Anda di halaman 1dari 26

DASAR PENGUKURAN DAN KETIDAKPASTIAN

Astuti, Indri Dwi Salsabila, Sarima, Olivia Putri Utami, Sunarto Arif Sura

Laboratorium Fisika Dasar Jurusan Fisika Fakultas MIPA


Universitas Negeri Makassar

Abstrak. Telah dilakukan eksperimen yang berjudul “Dasar Pengukuran dan Ketidakpastian”
dengan tujuan agar mahasiswa mampu menggunakan alat-alat ukur dasar, menentukan
ketidakpastian pada pengukuran tunggal dan berulang, dan mengerti angka berarti. Alat ukur yang
digunakan adalah mistar, jangka sorong, mikrometer sekrup, neraca ohauss, stopwatch dan
termometer. Setiap alat ukur memiliki NST yang berbeda-beda. Dari pengukuran tersebut akan
dilakukan analisis tentang kesalahan mutlak dan ketidakpastian relatif yang akan dijadikan suatu
acuan dalam penulisan angka berarti pada pelaporan fisikanya.

Kata kunci: pengukuran ,NST, ketidakpastian, angka berarti.

RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana cara menggunakan alat-alat ukur dasar?
2. Bagaimana cara menentukan ketidakpastian pada pengukuran tunggal dan
berulang ?
3. Bagaimana cara melaporkan hasil pengukuran dengan berlandaskan pada
angka penting?

TUJUAN
1. Mampu menggunakan alat-alat ukur dasar
2. Mampu menentukan ketidakpastian pada pengukuran tunggal dan berulang
3. Mengerti angka berarti

METODOLOGI EKSPERIMEN
Teori Singkat
Arti Pengukuran.
Pengukuran adalah bagian dari Keterampilan Proses Sains yang merupakan
pengumpulan informasi baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Dengan
melakukan pengukuran, dapat diperoleh besarnya atau nilai suatu besaran atau
bukti kualitatif.
Angka penting
1. Semua angka yang bukan nol adalah angka penting.
2. Angka nol yang yang terletak diantara angka bukan nol termasuk angka
penting.
3. Angka nol di sebelah kanan angka bukan nol termasuk angka penting,
kecuali kalau ada penjelasan lain, misalnya berupa garis dibawah angka
terakhir yang masih dianggap penting.
4. Angka nol yang terletak disebelah kiri angka bukan nol. Baik di sebelah
kanan maupun di sebelah kiri koma desimal tidak termasuk angka penting.
Ketidakpastian Pengukuran
Suatu pengukuran selalu disertai dengan ketidakpastian. Beberapa penyebab
ktidakpastian tersebut antara lain adalah nilai skala terkecil, kesalahankalibrasi,
kesalahan titik nol, kesalahan paralaks, adanya gesekan,fluktuasi parameter
pengukuran dan lingkungan yang saling memengaruhi serta keterampilan
pengamat. Dengan demikian amat sulit untuk mendapatkan nilai yang sebenarnya
suatu besaran melalui pengukuran.
1. Pengukuran Panjang
a. Mistar
Pada setiap alat ukur terdapat nilai skala yang tidak dapat lagi dibagi-bagi,
inilah yang disebut Nilai Skala Terkecil (NST). Ketelitian alat ukur
bergantung pada NST ini.
b. Jangka sorong
Setiap jangka sorong memiliki skala utama (SU) dan skala bantu atau skala
nonius (SN). Pada umumnya nilai skala utama = 1mm, dan banyaknya skala
nonius tidak selalu sama antara satu jangka sorong dengan jangka sorong
yang lainnya. Ada yang mempunyai 10 skala, 20 skala dan bahkan ada yang
memiliki skala nonius sebanyak 50 skala.
Jangka sorong merupakan salah satu alat ukur besaran panjang yang secara
khusus dapat digunakan untuk mengukur diameter dalam, diameter luar, dan
kedalaman. Unuk menggunakan jangka sorong terleih dahulu harus diketahui
nilai skala terkecilnya atau NST.
Untuk menentukan hasil pengukuran dengan menggunakan jangka sorong
digunakan persamaan:
Hasil pengukuran (HP)
=(PSU x Nilai Skala Utama) + (Penunjukan Skala Nonius x NST jangka
sorong)
c. Mikrometer sekrup
Mikrometer sekrup memiliki dua bagian skala mendatar (SM) sebagai skala
utama dan skala putar (SP) sebagai skala nonius. NST mikrometer sekrup
dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan,
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑀𝑒𝑛𝑑𝑎𝑡𝑎𝑟
𝑁𝑆𝑇 𝐴𝑙𝑎𝑡 =
𝑁
dengan N= jumlah skala putar
Pada umumnya mikrometer sekrup memiliki nilai skala mendatar (skala
utama) sebesar 0,5mm dan jumlah skala putar sebanyak 50 skala, dengan
demikian maka NST mikrometer sekrup seperti mempunyai NST sebesar,
0,5𝑚𝑚
𝑁𝑆𝑇 𝑀𝑖𝑘𝑟𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑆𝑒𝑘𝑟𝑢𝑝 = = 0,01 𝑚𝑚
50
Hasil pengukuran dari mikrometer sekrup dapat ditentukan dengan cara
membaca penunjukan bagian ujung skala putar terhadap skala utama dan
garis horizontal (yang membagi dua skala utama menjadi skala bagian atas
dan bawah) terhadap skala putar. Untuk menentukan hasil pengukuran (HP)
dengan menggunakan mikrometer sekrup ini digunakan persamaan:
Hasil Pengukuran(HP)
= (PSM x Nilai SM) + (Penunjukan SP x NST micrometer sekrup)

2. Pengukuran Massa
Neraca Ohauss 2610 gram
Pada neraca ini terdapat 3 lengan dengan batas ukur yang berbeda-beda. Pada
ujung lengan dapat digandeng 2 buah beban yang nilainya masing-masing 500
gram dan 1000 gram. Sehingga kemampuan atau batas ukur alat ini menjadi 2610
gram. Untuk pengukuran dibawah 610 gram, cukup menggunakan semua lengan
neraca dan di atas 610 gram sampai 2610 gram ditambah dengan beban gantung.
Hasil pengukuran dapat ditentukan dengan menjumlah penunjukan beban gantung
dengan semua penunjukan lengan-lengan neraca.
Neraca Ohauss 311 gram
Neraca ini memiliki 4 lengan dengan skala yang berbeda-beda, masing-masing
lengan mempunyai batas ukur dan nilai skala yang berbeda-beda. Untuk
menggunakan neraca ini terlebih dahulu tentukan nilai skala masing-masing
lengan NST dari neraca ohauss 311 gram , diambil dari nilai skala terkecil dari
empat lengannya. Hasil pengukuran dapat ditentukan dengan menjumlahkan
penunjukan semua lengan neraca yang digunakan.
Neraca Ohauss 310 gram
Neraca ini mempunyai 2 lengan dengan nilai skala yang berbeda-beda dan
dilengkapi dengan sebuah skala putar (skala utama) dan skala nonius. NST Neraca
Ohauss 310 gram dapat ditentukan dengan cara yang sama dengan jangka sorong.
Hasil pengukuran ditentukan dengan menjumlahkan penunjukan semua lengan
neraca ditambahkan dengan nilai pengukuran dari skala putar dan skala
noniusnya.
3. Pengukuran Suhu dan Waktu
Termometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur temperatur suatu zat.
Ada dua jenis termometer yang umum digunakan dalam laboratorium, yaitu
termometer air raksa dan termometer alkohol. Keduanya adalah termometer jenis
batang gelas dengan batas ukur minimum -100C dan batas ukur maksimum
+1100C. Nilai skala terkecil untuk kedua jenis termometer tersebut dapat
ditentukankan seperti halnya menentukan nilai skala terkecil sebuah mistar biasa,
yaitu dengan mengambil batas ukur tertentu dan membaginya dengan jumlah
skala dari nol sampai pada ukur yang diambil tersebut.
Stopwatch merupakan salah satu alat ukur waktu yang paling sering digunakan di
laboratorium. Alat ini dilengkapi dengan tombol untuk menjalankan, mematikan,
dan mengembalikan jarum ke posisi nol. Terdapat beberapa bentuk stopwatch
dengan NST yang berbeda-beda. Cara menentukan NST stopwatch sama dengan
menentukan NST suatu alat ukur tanpa nonius.(Penuntun Praktikum Fisika Dasar.
2014)
Alat dan Bahan
1. Alat
 Mistar
 Jangka Sorong
 Mikrometer sekrup
 Stopwatch
 Termometer
 Balok kayu
 Kelereng
 Neraca Ohauss 2610 gram
 Neraca Ohauss 311 gram
 Neraca Ohauss 310 gram
 Gelas Ukur
 Kaki Tiga dan kasa
 Korek
 Bunsen Pembakar
2. Bahan
 Air secukupnya

Identifikasi Variabel
Kegiatan 1
1. Panjang
2. Lebar
3. Tinggi
4. Diameter

Kegiatan 2
1. Massa balok
2. Massa kelereng
Kegiatan 3
1. Waktu
2. Suhu

Definisi Operasional Variabel


Kegiatan 1
1. Panjang adalah jarak antara pangkal balok dengan ujung balok yang
ukurannya lebih panjang dari lebar dan lebih pendek dari tinggi yang diukur
menggunakan mistar, jangka sorong, dan mikrometer sekrup dengan satuan
mm.
2. Lebar adalah jarak antara pangkal balok dengan ujung balok yang ukurannya
lebih pendek dari panjang maupun tinggi yang diukur menggunakan mistar,
jangka sorong, dan mikrometer sekrup dengan satuan mm.
3. Tinggi adalah jarak antara pangkal balok dengan ujung balok yang ukurannya
lebih panjang dari ukuran lebar dan panjang yang diukur menggunakan
mistar, jangka sorong, dan mikrometer sekrup dengan satuan mm.
4. Diameter adalah garis tengah kelereng yang diukur menggunakan mistar,
jangka sorong, dan mikrometer sekrup dengan satuan mm.

Kegiatan 2
1. Massa balok adalah massa balok yang diukur menggunakan neraca ohauss
dengan satuan gram.
2. Massa kelereng adalah massa kelereng yang diukur menggunakan neraca
ohauss dengan satuan gram.
Kegiatan 3
1. Waktu adalah jumlah waktu yang diperlukan untuk menaikkan suhu air yang
diukur dengan stopwatch dalam satuan sekon.
2. Suhu adalah perubahan temperatur air yang diukur dengan Termometer
Celcius.
Prosedur Kerja
Kegiatan 1
1. Mengambil mistar, jangka sorong dan mikrometer sekrup serta menentukan
NSTnya.
2. Mengukur masing-masing sebanyak 3 kali untuk panjang, lebar, dan tinggi
balok kayu yang disediakan dengan menggunakan ketiga alat ukur tersebut.
Mencatat hasil pengukuran pada tabel pengamatan dengan disertai
ketidakpastiannya.
3. Mengukur masing-masing sebanyak 3 kali untuk diameter kelereng yang
disediakan dengan menggunakan ketiga alat ukur tersebut. Mencatat hasil
pengukuran pada tabel hasil pengamatan dengan disertai dengan
ketidakpastiannya.
Kegiatan 2
1. Menentukan NST masing-masing neraca
2. Mengukur massa balok dan kelereng sebanyak 3 kali secara berulang.
3. Mencatat hasil pengukuran yang dilengkapi dengan ketidakpastian
pengukuran.
Kegiatan 3
1. Menyiapkan gelas ukur, bunsen pembakar lengkap dengan kaki tiga dan
lapisan asbesnya dan sebuah termometer.
2. Mengisi gelas ukur dengan air hingga ½ bagian dan meletakkan di atas kaki
tiga tanpa ada pembakar.
3. Menyalakan bunsen pembakar dan menunggu beberapa saat hingga nyalanya
terlihat normal.
4. Meletakkan bunsen pembakar tadi tepat di bawah gelas ukur dan menunggu
temperatur air mencapai 33°C sebagai temperatur mula-mula.
5. Mencatat perubahan temperatur yang terbaca pada termometer tiap selang
waktu 1 menit dalam waktu 6 menit.
HASIL EKSPERIMEN DAN ANALISIS DATA
Hasil Pengamatan
1. Pengukuran Panjang
Batas Ukur 1 cm
NST Mistar : = = 0,1 cm= 1 mm
Jumlah Skala 10

NST Jangka Sorong :


20 SN =39 SU
20 SN =39 (1 mm)
20 SN = 39 mm
SN = 1,95 mm
NST = 2 mm – 1,95 mm = 0,05 mm

NST Mikrometer Sekrup : Batas Ukur 5 mm


NST SU = Jumlah Skala= = 0,5 mm
10

Batas Ukur
NST Skala Putar = Jumlah Skala Putar

0,5 mm
=
50
= 0,01 mm

Tabel 1. Hasil pengukuran panjang


Benda Besaran Hasil Pengukuran (mm)
N yang yang
Mistar Jangka Sorong Mikrometer Sekrup
o diukur diukur
1. |17,0 ± 0,5| |16,10 ± 0,05| |16,910 ± 0,005|

Panjang |17,0 ± 0,5| |17,00 ± 0,05| |16,770 ± 0,005|

|17,0 ± 0,5| |17,10 ± 0,05| |16,270 ± 0,005|

Balok |14,0 ± 0,5| |15,50 ± 0,05| |15,960 ± 0,005|


Lebar |14,0 ± 0,5| |15,40 ± 0,05| |15,500 ± 0,005|
|14,0 ± 0,5| |15,50 ± 0,05| |15,520 ± 0,005|
|23,0 ± 0,5| |24,10 ± 0,05| |23,460 ± 0,005|
Tinggi
|23,0 ± 0,5| |23,15 ± 0,05| |23,530 ± 0,005|
|23,0 ± 0,5| |24,05 ± 0,05| |23,260 ± 0,005|
2. |17,0 ± 0,5| |16,20 ± 0,05| |16,310 ± 0,005|
Bola Diameter |17,0 ± 0,5| |16,30 ± 0,05| |16,020 ± 0,005|
|17,0 ± 0,5| |16,45 ± 0,05| |16,010 ± 0,005|

2. Pengukuran Massa
Neraca Ohauss 2610 gram
Batas Ukur 100 g
Nilai Skala lengan 1 : Jumlah Skala = = 10 g
10
Batas Ukur 500 g
Nilai Skala lengan 2 : Jumlah Skala = = 100 g
5

Batas Ukur 10 g
Nilai Skala lengan 3 : Jumlah Skala = = 0,10 g
100

Massa beban gantung :-

Tabel 2. Hasil pengukuran massa dengan Neraca Ohauss 2610 gram


Penunjuk Penunjuk Penunjuk Beban Massa benda (g)
Benda
lengan 1 lengan 2 lengan 3 gantung
0 0 4,00 - |4,00 ± 0,05|
Balok
0 0 4,00 - |4,00 ± 0,05|
Kubus
0 0 3,90 - |3,90 ± 0,05|
0 0 5,60 - |5,60 ± 0,05|
Bola
0 0 5,65 - |5,65 ± 0,05|
0 0 5,55 - |5,55 ± 0,05|

Neraca Ohauss 311 gram


Batas Ukur 200 g
Nilai Skala lengan 1 : Jumlah Skala = = 100 g
2

Batas Ukur 100 g


Nilai Skala lengan 2 : Jumlah Skala = = 10 g
10

Batas Ukur 10g


Nilai Skala lengan 3 : Jumlah Skala = 10
=1g
Batas Ukur 1,0 g
Nilai Skala lengan 4 : Jumlah Skala = = 0,01 g
100

Tabel 3. Hasil pengukuran massa dengan Neraca Ohauss 311 gram


Penunjuk Penunjuk Penunjuk Penunjuk Massa benda (g)
Benda
lengan 1 lengan 2 lengan 3 lengan 4
0 0 3,000 0,875 |3,875 ± 0,005|
Balok
0 0 3,000 0,850 |3,850 ± 0,005|
Kubus
0 0 3,000 0,870 |3,870 ± 0,005|
0 0 5,000 0,550 |5,550 ± 0,005|
Bola
0 0 5,000 0,500 |5,500 ± 0,005|
0 0 5,000 0,530 |5,530 ± 0,005|

Neraca Ohauss 310 gram


Batas Ukur 200 g
Nilai Skala lengan 1 : Jumlah Skala = = 100 g
2

Batas Ukur 100 g


Nilai Skala lengan 2 : = = 10 g
Jumlah Skala 10

Batas Ukur 1g
Nilai Skala Putar : Jumlah Skala = = 0,1 g
10

Jumlah Skala Nonius : 10 skala


NST Neraca Ohauss 310 gram : 1,9 SP = 10 SN
0,19 SP = SN
NST = NSP-NSTN= 0,2-0,19 = 0,01 g
Tabel 4. Hasil pengukuran massa dengan Neraca Ohauss 310 gram
Penun. Penun.
Penun. Penun.
Benda skala skala Massa benda (g)
lengan 1 lengan 2
putar Nonius
Balok 0 0 3,90 5 |3,95 ± 0,01|
Kubus 0 0 4,00 7 |4,07 ± 0,01|
0 0 3,90 7 |3,97 ± 0,01|
0 0 5,50 8 |5,58 ± 0,01|
Bola
0 0 5,50 7 |5,57 ± 0,01|
0 0 5,50 7 |5,57 ± 0,01|

3. Pengukuran Waktu dan Suhu


Batas Ukur 10℃
NST termometer : Jumlah Skala = =1℃
10

Temperatur mula-mula (To) : |33℃ ± 0,5|


Batas Ukur 1 sekon
NST Stopwatch : Jumlah Skala = = 0,1 sekon
10

Tabel 5. Hasil pengukuran waktu dan suhu


Perubahan
No. Waktu (s) Temperatur (℃) Temperatur (℃)
|60,0 ± 0,1| |35,0 ± 0,5| |2,0 ± 0,5|
1.
|120,0 ± 0,1| |37,0 ± 0,5| |2,0 ± 0,5|
2.
|180,0 ± 0,1| |40,0 ± 0,5| |3,0 ± 0,5|
3.
|240,0 ± 0,1| |43,0 ± 0,5| |3,0 ± 0,5|
4.
|300,0 ± 0,1| |46,0 ± 0,5| |3,0 ± 0,5|
5.
|360,0 ± 0,1| |49,0 ± 0,5| |3,0 ± 0,5|
6.
ANALISIS DATA
Pengukuran Panjang

Balok

V=P×L×T
𝛿𝑣 𝛿𝑣 𝛿𝑣
𝛿𝑣 = |𝛿𝑝| ∆P + | 𝛿𝑙 | ∆L + | 𝛿𝑡 | ∆T
𝛿(𝑝×𝑙×𝑡) 𝛿(𝑝×𝑙×𝑡) 𝛿(𝑝×𝑙×𝑡)
𝛿𝑣 = | | ∆P + | | ∆L + | | ∆T
𝛿𝑝 𝛿𝑙 𝛿𝑡
∆𝑣 𝑙 ×𝑡 𝑝×𝑡 𝑝×𝑙
= | | ∆P + | | ∆L + | | ∆T
𝑣 𝑣 𝑣 𝑣
∆𝑣 𝑙 ×𝑡 𝑝×𝑡 𝑝×𝑙
= |𝑝×𝑙×𝑡| ∆P + |𝑝×𝑙×𝑡| ∆L + |𝑝×𝑙×𝑡| ∆T
𝑣
∆𝑣 ∆P ∆L ∆T
= | 𝑝 |+ | 𝑙 | + | 𝑡 |
𝑣
∆P ∆L ∆T
∆𝑣 = | 𝑝 |+ | 𝑙 | + | 𝑡 | 𝑣

Mistar
 Panjang
17,0 𝑚𝑚+17,0 𝑚𝑚+17,0 𝑚𝑚
𝑃̅ = = 17,0 mm
3

δx =|𝑃𝑥 − 𝑃̅|
δ1 =|17,0 − 17,0 | 𝑚𝑚= 0 mm
δx =|17,0 − 17,0| 𝑚𝑚= 0 mm
δx =|17,0 − 17,0| 𝑚𝑚= 0 mm
∆𝑃 = δmax = 0,5 mm.
∆𝑃
KR = × 100%
𝑃
0,5
KR = 17,0 × 100% = 2,9% ( 3 AB )

PF : |𝑃̅ ± ∆𝑃| = |17,0 ± 0,5| mm

 Lebar
14,0 𝑚𝑚+14,0 𝑚𝑚+14,0 𝑚𝑚
𝐿̅ = = 14,0 mm
3

δx =|𝐿𝑥 − 𝐿̅|
δ1 =|14,0 − 14,0| 𝑚𝑚= 0 mm
δx =|14,0 − 14,0| 𝑚𝑚= 0 mm
δx =|14,0 − 14,0| 𝑚𝑚= 0 mm
∆𝐿 = δmax = 0,5 mm.
∆𝐿
KR = × 100%
𝐿
0,5
KR = 14,0 × 100% = 3,5% ( 3 AB )

PF: |𝐿 ± ∆𝐿| = |14,0 ± 0,5| mm

 Tinggi
23,0 𝑚𝑚+23,0 𝑚𝑚+23,0 𝑚𝑚
𝑇̅= = 23,0 mm
3

δx =|𝑇𝑥 − 𝑇̅|
δ1 =|23,0 − 23,0| 𝑚𝑚= 0 mm
δx =|23,0 − 23,0| 𝑚𝑚= 0 mm
δx =|23,0 − 23,0| 𝑚𝑚= 0 mm
∆𝑡 = δmax = 0,5 mm.
∆𝑇
KR = × 100%
𝑇
0,5
KR = 23,0 × 100% = 2,1% (3 AB)

PF : |𝑇̅ ± ∆𝑇| = |23,0 ± 0,5| mm


Vbalok = P × L × T
Vbalok = 17,0 mm × 14,0 mm× 23,0 mm
Vbalok = 5.474 mm3
∆P ∆L ∆T
∆𝑣 = | 𝑝 |+ | 𝑙 | + | 𝑡 | 𝑣
0,5 mm 0,5 mm 0,5 mm
∆𝑣 = |17,0 mm|+ |14,0 mm| + |23,0 mm|5.474 mm3

∆𝑣 = |0,029|+ |0,035| + |0,021|5.474 mm3


∆𝑣 = |0,085|5.474 mm3
∆𝑣 = 465,29 mm3  0,5 cm3
𝑣 = 5.474 mm3  5,5 cm3
∆𝑣
KR = × 100%
𝑣
0,5 cm3
KR = × 100% = 9 % ( 2 AB )
5,5 cm3

PF: |𝑉 ± ∆𝑉| =│5,5 ±0,5│cm3

Jangka Sorong
 Panjang
16,10 𝑚𝑚+17,00 𝑚𝑚+17,10 𝑚𝑚
𝑃̅ = = 16,73 mm
3

δx =|𝑃𝑥 − 𝑃̅|
δ1 =|16,10 − 16,73| 𝑚𝑚= 0,63 mm
δx =|17,00 − 16,73| 𝑚𝑚= 0,27 mm
δx =|17,10 − 16,73| 𝑚𝑚= 0,37 mm
∆𝑃 = δmax = 0,63 mm.
∆𝑃
KR = × 100%
𝑃
0,63
KR = 16,73 × 100% = 3,7% ( 3 AB )

PF : |𝑃̅ ± ∆𝑃| = |16,7 ± 0,6| mm

 Lebar
15,50 𝑚𝑚+15,40 𝑚𝑚+15,50 𝑚𝑚
𝐿̅ = = 15,47 mm
3

δx =|𝐿𝑥 − 𝐿̅|
δ1 =|15,50 − 15,47 | 𝑚𝑚= 0,03 mm
δx =|15,40 − 15,47 | 𝑚𝑚= 0,07 mm
δx =|15,50 − 15,47 | 𝑚𝑚= 0,03 mm
∆𝐿 = δmax = 0,07 mm.
∆𝐿
KR = × 100%
𝐿
0,07
KR = 15,47 × 100% = 0,4% ( 4 AB )

PF : |𝐿 ± ∆𝐿| = |15,47 ± 0,07| mm

 Tinggi
24,10 𝑚𝑚+23,15 𝑚𝑚+24,05 𝑚𝑚
𝑇̅= = 23,76 mm
3
δx =|𝑇𝑥 − 𝑇̅|
δ1 =|24,10 − 23,76 | 𝑚𝑚= 0,34 mm
δx =|23,15 − 23,76 | 𝑚𝑚= 0,61 mm
δx =|24,05 − 23,76 | 𝑚𝑚= 0,29 mm
∆𝑡 = δmax = 0,61 mm.
∆𝑇
KR = × 100%
𝑇
0,61
KR = × 100% = 2,5% (3 AB )
23,76

PF : |𝑇̅ ± ∆𝑇| = |23,7 ± 0,6| mm


Vbalok = P × L × T
Vbalok = 16,7 mm × 15,47 mm× 23,7 mm
Vbalok = 6.122,87 mm3
∆P ∆L ∆T
∆𝑣 = | 𝑝 |+ | 𝑙 | + | 𝑡 | 𝑣
0,6 0,07 0,6
∆𝑣 = |16,7 |+ |15,47| + |23,7|6.122,87 mm3

∆𝑣 = |0,035|+ |0,004| + |0,025|6.122,87 mm3


∆𝑣 = |0,064|6.122,87 mm3
∆𝑣 = 391,86 mm3  0,4 cm3
𝑣 = 6.122,87 mm3  6,1 cm3
∆𝑣
KR = × 100%
𝑣
0,4 cm3
KR = × 100% = 6,5 % ( 2 AB )
6,1 cm3

PF: |𝑉 ± ∆𝑉| =│6,1 ±0,4│cm3

Mikrometer Sekrup
 Panjang
16,910 𝑚𝑚+16,770 𝑚𝑚+16,270 𝑚𝑚
𝑃̅ = = 16,650 mm
3

δx =|𝑃𝑥 − 𝑃̅|
δ1 =|16,910 − 16,650 | 𝑚𝑚= 0,260 mm
δx =|16,770 − 16,650 | 𝑚𝑚= 0,120 mm
δx =|16,270 − 16,650 | 𝑚𝑚= 0,380 mm
∆𝑃 = δmax = 0,380 mm.
∆𝑃
KR = × 100%
𝑃
0,380
KR = 16,650 × 100% = 2,2% ( 3 AB )

PF : |𝑃̅ ± ∆𝑃| = |16,6 ± 0,3| mm

 Lebar
15,960 𝑚𝑚+15,500 𝑚𝑚+15,520 𝑚𝑚
𝐿̅ = = 15,660 mm
3

δx =|𝐿𝑥 − 𝐿̅|
δ1 =|15,960 − 15,660 | 𝑚𝑚= 0,300 mm
δx =|15,500 − 15,660 | 𝑚𝑚= 0,160 mm
δx =|15,520 − 15,660 | 𝑚𝑚= 0,140 mm
∆𝐿 = δmax = 0,300 mm.
∆𝐿
KR = × 100%
𝐿
0,300
KR = 15,660 × 100% = 1,9% ( 3 AB )

PF: |𝐿 ± ∆𝐿| = |15,6 ± 0,3 | mm

 Tinggi
23,460 𝑚𝑚+23,530 𝑚𝑚+23,260 𝑚𝑚
𝑇̅= = 23,416 mm
3

δx =|𝑇𝑥 − 𝑇̅|
δ1 =|23,460 − 23,416 | 𝑚𝑚= 0,044 mm
δx =|23,530 − 23,416 | 𝑚𝑚= 0,114 mm
δx =|23,260 − 23,416 | 𝑚𝑚= 0,156 mm
∆𝑡 = δmax = 0,156 mm.
∆𝑇
KR = × 100%
𝑇
0,156
KR = 23,416 × 100% = 0,6 % ( 3 AB )

PF : |𝑇̅ ± ∆𝑇| = |23,4 ± 0,1 | mm


Vbalok = P × L × T
Vbalok = 16,6 mm × 15,6 mm× 23,4 mm
Vbalok = 6059,6 mm3
∆P ∆L ∆T
∆𝑣 = | 𝑝 |+ | 𝑙 | + | 𝑡 | 𝑣
0,3 0,3 0,1
∆𝑣 = |16,6 |+ |15,6| + |23,4|6059,6 mm3

∆𝑣 = |0,018|+ |0,019| + |0,004|6059,6 mm3


∆𝑣 = |0,041|6059,6 mm3
∆𝑣 = 248,4 mm3  0,24 cm3
𝑣 = 6059,6 mm3  6,05 cm3
∆𝑣
KR = × 100%
𝑣
0,2
KR = × 100% = 3,9 % ( 3 AB )
6,0

PF : |𝑉 ± ∆𝑉| = |6,05 ± 0,24 | mm

Kelereng
1
𝑣 = 𝜋𝑑3
6
𝜕𝑣
𝑑𝑣 = | | 𝑑𝑑
𝜕𝑑

𝜕 (16𝜋𝑑3 )
𝑑𝑣 = | | 𝑑𝑑
𝜕𝑑

1
𝑑𝑣 = 𝜋𝑑2 𝑑𝑑
2
1
∆𝑣 = | 𝜋𝑑2 ∆𝑑 |
2

∆𝑣 1
2
𝜋𝑑2 ∆𝑑
=| 1 3 |
𝑣 6
𝜋𝑑

3 ∆𝑑
∆𝑣 = | |𝑣
𝑑
∆𝑣
𝐾𝑅 = 𝑥 100%
𝑣
Mistar
17,0 𝑚𝑚+17,0 𝑚𝑚+17,0 𝑚𝑚
𝑑̅ = = 17,0 mm
3

δx =|𝑑 − 𝑑̅|
δ1 =|17,0 − 17,0 | 𝑚𝑚= 0 mm
δx =|17,0 − 17,0 | 𝑚𝑚= 0 mm
δx =|17,0 − 17,0 | 𝑚𝑚= 0 mm
∆𝑑 = δmax = 0,5 mm.
PF: |𝑑̅ ± ∆𝑑| = |17,0 ± 0,5| mm
1
𝑣 = 𝜋𝑑3
6
1
𝑣 = 6 (3,14)(17,0)3= 2571,13 mm3

3 ∆𝑑
∆𝑣 = | |𝑣
𝑑

3 (0,5)mm
∆𝑣 = | | 2571,13 mm3
17,0 mm
1,5 mm
∆𝑣 = | | x 2571,13 mm3
17,0 mm
∆𝑣 = 0,08 x 2.571,13 mm3
∆𝑣 = 205,69 mm3  0,20 cm3
𝑣 = 2.571,13 mm3  2,57 cm3

∆𝑣
𝐾𝑅 = 𝑥 100%
𝑣

0,20 cm3
𝐾𝑅 = 2,57 cm3
𝑥 100% = 7,7 % ( 2AB)

PF = |𝑣 ± ∆𝑣| = |2,5 ± 0,2| cm3

Jangka Sorong
16,20 𝑚𝑚+16,30 𝑚𝑚+16,45 𝑚𝑚
𝑑̅ = = 16,31 mm
3

δx =|𝑑𝑥 − 𝑑̅ |
δ1 =|16,20 − 16,31 | 𝑚𝑚= 0,11 mm
δx =|16,30 − 16,31 | 𝑚𝑚= 0,01 mm
δx =|16,45 − 16,31 | 𝑚𝑚= 0,14 mm
∆𝑟 = δmax = 0,14 mm.
PF : |𝑑̅ ± ∆𝑑| = |16,31 ± 0,14| mm

1
𝑣 = 𝜋𝑑3
6
1
𝑣 = 6 (3,14)(16,31)3= 2.270,59 mm3

3 ∆𝑑
∆𝑣 = | |𝑣
𝑑

3 (0,14)mm
∆𝑣 = | | 2.270,59 mm3
16,31 mm
0,42 mm
∆𝑣 = | | x 2.270,59 mm3
16,31 mm
∆𝑣 = 0,025 x 2.270,59 mm3
∆𝑣 = 56,76 mm3  0,05 cm3
𝑣 = 2.270,59 mm3  2,27 cm3

∆𝑣
𝐾𝑅 = 𝑣
𝑥 100%

0,05 cm3
𝐾𝑅 = 2,27 cm3
𝑥 100% = 2,2 % ( 3AB)

PF = |𝑣 ± ∆𝑣| = |2,27 ± 0,05| cm3

Mikrometer Sekrup
16,310 𝑚𝑚+16,020 𝑚𝑚+16,010 𝑚𝑚
𝑑̅ = = 16,174 mm
3

δx =|𝑑𝑥 − 𝑑̅ |
δ1 =|16,310 − 16,174| 𝑚𝑚= 0,136 mm
δx =|16,020 − 16,174| 𝑚𝑚= 0,154 mm
δx =|16,010 − 16,174| 𝑚𝑚= 0,164 mm
∆𝑟 = δmax = 0,164 mm.
PF : |𝑑̅ ± ∆𝑑| = |16,174 ± 0,164| mm
1
𝑣 = 𝜋𝑑3
6
1
𝑣 = 6 (3,14)(16,174)3 = 2214, 27 mm3

3 ∆𝑑
∆𝑣 = | |𝑣
𝑑

3 (0,164)mm
∆𝑣 = | | 2.214, 27mm3
16,174 mm
0,492 mm
∆𝑣 = | | x 2.214, 27 mm3
16,174 mm
∆𝑣 = 0,030 x 2.214, 27 mm3
∆𝑣 = 66,428 mm3  0,066 cm3
𝑣 = 2.214, 27 mm3  2,214 cm3

∆𝑣
𝐾𝑅 = 𝑣
𝑥 100%

0,066 cm3
𝐾𝑅 = 2,214 cm3
𝑥 100% = 2,9 % ( 3AB)

PF = |𝑣 ± ∆𝑣| = |2,21 ± 0,06| cm3

2. Pengukuran Massa
𝑚
𝜌= = mv-1
𝑣
𝛿𝜌 𝛿𝜌
𝛿𝜌 = |𝛿𝑚| ∆m + |𝛿𝑣 | ∆v
mv−1 mv−1
𝛿𝜌 = | | ∆m + | | ∆v
𝑚 𝑣

𝛿𝜌 = |v −1 |∆m + |mv −2 |∆v


∆𝜌 v−1 mv−2
= |mv−1 | ∆m + |mv−1 | ∆v
𝜌
∆𝜌 ∆m ∆v
= |m|+ |v|
𝜌
∆m ∆v
∆𝜌 = | m | + | v | 𝜌
Untuk balok :
5,5 𝑐𝑚3 +6,1 𝑐𝑚3 +6,05 𝑐𝑚3
𝑣̅ = = 5,8 𝑐𝑚3
3

δx =|𝑣𝑥 − 𝑣̅ |
δ1 =|5,5 − 5,8|𝑐𝑚3 = 0,3 𝑐𝑚3
δx =|6,1 − 5,8 |𝑐𝑚3 = 0,3 𝑐𝑚3
δx =|6,05 − 5,8 |𝑐𝑚3= 0,25 𝑐𝑚3
∆𝑣 = δmax = 0,3 𝑐𝑚3
∆𝑣
KR = × 100%
𝑣
0,3
KR = 5,8 × 100% = 5,1% ( 2 AB )

PF = |𝑣̅ ± ∆𝑣| = |5,8 ± 0,3| cm3

Untuk bola :
2,5 𝑐𝑚3 +2,27 𝑐𝑚3 +2,21 𝑐𝑚3
𝑣̅ = = 2,32 𝑐𝑚3
3

δx =|𝑣𝑥 − 𝑣̅ |
δ1 =|2,5 − 2.32|𝑐𝑚3 = 0,18 𝑐𝑚3
δx =|2,27 − 2.32 |𝑐𝑚3= 0,05 𝑐𝑚3
δx =|2,21 − 2.32 |𝑐𝑚3= 0,11 cm3
∆𝑣 = δmax = 0,18 𝑐𝑚3
∆𝑣
KR = × 100%
𝑣
0,18
KR = × 100% = 7,7% (2 AB)
2.32

PF = |𝑣̅ ± ∆𝑣| = |2.3 ± 0,1| cm3

Neraca Ohauss 2610 gram

Balok
4,00 𝑔 +4,00 𝑔+3,90 𝑔
̅̅̅=
𝑚 = 3,96 g
3

δx =|𝑚𝑥 − 𝑚
̅|
δ1 =|4,00 − 3,96 | 𝑔 = 0,04 g
δx =|4,00 − 3,96 | 𝑔 = 0,04 g
δx =|3,90 − 3,96 | 𝑔 = 0,06 g
∆𝑚 = δmax = 0,06 g.
∆𝑚
KR = × 100%
𝑚
0,06
KR = 3,96 × 100% = 1,5 % ( 3 AB )

PF: |𝑚
̅ ± ∆𝑚 |𝑔 = |3,96 ± 0.06 | 𝑔

Bola
5,60 𝑔 +5,65 𝑔+5,55 𝑔
̅̅̅=
𝑚 = 5,60 g
3

δx =|𝑚𝑥 − 𝑚
̅|
δ1 =|5,60 − 5,60 | 𝑔 = 0 g
δx =|5,65 − 5,60 | 𝑔 = 0,05 g
δx =|5,55 − 5,60 | 𝑔 = 0,05 g
∆𝑚 = δmax = 0,05 g.
∆𝑚
KR = × 100%
𝑚
0,05
KR = 5,60 × 100% = 0,8% ( 3 AB )

PF: |𝑚
̅̅̅ ± ∆𝑚 |𝑔 = |5,60 ± 0.05 | 𝑔
Neraca Ohauss 311 gram

Balok
3,875 𝑔 +3,850 𝑔+3,870 𝑔
̅̅̅=
𝑚 = 3,865 g
3

δx =|𝑚𝑥 − 𝑚
̅|
δ1 =| 3,875 − 3,865 | 𝑔 = 0,010 g
δx =|3,850 − 3,865 | 𝑔 = 0,015 g
δx =|3, 870 − 3,865 | 𝑔 = 0,005 g
∆𝑚 = δmax = 0,015 g.
∆𝑚
KR = × 100%
𝑚
0,015
KR = × 100% = 0,3% (4 AB)
3,865

PF : |𝑚
̅ ± ∆𝑚| = |3,865 ± 0,015| g
Bola
5,550 𝑔 +5,500 𝑔+5,530 𝑔
̅̅̅=
𝑚 = 5,526 g
3

δx =|𝑚𝑥 − 𝑚
̅|
δ1 =|5,550 − 5,526 | 𝑔 = 0,024 g
δx =|5,500 − 5,526 | 𝑔 = 0,026 g
δx =|5,530 − 5,526 | 𝑔 = 0,004 g
∆𝑚 = δmax = 0,026 g.
∆𝑚
KR = × 100%
𝑚
0,026
KR = × 100% = 0,47% ( 4 AB )
5,526

PF: |𝑚
̅ ± ∆𝑚| = |5,526 ± 0,026| g

Neraca Ohauss 310 gram


Balok
3,95 𝑔 +4,07 𝑔+3,97 𝑔
̅̅̅=
𝑚 = 3,99 g
3

δx =|𝑚𝑥 − 𝑚
̅|
δ1 =|3,95 − 3,99 | 𝑔 = 0,04 g
δx =|4,07 − 3,99 | 𝑔 = 0,08 g
δx =|3,97 − 3,99 | 𝑔 = 0,02 g
∆𝑚 = δmax = 0,08 g.
∆𝑚
KR = × 100%
𝑚
0,08
KR = × 100% = 2 % (3 AB)
3,99

PF : |𝑚
̅ ± ∆𝑚| = |3,99 ± 0,08| g
𝑚
𝜌𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘 = 𝑣

(3,99 𝑔)
𝜌𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘 =
(5,8 𝑐𝑚3 )
𝜌𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘 = 0,68 g/cm3
∆m ∆v
∆𝜌 = | m | + | v | 𝜌
0,08 0,3
∆𝜌 = | 3,99 | + |5,8| 0,68 g/cm3
∆𝜌 = |0,020| + |0,051| 0,68 g/cm3
∆𝜌 = 0,04 g/cm3
∆𝜌
KR = × 100%
𝜌

0,04 g/cm3
KR = × 100% = 5,8 % (2 AB)
0,68 g/cm3

PF: |𝜌 ± ∆𝜌| = |0,68 ± 0,04| g/cm3

Bola
5,58 𝑔 +5,57 𝑔+5,57 𝑔
̅̅̅=
𝑚 = 5,57 g
3

δx =|𝑚𝑥 − 𝑚
̅|
δ1 =|5,58 − 5,57 | 𝑔 = 0,01 g
δx =|5,57 − 5,57 | 𝑔 = 0 g
δx =|5,57 − 5,57 | 𝑔 = 0 g
∆𝑚 = δmax = 0,01 g.
∆𝑚
KR = × 100%
𝑚
0,01 𝑔
KR = 5,57 𝑔 × 100% = 0,1% ( 4 AB )

PF : |𝑚
̅ ± ∆𝑚| = |5,570 ± 0,010| g
𝑚
𝜌𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘 = 𝑣

5,570 𝑔
𝜌𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘 =
2,3 cm3
𝜌𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘 = 2,421 g/cm3
∆m ∆v
∆𝜌 = | m | + | v | 𝜌
0,010 g/cm3 0,1 cm3
∆𝜌 = | 3
|+ | | 2,421 g/cm3
5,570 g/cm 2,3 cm3

∆𝜌 = |0,001| + |0,043| 2,421 g/cm3


∆𝜌 = 0,106 g/cm3
∆𝜌
KR = × 100%
𝜌

0,106 g/cm3
KR = × 100% = 4,3 % (3 AB)
2,421 g/cm3

PF: |𝜌 ± ∆𝜌| = |2,42 ± 0,10| g/cm3


PEMBAHASAN

Setiap pengukuran selalu menghasilkan ketidakpastian. Dalam kegiatan


pertama kami mengukur panjang, lebar, dan tinggi menggunakan mistar, jangka
sorong, dan mikrometer sekrup. Dalam pengukuran tersebut selalu terjadi
perbedaan ukuran meskipun menggunakan objek yang sama dan alat ukur yang
sama. Terlebih lagi pada hasil pengukuran yang menggunakan alat ukur yang
berbeda. Ketidakpastian relatif yang terbesar yang didapatkan adalah 9 % pada
pengukuran volume balok yang menggunakan mistar. Hal ini karena mistar tidak
memiliki skala nonius dan NST mistar yang relatif besar bila dibandingkan
dengan jangka sorong dan mikrometer sekrup. Dan diantara ketiga alat ukur
tersebut yang memiliki tingkat ketelitian yang tinggi adalah mikrometer sekrup
karena memiliki NST yang paling kecil.

Dalam kegiatan kedua, kami melakukan pengukuran massa balok dan


kelereng menggunakan Neraca Ohauss 2610 gram, Neraca Ohauss 311 gram, dan
Neraca Ohauss 310 gram. Dalam pengukuran kami, ketidakpastian relatif terkecil
didapat melalui pengukuran menggunakan Neraca Ohauss 311 gram yaitu untuk
balok 0,3% dan untuk kelereng 0,47%.

Dalam kegiatan ketiga, kami melakukan pengukuran suhu dan waktu yang
menunjukkan bahwa peningkatan suhu air seiring dengan bertambahnya waktu.
Pada menit pertama dan kedua, peningkatan suhu konstan sebesar 2°C, namun
pada menit ketiga peningkatan suhu berubah menjadi 3°C sampai menit keenam.
Pengukuran yang baik seharusnya menunjukkan penaikan suhu yang konstan. Hal
ini bisa jadi karena nyala bunsen yang tidak stabil atau kesalahan dalam melihat
penaikan derajat pada termometer.

Dari ketiga percobaan tersebut selalu saja didapatkan ketidakpastian. Hal


ini dikarenakan sulitnya mata dalam mengamati, penentuan titik nol, dan
bergesernya objek pada saat pengukuran.
SIMPULAN DAN DISKUSI

Simpulan

Kesimpulan yang dapat diperoleh dari praktikum tentang Dasar Pengukuran dan
Ketidakpastian adalah:

1. Setiap pengukuran selalu menghasilkan ketidakpastian;


2. Semakin kecil NST alat ukur maka semakin tinggi pula tingkat
ketelitiannya dan begitupula sebaliknya;
3. Semakin kecil nilai ketidakpastian relatif yang diperoleh maka semakin
banyak angka berarti yang dapat dituliskan dan begitupula sebaliknya;
4. Keterbatasan mata dalam mengamati, penentuan titik nol, dan bergesernya
objek pada saat pengukuran merupakan penyebab utama kesalahan dalam
pengukuran.

Diskusi

Untuk praktikan selanjutnya agar lebih teliti dan lebih sabar lagi dalam melakukan
pengukuran. Terutama pada saat menggunakan Neraca Ohauss 2610 gram.

DAFTAR RUJUKAN
Herman.2014.Penuntun Praktikum Fisika Dasar. Makassar: Laboratorium Fisika
Dasar UNM.

Anda mungkin juga menyukai