Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sudah diketahui bahwa kepemimpinan dalam manajemen pendidikan
sangat diperlukan didalam manajemen pendidikan karena pada dasarnya setiap
instansi atau lembaga pendidikan diperlukan sebuah figur seorang pemimpin,
alasan pemiliham judul didalam artikel ini adalah untuk mengetahui hakikat
pemimpin, tipe-tipe dari pemimpin, dan faktor- faktor yang mempengaruhi
efektifitas kepemimpinan didalam manajemen pendidikan. Menurut Bachtiar
Surin yang dikutip oleh Maman Ukas bahwa perkataan khalifah berarti
penghubung atau pemimpin yang diserahi untuk menyampaikan atau
memimpin sesuatu. Dalam kegiatannya bahwa pemimpin memiliki kekuasaan
untuk mengerahkan dan mempengaruhi bawahannya sehubungan dengan
tugas-tugas yang harus dilaksanakan. Pada tahap pemberian tugas pemimpin
harus memberikan suara arahan dan bimbingan yang jelas, agar bawahan
dalam melaksanakan tugasnya dapat dengan mudah dan hasil yang dicapai
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Menurut kodrat serta irodatnya bahwa manusia dilahirkan untuk
menjadi pemimpin. Pada masa sekarang ini setiap individu sadar akan
pentingnya ilmu sebagai petunjuk/alat/panduan untuk memimpin umat
manusia yang semakin besar jumlahnya serta komplek persoalannya. Atas
dasar kesadaran itulah dan relevan dengan upaya proses pembelajaran yang
mewajibkan kepada setiap umat manusia untuk mencari ilmu. Dengan
demikian upaya tersebut tidak lepas dengan pendidikan, dan tujuan pendidikan
tidak akan tercapai secara optimal tanpa adanya manajemen atau pengelolaan
pendidikan yang baik, yang selanjutnya dalam kegiatan manajemen
pendidikan diperlukan adanya pemimpin yang memiliki kemampuan untuk
menjadi seorang pemimpin.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi kepemimpinan kependidikan?

1
2. Bagaimana karakteristik kepemimpinan kependidikan?
3. Bagaimana model kepemimpinan kependidikan?
4. Apa saja ciri-ciri kepemimpinan kependidikan?
5. Bagaimana gaya dalam kepemimpinan kependidikan?
6. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pemimpin dalam
pendidikan?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui definifi kepemimpinan kependidikan.
2. Mengetahui karakteristik kepemimpinan pendidikan.
3. Mengetahui model kpemimpinan kpendidikan.
4. Mengetahui ciri kepemimpinan kpendidikan.
5. Mengetahui gaya kepemimpinan kependidikan.
6. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pemimpin dalam
pendidikan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Kepemimpinan
Kepemimpinan atau leadership merupakan ilmu terapan dari ilmu-ilmu
sosial, sebab prinsip-prinsip dan rumusannya diharapkan dapat mendatangkan
manfaat bagi kesejahteraan manusia. Ada banyak pengertian yang
dikemukakan oleh para pakar menurut sudut pandang masing-masing,
definisi-definisi tersebut menunjukkan adanya beberapa kesamaan.
Pengertian kepemimpinan menurut para ahli adalah sebagai berikut :
1. Menurut Tead; Terry; Hoyt (dalam Kartono, 2003) Pengertian
Kepemimpinan yaitu kegiatan atau seni mempengaruhi orang lain agar
mau bekerjasama yang didasarkan pada kemampuan orang tersebut untuk
membimbing orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan
kelompok.
2. Menurut Young (dalam Kartono, 2003) Pengertian Kepemimpinan yaitu
bentuk dominasi yang didasari atas kemampuan pribadi yang sanggup
mendorong atau mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu yang
berdasarkan penerimaan oleh kelompoknya, dan memiliki keahlian khusus
yang tepat bagi situasi yang khusus.

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpnan


merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok,
kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan atau kelompok, memiliki
kemampuan atau keahlian khusus dalam bidang yang diinginkan oleh
kelompoknya, untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok
Berbagai tantangan kepemimpinan dan peran sentral pemimpin dalam
menghadapi situasi turbulensi, khususnya yang dihadapi bangsa ini, sangat
komplek dan memerlukan legitimasi sentral agar dapat diterima oleh semua
pihak didalam menerapkan “kecerdasan” dalam kepemimpinannya.

3
Krisis yang dialami setiap organisasi, termasuk didalamnya organisasi
pendidikan, berakar pada krisis kepemimpinan nasional, khususnya berupa
tantangan terhadap kecerdasan kita, yang tidak dapat lagi diantisipasi sekedar
dengan kecerdasan rasional (IQ) dan kecerdasan emosional (EQ), namun
menuntut peran kunci kecerdasan spiritual (SQ) sebagai induk segala
kecerdasan.
Tidak bisa dipungkiri bahwa salah satu faktor pendorong kemajuan
adalah kepemimpinan yang kuat sekaligus melayani masyarakat. Pemimpin
yang kuat sekaligus melayani adalah pemimpin yang berhasil menerapkan
prinsip kepemimpinan, bahwa inti kepemimpinan adalah memengaruhi
(leadership is influence). Dalam hal ini, memengaruhi orang-orang yang
dipimpin untuk melaksanakan sesuatu demi mencapai tujuan bersama, bukan
kepentingan pribadi, kelompok, atau golongan tertentu. Prinsip kepemimpinan
yang kuat sekaligus melayani, bisa diterapkan di semua tataran
kepemimpinan. Mulai di tingkat rukun tetangga (RT), kepala desa/lurah,
kepala daerah, organisasi, perusahaan, sampai kepemimpinan tingkat nasional.
Dapat pula digunakan sebagai acuan masyarakat dalam mengharapkan
kepemimpinan.
Kepemimpinan Pendidikan di Indonesia bila kita lihat dari segala
permasalahan yang dihadapi, lepas dari segala krisis kepemimpinan nasional,
adalah kepemimpinan yang melayani dan kepemimpinan keteladanan. Model
kepemimpinan tersebut lebih dekat dengan model kepemimpinan yang
diajarkan oleh Ki Hajar Dewantoro, seperti yang sudah sering kita dengar
yaitu : Ing ngarso sung tulodo, Ing madyo mangunkarso dan Tut wuri
handayani.
Dalam ajaran Ki Hajar Dewantoro yang lain, yang belum banyak
dibahas dalam karya-karya ilmiah, Ki Hajar Dewantoro memberikan 4
(empat) syarat kepribadian yang harus dipenuhi oleh seorang pemimpin,
yaitu : Meneng ing solah bowo, Wening ing pikir manungku pujo, Dumunung
kasunyatan, dan Wenang ing jumenengan.
Dari semua bahasan diatas, model kepemimpinan yang sesuai dan
selaras dengan kondisi dan perkembangan pendidikan di Indonesia menurut

4
penulis adalah perspektif kepemimpinan yang diajarkan oleh Ki Hajar
Dewantoro. Bila kita kupas, maka ada 14 (empat belas) sikap kepemimpinan
yang di ajarkan yang dirangkum dalam 7 (tujuh) ajaran yaitu : (1) Keteladanan
: Ing ngarso sung tulodo; (2) Motivasi : Ing madyo mangun karso; (3)
Mendukung dan percaya kepada bawahan : Tut wuri handayani; (4) Sikap dan
Kepribadian : Meneng Ing solah bowo; (5) Spiritual dan Berfikir positif :
Weninging pikir manungku pujo; (6) Jujur, terbuka dan dapat dipercaya :
Dumunung kasunyatan; dan (7) Berani, berkompeten dan profesional :
Wenang ing jumenengan.
Banyak studi mengenai kecakapan kepemimpinan yang dibahas dari
berbagai perspektif yang telah dilakukan oleh para peneliti. Analisis awal
tentang kepemimpinan dari tahun 1900-an hingga tahun 1950-an
memfokuskan perhatian pada perbedaan karakeristik antara pemimpin
(Leaders) dan pengikut / karyawan (Followers). Karena hasil penelitian pada
saat periode tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat satupun sifat atau
watak (Trait) atau kombinasi sifat atau watak yang dapat menerangkan
sepenuhnya tenang kemampuan para pemimpin, maka perhatian para peneliti
bergeser pada masalah pengaruh situasi terhadap kemampuan dan tingkah laku
para pemimpin. Studi-studi kepemimpinan selanjutnya berfokus pada tingkah
laku yang diperagakan oleh para pemimpin yang efektif.

B. Karakteristik Kepemimpinan
Berikut adalah karakteristik seorang pemimpin, yaitu :
1. Penyingkapan diri
Dapat berbagi perasaan merupakan pertanda kekuatan. Sebagian
pemimpin percaya bahwa ungkapan perasaan merupakan tindakan negatif
dan akan membatasi keefektifan. Adalah benar bahwa membuat
pengakuan pribadi atau memberikan informasi yang dapat merugikan
reputasi Anda atau orang lain adalah tidak bijaksana. Ada orang yang
selalu mencari kesempatan mendiskreditkan kesuksesan orang lain.
Pengungkapan diri berarti mengetahui bagaimana mempresentasikan
pandangan Anda yang positif dan cerah. Orang yang dapat melakukan ini
sering membuat lingkungan di mana orang lain merasa aman

5
mengungkapkan perasaan diri sendiri. Inilah awal persahabatan yang
produktif dan menciptakan sistem pendukung, sinergi tim, kemitraan,
produktifitas, dan pemecahan masalah. Sayangnya, banyak organisasi
gagal membangun lingkungan bersuasana bisnis yang harmonis, karena
orang merasa tidak aman untuk berbagi apa yang mereka pikirkan.
2. Wawasan (knowledge)
Mampu mengenali pola dalam emosi dan reaksi berarti dapat
mengenali kecenderungan tertentu, baik positif atau negatif. Apa yang
Anda lakukan dengan pengetahuan ini akan menentukan tingkatan
komitmen terhadap perubahan. Seringkali, Anda tidak menyadari cara
menaklukkan diri saat menghadapi orang, khususnya ketika menghadapi
situasi yang penuh emosi. Semakin terampil mengenali pola respon yang
sejenis, semakin bagus Anda dapat mengoreksi atau menyempurnakan.
Komplemen wawasan pribadi adalah kapasitas mengenali pola orang lain.
Ini dapat memicu perbandingan yang mempermudah menangani
kebutuhan emosi orang dan mengetahui bagaimana memecahkan
permasalahan.
3. Tanggung Jawab Pribadi
Merealisasikan berarti memiliki tanggung jawab pribadi untuk
menggapai hasil. Banyak pemimpin sekarang mengharapkan perubahan
dan menuntut hasil, tetapi tidak berpartisipasi dalam berusaha dan tidak
diperhitungkan dalam menentukan kesuksesan perusahaan. Bos semacam
ini perlu umpan balik dan duduk bersama dalam membuat keputusan.
Pemimpin sekarang perlu terlibat aktif dan bertanggung jawab terhadap
proses pengembangan dan implementasi. Pemimpin yang selalu terlibat
aktif dan tertarik ikut andil dalam proses perubahan dan ingin mengetahui
bagaimana dampaknya terhadap karyawan biasanya selalu mendambakan
hasil yang positif.
4. Agen Perubahan (agent of change)
Menjadi agen perubahan berarti memacu berbagi gagasan,
perasaan, dan informasi yang meningkatkan produktifitas. Dengan
demikian membuahkan pemahaman dua arah yang jujur. Dengan
perspektif ini, tidak ada konsekuensi negatif untuk berbicara dengan jujur.

6
Membangun kepercayaan merupakan unsur penting dalam berinteraksi.
Berbagi perasaan tanpa marah atau menyalahkan orang lain merupakan
langkah penting ke arah rekonsiliasi. Dalam berbagai diskusi, debat atau
negosiasi, harus ada sinergi emosi untuk menstabilkan suasana hati dan
nada pembicaraan. Jika seseorang marah dan berbicara terus tanpa
berhenti, peluang menyelesaikan pertentangan atau konflik sangat tipis.
5. Pengembang
Pengembang adalah pembuat konsensus dan pemerjelas
pemahaman. Mereka tahu kapan mendengarkan, empati, berbicara, dan
memberikan pengarahan. Mereka punya kombinasi yang seimbang antara
asertif dan ketenangan. Pengembang percaya bahwa setiap orang punya
hak mengungkapkan pendapat dan perbedaan merupakan kualitas positif
suatu organisasi.

C. Model Kepemimpinan Kependidikan


1. Model-Model Kepemimpinan Masa Lalu.
a. Model Watak Kepemimpinan

Pada umumnya studi-studi kepemimpinan pada tahap awal mencoba


meneliti tentang watak individu yang melekat pada diri para pemimpin,
seperti misalnya: kecerdasan, kejujuran, kematangan, ketegasan, kecakapan
berbicara, kesupelan dalam bergaul, status social ekonomi, dan lain-lain
(Bass 1960, Stogdill 1974).

Stogdill (1974) menyatakan bahwa terdapat enam kategori factor


pribadi yang membedakan antara pemimpin dan pengikut yaitu kapasitas,
prestasi, tanggung jawab, partisipasi, status dan situasi. Namun demikian
banyak studi yang menunjukkan bahwa factor-faktor yang membedakan
antara pemimpin dan pengikut dalam satu studi tidak konsisten dan tidak
didukung dengan hasil-hasil studi yang lain.

Disamping itu watak pribadi bukanlah factor yang dominant dalam


menentukan keberhasilan kinerja managerial para pemimpin. Hingga tahun
1950-an, lebih dari 100 studi yang telah dilakukan untuk untuk
mengindifikasi watak atau sifat personal yang dibutuhkan oleh pemimpin
yang baik, dan dari studi-studi tersebut dinyatakan bahwa hubungan antara

7
karakteristik, watak dengan efektifitas kepemimpinan, walupun positif tetapi
signifikasinya sangat rendah (Stogdill 1970).

Bukti-bukti yang ada menyarankan bahwa apabila kepemimpinan


didasarkan pada factor situasi, maka pengaruh watak yang dimiliki oleh para
pemimpin mempunyai pengaruh yang tidak segnifikan. Kegagalan studi-
studi tentang kepemimpinan pada periode awal ini yang tidak berhasil
meyakinkan adanya hubungan yang jelas antara watak pribadi pemimpin
dan kepemimpinan membuat para peneliti untuk mencari factor-faktor lain
(selain factor watak), seperti misalnya factor situasi yang diharapkan dapat
secara jelas menerangkan perbedaan karakteristik antara pemimpin dan
pengikut.

b. Model Kepemimpinan Situasional

Model kepemimpinan situasional merupakan pengembangan model


watak kepemimpinan dengan focus utama factor situasi sebagai variable
penentu kemampuan kepemimpinan.

Studi-studi kepemimpinan situasional mencoba mengidentifikasi


karakteristik situasi atau keadaan sebagai factor penentu utama yang
membuat seorang pemimpin berhasil melaksanakan tugas-tugas organisasi
secara efektif dan efisien. Dan juga model ini membahas aspek
kepemimpinan lebih berdasarkan fungsinya, bukan lagi hanya berdasarkan
watak kepribadian pemimpin.

Hencley (1973) menyatakan bahwa factor situasi lebih menentukan


keberhasilan seorang pemimpin dibandingkan watak pribadinya, menurut
pendekatan kepemimpinan situasional ini seseorang bisa dianggap sebagai
pemimpin atau pengikut tergantung pada situasi atau keadaan yang
dihadapi.Banyak studi yang mencoba untuk mengidentifikasi karakteristik
situasi khusus yang mempengaruhi kinerja para pemimpin.

Hoy dan Miskel (1987) menyatakan bahwa terdapat empat factor yang
mempengaruhi kinerja pemimpin, yaitu sifat structural organisasi, iklim atau
lingkungan organisasi, karakteristik tugas atau peran dan karakteristik
bawahan.

8
Kajian model kepemimpinan situasional lebih menjelaskan fenomena
kepemimpinan dibandingkan dengan model terdahulu.Namun demikian
model ini masih dianggap belum memadai karena model ini tidak dapat
memprediksikan kecakapan kepemimpinan yang mana yang lebih efektif
dalam situasi tertentu.

c. Model Pemimpin Yang Efektif

Model kajian kepemimpinan ini memberikan informasi tentang type-


type tingkah laku para pemimpin yang efektif.Tingkah laku para pemimpin
dapat dikategorikan menjadi dua dimensi, yaitu struktur kelembagaan dan
konsiderasi.

1. Dimensi struktur kelembagaan menggambarkan sampai sejauh


mana pemimpin mendefinisikan dan menyusun interaksi kelompok
dalam rangka mencapai tujuan organisasi serta sejauh mana para
pemimpin mengorganisasikan kegiatan-kegiatan kelompok mereka,
dimensi ini dikaitkan dengan usaha para pemimpin mencapai
tujuan organisasi.
2. Dimensi konsiderasi menggambarkan sampai sejauh mana tingkat
hubungan kerja antara pemimpin dan bawahannya, dan sampai
sejauh mana pemimpin memperhatikan kebutuhan social dan emosi
bagi bawahan, misalnya kebutuhan akan pengakuan, kepuasan
kerja dan penghargaan yang mempengaruhi kinerja mereka dalam
organisasi. Dimensi konsiderasi ini juga dikaitkan dengan adanya
pendekatan kepemimpinan yang mengutamakan komunikasi dua
arah, partisipasi dan hubungan manusiawi.

Halpin (1966) menyatakan bahwa tingkah laku pemimpin yang efektif


cenderung menunjukkan kinerja yang tinggi terhadap dua aspek diatas.Dia
berpendapat bahwa pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang menata
kelembagaan organisasinya secara sangat terstruktur dan mempunyai
hubungan dan persahabatan yang sangat baik. Secara ringkas model
kepemimpinan efektif ini mendukung anggapan bahwa pemimpin yang
efektif adalah pamimpin yang dapat menangani kedua aspek organisasi dan
manusia sekaligus dalam organisasinya.

9
d. Model Kepemimpinan Kontingensi

Studi kepemimpinan jenis ini memfokuskan perhatiannya pada


kecocokan antara karakteristis watak pribadi pemimpin, tingkah lakunya
dan fariabel-fariabel situasional.

Kalau model kepemimpinan situasional berasumsi bahwa situasi yang


berbeda membutuhkan type kepemimpinan yang berbeda, maka model
kepemimpinan kontingensi memfokuskan perhatian yang lebih luas, yakni
pada aspek-aspek keterkaitan antara kondisi / variable situasional dengan
watak atau tingkah laku dan criteria kinerja pemimpin (Hoy and Miskel
1987).

Fiedler (1967) beranggapan bahwa kontribusi pemimpin terhadap


efektifitas kinerja kelompok tergantung pada cara atau gaya kepemimpinan
dan sesuai situasi yang dihadapinya. Menurutnya ada tiga factor utama yang
mempengaruhi kesesuaian situasi dan ketiganya ini selanjutnya
mempengaruhi keefektifan pemimpin, ketiga factor tersebut adalah:

1. Hubungan antara pemimpin dan bawahan, yaitu sampai sejauh mana


pemimpin itu dipercaya dan disukai oleh bawahan untk mengikuti
petunjuk pemimpin.
2. Struktur tugas yaitu sampai sejauh mana tugas-tugas dalam organisasi
didefinisikan secara jelas dan sampai sejauh mana tugas-tugas tersebut
dilengkapi dengan petunjuk yang rinci dan prosedur yang baku.
3. Kekuatan posisi, yaitu sampai sejauh mana kekuatan atau kekuasaan
yang dimiliki oleh pemimpin, karena posisinya diterapkan dalam
organisasi untuk menanamkan rasa memiliki akan arti penting dan nilai
dari tugas-tugas mereka masing-masing. Kekuatan posisi juga
menjelaskan sampai sejauh mana pemimpin menggunakan otoritasnya
dalam memberikan hukuman dan penghargaan, promosi dan penurunan
pangkat.

Walaupun model kepemimpinan kontingensi dianggap lebih sempurna


dibandingkan model-model sebelumnya dalam memahami aspek
kepemimpinan dalam organisasi, namun demikian model ini belum dapat

10
menghasilkan klarifikasi yang jelas tentang kombinasi yang paling efektif
antara karakteristik pribadi, tingkah laku pemimpin dan variable situasional.

2. Model-Model Kepemimpinan Masa Kini (sekarang)

a. Model Kepemimpinan Transaksional.

Kepemimpinan transaksional adalah hubungan antara pemimpin dan


bawahan serta ditetapkan dengan jelas peran dan tugas-tugasnya.

Menurut Masi and Robert (2000), kepemimpinan transaksional


digambarkan sebagai mempertukarkan sesuatu yang berharga bagi yang lain
antara pemimpin dan bawahannya (Contingen Riward), intervensi yang
dilakukan oleh pemimpin dalam proses organisasional dimaksudkan untuk
mengendalikan dan memperbaiki kesalahan yang melibatkan interaksi
antara pemimpin dan bawahannya bersifat pro aktiv.

Kepemimpinan transaksional aktif menekankan pemberian


penghargaan kepada bawahan untuk mencapai kinerja yang diharapkan.
Oleh karena itu secara pro aktif seorang pemimpin memerlukan informasi
untuk menentukan apa yang saat ini dibutuhkan bawahannya.

Berdasarkan dari uraian tersebut diatas, maka dapat dikatakan bahwa


prinsip utama dari kepemimpinan transaksional adalah mengaitkan
kebutuhan individu pada apa yang diinginkan pemimpin untuk dicapai
dengan apa penghargaan yang diinginkan oleh bawahannya memungkinkan
adanya peningkatan motivasi bawahan. Steers (1996).

b. Model Kepemimpinan Transformasional

Teori ini mengacu pada kemampuan seorang pemimpin untuk


memberikan pertimbangan dan rangsangan intelektual yang individukan dan
yang memiliki charisma. Dengan kata lain pemimpin transformasional
adalah pemimpin yang mampu memperhatikan keprihatinan dan kebutuhan
pengembangan diri pengikut untuk mengeluarkan upaya ekstra untuk
mencapai tujuan kelompok.

Pemimpin transaksional pada hakekatnya menekankan bahwa


seorang pemimpin perlu menentukan apa yang perlu dilakukan para

11
bawahannya untuk mencapai tujuan organisasi. Disamping itu pemimpin
transaksional cenderung memfokuskan diri pada penyelesaian tugas-tugas
organisasi.

Untuk memotifasi agar bawahan melekukan tanggung jawab


mereka, para pemimpin transaksional sangat mengandalkan pada system
pemberian penghargaan dan hukuman pada bawahannya.

Hater dan Bass (1988) menyatakan bahwa pamimpin


transformasional merupakan pemimpin yang kharismatik dan mempunyai
peran sentral dan strategis dalam membawa organisasi mencapai tujuannya.
Pemimpin transformasional juga harus mempunyai kemampuan untuk
menyamakan visi masa depan dengan bawahannya, serta mempertinggi
kebutuhan bawahan pada tingkat yang lebih tinggi dari pada apa yang
mereka butuhkan.

Yamarino dan Bass (1990), pemimpin trasformasional harus mampu


membujuk para bawahannya melakukan tugas-tugas mereka melebihi
kepentingan mereka sendiri demi kepentingan organisasi yang lebih besar.

Bass dan Avolio (1994), mengemukakan bahwa kepemimpinan


transformasional mempunyai empat dimensi yang disebutnya sebagai “The
Four I’s”:

1. Perilaku pemimpin yang membuat para pengikutnya mengagumi,


menghormati sekaligus mempercayai (Pengaruh ideal).
2. Pemimpin transformasional digambarkan sebagai pemimpin yang
mampu mengartikulasikan pengharapan yang jelas terhadap prestasi
bawahan (Motivasi-inspirasi).
3. Pemimpin transformasional harus mampu menumbuhkan ide-ide baru,
memberikan solusi yang kreatif terhadap permasalahan-permasalahan
yang dihadapi bawahan (stimulasi intelektual).
4. Pemimpin transformasional digambarkan sebagai seorang pemimpin
yang mau mendengarkan dengan penuh perhatian masukan-masukan
bawahan dan secara khusus mau memperhatikan kebutuhan-
kebutuhan bawahan akan pengembangan karir (konsederasi individu).

12
Banyak peneliti dan praktisi managemen yang sepakat bahwa model
kepemimpinan transformasional merupakan konsep kepemimpinan yang
terbaik dalam menguraikan karakteristik pemimpin (Sarros dan Butchatsky
1996).

Hasil survey Parry (2000) yang dilakukan di New Zealand,


menunjukkan tidak ada pertentangan dengan penemuan-penemuan
sebelumnya tentang efektifitas kepemimpinan transformasional. Disamping
itu Parry juga berpendapat bahwa kepemimpinan transformasional dapat
dilatihkan, pendapat ini didasarkan pada temuan-temuannya yaitu
keberhasilan pelatihan kepemimpinan transformasional yang dilakukan di
New Zealand sebagai berikut:

a. Berhasil meningkatkan kemampuan pelaksanaan kepemimpinan


transformasional lebih dari 11% (dilihat dari peningkatan hasil
usahanya) setelah dua hingga tiga bulan dilatih.
b. Berhasil meningkatkan kegiatan kerja bawahan sebesar 11% setelah
dua hingga tiga bulan dilatih.

D. Ciri-Ciri Kepemimpinan Kependidikan


Keberhasilan suatu organisasi lebih banyak ditentukan dari prilaku
seseorang sehingga kita harus tahu kemampuan apa yang sebenarnya harus
dimiliki oleh seseorang pemimpin. Hadari Nawawi menyebutkan ada beberapa
persyaratan yang umumnya harus dimiki oleh sesorang pemimpin yaitu:
1. Memiliki kecerdasan intelegensi yang cukup baik
2. Percaya diri
3. Cakap, bergaul, dan ramah tamah
4. Kreatof, penuhinisiatif, dan memiliki hasrat kemauan untuk maju dan
berkenbang menjadi lebih baik
5. Organisatoris yang berpengaruh dan berwibawa
6. Memiliki keahlian dan keterampilan dalam bidangnya
7. Suka menolong, member petunjuk dan dapa tmenghukum secara
konsekuensi dan bijaksana
8. Memiliki keimbangan / kestabilan emosional danbersifat sabar
9. Memiliki semangat pengabdian dan kesetiaan yang tinggi
10. Berani mengambil keputusan dan tanggungjawab
11. Jujur, rendah hati, sederhana, dan dapa tdipercaya
12. Bijaksana dan berlaku adil

13
13. Disiplin
14. Berpengatahuan dan berpandangan luas
15. Sehat jasmani dan rohani.

E. Gaya kepemimpinan dalam kependidikan


Tipe atau gaya kepemimpinan adalah cara gaya seseorang melaksanakan
suatu kepemimpinan. Didalam kepemimpinan ada tiga unsur yang saling
berkaitan yaitu unsur manusia, unsur sarana dan unsur tujuan. Berbagai gaya atau
tipe kepemimpinan banyak kita jumpai dalam kehidupan sehari–hari, termasuk
disekolah. Walaupun pemimpin pendidikan khususnya sekolah/madrasah formal
adalah pemimpin yang diangkat secara langsung baik oleh pemerintah maupun
yayasan, atau melalui pemilihan.
1. Gaya Kepemimpinan Otoriter / Authoritarian
Adalah gaya pemimpin yang memusatkan segala keputusan dan
kebijakan yang diambil dari dirinya sendiri secara penuh. Segala
pembagian tugas dan tanggung jawab dipegang oleh si pemimpin
yang otoriter tersebut, sedangkan para bawahan hanya melaksanakan
tugas yang telah diberikan.
2. Gaya Kepemimpinan Demokratis / Democratic
Gaya kepemimpinan demokratis adalah gaya pemimpin yang
memberikan wewenang secara luas kepada para bawahan. Setiap ada
permasalahan selalu mengikut sertakan bawahan sebagai suatu tim
yang utuh. Dalam gaya kepemimpinan demokratis pemimpin
memberikan banyak informasi tentang tugas serta tanggung jawab
para bawahannya.
3. Gaya Kepemimpinan Bebas / Laissez Faire
Pemimpin jenis ini hanya terlibat delam kuantitas yang kecil di
mana para bawahannya yang secara aktif menentukan tujuan dan
penyelesaian masalah yang dihadapi.

Empat gaya kepemimpinan dari empat cara kepribadian


Keempat gaya kepemimpinan berdasarkan kepribadian adalah :
1. Gaya kepemimpinan karismatis

14
Kelebihan gaya kepemimpinan karismatis ini adalah mampu menarik
orang. Mereka terpesona dengan cara berbicaranya yang membangkitkan
semangat. Biasanya pemimpin dengan gaya kepribadian ini visionaris.
Mereka sangat menyenangi perubahan dan tantangan.
Mungkin, kelemahan terbesar tipe kepemimpinan model ini bisa di
analogikan dengan peribahasa Tong Kosong Nyaring Bunyinya.Mereka
mampu menarik orang untuk datang kepada mereka. Setelah beberapa lama,
orang – orang yang datang ini akan kecewa karena ketidak-konsisten-an. Apa
yang diucapkan ternyata tidak dilakukan. Ketika diminta
pertanggungjawabannya, si pemimpin akan memberikan alasan, permintaan
maaf, dan janji.
2. Gaya kepemimpinan diplomatis
Kelebihan gaya kepemimpinan diplomatis ini ada di penempatan
perspektifnya. Banyak orang seringkali melihat dari satu sisi, yaitu sisi
keuntungan dirinya.Sisanya, melihat dari sisi keuntungan lawannya. Hanya
pemimpin dengan kepribadian ini yang bisa melihat kedua sisi, dengan jelas.
Apa yang menguntungkan dirinya, dan juga menguntungkan lawannya.
Kesabaran dan kepasifan adalah kelemahan pemimpin dengan gaya
diplomatis ini. Umumnya, mereka sangat sabar dan sanggup menerima
tekanan.Namun kesabarannya ini bisa sangat keterlaluan.Mereka bisa
menerima perlakuan yang tidak menyengangkan tersebut, tetapi pengikut-
pengikutnya tidak.Dan seringkali hal inilah yang membuat para pengikutnya
meninggalkan si pemimpin.
3. Gaya kepemimpinan otoriter
Kelebihan model kepemimpinan otoriter ini ada di pencapaian
prestasinya.Tidak ada satupun tembok yang mampu menghalangi langkah
pemimpin ini.Ketika dia memutuskan suatu tujuan, itu adalah harga mati,
tidak ada alasan, yang ada adalah hasil. langkah – langkahnya penuh
perhitungan dan sistematis.
Dingin dan sedikit kejam adalah kelemahan pemimpin dengan
kepribadian ini. Mereka sangat mementingkan tujuan sehingga tidak pernah
peduli dengan cara.
4. Gaya kepemimpinan moralis

15
Kelebihan dari gaya kepemimpinan seperti ini adalah umumnya mereka
hangat dan sopan kepada semua orang. Mereka memiliki empati yang tinggi
terhadap permasalahan para bawahannya, juga sabar, murah hati Segala
bentuk kebajikan ada dalam diri pemimpin ini. Orang – orang yang datang
karena kehangatannya terlepas dari segala kekurangannya.
Kelemahan dari pemimpinan seperti ini adalah emosinya.Rata orang
seperti ini sangat tidak stabil, kadang bisa tampak sedih dan mengerikan,
kadang pula bisa sangat menyenangkan dan bersahabat.

Gaya Kepemimpinan dalam Pendidikan


Gaya kepemimpinan dalam dunia pendidikan diantaranya tipe gaya
kepemimpinan sebagai berikut:
1. Kepemimpinan Otokratis
Pemimpin bertindak sebagai diktator, pemimpin adalah pengerak dan
penguasa kelompok. Kewajiban bawahan atau anggota – anggotanya
hanyalah mengikuti dan menjalankan, tidak boleh membatah ataupun
mengajukan saran.

2. Kepemimpinan yang Laissez Faire.


Pemimpin yang seperti ini menafsirkan demokrasi dalam arti keliru,
karena demokrasi seolah–olah diartikan sebagai kebebasan bagi setiap
anggota untuk mengemukakan dan mempertahankan pendapat dan
kebijakannya masing-masing. Tingkat keberhasilan organisasi atau lembaga
yang dipimpin dengan Gaya Laissez Faire semata-mata disebabkan karena
kesadaran dan dedikasi beberapa anggota kelompok, dan bukan karena
pengaruh dari pemimpinnya.
3. Kepemimpinan Demokratis
Kepemimpinan demokrasi selalu menyadari bahwa dirinya merupakan
bagian dari kelompoknya.Berhasil tidaknya suatu pekerjaan bersama terletak
pada kelompok dan pimpinan.
4. Kepemimpinan Pseudo Demokratis
Kepemimpinan model ini sebenarnya pemimpin yang mempunyai sifat
dan sikap otokratis, tetapi ia pandai memberikan kesan seolah-olah
demokratis.

16
F. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas Pemimpin Dalam
Manajemen Pendidikan
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Goldsmith, sebagaimana yang
dikutip oleh Aunurrahman (2009) menunjukkan bahwa pemimpin yang mampu
menumbuhkan suasana dialogis, kesetaraan, dan tidak arogan atau nondefensif
serta selalu berupaya mendorong sikap positif, akan dapat mendorong terjadinya
keefektifan proses pembelajaran. Oleh sebab itu, pemimpin pendidikan ketika
mengaplikasikan gaya atau aktivitas kepemimpinannya sangat tergantung pada
pola organisasi yang melingkupinya. Dan juga dalam melaksanakan aktivitasnya
pemimpin dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Faktor-faktor tersebut
sebagaimana sebagaimana yang dikutip Nanang fattah (2001), sebagai berikut:
1. Kepribadian (personality), pengalaman masa lalu dan harapan pemimpin,
hal ini mencakup nilai-nilai, latar belakang dan pengalamannya akan
mempengaruhi pilihan akan gaya kepemimpinan.
2. Harapan dan perilaku atasan.
3. Karakteristik, harapan dan perilaku bawahan mempengaruhi terhadap apa
gaya kepemimpinan.
4. Kebutuhan tugas, setiap tugas bawahan juga akan mempengaruhi gaya
pemimpin.
5. Iklim dan kebijakan organisasi mempengaruhi harapan dan perilaku
bawahan.
6. Harapan dan perilaku rekan.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut, maka jelaslah bahwa kesuksesan
pemimpin dalam aktivitasnya dipengaruhi oleh factor-faktor yang dapat
menunjang untuk berhasilnya suatu kepemimpinan, oleh sebab itu suatu tujuan
akan tercapai apabila terjadinya keharmonisan dalam hubungan atau interaksi
yang baik antara atasan dengan bawahan, di samping dipengaruhi oleh latar
belakang yang dimiliki pemimpin, seperti motivasi untuk beprestasi, kedewasaan
dan keleluasaan dalam hubungan social dengan sikap-sikap hubungan manusiawi.
Selanjutnya peranan seorang pemimpin sebagaimana dikemukakanoleh M.Ngalim
Purwanto (2007), sebagai berikut:
1. Sebagai pelaksana (executive)
2. Sebagaiperencana (planner)
3. Sebagai seorang ahli (expert)

17
4. Sebagai mewakili kelompok dalam tindakannya ke luar (external group
representative)
5. Sebagai mengawasi hubungan antar anggota-anggota kelompok
(controller of internal relationship)
6. Bertindak sebagai pemberi gambaran/pujian atau hukuman (purveyor of
rewards and punishments)
7. Bertindak sebagai wasit dan penengah (arbitrator and mediator)
8. Merupakan bagian dari kelompok (exemplar)
9. Merupakan lambing dari pada kelompok (sybol of the group)
10. Pemegang tanggungjawab para anggota kelompoknya (surrogate for
individual responsibility)
11. Sebagai pencipta/memiliki cita-cita (ideologist)
12. Bertindak sebagai seorang ayah (fatherfigure)
13. Sebagaikambing hitam (scapegoat)
Berdasarkan dari peranan pemimpin tersebut, jelaslah bahwa dalam suatu
kepemimpinan harus memiliki peranan-peranan yang dimaksud, di samping itu
juga bahwa pemimpin memiliki tugas, sebagaimana menurut M.Ngalim
Purwanto, sebagai berikut :
1. Menyelami kebutuhan-kebutuhan kelompok dan keinginan kelompoknya.
2. Dari keinginan itu dapat dipetiknya kehendak-kehendak yang realistis dan
yang benar-benar dapat dicapai.
3. Meyakinkan kelompoknya mengenai apa-apa yang menjadi kehendak
mereka, mana yang realistis dan mana yang sebenarnya merupakan
khayalan.Tugas pemimpin tersebut akan berhasil dengan baik apabila
setiap pemimpin memahami akan tugas yang harus dilaksanakannya. Oleh
sebab itu kepemimpinan akan tampak dalam proses dimana seseorang
mengarahkan, membimbing, mempengaruhi dan atau menguasai pikiran-
pikiran, perasaan-perasaan atau tingkah laku orang lain. Untuk
keberhasilan dalam pencapaian sutu tujuan diperlukan seorang pemimpin
yang profesional, dimana ia memahami akan tugas dan kewajibannya
sebagai seorang pemimpin, serta melaksanakan peranannya sebagai
seorang pemimpin. Disamping itu pemimpin harus menjalin hubungan
kerjasama yang baik dengan bawahan, sehingga terciptanya suasana kerja
yang membuat bawahan merasa aman, tentram, dan memiliki suatu
kebebasan dalam mengembangkan gagasannya dalam rangka tercapai
tujuan bersama yang telah ditetapkan.

18
19
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Tanpa kehadiran kepemimpinan pendidikan, proses pendidikan
termasuk pembelajaran tidak akan berjalan efektif. Kepemimpinan
pendidikan adalah pemimpin yang proses keberadaannya dapat dipilih
secara langsung, ditetapkan oleh yayasan, atau ditetapkan oleh pemerintah.
Dengan mengetahui karakteristik, model-model atau tipe-tipe , ciri- ciri
dan gaya dan faktor-faktor dari kepemimpinan pendidikan yang telah
diuraikan, maka kita bisa merumuskan bagaimana cara memanajemen
kepemimpinan pendidikan. Selain itu, kepemimpinan pendidikan juga
sangat penting untuk di aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari terutama
bagi para pengemban profesi kependidikan, karena dalam sebuah lembaga
pendidikan sosok pemimpin itu sangat dibutuhkan sebagai organisator
dalam mendukung kesuksesan tercapainya sebuah tujuan lembaga
pendidikan.

B. Saran
Karakteristik dan tipe-tipe kepemimpinan yang telah dipaparkan
diatas harapannya dapat diterapkan dalam diri setiap individu, sehingga
dalam diri setiap individu akan tertanam rasa kepemimpinan , sehingga
menuntun setiap individu untuk bertanggung jawab terhadap segala hal
yang terjadi dalam kehidupannya.

20
DAFTAR PUSTAKA

http://qalbimusfirah.blogspot.com/

https://pinkanrahmatuzzahra.wordpress.com/

Danim, Sudarwan, Kepemimpinan Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2010.

21

Anda mungkin juga menyukai