Resep
Agar mahasiswa dapat membuat cairan tetes mata yang sesuai dengan
CPOB ( Cara Pembuatan Obat Yang Baik ).
Resep Standar
Mata adalah salah satu dari panca indra untuk melihat, dari keadaan
normal dapat berfungsi sesuai tugasnya tapi dalam keadaan sakit tidak dapat
berfungsi dengan baik bahkan kadang memerlukan bahan pembantu seperti
kontak lens kemata dll.
Mata merupakan indra yang paling sensitive serta mempunyai jaringan
yang sangat halus disbanding dengan indra lain sehingga sangat mudah
terangsan, terinfeksi dan mengalami iritasi. Oleh karena itu, preparat untuk mata
memerlukan persyaratan tertentu untuk menghindari rangsangan iritasi, infeksi
dll.
Absorbsi Obat Melalui Kornea obat yang dimasukkan kedalam mata
diabsorbsi secara penetrasi melalui kornea ada juga efek pengobatan dari
beberapa obat diabsorbsi dari kelopak mata sebelah atas dan bawah. Molekul
obat yang diabsorbsi secara perlahan masuk kedalam konjungtiva yang banyak
mengandung pembuluh darah dan pembuluh Limfatik.
Banyak larutan obat yang diformulasi dapat bercampur baik dengan cairan
Lacrimal dan menyebar pada kornea dan konjungtiva.
Berdasarkan study menunjukkan bahwa zat dalam obat mata akan mudah
masuk melalui kornea jika zat tersebut mempunyai daya larut pada satu fase,
larut dalam air dan larut dalam lemak.
Sediaan Obat Untuk Mata adalah sediaan steril bebas dari benda asing,
merupakan campuran bahan obat yang cocok dan dikemas untuk pemakaian
pada kelopak mata/ meneteskan diantara kelopak mata dan bola mata, Sediaan
dapat berupa larutan suspensi, salap, larutan kontak lens.
Sediaan Tetes Mata adalah Sediaan steril berupa larutan / suspensi
digunakan untuk mata dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata,
sekitar bola mata atau kelopak mata. Sebagai pelarut / pembawa umum
digunakan air. Untuk bahan obat yang tidak larut dalam air dibuat dalam bentuk
suspensi.
Faktor Yang Harus Diperhatikan
Sterilitas
Dalam keadaan normal mata mempunyai pelindung yang baik tetapi dalam
keadaan sakit / baru operasi kornea mudah diserang oleh mikroba, epitelum dari
kornea mata, air mata. Infeksi bias berkisar pada konjungtiva mukosa membrane
dan terus kepermukaan kelopak mata.
Mikroba yang paling bahaya : Pseudomonas, deruginosa yang sangat baik
tumbuhnya pada media cairan mata, dapat berkembang baik dalam larutan
beberapa tetes mata serta dalam aqua destillata dan cara penyimpanannya
kurang baik. Bakteri ini menyebabkan luka pada kornea dan dapat menyebabkan
kebutaan. Oleh karena itu, sterilitas merupakan sangat mutlak pada tetes mata.
Bebas dari partikel asing
Mata sangat sensitive pada benda kecil yang menyebabkan rasa tidak enak
pada mata. Dapat menimbulkan luka pada epitelum kornea sehingga
memudahkan mikroorganisme pathogen menyerang epitelum kornea. Untuk itu
obat mata disaring dengan menggunakan penyaring yang baik antara lain :
Membran plasma mikroporous dengan ukuran pori 0,8 μm. Biasa juga dengan
penggunaan Sinter Glas (ini kurang memuaskan). Bias disaring dengan
menggunakan kertas saring Workmen 54 yang waktu pemakaian harus dicuci
dengan pembawa untuk menghilangkan seratnya.
Bahan obat dalam suspensi dalam keadaan sangat halus untuk menurangi
iritasi / goresan pada kornea. Serbuk sangat halus max 90% partikel tidak melebihi
5 μm dan tidak ada partikel mempunyai ukuran melebihi 50 μm.
Rasa Sakit / Iritasi.
Dapat terjadi pada pemakaian larutan obat mata yang tekanan osmosa dan
PH tidak sesuai dengan cairan mata / dapat pula karena zat pengawet yang
digunakn pada obat mata tersebut.
Para ahli sebagian besar berpendapat harus dibuat Isoosmotik dengan
cairan air mata untuk menghindarkan ketdakenakan pemakaian obat tetes mata.
Lacrimal fluid adalah isoosmotik dengan plasma darah 0,9% NaCl= w/v . Oleh
karena itu, preparat obat tetes mata dibuat tekanan osmosa = larutan NaCl 0,9%.
pH normal dari cairan mata = 7,4 tetapi PH yang masih dapat ditolerir oleh mata=
3,5 – 10,5. PH < 6 > 8 → rasa tidak enak pada mata.
Viskositas
Larutan tetes mata yang dibuat dengan pelarut air harus mengandung
bakterisid dan fungisid untuk menghentikan pertumbuhan mikroba yang mungkin
ada akibat kontaminasi selama ada pemakaian yang berulang pada pengobatan.
Pengawet yang ideal :
- Efektif melawan bakteri dan fungi.
- Tidak berbahaya pada mata, tidak mengiritasi.
- Tidak bercampur dengan obat dan bahan lain seperti stabilisator dan zat
pengental.
- Stabil selama proses sterilisasi dan penyimpanan.
- Larut baik dalam pelarut, tidak terjadi kristal pada temperature rendah.
Cth:
Fenil Merkuri Nitrat 0,002%
Chlorhexidinasetat 0,01%
Chlorbutanol 0,5%
Chlorocresol 0,5%
Stabilitas
larutan dapar.
Tonisitas
Larutan obat mata yang mempunyai tekanan osmosa yang lebih besar dari
tekanan osmosa cairan mata → Hypertonis.
Larutan obat mata yang mempunyai tekanan osmosa lebih kecil dari
tekanan osmosa cairan mata → Hypotonis.
Cairan obat mata adalah isotonis dengan larutan NaCl 0,9% w/v. Tonisitas
larutan obat dapat disesuaikan dengan cairan lacrimal dengan penambahan suatu
zat yang sesuai mis: NaCl.
V. Spesifikasi Bahan
Atropni Sulfas
Benzalkonium Klorida
Dikemas dalam wadah botol kaca yang memiliki penetes dan dengan volume
10 ml.
VII. SPESIFIKASI SEDIAAN JADI
Perencanaan bahan
Tiap 10 ml mengandung :
Natrii Chloridum 70 mg
Benzalkonii Chloridum 2 ml
Dinatrii Edetas 5 mg
Aqua Pro injection hingga 10 ml
Perhitungan
1 botol = 10 ml
( 20/100 x 30 ) + 30 ml = 36 ml
Perhitungan bahan
Karena Benzalkoni chloridum memiliki massa yang terlalu kecil, maka dibuat
pengenceran.
0,72 mg
Perhitungan isohidri
Benzalkoni = 0,18
Dinatrii = 0,24
NaCl = 1,00
V= (w x E) + (w x E) + (w x E) x 111,1
=((0,00504)+(0,0252)+(0,0001296)+(0,000432)) x 111,1
= (0,0308016) x111,1
= 3,42205776 ml
Benzalkoni = 1,44 ml
NaH2PO4 = 0,016 mg
Na2H2PO4 = 0,0022 mg
9. Karet Autoclaf, 15
121°C mnt
. Botol
X. Penolahan
1. Kalibrasi erlenmeyer 36 ml
NaH2PO4.
XI. Pengujian
Depkes RI, 1995, “ Farmakope Indonesia “, Edisi IV, Jakarta, Hal : 12 – 13, 190
– 191
Reynold, Martindal,” The Extra Pharmacopodia “ Edisi 29, Volume II, Hal 1141