Anda di halaman 1dari 22

TRAUMA TERMAL DAN LUKA BAKAR (COMBUSTIO)

ETIOLOGI DAN PATOGENESIS


Etiologi
1. Api
 Kerusakan kulit tergantung dari suhu dan lamanya paparan
 Sering menyebabkan trauma inhalasi
 Luka bakar derajat IIa sampai IIb
2. Benda Panas
 Kerusakan kulit terbatas, sesuai dengan luas penampang benda
 Bentuk luka sesuai dengan bentuk permukaan benda
 Luka bakar derajat IIb sampai III
3. Air Mendidih
 Kerusakan kulit tergantung dari titik didih
 Cairan yang mengalir akan melepaskan kalori sehingga semakin ke bawah
maka kerusakannya semakin ringan
 Luka bakar derajat IIa sampai IIb

Respons Lokal
1. Zona Koagulasi
 Daerah dengan kerusakan maksimal yang irreversible
 Terdiri dari sel – sel mati karena nekrosis koagulasi dan hipoperfusi berat
 Berwarna putih atau tampak hangus
2. Zona Stasis
 Daerah hipoperfusi yang masih dapat diselamatkan dengan resusitasi
 Berwarna merah dan blanchable, kadang terdapat petechiae
 Kerusakan dapat menjadi irreversible karena hipotensi lama, infeksi, atau edema
3. Zona Hiperemis
 Daerah dengan perfusi yang meningkat
 Akan membaik kecuali apabila terdapat sepsis berat atau hipotensi lama
Respons Sistemik
1. Perubahan Kardiovascular
 Prostaglandin, leukotrien, histamin, bradikinin, serotonin  Permeabilitias kapiler
meningkat  Kehilangan cairan dan protein
 Vasokonstriksi perifer dan splanchnic
 Kontraktilitas myocard berkurang dan CO menurun
 Hipotensi sistemik dan hipoperfusi organ
2. Perubahan Pernapasan
 Bronkokonstriksi
 Acute respiratory distress syndrome
3. Perubahan Metabolik
 Katekolamin, kortisol, dan glukagon meningkat  Glukoneogenesis, lipolisis, dan
proteolisis meningkat  Konsumsi oksigen meningkat
 Basal metabolic rate meningkat sampai 3 kali
4. Perubahan Imunologi
 Ekspresi IL-2 menurun  Aktivasi sel Th1 berkurang
 Ekspresi IL-4 meningkat  Jumlah sel Th2 meningkat
 Ekskresi IL-6, PAF, dan IL-8 meningkat  Infiltrasi dan aktivasi neutrofil
 Sintesis immunoglobulin, fagositosis, bakterisid, dan opsonisasi berkurang
 Integritas mucosa usus berkurang  Translokasi flora normal  Endotoksemia
dan syok sepsis

KLASIFIKASI DAN PERHITUNGAN LUAS


Derajat Kedalaman
Derajat I Derajat IIa Derajat IIb Derajat III
 Partial thickness  Partial thickness
Kedalaman Superficial Full thickness
 Superfcl dermal  Deep dermal
 Epidermis
 Epidermis  Epidermis
Patologi Epidermis  Semua dermis
 Dermis atas  Dermis bawah
 Subkutan
 Abu – abu
 Cherry red
Warna Merah mengkilap Merah pucat  Pucat, hangus
 Agak pucat
 Eschar hitam
Bullae + +/– +/– -
Nyeri ++++ ++ ++ (tumpul) -
Blanchable Kembali cepat Kembali lambat Non blanchable Non blanchable
 Lembab  Lembab
Kondisi kulit Kering Kering
 Mottled  Mottled
Healing 3 – 5 hari 10 – 14 hari  30 hari Sangat lama
 Silversulfadiazin
Dressing : Polyurethrane film, foam
Terapi Suportif  Escharotomi
dressing, bacterial cellulose
 Skin graft
Perhitungan Luas Area
1. Rule of Palm
 Luas permukaan satu palmar, termasuk jari – jari adalah 0,8%
 Digunakan untuk luka bakar kecil atau sangat luas
 Kurang akurat untuk luka bakar sedang
2. Wallace Rule of Nine
 Permukaan tubuh dibagi menurut luas 9%
 Lebih sering digunakan pada dewasa
 Kurang akurat untuk anak – anak karena ukuran kepalanya lebih besar
3. Lund and Browder Chart
Merupakan cara yang paling akurat
Umur 0 1 5 10 15 Dewasa
Setengah depan atau belakang
I Kepala 9,5 8,5 6,5 5,5 4,5 3,5
II Satu paha 2,75 3,25 4 4,5 4,5 4,75
III Satu tungkai bawah 2,5 2,5 2,75 3 3,25 3,5

Tingkat Keparahan
Major Burns Moderate Burns Mild Burns
 Derajat II > 25%
 Derajat III > 10%
 Luka bakar pada mata,
telinga, wajah, tangan,
kaki, perineum  Derajat II 15 – 25%  Derajat II < 15%
Dewasa
 Trauma listrik  Derajat III 2 – 10%  Derajat III < 2%
 Trauma inhalasi
 Trauma kimia
 Disertai underlying disease
 Disertai trauma lain
 Derajat II > 20%  Derajat II 10 – 20%  Derajat II < 10%
Anak – anak
 Derajat III > 10%  Derajat III 2 – 10%  Derajat III < 2%

PRIMARY SURVEY

Airway with Cervical Spine Protection


1. Deteksi Cepat
 Hilangkan semua penyebab luka bakar, termasuk bahan kimia
 Lihat luka bakar dan edema di sekitar wajah dan leher
 Identifikasi circumferential chest burns karena dapat membatasi gerakan dada
dan menghambat ventilasi
2. Koreksi Segera
 Fiksasi leher dalam posisi netral untuk mempertahankan vertebrae cervicalis
 Triple airway maneuver
 Oropharyngeal tube
 Intubasi endotrachea atau krikotiroidektomi
Indikasi Intubasi Endotrachea
 Edema atau eritema pada orofaring yang tampak dengan laringoskop
 Suara berubah menjadi kasar atau batuk kasar
 Stridor, tachypnea, dyspnea

Breathing
Semua pasien diberikan oksigen 100% frekuensi tinggi dengan non-rebreathing mask
Penanganan
Luka bakar derajat IIb atau
Escharotomi
III yang mengelilingi thoraks
Karboksihemoglobin Intubasi dan ventilasi dengan oksigen 100%
 Ventilasi non invasif : Nebulisasi, ventilasi
tekanan positif dengan PEEP
Inhalasi asap
 Ventilasi invasif : Intubasi endotrachea
atau tracheostomy
 Ventilasi invasif
Trauma ledakan
 Drainase thoraks

Circulation
 Segera pasang 2 jalur intravena yang besar pada daerah tanpa luka
 Amati tanda – tanda syok dan pendarahan
Tanda – tanda Syok
 Takikardi : Denyut nadi > 120 kali/menit
 Tachypnea : Frekuensi napas > 20 kali/menit
 Tekanan nadi (selisih tekanan sistole dan diastole)  20 mmHg
 Capillary refill time > 2 detik
 Kulit dingin
 Oliguria : Produksi urine < 1 ml/kgBB/jam

Neurological Disability
Periksa tingkat kesadaran dengan GCS atau AVPU
Interpretasi GCS Interpretasi AVPU
 Compos mentis : 15  Alert : Sadar
 Somnolen : 14 – 13  Verbal : Respons terhadap suara
 Soporo komatus : 8 – 12  Pain : Respons terhadap nyeri
 Koma : 3 – 7  Unresponsive : Tidak berespons
Exposure
 Buka semua pakaian dan lepas semua perhiasan untuk evaluasi klinis
 Cegah hipotermi dengan memberikan selimut hangat dan mengatur suhu ruang
Perkiraan Kedalaman Luka Bakar
 Tusuk dengan jarum ukuran 21 gauge
 Derajat I atau IIa : Pendarahan cepat
Bleeding test
 Derajat IIb : Pendarahan lambat
 Derajat III : Tidak berdarah
 Periksa sensasi dengan jarum
 Derajat I atau IIa : Nyeri
Sensation test
 Derajat IIb : Tidak nyeri
 Derajat III : Unresponsive (sensasi taktil hilang)
 Derajat I : Merah, lembab, blanchable yang kembali cepat
 Derajat IIa : Pucat, kering, blanchable yang kembali lambat
Sifat luka
 Derajat IIb : Mottled cherry red color, non blancable
 Derajat III : Abu – abu, kering, kasar, non blanchable

Fluid Resuscitation dengan Formula Parkland


1. Pada 24 Jam Pertama
Ringer Laktat 4 ml  Persentase luas luka bakar  BB dalam kg
 50% diberikan dalam 8 jam pertama sejak terjadinya trauma
 50% diberikan dalam 16 jam berikutnya
Pada anak – anak, ditambahkan cairan maintenance untuk setiap jam
 4 ml/kgBB untuk 10 kg pertama (ditambah)
 2 ml/kgBB untuk 10 kg kedua (ditambah)
 1 ml/kgBB untuk > 20 kg
2. Pada 24 Jam Kedua
 Luas 30 – 50 % : Koloid 0,3  Persentase luas luka bakar  BB dalam kg
 Luas > 70% : Koloid 0,5  Persentase luas luka bakar  BB dalam kg
3. Pada 24 Jam Ketiga
Disesuaikan dengan kondisi klinis dan urine output
 Target urine output pada dewasa : 0,5 – 1 ml/kgBB/jam
 Target urine output pada anak – anak : 1 – 2 ml/kgBB/jam

Contoh Perhitungan Kebutuhan Cairan


Seorang laki – laki dengan berat badan 70 kg mengalami luka bakar pada pukul 15.00
dengan luas 30%. Di puskesmas, pasien sudah mendapatkan cairan 1000 ml. Pasien
tiba di rumah sakit pada pukul 16.00
1. Kebutuhan Cairan Total
4 ml  30%  70 kg = 8400 ml dalam 24 jam
2. Cairan yang Diberikan
 4200 ml dalam 8 jam pertama. Karena sudah mendapatkan 1000 ml, maka
cairan yang diberikan adalah 3200 ml dalam 8 jam pertama
 4200 ml dalam 16 jam berikutnya
3. Kecepatan Cairan dalam 8 Jam Pertama
 Trauma terjadi pada pukul 15.00 sehingga cairan harus habis pada pukul 23.00
 Sekarang pukul 16.00 sehingga 3200 ml harus habis dalam waktu 7 jam
 3200 : 7 = 457 ml/jam dari pukul 16.00 – 23.00
4. Kecepatan Cairan dalam 16 Jam Berikutnya
 4200 ml harus habis dalam waktu 16 jam
 4200 : 16 = 262,5 ml/jam dari pukul 23.00 – 15.00 hari berikutnya

SECONDARY SURVEY
Anamnesis

Pemeriksaan Fisik
 Head-to-toe examination
 Estimasi kedalaman luka bakar
Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan darah lengkap, screening hemostasis
 Golongan darah dan crossmatch serum
 Kadar elektrolit, kadar COHb, dan analisis gas darah
 Tes kehamilan
 Foto thoraks
 Pemeriksaan radiologi lain apabila curiga terdapat trauma ikutan

Escharotomi
1. Indikasi
 Circumferential deep dermal or full thickness burn. Circumferential burns pada
ekstremitas menimbulkan eschar yang melingkar. Sedangkan, circumferential
burns pada thoraks dapat membatasi gerakan dada dan menganngu ventilasi
 Resusitasi yang terlambat
 Sianosis di bagian distal
 Sindrom kompartemen : Pain, pallor, paresthesia, pulseless, paralysis
2. Teknik Insisi
 Ekstremitas : Bagian midlateral atau medial

 Thoraks : Linea midaxillaris dextra et sinistra, paralel dengan margo subcostalis


Insersi Gastric Tube
 Indikasi : Mual, muntah, distensi abdomen
 Berfungsi untuk mencegah muntah dan aspirasi

Analgesik dan Sedativa


 Morfin 0,03 – 0,1 mg/kgBB IV selama 4 – 6 jam
 Tramadol 1 mg/kgBB IV selama 4 – 6 jam (hanya untuk umur  12 tahun)
 Ketamine 0,2 – 0,5 mg/kgBB IV selama 15 – 25 menit
 Meperidin 0,5 – 1 mg/kgBB IV selama 2 – 4 jam
Semua obat harus diberikan secara bertahap untuk mencegah efek samping

Perawatan Luka
1. Menghentikan Proses Luka
 Menjauhkan semua penyebab luka bakar
 Pakaian sebaiknya dilepas karena dapat menahan panas
 Memutuskan hubungan listrik
2. Mendinginkan Luka
 Hanya efektif dalam 20 menit pertama setelah paparan
 Irigasi dengan air mengalir (15 – 250C) selama 20 menit untuk melepaskan bahan
berbahaya, mengurangi nyeri dan edema
3. Membersihkan Luka
 Pecahkan bullae secara aseptik apabila berukuran > 3 cm, menganggu
gerakan, dan terdapat pada daerah yang mobile. Bullae yang berukuran kecil
sebaiknya dibiarkan saja
 Debridement dan eksisi jaringan nekrotik dengan gunting dan forceps
 Bersihkan luka dengan air dan sabun atau cairan antiseptik seperti klorheksidin
 Setelah benar – benar bersih, berikan krim antibiotik seperti silver sulfadiazin atau
neomisin-basitrasin
4. Menutup Luka (Wound Dressing)
 Tutup dengan selapis kasa parafin yang berlubang (tulle gras) sehingga tidak
menempel pada luka
 Tutup kasa parafin dengan beberapa lapis kasa kering steril
 Pasang plester elastis seperti hypafix
 Setelah diganti pertama kali, dapat diberikan balut yang mengandung
antiinflamasi dan antibiotik
Penggantian Balut
 Pertama kali diganti setelah 48 jam kemudian setiap 3 – 5 hari
 Jika masih menempel erat, maka biarkan saja
 Harus segera diganti apabila luka terasa nyeri, berbau, terkontaminasi, terlihat
basah, atau muncul tanda – tanda infeksi seperti demam

Terapi Spesifik
 Terapi suportif dengan membersihkan luka, memberikan
Derajat I analgesik, dan resusitasi cairan
 Sembuh dalam waktu 3 – 5 hari
 Tutup luka dan berikan krim antibiotik 2 kali sehari
Derajat II  Derajat IIa sembuh dalam waktu 10 – 14 hari
 Derajat IIb sembuh dalam waktu  30 hari
 Krim antibiotik 2 kali sehari
 Eksisi tangensial dan skin graft
Derajat III
 Sembuh dalam waktu minimal 4 minggu dengan scar
hypertrophy atau kontraktur
Indikasi Rujukan
1. Umur yang Ekstrim
< 5 tahun atau > 60 tahun
2. Lokasi Luka Bakar
 Wajah, tangan, atau perineum
 Kaki (dermal atau full thickness)
 Lipatan kulit seperti axila atau leher
 Circumferential dermal or full thickness burn pada torso, ekstremitas, atau leher
3. Mekanisme Luka Bakar
 Trauma inhalasi
 Trauma listrik, termasuk tersambar petir
 Trauma kimia dengan luas > 5%
 Paparan asam hidrofluorat dengan luas > 1%
 Paparan radiasi ionisasi
 Trauma inhalasi
 Trauma yang diduga karena kekerasan
4. Luas Luka Bakar
 Umur < 16 tahun : > 5%
 Umur > 16 tahun : > 10%
5. Penyakit yang Menyertai
 Disertai trauma lain seperti fraktur, trauma capitis
 Penyakit komorbiditas seperti kehamilan, immunocompromised, gangguan
jantung, diabetes mellitus

TRAUMA INHALASI

Pathophysiology
1. Carbon Monoxide Poisoning
 Odorless, tasteless, and non irritant but very harmful
 Has 200 times higher affinity to Hb than oxygen  Forms carboxyhemoglobin
and cause tissue hypoxia
 Cyanosis and tachypnea are not likely present because CO2 removal is not
affected. Oxygen saturation is also usually normal
2. Inhalation Injury above the Glottis
 Can be thermal or chemical
 Limited to nasopharynx, oropharynx, and larynx above glottis
 Cause supraglottic edema and upper airway obstruction
3. Inhalation Below the Glottis
 Almost always chemical
 Mucus hypersecretion, edema, erythema, ciliary dysfunction, bronchospasm

Clinical Features
1. Signs of Inhalation Injury
 Face and or neck burns
 Singeing of the eyebrows and nasal vibrissae
 Carbon deposits in the mouth and or nose, carbonaceous sputum
 Full thickness or deep dermal burns to face, neck, or upper torso
 Agitation, anxiety, stupor, cyanosis
 Rapid respiratory rate, flaring nostrils, intercostal retractions
 Hoarseness, brassy cough, grunting, stridor, rales, ronchi, distant breath sound
2. Signs of Carbon Monoxide Poisoning
 Nausea, headache, roaring or ringing sensation of the ears
 Drowsiness, lethargy, confusion, agitation, drunk appearance
 Cherry red lips
 Dilated pupils
 Coma, respiratory depression, death

Therapy
1. Oxygen Therapy
Any patient with suspected carbon monoxide poisoning and or inhalation injury
should receive humidified oxygen 100% by non-rebreathing mask soon
2. Indications of Intubation
 Erythema or edema of nasopharynx on direct visualization
 Change in voice, with hoarseness or harsh cough
 Stridor, tachypnea, or dypsnea

TRAUMA LISTRIK

Etiologi
1. Domestic Electricity
 Tegangan rendah
 Luka kecil tetapi dalam
 Menyebabkan gangguan siklus jantung dan aritmia
2. True Tension High Injury
 Tegangan > 1000 V
 Kerusakan jaringan yang luas dan kehilangan ekstremitas
 Kerusakan otot  Rhabdomyolisis dan gagal ginjal
3. Flash Injury
 Percikan api dari tegangan tinggi  Arus listrik tidak masuk ke dalam tubuh
 Luka superficial terutama pada tangan dan wajah
Patofisiologi
𝑊 = 𝐼 2 𝑅 𝑡 W = Energi listrik (joule)
𝑉 I = Kuat arus (ampere)
𝐼 =
𝑅 R = Resistensi (ohm)
t = Durasi (second)
1. Tegangan dan Kuat Arus
 Keduanya berbanding lurus dengan derajat luka
 AC : Arus listrik berjalan bolak – balik dari sumber listrik ke kulit  Tidak terdapat
luka masuk dan keluar  Lebih berbahaya
 DC : Arus listrik berjalan searah  Terdapat luka masuk dan keluar
 Tegangan yang mematikan adalah 65 – 1000 V
 Kuat arus yang mematikan adalah 100 mA
2. Resistensi Kulit
 Ditentukan oleh kandungan air dalam jaringan. Semakin banyak maka
resistensinya semakin rendah
 Derajat luka berbanding lurus dengan kuadrat resistensi
 Kondisi yang menurunkan resistensi kulit adalah berkeringat, demam, dan obat
parasimpatomimetik
3. Durasi Kontak
 Berbanding lurus dengan derajat luka
 Semakin lama durasi kontak, maka arus yang masuk juga semakin banyak

Gejala Klinis
1. Identifikasi Luka
 Tempat masuknya arus listrik
Current mark /  Berbentuk bulat atau oval dengan tepi menonjol (halo)
electric mark  Bagian tengah tampak pucat, bagian tepi tampak eritema
 Biasanya terdapat pada palmar atau plantar
 Merupakan perpindahan partikel metal dari benda yang
dipakai ke dalam kulit
 Warna ditentukan dari bahan logam
Metalisasi
 Besi : Coklat kehitaman
 Tembaga : Coklat kemerahan
 Aluminium : Perak
 Tidak khas
Luka Keluar
 Luka lecet, luka robek, luka bakar
Joule burn /  Disebabkan oleh kontak pada waktu yang lama
endogenous burn  Bagian tengah current mark menjadi hitam dan hangus
 Disebabkan oleh kontak dengan tegangan tinggi yang
Exogenous burn sudah mengandung panas, misalnya tegangan > 330 V
 Tubuh hangus teerbakar dan sering disertai fraktur
2. Pemeriksaan Fisik
 Kesadaran menurun
 Paralisis atau ekstremitas kaku seperti mayat
 Denyut nadi hilang
 Luka bakar pada permukaan flexor
3. Pemeriksaan Penunjang
 EKG 12 lead, kadar CK-MB
 Pemeriksaan darah lengkap, kadar elektrolit, analisis gas darah
 Kadar myoglobin, serum kreatinin, BUN

Terapi
1. Terapi Umum
 Lepas semua kontak dengan sumber listrik sebelum menyentuh korban
 Irigasi dengan air mengalir selama 15 menit atau sampai tidak nyeri
 Lepaskan semua perhiasan, jam tangan, ikat pinggang, dan pakaian ketat
 Tutup luka dengan plastic wrap atau wound dressing steril
 Monitoring tanda vital dan EKG
 Escharotomy apabila terdapat gangguan vascular
2. Terapi Myoglobinuria
 Resusitasi cairan sampai mencapai urine output 100 ml/jam
 Jika urine output sudah meningkat tetapi belum jernih, maka berikan manitol 25
gram segera dan tambahkan manitol 12,5 gram/liter pada cairan berikutnya
 Tambahkan natrium bikarbonat 44 mEq pada cairan sampai pH urine > 6

Komplikasi
1. Kardiovascular
 Kematian mendadak karena fibrilasi ventrikel
 Fibrilasi ventrikel, asistole, abnormalitas segmen ST, LBBB, RBBB
 Nyeri dada, kerusakan dan infark myocard, disfungsi ventrikel
 Hipotensi karena deplesi cairan, hipertensi karena pelepasan katekolamin
2. Neurologi
 Perubahan status mental, agitasi, kejang, koma
 Edema cerebri, ensefalopati hipoksia, nyeri kepala
 Aphasia, paraplegia, kuadriplegia
 Neuropati perifer
 Insomnia, emosi labil
3. Vascular
 Trombosis, DIC, ruptur pembuluh darah
 Aneurisma
 Nekrosis koagulasi, sindrom kompartemen
4. Pernapasan
 Henti napas
 Tetanus otot pernapasan
 Pneumonia aspirasi
 Edema paru
 Kontusio pulmonale
5. Metabolik
 Gagal ginjal akut
 Mioglobinuria
 Asidosis metabolik
 Hipokalemia, hipokalsemia, hiperglikemia
6. Saluran Cerna
 Perforasi
 Stress ulcer
 Pendarahan saluran cerna
7. Muskuloskeletal
 Nekrosis otot
 Sindrom kompartemen
 Fraktur kompresi vertebrae, fraktur scapula
 Fraktur tulang
 Dislokasi bahu
8. Mata
 Corneal burns
 Delayed cataract
 Trombosis atau pendarahan intraocular
 Uveitis
 Fraktur orbita
9. Sistem Pendengaran
 Tuli mendadak, tinitus
 Perforasi membran timpani
 Mastoiditis, meningitis
10. Kehamilan
 Abortus spontan
 Kematian janin

TRAUMA KIMIA

Etiologi
 Asam organik : Asam oksalat, asam asetat, asam sitrat, fenol, kresol, petroleum
 Asam anorganik : Asam fluorida, asam klorida, asam nitrat, asam sulfat
 Alkali : Kalium hidroksida, kalsium hidroksida, natrium hidroksida, amonia
 Logam berat : Mercuri klorida, zinc klorida, stibium klorida

Gejala Klinis
Asam Kuat Basa Kuat
 Higroskopis
Mekanisme Reaksi saponifikasi intraseluler
 Koagulasi protein
Sifat luka Kering, kaku, dan keras Basah dan licin
 Superficial  Dalam
Kedalam luka
 Tidak destruktif  Destruktif

Terapi
1. Terapi Umum
 Semua penolong harus memakai alat pelindung diri
 Irigasi dengan air mengalir sampai tidak nyeri atau tidak panas
 Jangan memberikan bahan kimia lain untuk netralisasi karena dapat
menghasilkan panas yang merusak jaringan
2. Paparan Asam Fluorida
 Irigasi dengan air sebanyak mungkin
 Berikan gel kalsium untuk netralisasi fluorida. Gunakan handscoen dan jangan
menyentuh luka secara langsung
 Infus kalsium glukonate apabila terjadi hipokalemia
3. Fenol
 Irigasi dengan air sebanyak mungkin
 Bersihkan dengan polietilen glikol 50% atau etil alkohol untuk meningkatkan
kelarutan fenol dan mempercepat removal

TRAUMA DINGIN

Disebabkan oleh hipotermia, yaitu suhu tubuh < 350C

Gejala Klinis
1. Frostnip
 Merupakan bentuk yang paling ringan
 Nyeri, pucat, dan kesemutan pada daerah yang terkena
2. Frostbite
Suhu dingin  Jaringan membeku  Kristal es intraseluler dan bendungan
mikrovascular  Nekrosis jaringan
Keterangan
 Eritema dan edema
Grade I
 Tidak melepuh atau nekrosis
 Vesikel atau bulla
Grade II  Hiperemis dan edema
 Nekrosis pada sebagian lapisan kulit
 Nekrosis pada semua lapisan kulit, termasuk subkutan
Grade III
 Vesikel hemorrhagik
 Nekrosis pada semua lapisan kulit
Grade IV
 Gangren pada otot dan tulang
3. Non Freezing Injury
 Disebabkan oleh kerusakan endotel, stasis, dan obstruksi pembuluh darah
 Trench foot atau cold immersion foot karena terpapar udara basah terus –
menerus pada suhu 1,6 – 100C
 Berubah menjadi hiperemis dalam waktu 24 – 48 jam yang menyebabkan nyeri
hebat, edema, bullae, ekimosis, ulserasi

Terapi
 Pindahkan korban ke lingkungan yang hangat
 Lepaskan baju yang ketat dan hangat kemudian berikan selimut
 Rendam bagian tubuh dalam air hangat 400C yang berputar selama 20 – 30 menit
sampai kulit menjadi merah dan perfusi kembali normal
 Perawatan luka dengan wound cleansing, debridement, dan dressing
 Morfin 0,1 mg/kgBB IV kemudian ganti dengan ibuprofen 12 mg/kgBB setelah
kondisi stabil

Anda mungkin juga menyukai