PERSAMAAN DIFERENSIAL
PERSAMAAN DIFERENSIAL
Disusun oleh:
Dzikrullah Akbar dan Yulianti Rusdiana
HALAMAN JUDUL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . i
DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ii
I PENGANTAR PERSAMAAN DIFERENSIAL . . . . . . . . . . . . . 1
1.1. Pengertian Persamaan Diferensial . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
1.2. Macam-Macam Persamaan Diferensial . . . . . . . . . . . . . . . . 2
1.3. Order dan Derajat Persamaan Diferensial . . . . . . . . . . . . . . 2
1.4. Solusi Persamaan Diferensial . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
1.5. Masalah Nilai Awal dan Masalah Syarat Batas . . . . . . . . . . . . 6
II PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA ORDE SATU . . . . . . . . . 8
2.1. Persamaan Diferensial Terpisah (Separable Differential Equation) . 9
2.2. Persamaan Diferensial Homogen (Homogeneous Differential Equation) 12
2.3. Persamaan Deferensial Eksak/Total (Exact Differential Equation) . . 13
2.4. Persamaan Deferensial Tak Eksak (Non Exact Differential Equation) 16
2.5. Persamaan Deferensial Linear (Linear Differential Equation) . . . . 19
2.6. Persamaan Deferensial Bernoulli (Bernoulli Differential Equation) . 22
DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 25
ii
BAB I
Persamaan diferensial merupakan mata kuliah yang sangat penting dan ber-
peran untuk mengenalkan konsep maupun permasalahan yang berkaitan dengan
dunia nyata. Pada buku diktat ini, akan dipelajari secara lebih mendalam mengenai
persamaan diferensial, pengertiannya, klasifikasinya, dan bagaimana cara menyele-
saikan suatu persamaan diferensial, serta aplikasi-aplikasi ataupun permasalahan di
dunia nyata yang dapat dikaitkan dengan persamaan diferensial.
Dalam ilmu fisika, sosial, mesin, dan lainnya, banyak permasalahan yang
dapat dikaitkan ke dalam suatu bentuk persamaan matematika. Beberapa diantara-
nya mensyaratkan suatu fungsi yang tidak diketahui serta turunan-turunan dari fungsi
tersebut. Sebagai contoh diperhatikan hubungan antara fungsi jarak, kecepatan
dan percepatan sebagai berikut : Misal x(t) merupakan suatu fungsi jarak yang
menyatakan posisi suatu benda pada waktu t, maka kecepatan perpindahan benda
d (x(t))
V adalah turunan pertama dari fungsi x(t) yaitu V = dan percepatan per-
dt
pindahan benda a adalah turunan pertama dari V atau merupakan turunan kedua
d(V ) d d (x(t)) d2 x
dari x(t) yaitu a = = = 2 . Selanjutnya, diperhatikan hukum
dt dt dt dt
Newton II F = m.a dengan F adalah gaya, m adalah massa benda, dan a adalah
percepatan benda. Berdasarkan yang telah disampaikan sebelumnya, F dapat di-
tuliskan
d2 x
F = m. (1.1)
dt2
dx
= F t, x, .
dt
1
2
Dengan kata lain, F merupakan fungsi dari variabel bebas t, variabel terikat x, dan
dx
turunan variabel terikat terhadap variabel bebas . Untuk menentukan gerakan
dt
sebuah benda dengan diberikan gaya F adalah dengan mencari fungsi x(t) yang
memenuhi persamaan (1.1) tersebut. Persamaan diferensial adalah persamaan yang
memuat suatu fungsi yang tidak diketahui dan turunan-turunannya.
Klasifikasi yang didasarkan pada jumlah variabel bebas dan variabel terikat-
nya, persamaan diferensial dibedakan menjadi 2 yaitu persamaan diferensial biasa
dan persamaan diferensial parsial.
Persamaan (1.2) menyatakan relasi antara variabel bebas x dan nilai-nilai dari fungsi
u, u0 , · · · , u(n) yang merupakan variabel terikat terhadap variabel x. Untuk lebih
mudah dalam penulisannya, pada persamaan (1.2) dapat ditulis y untuk u(x), y 0
dy dn y
atau untuk u0 (x) dan seterusnya sehingga y (n) atau n untuk u(n) (x). Dengan
dx dx
3
F x, y, y 0 , · · · , y (n) = 0
(1.3)
atau
dn y
dy
F x, y, , · · · , n = 0 (1.4)
dx dx
y (n) = f x, y, y 0 , · · · , y (n) .
(1.5)
Solusi dari persamaan diferensial pada interval α < x < β adalah fungsi φ
sedemikian hingga φ(x), φ0 (x), · · · , φ(n) (x) ada dan memenuhi
untuk setiap x pada interval α < x < β. Dengan mengasumsikan bahwa f pada
persamaan (1.5) adalah fungsi bernilai real dan akan dicari solusi yang bernilai real.
4
Contoh 1.4.1 Tunjukkan bahwa R(x) = ce−kx dengan |x| < ∞ merupakan solusi
dari persamaan diferensial
dR
= −kR. (1.7)
dx
dR
= −kR
dx
d
ce−kx = −kR
dx
−kce−kx = −kR
dR
karena ce−kx = R, maka R memenuhi persamaan diferensial = −kR.
dx
Contoh 1.4.2 Tunjukkan bahwa y1 (x) = cos x dan y2 (x) = sin x merupakan solusi
dari
y 00 + y = 0 (1.8)
untuk semua x.
Jawab. Untuk menunjukkan bahwa y1 (x) = cos t merupakan solusi dari persama-
an diferensial (1.8), harus ditunjukkan bahwa y1 memenuhi persamaan diferensial
tersebut.
Diperhatikan bahwa
dy1
y10 = = − sin x
dx
00 d2 y 1
y1 = = cos x
dx2
5
cos x − cos x = 0.
Berikut ini adalah contoh solusi persamaan diferensial yang lebih kompleks
x2 y 00 − 3xy 0 + 4y = 0 (1.9)
untuk x > 0.
Jawab. Untuk menunjukkan bahwa Φ solusi dari persamaan diferensial (1.9), maka
ditunjukkan bahwa Φ memenuhi persamaan tersebut.
Diperhatikan bahwa
Φ(x) = x2 ln x,
0 21
Φ (x) = 2x ln x + x = x + 2x ln x,
x
00 1
Φ (x) = 1 + 2 ln x + 2x = 3 + 2 ln x.
x
x2 (3 + 2 ln x) − 3x (x + 2x ln x) + 4 x2 ln x
LATIHAN SOAL
Tentukan Order dan derajat dari persamaan diferensial berikut ini !
2 4
d3 y d2 y
1. − + yt = 0
dx3 dx2
7
s 2
2
dy 4 dy
2. = +x
dx2 dx
3. y 00 − y = 0; y1 (x) = ex
4. xy 0 − y = x2 ; y = 3t + t2
t t
5. y (4) + 4y 000 + 3y = t; y1 (t) = , y2 (t) = e−t +
3 3
BAB II
dy
= f (x, y) (2.1)
dx
M (x, y)
dengan f adalah fungsi dalam 2 variabel. Misalkan fungsi f (x, y) = − ,
N (x, y)
sehingga persamaan (2.1) dapat ditulis menjadi
dy M (x, y)
=− . (2.2)
dx N (x, y)
Dengan demikian, diperoleh bentuk umum yang berbeda dari persamaan diferensial
orde satu
dengan M dan N adalah fungsi dalam 2 variabel. Sebarang fungsi y = φ(x) yang
dapat diturunkan dan memenuhi persamaan diferensial (2.1) atau (2.3) untuk semua
x disebut solusi.
Tidak semua persamaan diferensial memiliki solusi. oleh karena itu, di-
perlukan metode untuk menentukan eksistensi solusi dari persamaan diferensial
tesebut dan menemukannya. Akan tetapi, tidak ada metode yang berlaku secara
umum untuk semua persamaan diferensial dalam menemukan solusinya. Oleh kare-
na itu, persamaan-persamaan diferensial tersebut dibedakan dalam beberapa klasi-
fikasi, dan terdapat beberapa metode untuk menemukan solusi persamaan diferen-
sial yang berbeda berdasarkan klasifikasinya.
8
9
1 3 1 3
x + c1 − y − y + c2 = c.
3 3
Jika suatu persamaan diferensial diberikan sebuah nilai awal, maka nilai
konstanta sebarang c0 dapat diperoleh sehingga solusi implisit tersebut dapat di-
turunkan menjadi bentuk solusi eksplisit y = φ(x).
dy 3x2 + 4x + 2
Contoh 2.1.2 Tunjukkan bahwa persamaan diferensial= dengan
dx 2(y − 1)
masalah nilai awal y(0) = −1, merupakan persamaan diferensial terpisah dan
temukan sebuah fungsi yang merupakan solusinya !
dy 3x2 + 4x + 2
Jawab. Persamaan diferensial = dapat dibentuk menjadi
dx 2(y − 1)
x3 + 2x2 + 2x + c1 − y 2 − 2y + c2 = c.
Diperoleh
x3 + 2x2 + 2x − y 2 + 2y = c0 (2.8)
merupakan solusi implisit dari persamaan diferensial (2.7) dengan c0 adalah konstanta
sebarang. Jika diberikan masalah nilai awal x = 0 dan y = −1, diperoleh c0 = −3.
Dengan demikian, persamaan (2.8) dapat ditulis menjadi
y 2 − 2y = x3 + 2x2 + 2x + 3. (2.9)
y 2 − 2y + 1 = x3 + 2x2 + 2x + 4
(y − 1)2 = x3 + 2x2 + 2x + 4
√
y = 1 ± x3 + 2x2 + 2x + 4. (2.10)
dy
Contoh 2.1.3 Berikan solusi dari persamaan diferensial + (y + 1)x2 = 0. !
dx
dy
Jawab. Persamaan diferensial + (y + 1)x2 = 0 dapat dibentuk menjadi
dx
dy
= −(y + 1)x2
dx
1
− dy = x2 dx
(y + 1)
1
x2 dx + dy = 0. (2.11)
(y + 1)
Diperoleh persamaan
1
ln |y + 1| = c0 − x3 (2.12)
3
12
merupakan solusi implisit dari persamaan diferensial (2.11), sehingga dapat dicari
solusi eksplisit dari persamaan tersebut adalah
1 3
y + 1 = e(c0 − 3 x )
1 3
y = Ke 3 x − 1. (2.13)
LATIHAN SOAL
Tentukan Solusi umum dari persamaan diferensial yang diberikan !
p
1. 1 − y dx = ex dy = 0
dy x
2. =p
dx 9 − y2
dy
3. 2xy 3 + 3x2 y 2 =0
dx
dy
4. x − y = xy; y(1) = 0
dx
π π
5. sin 2x dx + cos 3y dy = 0; y =
2 3
tx + ty t(x + y) x+y
f (tx, ty) = = = = f (x, y). (2.15)
ty − tx t(y − x) y−x
LATIHAN SOAL
Tentukan Solusi umum dari persamaan diferensial yang diberikan.
1. a
sehingga
akibatnya
Berdasarkan Akibat 2.3.1 (a), solusi implisit dari persamaan diferensial ek-
sak adalah g(x, y) = c. Berdasarkan Akibat 2.3.1 (c), suatu persamaan diferensial
dikatakan eksak jika memenuhi
Langkah untuk menemukan solusinya melalui Akibat 2.3.1 (b), yaitu dengan cara
mengintegralkan salah satu persamaan pada Akibat 2.3.1 (b) tersebut. Misalkan
∂(g(x, y))
dimulai dengan mengintegralkan = M (x, y) terhadap x, diperoleh
∂x
Z
g(x, y) = M (x, y)dx. (2.19)
Persamaan hasil integral fungsi dua variabel M (x, y) memunculkan konstanta (yang
merupakan fungsi dalam y), katakan m(x, y) merupakan fungsi hasil integral M (x, y)
terhadap x, diperoleh
∂(m(x, y))
+ h0 (y) = N (x, y). (2.22)
∂y
∂(m(x, y))
Akibatnya, diperoleh h0 (y) = N (x, y) − . Persamaan tersebut diintegral-
∂y
kan terhadap y diperoleh
Z
∂(m(x, y))
h(y) = N (x, y) − dy, (2.23)
∂y
∂(m(x, y))
katakan n(x, y) merupakan fungsi hasil integral N (x, y) − terhadap y,
∂y
diperoleh
g(x, y) = c (2.26)
sehingga diperoleh
dengan c0 = c − c1 .
16
∂M (x, y) ∂N (x, y)
6= , (2.29)
∂y ∂x
Faktor integrasi dari suatu persamaan diferensial tak eksak tidak tunggal.
Faktor integrasi tersebut dapat merupakan fungsi dalam x dan y, fungsi dalam x
saja atau fungsi dalam y saja, pada umumnya dinotasikan dengan I(x, y), I(x),
atau I(y). Untuk menemukan faktor integrasi yang merupakan fungsi dalam x dan
y skaligus pada umumnya sulit untuk dilakukan dan belum ditemukan polanya, akan
tetapi untuk kasus faktor integrasinya merupakan fungsi dalam x saja atau dalam y
saja berikut ini adalah caranya
• Jika faktor integrasi yang dicari merupakan fungsi dalam x saja, maka
persamaan diferensial tak eksak dengan bentuk umum seperti pada persamaan
(2.3) akan menjadi eksak jika dikalikan dengan faktor integrasi I(x)
∂f (x, y)
= I(x)M (x, y) (2.31)
∂x
17
dan
∂f (x, y)
= I(x)N (x, y) (2.32)
∂y
∂ 2 f (x, y) ∂M (x, y)
= I(x) (2.33)
∂x∂y ∂y
dan
∂ 2 f (x, y) ∂N (x, y)
= I 0 (x)N (x, y) + I(x) . (2.34)
∂x∂y ∂x
∂M (x, y) ∂N (x, y)
I(x) = I 0 (x)N (x, y) + I(x) . (2.35)
∂y ∂x
I 0 (x)
1 ∂M (x, y) ∂N (x, y)
− = . (2.36)
N (x, y) ∂y ∂x I(x)
Dengan memisalkan
1 ∂M (x, y) ∂N (x, y)
P (x, y) = − (2.37)
N (x, y) ∂y ∂x
I 0 (x)
Z Z
P (x, y)dx = dx (2.38)
I(x)
sehingga,
Z
P (x, y)dx = ln |I(x)|. (2.39)
18
R
P (x,y)dx
I(x) = e . (2.40)
• Jika faktor integrasi yang dicari merupakan fungsi dalam y saja, maka
persamaan diferensial tak eksak dengan bentuk umum seperti pada persamaan
(2.3) akan menjadi eksak jika dikalikan dengan faktor integrasi I(y)
∂f (x, y)
= I(y)M (x, y) (2.42)
∂x
dan
∂f (x, y)
= I(y)N (x, y) (2.43)
∂y
∂ 2 f (x, y) ∂M (x, y)
= I 0 (y)M (x, y) + I(y) . (2.44)
∂x∂y ∂x
∂ 2 f (x, y) ∂N (x, y)
= I(y) . (2.45)
∂x∂y ∂y
∂M (x, y) ∂N (x, y)
I 0 (y)M (x, y) + I(y) = I(y) (2.46)
∂x ∂y
19
I 0 (y)
1 ∂N (x, y) ∂M (x, y)
= − . (2.47)
I(y) M (x, y) ∂x ∂y
Dengan memisalkan
1 ∂N (x, y) ∂M (x, y)
R(x, y) = − (2.48)
M (x, y) ∂x ∂y
I 0 (y)
Z Z
R(x, y)dx = dx (2.49)
I(y)
sehingga,
Z
R(x, y)dx = ln |I(y)|. (2.50)
R
R(x,y)dx
I(y) = e . (2.51)
dy
= f (x, y) (2.52)
dx
dengan P (x) dan Q(x) merupakan fungsi terhadap x, sehingga persamaan diferen-
sial linear dapat ditulis menjadi
dy
= −P (x)y + Q(x), (2.53)
dx
atau
dy
+ P (x)y = Q(x). (2.54)
dx
dan
∂ (−1)
= 0. (2.57)
∂x
Dengan demikian, cara mencari solusinya adalah dengan mencari faktor integrasinya
yaitu
1 ∂ (M (x, y)) ∂ (N (x, y))
R(x) = − = −1[−P (x) − 0] = P (x)
N (x, y) ∂y ∂y
(2.58)
sehingga
R R
R(x)dx P (x)dx
I(x) = e =e (2.59)
21
dy
I(x) + I(x)P (x)y = I(x)Q(x). (2.60)
dx
merupakan persamaan diferensial eksak. Dengan kata lain, solusi dari persamaan
diferensial tersebut dapat ditemukan dengan mencari solusi persamaan diferensial
eksak.
Akan tetapi, ada cara yang lain untuk mencari solusi dari persamaan dife-
rensial linear. Diperhatikan faktor integrasi dari persamaan diferensial linear (2.59),
jika diturunkan terhadap x akan menjadi
d (I(x)) R
= P (x)e P (x)dx = P (x)I(x). (2.61)
dx
Oleh karena itu, bentuk persamaan diferensial linear setelah dikalikan faktor integrasi
pada persamaan (2.60) dapat ditulis menjadi
dy d (I(x))
I(x) + y = I(x)Q(x) (2.62)
dx dx
atau
d
(I(x)y) = I(x)Q(x). (2.63)
dx
Dengan demikian, solusi dari persamaan diferensial linear dapat diperoleh dengan
mengintegralkan persamaan (2.63) terhadap x sebagai berikut
Z Z
d
(I(x)y)dx = I(x)Q(x)dx. (2.64)
dx
dy
Contoh 2.5.1 1. Selesaikan + 3xy = x
dx
LATIHAN SOAL
Tentukan Solusi umum dari persamaan diferensial yang diberikan.
dy
1. −y =x
dx
dy
+ P (x)y = Q(x)y n , (2.66)
dx
dengan P (x) dan Q(x) merupakan fungsi terhadap x dan n sebarang bilangan
real. Diperhatikan bahwa jika n = 0 atau n = 1 maka persamaan diferensial
tersebut merupakan persamaan diferensial linear yang sudah dibahas sebelumnya.
Penyelesaian persamaan diferensial Bernoulli untuk n > 1 langkahnya adalah se-
bagai berikut :
Bentuk umum persamaan diferensial Bernoulli pada (2.66) jika dibagi dengan y n
maka dapat dituliskan menjadi
1 dy y
n
+ P (x) n = Q(x). (2.67)
y dx y
y
Misalkan u = y 1−n = , berdasarkan aturan rantai
yn
du 1 dy
= (1 − n) n
dx y dx
1 du
+ P (x)u = Q(x). (2.68)
(1 − n) dx
23
du
+ (1 − n)P (x)u = (1 − n)Q(x) (2.69)
dx
du
+ P1 (x)u = Q1 (x) (2.70)
dx
R
P1 (x)dx
I(x) = e .
atau
y
d I(x) = (1 − n)I(x)Q(x). (2.72)
yn
dy
Contoh 2.6.1 1. Selesaikan + 3xy = xy 2
dx
dy
2. Selesaikan − 2y tan x = y 2 cos2 x
dx
LATIHAN SOAL
Tentukan Solusi umum dari persamaan diferensial yang diberikan.
dy
1. − y = xy 5
dx
dy
2. + 2xy + xy 4 = 0
dx
24
dy 1 1
3. + y = (1 − 2x)y 4
dx 3 3
dy
4. + y = y 2 (cos x − sin x)
dx
5. xdy − {y + xy 3 (1 + ln x)dx} = 0
DAFTAR PUSTAKA
Bronson, Richard, Ph.D, and Costa, Gabriel B. 2006, Persamaan Diferensial edisi
ketiga, Schaum’s Outline Series, The McGraw-Hill Companies, United States of
America. [terjemahan 2007 oleh penerbit Erlangga]
Waluyo, S.B., 2006, Persamaan Diferensial edisi pertama, Penerbit Graha Ilmu,
Yogyakarta.
25