Anda di halaman 1dari 28

DIKTAT

PERSAMAAN DIFERENSIAL

SEKOLAH TINGGI METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA


TANGERANG SELATAN
2016
DIKTAT

PERSAMAAN DIFERENSIAL

Buku Pegangan Mahasiswa Mata Kuliah Persamaan Diferensial

Disusun oleh:
Dzikrullah Akbar dan Yulianti Rusdiana

SEKOLAH TINGGI METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA


TANGERANG SELATAN
2016
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . i
DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ii
I PENGANTAR PERSAMAAN DIFERENSIAL . . . . . . . . . . . . . 1
1.1. Pengertian Persamaan Diferensial . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
1.2. Macam-Macam Persamaan Diferensial . . . . . . . . . . . . . . . . 2
1.3. Order dan Derajat Persamaan Diferensial . . . . . . . . . . . . . . 2
1.4. Solusi Persamaan Diferensial . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
1.5. Masalah Nilai Awal dan Masalah Syarat Batas . . . . . . . . . . . . 6
II PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA ORDE SATU . . . . . . . . . 8
2.1. Persamaan Diferensial Terpisah (Separable Differential Equation) . 9
2.2. Persamaan Diferensial Homogen (Homogeneous Differential Equation) 12
2.3. Persamaan Deferensial Eksak/Total (Exact Differential Equation) . . 13
2.4. Persamaan Deferensial Tak Eksak (Non Exact Differential Equation) 16
2.5. Persamaan Deferensial Linear (Linear Differential Equation) . . . . 19
2.6. Persamaan Deferensial Bernoulli (Bernoulli Differential Equation) . 22
DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 25

ii
BAB I

PENGANTAR PERSAMAAN DIFERENSIAL

Persamaan diferensial merupakan mata kuliah yang sangat penting dan ber-
peran untuk mengenalkan konsep maupun permasalahan yang berkaitan dengan
dunia nyata. Pada buku diktat ini, akan dipelajari secara lebih mendalam mengenai
persamaan diferensial, pengertiannya, klasifikasinya, dan bagaimana cara menyele-
saikan suatu persamaan diferensial, serta aplikasi-aplikasi ataupun permasalahan di
dunia nyata yang dapat dikaitkan dengan persamaan diferensial.

1.1. Pengertian Persamaan Diferensial

Dalam ilmu fisika, sosial, mesin, dan lainnya, banyak permasalahan yang
dapat dikaitkan ke dalam suatu bentuk persamaan matematika. Beberapa diantara-
nya mensyaratkan suatu fungsi yang tidak diketahui serta turunan-turunan dari fungsi
tersebut. Sebagai contoh diperhatikan hubungan antara fungsi jarak, kecepatan
dan percepatan sebagai berikut : Misal x(t) merupakan suatu fungsi jarak yang
menyatakan posisi suatu benda pada waktu t, maka kecepatan perpindahan benda
d (x(t))
V adalah turunan pertama dari fungsi x(t) yaitu V = dan percepatan per-
dt
pindahan benda a adalah turunan pertama dari V atau merupakan turunan kedua
d(V ) d d (x(t)) d2 x
dari x(t) yaitu a = = = 2 . Selanjutnya, diperhatikan hukum
dt dt dt dt
Newton II F = m.a dengan F adalah gaya, m adalah massa benda, dan a adalah
percepatan benda. Berdasarkan yang telah disampaikan sebelumnya, F dapat di-
tuliskan

d2 x
 
F = m. (1.1)
dt2
 
dx
= F t, x, .
dt

1
2

Dengan kata lain, F merupakan fungsi dari variabel bebas t, variabel terikat x, dan
dx
turunan variabel terikat terhadap variabel bebas . Untuk menentukan gerakan
dt
sebuah benda dengan diberikan gaya F adalah dengan mencari fungsi x(t) yang
memenuhi persamaan (1.1) tersebut. Persamaan diferensial adalah persamaan yang
memuat suatu fungsi yang tidak diketahui dan turunan-turunannya.

1.2. Macam-Macam Persamaan Diferensial

Klasifikasi yang didasarkan pada jumlah variabel bebas dan variabel terikat-
nya, persamaan diferensial dibedakan menjadi 2 yaitu persamaan diferensial biasa
dan persamaan diferensial parsial.

1. Persamaan diferensial biasa


Persamaan diferensial biasa adalah persamaan diferensial yang terdiri dari 1
variabel bebas dan 1 variabel terikat

2. Persamaan diferensial parsial


Persamaan diferensial parsial adalah persamaan diferensial yang terdiri dari
lebih dari 1 variabel bebas dan 1 variabel terikat

1.3. Order dan Derajat Persamaan Diferensial

Order persamaan diferensial adalah turunan tertinggi dari suatu persamaan


diferensial, sedangkan derajat persamaan diferensial adalah pangkat tertinggi dari
turunan tertinggi pada suatu persamaan diferensial. Secara umum, persamaan dife-
rensial order n dapat dituliskan sebagai

F x, u(x), u0 (x), · · · , u(n) (x) = 0.


 
(1.2)

Persamaan (1.2) menyatakan relasi antara variabel bebas x dan nilai-nilai dari fungsi
u, u0 , · · · , u(n) yang merupakan variabel terikat terhadap variabel x. Untuk lebih
mudah dalam penulisannya, pada persamaan (1.2) dapat ditulis y untuk u(x), y 0
dy dn y
atau untuk u0 (x) dan seterusnya sehingga y (n) atau n untuk u(n) (x). Dengan
dx dx
3

demikian, persamaannya dapat ditulis sebagai

F x, y, y 0 , · · · , y (n) = 0
 
(1.3)

atau

dn y
 
dy
F x, y, , · · · , n = 0 (1.4)
dx dx

Asumsikan bahwa selalu mungkin untuk menemukan penyelesaian dari persamaan


diferensial yang diberikan untuk turunan tertinggi, yakni

y (n) = f x, y, y 0 , · · · , y (n) .
 
(1.5)

Contoh 1.3.1 Persamaan diferensial berikut ini :

1. y 00 + 6y 0 + 9y = 0, merupakan persamaan diferensial biasa order 2,

2. y 0000 + 4y 000 + 3y = x, merupakan persamaan diferensial biasa order 4,


d3 y d2 y dy
3. + + + y = 1, merupakan persamaan diferensial biasa order 3,
dx3 dx2 dx
 2 3  7
dy dy
4. 2
+3 + 9y = 5x, merupakan persamaan diferensial biasa or-
dx dx
der 2 berderajat 3.

5. uxx + uxy + uzz = 0, merupakan persamaan diferensial parsial order 2

1.4. Solusi Persamaan Diferensial

Solusi dari persamaan diferensial pada interval α < x < β adalah fungsi φ
sedemikian hingga φ(x), φ0 (x), · · · , φ(n) (x) ada dan memenuhi

φ(n) (x) = f x, φ(x), φ0 (x), · · · , φ(n−1) (x)


 
(1.6)

untuk setiap x pada interval α < x < β. Dengan mengasumsikan bahwa f pada
persamaan (1.5) adalah fungsi bernilai real dan akan dicari solusi yang bernilai real.
4

Contoh 1.4.1 Tunjukkan bahwa R(x) = ce−kx dengan |x| < ∞ merupakan solusi
dari persamaan diferensial

dR
= −kR. (1.7)
dx

Jawab. Untuk menunjukkan bahwa R merupakan solusi persamaan diferensial


(1.7), maka harus ditunjukkan bahwa R memenuhi persamaan diferensial tersebut.
Diperhatikan bahwa

dR
= −kR
dx
d
ce−kx = −kR

dx
−kce−kx = −kR

dR
karena ce−kx = R, maka R memenuhi persamaan diferensial = −kR. 
dx

Contoh 1.4.2 Tunjukkan bahwa y1 (x) = cos x dan y2 (x) = sin x merupakan solusi
dari

y 00 + y = 0 (1.8)

untuk semua x.

Jawab. Untuk menunjukkan bahwa y1 (x) = cos t merupakan solusi dari persama-
an diferensial (1.8), harus ditunjukkan bahwa y1 memenuhi persamaan diferensial
tersebut.
Diperhatikan bahwa

dy1
y10 = = − sin x
dx
00 d2 y 1
y1 = = cos x
dx2
5

substitusikan ke persamaan (1.8)

cos x − cos x = 0.

Dengan demikian, diperoleh bahwa y1 memenuhi persamaan diferensial y 00 +y = 0.


dengan langkah yang sama, diperoleh y2 juga merupakan solusi dari persamaan
diferensial y 00 + y = 0. 

Berikut ini adalah contoh solusi persamaan diferensial yang lebih kompleks

Contoh 1.4.3 Tunjukkan bahwa Φ1 (x) = x2 ln x merupakan solusi dari persamaan


diferensial

x2 y 00 − 3xy 0 + 4y = 0 (1.9)

untuk x > 0.

Jawab. Untuk menunjukkan bahwa Φ solusi dari persamaan diferensial (1.9), maka
ditunjukkan bahwa Φ memenuhi persamaan tersebut.
Diperhatikan bahwa

Φ(x) = x2 ln x,
 
0 21
Φ (x) = 2x ln x + x = x + 2x ln x,
x
 
00 1
Φ (x) = 1 + 2 ln x + 2x = 3 + 2 ln x.
x

Substitusikan ke persamaan (1.9), diperoleh

x2 (3 + 2 ln x) − 3x (x + 2x ln x) + 4 x2 ln x


= 3x2 − 3x2 + (2 − 6 + 4)x2 ln x = 0.

Hal ini, menunjukkan bahwa Φ = x2 ln x merupakan solusi dari persamaan


diferensial x2 y 00 − 3xy 0 + 4y = 0 
6

1.5. Masalah Nilai Awal dan Masalah Syarat Batas

Penyelesaian suatu persamaan diferensial pada dasarnya masih berbentuk


solusi umum. Pada aplikasi untuk persamaan diferensial, memerlukan 2 syarat
tambahan untuk mencari solusi khusus dari persamaan diferensial tersebut yaitu
Persamaan diferensial dengan syarat awal yang biasa dikatakan sebagai masalah
syarat awal/ masalah nilai awal (initial-value problem) dan Persamaan diferensial
dengan syarat batas yang biasa dikatakan sebagai masalah syarat batas/masalah ni-
lai batas (boundary-value problem).

Masalah nilai awal adalah persamaan diferensial bersama dengan kondisi-


kondisi tambahan terhadap fungsi yang dicari dan turunannya yang semua diberikan
pada nilai variabel bebas yang sama, sedangkan masalah nilai batas adalah persama-
an diferensial dengan syarat yang diberikan pada titik ujung atau titik batas suatu
interval.

Contoh 1.5.1 Persamaan diferensial

y 000 − y 00 + y 0 − y = sec x, dengan y(0) = 3, y 0 (0) = 1, dan y 00 (0) = 1

adalah masalah nilai awal.

Contoh 1.5.2 Persamaan diferensial

y 000 + y = tan x; 0 < x < p, dengan y(0) = α dan y(p) = β

adalah masalah nilai batas.

LATIHAN SOAL
Tentukan Order dan derajat dari persamaan diferensial berikut ini !
2 4
d3 y d2 y
 
1. − + yt = 0
dx3 dx2
7

s 2
2
dy 4 dy
2. = +x
dx2 dx

Tunjukkan bahwa fungsi-fungsi yang diberikan merupakan solusi dari persamaan


diferensial berikut ini !

3. y 00 − y = 0; y1 (x) = ex

4. xy 0 − y = x2 ; y = 3t + t2
t t
5. y (4) + 4y 000 + 3y = t; y1 (t) = , y2 (t) = e−t +
3 3
BAB II

PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA ORDE SATU

Bentuk umum dari persamaan diferensial orde satu adalah

dy
= f (x, y) (2.1)
dx

M (x, y)
dengan f adalah fungsi dalam 2 variabel. Misalkan fungsi f (x, y) = − ,
N (x, y)
sehingga persamaan (2.1) dapat ditulis menjadi

dy M (x, y)
=− . (2.2)
dx N (x, y)

Dengan demikian, diperoleh bentuk umum yang berbeda dari persamaan diferensial
orde satu

M (x, y)dx + N (x, y)dy = 0 (2.3)

dengan M dan N adalah fungsi dalam 2 variabel. Sebarang fungsi y = φ(x) yang
dapat diturunkan dan memenuhi persamaan diferensial (2.1) atau (2.3) untuk semua
x disebut solusi.

Tidak semua persamaan diferensial memiliki solusi. oleh karena itu, di-
perlukan metode untuk menentukan eksistensi solusi dari persamaan diferensial
tesebut dan menemukannya. Akan tetapi, tidak ada metode yang berlaku secara
umum untuk semua persamaan diferensial dalam menemukan solusinya. Oleh kare-
na itu, persamaan-persamaan diferensial tersebut dibedakan dalam beberapa klasi-
fikasi, dan terdapat beberapa metode untuk menemukan solusi persamaan diferen-
sial yang berbeda berdasarkan klasifikasinya.

8
9

2.1. Persamaan Diferensial Terpisah (Separable Differential Equation)

Persamaan diferensial bentuk umum (2.3) dikatakan terpisah (separable)


jika M (x, y) merupakan fungsi dalam x saja (dapat dituliskan M (x)) dan N (x, y)
merupakan fungsi dalam y saja (dapat ditulis N (y)), maka persamaannya dapat di-
tulis menjadi

M (x)dx + N (y)dy = 0. (2.4)

Solusi dari persamaan ini adalah dengan mengintegralkan persamaan diferensial


tersebut secara terpisah
Z Z
M (x)dx + N (y)dy = c. (2.5)

dengan c merupakan konstanta sebarang.


dy x2
Contoh 2.1.1 Tunjukkan bahwa = 2 merupakan persamaan diferensial
dx y −1
terpisah dan temukan solusi dari persamaan diferensial tersebut.
dy x2
Jawab. Persamaan diferensial bentuk = 2 dapat dirubah menjadi bentuk
dx y −1

(y 2 − 1)dy = (x2 )dx

(x2 )dx − (y 2 − 1)dy = 0 (2.6)

Persamaan (2.6) merupakan bentuk umum dari persamaan diferensial terpisah.


Solusi dari persamaan diferensial tersebut adalah
Z Z
(x )dx − (y 2 − 1)dy = c
2

 
1 3 1 3
x + c1 − y − y + c2 = c.
3 3

Dengan demikian, persamaan x3 − y 3 + 3y = c0 merupakan solusi implisit dari


persamaan diferensial (2.6) dengan c0 adalah konstanta sebarang. 
10

Jika suatu persamaan diferensial diberikan sebuah nilai awal, maka nilai
konstanta sebarang c0 dapat diperoleh sehingga solusi implisit tersebut dapat di-
turunkan menjadi bentuk solusi eksplisit y = φ(x).
dy 3x2 + 4x + 2
Contoh 2.1.2 Tunjukkan bahwa persamaan diferensial= dengan
dx 2(y − 1)
masalah nilai awal y(0) = −1, merupakan persamaan diferensial terpisah dan
temukan sebuah fungsi yang merupakan solusinya !
dy 3x2 + 4x + 2
Jawab. Persamaan diferensial = dapat dibentuk menjadi
dx 2(y − 1)

2(y − 1)dy = (3x2 + 4x + 2)dx

(3x2 + 4x + 2)dx − 2(y − 1)dy = 0. (2.7)

Persamaan (2.7) merupakan bentuk umum dari persamaan diferensial terpisah.


Solusi dari persamaan diferensial tersebut adalah
Z Z
2
(3x + 4x + 2)dx − 2(y − 1)dy = c

x3 + 2x2 + 2x + c1 − y 2 − 2y + c2 = c.


Diperoleh

x3 + 2x2 + 2x − y 2 + 2y = c0 (2.8)

merupakan solusi implisit dari persamaan diferensial (2.7) dengan c0 adalah konstanta
sebarang. Jika diberikan masalah nilai awal x = 0 dan y = −1, diperoleh c0 = −3.
Dengan demikian, persamaan (2.8) dapat ditulis menjadi

y 2 − 2y = x3 + 2x2 + 2x + 3. (2.9)

Solusi eksplisitnya, diperoleh dengan membentuk y menjadi suatu fungsi dalam x.


11

Dengan demikian, solusi eksplisitnya adalah

y 2 − 2y + 1 = x3 + 2x2 + 2x + 4

(y − 1)2 = x3 + 2x2 + 2x + 4

y = 1 ± x3 + 2x2 + 2x + 4. (2.10)

Persamaan diferensial (2.7) memiliki 2 solusi eksplisit, jika diperhatikan persamaan


(2.10) membutuhkan syarat persamaan x3 + 2x2 + 2x + 4 bernilai positif. Dengan
kata lain, akan terpenuhi jika nilai x > −2. Namun demikian, hanya satu saja solusi

yang memenuhi masalah nilai awal y(0) = −1 yaitu y = 1 − x3 + 2x2 + 2x + 4

sebab, persamaan y = 1 + x3 + 2x2 + 2x + 4 merupakan solusi yang memenuhi
masalah nilai awal y(0) = 3. 

dy
Contoh 2.1.3 Berikan solusi dari persamaan diferensial + (y + 1)x2 = 0. !
dx
dy
Jawab. Persamaan diferensial + (y + 1)x2 = 0 dapat dibentuk menjadi
dx

dy
= −(y + 1)x2
dx
1
− dy = x2 dx
(y + 1)
1
x2 dx + dy = 0. (2.11)
(y + 1)

Persamaan (2.11) merupakan bentuk umum dari persamaan diferensial terpisah.


Solusi dari persamaan tersebut adalah
Z Z
2 1
x dx + dy = c
(y + 1)
1 3
x + c1 + ln |y + 1| + c2 = c.
3

Diperoleh persamaan

1
ln |y + 1| = c0 − x3 (2.12)
3
12

merupakan solusi implisit dari persamaan diferensial (2.11), sehingga dapat dicari
solusi eksplisit dari persamaan tersebut adalah

1 3
y + 1 = e(c0 − 3 x )
1 3
y = Ke 3 x − 1. (2.13)

LATIHAN SOAL
Tentukan Solusi umum dari persamaan diferensial yang diberikan !

p
1. 1 − y dx = ex dy = 0
dy x
2. =p
dx 9 − y2
dy
3. 2xy 3 + 3x2 y 2 =0
dx
dy
4. x − y = xy; y(1) = 0
dx
π  π
5. sin 2x dx + cos 3y dy = 0; y =
2 3

2.2. Persamaan Diferensial Homogen (Homogeneous Differential Equation)

Persamaan diferensial bentuk umum (2.1) dikatakan homogen jika memenuhi


syarat

f (tx, ty) = f (x, y) (2.14)

untuk sebarang koefisien t ∈ R. Penyelesaian dari persamaan diferensial homogen


tidak dapat ditemukan secara langsung melainkan dengan mengarahkan persamaan
tersebut menjadi persamaan diferensial terpisah. Cara merubah persamaan dife-
rensial homogen menjadi persamaan diferensial terpisah adalah dengan substitusi
dy du
variabel y = ux. Diperhatikan bahwa turunan dari y = ux adalah =u+x .
dx dx
Persamaan diferensial yang dihasilkan dari substitusi tersebut menjadi persamaan
13

diferensial terpisah sehingga dapat dicari solusinya dengan penyelesaian persama-


an diferensial terpisah seperti yang telah dibahas pada subbab sebelumnya.

Selanjutnya, karena yang dikerjakan merupakan fungsi dalam x dan u, untuk


memperoleh solusi dari persamaan diferensial yang dicari adalah dengan substitusi
y
kembali u = sehingga solusi yang dihasilkan merupakan fungsi dalam x dan y.
x
dy x+y
Contoh 2.2.1 Tentukan solusi dari persamaan diferensial = .
dx y−x
dy x+y
Jawab. Persamaan diferensial = bukan merupakan persamaan diferen-
dx y−x
sial terpisah, akan tetapi jika diperhatikan

tx + ty t(x + y) x+y
f (tx, ty) = = = = f (x, y). (2.15)
ty − tx t(y − x) y−x

Dengan demikian, persamaan diferensial tersebut merupakan persamaan diferen-


sial homogen. Untuk mencari solusinya, persamaan tersebut terlebih dahulu harus
dirubah menjadi persamaan diferensial terpisah dengan cara substitusi dengan y =
ux.

LATIHAN SOAL
Tentukan Solusi umum dari persamaan diferensial yang diberikan.

1. a

2.3. Persamaan Deferensial Eksak/Total (Exact Differential Equation)

Persamaan diferensial bentuk umum (2.3) dikatakan persamaan diferensial


eksak jika terdapat fungsi g(x, y) yang terdiferensialkan total yaitu

∂(g(x, y)) ∂(g(x, y))


g 0 (x, y) = dx + dy (2.16)
∂x ∂y
14

sehingga

∂(g(x, y)) ∂(g(x, y))


dx + dy = M (x, y)dx + N (x, y)dy = 0 (2.17)
∂x ∂y

akibatnya

Akibat 2.3.1 a. g 0 (x, y) = 0 sehingga diperoleh g(x, y) = c


∂(g(x, y)) ∂(g(x, y))
b. = M (x, y) dan = N (x, y)
∂x ∂y
∂ 2 (g(x, y)) ∂(M (x, y)) ∂ 2 (g(x, y)) ∂(N (x, y))
c. = dan = .
∂x∂y ∂y ∂x∂y ∂x

Berdasarkan Akibat 2.3.1 (a), solusi implisit dari persamaan diferensial ek-
sak adalah g(x, y) = c. Berdasarkan Akibat 2.3.1 (c), suatu persamaan diferensial
dikatakan eksak jika memenuhi

∂(M (x, y)) ∂(N (x, y))


= . (2.18)
∂y ∂x

Langkah untuk menemukan solusinya melalui Akibat 2.3.1 (b), yaitu dengan cara
mengintegralkan salah satu persamaan pada Akibat 2.3.1 (b) tersebut. Misalkan
∂(g(x, y))
dimulai dengan mengintegralkan = M (x, y) terhadap x, diperoleh
∂x
Z
g(x, y) = M (x, y)dx. (2.19)

Persamaan hasil integral fungsi dua variabel M (x, y) memunculkan konstanta (yang
merupakan fungsi dalam y), katakan m(x, y) merupakan fungsi hasil integral M (x, y)
terhadap x, diperoleh

g(x, y) = m(x, y) + h(y) (2.20)

Selanjutnya, g(x, y) diturunkan terhadap y, sebagai berikut

∂(g(x, y)) ∂(m(x, y))


= + h0 (y) (2.21)
∂y ∂y
15

Diperhatikan bahwa berdasarkan Akibat 2.3.1 (b), diperoleh

∂(m(x, y))
+ h0 (y) = N (x, y). (2.22)
∂y

∂(m(x, y))
Akibatnya, diperoleh h0 (y) = N (x, y) − . Persamaan tersebut diintegral-
∂y
kan terhadap y diperoleh
Z  
∂(m(x, y))
h(y) = N (x, y) − dy, (2.23)
∂y

∂(m(x, y))
katakan n(x, y) merupakan fungsi hasil integral N (x, y) − terhadap y,
∂y
diperoleh

h(y) = n(x, y) + c1 . (2.24)

Langkah terakhir adalah substitusikan persamaan (2.24) ke persamaan (2.20) di-


peroleh

g(x, y) = m(x, y) + n(x, y) + c1 (2.25)

Berdasarkan Akibat 2.3.1 (a), berlaku

g(x, y) = c (2.26)

sehingga diperoleh

m(x, y) + n(x, y) + c1 = c (2.27)

m(x, y) + n(x, y) = c0 (2.28)

dengan c0 = c − c1 .
16

2.4. Persamaan Deferensial Tak Eksak (Non Exact Differential Equation)

Melanjutkan pembahasan sebelumnya, jika pada persamaan diferensial ben-


tuk umum (2.3) berlaku

∂M (x, y) ∂N (x, y)
6= , (2.29)
∂y ∂x

maka persamaan tersebut merupakan persamaan diferensial tak eksak. Penyelesaian


dari persamaan tersebut tidak dapat menggunakan penyelesaian persamaan diferen-
sial eksak secara langsung melainkan memerlukan suatu fungsi yang dimunculkan
untuk membuat persamaan diferensial tersebut menjadi persamaan diferensial ek-
sak. Fungsi tersebut dinamakan Faktor Integrasi.

Faktor integrasi dari suatu persamaan diferensial tak eksak tidak tunggal.
Faktor integrasi tersebut dapat merupakan fungsi dalam x dan y, fungsi dalam x
saja atau fungsi dalam y saja, pada umumnya dinotasikan dengan I(x, y), I(x),
atau I(y). Untuk menemukan faktor integrasi yang merupakan fungsi dalam x dan
y skaligus pada umumnya sulit untuk dilakukan dan belum ditemukan polanya, akan
tetapi untuk kasus faktor integrasinya merupakan fungsi dalam x saja atau dalam y
saja berikut ini adalah caranya

• Jika faktor integrasi yang dicari merupakan fungsi dalam x saja, maka
persamaan diferensial tak eksak dengan bentuk umum seperti pada persamaan
(2.3) akan menjadi eksak jika dikalikan dengan faktor integrasi I(x)

I(x)M (x, y)dx + I(x)N (x, y)dy = 0. (2.30)

Untuk menetukan faktor integrasi I(x), dibentuk persamaan

∂f (x, y)
= I(x)M (x, y) (2.31)
∂x
17

dan

∂f (x, y)
= I(x)N (x, y) (2.32)
∂y

Persamaan (2.31) diturunkan terhadap y dan persamaan (2.32) diturunkan ter-


hadap x, diperoleh

∂ 2 f (x, y) ∂M (x, y)
= I(x) (2.33)
∂x∂y ∂y

dan

∂ 2 f (x, y) ∂N (x, y)
= I 0 (x)N (x, y) + I(x) . (2.34)
∂x∂y ∂x

Dari persamaan (2.33) dan (2.34), diperoleh

∂M (x, y) ∂N (x, y)
I(x) = I 0 (x)N (x, y) + I(x) . (2.35)
∂y ∂x

sehingga persamaan tersebut menjadi

I 0 (x)
 
1 ∂M (x, y) ∂N (x, y)
− = . (2.36)
N (x, y) ∂y ∂x I(x)

Dengan memisalkan
 
1 ∂M (x, y) ∂N (x, y)
P (x, y) = − (2.37)
N (x, y) ∂y ∂x

dan mengintegralkan kedua ruasnya, diperoleh

I 0 (x)
Z Z
P (x, y)dx = dx (2.38)
I(x)

sehingga,
Z
P (x, y)dx = ln |I(x)|. (2.39)
18

Dengan kata lain, diperoleh faktor integrasi dalam x

R
P (x,y)dx
I(x) = e . (2.40)

• Jika faktor integrasi yang dicari merupakan fungsi dalam y saja, maka
persamaan diferensial tak eksak dengan bentuk umum seperti pada persamaan
(2.3) akan menjadi eksak jika dikalikan dengan faktor integrasi I(y)

I(y)M (x, y)dx + I(y)N (x, y)dy = 0. (2.41)

Untuk menetukan faktor integrasi I(y), dibentuk persamaan

∂f (x, y)
= I(y)M (x, y) (2.42)
∂x

dan

∂f (x, y)
= I(y)N (x, y) (2.43)
∂y

Persamaan (2.42) diturunkan terhadap y dan persamaan (2.43) diturunkan ter-


hadap x, diperoleh

∂ 2 f (x, y) ∂M (x, y)
= I 0 (y)M (x, y) + I(y) . (2.44)
∂x∂y ∂x

∂ 2 f (x, y) ∂N (x, y)
= I(y) . (2.45)
∂x∂y ∂y

Dari persamaan (2.44) dan (2.45), diperoleh

∂M (x, y) ∂N (x, y)
I 0 (y)M (x, y) + I(y) = I(y) (2.46)
∂x ∂y
19

sehingga persamaan tersebut menjadi

I 0 (y)
 
1 ∂N (x, y) ∂M (x, y)
= − . (2.47)
I(y) M (x, y) ∂x ∂y

Dengan memisalkan
 
1 ∂N (x, y) ∂M (x, y)
R(x, y) = − (2.48)
M (x, y) ∂x ∂y

dan mengintegralkan kedua ruasnya, diperoleh

I 0 (y)
Z Z
R(x, y)dx = dx (2.49)
I(y)

sehingga,
Z
R(x, y)dx = ln |I(y)|. (2.50)

Dengan kata lain, diperoleh faktor integrasi dalam y

R
R(x,y)dx
I(y) = e . (2.51)

2.5. Persamaan Deferensial Linear (Linear Differential Equation)

Persamaan deferensial dengan bentuk umum

dy
= f (x, y) (2.52)
dx

dikatakan linear jika fungsi f (x, y) dapat ditulis

f (x, y) = −P (x)y + Q(x)


20

dengan P (x) dan Q(x) merupakan fungsi terhadap x, sehingga persamaan diferen-
sial linear dapat ditulis menjadi

dy
= −P (x)y + Q(x), (2.53)
dx

atau

dy
+ P (x)y = Q(x). (2.54)
dx

Diperhatikan bahwa bentuk tersebut dapat ditulis

[−P (x)y + Q(x)] dx − dy = 0 (2.55)

Bentuk persamaan (2.55) merupakan persamaan diferensial tak eksak sebab

∂ (−P (x)y + Q(x))


= −P (x), (2.56)
∂y

dan

∂ (−1)
= 0. (2.57)
∂x

Dengan demikian, cara mencari solusinya adalah dengan mencari faktor integrasinya
yaitu
 
1 ∂ (M (x, y)) ∂ (N (x, y))
R(x) = − = −1[−P (x) − 0] = P (x)
N (x, y) ∂y ∂y
(2.58)

sehingga

R R
R(x)dx P (x)dx
I(x) = e =e (2.59)
21

dan persamaan diferensial

dy
I(x) + I(x)P (x)y = I(x)Q(x). (2.60)
dx

merupakan persamaan diferensial eksak. Dengan kata lain, solusi dari persamaan
diferensial tersebut dapat ditemukan dengan mencari solusi persamaan diferensial
eksak.

Akan tetapi, ada cara yang lain untuk mencari solusi dari persamaan dife-
rensial linear. Diperhatikan faktor integrasi dari persamaan diferensial linear (2.59),
jika diturunkan terhadap x akan menjadi

d (I(x)) R
= P (x)e P (x)dx = P (x)I(x). (2.61)
dx

Oleh karena itu, bentuk persamaan diferensial linear setelah dikalikan faktor integrasi
pada persamaan (2.60) dapat ditulis menjadi

dy d (I(x))
I(x) + y = I(x)Q(x) (2.62)
dx dx

atau

d
(I(x)y) = I(x)Q(x). (2.63)
dx

Dengan demikian, solusi dari persamaan diferensial linear dapat diperoleh dengan
mengintegralkan persamaan (2.63) terhadap x sebagai berikut
Z Z
d
(I(x)y)dx = I(x)Q(x)dx. (2.64)
dx

Dengan kata lain, diperoleh


Z
I(x)y = I(x)Q(x)dx. (2.65)
22

dy
Contoh 2.5.1 1. Selesaikan + 3xy = x
dx

LATIHAN SOAL
Tentukan Solusi umum dari persamaan diferensial yang diberikan.

dy
1. −y =x
dx

2.6. Persamaan Deferensial Bernoulli (Bernoulli Differential Equation)

Bentuk umum persamaan diferensial Bernoulli adalah

dy
+ P (x)y = Q(x)y n , (2.66)
dx

dengan P (x) dan Q(x) merupakan fungsi terhadap x dan n sebarang bilangan
real. Diperhatikan bahwa jika n = 0 atau n = 1 maka persamaan diferensial
tersebut merupakan persamaan diferensial linear yang sudah dibahas sebelumnya.
Penyelesaian persamaan diferensial Bernoulli untuk n > 1 langkahnya adalah se-
bagai berikut :
Bentuk umum persamaan diferensial Bernoulli pada (2.66) jika dibagi dengan y n
maka dapat dituliskan menjadi

1 dy y
n
+ P (x) n = Q(x). (2.67)
y dx y

y
Misalkan u = y 1−n = , berdasarkan aturan rantai
yn

du 1 dy
= (1 − n) n
dx y dx

maka bentuk persamaan (2.67) dapat ditulis menjadi

1 du
+ P (x)u = Q(x). (2.68)
(1 − n) dx
23

Dengan demikian, jika semua ruas dikalikan dengan (1 − n), diperoleh

du
+ (1 − n)P (x)u = (1 − n)Q(x) (2.69)
dx

atau dapat ditulis sebagai persamaan diferensial linear

du
+ P1 (x)u = Q1 (x) (2.70)
dx

dengan P1 (x) = (1 − n)P (x) dan Q1 (x) = (1 − n)Q(x). Pada pembahasan


sebelumnya, persamaan diferensial linear (2.70) merupakan persamaan diferensial
tak eksak dengan faktor integrasi

R
P1 (x)dx
I(x) = e .

Solusi dari persamaan diferensial linear (2.70) adalah

d (uI(x)) = I(x)Q1 (x), (2.71)

atau
 
y
d I(x) = (1 − n)I(x)Q(x). (2.72)
yn

dy
Contoh 2.6.1 1. Selesaikan + 3xy = xy 2
dx
dy
2. Selesaikan − 2y tan x = y 2 cos2 x
dx

LATIHAN SOAL
Tentukan Solusi umum dari persamaan diferensial yang diberikan.

dy
1. − y = xy 5
dx
dy
2. + 2xy + xy 4 = 0
dx
24

dy 1 1
3. + y = (1 − 2x)y 4
dx 3 3
dy
4. + y = y 2 (cos x − sin x)
dx
5. xdy − {y + xy 3 (1 + ln x)dx} = 0
DAFTAR PUSTAKA

Bronson, Richard, Ph.D, and Costa, Gabriel B. 2006, Persamaan Diferensial edisi
ketiga, Schaum’s Outline Series, The McGraw-Hill Companies, United States of
America. [terjemahan 2007 oleh penerbit Erlangga]

Waluyo, S.B., 2006, Persamaan Diferensial edisi pertama, Penerbit Graha Ilmu,
Yogyakarta.

25

Anda mungkin juga menyukai