Anda di halaman 1dari 7

GERAKAN PEMBAHARUAN ISLAM

A. Latar Belakang

Salah satu bidang kajian Islam yang secara intens dilakukan pengkajian
oleh kalangan akademisi, ilmuwan, dan pemerhati Islam adalah tentang
pembaruan dalam Islam. Hal ini terlihat dari banyaknya kajian yang
membicarakan tema tersebut, baik mengenai sejarahnya, maupun tokoh, serta
pemikiran pembaruannya.
Adanya intensitas perbincangan dan pengkajian tersebut, menunjukkan
bahwa di kalangan umat Islam, khususnya di kalangan para ilmuwan Islam, telah
terbangun suatu pandangan bahwa pembaruan Islam merupakan suatu
keniscayaan sekaligus sebagai konsekuensi logis dari pengalaman ajaran Islam.
Meskipun demikian, menurut Din Syamsudin, terdapat saling tarik-
menarik yang menjadikan isu pembaruan Islam aktual sekaligus kontroversial
sepanjang sejarah pemikiran Islam. Dengan ungkapan lain bahwa terdapat
kelompok pro dan kontra terhadap pembaruan Islam, yaitu antara yang
menganggap bahwa pembaruan Islam sebagai suatu keharusan untuk aktualisasi
dan kontekstualisasi ajaran Islam sebagaimana paparan singkat di atas, dengan
yang melakukan penolakan dan penentangan terhadap pembaruan Islam karena
dipandang bahwa Islam adalah agama pembawa kebenaran mutlak sehingga
upaya pembaruan dipandang bertentangan dengan watak kemutlakan Islam
tersebut. Di samping itu, penolakan tersebut didasari oleh suatu pandangan
bahwa pembaruan (modernitas) adalah produk kebudayaan Barat, sedangkan
Barat dipandang sebagai musuh Islam dan umat Islam baik secara politik maupun
kultural.
Melihat perbedaan di atas, Din Syamsuddin berpandangan bahwa
perbedaan mendasar antara yang pro dan kontra pembaruan sesungguhnya
terletak pada kerangka metodologis dalam memahami Islam sehingga perbedaan
antara keduanya berada dalam wilayah pemahaman atau penafsiran, bukan dalam
wilayah yang sangat prinsip. Oleh karenanya, pembaruan Islam pada dataran ini
dapat dipandang sebagai suatu keharusan.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah hakekat dan makna gerakan pembaharuan dalam islam?
2. Bagaimanakah ciri-ciri gerakan pembaharuan dalam islam tersebut?
3. Apa sajakah faktor-faktor gerakan pembaharuan dalam islam?
4. Apakah tujuan gerakan pembaharuan dalam islam?
5. Adakah pengaruh gerakan pembaharuan islam bagi dunia?

C. Tujuan
1. Memahami hakekat dan makna gerakan pembaharuan dalam islam
2. Memahami ciri-ciri gerakan pembaharuan dalam islam
3. Mengerahui apa sajakah faktor-faktor gerakan pembaharuan dalam islam
4. Mengetahui tujuan gerakan pembaharuan dalam islam
5. Mengetahui pengaruh gerakan pembaharuan islam bagi dunia

BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakekat Makna Gerakan Pembaharuan Islam

Dalam kosakata “Islam”, pembaruan digunakan kata tajdid, kemudian


muncul berbagai istilah yang dipandang memiliki relevansi makna dengan
pembaruan, yaitu modernisme, reformisme, puritanis-me, revivalisme, dan
fundamentalisme.
Di samping kata tajdid, ada istilah lain dalam kosa kata Islam tentang
kebangkitan atau pembaruan, yaitu kata islah. Kata tajdid biasa diterjemahkan
sebagai “pembaharuan”, dan islah sebagai “perubahan”. Kedua kata tersebut
secara bersama-sama mencerminkan suatu tradisi yang berlanjut, yaitu suatu
upaya menghidupkan kembali keimanan Islam beserta praktek-prakteknya dalam
komunitas kaum muslimin.
Berkaitan hal tersebut, maka pembaruan dalam Islam bukan dalam hal
yang menyangkut dengan dasar atau fundamental ajaran Islam; artinya bahwa
pembaruan Islam bukanlah dimaksudkan untuk mengubah, memodifikasi,
ataupun merevisi nilai-nilai dan prinsip-prinsip Islam supaya sesuai dengan
selera jaman, melainkan lebih berkaitan dengan penafsiran atau interpretasi
terhadap ajaran-ajaran dasar agar sesuai dengan kebutuhan perkembangan, serta
semangat jaman. Terkait dengan ini, maka dapat dipahami bahwa pembaruan
merupakan aktualisasi ajaran tersebut dalam perkembangan sosial.
Senada dengan hal di atas, Din Syamsuddin mengatakan bahwa
pembaruan Islam merupakan rasionalisasi pemahaman Islam dan kontekstualisasi
nilai-nilai Islam ke dalam kehidupan. Sebagai salah satu pendekatan pembaruan
Islam, rasionalisasi mengandung arti sebagai upaya menemukan substansi dan
penanggalan lambang-lambang, sedangkan kontekstualisasi mengandung arti
sebagai upaya pengaitan substansi tersebut dengan pelataran sosial-budaya
tertentu dan penggunaan lambang-lambang tersebut untuk membungkus kembali
substansi tersebut. Dengan ungkapan lain bahwa rasionalisasi dan
kontekstualisasi dapat disebut sebagai proses substansi (pemaknaan secara hakiki
etika dan moralitas) Islam ke dalam proses kebudayaan dengan melakukan
desimbolisasi (penanggalan lambang-lambang) budaya asal (baca: Arab), dan
pengalokasian nilai-nilai tersebut ke dalam budaya baru (lokal). Sebagai proses
substansiasi, pembaruan Islam melibatkan pendekatan substantivistik, bukan
formalistik terhadap Islam.

B. Ciri-Ciri Gerakan Pembaharuan


Muhammadiyah memiliki dua ideom pokok, yakni Purifikasi (tandhif al-
Aqidah al-Islamiyah) dan Dinamisasi (tajdid/pembaharuan). Keduanya identik,
tidak dapat dipisahkan antara satu dengan lainnya. Purifikasi (pemurnian) itu
juga bermakna Tajdid. Menciptakan islam yang berkemajuan akan tetapi juga
otentik “ruju’ ila al-Qur’an wa as-Sunnah” sebagaimana cita-cita Ahmad Dahlan.
Dengan tajdid ini, akan menjadikan islam akan tetap responsif terhadap
perubahan zaman. Dari sifat kembali pada otentisitas itulah, dapat disebut
Puritan, dan karena melakukan pembaharuan dibidang social, pendidikan,
kesehatan, dan lain sebagainya itu disebut pembaharu. Maka muhammadiyah
adalah puritan-pembaharu, suatu makna dari dua sisi koin mata uang yang tidak
dapat dipisahkan. Maka Haedar Nashir pun menyatakan keniscayaan akan dua
ideum pokok itu (purifikasi dan dinamisasi) bagi Muhammadiyah yang harus
didialektikan sepanjang zaman.

Adapun ciri-ciri gerakan pembaharuan Islam antara lain :

1) Kepercayaan yang kuat bahwa masyarakat harus ditata atas dasar Al-Qur’an
dan As-Sunnah / hadits nabi.
2) Kebudayaan barat harus ditolak. Meskipun ada yang mau menerima
kemajuan-kemajuan barat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi (Muzaffar,
Chandra; 1988).
3) Adanya keyakinan bahwa segala aktivitas kehidupan mulai dari aqidah,
ibadah maupun muamalah berdasarkan kepada al Qur’anul karim dan sunnah
shahihah

C. Faktor-Faktor Gerakan Pembaruan Islam

Di Indonesia, gerakan pembaruan dipelopori oleh ulama Sumatera Barat,


Haji Miskin, Haji Paibang dan Haji Sumanik, mereka menyebarkan paham atau
aliran Wahabi yang dibawanya dari Mekkah. Untuk memberantas adat istiadat
dan hal-hal dipandang sebagai bid’ah, mereka membentuk persatuan harimau non
salapan, terdiri dari 8 orang pimpinan. Persatuan tersebut mendapat tantangan
hebat dari golongan adat dengan meminta bantuan kepada Belanda. Maka timbul
perang Padri pada tahun 1821-1837.
Kesemuanya itu kalau diringkas ada 3 penyebab, yaitu perpecahan,
dekadensi moral dan kebodohan. Untuk itu perlu adanya toleransi internal,
peningkatan pendidikan dan pengajaran terutama dalam bidang sains dan
teknologi. Pada prinsipnya pembaruan berintikan pikiran dan gerakan untuk
menyesuaikan paham-paham keagamaan Islam dengan perkembangan baru yang
ditimbulkan oleh kemajuan ilmu dan teknologi. Adapun faktor-faktor yang
mendorong gerakan pembaharuan ini antara lain :
1) Kepercayaan terhadap Barat secara keseluruhan yang dialami oleh generasi
baru muslim.
2) Gagalnya sistem sosial yang bertumpu pada kapitalisme dan sosialisme
3) Gaya hidup elit sekuler di negara-negara Islam.
4) Hasrat untuk memperoleh kekuasaan diantara segmen kelas menengah yang
semakin berkembang yang tidak dapat diakomodasi secara politik.
5) Pencarian keamanan psikologis diantara kaum pendatang baru di daerah
perkotaan.
6) Ketahanan ekonomi negara-negara Islam tertentu akibat melonjaknya harga
minyak.
7) Rasa percaya diri akan masa depan akibat kemenangan Mesir atas Israel tahun
1973, Revolusi Iran 1979, dan fajar kemunculan kembali peradaban Islam
abad ke 15 Hijriah. (Mazaffar, Chandra ;1988)

D. Tujuan Gerakan Pembaharuan


Berbicara mengenai tujuan pembaruan Islam, maka tidak dapat dilepaskan
dari misi yang diemban oleh gerakan tersebut. Menurut Achmad Jainuri bahwa
pembaruan Islam memiliki dua misi ganda, yaitu misi purifikasi, dan misi
implementasi ajaran Islam di tengah tantangan jaman.

Bertitik-tolak dari kedua misi di atas, maka tujuan pokok dari pembaruan
Islam adalah: Pertama, purifikasi ajaran Islam, yaitu mengembalikan semua
bentuk kehidupan keagamaan pada jaman awal Islam sebagaimana dipraktekkan
pada masa Nabi. Jaman Nabi sebagaimana digambarkan oleh Sayyid Qutb
sebagai periode yang hebat, suatu puncak yang luar-biasa dan cemerlang dan
merupakan masa yang dapat terulang. Terjadinya banyak penyimpangan dari
ajaran pokok Islam pasca Nabi bukan karena kurang sempurnanya Islam, tetapi
karena kurang mampunya untuk menangkap Islam sesuai semangat jaman; serta
dalam konteks ini, banyaknya unsur-unsur luar yang masuk dan bertentangan
dengan Islam sehingga diperlukan adanya upaya untuk mengembalikan atau
memurnikan kembali sesuai dengan orisinalitas Islam. Upaya ini dapat dilakukan
dengan membentengi keyakinan akidah Islam, serta berbagai bentuk ritual dari
pengaruh sesat.
Kedua, menjawab tantangan jaman. Islam diyakini sebagai agama
universal, yaitu agama yang di dalamnya terkandung berbagai konsep tuntutan
dan pedoman bagi segala aspek kehidupan umat manusia, sekaligus bahwa Islam
senantiasa sesuai dengan semangat jaman. Dengan berlandaskan pada
universalitas ajaran Islam itu, maka gerakan pembaruan dimaksudkan sebagai
upaya untuk mengimplementasi-kan ajaran Islam sesuai dengan tantangan
perkembangan kehidupan umat manusia.

E. Pengaruh Gerakan Pembaharuan Islam Bagi Dunia


Kyai Haji Ahmad Dahlan dengan muhammadiyah yang didirikannya
terpanggil untuk mengubah keadaan dengan melakukan gerakan pembaharuan.
Untuk memberikan gambaran lebih lengkap mengenai latar belakang dan
pengaruh dari kelahiran gerakan muhammadiyah di Indonesia, dan sejak itulah
muhammadiyah adalah satu-satunya yang berani mengadakan pembaharuan
islam yang kuat dan tangguh di Asia tenggara. Dengan beratus-ratus cabang di
seluruh kepulauan dan berjuta-juta anggota yang tersebar diseluruh dunia,
muhammadiyah memang merupakan perherakan islam yang terkuat yang pernah
ada.
Sebagai pergerakan yang memajukan ajaran islam yang murni,
muhammadiyah juga telah memberikan sumbangan yang besar di bidang
kemasyarakan dan pemdidikan. Klinik-klinik perawatan kesehatan, rumah-rumah
piatu, panti asuhan, disamping beberapa ribu sekolah menjadikan
muhammadiyah sebagai lembaga non kristen dam bidang kemasyarakan,
pendidikan dan keagamaan swasta yang utama di Indonesia. ‘Aisyiah, Organisasi
wanitanya, mungkin merupakan pergerakan wanita islam yang terbesar di dunia.
Pendek kata muhammadiyah merupakan suatu organisasi yang utama dan terkuat
di negara terbesar kelima di dunia.
Kesimpulan

Gerakan reformasi islam telah berhasil menunjukkan keberhasilannya


secara fisik. Lembaga pendidikan, fasilitas pelayanan sosial, seperti rumah sakit,
gedung perkantoran dan sarana-prasarana fisik lainnya sudah berhasil
diwujudkan.

Efektivitas dari gerakan reformasi yang sudah berlangsung hampir 1 abad


masih memendam pertanyaan besar yaitu seberapa jauh gerakan ini mampu
menjawab tantangan jaman. Negara Indonesia yang mengalami krisis
kepemimpinan saat ini belum mampu menghadirkan tokoh yang dapat
memberikan keteladanan. Lalu dimanakah hasil kerja kaum reformis selama ini?

Daftar Pustaka

Artikel,Saylhendra dalam blognya:


http://saylhendra.files.wordpress.com/2008/12/ (diakses Rabu, 15 September
2015)
Fauzi. 2004. Pembaharuan Islam (Memahami Makna, Landasan, dan Substansi
Metode). Jurnal Ibda No 1 Vo. 2, hal. 27-42

Padmo, Soegijanto. 2007. Gerakan Pembaharuan Islam Indonesia dari Masa ke Masa:
Sebuah Pengantar. Jurnal Humaniora No. 2 Vol. 19, hlm. 151-160

Syamsudin, M. Din. 1993. “Mengapa Pembaruan Islam?”. Jurnal Ulumul Qur’an,


No. 3 Vol. IV, hal. 68-69

Anda mungkin juga menyukai