Anda di halaman 1dari 19

Langkah 5.

Memformulasikan tujuan pembelajaran


1. Mahasiswa mampu memahami faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan gigi.
2. Mahasiswa mampu memahami pertumbuhan dan perkembangan oklusi dan relasi rahang.
3. Mahasiswa mampu memahami zat gigi yang dibutuhkan dalam pertumbuhan dan
perkembangan gigi.
4. Mahasiswa mampu memahami anomali pada pertumbuhan dan perkembangan gigi serta
upaya pencegahan dan perawatan yang dapat dilakukan.

Langkah 6. Mengumpulkan informasi di perpustakaan, internet, dan lain lain


1. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan gigi.
a. Faktor Genetik
Faktor genetik mempunyai pengaruh terbesar dalam menentukan waktu dan urutan erupsi
gigi yaitu sekitar 78%, termasuk proses kalsifikasi.

b. Faktor Jenis Kelamin


Pada umumnya waktu erupsi gigi anak perempuan lebih cepat dibandingkan anak laki-
laki. Perbedaan ini berkisar antara 1 hingga 6 bulan.Waktu erupsi gigi anak perempuan
lebih cepat dibanding dengan anak laki-laki disebabkan faktor hormon yaitu estrogen
yang memainkan peranan dalam pertumbuhan dan perkembangan sewaktu anak
perempuan mencapai pubertas.

c. Faktor Ras
Waktu erupsi gigi orang Eropa dan campuran Amerika dengan Eropa lebih lambat
daripada waktu erupsi orang Amerika berkulit hitam dan Amerika Indian. Orang
Amerika, Swiss, Perancis, Inggris, dan Swedia termasuk dalam ras yang sama yaitu
Kaukasoid dan tidak menunjukkan perbedaan waktu erupsi yang terlalu lama.

d. Sosial Ekonomi
Tingkat sosial ekonomi dapat mempengaruhi keadaan nutrisi, kesehatan seseorang. Anak
dengan tingkat ekonomi rendah cenderung menunjukkan waktu erupsi gigi yang lebih
lambat dibandingkan anak dengan tingkat ekonomi menengah.

e. Nutrisi
Nutrisi sebagai faktor pertumbuhan dapat mempengaruhi erupsi dan proses kalsifikasi.
Keterlambatan waktu erupsi gigi dapat dipengaruhi oleh faktor kekurangan nutrisi,
seperti vitamin D dan gangguan kelenjar endokrin.

f. Faktor Lokal
Faktor-faktor lokal yang dapat mempengaruhi erupsi gigi adalah jarak gigi ke tempat
erupsi, malformasi gigi, persistensi gigi desidui, adanya gigi berlebih, trauma terhadap
benih gigi, mukosa gusi yang menebal, ankilosis pada akar gigi, dan gigi sulung yang
tanggal sebelum waktunya.
g. Faktor Penyakit
Gangguan pada erupsi gigi desidui dan gigi permanen dapat disebabkan oleh penyakit
sistemik seperti Down syndrome,Cleidocranial dysostosis, Hypothyroidism,
Hypopituitarism, beberapa tipe dari Craniofacial synostosis dan Hemifacial atrophy.

h. Ekstraksi prematur gigi susu


Bila gigi susu hilang sebelum gigi permanen pengganti mulai erupsi (mahkota terbentuk
sempuma dan akar mulai terbentuk), tulang akan terbentuk diatas gigi permanen,
menyebabkan erupsi terlambat, terlambatnya erupsi akan menyebabkan gigi yang lain
bergeser ke arah ruang yang kosong.

i. Jenis makanan
- Pada masyarakat primitif, diet yang berserat merangsang otot mastikasi bekerja keras,
menambah beban fungsi pada gigi. Diet semacam ini mencegah karies,
mempertahankan lebar lengkung gigi tetapi menyebabkan atrisi pada gigi. Pada
masyarakat modern, diet berubah menjadi lunak dan kurang berserat, menyebabkan
beberapa maloklusi dan kariogenik. Berkurang fungsi penguyahan dan menyebabkan
kontraksi lengkung gigi, tidak terjadi atrisi, tidak terjadi penyesuaian oklusal seperti
yang terjadi pada perkembangan normal.

j. Kebiasaan Buruk
Beberapa kebiasaan merangsang pertumbuhan rahang secara normal misalnya gerakan bibir dan
penguyahan yang fisiologis. Kebiasaan abnormal mempengaruhi pola pertumbuhan fasial yang
akan mempengaruhi fungsi orofasial yang mempunyai pengaruh penting pada pertumbuhan
kraniofasial dan fisiologi oklusal. Kebiasaan buruk dan kebiasaan otot menghambat pertumbuhan
tulang, malposisi gigi, hambatan pernapasan, gangguan bicara, keseimbangan otot fasial dan
problem psikologis.

- . Mengisap jempol dan mengisap jari

Bila kebiasaan ini sudah tampak pada minggu pertama kehidupan biasanya disebabkan oleh
problem makan. Bila kebiasaan ini dilakukan pada anak usia yang lebih lanjut biasanya
disebabkan oleh problem psikologis. Arah dan kekuatan pada gigi-gigi selama mengisap jempol
menyebabkan incisivus atas tertekan ke labial, incisivus bawah tertekan ke lingual, otot-otot pipi
menekan lengkung gigi didaerah lateral ke arah lingual.

- Menjulurkan lidah Ada 2 tipe :

1. Simple tongue thrust swallow


Biasanya berhubungan dengan kebiasaan mengisap jari.

2. Complex tongue thrust swallow


Biasanya disebabkan oleh karena gangguan nasorespiratori kronis, bernapas lewat mulut, tosilitis
atau pharingitis. Pada penelanan normal, gigi dalam kontak, bibir menutup, punggung lidah
terangkat menyentuh langit-langit. Pada penelanan abnormal yang disebabkan pembengkaan
tonsil atau adenoid, lidah tertarik dan menyentuh tonsil yang bengkak, akan menutup jalan udara,
mandibula turun, lidah menjulur ke depan menjauhi pharynk, dengan mandibula turun bibir harus
berusaha menutup untuk menjaga lidah dalam rongga mulut dan menjaga efek penelanan dapat
rapat sempurna.
Diastemata dan open bite anterior merupakan akibat dari kebiasaan menjulurkan lidah.

- Mengisap dan menggigit bibir


Mengisap bibir dapat sendiri atau bersamaan dengan mengisap ibujari. Dapat dilakukan pada
bibir atas atau pada bibir bawah. Bila dilakukan dengan bibir bawah maka maloklusi yang
ditimbulkan adalah labioversi gigi depan atas, open bite, lunguoversi gigi depan rahang bawah.

- Posture
Sikap tubuh mempengaruhi posisi mandibula. Seseorang dengan sikap kepala mendongak, dagu
akan menempati posisi ke depan, pada sikap kepala menunduk maka pertumbuhan mandibula
bisa terhambat.

- Mengigit kuku
Menyebabkan malposisi gigi.

-Kebiasaaan buruk yang lain


Kebiasaan menggendong bayi hanya pada satu sisi menyebabkan kepala dan muka menjadi
asimetri. Kebiasaan atau posisi tidur, dengan bantal atau dengan lengan, bertopang dagu.
Kebiasaan mengigit pensil dan lain-lain.

2. Tumbuh kembang oklusi dan relasi rahang


Fase perkembangan oklusi meliputi :
a. Periode sebelum erupsi gigi sulung Pada waktu bayi dilahirkan, antara rahang atas
dan rahang bawah hanya terlihat adanya gumpad ( ruangan di antara gusi-gusinya
)0 disebut interalveolar. Jarak antara gumpad atas dan bawah biasanya 6-8 mm.
Dalam arah antero posterior gumpad atas lebih ke anterior sebesar 2,7 mm pada
laki-laki dan 2,5 mm pada wanita.

b. Periode gigi susu


- Perkembangan normal
Gigi geligi susu mulai bererupsi pada usia 6 bulan, normalnya sudah beroklusi
seluruhnya pada usia 3 tahun. Umur 3-6 tahun peningkatan terhadap lebar
interkanina, dimana terbentuk space,abrasi oklusal,rahang bawah bengkak ke depan
sehingga terbentuk edge to edge.
- Perkembangan idealnya
 Gigi yang pertama erupsi dan membentuk kontak oklusal adalah gigi insisivus
yang idealnya menduduki posisi oklusal. Posisi yang ideal untuk gigi insisivus
susu lebih vertical daripada gigi insisivus tetap dengan overbite incisal yang
lebih dalam. Gigi insisivus bawah pada kondisi ini akan berkontak dengan
daerah singulum dari insisivus atas pada oklusi sentrik.
 Setelah gigi m1 susu akan bererupsi sampai ke kontak oklusi. Pada situasi ini,
akan membuat kontak oklusal sehingga molar bawah sedikit lebih ke depan
dalam hubungan dalam molar atas.
 Gigi kaninus juga akan menyusul bererupsi ke kontak oklusi. Pada situais
ideal, akan ada celah di sebelah mesial dari C atas dan di sebelah distal C
bawah, tempat kearah mana gigi C antagonis berintegrasi.
 Gigi terakhir bererupsi ke hubungan oklusi gigi geligi susu adalah molar 2
susu. Gigi ini bererupsi sedikit renggang dari m1, namun celah ini dengan
cepat akan menutup melalui pergerakan m2 ke depan.

c. Periode gigi permanen


- Perkembangan normal:
 Gigi I permanen lebih besar dari gigi I desidui dan proklinasi ruang
diperoleh dari pertumbuhan lebar intercanina.
 Gigi C, P1, P2 permanen menggantikan gigi C, M1, M2 decidui yang
mengakibatkan adanya leeway space.
 Molar permanen bergeser ke depan untuk menduduki lee way space,
dimana M atas terhadap M bawah.

- Perkembangan ideal,ada 3 tahap,yaitu :


 Erupsi dari M1 dan I1 permanen.
Insisivus tetap akan bererupsi sedikit lebih proklinasi daripada insisivus susu dan
karena itu membentuk overbite insisal yang lebih kecil bila gigi-gigi tersebut
berkontak oklusal. Proklinasi ini juga berperan dalammenambah ukuran lengkung
rahang. M1 tetap pada mulanya beroklusi pada posisi dimana permukaan distal dari
molar atas berada pada bidang vertical yang sama dengan permukaan distal molar
bawah. Dengan lepasnya gigi m2 susu, gigi M1 tetap bawah akan bergeser
kedepanlebih jauh daripada M1 atas tetapsehingga permukaan distal molar pertama
bawah tetap sedikit lebih anterior dari molar atas dan tonjol antero bukal dari molar
atas akan beroklusi dengan groove mesiobukal dari molar bawah.

 Erupsi dari kaninus, premolar dan molar ke2.


a. Gigi premolar 1 akan beroklusi sedemikian rupa sehingga lereng distal
dari permukaan P bawah beroklusi dengan lereng mesialdari
permukaan oklusal P atas.
b. Gigi P2 selanjutnya akan bererupsi ke hubungan yang sama dan pada
kira-kira waktu yang sama.

c. Gigi C atas akan bererupsi ke hubungan oklusi sehingga ujung


tonjolnya berada pada bidang vertical yang sama dengan permukaan
distal caninus bawah.

d. M2 akan bererupsi ke oklusi yang sama seperti molar pertama. M2


atas akan bertumbuh tinggi pada prosecus alveolaris tepat di bawah
dasar antrum maxilla. Sedangkan M2 bawah biasanya berkembang
pada posisi tegak lurus atau sedikit miring ke mesial.
 Erupsi gigi M3.
Gigi molar ke3 berkembang pada posisi yang sama seperti M2 dengan M3
atas berkembang lebih tinggi, di bawah sudut postero inferior dari antrum
maxilla. Biasanya dengan sedikit inklinasi distal. M3 bawah mempunyai jalur
erupsi yang lebih pendek daripada M3 atas, pada awalnya menduduki posisi
lebih vertical atau dengan sedikit inklinasi ke mesial.

Foster membagi dalam 3 tahap perkembangan pada periode gigi tetap:


a. Tahap erupsi M1 dan I1 terjadi pada umur antara 6-8 tahun. Terjadi pergantian gigi I dan
penambahan M!.pada umur 6,5 tahun ketika I sentral atas erupsi akan terlihat space pada
garis median prosesus alveolaris, kadang-kadang insisivus permanen terlihat crowding
pada saat erupsi dan insisivus lateral berimpitan ( overlap ) dengan gigi caninus susu.

b. Tahap erupsi C, P, M2 pada umur antara 10-13 tahun. Pada tahap ini, bila m susu bawah
sudah diganti oleh P permanen, sedangkan m susu atas belum, maka akan terdapat
penambahan besar overbite dan bila sebaliknya maka kontak gigi terlihat edge.

c. Tahap erupsi M3, yang berguna untuk penyesuaian oklusi (oclusal adjustment).

3. Zat gizi yang dibutuhkan dalam pertumbuhan dan perkembangan


gigi

Agar gigi sehat baik pada anak atau pada orang tua maka kita harus mengkonsumsi makanan
yang mengandung zat - zat gizi penunjang kesehatan gigi dan gusi. Zat - zat gizi penunjang
kesehatan gigi diantaranya.

 Air ; merupakan zat gizi makro yang sangat bermanfaat bagi tubuh. Peranan air bagi
kesehatan gigi, membantu melancarkan produksi saliva air liur dalam mulut yang
dibutuhkan untuk mengunyah makanan dan membersihkan sisa makanan yang tertinggal
dalam mulut. Air liur juga mengandung zat mikro lain seperti kalsium, fosfor dan
flouride yang membantu mencegah kerusakan pada gigi.
 Karbohidrat ; meskipun menjadi salah satu penyebab karies pada gigi, di sisi lain
karbohidrat mempunyai sifat katalis yang dapat membantu proses metabolisme tubuh
terhadap zat gizi lain.
 Lemak ; dibutuhkan untuk menyatukan zat gizi lain seperti kalsium agar dapat menyatu
dengan struktur tulang dan gigi.
 Protein ; zat gizi penting untuk pertumbuhan gigi. Juga sebagai zat antibodi yang dapat
melindungi mukosa mulut dari infeksi.
 Vitamin A ; dibutuhkan untuk menjaga keaehatan jaringan mukosa pada mulut dan
lendir mulut serta membantu perkembangan gigi. Banyak terdapat pada, sayuran hijau
dan sayuran kuning, susu, telur serta makanan yang lainnya.
 Vitamin D ; berfungsi untuk penyerapan kalsium untuk pertumbuhan tulang dan gogi.
Banyak terdapat pada, susu, sereal, sinar ultraviolet dan minyak ikan.
 Vitamin E ; membantu menjaga kesehatan mukoss mulut. Banyak terdapat pada, kacang-
kacangan, daging, susu dan telur.
 Vitamin K ; membantu proses pembekuan darah ketika terjadi pendarahan pada gusi.
Banyak terkandung pada, sayuran hijau.
 Vitamin C ; membantu proses penyembuhan luka dan memproduksi kolagen pada mulut.
Banyak terkandung pada, buah-buahan dan sayuran hijau.
 Vitamin B kompleks ; mencegah timbulnya rasa sakit pada mulut dan lidah. Banyak
terkandung pada, biji-bijian, sayuran hijau, dan hati.
 Kalsium ; berperan dalam pembentukan dan kekuatan tulang dan gigi. Banyak
terkandung dalam, susu, telur dan sayuran hijau.
 Fosfor ; diperlukan untuk perkembangam rahang dan pola erupsi gigi, terdapat pada,
susu, telur, daging dan kacang-kacangan.
 Magnesium ; membantu proses mineralisasi tulang dan gigi. Banyak terdapat pada,
gandum dan kacang kedelai.
 Seng ; membantu penyembuhan luka pada mukosa mulut. Banyak terkandung dalam,
hati, daging dan seafood.

4.Anomali pada pertumbuhan dan perkembangan gigi serts upaya


pencegahan dan perawatannya

1. Benih tidak ada (anodonsia /hipodonsia)

Definisi : Anodonsia yaitu tidak dijumpainya seluruh gigi geligi dalam rongga
mulut sedangkan hipodonsia atau disebut juga oligodonsia yaitu tidak adanya satu atau
beberapa elemen gigi. Kedua keadaan ini dapat terjadi pada gigi sulung maupun gigi
tetap. Gigi yang sering mengalami hipodonsia yaitu gigi insisivus lateralis atas, premolar
dua bawah, premolar dua atas, molar tiga dan insisivus sentralis bawah.
Anodonsia mempunyai dampak terhadap perkembangan psikologis karena
adanya penyimpangan estetis yang ditimbulkannya dan menyebabkan gangguan pada
fungsi pengunyahan dan bicara.
Hipodonsia dapat menimbulkan masalah estetis dan diastema.

Perawatan
Pada keadaan anodonsia, bisa dibuatkan full protesa bila anak sudah dapat diajak untuk
bekerja sama. full protesa dapat dibuat semasa gigi sulung dan diganti/ disesuaikan setelah masa
gigi tetap.
Pada hipodonsia gigi insisivus dua atas tetap dipasang removable protesa dan
dapat diganti dengan bridge protesa bila apeks gigi insisivus satu atas sebelahnya sudah tertutup
sempurna (tertutup sempurna biasanya 3-6 tahun setelah erupsi). Sedangkan gigi premolar yang
hipodonsia dilakukan penutupan ruangan secara ortodonti atau dibuat removable protesa yang
diganti dengan fixed protesa dikemudian hari.
Hipodontia Anodontia

Hipodontia dirawat dengan bridge

2. Supernumerary Teeth (Jumlah gigi yang berlebih)


Definisi Hiperdonsia atau dens supernumerary atau supernumerary teeth yaitu adanya
satu atau lebih elemen gigi melebihi jumlah gigi yang normal, dapat terjadi pada gigi sulung
maupun gigi tetap. Gigi ini bisa erupsi dan bisa juga tidak erupsi. Beberapa penelitian
melaporkan prevalensinya pada anak-anak 0,3 – 2,94 %. Menurut Bodin dan Kaler, kasus ini
lebih banyak dijumpai pada laki-laki.
Akibat yang ditimbulkan tergantung pada posisi yang berlebih, dapat berupa ; malposisi,
krowded, tidak erupsinya gigi tetangga, persistensi gigi sulung, terlambatnya
erupsi gigi insisivus sentralis tetap, rotasi, diastema, impaksi, resobsi akar dan hilangnya
vitalitas. Pembentukan kista dan masalah estetis juga dapat dijumpai.
Diagnosa awal dari anomali ini sangat perlu untuk menghindari kerusakan yang
lebih parah, gigi berlebih ini dapat didiagnosa dengan pemeriksaan radiografi, juga dengan
tanda-tanda klinis yang dapat menimbulkan keadaan patologis.
Tanda-tanda klinis gigi berlebih ini antara lain terhambatnya erupsi gigi sulung,
terhambatnya erupsi gigi pengganti, perubahan hubungan aksial dengan gigi tetangga
dan rotasi gigi insisivus tetap.
Berdasarkan lokasinya gigi berlebih dapat dibagi yaitu :
a. Mesiodens
Lokasinya di dekat garis median diantara kedua gigi insisivus sentralis terutama pada gigi
tetap rahang atas. Jika gigi ini erupsi biasanya ditemukan di palatal atau diantara gigi-gigi
insisivus sentralis dan paling sering menyebabkan susunan yang
tidak teratur dari gigi-gigi insisivus sentralis. Gigi ini dapat juga tidak erupsi sehingga
menyebabkan erupsi gigi insisivus satu tetap terlambat, malposisi atau resobsi akar gigi
insisivus didekatnya.
b. Laterodens
Laterodens berada di daerah interproksimal atau bukal dari gigi-gigi selain insisivus
sentralis.
c. Distomolar
Lokasinya di sebelah distal gigi molar tiga.

Perawatan
Perawatan pilihan untuk masing-masing kasus harus dianalisa secara individual,
tergantung kepada jenis dan posisi gigi yang berlebih. Secara garis besar perawatannya
dilakukan dengan pencabutan, pengambilan secara bedah (bila gigi tersebut tidak dapat erupsi)
atau pada kasus tertentu gigi dibiarkan berada dalam mulut dengan observasi (misal distomolar
di belakang molar tiga dan tidak mengganggu). Pada kasus diastema yang disebabkan
mesiodens, perawatan dilakukan dengan
pencabutan, kemudian dilanjutkan dengan perawatan ortodonti.

Waktu yang ideal untuk pengambilan gigi berlebih pada regio depan adalah usia
6-7 tahun, karena akar insisivus sentralis sedang berkembang, namun belum
sepenuhnya terbentuk. Penting untuk memonitor ruangan yang ada serta oklusinya
selama periode ini.

Gigi mesio dens rahang atas Gigi para molar rahang atas

3. Makrodonsia
Definisi : Makrodonsia yaitu suatu keadaan yang menunjukkan ukuran gigi lebih
besar dari normal, hampir 80 % lebih besar (bisa mencapai 7,7-9,2 mm). Keadaan ini
jarang dijumpai, sering di DD (Diferensial Diagnosa/Diagnosa Banding) dengan FusionTeeth.
Gigi yang sering mengalaminya adalah gigi insisivus satu atas.
Perawatan :
Hampir tidak ada, kecuali dicabut bila dianggap mengganggu estetis.

MAKRODONTIA

4. Mikrodonsia
Definisi : Yaitu suatu keadaan yang menunjukkan ukuran gigi lebih kecil dari
normal. Bentuk koronanya (mahkota) seperti conical atau peg shaped. Sering diduga
sebagai gigi berlebih dan sering dijumpai pada gigi insisivus dua atas atau molar tiga.
Ukuran gigi yang kecil ini dapat menimbulkan diastema.

Perawatan :
Pada gigi insisivus dua dapat ditambal dengan komposit resin (dapat digunakan
selluloid crown sebagai alat bantu) sehingga kembali seperti ukuran normal atau
dibuatkan jaket krown bila akarnya sudah tertutup sempurna. Sedangkan pada molar tiga
umumnya tidak dilakukan perawatan.

MIKRODONTIA

5. Natal Teeth
Banyak istilah yang digunakan untuk menerangkan gangguan waktu erupsi gigi
sulung yang erupsi sebelum waktunya, seperti istilah gigi kongenital, gigi fetal, gigi
predesidui atau gigi precoks. Massler dan Savara (1950) menggunakan istilah gigi natal
dan neonatal. Definisi Gigi Natal adalah gigi yang telah erupsi/telah ada dalam mulut pada waktu
bayi dilahirkan.
Definisi Gigi Neonatal adalah gigi yang erupsi selama masa neonatal yaitu dari lahir
sampai bayi berusia 30 hari.
Erupsi normal gigi insisivus sulung bawah dimulai pada usia 6 bulan, jika gigi
sulung erupsi semasa 3-6 bulan kehidupan disebut gigi predesidui. Gigi ini merupakan
gigi sulung yang erupsinya prematur, jadi tidak termasuk gigi supernumerary atau
gangguan pertumbuhan lainnya.

Etiologi
a. Posisi benih yang superfisial (dekat ke permukaan)
b. Bertambahnya proses erupsi gigi selama atau setelah anak mengalami demam.
c. Keturunan
d. Akibat sifilis kongenital
e. Gangguan kelenjar endokrin
f. Defisiensi makanan

Gambaran klinis
Gambaran klinis menunjukkan perkembangan yang kurang, ukuran kecil, bentuk
konikal, warna kuning (bahkan ada yang coklat) disertai hipoplasia email dan dentin
serta kurangnya atau tidak ada perkembangan akar. Akibat tidak mempunyai akar atau
kurangnya perkembangan akar, maka gigi tersebut hanya melekat pada leher gingiva,
tidak kuat sehingga memungkinkan gigi tersebut dapat bergerak ke segala arah. Lokasi
paling sering adalah pada gigi insisivus bawah (85 %), pada rahang atas jarang dijumpai.

Perawatan
- Gigi yang tidak menimbulkan kesulitan dan keluhan pada bayi maupun ibunya,dapat
dipertahankan.
- Bila gigi tersebut fraktur, sangat mobiliti (dikhawatirkan dapat tertelan),mengganggu
sewaktu menyusui (ASI) maka sebaiknya gigi tersebut dicabut saja.Pencabutan
dianjurkan setelah bayi berusia 10 hari, hal ini dihubungkan dengan produksi vitamin
K dalam tubuhnya dan sebaiknya dilakukan di rumah sakit.
- Bila menimbulkan ulkus pada lidah bayi (disebut penyakit Riga Fede) akibat posisi
lidah sewaktu menyusui atau ulkus pada puting susu ibu, gigi dapat diasah dengan
menggunakan stone bur.

6. Kista Erupsi
Definisi : Kista erupsi atau eruption cyst adalah suatu kista yang terjadi akibat
rongga folikuler di sekitar mahkota gigi sulung/tetap yang akan erupsi mengembang
karena penumpukan cairan dari jaringan atau darah.

Gambaran Klinis:
· diawali dengan terlihatnya daerah kebiru-biruan pada gigi yang akan erupsi,
· kemudian terjadi pembengkakan mukosa yang disertai warna kemerahan.
· akibat pembengkakan ini dapat menyebabkan tergigit oleh gigi antagonisnya sehingga
menimbulkan rasa tidak enak atau rasa sakit .

Perawatan
· Beberapa kista yang ringan (pembengkakan kecil) dapat hilang dengan robeknya
kista dan erupsinya gigi.
· Pada keadaan yang parah disertai gangguan pada anak yaitu cengeng atau
gelisah, kista dapat diinsisi, kemudian diberi antibiotik dan analgetik untuk
mencegah infeksi dan rasa sakit.

7. Gigi molar sulung yang terpendam


Definisi : Disebut juga dengan Submerged teeth yaitu suatu gangguan erupsi yang
menunjukkan gagalnya gigi molar sulung mempertahankan posisinya akibat
perkembangan gigi disebelahnya sehingga gigi molar sulung tersebut berubah posisi
menjadi di bawah permukaan oklusal.
Gigi molar dua sulung rahang bawah lebih sering terkena, bahkan ada penelitian
yang menemukan bahwa gigi tersebut terbenam seluruhnya sampai di bawah gingiva.
Mekanisme terbenamnya belum diketahui dengan pasti, diduga berhubungan dengan
ankilosis, yang disebabkan pengendapan tulang yang berlebihan selama fase resorpsi
dan reposisi (perbaikan) yang merupakan ciri normal resorpsi akar pada gigi sulung.
Pergerakan ke arah oklusal dari gigi molar dua sulung terhambat atau terhenti
sehingga gigi tersebut terletak di bawah permukaan oklusal gigi molar satu sulung dan
molar satu tetap.
Perawatan
· Beberapa kasus, gigi yang terbenam tersebut dapat lepas sendiri.
· Bila ada tanda terganggunya benih premolar dua di bawahnya ( melalui ronsen
foto) atau kemungkinan gigi didekatnya terungkit (gigi molar satu tetap),
sebaiknya gigi yang terbenam tersebut dicabut saja.

8. Erupsi ektopik gigi molar pertama tetap


Definisi : Yaitu erupsinya gigi molar pertama tetap yang keluar dari posisinya di
lengkung rahang, mendorong molar dua sulung sehingga terjadi resorpsi sebagian atau
seluruhnya dari molar dua sulung. Resorpsi terjadi di sebelah distal molar sulung.

Etiologi
Faktor lokal
· Ukuran gigi sulung dan gigi tetap lebih besar dari normal .
· Ukuran gigi molar dua sulung dan gigi molar satu tetap lebih besar dari normal
· Ukuran rahang lebih kecil dari normal
· Angulasi/jalan erupsi molat satu tetap tidak normal
· Erupsi dini molar satu tetap
· Kurangnya pertumbuhan tulang pada regio tuberositas

Faktor Herediter
Erupsi ini ternyata sering dijumpai diantara saudara kandung dibanding populasi
umum.

Akibat yang ditimbulkan


Pada awalnya pasien tidak mempunyai keluhan, namun bila proses ini terus
berlanjut sehingga resobsi akar gigi tetangganya semakin parah, dapat menyebabkan
infeksi pulpa. Akibatnya pasien akan merasa sakit dan tidak enak.

Perawatan
Tujuan perawatan adalah menjauhkan gigi yang erupsi ektopik dari gigi yang
diresorpsinya. Perawatan difokuskan dengan mengubah jalan erupsi gigi molar pertama
permanen untuk menghindari terjadinya resorpsi yang lebih parah. Erupsi ektopik ada dua tipe,
yaitu reversibel dan irreversibel. Yang reversible artinya gigi tersebut (molar dua sulung) dapat
secara spontan membebaskan dirinya dan mengadakan erupsi, sedangkan yang irreversibel harus
dirawat.
Perawatannya yaitu dengan cara :

· Tanpa pencabutan gigi molar dua sulung. Untuk membebaskannya digunakan


Brass ligature wire, helical spring, penggrindingan permukaan distal gigi molar dua sulung atau
menggunakan pesawat Humprey.
· Dengan pencabutan gigi molar dua sulung.
Bila resorpsi telah parah, sehingga gigi tersebut (gigi molar dua sulung) goyang,maka sebaiknya
gigi molar dua sulung dicabut saja.

9. Hipoplasia Enamel
Hipoplasia enamel atau sering juga disebut enamel hipoplasia adalah suatu
gangguan pada enamel yang ditandai dengan tidak lengkap atau tidak sempurnanya
pembentukan enamel. Dapat terjadi pada gigi sulung maupun tetap.

Gambaran klinis :
· Terdapatnya groove, pit dan fisur yang kecil pada permukaan enamel
· Pada keadaan yang lebih parah dijumpai adanya guratan guratan pit yang dalam,
tersusun secara horizontal pada permukaan gigi.
Enamel Hipoplasia karena kekurangan Vitamin D Enamel Hipoplasia karena gagal ginjal kronis

10. Kelainan-kelainan pada dentin :

a. Dentinogenesis Imperfekta
Gambaran klinis :
· Pada anomali ini gigi berwarna biru keabu-abuan atau translusen.
· Enamel cenderung terpisah dari dentin yang relatif lunak dibanding enamel.
· Dentin tipis, enamel normal dan tanduk pulpa besar.

b. Dentin Displasia
Yaitu kelainan pada dentin yang melibatkan sirkum pulpa dentin dan morfologi
akar, sehingga akar terlihat pendek.

Etiologi
Sebagai etiologi dentinogenesis imperfekta dan dentin displasia ialah faktor
herediter yang diturunkan secara autosomal dominan.

11. Sementum
Yaitu terjadinya penumpukan sementum akibat pembentukan sementoblast yang
berlebihan, menyebabkan sementum bersatu dengan ligamen periodontal.

Etiologi
1. Faktor Lokal . Misalnya peradangan, rangsangan mekanis
2. Faktor Umum. Misalnya penyakit akromegali, penyakit paget atau kleidokranial
disostosis.

Perawatan :
Tujuan perawatan kelainan struktur gigi adalah :
1. Memperbaiki penampilan (estetis)
2. Menghilangkan rasa sakit atau rasa tidak enak
3. Mencegah atrisi
4. Mengembalikan fungsi gigi

Perawatan :
Gigi depan : Penambalan dengan komposit resin, akrilik siap pakai atau porselen.
Gigi belakang : Penambalan dengan amalgam, komposit resin, GIC (Glass Ionomer
Cement), SSC (mahkota stainless stell) untuk gigi sulung.

12. Gigi Ganda


Definisi : Gigi ganda yaitu penyatuan (fusi) dua benih yang sedang berkembang
atau terbelahnya (partial dichotomy atau geminasi) benih gigi, sehingga terdapat dua
gigi yang bersatu.
Karena sulitnya menentukan apakah gigi yang besar akibat fusi atau geminasi, maka
digunakan istilah gigi ganda saja. Dapat terjadi pada gigi sulung maupun gigi tetap.

Gambaran Klinis :
Bentuk gigi yang besar dan tidak normal ditunjukkan dengan adanya groove
berbentuk longitudinal pada mahkota atau adanya lekukan pada tepi insisal. Akar dapat
terpisah secara keseluruhan atau sebagian.

Perawatan
Tidak ada perawatan yang dilakukan untuk gigi sulung. Sedangkan gigi tetap
dirawat untuk memperbaiki estetik. Jika kamar pulpa dan saluran akar terpisah, dapat
dilakukan pemisahan mahkota dengan menggunakan bur. Jika terdapat satu kamar pulpa, maka
pemisahan mahkota sulit dilakukan. Perbaikan penampilan dapat dilakukandengan
memperdalam groove longitudinal pada mahkota, sehingga terlihat sebagai dua gigi yang
terpisah.

gigi ganda pada masa gigi susu dan tetap

13. Dilaserasi
Definisi: Bentuk akar gigi atau mahkota yang mengalami pembengkokan yang
tajam (membentuk sudut/kurve) yang terjadi semasa pembentukan dan perkembangan
gigi tahap/fase kalsifikasi.Kurve/pembengkokan dapat terjadi sepanjang gigi tergantung seberapa
jauh pembentukan gigi sewaktu terjadi gangguan.

Etiologi : Diduga terjadi akibat trauma selama pembentukan gigi.


Perawatan
- Dicabut (secara bedah) bila gigi tidak erupsi.
- Kombinasi bedah dan orto. Setelah dibuat jalan keluar untuk gigi. Kemudian gigi
ditarik keluar memakai pesawat orto.
DAFTAR PUSTAKA

- repository.unhas.ac.id
- www.lebahdut.net
- Ocw.usu.ac.id
- Alias.ugm.ac.id
- repository.usu.ac.id

LAPORAN HASIL DISKUSI


TUTORIAL BLOK DENTO OROFACIAL
MODUL 3

INSISIVUS 5
ANGGOTA KELOMPOK:
Siti Hartsur Rahmy (1611411017)
Izzah Dhiyaul Auni (1611411018)
Ridha Dian Lestari (1611411019)
Rindu Dinanti (1611411020)
Kuntum Khaira Umma (1611412001)
Athiyya Husna (1611412014)
Rayhan Agna Daneo (1611412015)
Orchidia Anneta Putri (1611412016)
Elicya Eka Putri (1611413014)
Iswara Sardi (1611413015)

PENDIDIKAN DOKTER GIGI-FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2016

Anda mungkin juga menyukai