Anda di halaman 1dari 8

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Definisi Agresi
Agresi adalah perilaku fisik maupun verbal yang diniatkan untuk melukai objek
sasaran agresi.Sebuah perilaku dapat dikategorikan sebagai perilaku agresi jika
terdapat niat dan harapanuntuk menyakiti atau merusak objek agresi serta adanya
keinginan objek agresi untuk menghindari agresi yang ditujukan kepadanya.Agresi
seringkali berhubungan erat dengan marah.Ketika seseorang marah, biasanya
ada perasaan ingin menyerang, meninju, menghancurkan atau melempar sesuatu
dan biasanya timbul pikiran yang kejam.Bila hal-hal tersebut disalurkan maka
terjadilah perilaku agresi.

B. Jenis-Jenis Agresi
Karena agresi banyak macamnya, sementara dampaknya dapat sangat serius
pada korban,kita perlu membedakan berbagai jenisagresi sehingga kita dapat
membedakan perilaku agresif manayang merugikan, mana yang kurang
merugikan, dan bahkan yang justru diperlukan oleh masyarakat. Jadi, agresi tidak
selaluberdampak negatif.

Secara umu Myers (1996) membagi agresi dalam dua jenis, yaitu
1. Agresi rasa benci atau agresi emosi (hostile aggression) dan
2. agresi sebagai sarana untuk mencapai tujuan lain (instrumentalaggression).

C. Tipe-Tipe Agresi
Daerah kekuasaannya dari ancaman atau gangguan spesiesnya sendiri. Agresi
pertahanan ini disebut juga agresi teritorial.

1. Agresi Instrumental (Instrumental Aggression) Agresi instrumental adalah


agresi yang dilakukan oleh organisme atau individu sebagai alat atau cara
untuk mencapaitujuan tertentu.

2. Agresi Benci (Hostile Aggression) Agresi benci adalah agresi yang


dilakukan semata-matasebagai pelampiasan keinginan untuk melukai atau

1
menyakiti,atau agresi tanpa tujuan selain untuk menimbulkan efek kerusakan,
kesakitan atau kematian pada sasaran atau korban.

Menurut Moyer (dalam Koeswara,1988) tipe-tipe agresi, yaitu :


a. Agresi Predatori
Agresi yang dibangkitkan oleh kehadiran objek alamiah(mangsa). Biasanya
terdapat pada organisme atau spesies hewan yang menjadikan hewan dari
spesies lain sebagai mangsanya
b. Agresi antar jantan
Agresi yang secara tipikal dibangkitkan oleh kehadiran sesama jantan pada suatu
spesies.
c. Agresi ketakutan
Agresi yang dibangkitkan oleh tertutupnya kesempatan untuk menghindar dari
ancaman.
d. Agresi tersinggung
Agresi yang dibangkitkan oleh perasaan tersinggung atau kemarahan, respon
menyerang muncul terhadap stimulus yang luas (tanpa memilih sasaran), baik
berupa objek-objek hidup maupun objek-objek mati.
e. Agresi Pertahanan
Agresi yang dilakukan oleh organisme dalam rangka mempertahankan melindungi
anak-anaknya dari berbagai ancaman.
f. Agresi Materal
Agresi yang spesifik pada spesies atau organisme betina (induk) yang dilakukan
dalam upaya melindungi anak-anaknya dari berbagai ancaman.
g. Agresi Instrumental
Agresi yang dipelajari, diperkuat (reinforced) dan dilakukan untuk mencapai tujuan-
tujuan tertentu.

D. Teori-teori tentang agresi


Sama halnya dengan pembicaraan dalam bab-bab terdahulu, teori tentang
agresi juga terbagi dalam beberapa kelompok, yaitu kelompok teori bawaan atau
bakat, teori Environmentalis atau teori lingkungan, dan teori kognitif.

1. Teori Bawaan
Teori bakat atau bawaan terdiri atas teori Psikoanalisis dan teori Biologi.

2
2. Teori Naluri
Freud dalam teori psikoanalis klasiknya mengemukakan bahwa agresi adalah
satu dari dua naluri dasar manusia. Naluri agresi atau tanatos ini merupakan
pasangan dari naluri seksual atau eros. Jika naluri seks berfungsi untuk
melanjutkan keturunan, naluri agresi berfungsi mempertahankan jenis. Kedua
naluri tersebut berada dalam alam ketidaksadaran, khususnya pada bagian dari
kepribadian yang disebut Id yang pada prinsipnya.
3. Teori Biologi
Teori biologi mencoba menjelaskan prilaku agresif, baik dari proses faal
maupun teori genetika (ilmu keturunan). Yang mengajukan proses faal antara lain
adalah Moyer (1976) yangberpendapat bahwa perilaku agresif ditentukan oleh
proses tertentu yang terjadi di otak dan susunan syaraf pusat. Demikian pula
hormon laki-laki (testoteron) dipercaya sebagaipembawa sifat agresif. Menurut tim
American Psychological Association (1993), kenakalanremaja lebih banyak
terdapatpada remaja pria, karena jumlah testosteron menurutn sejak 25 tahun.
4. Teori Lingkungan
Inti dari teori lingkungan ini adalah bahwa perilaku agresi merupakan reaksi
terhadap peristiwa atau stimulasi yang terjadi di lingkungan.
5. Teori Frustasi-Agresi Klasik
Teori yang dikemukakan oleh Dollard dkk. (1939) dan Miller (1941) ini intinya
berpendapat bahwa agresi dipicu oleh frustasi. Frustasi itu sendiri artinya adalah
hambatan terhadap pencapaian suatu tujuan.
6. Teori Frustasi – Agresi Baru
Dalam perkembangannya kemudian terjadi beberapa modifikasi terhadap teori
Frustasi Agresi yang klasik. Salah satu modifikasi adalah dari Burnstein & Worchel
(1962) yang membedakan antara frustasi dengan iritasi
7. Teori belajar Sosial
Teori lain tentang agresi dalam lingkungan adalah teori belajar sosial. Berbeda
dari teori bawaan dan teori frustasi-agresi yang menekankan faktor-faktor
dorongan dari dalam, teori belajar sosial lebih memperhatikan faktor tarikan dari
luar
8. Teori kongnisi
Kategorisasi diri seperti yang dikemukakan oleh Kawakami & Dion (1995) dan
sudah diuraikan pada bagian tentang deprivasi relative ini merupakan penjelasan
juga dari teori kognisi. Sebagaimana telah diuraikan pada teori kognisi yang

3
berintikan pada proses yang terjadi pada kesadaran dalam membuat
penggolongan (kategorisasi), pemberian sifat-sifat (atribusi), penilaian, dan
pembuat keputusan.

A. Bentuk Agresi
Menurut Buss (dalam Pas) perilaku agresi bisa berupa verbal dan fisik, aktif dan
pasif, langsung dan tidak langsung.Perbedaan antara verbal dan fisik adalah antara
menyakiti secara fisik dan menyerang dengan kata-kata; aktif atau pasif
membedakan antara tindakan yang terlihat dengan kegagalan dalam bertindak;
perilaku agresi langsung berarti melakukan kontak langsung dengan korban yang
diserang, sedangkan perilaku agresi tidak langsung dilakukan tanpa adanya kontak
langsung dengan korban.
Bentuk Agresi Contoh
Fisik, aktif, langsung Menikam, memukul, atau menembak orang lain
Fisik, aktif, tak langsung Membuat perangkap untuk orang lain, menyewa
seorang pembunuh untuk membunuh.
Fisik, pasif, langsung Secara fisik mencegah orang lain memperoleh
tujuan atau tindakan yang diinginkan (seperti
aksi duduk dalam demonstrasi)
Fisik, pasif, tak langsung Menolak melakukan tugas-tugas yang seharusnya
Verbal, aktif, langsung Menghina orang lain
Verbal, aktif, tak langsung Menyebarkan gossip atau rumor jahat tentang
orang lain
Verbal, pasif, langsung Menolak berbicara kepada orang lain, menolak
menjawab pertanyaan, dll
Verbal, pasif, tak langsung Tidak mau membuat komentar verbal
(misal:menolak berbicara ke orang yang
menyerang
dirinya bila dia dikritik secara tidak fair)

4
B. Pemecahan Masalah
Kasus Harris dan Klebold merupakan perilaku agresi yang menjadi salah satu
masalah sosial yang cukup serius yang harus segera dipecahkan.Terdapat
beberapa strategi untuk mengendalikan dan mengurangi perilaku agresi. Strategi-
strategi tersebut adalah:
1. Hukuman
Menurut kaum behaviorisme, hukuman dapat dipakai untuk mengurangi perilaku yang
tidak diharapkan, yang dalam hal ini adalah perilaku agresi. Namun agar dapat
efektif mengurangi suatu tingkah laku, hukuman harus memenuhi tiga syarat: (1)
diberikan sesegera mungkin setelah perilaku yang ingin dikurangi muncul, (2)
setimpal dengan perilaku yang muncul, (3) diberikan setiap kali perilaku yang ingin
dikurangi timbul.
2. Katarsis
Katarsismerupakanpelepasan ketegangan dan kecemasan dengan jalan
melampiaskannya dalam dunia nyata. Teori katarsis menyatakan bahwa
pemberian kesempatan kepada individu yang memiliki kecenderungan pemarah
untuk berperilaku keras (dalam aktivitas katarsis), tapi dalam cara yang tidak
merugikan, akan mengurangi tingkat rangsang emosional dan tendensi untuk
melakukan perilaku agresi. Sedikit bertentangan dengan teori katarsis, Baron dan
Byrne (dalam Hanurawan, 2004) menyatakan bahwa katarsis bukanlah
merupakan instrumen yang efektif untuk mengurangi agresi yang bersifat terbuka.
Penelitian Robert Arms dan kawan-kawan melaporkan bahwa penonton sepak
bola gaya Amerika, gulat, dan hoki ternyata malah semakin menunjukkan sifat
kekerasan setelah menonton pertandingan olah raga itu dibanding sebelum
menonton.
Pada konteks katarsis itu, partisipasi individu dalam aktivitas katarsis non agresi
ternyata hanya memiliki pengaruh yang bersifat sementara terhadap rangsang
emosional dan tendensi berperilaku agresi dalam dirinya. Setelah melewati jangka
waktu tertentu, rangsang dan tendensi itu kemudian akan muncul kembali apabila
individu itu bertemu atau berpikir tentang orang yang sebelumnya menyebabkan
dirinya marah.
3. Pengenalan Terhadap Model Non Agresif
Menurut teori belajar sosial Albert Bandura, pengenalan terhadap model non agresif
dapat mengurangi dan mengendalikan perilaku agresi individu. Dalam penelitian
Baron pada tahun 1972 (dalam Hanurawan, 2004) dan penelitian Donnerstein dan

5
Donnerstein pada tahun 1976 (dalam Hanurawan, 2004) ditemukan bahwa
individu yang mengamati perilaku model non agresif menunjukkan tingkat agresi
yang lebih rendah daripada individu yang tidak mengamati perilaku model non
agresif.
4. Pelatihan Ketrampilan Sosial
Pelatihan ketrampilan sosial dapat mengurangi timbulnya perilaku agresi. Pelatihan
ketrampilan ini dimaksudkan untuk mengurangi frustrasi yang timbul akibat
ketidakmampuan dalam mengekspresikan dan mengomunikasikan keinginan
kepada orang lain, gaya bicara yang kaku, dan kurang sensitif terhadap simbol-
simbol emosional orang lain.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Agresi adalah tingkah laku individu ang di tunjukan untuk melukai atau
mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku
tersebut
2. Dengan agresi sebagai emosi yang bisa mengarah kepada tindakan-tindakan
agresif, berkowitz membedakan agresi dalam dua macam, yakni agresi instruresi
di bagi dalam mental dan agresi benci.
3. Teori-teori tentang agresi di bagi dalam dua kategori utama yaitu teori-teori yang
berpandangan bahwa agresi bersifat naluriah atau merupakan kodrat bawaan
manusia.
4. Mengendalikan emosi itu penting. Hal ini didasarkan atas kenyataan bahwa emosi
mempunyai kemampuan untuk mengomunikasikan diri kepada orang lain.
5. Pada dasarnya, emosi bukan sekedar suatu reaksi umum, namun merupakan
reaksi spesifik pula.
6. Fenomena peningkatan tingkah laku delinkuen sebagai akibat perang pada
masyarakat.

6
7. Manusia bersifat damai hanya terdapat manusia lain dalam kelompok kecinya
saja, misalnya terhadap sesama anggota clan. Sebaliknya manusia memusuhi
orang-orang dari luar kelompoknya dan ingin menghancurkan mereka untuk
mempertahankan eksistensi kelompoknya sendiri.

7
DAFTAR PUSTAKA

Anantasari. 2006. Menyikapi Perilaku Agresif Anak, Yogyakarta : KANISUS

Dewi, Rosmala. 2005. Berbagai Masalah Anak TK, Jakarta: Depdiknas

Ezzaty, Eka Rita. 2005. Mengenali Permasalahan Perkembangan Anak Usia TK. Jakarta ;
Depdiknas

Sobur, Alex. 1987. Butir-Butir Mutiara Rumah Tangga. Jakarta: BPK Gunung Mulia

Surya, Hendra. 2004. Kiat Mengatasi Perilaku Penyimpangan Perilaku Anak (Usia 3 – 12
Tahun). Jakarta: PT Elex media Komputindo.

http://www.scumdoctor.com/Indonesian/parenting/child-psychology/Child-Psychology-
And-Aggresive-Behaviour.html

Anda mungkin juga menyukai