Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik sindrom nefrotik dapat ditemukan edema di kedua kelopak
mata, tungkai, atau adanya asites dan edema skrotum/labia. Kadang-kadang ditemukan
hipertensi. (Ngastiyah,2005).
B. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Arif Mansjoer, dkk pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada sindroma
nefrotik meliputi:
a. Pemeriksaan proteinuria: dipstik (≥2+), urinalisis, serta urine tampung 24 jam dapat
disertai hematuria. Dianjurkan untuk mengambil sampel urine pagi hari untuk
pengukuran protein total dan kreatinin. Sugestif sindrom nefrotik apabila rasio protein
c. Dapat pula ditemukan lipiduria dan gumpalan lemak bujur telur (oval fat bodies).
d. Pemeriksaan kadar elektrolit serum, BUN, protein total, kolesterol dan laju endap
Pada Sindrom Nefrotik terjadi penurunan albumin serum, yang merupakan akibat
meningkatkan sintesis albumin empat kali lipat dengan cara meningkatkan transkripsi
messenger RNA, dan menurunkan katabolisme protein di seluruh tubuh. Tetapi setiap
albuminuria. Akibatnya, katabolisme dan ekskresi albumin selalu lebih tinggi dari
kemampuan hati untuk menjaga kadar normal serum albumin dan tekanan onkotik
Kadar ureum dan kreatinin umumnya normal kecuali ada penurunan fungsi ginjal.
Kreatinin serum pada Sindroma Nefrotik dapat menunjukkan hasil yang rendah, normal
maupun meningkat. Kreatinin serum yang rendah merupakan akibat hiperfiltrasi pada
Pengukuran streptozyme, C3, C4, dan ANA jika dicurigai sindrom nefrotik sekunder
(Nilawati, 2014).
Pemeriksaan Urinalisis
Urinalisis adalah tes pertama kali digunakan dalam diagnosis sindrom nefrotik.
Proteinuria nefrotik akan terlihat oleh 3 + atau 4 + pada dipstick bacaan, atau dengan
mg / dL dari protein urin atau lebih, yaitu 3 g / L atau lebih dan dengan demikian dalam
kisaran nefrotik. Pemeriksaan dipsticks Kimia albumin adalah protein utama yang diuji
(Irda, 2012).
Protein urin diukur dengan koleksi tepat atau kumpulan titik tunggal. Sebuah koleksi
yang berjadwal biasanya dilakukan selama 24-jam, mulai pukul 7 pagi dan finishing
pada hari berikutnya pada waktu yang sama. Pada individu sehat, tidak ada lebih dari 150
mg protein total dalam koleksi urin 24-jam. Kumpulan titik tunggal urin jauh lebih
mudah untuk mendapatkan. Ketika rasio protein urin untuk kreatinin urin lebih besar dari
2 g / g, ini sesuai dengan 3 g protein urin per hari atau lebih. Dengan tepat jenis protein
urin adalah kepentingan potensial. Ini dapat diuji dengan elektroforesis protein urin.
Proteinuria yang tidak termasuk albumin dapat menunjukkan proteinuria meluap yang
DAFTAR PUSTAKA
http://dokterindonesiaonline.com/2012/05/03/penanganan-terkini-sindrom-nefrotik-
gangguan-ginjal-tersering-pada-anak/
Handayani, Irda. (2012). Gambaran Kadar Kolesterol, Albumin dan Sedimen Urin Penderita
Anak Sindroma Nefrotik. Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical
Laboratory, Vol. 13, No. 2, 49-52.
Mansjoer, Arif. 2014. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 4 Jilid I. Jakarta: Media Aesculapius
Ngastiyah, 2005. Perawatan Anak Sakit. Edisi 2, EGC, Jakarta.
Nilawati, GAP. (2012). Profil Sindrom Nefrotik pada Ruang Perawatan Anak RSUP Sanglah
Denpasar. Sari Pediatri, Vol. 14, No. 4.