Anda di halaman 1dari 14

TUJUAN PENGAUDITAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

Tujuan suatu audit adalah untuk meningkatkan keyakinan pengguna laporan keuangan yang dituju.
Hal itu dicapai melalui pernyataan suatu opini oleh auditor tentang apakah laporan keuangan disusun,
dalam semua hal yang material, sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku. Pada
umumnya, dalam kerangka pelaporan keuangan dengan tujuan umum, opini tersebut menyatakan
apakah laporan keuangan disajikan secara wajar, dalam segala hal yang material, atau memberikan
gambaran yang besar dan wajar sesuai kerangka pelaporan keuangan.

Tahapan yang ditempuh auditor dalam mengembangkan tujuan audit adalah sebagai berikut :
1. Memahami tujuan dan tanggungjawab suatu audit.
2. Membagi laporan keuangan menjadi siklus-siklus.
3. Memahami asersi-asersi manajemen tentang laporan keuangan.
4. Memahami tujuan umum audit untuk golongan-golongan transaksi, akun-akun, dan
pengungkapannya.
5. Memahami tujuan khusus (spesifik) audit untuk kelompok golongan transaksi, akun-akun, dan
pengungkapannya.

TANGGUNGJAWAB MANAJEMEN
Tanggungjawab untuk mengadopsi kebijakan akuntansi yang tepat, menerapkan pengendalian
internal yang memadai, dan membuat penyajian yang wajar dalam laporan keuangan adalah
tanggungjawab manajemen, bukan tanggungjawab auditor. SA 200 (Para A2) menyatakan bahwa suatu
audit berdasarkan SA dilaksanakan dengan premis bahwa manajemen dan, jika relevan, pihak yang
bertanggungjawab atas tata kelola, mengakui dan memahami bahwa mereka memiliki tanggungjawab.

TANGGUNG JAWAB AUDITOR


Standar auditing (SA 200 Para 11) menyatakan tujuan keseluruhan auditor sebagai berikut :

Dalam melaksanakan suatu audit atas laporan keuangan, tujuan keseluruhan auditor adalah :
a. Memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan secara keseluruahan bebas dari
kesalahan penyajian material, baik yang disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan, dan oleh
karena itu memungkinkan auditor untuk menyatakan suatu opini tentang apakah laporan keuangan
disusun, dalam semua hal yang material, sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku
b. Melaporkan atas laporan keuangan mengomunikasikannya sebagaimana dtentukan oleh SA
berdasarkan temuan auditor.

1
Kesalahan penyajian metrial
Sebagai basis untuk opini auditor, SA mengharuskan auditor untuk memperoleh keyakinan
memadai tentang apakah laporan keuangan secara keseluruhan bebas dari kesalahan penyajian
material, baik yang disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan. Konsep materialitas diterapkan
oleh auditor dalam perencanaaan dan pelaksanaan audit, serta dalam pengevaluasian dampak kesalahan
penyajian dalam audit dan kesalahan dalam penyajian yang tidak dikoreksi (jika ada) yang
teridentifikasi terhadap laporan keuangan.

Keyakinan memadai
Keyakinan memadai merupakan suatu tingkat keyakinan tinggi. Keyakinan tersebut diperoleh
ketika auditor telah mendapatkan bukti audit yang cukup dan tepat untuk menurunkan risiko audit
(risiko bahwa auditor menyatakan suatu opini yang tidak tepat ketika laporan keuangan mengandung
kesalahan penyajian material) ke suatu tingkat rendah yang bisa diterima.
Auditor bertanggungjawab untuk keyakinan memadai, bukan keyakinan absolut, karena alasan-
alasan berikut :
1. Kebanyakan bukti audit diperoleh dari pengujian atas suatu sampel dari suatu populasi, seperti
misalnya piutang usaha atau persediaan.
2. Akuntansi berisi estimasi yang kompleks, yang secara interen mengandung ketidakpastian dan bisa
dipengaruhi oleh kejadian-kejadian di masa datang.
3. Penyajian laporan keuangan yang mengandung kecurangan sangat sulit (atau bahkan hamper tidak
mungkin) untuk dideteksi, terutama bila terdapat kolusi di kalangan manajemen.

Skeptisime Profesional
Skeptisime Profesional adalah suatu sikap yang mencakup suatu pikiran yang selalu
mempertanyakan, waspada terhadap kondisi yang dapat mengindikasikan kemungkinan kesalahan
penyajian, baik yang disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan, dan penilaian penting atas suatu
bukti audit.

Aspek Skeptisisme Profesional


Spektisisme professional terdiri dari dua komponen utama, yaitu:
1. Suatu pikiran yang selalu mempertanyakan.
2. Sikap waspada atau kritis dalam menilai bukti audit.
Spektisisme professional mencakup kewaspadaan terhadap antara hal-hal sebagai berikut:
 Bukti audit yang bertentangan dengan bukti audit lain yang diperoleh.

2
 Informasi yang menimbulkan pertanyaan tentang keandalan digunakan sebagai bukti audit
 Keadaan yang mengidikasikan adanya kemungkinan kecurangan
 Kondisi yang menyarankan perlunya prosedur audit tambahan selain prosedur yang disyaratkan
oleh SA

Mempertahankan spektisisme professional selama audit diperlukan jika auditor berusaha untuk
mengurangi resiko seperti misalnya :
 Kegagalan dalam melihat kondisi-kondisi tidak lazim
 Terlalu menyamaratakan kesimpulan ketika menarik kesimpulan tersebut dan observasi audit.
 Menggunakan asumsi yang tidak tepat dalam menetapkan sifat, saat, dan lusa prosedur audit serta
penilaian atas hasilnya.

Pertimbangan Propesional
Paragrapf 16 SA200 menetapkan sebagai berikut :
Auditor harus menggunakan pertimbangan professional dalam merencanakan dan melaksanakan audit
atas laporan keuangan

Pertimbangan professional terutama diperlukan dalam membuat keputusan tentang :


 Materialitas dan risiko audit
 Sifat, saat, dan luas prosedur audit yang digunakan untuk memenuhi keperluan SA dan
mengumpulkan bukti audit.
 Pengevaluasian tentang apakah bukti audit yang cukup dan tepat telah diperoleh, dan apakah
pengevaluasian lebih lanjut dibutuhkan untuk mencapai tujuan SA dan tujuan keseluruhan auditor.
 Pengevaluasian tentang pertimbangan manajemen dalam menerapkan kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku bagi entitas.
 Penarikan kesimpulan berdasarkan bukti yang diperoleh, sebagai contoh, penilaian atas kewajaran
estimasi yang dibuat oleh manajemen dalam menyusun laporan keuangan.

TANGGUNGJAWAB AUDITOR UNTUK MENEMUKAN KESALAHAN DAN


KECURANGAN MATERIAL
Standar auditing memebedakan dua tipe salah saji, yaitu kesalahan dan kecurangan
- Kesalahan adalah salah saji dalam laporan keuangan yang tidak disengaja
- Kecurangan adalah salah saji yang disengaja.

3
Kecurangan adalah suatu tindakan yang disengaja oleh satu individu atau lebih dalam manajemen,
pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola, karyawan atau pihak ketiga, yang melibatkan
penggunaan tipu muslihat untuk memperoleh suatu keuntungan secara tidak adil atau melanggar
hukum. Kecurangan dibedakan menjadi :
1. Penyalahgunaan asset
2. Pelaporan keuangan yang mengandung kecurangan

Tanggungjawab untuk Pencegahan dan Pendeteksian Kecurangan


SA240 (Paragraf 4) menyebutkan sebagai berikut :
Tanggungjawab utama untuk pencegahan dan pendeteksian kecurangan berada pada dua pihak
yaitu yang bertanggungjawab atas tata kelola entitas dan manajemen. Merupakan hal penting bahwa
manajemen, dengan pengawasan oleh pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola, menekankan
pencegahan kecurangan, yang dapat mengurangi peluang trjadinya kecurangan, dan pecegahan
kecurangan, yang dapat membujuk individu-individu agar tidak melakukan kecurangan karena
kemungkinan akan tereteksi dan terkena hukuman.

Tanggungjawab Auditor
Paragraf 5 SA 240 menyebutkan :
Auditor yang melaksanakan audit berdasarkan SA bertanggungjawab untuk memperoleh keyakinan
memadai apakah laporan keuangan secara keseluruhan bebas ari kesalahan penyajian material, yang
disebabkan oleh kecurangan atau kesalahan. Karena keterbatasan bawaaan suatu audit, maka selalu ada
risiko yang tidak terhindarkan bahwa beberapa kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan
mungkin tidak akan terdeteksi, walaupun audit telah direncanakan dan dilaksanakan dengan baik
berdasarkan SA.

Karakteristik Kecurangan
Kecurangan dalam pelaporan keuangan atau penyalahgunaan asset dapat terjadi karena :
 Dorongan atau tekanan untuk melakukan pelaporan keuangan yang mengandung kecurangan dapat
timbul ketika manajemen berda dalam tekanan, baoik dari pihak luar maupun di dalam entitas,
untuk mencapai suatu harapan
 Peluang untuk melakukan kecurangan mungkin ada jika individu percaya bahwa pengendalian
internal dapat diabaikannya,
 Individu mungkin dapat mengemukakan alasan untuk pembenaran tindakan kecurangan.

Pelaporan keuangan yang mengandung kecurangan dapat dilakukan denfan cara sebagai berikut ;
4
 Manipulasi, pemalsuan (termasuk penipuan)
 Pertanyataan salah, atau penghilangan secara sengaja atas peristiwa,
 Penerapan salah yang disengaja atas prinsip akuntansi yang berkaitan dengan jumlah, klasifikas,
penyajian atau pengungkapan

TANGGUNGJAWAB AUDITOR TENTANG PERTIMBANAGN ATAS PERUNDANG-


UNDANGAN DALAM AUDIT ATAS LAPORAN KEUANGAN
Dalam mendapatkan keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari kesalahan penyajian
material, auditor harus memperhatikan kerangka peraturan atau perundang-undangan yang relevan
dengan klien. Peraturan perundang-undangan tersebut bersikap mengikat dan merupakan kerangka
perundang-undangan bagi suatu entitas.

Tanggungjawab untuk Mematuhi Peraturan Perundang-undangan


Merupakan tanggungjawab manajemen, dengan pengawasan dari pihak yang bertanggungjawab
atas tata kelola, untuk memastikan bahwa operasi entitas dijalankan dengan berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan, termasuk kepatuhan terhadap ketentuan dalam peraturan perundang-
undangan yang menentukan jumlah dan pengungkapan yang harus dilaporkan keuangan suatu entitas.

Tanggungjawab Auditor
Standar Audit (SA) 250 mengatur tentang Pertimbangan Atas Peraturan Perundang-undangan
Dalam Audit Atas Laporan Keuangan. Ketentuan dalam SA tersebut dirancang untuk membantu
auditor dalam mengidentifikasi kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan yang disebabkan
oleh ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.
Dalam konteks dengan peraturan perundang-undangan, sebagai akibat keterbatasan bawaan ini,
dampak potensial terhadap kamampuan auditor untuk mendeteksi kesalahan penyajian material adalah
lebih besar, yang disebabkan beberapa alasan.
SA 250 (Para. 6) membedakan tanggungjawab auditor dalam kaitannya dengan kepatuhan terhadap
dua kategori peraturan perundang-undangan yang berbeda di bawah ini :

a) Ketentuan perundang-undangan yang secara umum berdmpak langsung dalam menentukan jumlah
dan pengungkapan material dalam laporan keuangan, seperti perundang-undangan pajak dan
pension.

5
b) Peraturan perundang-undangan lain yang tidak mempunyai pengungkapan dalam laporan keuangan
namun kepatuhannya merupakan bagian penting bagi aspek kegiatan operasi bisnis, bagi
kemampuan entitas untuk melanjutkan usahanya, atau untuk menghindari terjadinya sanksi berat.

Prosedur Audit pada Saat Ketidakpatuhan Teridentifikasi atau Diduga Terjadi


Jika auditor mengetahui informasi mengenai suatu kejadian ketidakpatuhan atau dugaan
ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, auditor harus memperoleh :
(a) Pemahaman atas sifat ketidakpatuhan dan kondisi terjadinya ketidakpatuhan
(b) Informasi lebih lanjut untuk mengevaluasi dampak yang mungkin terjadi terhadap laporan
keuangan.

Pelaporan atas Ketidakpatuhan yang Diidentifikasi atau Diduga Terjadi


Kecuali jika semua pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola ikut terlibat dalam manajemen
entitas, dan oleh karena itu mereka menyadari permasalahan yang terkait dengan ketidakpatuhan yang
terjadi atau diduga terjadi yang sudah dikomunikasikan oleh auditor, maka auditor harus
mengomunikasikan kepada pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola permasalahan yang
berkaitan dengan ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang ditemukan auditor
selama pelaksanaan audit, kecuali jika permasalahan tersebut secara jelas tidak penting.

PENDEKATAN SIKLUS DALAM PENGAUDITAN


Audit atas laporan keuangan biasanya dilakukaan dengan cara “memecah” laporan keuangan menjadi
segmen-segmen atau komponen yang lebih kecil. Dengan pemecahan semacam ini audit menjadi lebih
mudah dilaksanakan, dan mempermudah pembagian tugas diantara para anggota tim audit. Tiap
segmen diaudit secara terpisah, tetapi bukanberarti masing-masing segmen berdiri sendiri. Setelah
setiap segmen selesai diaudit, termasuk audit hubungan antar-segmen dengan segmen lainnya, maka
hasilnya digabungkan. Selanjutnya ditarik kesimpulan tentang laporan keuangan sebagai keseluruhan.

SEGMENTASI AUDIT DENGAN PENDEKATAN SIKLUS


Dengan menggunakan pendekatan siklus, proses pengauditan bisa berjalan lebih efisien, karena
pendekatan ini mengikuti aliran pencatatan dalam jurnal dan peringkasannya di buku besar serta
laporan keuangan. Sepanjang dimungkinkan, pendekatan siklus menggabungkan transaksi-transaksi
yang dicatat dalam jurnal yang berbeda-beda dengan saldo akun buku besar yang dihasilkan dari
transaksi-transaksi tersebut. Auditor bisa memecah aktivitas entitas yang diauditnya menjadi siklus-
siklus. Salah satu contoh siklus yang ditetapkan auditor dalam pengauditan laporan keuangan adalah:
o Siklus penjualan dan pengumpulan piutang
6
o Siklus pembelian dan pembayaran
o Siklus penggajian dan personalia
o Siklus persediaan dan penggudangan
o Siklous perolehan modal dan pengembaliannya

HUBUNGAN ANTAR SIKLUS TRANSAKSI


Siklus-siklus tidak memiliki awal dan akhir, kecuali pada saat awal perusahaan didirikan dan ketika
perusahaan dibubarkan. Perusahaan mulai aktivitasnya dengan mencari modal, biasanya dalam bentuk
kas. Dalam perusahaan manufaktur, kas digunakan untuk membeli bahan baku, aset tetap (misalnya,
tanah, gedung, mesin-mesin, peralatan, dan sebagainya), dan barang serta jasa lainnya untuk
menghasilkan barang (siklus pembelian dan pembayaran). Kas juga digunakan untuk mendapatkan
tenaga kerja dengan tujuan yang sama (siklus penggajian dan personalia). Pembelian dan pengeluaran
kas dan penggajian dan personalia mempunyai kesamaan, tetapi fungsinya cukup berbeda, sehingga
penggajian dan personalia beralasan untuk dijadikan siklus tersendiri. Hasil penggabungan kedua siklus
ini adalah persediaan (siklus persediaan dan penggudangan). Tahap selanjutnya adalah penjualan
persediaan yang menimbulkan tagihan serta penerimaan kas (siklus penjualan dan pengumpulan
piutang). Kas yang dihasilkan selanjutnya digunakan untuk membayar dividend an bunga, atau
ekspansi modal, dan untuk memulai kembali siklus.

PENETAPAN TUJUAN AUDIT


Dalam pengauditan laporan keuangan dengan menggunakan pendekatan siklus, auditor melakukan hal-
hal berikut:
1) Pengujian atas transaksi-transaksi yang membentuk saldo-saldo akhir akun,
2) Pengujian audit atas saldo akhir akun,
3) Pengujian atas pengungkapan saldo akhir dalam laporan keuangan.

Untuk setiap golongan transaksi tertentu, perlu dipenuhi sejumlah tujuan audit sebelum auditor
dapat menarik kesimpulan bahwa transaksi telah dicatat dengan tepat. Hal tersebut dinamakan tujuan
spesifik audit untuk golongan transaksi. Demikian pula, sejumlah tujuan audit tertentu perlu dipenuhi
untuk setiaqp saldo akun. Hal tersebut dinamakan tujuan spesifik audit untuk saldo. Tujuan audit
kategori ketiga berkaitan dengan penyajian dan pengungkapan informasi dalam laporan keuangan. Hal
ini disebut tujuan spesifik audit penyajian dan pengungkapan.

ASERSI-ASERSI MANAJEMEN
SA 315 (Para. 25) menyatakan sebagai berikut:

7
Auditor harus mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan penyajian material pada:
a) Tingkat Laporan Keuangan;
b) Tingkat asersi untuk golongan transaksi, saldo akun, dan pengungkapan, untuk menyediakan
suatu basis bagi perancangan, dan pelaksanaan prosedur audit lanjutan.

Asersi-asersi manajemen adalah pernyataan yang dibuat manajemen secara eksplisit atau implisit
tentang golongan transaksi dan saldo akun yang bersangkutan serta pengungkapan dalam laporan
keuangan. Sebagian besar pernyataan manajemen tersebut bersifat implisit.
Asersi manajemen berkaitan langsung dengan kerangka pelaporan keuangan yang digunakan
perusahaan (Standar Akuntansi Keuangan Indonesia atau IFRS), karena hal itu merupakan bagian dari
kriteria yang digunakan manajemen untuk mencatat dan mengungkapkan informasi akuntansi dalam
laporan keuangan.

SA 315 (Para. A111) mengelompokkan asersi-asersi menjadi tiga kategori:


1. Asersi-asersi tentang golongan transaksi dan kejadian untuk periode yang diaudit.
2. Asersi-asersi tentang saldo akun pada akhir periode.
3. Asersi-asersi tentang penyajian dan pengungkapan.

ASERSI-ASERSI TENTANG GOLONGAN TRANSAKSI DAN KEJADIAN


Keterjadian
Asersi keterjadian berhubungan dengan apakah transaksi yang telah dibukukan dan dicantumkan dalam
laporan keuangan sungguh-sungguh terjadi pada periode akuntansi yang bersangkutan.

Kelengkapan
Asersi ini berhubungan dengan apakah seluruh transaksi yang seharusnya dicantumkan dalam laporan
keuangan benar-benar telah dibukukan.

Keakurasian
Asersi keakurasian berhubungan dengan apakah transaksi-transaksi telah dibukukan dengan jumlah
yang benar.

Penggolongan
Asersi klasifikasi berhubungan dengan apakah transaksi telah dibukukan dalam akun yang tepat.

Pisah Batas
Asersi pisah batas berhubungan dengan apakah transaksi-transaksi dibukukan pada periode akuntansi
yang tepat.
8
ASERSI-ASERSI TENTANG SALDO AKHIR AKUN
Keberadaan
Asersi keberadaan berhubungan dengan apakah aset, liabilitas, dan ekuitas yang dicantumkan dalam
neraca benar-benar ada pada tanggal neraca.

Kelengkapan
Asersi ini berhubungan dengan apakah seluruh akun dan seluruh jumlah yang seharusnya dicantumkan
dalam laporan keuangan sungguh-sungguh telah tercantum.

Penilaian dan Pengalokasian


Asersi penilaian dan pengalokasian berhubungan dengan apakah aset, liabilitas, dan ekuitas telah
dimasukkan dalam laporan keuangan dengan jumlah yang tepat, termasuk semua penyesuaian penilaian
agar jumlah aset mencerminkan nilai bersih bisa direalisasi.

Hak dan Kewajiban


Asersi ini berhubungan dengan apakah aset adalah hak entitas dan apakah liabilitas merupakan
kewajiban entitas pada tanggal neraca.

ASERSI-ASERSI TENTANG PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN

Keterjadian dan Hak & Kewajiban


Asersi ini berhubungan dengan apakah kejadian yang diungkapkan telah terjadi dan merupakan hak
dan kewajiban dari entitas.

Kelengkapan
Asersi ini berhubungan dengan apakah seluruh pengungkapan yang disyaratkan telah dicantumkan
dalam laporan keuangan.

Keakurasian dan Penilaian


Asersi keakurasian dan penilaian berhubungan dengan apakah informasi keuangan telah diungkapkan
dengan wajar dan dengan jumlah yang tepat.

Klasifikasi dan Keterpahaman


Asersi ini berkaitan dengan apakah jumlah-jumlah telah digolongkan dengan tepat datam laporan
keuangan dan catatan kaki, dan apakah penjelasan atas saldo dan pengungkapannya dapat dipahami.
Asersi relevan memiliki makna karena berpengaruh pada apakah suatu akun ditetapkan secara
wajar dan digunakan dalam menetapkan risiko salahsaji material dan dalam merancang serta
melaksanakan prosedur audit. Sebagai contoh, asersi penilaian besar kemungkinan merupakan asersi
relevan untuk akun piutang usaha, tetapi tidak untuk kas.

9
Setelah asersi-asersi relevan ditetapkan, selanjutnya auditor dapat merumuskan tujuan audit untuk
setiap kategori asesi. Tujuan audit yang ditetapkan auditor mengikuti dan berkaitan erat dengan asersi-
asersi manajemen. Hal ini tidak mengherankan karena tanggungjawab utama auditor adalah
menentukan apakah asersi-asersi manajemen tentang laporan keuangan dapat diterima.

TUJUAN AUDIT ATAS GOLONGAN TRANSAKSI


TUJUAN UMUM AUDIT TRANSAKSI
Keterjadian — Transaksi yang dibukukan benar-benar terjadi. Tujuan audit yang ditetapkan auditor inj
sejalan dengan asersi yang ditetapkan manajemen untuk golongan transaksi yattu asersi keterjadian.

Kelengkapan — Transaksi yang terjadi telah dibukukan. Tujuan audit ini sejalan dengan asersi
manajemen untuk golongan transaksi yaitu asersi kelengkapan.

Tujuan audit keterjadian dan tujuan audit kelengkapan mempunyai sasaran yang berkebalikan.
Keterjadian berkaitan dengan potensi terjadinya lebih saji, sedangkan kelengkapan berkaitan dengan
terjadinya kurangsaji.

Keakurasian — Transaksi telah dicatat dengan jumlah yang benar. Tujuan audit ini berkaitan dengan
keakurasian informasi untuk transaksi-transaksi akuntansi dan merupakan satu bagian dari asersi
keakurasian untuk goiongan transaksi.

Posting dan Pengikhtisaran — Transaksi yang dicatat telah dimasukkan dengan benar ke dalam Master
File dan dibuat ikhtisarnya dengan benar. Tujuan ini berhubungan dengan keakurasian transfer
informasi dari catatan transaksi dalnm jurnal ke buku besar dan buku pembantu.

Penggolongan — Transaksi yang dicatat dalam jurnal klien telah digotongkan dengan tepat. Tujuan ini
berhubungan dengan apakah transaksi telah dibukukan dalam akun yang tepat.

Ketepatan waktu — Transaksi telah dibukukan pada tanggal yang tepat. Tujuan audit ini berhubungan
dengan apakah transaksi telah dibukukan pada tanggal yang tepat. Tujuan ini selaras dengan asersi
manajemen tentang pisah batas pembukuan transaksi.

TUJUAN SPESIFIK AUDIT TRANSAKSI


Setelah tujuan umum audit untuk transaksi ditetapkan, selanjutnya dapatlah ditentukan tujuan spesifik
audit transaksi untuk setiap golongan transaksi yang material. Golongan-golongan transaksi spesifik
tersebut biasanya meliputi penjualan, penerimaan kas, pembelian barang dan jasa, penggajian, dan
sebagainya. Paling sedikit ada satu tujuan spesifik audit transaksi dapat dimasukkan untuk setiap tujuan
10
umum audit transaksi, kecuali bila auditor yakin bahwa tujuan audit umum transaksi tidak relevan atau
tidak penting dalam hal yang dihadapi.

TUJUAN AUDIT SALDO AKUN


Tujuan audit ini juga mengikuti asersi-asersi manajemen dan memberi kerangka kerja untuk membantu
auditor dalam mengumpulkan bukti kompeten yang cukup untuk saldo-saldo akun yang bersangkutan.
Tujuan audit saldo akun juga terbagi atas tujuan umum audit saldo akun dan tujuan spesifik audit saldo
akun.
Tujuan audit saldo akun hampir selalu diterapkan pada saldo akhir akun-akun yang tercantum di
neraca, seperi misalnya piutang usaha, persediaan, atau utang wesel. Namun demikian, beberapa tujuan
audit saldo akun juga diterapkan pada akun-akun tertentu yang tercantum dalam laporan laba-rugi.

TUJUAN UMUM AUDIT SALDO AKUN


Keberadaan. Tujuan ini berhubungan dengan apakah jumlah yang dicantumkan dalam laporan
keuangan memang seharusnya dimasukkan.

Kelengkapan. Tujuan ini berhubungan dengan apakah semua jumlah yang seharusnya dimasukkan
telah diikutsertakan dengan jumlah yang benar.

Keakurasian. Tujuan ini berkaitan dengan apakah jumlah yang dicantumkan telah dinyatakan dalam
jumlah yang benar.

Penggolongan. Tujuan ini menyangkut penentuan apakah hal-hal yang dimasukkan dalam daftar oleh
klien telah dimasukkan dalam akun yang benar di buku besar.

Pisah Batas. Dalam melakukan pengujian tentang pisah batas saldo-saldo akun, tujuan auditor adalah
menentukan apakah transaksi telah dibukukan dan dimasukkan ke dalam saldo akun pada periode yang
tepat.

Kecocokan. Saldo-saldo akun yang tercantum dalam laporan keuangan didukung oleh catatan rinci di
dalam master file dan daftar yang dibuat klien.

Nilai Bersih Bisa Direalisasi. Tujuan ini berkaitan dengan apakah suatu saldo akun telah diturunkan
dari biaya perolehan historis (cost) menjadi nilai bersih bisa direalisasi atau bila standar akuntansi
mengharuskan menjadi nilai pasar.

11
Hak dan kewajiban. Selain harus ada, sebagian besar aset harus dimiliki sebelum bisa dimasukkan ke
dalam laporan keuangan. Demikian pula, kewajiban harus benar-benar merupakan utang perusahaan.
Hak milik selalu dikaitkan dengan aset, sedangkan kewajiban selalu berkaitan dengan utang.

TUJUAN SPESIFIK AUDIT SALDO AKUN


Sebagai contoh, tujuan spesifik audit saldo akun untuk hak dan kewajiban atas persediaan pada sebuah
perusahaan manufaktur bisa meljputi (1) perusahaan harus memiliki hak kepemilikan atas semua
barang yang tercantum dalam daftar persediaan, dan (2) persediaan tidak dijadikan jaminan atas
pinjaman, kecuali diungkapkan dalam laporan.

TUJUAN AUDIT ATAS PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN


Tujuan audit atas penyajian dan pengungkapan identik dengan asersi manajemen untuk penyajian dan
pengungkapan seperti telah diutarakan di atas. Konsep-konsep yang diterapkan pada tujuan audit saldo
akun diterapkan pula untuk tujuan audit atas penyajian dan pengungkapan.

BAGAIMANA MEMENUHI TUJUAN AUDIT


Auditor harus mendapat bukti kompeten yang cukup untuk mendukung semua asersi manajemen dalam
laporan keuangan. Hal ini dilakukan dengan mengumpulkan bukti dalam mendukung perpaduan
sejumlah tujuan audit transaksi dan tujuan audit atas saldo akun. Hak dan kewajiban adalah satu-
satunya asersi tentang saldo akun yang tidak ada padanannya dalam asersi tentang transaksi. Tujuan
audit tentang presentasi dan pengungkapan sangat erat hubungannya dengan tujuan audit saldo akun.

PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SUATU PENDEKATAN AUDIT (TAHAP 1)


Dua hal penting yang harus selalu dipertimbangkan auditor dalam setiap audit adalah memilih:
1. Bukti yang cukup dan tepat harus dikumpulkan untuk memenuhi tanggungjawab profesional auditor.
2. Biaya pengumpulan bukti harus seminimal mungkin.

Mendapatkan Pemahaman tentang Entitas dan Lingkungannya


Agar dapat menetapkan risiko salah saji dalam laporan keuangan secara memadai dan membuat
kesimpulan atas informasi yang diperoleh selama audit berlangsung, auditor harus memiliki
pemahaman yang cukup tentang bisnis klien dan lingkungan yang tersangkutan, termasuk pengetahuan
tentang strategi dan proses.

Memahami Pengendalian Internal dan Menetapkan Risiko Pengendalian


Risiko salahsaji dalam laporan keuangan akan dapat tetkurangi apabila klien memiliki pengendalian
yang efektif atas operasi dan pengolahan transaksi.
12
Menetapkan Risiko Kesalahan Penyaiian Material
Auditor menggunakan pemahaman tentang bidang usaha dan strategi bisnis klien, serta efektivitas
pengendalian, untuk menetapkan risiko kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan,
Penetapan ini selanjutnya akan mempengaruhi rencana audit dan sifat, saat, serta luasnya prosedur
audit.

PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF GOLONGAN TRANSAKSI


(TAHAP II)
Sebelum auditor memutuskan untuk menurunkan risiko pengendalian direncanakan, seandainya
pengendalian internal dinilai efektif, auditor pertama-tama harus menguji efektivitas pengendalian
tersebut. Auditor juga menilai catatan transaksi yang dibuat klien dengan melakukan verifikasi atas
jumlah-jumlah rupiah transaksi.

PROSEDUR ANALITIS DAN PENGUJIAN RINCI SALDO (TAHAP II)


Ada dua kategori umum dalam prosedur-prosedur tahap Ill. Prosedur analitis menggunakan
perbandingan dan hubungan untuk menetapkan apakah saldo-saldo akun dan data lainnya nampak
masuk akal. Pengujian rinci saldo adalah prosedur spesifik yang dimaksudkan untuk menguji salahsaji
material dalam saldo-saldo yang tercantum dalam laporan keuangan.

PENYELESAIAN AUDIT DAN PENERBITAN LAPORAN AUDIT (TAHAP IV)


Setelah auditor menyelesaikan semua prosedur untuk setiap tujuan audit dan untuk setiap akun laporan
keuangan beserta pengungkapan yang bersangkutan.

13

Anda mungkin juga menyukai