̅|
δ1 =|14,0 − 14,0| 𝑚𝑚= 0 mm
δx =|14,0 − 14,0| 𝑚𝑚= 0 mm
δx =|14,0 − 14,0| 𝑚𝑚= 0 mm
∆𝐿 = δmax = 0,5 mm.
∆𝐿
KR = × 100%
𝐿
0,5
KR = 14,0 × 100% = 3,5% ( 3 AB )
Tinggi
23,0 𝑚𝑚+23,0 𝑚𝑚+23,0 𝑚𝑚
𝑇̅= = 23,0 mm
3
δx =|𝑇𝑥 − 𝑇̅|
δ1 =|23,0 − 23,0| 𝑚𝑚= 0 mm
δx =|23,0 − 23,0| 𝑚𝑚= 0 mm
δx =|23,0 − 23,0| 𝑚𝑚= 0 mm
∆𝑡 = δmax = 0,5 mm.
∆𝑇
KR = × 100%
𝑇
0,5
KR = 23,0 × 100% = 2,1% (3 AB)
Jangka Sorong
Panjang
16,10 𝑚𝑚+17,00 𝑚𝑚+17,10 𝑚𝑚
𝑃̅ = = 16,73 mm
3
δx =|𝑃𝑥 − 𝑃̅|
δ1 =|16,10 − 16,73| 𝑚𝑚= 0,63 mm
δx =|17,00 − 16,73| 𝑚𝑚= 0,27 mm
δx =|17,10 − 16,73| 𝑚𝑚= 0,37 mm
∆𝑃 = δmax = 0,63 mm.
∆𝑃
KR = × 100%
𝑃
0,63
KR = 16,73 × 100% = 3,7% ( 3 AB )
Lebar
15,50 𝑚𝑚+15,40 𝑚𝑚+15,50 𝑚𝑚
𝐿̅ = = 15,47 mm
3
δx =|𝐿𝑥 − 𝐿̅|
δ1 =|15,50 − 15,47 | 𝑚𝑚= 0,03 mm
δx =|15,40 − 15,47 | 𝑚𝑚= 0,07 mm
δx =|15,50 − 15,47 | 𝑚𝑚= 0,03 mm
∆𝐿 = δmax = 0,07 mm.
∆𝐿
KR = × 100%
𝐿
0,07
KR = 15,47 × 100% = 0,4% ( 4 AB )
Tinggi
24,10 𝑚𝑚+23,15 𝑚𝑚+24,05 𝑚𝑚
𝑇̅= = 23,76 mm
3
δx =|𝑇𝑥 − 𝑇̅|
δ1 =|24,10 − 23,76 | 𝑚𝑚= 0,34 mm
δx =|23,15 − 23,76 | 𝑚𝑚= 0,61 mm
δx =|24,05 − 23,76 | 𝑚𝑚= 0,29 mm
∆𝑡 = δmax = 0,61 mm.
∆𝑇
KR = × 100%
𝑇
0,61
KR = × 100% = 2,5% (3 AB )
23,76
Mikrometer Sekrup
Panjang
16,910 𝑚𝑚+16,770 𝑚𝑚+16,270 𝑚𝑚
𝑃̅ = = 16,650 mm
3
δx =|𝑃𝑥 − 𝑃̅|
δ1 =|16,910 − 16,650 | 𝑚𝑚= 0,260 mm
δx =|16,770 − 16,650 | 𝑚𝑚= 0,120 mm
δx =|16,270 − 16,650 | 𝑚𝑚= 0,380 mm
∆𝑃 = δmax = 0,380 mm.
∆𝑃
KR = × 100%
𝑃
0,380
KR = 16,650 × 100% = 2,2% ( 3 AB )
Lebar
15,960 𝑚𝑚+15,500 𝑚𝑚+15,520 𝑚𝑚
𝐿̅ = = 15,660 mm
3
δx =|𝐿𝑥 − 𝐿̅|
δ1 =|15,960 − 15,660 | 𝑚𝑚= 0,300 mm
δx =|15,500 − 15,660 | 𝑚𝑚= 0,160 mm
δx =|15,520 − 15,660 | 𝑚𝑚= 0,140 mm
∆𝐿 = δmax = 0,300 mm.
∆𝐿
KR = × 100%
𝐿
0,300
KR = 15,660 × 100% = 1,9% ( 3 AB )
Tinggi
23,460 𝑚𝑚+23,530 𝑚𝑚+23,260 𝑚𝑚
𝑇̅= = 23,416 mm
3
δx =|𝑇𝑥 − 𝑇̅|
δ1 =|23,460 − 23,416 | 𝑚𝑚= 0,044 mm
δx =|23,530 − 23,416 | 𝑚𝑚= 0,114 mm
δx =|23,260 − 23,416 | 𝑚𝑚= 0,156 mm
∆𝑡 = δmax = 0,156 mm.
∆𝑇
KR = × 100%
𝑇
0,156
KR = 23,416 × 100% = 0,6 % ( 3 AB )
Kelereng
1
𝑣 = 𝜋𝑑3
6
𝜕𝑣
𝑑𝑣 = | | 𝑑𝑑
𝜕𝑑
𝜕 (16𝜋𝑑3 )
𝑑𝑣 = | | 𝑑𝑑
𝜕𝑑
1
𝑑𝑣 = 𝜋𝑑2 𝑑𝑑
2
1
∆𝑣 = | 𝜋𝑑2 ∆𝑑 |
2
∆𝑣 1
2
𝜋𝑑2 ∆𝑑
=| 1 3 |
𝑣 6
𝜋𝑑
3 ∆𝑑
∆𝑣 = | |𝑣
𝑑
∆𝑣
𝐾𝑅 = 𝑥 100%
𝑣
Mistar
17,0 𝑚𝑚+17,0 𝑚𝑚+17,0 𝑚𝑚
𝑑̅ = = 17,0 mm
3
δx =|𝑑 − 𝑑̅|
δ1 =|17,0 − 17,0 | 𝑚𝑚= 0 mm
δx =|17,0 − 17,0 | 𝑚𝑚= 0 mm
δx =|17,0 − 17,0 | 𝑚𝑚= 0 mm
∆𝑑 = δmax = 0,5 mm.
PF: |𝑑̅ ± ∆𝑑| = |17,0 ± 0,5| mm
1
𝑣 = 𝜋𝑑3
6
1
𝑣 = 6 (3,14)(17,0)3= 2571,13 mm3
3 ∆𝑑
∆𝑣 = | |𝑣
𝑑
3 (0,5)mm
∆𝑣 = | | 2571,13 mm3
17,0 mm
1,5 mm
∆𝑣 = | | x 2571,13 mm3
17,0 mm
∆𝑣 = 0,08 x 2.571,13 mm3
∆𝑣 = 205,69 mm3 0,20 cm3
𝑣 = 2.571,13 mm3 2,57 cm3
∆𝑣
𝐾𝑅 = 𝑥 100%
𝑣
0,20 cm3
𝐾𝑅 = 2,57 cm3
𝑥 100% = 7,7 % ( 2AB)
Jangka Sorong
16,20 𝑚𝑚+16,30 𝑚𝑚+16,45 𝑚𝑚
𝑑̅ = = 16,31 mm
3
δx =|𝑑𝑥 − 𝑑̅ |
δ1 =|16,20 − 16,31 | 𝑚𝑚= 0,11 mm
δx =|16,30 − 16,31 | 𝑚𝑚= 0,01 mm
δx =|16,45 − 16,31 | 𝑚𝑚= 0,14 mm
∆𝑟 = δmax = 0,14 mm.
PF : |𝑑̅ ± ∆𝑑| = |16,31 ± 0,14| mm
1
𝑣 = 𝜋𝑑3
6
1
𝑣 = 6 (3,14)(16,31)3= 2.270,59 mm3
3 ∆𝑑
∆𝑣 = | |𝑣
𝑑
3 (0,14)mm
∆𝑣 = | | 2.270,59 mm3
16,31 mm
0,42 mm
∆𝑣 = | | x 2.270,59 mm3
16,31 mm
∆𝑣 = 0,025 x 2.270,59 mm3
∆𝑣 = 56,76 mm3 0,05 cm3
𝑣 = 2.270,59 mm3 2,27 cm3
∆𝑣
𝐾𝑅 = 𝑣
𝑥 100%
0,05 cm3
𝐾𝑅 = 2,27 cm3
𝑥 100% = 2,2 % ( 3AB)
Mikrometer Sekrup
16,310 𝑚𝑚+16,020 𝑚𝑚+16,010 𝑚𝑚
𝑑̅ = = 16,174 mm
3
δx =|𝑑𝑥 − 𝑑̅ |
δ1 =|16,310 − 16,174| 𝑚𝑚= 0,136 mm
δx =|16,020 − 16,174| 𝑚𝑚= 0,154 mm
δx =|16,010 − 16,174| 𝑚𝑚= 0,164 mm
∆𝑟 = δmax = 0,164 mm.
PF : |𝑑̅ ± ∆𝑑| = |16,174 ± 0,164| mm
1
𝑣 = 𝜋𝑑3
6
1
𝑣 = 6 (3,14)(16,174)3 = 2214, 27 mm3
3 ∆𝑑
∆𝑣 = | |𝑣
𝑑
3 (0,164)mm
∆𝑣 = | | 2.214, 27mm3
16,174 mm
0,492 mm
∆𝑣 = | | x 2.214, 27 mm3
16,174 mm
∆𝑣 = 0,030 x 2.214, 27 mm3
∆𝑣 = 66,428 mm3 0,066 cm3
𝑣 = 2.214, 27 mm3 2,214 cm3
∆𝑣
𝐾𝑅 = 𝑣
𝑥 100%
0,066 cm3
𝐾𝑅 = 2,214 cm3
𝑥 100% = 2,9 % ( 3AB)
2. Pengukuran Massa
𝑚
𝜌= = mv-1
𝑣
𝛿𝜌 𝛿𝜌
𝛿𝜌 = |𝛿𝑚| ∆m + |𝛿𝑣 | ∆v
mv−1 mv−1
𝛿𝜌 = | | ∆m + | | ∆v
𝑚 𝑣
δx =|𝑣𝑥 − 𝑣̅ |
δ1 =|5,5 − 5,8|𝑐𝑚3 = 0,3 𝑐𝑚3
δx =|6,1 − 5,8 |𝑐𝑚3 = 0,3 𝑐𝑚3
δx =|6,05 − 5,8 |𝑐𝑚3= 0,25 𝑐𝑚3
∆𝑣 = δmax = 0,3 𝑐𝑚3
∆𝑣
KR = × 100%
𝑣
0,3
KR = 5,8 × 100% = 5,1% ( 2 AB )
Untuk bola :
2,5 𝑐𝑚3 +2,27 𝑐𝑚3 +2,21 𝑐𝑚3
𝑣̅ = = 2,32 𝑐𝑚3
3
δx =|𝑣𝑥 − 𝑣̅ |
δ1 =|2,5 − 2.32|𝑐𝑚3 = 0,18 𝑐𝑚3
δx =|2,27 − 2.32 |𝑐𝑚3= 0,05 𝑐𝑚3
δx =|2,21 − 2.32 |𝑐𝑚3= 0,11 cm3
∆𝑣 = δmax = 0,18 𝑐𝑚3
∆𝑣
KR = × 100%
𝑣
0,18
KR = × 100% = 7,7% (2 AB)
2.32
Balok
4,00 𝑔 +4,00 𝑔+3,90 𝑔
̅̅̅=
𝑚 = 3,96 g
3
δx =|𝑚𝑥 − 𝑚
̅|
δ1 =|4,00 − 3,96 | 𝑔 = 0,04 g
δx =|4,00 − 3,96 | 𝑔 = 0,04 g
δx =|3,90 − 3,96 | 𝑔 = 0,06 g
∆𝑚 = δmax = 0,06 g.
∆𝑚
KR = × 100%
𝑚
0,06
KR = 3,96 × 100% = 1,5 % ( 3 AB )
PF: |𝑚
̅ ± ∆𝑚 |𝑔 = |3,96 ± 0.06 | 𝑔
Bola
5,60 𝑔 +5,65 𝑔+5,55 𝑔
̅̅̅=
𝑚 = 5,60 g
3
δx =|𝑚𝑥 − 𝑚
̅|
δ1 =|5,60 − 5,60 | 𝑔 = 0 g
δx =|5,65 − 5,60 | 𝑔 = 0,05 g
δx =|5,55 − 5,60 | 𝑔 = 0,05 g
∆𝑚 = δmax = 0,05 g.
∆𝑚
KR = × 100%
𝑚
0,05
KR = 5,60 × 100% = 0,8% ( 3 AB )
PF: |𝑚
̅̅̅ ± ∆𝑚 |𝑔 = |5,60 ± 0.05 | 𝑔
Neraca Ohauss 311 gram
Balok
3,875 𝑔 +3,850 𝑔+3,870 𝑔
̅̅̅=
𝑚 = 3,865 g
3
δx =|𝑚𝑥 − 𝑚
̅|
δ1 =| 3,875 − 3,865 | 𝑔 = 0,010 g
δx =|3,850 − 3,865 | 𝑔 = 0,015 g
δx =|3, 870 − 3,865 | 𝑔 = 0,005 g
∆𝑚 = δmax = 0,015 g.
∆𝑚
KR = × 100%
𝑚
0,015
KR = × 100% = 0,3% (4 AB)
3,865
PF : |𝑚
̅ ± ∆𝑚| = |3,865 ± 0,015| g
Bola
5,550 𝑔 +5,500 𝑔+5,530 𝑔
̅̅̅=
𝑚 = 5,526 g
3
δx =|𝑚𝑥 − 𝑚
̅|
δ1 =|5,550 − 5,526 | 𝑔 = 0,024 g
δx =|5,500 − 5,526 | 𝑔 = 0,026 g
δx =|5,530 − 5,526 | 𝑔 = 0,004 g
∆𝑚 = δmax = 0,026 g.
∆𝑚
KR = × 100%
𝑚
0,026
KR = × 100% = 0,47% ( 4 AB )
5,526
PF: |𝑚
̅ ± ∆𝑚| = |5,526 ± 0,026| g
δx =|𝑚𝑥 − 𝑚
̅|
δ1 =|3,95 − 3,99 | 𝑔 = 0,04 g
δx =|4,07 − 3,99 | 𝑔 = 0,08 g
δx =|3,97 − 3,99 | 𝑔 = 0,02 g
∆𝑚 = δmax = 0,08 g.
∆𝑚
KR = × 100%
𝑚
0,08
KR = × 100% = 2 % (3 AB)
3,99
PF : |𝑚
̅ ± ∆𝑚| = |3,99 ± 0,08| g
𝑚
𝜌𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘 = 𝑣
(3,99 𝑔)
𝜌𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘 =
(5,8 𝑐𝑚3 )
𝜌𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘 = 0,68 g/cm3
∆m ∆v
∆𝜌 = | m | + | v | 𝜌
0,08 0,3
∆𝜌 = | 3,99 | + |5,8| 0,68 g/cm3
∆𝜌 = |0,020| + |0,051| 0,68 g/cm3
∆𝜌 = 0,04 g/cm3
∆𝜌
KR = × 100%
𝜌
0,04 g/cm3
KR = × 100% = 5,8 % (2 AB)
0,68 g/cm3
Bola
5,58 𝑔 +5,57 𝑔+5,57 𝑔
̅̅̅=
𝑚 = 5,57 g
3
δx =|𝑚𝑥 − 𝑚
̅|
δ1 =|5,58 − 5,57 | 𝑔 = 0,01 g
δx =|5,57 − 5,57 | 𝑔 = 0 g
δx =|5,57 − 5,57 | 𝑔 = 0 g
∆𝑚 = δmax = 0,01 g.
∆𝑚
KR = × 100%
𝑚
0,01 𝑔
KR = 5,57 𝑔 × 100% = 0,1% ( 4 AB )
PF : |𝑚
̅ ± ∆𝑚| = |5,570 ± 0,010| g
𝑚
𝜌𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘 = 𝑣
5,570 𝑔
𝜌𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘 =
2,3 cm3
𝜌𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘 = 2,421 g/cm3
∆m ∆v
∆𝜌 = | m | + | v | 𝜌
0,010 g/cm3 0,1 cm3
∆𝜌 = | 3
|+ | | 2,421 g/cm3
5,570 g/cm 2,3 cm3
0,106 g/cm3
KR = × 100% = 4,3 % (3 AB)
2,421 g/cm3
Dalam kegiatan ketiga, kami melakukan pengukuran suhu dan waktu yang
menunjukkan bahwa peningkatan suhu air seiring dengan bertambahnya waktu.
Pada menit pertama dan kedua, peningkatan suhu konstan sebesar 2°C, namun
pada menit ketiga peningkatan suhu berubah menjadi 3°C sampai menit keenam.
Pengukuran yang baik seharusnya menunjukkan penaikan suhu yang konstan. Hal
ini bisa jadi karena nyala bunsen yang tidak stabil atau kesalahan dalam melihat
penaikan derajat pada termometer.
Simpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari praktikum tentang Dasar Pengukuran dan
Ketidakpastian adalah:
Diskusi
Untuk praktikan selanjutnya agar lebih teliti dan lebih sabar lagi dalam melakukan
pengukuran. Terutama pada saat menggunakan Neraca Ohauss 2610 gram.
DAFTAR RUJUKAN
Herman.2014.Penuntun Praktikum Fisika Dasar. Makassar: Laboratorium Fisika
Dasar UNM.