BAB I
PENDAHULUAN
B. TUJUAN PENULISAN
BAB II
PEMBAHASAN
acuan sebuah kata tidak mudah diserap pancaindra, kata itu disebut kata
abstrak, seperti gagasan dan perdamaian. Kata abstrak digunakan untuk
mengungkapkan gagasan rumit. Kata abstrak mampu membedakan secara
halus gagasan yang sifat teknis dan khusus. Akan tetapi, jika kata abstrak
terlalu diobral atau dihambur-hamburkan dalam suatu karangan. Karangan
tersebut dapat menjadi samar dan tidak cermat.
4. Sinonim
Sinonim adalah dua kata atau lebih yang pada asasnya mempunyai
makna yang sama, tetapi bentuknya berlainan. Kesinoniman kata tidaklah
mutlak, hanya ada kesamaan atau kemiripan. Kita ambil contoh cermat dan
cerdik kedua kata itu bersinonim, tetapi kedua kata tersebut tidak persis
sama benar.
Kesinoniman kata masih berhubungan dengan masalah makna denotatif dan
makna konotatif suatu kata.
5. Kata Ilmiah dan kata populer
Kata ilmiah merupakan kata-kata logis dari bahasa asing yang bisa
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Kata-kata ilmiah biasa digunakan
oleh kaum terpelajar, terutama dalam tulisan-tulisan ilmiah, pertemuan-
pertemuan resmi, serta diskusi-diskusi khusus.
Yang membedakan antara kata ilmiah dengan kata populer adalah bila kata
populer digunakan dalam komunikasi sehari-hari. Dari pernyataan diatas
dapat disimpulkan, kata-kata ilmiah digunakan pada tulisan-tulisan yang
berbau pendidikan. Yang juga terdapat pada penulisan artikel, karya tulis
ilmiah, laporan ilmiah, skripsi, tesis maupun desertasi.
Agar dapat memahami perbedaan antara kata ilmiah dan kata populer,
berikut daftarnya:
7
c. Perubahan Makna
1. Terjadinya Perubahan Makna
Perubahan makna terjadi karena kata tidak bersifat statis. Dari waktu
ke waktu makna kata dapat mengalami perubahan. Untuk menjaga agar
pilihan kata selalu tepat maka setiap penutur bahasa harus selalu
memperhatikan perubahan-perubahan makna yang terjadi.
9
Perluasan Arti
Adalah suatu perubahan makna yang dialami sebuah kata yang tadinya
mengandung suatu makna yang khusus, tetapi kemudian meluas sehingga
melingkupi sebuah kelas makna khusus, tetapi kemudian meluas sehingga
melingkupinsebuah kelas makna yang lebih umum, misal: kata berlayar dulu
dipakai dengan pengertian bergerak di laut dengan menggunakan layar,
sekarang berarti semua tindakan mengarungi lautan atau perairan dengan
mempergunakan alat apa saja disebut berlayar.
Penyempitan Arti
Sebuah proses yang dialami sebuah kata dimana makna yang lama lebih
luas cakupannya daripada makna yang baru. Misalnya kata pala yang
tadinya berarti buah pada umumnya, sekarang hanya dipakai untuk
menyebutkan jenis buah tertentu.
Ameliorasi
Suatu proses perubahan makna dimana arti yang baru dirasakan lebih tinggi
atau lebih baik nilainya dari arti yang lama. Kata wanita dirasakan nilainya
lebih tinggi dari kata perempuan.
Peyorasi
Adalah proses perubahan makna sebagai kebalikan dari ameliorasi. Arti yang
baru dirasakan lebih rendah nilainya dari arti yang lama. Kata bini dianggap
tinggi pada zaman lampau, sekarang dirasakan sebagai kata yang kasar.
Metafora
Perubahan makna karena persamaan sifat antara dua objek. Merupakan
pengalihan semantik berdasarkan kemiripan persepsi makna. Kata matahari,
10
Metonimi
Poses perubahan makna terjadi karena hubungan yang erat antara kata-kata
yang terlibat dalam suatu lingkungan makna yang sama, dan dapat
diklasifikasikan menurut tempat atau waktu, menurut hubungan isi dan kulit,
hubungan antara sebab dan akibat. Gereja berarti tempat ibadah umat
kristen, tetap dipakai juga untuk mengacu persekutuan umat kristen.
Penemuan-penemuan yang sering disebut penemunya juga merupakan
contoh metonimi, misalnya ohm, ampere, watt.
Sebab itu ada beberapa hal yang perlu diketahui setiap penulis atau
pembicara, agar kata-kata yang dipergunakan tidak akan mengganggu
suasana, dan tidak akan menimbulkan ketegangan antara penulis atau
pembicara dengan para hadirin atau para pembaca. Syarat-syarat tersebut
adalah:
Lazim, maksudnya bahwa dalam kaidah sintaksis ini berarti kata itu
sudah menjadi milik Bahasa Indonesia. Kelompok kata atau pengelompokan
kata seperti itu memang sudah lazim dan dibiasakan dalam Bahasa
Indonesia. Misalnya: kata besar, agung, raya, tinggi dapat dikatakan sinonim,
hampir bersamaan atau hampir sama makna mereka. Kita dapat mengatakan
hari raya, hari besar (tepat dan lazim). Akan tetapi, kita tidak dapat
mengatakan hari tinggi. Apalagi jaksa agung diganti dengan jaksa raya ( tidak
saksama dan tidak lazim )
Kata makan dan santap adalah sinonim. Akan tetapi, orang belum
dapat mengatakan anjing bersantap sebagai sinonim anjing makan. Kalimat
tersebut secara sintaksis tepat, tetapi tidak saksama dan tidak lazim dari
sudut makna dan pemakaiannya.
13
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Sebagai seorang mahasiswa, perlu sekali mempelajari dan memahami
bagaimana penggunaan diksi yang tepat dan cermat karena seorang
mahasiswa itu selalu dibebankan dan berkelut dengan karya-karya tulis
dalam setiap tugas perkuliahannya.
15
DAFTAR PUSTAKA
Parera, Jos Daniel. 1976. Diksi dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Tahun
II Nomor 3. hlm. 2 – 17. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa
http://pusatbahasaalazhar.wordpress.com/pesona-puisi/pendayagunaan-
kata-dan-kesesuaian-memilih-kata-dalam-menulis-karya-sastra/