Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

INTERNATIONAL SAFETY MANAGEMENT CODE

TAUFIK HIDAYAT SALAM


12.31.163
NAUTIKA

PROGRAM DIPLOMA IV PELAYARAN


POLITEKNIK ILMU PELAYARAN MAKASSAR
TAHUN 2017

INTERNATIONAL SAFETY MANAGEMENT CODE


A. Pengertian ISM Code

International Safety Management Code (ISM CODE) adalah aturan


Management International untuk keselamatan kapal-kapal dan untuk pencegahan
pencemaran ditujukan kepada pertanggung jawaban orang-orang yang mengelola
atau mengoperasikan kapal-kapal dan membuat sebuah standar internasional
untuk pengelolaan dan pengoperasian kapal-kapal dengan aman dan untuk
pencegahan pencemaran.

ISM Code adalah salah satu contoh standar sistem manajemen K3 dan
Lingkungan. Lebih kurang sejajar dengan OHSAS 18001:2007 dan ISO
14001:2004. ISM Code bukanlah standar sitem manajemen yang dijalankan atas
asas suka rela melainkan merupakan standar manajemen K3 dan lingkungan yang
dipersyaratkan melalui peraturan perundang dan persyaratan lain. Di Republik
Indonesia, system manajemen K3 yang jelas-jelas merupakan kewajiban
berdasarkan peraturan perundang-undangan adalah Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang telah diamanatkan melalui
Peraturan Pemerintah No 50 Tahun 2012.

ISM Code lahir dari kebutuhan pengelolaan keselamatan di kapal yang


disebabkan oleh tingginya angka kecelakaan kerja di bidang maritim dan dunia
pelayaran. Berdasarkan resolusi IMO A.741(18) yang disahkan pada tanggal 4
November 1993 lahirlah International Management Code for the Safe Operation
and for Pollution Prevention. Code atau ketentuan ini kemudian diadopsi oleh
SOLAS (Safety of Life At Sea) dalam satu bab sendiri yaitu pada bab IX. SOLAS
salah satu konvensi internasional untuk keselamatan di dunia maritim. Di dalam
Bab IX SOLAS ini, ISM Code dijelaskan sebagai Ketentuan Manajemen
Internasional untuk pengoperasian kapal secara aman dan pencegahan
pencemaran yang diadopsi oleh Organisasi dengan resolusi A.741

B. Latar Belakang ISM Code


Pada akhir 1980-an ketika ada kekhawatiran meningkat mengenai standar
pengelolaan yang buruk dalam pengiriman. Diperkirakan bahwa sebagian besar
kecelakaan maritim (80% -90%) adalah disebabkan kesalahan manusia.
Penyelidikan kecelakaan disorot kekurangan pada bagian dari manajemen kapal
baik di laut dan darat.

Pada tahun 1987 Majelis mengadopsi Resolusi IMO A.595 (15)


yang mengatakan kepada Komite Keselamatan Maritim untuk mengembangkan
pedoman mengenai kapal dan manajemen berbasis pantai untuk memastikan
keselamatan operasi roll-on/roll-off (Ro-Ro) penumpang feri . Hilangnya tragis
Herald of Free Enterprise pada tahun 1987 adalah sebuah katalis dalam proses
ini.Setelah ini, Inggris diperkenalkan secara sepihak, untuk kapal penumpang
Inggris Kelas II dan IIA, Merchant Shipping (Operasi Buku) Peraturan 1988
(SI1988 No.1716).

Peraturan-peraturan, yang sekarang digantikan oleh SI 1997/3022 dan SI


1998/1561, dikembangkan sekitar dua prinsip pusat yang;
kapal tersebut membawa sebuah buku (disebut buku operasi) yang berisi instruksi
dan informasi untuk operasi yang aman dan efisien;dan MSIS 2/CH 1 REV
0509/Page 1 pemilik kapal mencalonkan seseorang (dikenal sebagai Orang yang
Ditunjuk) untuk mengawasi operasi kapal mereka dan untuk memastikan bahwa
ketentuan-ketentuan yang tepat dibuat sehingga persyaratan dari buku operasi
dipenuhi.

Persyaratan ini juga ketentuan mendasar dari ISM. Kode ISM berusaha
untuk mengatasi unsur manusia operasi kapal. Setelah hilangnya Estonia pada
tahun 1994 Dewan Uni Eropa mengadopsi Peraturan Dewan 3051/95 No (EC)
tanggal 8 Desember 1995 tentang manajemen keselamatan kapal feri penumpang
roll-on/roll-off. Dari 1 Juli 1996 Peraturan ini dibuat sesuai dengan Kode ISM wajib
untuk berlayar di laut penumpang feri Ro-Ro yang beroperasi layanan reguler ke
atau dari port dari Negara Anggota Uni Eropa. Merchant The Pengiriman (ISM
Code) (Ro-Ro Penumpang Feri) Peraturan 1997 (SI 1997 Nomor 3022)
menyediakan untuk penegakan Peraturan Dewan.
Pada Konferensi pihak Pemerintah untuk 1974 Keselamatan Jiwa di Laut
(SOLAS) Konvensi, yang diselenggarakan pada Mei 1994, sebuah bab baru (Bab
IX) ditambahkan pada Konvensi yang dibuat sesuai dengan Code ISM wajib, baik
dari 1 Juli 1998 atau 1 Juli 2002 tergantung pada jenis kapal. Kode ISM sendiri
diadopsi pada tanggal 4 November 1993 dengan Resolusi A.741 (18).
1.4 Inggris dan IMO tindakan terhadap Aman Manajemen Kapal

Sebagai akibat dari insiden besar rinci di atas, sejumlah langkah diambil
baik secara nasional dan internasional:

a. Resolusi A.596 Aman berjudul ''Manajemen dan Operasi Kapal''


diadopsi pada tahun 1987.
b. Inggris dilaksanakan Merchant Shipping (Operasi Buku) Peraturan, SI
1988 No 1716 (sekarang digantikan).
c. Resolusi IMO A.647 ''Pedoman Pengelolaan Aman Pengoperasian
Kapal dan Pencegahan Pencemaran'' diadopsi pada 1989
(menggantikan A.596).
d. sebuah A.680 Resolusi, lebih lanjut, berjudul Pedoman IMO ''pada
Manajemen Keselamatan Pengoperasian Kapal dan Pencegahan
Pencemaran'' diadopsi tahun 1991, menggantikan A.647
e. Resolusi A.741''Manajemen Internasional Kode untuk Keselamatan
Pengoperasian Kapal dan Pencegahan Polusi'', ISM Code, diadopsi
pada tahun 1993

Di Republik Indonesia sendiri, penerapan ISM Code (yang merupakan bagian


dari SOLAS juga) dipersyaratkan berlandaskan kepada beberapa peraturan perundangan
sebagai berikut:

1. UU No 21 tahun 1992 tentang Pelayaran


2. UU No 17 tahun 2008 tentang Pelayaran yang merupakan penyempurnaan
dari UU No 21 Tahun 1992
3. Keppres No 65 tahun 1980 tentang Ratifikasi SOLAS
4. SK Dirjen Perla No PY. 67/1/6-96 tanggal 12 Juli 1996 tentang
Pemberlakuan Manajemen Keselamatan Kapal (ISM Code)

Berdasarkan SK Dirjen tersebut ISM Code berlaku bagi kapal-kapal


berbendera Indonesia yang digunakan untuk pelayaran dalam negeri dan
internasional. Mobile Offshore Drilling Unit (yangmenjadi persyaratan kotor lebih
dari 500 ton) atau MODU yang digunakan dalam proses pengeboran minyak juga
termasuk dalam kapal yang diwajibkan memberlakukan ISM Code ini. Seperti
halnya OHSAS 18001:2007 dan ISO 14001:2004, ISM Code terdiri dari beberapa
elemen/klausul atau di ISM disebut sebagai Code. Code tersebut lebih kurang
identic dengan klausul-klausul yang menjadi persyaratan OHSAS dan ISO.

C. Tujuan Dan Manfaat ISM Code

Tujuan dari ISM Code adalah untuk memastikan keamanan di laut,


pencegahan kecelakaan manusia, kerugian hidup dan menghindari kerusakan
lingkungan, khususnya terhadap lingkungan laut. Kode ISM membutuhkan pemilik
dan operator kapal untuk mengatur di tempat Sistem Manajemen Keselamatan
(SMS). Pengenalan SMS mengharuskan Perusahaan untuk mendokumentasikan
prosedur manajemen untuk memastikan bahwa kondisi, kegiatan dan tugas-tugas,
baik darat dan mengapung, mempengaruhi keselamatan dan perlindungan
lingkungan, direncanakan, diorganisir, dijalankan dan diperiksa sesuai dengan
persyaratan legislatif dan Perusahaan.

Penerapan wajib dari ISM akan membantu untuk memastikan:

1. kepatuhan terhadap peraturan wajib dan peraturan yang berkaitan dengan


keselamatan operasi kapal dan perlindungan lingkungan; dan
2. pelaksanaan yang efektif dan penegakan hukum daripadanya oleh Bendera
Administrasi Negara.

Manfaat penerapan ISM Code


1. Pembentukan budaya keselamatan ( safety culture )
2. Kesadaran bahwa keselamatan jiwa , barang , dan lingkunagn laut adalah
menjadi tanggug njawab bersama perusahaan pelayran , personil dikapal
dan pemerintah ( Regulator )
3. Kepercayaan yang lebih besar dari pengguma jasa
4. Menghemat biaya operasional
5. Premium asuransi lebih menguntungkan
6. Meningkatkan moral perusahaan / operator

D. Ada 16 elemen-elemen ISM Code

1. Umum

Sebuah pendahuluan yang menjelaskan tujuan umum dari ISM


Code dan sasaran-sasaran yang hendak dicapai.

2. Kebijakan mengenai keselamatan dan perlindungan lingkungan

Perusahaan harus menyatakan secara tertulis kebijakannya (policy)


tentang keselamatan dan perlindungan lingkungan maritim (kelautan) dan
memastikan bahwa setiap orang dalam perusahaannya mengetahui dan
mematuhinya.

3. Tanggung jawab dan wewenang perusahaan

Perusahaan harus memiliki cukup orang-orang yang mampu bekerja di


atas kapal dengan peranan dan tanggung jawab yang didefinisikan secara
tertulis dengan jelas (siapa yang bertanggung jawab atas apa).

4. Orang yang ditunjuk sebagai koordinator/penghubung antara pimpinan


perusahaan dan kapal (DPA)
Perusahaan harus menunjuk/mengangkat seseorang atau lebih di
kantor pusat di darat yang bertanggung jawab untuk memantau dan mengikuti
semua kegiatan yang berhubungan dengan “Keselamatan” kapal.

5. Tanggung jawab dan wewenang Nakhoda / Master

Nakhoda bertanggung jawab untuk membuat sistem tersebut berlaku di


atas kapal. Ia harus membantu memberi dorongan / motivasi kepada ABK
untuk melaksanakan sistem tersebut dan memberi mereka instruksi-instruksi
yang diperlukan. Nakhoda adalah “bos” di atas kapal dan bila dipandang perlu
untuk keselamatan kapal atau awaknya dia dapat melakukan penyimpangan
terhadap semua ketentuan yang dibuat oleh kantor mengenai “Keselamatan”
dan “Pencegahan” yang sudah ada.

6. Sumber daya dan personalia

Perusahaan harus mempekerjakan orang-orang “yang tepat” di atas


kapal dan di kantor serta memastikan bahwa mereka semua:

- Mengetahui tugas-tugas mereka masing-masing


- Menerima instruksi-instruksi tentang cara melaksanakan tugasnya.
- Mendapat pelatihan jika perlu

7. Pengembangan program untuk keperluan operasi-operasi di atas kapal

Buatlah program mengenai apa yang anda harus lakukan dan


lakukanlah apa yang sudah anda programkan”. Anda perlu membuat program
mengenai pekerjaan anda di atas kapal dan melakukan pekerjaan anda sesuai
dengan program yang telah dibuat.

8. Kesiapan terhadap keadaan darurat


Anda harus siap untuk hal-hal yang tidak terduga (darurat). Itu dapat
terjadi setiap saat. Perusahaan harus mengembangkan rencana-rencana
untuk menanggapi situasi-situasi darurat di atas kapal dan mempraktekkan
kepada mereka.

9. Laporan-laporan dan analisa mengenai penyimpangan ( non – conformity ),


kecelakaan-kecelakaan dan kejadian - kejadian yang membahayakan.

Tidak ada orang atau sistem yang sempurna. Hal yang baik tentang
sistem ini adalah bahwa sistem ini memberikan kepada anda suatu cara untuk
melakukan koreksi dan memperbaikinya. Jika anda menemukan sesuatu yang
tidak benar (termasuk kecelakaan dan situasi-situasi yang berbahaya atau juga
yang nyaris terjadi / near miss) laporkan hal itu. Hal-hal yang tidak benar
tersebut akan dianalisa dan keseluruhan sistem dapat diperbaiki.

10. Pemeliharaan kapal dan perlengkapannya

Kapal dan perlengkapannya harus dipelihara dan diusahakan selalu


baik dan berfungsi. Anda harus selalu mentaati semua ketentuan / aturan dan
peraturan-peraturan yang berlaku. Semua peralatan / perlengkapan yang
penting bagi keselamatan anda harus selalu terpelihara dan diyakinkan akan
berfungsi dengan baik melalui pengujian secara teratur / berkala. Buatlah
record / catatan tertulis semua pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan

11. Dokumentasi

Sistem kerja anda (Sistem Manajemen Keselamatan-SMS) harus


dinyatakan secara tertulis (didokumentasikan) dan dapat dikontrol. Dokumen-
dokumen tersebut harus ada di kantor dan di atas kapal. Anda harus
mengontrol semua pekerjaan administrasi anda yang berkaitan dengan sistem
tersebut (yakni : laporan-laporan tertulis dan formulir-formulir).

12. Tinjauan terhadap hasil verifikasi dan evaluasi perusahaan


Perusahaan harus mempunyai metode-metode untuk melakukan
pemeriksaan internal untuk memastikan bahwa sistem tersebut berfungsi dan
terus meningkat

13 s/d 16 : Sertifikasi, verifikasi dan kontrol

Pemerintah di negara bendera (Flag administration) atau suatu


badan/organisasi yang diakui olehnya (RO), akan mengirimkan auditor-
auditor eksternal untuk mengecek sistem manajemen keselamatan dari
perusahaan di kantor dan di atas kapal-kapalnya. Setelah ia memastikan
dirinya bahwa sistem tersebut telah berjalan, pemerintah negara bendera
kapal akan mengeluarkan Document of Compliance untuk kantor dan
Safety Management Certificate untuk setiap kapalnya.

Anda mungkin juga menyukai