Anda di halaman 1dari 16

 About

 Contact Us
 Privacy Policy
 Disclaimer




Tanya Seputar Kuliah


tempat share tugas dan materi kuliahdan kesehatan terbaru

 Home
 Materi
o
o
o
o
 Makalah
 Komputer
 Kesehatan
 Pertanian
 Pertambangan

SEARCH...

Home » Makalah » MAKALAH APENDISITIS


Muhammad Bayu August 21, 2015 Makalah

MAKALAH APENDISITIS
MAKALAH APENDISITIS

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Apendisitis adalah peradangan dari apendik periformis, dan merupakan
penyebab abdomen akut yang paling sering (Dermawan & Rahayuningsih,
2010)

Istilah usus buntu yang dikenal di masyarakat awam adalah kurang tepat karena
usus yang buntu sebenarnya adalah sekum. Apendiks diperkirakan ikut serta
dalm system imun sektorik di saluran pencernaan. Namun, pengangkatan
apendiks tidak menimbulkan efek fungsi system imun yang jelas
(syamsyuhidayat, 2005).

Insiden apendisitis di Negara maju lebih tinggi daripada di Negara


berkembang. Namun, dalm tiga-empat dasawarsa terakhir kejadiannya
menurun secara bermakna. Hal ini di duga disebabkan oleh meningkatnya
penggunaan makanan berserat pada diit harian (Santacroce,2009).

Dari hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di indonesia, apendisitis


akut merupakan salah satu penyebab dari akut abdomen dan beberapa indikasi
untuk dilakukan operasi kegawatdaruratan abdomen. Insidens apendisitis di
Indonesia menempati urutan tertinggi di antara kasus kegawatan abdomen
lainya (Depkes 2008). Dinkes jateng menyebutkan pada tahun 2009 jumlah
kasus apendisitis di jawa tengah sebanyak 5.980 penderita, dan 177 penderita
diantaranya menyebabkan kematian. Pada periode 1 Januari sampai 31
Desember 2011 angka kejadian appendisitis di RSUD salatiga, dari seluruh
jumlah pasien rawat inap tercatat sebanyak 102 penderita appendisitis dengan
rincian 49 pasien wanita dan 53 pasien pria. Ini menduduki peringkat ke 2 dari
keseluruhan jumlah kasus di instalsi RSUD Salatiga. Hal ini membuktikan
tingginya angka kesakitan dengan kasus apendiksitis di RSUD Salatiga.

Peradangan pada apendiks selain mendapat intervensi farmakologik juga


memerlukan tindakan bedah segera untuk mencegah komplikasi dan
memberikan implikasi pada perawat dalam bentuk asuhan keperawatan.
Berlanjutnya kondisi apendisitis akan meningkatkan resiko terjadinya perforasi
dan pembentukan masa periapendikular. Perforasi dengan cairan inflamasi dan
bakteri masuk ke rongga abdomen lalu memberikan respons inflamasi
permukaan peritoneum atau terjadi peritonitis. Apabila perforasi apendiks
disertai dengan material abses, maka akan memberikan manifestasi nyeri local
akibat akumulasi abses dan kemudian juga akan memberikan respons
peritonitis. Manifestasi yang khas dari perforasi apendiks adalah nyeri hebat
yang tiba-tiba datang pada abdomen kanan bawah (Tzanakis, 2005).

Tujuh persen penduduk di Amerika menjalani apendiktomi (pembedahan untuk


mengangkat apendiks) dengan insidens 1,1/1000 penduduk pertahun, sedang di
negara-negara barat sekitar 16%. Di Afrika dan Asia prevalensinya lebih
rendah akan tetapi cenderung meningkat oleh karena pola dietnya yang
mengikuti orang barat (www.ilmubedah.info.com, 2011).

B. Rumusan Masalah

Apa defenisi dari apendisitis ?

Apa etiologi dari apendisitis ?

Bagaimana patofisiologi apendisitis ?

Apa manifestasi klinis apendisitis ?

Bagaimana Pemeriksaan Penunjang ?

Apa saja penatalaksanaan medis dari apendisitis ?

Jelaskan Komplikasi apendisitis !

BagaimanaPencegahanapendisitis ?

Jelaskan Prognosisapendisitis !
BAB II

KOSEP MEDIS

Defenisi

Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis dan merupakan


penyebab abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini mengenai semua umur
baik laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki-laki
berusia 10 sampai 30 tahun (Mansjoer, 2000).

Menurut Smeltzer C. Suzanne (2001), apendisitis adalah penyebab paling


umum inflamasi akut pada kuadran bawah kanan dari rongga abdomen dan
merupakan penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat.

Berdasarkan defenisi di atas, dapat disimpulkan bahwa apendisitis adalah


kondisi dimana terjadi infeksi pada umbai apendiks dan merupakan penyakit
bedah abdomen yang paling sering terjadi.

Menurut Sjamsuhidayat (2004), apendisitis terdiri dari lima bagian antara lain :

Apendisitis akut

Adalah peradangan apendiks yang timbul meluas dan mengenai peritoneum


pariental setempat sehingga menimbulkan rasa sakit di abdomen kanan bawah.
Apendisitis infiltrat (Masa periapendikuler)

Apendisitis infiltrat atau masa periapendikuler terjadi bila apendisitis


ganggrenosa di tutupi pendinginan oleh omentum.

Apendisitis perforata

Ada fekalit didalam lumen, Umur (orang tua atau anak muda) dan
keterlambatan diagnosa merupakan faktor yang berperan dalam terjadinya
perforasi apendiks.

Apendisitis rekuren

Kelainan ini terjadi bila serangan apendisitis akut pertama kali sembuh spontan,
namun apendiks tidak pernah kembali ke bentuk aslinya karena terjadi fibrosis
dan jaringan parut. Resikonya untuk terjadinya serangan lagi sekitar 50%.

Apendisitis kronis

Fibrosis menyeluruh dinding apendiks, sumbatan parsial atau total lumen


apendiks, adanya jaringan parut dan ulkus lama di mukosa dan infiltrasi sel
inflamasi kronik.

B. Etilogi

Penyebab penyakit apendisitis secara pasti belum diketahui. Tetapi, terjadinya


apendisitis ini umumnya karena bakteri. Selain itu, terdapat banyak faktor
pencetus terjadinya penyakit ini diantaranya sumbatan lumen apendiks,
hiperplasia jaringan limfe, fekalit, tumor apendiks dan cacing askaris yang
dapat menyebabkan sumbatan. Penyebab lain yang diduga dapat menimbulkan
apendisitis adalah erosi mukosa apendiks karena parasit seperti E.histolytica.
Penelitian epidemiologi menunjukkan peran kebiasaan makan
makanan rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya
apendisitis juga merupakan faktor pencetus terjadinya penyakit ini. Konstipasi
akan menaikkan tekanan intrasekal yang berakibat timbulnya sumbatan
fungsional apendiks dan meningkatnya pertumbuhan kuman flora kolon biasa.
Semuanya ini mempermudah timbulnya apendisitis akut (Sjamsuhidayat,
2004).

Patofisiologi

Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh


hiperplasia folikel limfoid, fekalit, benda
asing, striktur karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya, atau
neoplasma. Obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa
mengalami bendungan. Semakin lama mukus tersebut semakin banyak, namun
elastisitas dinding apendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan
peningkatan tekanan intralumen. Tekanan yang meningkat tersebut akan
menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema, diapedesis bakteri, dan
ulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi apendisitis akut lokal yang ditandai
oleh nyeri epigastrium. Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus
meningkat. Hal tersebut akan menyebkan obstruksi vena, edema bertambah,
dan bakteri akan menembus dinding. Peradangan yang timbul meluas dan
mengenai peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri di daerah kanan
bawah. Keadaan ini disebut apendisitis supuratif akut.

Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang
diikuti dengan gangren. Stadium ini disebut dengan apendisitis gangrenosa.
Bila dinding yang telah rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis perforasi. Bila
semua proses diatas berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan
bergerak ke arah apendiks hingga timbul suatu massa lokal yang disebut
infiltrate apendikularis. Peradangan pada apendiks tersebut dapat menjadi abses
atau menghilang. Pada anak-anak, kerena omentum lebih pendek dan
apendiks lebih panjang, maka dinding apendiks lebih tipis. Keadaan tersebut
ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih kurang sehingga memudahkan
terjadinya perforasi. Sedangkan pada orang tua, perforasi mudah terjadi karena
telah ada gangguan pembuluh darah (Mansjoer, 2000).

Manifestasi Klinik
Menurut Arief Mansjoer (2002), keluhan apendisitis biasanya bermula dari
nyeri di daerah umbilikus atau periumbilikus yang berhubungan dengan
muntah. Dalam 2 – 12 jam nyeri akan beralih ke kuadran kanan bawah yang
akan menetap dan diperberat bila berjalan atau batuk. Terdapat juga keluhan
anoreksia, malaise dan demam yang tak terlalu tinggi. Biasanya juga terdapat
konstipasi tetapi kadang-kadang terjadi diare, mual dan muntah.

Pada permulaan timbulnya penyakit belum ada keluhan abdomen yang menetap
namun dalam beberapa jam nyeri abdomen kanan bawah akan semakin
progresif dan dengan pemeriksaan seksama akan dapat ditunjukkan satu titik
dengan nyeri maksimal perkusi ringan pada kuadran kanan bawah dapat
membantu menentukan lokasi nyeri.

Menurut Suzanne C Smeltzer dan Brenda G Bare (2002),apendisitis akut sering


tampil dengan gejala yang khas yang didasari oleh radang mendadak umbai
cacing yang memberikan tanda setempat. Nyeri kuadran bawah terasa dan
biasanya disertai oleh demam ringan, mual, muntah dan hilangnya nafsu
makan. Pada apendiks yang terinflamasi, nyeri tekan dapat dirasakan pada
kuadran kanan bawah pada titik Mc.Burney yang berada antara umbilikus dan
spinalis iliaka superior anterior. Derajat nyeri tekan, spasme otot dan apakah
terdapat konstipasi atau diare tidak tergantung pada beratnya infeksi dan lokasi
apendiks. Bila apendiks melingkar di belakang sekum, nyeri tekan terasa
didaerah lumbal. Bila ujungnya ada pada pelvis, tanda-tanda ini dapat diketahui
hanya pada pemeriksaan rektal. Nyeri pada defekasi menunjukkan ujung
apendiks berada dekat rektum. Nyeri pada saat berkemih menunjukkan bahwa
ujung apendiks dekat dengan kandung kemih atau ureter. Adanya kekakuan
pada bagian bawah otot rektus kanan dapat terjadi. Tanda rovsing dapat timbul
dengan melakukan palpasi kuadran bawah kiri yang secara paradoksial
menyebabkan nyeri yang terasa dikuadran kanan bawah. Apabila apendiks
telah ruptur, nyeri menjadi menyebar. Distensi abdomen terjadi akibat ileus
paralitik dan kondisi pasien memburuk. Pada pasien lansia, tanda dan
gejala apendisitis dapat sangat bervariasi. Tanda-tanda tersebut dapat sangat
meragukan, menunjukkan obstruksi usus atau proses penyakit lainnya. Pasien
mungkin tidak mengalami gejala sampai ia mengalami ruptur apendiks.
Insidens perforasi pada apendiks lebih tinggi pada lansia karena banyak dari
pasien-pasien ini mencari bantuan perawatan kesehatan tidak secepat pasien-
pasien yang lebih muda.
Menurut Diane C. Baughman dan JiAnn C. Hackley (2000), manifestasi klinis
apendisitis adalah sebagai berikut:

Nyeri kuadran kanan bawah dan biasanya disertai dengan demam derajat
rendah, mual, dan seringkali muntah

Pada titik Mc Burney terdapat nyeri tekan setempat karena tekanan dan sedikit
kaku dari bagian bawah otot rektus kanan

Nyeri alih mungkin saja ada; letak apendiks mengakibatkan sejumlah nueri
tekan, spasme otot, dan konstipasi serta diare kambuhan

Tanda Rovsing (dapat diketahui dengan mempalpasi kuadran kanan bawah ,


yang menyebabkan nyeri kuadran kiri bawah)

Jika terjadi ruptur apendiks, maka nyeri akan menjadi lebih menyebar; terjadi
distensi abdomen akibat ileus paralitik dan kondisi memburuk.

E. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang biasa dilakukan pada pasien yang diduga


appendicitis akut adalah pemeriksaan darah lengkap dan test protein
reaktive (CRP). Pada pemeriksaan darah lengkap sebagian besar pasien
biasanya ditemukan jumlah leukosit di atas 10.000 dan neutrofil diatas 75 %.
Sedangkan pada pemeriksaan CRP ditemukan jumlah serum yang mulai
meningkat pada 6-12 jam setelah inflamasi jaringan.

Pemeriksaan urine

Untuk melihat adanya eritrosit, leukosit dan bakteri di dalam urin. pemeriksaan
ini sangat membantu dalam menyingkirkan diagnosis banding seperti infeksi
saluran kemih atau batu ginjal yang mempunyai gejala klinis yang hampir sama
dengan appendisitis.

Pemeriksaan radiologi

Pemeriksaan radiologi yang biasa dilakukan pada pasien yang diduga


appendicitis akut antara lain adalah Ultrasonografi, CT-scan. Pada pemeriksaan
ultrasonogarafi ditemukan bagian memanjang pada tempat yang terjadi
inflamasi pada appendiks. Sedang pada pemeriksaan CT-scan ditemukan
bagian yang menyilang dengan apendicalith serta perluasan dari appendiks
yang mengalami inflamasi serta adanya pelebaran dari saekum.

Pemeriksaan USG

Bila hasil pemeriksaan fisik meragukan, dapat dilakukan pemeriksaan USG,


terutama pada wanita, juga bila dicurigai adanya abses. Dengan USG dapat
dipakai untuk menyingkirkan diagnosis banding seperti kehamilan ektopik,
adnecitis dan sebagainya.

Abdominal X-Ray

Digunakan untuk melihat adanya fecalith sebagai penyebab appendisitis.


pemeriksaan ini dilakukan terutama pada anak-anak.

Penatalaksanaan

Pembedahan diindikasikan bila diagnosa apendisitis telah ditegakkan.


Antibiotik dan cairan IV diberikan serta pasien diminta untuk membatasi
aktivitas fisik sampai pembedahan dilakukan. Analgetik dapat
diberikan setelah diagnosa ditegakkan. Apendiktomi (pembedahan untuk
mengangkat apendiks) dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan resiko
perforasi. Apendiktomi dapat dilakukan dibawah anestesi umum atau spinal,
secara terbuka ataupun dengan cara laparoskopi yang merupakan metode
terbaru yang sangat efektif. Bila apendiktomi terbuka, insisi Mc.Burney banyak
dipilih oleh para ahli bedah. Pada penderita yang diagnosisnya tidak jelas
sebaiknya dilakukan observasi dulu. Pemeriksaan laboratorium
dan ultrasonografi bisa dilakukan bila dalam
observasi masih terdapat keraguan. Bila terdapat laparoskop, tindakan
laparoskopi diagnostik pada kasus meragukan dapat segera menentukan akan
dilakukan operasi atau tidak (Smeltzer C. Suzanne, 2002).

Menurut Arief Mansjoer (2000), penatalaksanaan apendisitis adalah sebagai


berikut:

Tindakan medis

Observasi terhadap diagnosa

Dalam 8 – 12 jam pertama setelah timbul gejala dan tanda apendisitis, sering
tidak terdiagnosa, dalam hal ini sangat penting dilakukan observasi yang
cermat. Penderita dibaringkan ditempat tidur dan tidak diberi apapun melalui
mulut. Bila diperlukan maka dapat diberikan cairan aperviteral. Hindarkan
pemberian narkotik jika memungkinkan, tetapi obat sedatif seperti barbitural
atau penenang tidak karena merupakan kontra indikasi. Pemeriksaan abdomen
dan rektum, sel darah putih dan hitung jenis di ulangi secara periodik. Perlu
dilakukan foto abdomen dan thorak posisi tegak pada semua kasus apendisitis,
diagnosa dapat jadi jelas dari tanda lokalisasi kuadran kanan bawah dalam
waktu 24 jam setelah timbul gejala.

Intubasi

Dimasukkan pipa naso gastrik preoperatif jika terjadi peritonitis atau toksitas
yang menandakan bahwa ileus pasca operatif yang sangat menggangu. Pada
penderita ini dilakukan aspirasi kubah lambung jika diperlukan. Penderita
dibawa kekamar operasi dengan pipa tetap terpasang.

Antibiotik

Pemberian antibiotik preoperatif dianjurkan pada reaksi sistematik dengan


toksitas yang berat dan demam yang tinggi .

Terapi bedah

Pada apendisitis tanpa komplikasi, apendiktomi dilakukan segera setelah


terkontrol ketidakseimbangan cairan dalam tubuh dan gangguan sistematik
lainnya. Biasanya hanya diperlukan sedikit persiapan. Pembedahan yang
direncanakan secara dini baik mempunyai praksi mortalitas 1 % secara primer
angka morbiditas dan mortalitas penyakit ini tampaknya disebabkan oleh
komplikasi ganggren dan perforasi yang terjadi akibat yang tertunda.

Terapi pasca operasi

Perlu dilakukan obstruksi tanda-tanda vital untuk mengetahui terjadinya


perdarahan didalam, syok hipertermia, atau gangguan pernapasan angket sonde
lambung bila pasien telah sadar, sehingga aspirasi cairan lambung dapat
dicegah. Baringkan pasien dalam posisi fowler. Pasien dikatakan baik bila
dalam 12 jam tidak terjadi gangguan. Selama itu pasien dipuasakan. Bila
tindakan operasi lebih besar, misalnya pada perforasi atau peritonitis umum,
puasa diteruskan sampai fungsi usus kembali normal. Kemudian berikan
minum mulai 15 ml/jam selama 4-5 jam lalu naikkan menjadi 30 ml/jam.
Keesokan harinya diberikan makan saring, dan hari berikutnya diberikan
makanan lunak. Satu hari pasca operasi pasien dianjurkan untuk duduk tegak
ditempat tidur selama 2 x 30 menit. Pada hari kedua pasien dapat berdiri dan
duduk diluar kamar. Hari ketujuh jahitan dapat diangkat dan pasien
diperbolehkan pulang.

G. Komplikasi

Komplikasi utama apendisitis adalah perforasi apendiks yang dapat


berkembang menjadi peritonitis atau abses. Insidens perforasi adalah 10
% sampai 32%. Insidens lebih tinggi pada anak kecil dan lansia. Perforasi
secara umum terjadi 24 jam setelah awitan nyeri. Gejala mencakup demam
dengan suhu 37,7 oC atau lebih tinggi, penampilan toksik, dan nyeri atau nyeri
tekan abdomen yang kontinyu (Smeltzer dan Barre, 2002).

H. Pencegahan

Diet tinggi serat akan sangat membantu melancarkan aliran pergerakan


makanan dalam saluran cerna sehingga tidak tertumpuk lama dan mengeras.
Minum air putih minimal 8 gelas sehari dan tidak menunda buang air besar
juga akan membantu kelancaran pergerakan saluran cerna secara keseluruhan.

Prognosis

Dengan diagnosis yang akurat serta pembedahan, tingkat mortalitas dan


morbiditas penyakit apendisitis sangat kecil. Keterlambatan diagnosis akan
meningkatkan morbiditas dan mortalitas bila terjadi komplikasi. Serangan
berulang dapat terjadi bila apendiks tidak diangkat. Terminologi apendisitis
kronis sebenarnya tidak ada (Mansjoer, 2000).

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis dan merupakan


penyebab abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini mengenai semua umur
baik laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki-laki
berusia 10 sampai 30 tahun (Mansjoer, 2000).

Menurut Sjamsuhidayat (2004), apendisitis terdiri dari lima bagian antara lain :

Apendisitis akut

Apendisitis infiltrat (Masa periapendikuler)

Apendisitis perforata

Apendisitis rekuren
Apendisitis kronis

Penyebab penyakit apendisitis secara pasti belum diketahui. Tetapi, terjadinya


apendisitis ini umumnya karena bakteri. Selain itu, terdapat banyak faktor
pencetus terjadinya penyakit ini diantaranya sumbatan lumen apendiks,
hiperplasia jaringan limfe, fekalit, tumor apendiks dan cacing askaris yang
dapat menyebabkan sumbatan. Penyebab lain yang diduga dapat menimbulkan
apendisitis adalah erosi mukosa apendiks karena parasit seperti E. histolytica.
Penelitian epidemiologi menunjukkan peran kebiasaan makan
makanan rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya
apendisitis juga merupakan faktor pencetus terjadinya penyakit ini.

Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh


hiperplasia folikel limfoid, fekalit, benda
asing, striktur karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya, atau
neoplasma.

Saran

Jagalah kesehatan dengan minum air putih minimal 8 gelas sehari dan tidak
menunda buang air besar juga akan membantu kelancaran pergerakan saluran
cerna secara keseluruhan.

DAFTAR PUSTAKA

Baughman, Diane C dan Hackley, JiAnn C. 2000. Keperawatan Medikal


Bedah: Buku Saku untuk Brunner dan Suddarth. Jakarta: EGC.

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : EGC.

_____________2002. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : EGC.

Sjamsuhidajat, R dan Wim de Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta:
EGC.
Smeltzer, Suzanne C dan Bare, Brenda G. 2002. Buku Ajar Medikal Bedah
Edisi 8 Volume 2, Alih Bahasa Kuncara, H.Y, dkk. Jakarta: EGC.

Wilkinson, Judith M dan Ahern, Nancy R. 2011. Buku Saku Diagnosis


Keperawatan: Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil Noc. Jakarta:
EGC.

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Share on LinkedIn

Subscribe to receive free email updates:

Related Posts :

 MAKALAH KOMUNIKASI BISNIS UPAYA UNTUK MENINGKATKAN


EFEKTIFITAS KOMUNIKASI BISNIS “Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Komunikasi Bisnis” NPM MANA… Read More...

 MAKALAH ANTROPOLOGI BUDAYA KATA PENGANTAR Puji dan


syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi nikmat dan
kasih sayang – Nya kepada kam… Read More...

 MAKALAH HUKUM ADAT KATA PENGANTAR


Bismillaahirrahmaanirrahiim. Alhamdulillah puja dan puji hanya layak tercurahkan
kepada Allah SWT., atas segala limpaha… Read More...

 Makalah Sitem Reproduksi Manusia Makalah Sitem Reproduksi Manusia BAB


I PENDAHULUAN A. Latar Belakang semakin berkembangnya jaman semakin
berkembangjuga… Read More...
 MAKALAH SAMPAH PLASTIK MAKALAH ILMU LINGKUNGAN
Sampah Plastik KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT
karena berkat limpah… Read More...

0 Response to "MAKALAH APENDISITIS"

Newer Post Older Post Home

 POPULAR POSTS

 Link

 makalah gangguan pada sistem peredaran darah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam hidupnya, organisme memerlukan


makanan dan oksigen untuk melangsungkan metabolisme. Prose...

makalah Ketahanan Nasional Sebagai Geostrategi Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tidak dapat kita pungkiri bahwa setiap
bangsa atau rakyat yang diwadahi oleh sua...

 MAKALAH APENDISITIS

MAKALAH APENDISITIS BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Apendisitis


adalah peradangan dari apendik periformis, dan merupakan penye...

 MAKALAH PENGANTAR ILMU PERTANIAN

MAKALAH PENGANTAR ILMU PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN 1.1


Latar Belakang Indonesia adalah negar...

 makalah tata kalimat bahasa indonesia

KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan dan berkat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah “Tata Ka...

 Makalah Blue Ocean Strategy


BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar ( Market ) selalu dipenuhi oleh
persaingan dan tantangan. Tantangan yang paling ut...

MAKALAH STRUKTUR BAJA

MAKALAH STRUKTUR BAJA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah


Seiring perkembangan zaman yang semakin global ...

makalah kardiomiopati atau jantung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jantung merupakan organ paling


penting dalam tubuh, jantung berfungsi untuk memompa dara...

Posting terbaru
Pengertian dan komponen LAN lengkap

Komponen Komponen LAN jawabdosen.com Dengan definisi sederhana, LAN adalah dua atau
lebih perangkat yang saling terhubung oleh beb...

Copyright 2017 Tanya Seputar Kuliah Blogercahcilik


Powered by Bloggercahcilik

Anda mungkin juga menyukai