Anda di halaman 1dari 4

BAB IV

PEMBAHASAN

Metabolisme terjadi pada semua mahluk hidup termasuk kehidupan mikroba.


Metabolisma didefinisikan sebagai semua reaksi kimia yang terjadi dalam sel hidup.Proses
metabolisme akan menghasilkan hasil metabolisme yang berfungsi menghasilkan sub satuan
makromolekul dari hasil metabolisme yang berguna sebagai penyediaan tahap awal bagi
komponen-komponen sel menghasilkan dan menyediakan energi yang dihasilkan dari ATP
lewat ADP dengan fosfat. Energi ini sangat penting untuk kegiatan proses lain yang dalam
prosesnya hanya bisa berlangsung kalau tersedia energi (Darkuni,2001).
Kegiatan metabolisme meliputi proses perubahan yang dilakukan untuk sederetan
reaksi enzim yang berurutan. Secara singkat kegiatan proses ini disebut tansformasi zat. Hasil
kegiatan ini akan dihasilkan nutrien sederhana seperti glukosa, asam lemak berantai panjang
atau senyawa-senyawa aromatik yang dapat digunakan sebagai bahan untuk proses neosintetik
bahan sel. Reaksi kimiawi yang membebaskan energi melalui perombakan nutrient disebut
reaksi disimilasi atau penguraian; jadi merupakan kegiatan katabolik sel. Sedangkan reaksi
kimiawi yang menggunakan energi untuk sintesis dan fungsi-fungsi sel lainnya disebut reaksi
asimilasi atau anabolik (Darkuni,2001).

Untuk keperluan identifikasi dan determinasi suatu biakan murni bakteri selain yang
dipelajari sifat – sifat morfologinya dipelajari pula sifat -sifat biokimia dan faktor – faktor yang
mempengaruhi pertumbuhannya, terdapat beberapa macam pengujian sifat biokimia yaitu uji
adanya hidrolisis amilum,uji adanya hidrolisis protein, dan uji adanya hidrolisis lemak
(Utami,2015).

Pada praktikum kali ini dilakukan uji adanya kemampuan menghidrolis atau pengujian
sifat biokimia yaitu :

1. Uji Adanya Kemampuan Menghidrolisis Amilum


Pada uji ini digunakan medium AA (Amilum Agar) daerah medium dibagi
menjadi dua dengan member garis tengah pada bagian bawah cawan petri kemudian
kedua bakteri diinokulasikan dengan arah zig-zag, lalu diinkubasi pada suhu 37ºC selama
2x24 jam koloni bakteri A dan koloni bakteri B .
Amilum adalah polisakarida dan juga merupakan makromolekul. Polisakarida
dapat berfungsi sebagai cadangan makanan yang akan dihidrolisis saat diperlukan untuk
menghasilkan gula untuk sel. Karena makromolekul, amilum tidak dapat langsung
digunakan sehingga bakteri harus menghidrolisis amilum terlebih dahulu menjadi
molekul sederhana dan masuk kedalam sel.
Berdasarkan hasil praktikum bakteri koloni A yang berada di medium lempeng
amilum setelah ditetesi larutan iodium tidak menunjukan adanya hidrolisis amilum oleh
bakteri karena disekeliling bakteri warnanya tidak jernih dan juga tidak terdapat bagian
yang berwarna biru kehitaman sehingga bakteri koloni A ini tidak terjadi hidrolisis
amilum. Hal ini dikarenakan pada saat melakukan praktikum bakteri terkontaminasi oleh
lingkungan luar.
Sedangkan pada koloni bakteri B yang berada dimedium lempeng amilum agar
setelah di tetesi larutan iodium menunjukkan bahwa adanya hidrolisis amilum tetapi
dalam kondisi sedang atau ++ ditunjukkan dengan adanya warna jernih di sekeliling
bakteri dan sedikit bagian lainnya berwarna biru kehitaman sehingga disebut kemampuan
hidrolisis amilum koloni B ini sedang. hal ini menunjukkan bahwa koloni bakteri B
menghasilkan enzim -amilase.
Hal ini didukung oleh literatur yang menyatakan bahwa larutan iodium berfungsi
sebagai indikator dari hidrolisis amilum, jika medium mengandung amilum jika diberi
iodium maka akan berwarna biru kehitaman. Namun bila amilum telah terhidrolisis maka
akan berwarna jernih atau bening. Warna jernih mengindikasikan bahwa amilum telah
terhidrolisis oleh koenzim bakteri(Hadioetomo, 1990).
Menurut Dwidjoseputro (1989) kemampuan bakteri menghidrolisis makanan
diluar selnya dikarenakan bakteri tersebut dapat mengeluarkan enzim dari dalam sel,
enzim tersebut disebut sebagai eksoenzim.
2. Uji Adanya Kemampuan Menghidrolisis Protein
Pada uji ini medium yang digunakan untuk mengetahui adanya hidrolisis
protein adalah Skim Milk Agar (SMA) yang terbuat dari susu skim yang dicampur agar
dan aquades, dimana di dalam susu skim tersebut terkandung kasein yang nantinya akan
terhidrolisis menjadi peptida dan asam amino. Bakteri mampu melakukan hidrolisis
protein karena di didalam tubuh bakteri dihasilkan koenzim yang mampu
menghidrolisis kasein yaitu adanya enzim protease. Bakteri yang digunakan adalah
temuan sendiri yakni bakteri koloni A dan bakteri koloni B yang kemudian diinkubasi
selama2x24 jam dalam suhu37ºC.

Berdasarkan hasil pengamatan kedua bakteri yakni koloni bakteri A dan koloni
bakteri B tidak menunjukkan adanya kemampuan menghidrolisis protein. Seharusnya
bakteri mampu melakukan hidrolisis protein karena didalam tubuh bakteri dihasilkan
koenzim yang mampu menghidrolisis kasein yaitu enzim protease. Hal ini diduga karena
saat menginokulasikan bakteri terlalu dalam, menyebabkan pertumbuhan bakteri
terhambat.Sehingga menghambat proses metabolisme dalam bakteri tersebut.

Menurut Kaiser (2005), hidrolisis protein terjadi karena adanya reaksi enzimatis.
Bakteri yang mempunyai koenzim dapat menghidrolisis kasein dan meyebabkan medium
akan terbentuk daerah jernih disekeliling ggoresan koloni bakteri. Bakteri melakukan
hidrolisis berbagai protein menjadi asam amino tunggal yang akan digunakan untuk
sintesis protein sebagai sumber energy.

Hal ini tidak sesuai dengan literature yang menyatakan Senyawa organik yang
dapat dipecahkan oleh bakteri antara lain protein, asam nukleat dan lemak. Pemecahan
senyawa-senyawa tersebut dibantu oleh enzim yang dihasilkan bakteri, enzim ini disebut
enzim hidrolase karena dapat menghidrolisis molekul besar menjadi molekul yang lebih
sederhana dan dapat digunakan. Pada bakteri, enzim-enzim ini disekresikan keluar
tubuhnya sehingga makromolekul yang tidak larut dapt dipecah menjadi molekul yang
larut dan dapat memasuki sel dan menjadi bahan makanan (Volk dan Wheeler, 1988).

3. Uji Adanya Kemampuan Menghidrolisis Lemak


Pada uji ini medium yang digunakan adalah medium NA yang mengandung 1%
lemak mentega atau minyak zaitun dan neutral red. Bakteri yang digunakan adalah
temuan sendiri yakni bakteri koloni A dan bakteri koloni B kemudian diinkubasi selama
2x24 jam dalam suhu 37ºC.
Kemampuan bakteri menghidrolisis lemak disebabkan bakteri menghasilkan
enzim lipase. Enzim lipase termasuk dalam golongan ester, enzim ini mampu
menghidrolisi dan memecah lemak menjadi asam lemak dan gliserol. Adanya
kemampuan menghidrolisis lemak menyebabkan penurunan PH medium, sehingga
terbentuk warna merah pada bagian bawah koloni bakteri (Hastuti, 2012).
Berdasarkan hasil pengamatan dan praktikum pada koloni bakteri A
kemampuan menghidrolisis lemak rendah ditunjukkan dengan sedikit bentukan warna
merah pada bagian bawah koloni bakteri. Sedangkan pada bakteri koloni B mengalami
kemampuan hidrolisis yang tinggi hal ini dibuktikan dengan terdapatnya warna atau
bentukan warna merah pada bagian bawah koloni bakteri B yang hampir merata. Pada
bakteri koloni A diduga terjadi kontaminasi dari lingkungan luar yang menyebabkan
rendahnya kemampuan menghidrolisis lemak.

Hal ini sesuai dengan literature yang menyatakan Senyawa organic yang dapat
dipecahkan oleh bakteri antara lain protein, asam nukleat dan lemak. Pemecahan
senyawa-senyawa tersebut dibantu oleh enzim yang dihasilkan bakteri, enzim ini disebut
enzim hidrolase karena dapat menghidrolisis molekul besar menjadi molekul yang lebih
sederhana dan dapat digunakan. Pada bakteri, enzim-enzim ini disekresikan keluar
tubuhnya sehingga makromolekul yang tidak larut dapat dipecah menjadi molekul yang
larut dan dapat memasuki sel dan menjadi bahan makanan (Volk dan Wheeler, 1988).

Anda mungkin juga menyukai