Cerpen 2

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 3

NAMA : SRI REJEKI

KELAS : XII IPS


CERITA RAKYAT

Legenda Batu Laki dan Batu Bini

Pada zaman dahulu, di tepi sungai yang terletak di sebelah barat Pegunungan Meratus
tinggallah seorang janda beserta anaknya, hidup mereka sangat miskin karena ibu dan
anaknya hanya bergantung pada hasil hutan dan sungai untuk bertahan hidup. Ibunya
bernama Diang Ingsun dan anaknya bernama si Angui , sejak kecil ia sudah menjadi anak
yatim. Jadi hanya ibunyalah yang menjadi tulang punggung keluarga. Mereka hanya tinggal
di gubuk kecil tua reot dan mau roboh.

Hari-hari Diang Ingsun dan si Angui diisi dengan kegiatan mencari ikan di sungai dan
mengumpulkan umbi-umbian untuk dimakan. Jika ada sisa, mereka menjualnya kepada
penduduk yang membutuhkan untuk ditukar dengan beras.

Seiring berjalannya waktu, kini si Angui tidak lagi sebagai seorang anak kecil, tapi ia sudah
tumbuh menjadi seorang pemuda yang rajin bekerja. Si Angui juga mengumpulkan rotan
untuk dijual kepada pedagang yang datang ke kampung tempat tinggalnya.

Suatu hari sebuah kapal besar merapat di pelabuhan kampung si Angui. Kapal itu milik
seorang saudagar yang datang untuk mencari rotan, damar dan lain-lain. Saudagar tersebut
sangat tertarik dengan rotan si Angui, dan ternyata saudagar tersebut juga memperhatikan
kerja si Angui yang dinilainya rajin dan ulet. Akhirnya saudagar tersebut berniat mengajak si
Angui untuk bekerja bersamanya. Si Angui pun tertarik dengan tawaran saudagar itu. Karena
si Angui merasa prihatin melihat keadaan dirinya dan terutama ibunya, ia ingin mengubah
hidupnya dan ibunya, ia pun ingin membahagiakan ibunya.

Setelah mendapat restu dari ibunya, besok paginya si Angui berangkat bersama saudagar itu.
Namun sebelum si Angui berangkat ia berpesan kepada ibunya agar ayam jago
kesayangannya dipelihara baik-baik. Ibunya pun juga juga berpesan kepda si Angui agar
cepat pulang jika sudah berhasil.
Si Angui akhirnya ikut bersama pedagang itu selama bertahun-tahun. Karena sifat rajin dan
kerja kerasnya, maka saudagar pun merasa simpati kepada si Angui, ia pun menikahkan
putrinya yang cantik dengan si Angui. Setelah mereka menikah, hari-hari yang dijalani si
Angui dan istrinya pun begitu bahagia. Namun ditengah kebahagiaan itu, tak lama kemudian
saudagar itu pun akhirnya meninggal dunia. Seluruh harta kekayaan dari saudagar itu
akhirnya diwariskan kepada si Angui beserta istrinya. Maka terkenallah si Angui sebagai
saudagar yang kaya raya.

Karena merasa sudah menjadi orang yang berhasil, maka teringatlah si Angui dengan pesan
ibunya agar cepat pulang menemui ibunya yang hanya tinggal sendiri dikampung. Niat baik
si Angui pun disambut hangat oleh istrinya yang juga merasa penasaran dengan sosok ibunya
si Angui. Sesekali istrinya menanyakan ibu si Angui yang tidak lain adalah mertuanya.

Di suatu hari si Angui bersama istrinya berlayar ke kampung asalnya untuk menemui ibunya.
Si Angui dan istrinya beserta anak buahnya pergi berlayar menggunakan kapal besar yang
megah. Mereka semua menikmati pelayaran.
Sesampainya di pelabuhan, kapal si Angui pun merapat. Si Angui dan istrinya berdiri di
anjungan kapal. Dengan tahi lalat di atas pelupuk mata kanan si Angui, beberapa orang
mengenal lelaki di anjungan kapal itu yang tidak lain adalah si Angui. Lelaki di pelabuhan
itu pun terkejut dan cepat-cepat menemui diang Ingsun, mengabarkan berita kedatangan si
Angui.

Mendengar kabar dari penduduk kampung itu, diang Ingsun merasa bahagia. Diang Ingsun
dengan kerentaannya segera menemui si Angui di pelabuhan dengan menggunakan jukung
yang dulu biasa dipakai si Angui dan diang Ingsun untuk mencari ikan di sungai. Dengan
jukung dan ayam jago yang berumur panjang yang di bawanya, diang Ingsun berharap si
Angui akan mudah mengenalinya.

diang Ingsun membawa ayam jago di perahunya

Akhirnya jukung diang Ingsun hampir berdekatan dengan kapal si Angui. Dari kejauhan
diang Ingsun memanggil-manggil anaknya sambil melambaikan tangannya. Seisi kapal heran
melihat seorang nenek tua dengan pakaian lusuh menggunakan perahu kecil berteriak
memanggil si Angui. Istinya pun bertanya kepada si Angui tentang siapa nenek tua itu, dan
apak dia ibunya si Angui. Si Angui pun menjawab bahwa nenek tua renta dan miskin itu
bukan ibunya. Diang Ingsun terus memanggil-manggil nama si Angui dengan mengatakan “
Angui anakku, ini aku ibu mu.. dan ini ayam jago kesayangan mu nak.. dan ini jukung yang
dulu pernah kita pakai untuk mencari ikan”. Si Angui pun menjawab “Hai perempuan tua
kau jangan mengada-ada, ibuku tidak berpenampilan serenta itu, dan kau jangan berdusta,
tidak mungkin ayam jagoku berusia setua itu, dan aku tidak pernah mempunyai jukung kecil
seperti itu”.

Si Angui merasa malu jika rahasianya terbongkar. Istri si Angui pun menjawab “Jika benar
ibu tua itu adalah ibumu, tidak mengapa kakanda, adinda bisa menerimanya”. Si Angui
berkeras hati dan mengatakan bahwa itu bukan ibunya. Diang Ingsun dengan sakit hati
berdo’a pada yang Maha Kuasa, bahwa jika benar lelaki yang berdiri di anjungan kapal itu
adalah si Angui maka dengan Kuasa-Mu celakakanlah dia karena sudah berani mendurhakai
ibu kandungnya.

Baru saja diang Ingsun selasai bedo’a, tiba-tiba hujan turun dengan derasnya disertai angin
kencang dan suara Guntur yang bergemuruh. Kapal si Angui terombang-ambing oleh
gelombang oleh air laut. Kemudian kapal si Angui terhempas gelombang air laut dan kapal
megah itu terbelah dua, satu bagian berisi si Angui besrta anak buahnya dan hartanya, dan
satu bagian lagi berisi istrinya deserta dayang-dayangnya.
Si Angui memanggil-manggil ibunya dan meminta maaf, seruan si Angui tak dihiraukan
diang Ingsun dan dia terus saja mengayuh jukungnya meninggalkan pelabuhan. Bencana pun
tak terelakkan, kapal yang megah itu tenggelam ke dasar laut. Dan ketika air laut surut
timbullah potongan-potongan kapal yang sudah berwujud batu. Potongan kapal yang berisi
istri Angui berubah menjadi gunung batu yang kemudian disebut Gunung Batu Bini,
sedangkan potongan kapal yang berisi Angui setelah menjadi batu disebut Gunung Batu Laki.
Tiang layarnya mencuat dan kemudian tumbuh menjadi pohon yang tinggi di puncak Gunung
Batu Laki. Sementara Diang Ingsun menjelma menjadi burung elang berwarna hitam yang
sering menginap di Gunung Batu Laki.

Gunung Batu Laki dan Gunung Batu Bini terletak di di Provinsi Kalimantan Selatan.
Pegunungan ini membentang dari arah Selatan di Kabupaten Tanah Laut hingga ke Utara
dekat perbatasan Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah. di sebelah Barat dari
Pegunungan Meratus terdapat dua buah gunung yang dikenal dengan Gunung Batu Bini dan
Gunung Batu Laki.

Anda mungkin juga menyukai