Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun Oleh
Kelompok 3
Al Kausar (1504101010069)
FAKULTAS TEKNIK
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Kompos
Kompos merupakan istilah untuk pupuk orgnik buatan manusia yang dibuat
dari proses pembusukan sisa-sisa buangan mahluk hidup (Yuniwati, 2012). Proses
pembuatan kompos dapat berjalan secara aerob dan anaerob yang saling
menunjang kondisi lingkungan. Sedangkan menurut Elpawati (2015) Kompos
merupakan salah satu pupuk organik yang digunakan pada pertanian untuk
mengurangi penggunaan pupuk anorganik.
1. Dicium : kompos yang sudah matang berbau seperti tanah dan harum.
Apabila kompos tercium bau yang tidak sedap, berarti terjadi fermentasi
anaerobik dan menghasilkan senyawasenyawa berbau yang mungkin
berbahaya bagi tanaman. Apabila kompos masih berbau seperti bahan
mentahnya berarti kompos masih belum matang.
2. Kekerasan bahan : kompos yang telah matang akan terasa lunak ketika
dihancurkan. Bentuk kompos mungkin masih menyerupai bahan asalnya,
tetapi ketika diremas – remas akan mudah hancur.
3. Warna kompos : kompos yang sudah matang adalah coklat kehitam –
hitaman. Apabila kompos masih berwarna hijau atau warnanya mirip
dengan bahan mentahnya berarti kompos tersebut belum matang. Selama
proses pengomposan pada permukaan kompos seringkali juga terlihat
miselium jamur yang berwarna putih.
4. Penyusutan : terjadi penyusutan volume/bobot kompos seiring dengan
kematangan kompos. Besarnya penyusutan tergantung pada karakteristik
bahan mentah dan tingkat kematangan kompos. Penyusutan berkisar
antara 20 – 40 %. Apabila penyusutannya masih kecil/sedikit,
kemungkinan proses pengomposan belum selesai dan kompos belum
matang.
5. Suhu : suhu kompos yang sudah matang mendekati dengan suhu awal
pengomposan. Suhu kompos yang masih tinggi, atau di atas 50oC, berarti
proses pengomposan masih berlangsung aktif dan kompos belum cukup
matang.
2. 2 Limbah Organik
Limbah atau sampah merupakan zat-zat atau bahan-bahan yang sudah tidak
terpakai lagi. Mengelompokkan sampah atau limbah berdasarkan beberapa faktor
yaitu menurut bentuk dan sifatnya. Berdasarkan bentuknya, sampah dibedakan
menjadi sampah padat, cair dan gas. Berdasarkan sifatnya, sampah dibedakan
menjadi sampah yang mengandung senyawa organik yang berasal dari tanaman,
hewan dan mikroba dan sampah anorganik yaitu garbage (bahan yang mudah
membusuk) dan rubbish (bahan yang tidak mudah membusuk).
Limbah organik dapat berasal dari mana saja. Dapat berasal dari rumah
tangga, kegiatan industri, hasil pertanian dan sebgainya. Beberapa contoh limbah
organik yaitu sisa sayuran, kulit jagung, daging buah, kulit buah, sekam padi,
serbuk kayu, daun-daun kering, kotoran ternak,dan sebagainya.
Rata-rata persentase bahan organik sampah mencapai ±80%, sehingga
pengomposan merupakan alternatif penanganan yang sesuai.
2. 3 Aktivator EM4
EM 4 merupakan suatu cairan berwarna kecoklatan dan beraroma manis asam
(segar) yang didalamnya berisi campuran beberapa mikroorganisme hidup yang
menguntungkan bagi proses penyerapan/persediaan unsur hara dalam tanah.
Mikroorganisme atau kuman yang berwatak “baik “itu terdiri dari bakteri
fotosintetik,bakteri asam laktat,ragi,aktinomydetes,dan jamur peragian.
(https://kusakusi.wordpress.com/2014/11/05/effective-microorganisme-4/).
EM4 (Effective Microorganisem 4) ditemukan pertama kali oleh Prof. Teruo
Higa dari Universitas Ryuskus Jepang. Dengan jumlah mikroorgansme yang
sangat banyak, sekitar 80 genus tersebut dipilih yang dapat bekerja secara efektif
dalam fermentasi bahan organik. Dari sekian banyak mikroorganisme, ada lima
golongan yang pokok , yaitu bakteri Fotosintetik,Lactobasillus sp, Saccharomyces
sp, Actino-myetes sp dan Jamur Fermentasi (Indriani, 2007 dalam Yuniwati,
2012).
Selain berfungsi dalam proses fermentasi dan dekomposisi bahan organik,
EM4 juga mempunyai manfaat antara lain:
1. Memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah.
2. Menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman.
3. Menyehatkan tanaman, meningkatkan produksi tanaman, dan menjaga
kestabilan produksi.
4. Menambah unsur hara tanah dengan cara disiram ke tanah, tanaman, atau
disemprotkan ke daun tanaman.
5. Mempercepat pembuatan komos dari sampah organik atau kotoran hewan.
BAB III
3. 1 Metode
HASIL
4. 1 Hasil
Hasil yang diharapkan setelah kurang lebih 3 – 4 minggu proses
pengomposan, agar bahan-bahan mentah dapat mempunyai sifat dan karakteristik
kompos yang telah matang. Sifat dan karakteristiknya adalah sebagai berikut.
1. Bau
Jika proses pembuatan kompos beralan dengan normal, maka tidak
menghasilkan bau yang menyengat. Walaupun demikian, dalam pembuatan
kompos tidak akan terbebas sama sekali dari adanya bau. Kompos yang sudah
matang dapat diketahui dari baunya yang seperti bau tanah.
2. Warna
Warna merupakan salah satu indikator untuk mengetahui kematangan
kompos yaitu cokelat kehitam-hitaman. Apabila kompos masih berwarna
hijau atau warnanya mirip dengan bahan mentahnya berarti kompos tersebut
belum matang
3. Tekstur
Ukuran partikel sampah yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan
kompos harus sekecil mungkin untuk mencapai efisiensi aerasi dan supaya
lebih mudah dicerna atau diuraikan oleh mikroorganisme. Semakin kecil
partikel, semakin luas permukaan yang dicerna sehingga pengurai dapat
berlangsung dengan cepat.Jika proses pembuatan kompos beralan dengan
normal, maka tekstur kompos remah dan tidak menggumpal. pada kompos
yang sudah matang, bentuk fisiknya menyerupau tanah yang berwarna
kehitaman.
Karena pembuatan kompos masih kurang dari waktu yang telah ditentukan,
maka kompos belum dapat dikatakan telah matang.
BAB V
PENUTUP
5. 1 Kesimpulan
Berdasarkan kegiatan pembuatan kompos dari sampah/limbah organik
tersebut dapat disimpulkan:
1. Metode pengomposan dilakukan secara anaerob.
2. Aktivator yang dipakai dalam pengomposan ini menggunakan larutan
EM4.
3. Hasil belum dapat ditentukan dikarenakan umur kompos masih kurang
dari 3 minggu.
5. 2 Saran
Pembuatan kompos ini sebaiknya dapat diaplikasikan oleh para mahasiswa
dan orang lain. Selain dapat mengurangi sampah-sampah organik, kompos
memiliki nilai jual yang tinggi. Dan metode pembuatan kompos ini boleh diganti
dengan metode lain yang sesuai keinginan.
DAFTAR PUSTAKA
https://kusakusi.wordpress.com/2014/11/05/effective-microorganisme-4/. Diakses
tanggal 30 November 2017.
Yuniwati, Murni dkk. 2012. Optimasi Kondisi Pembuatan Kompos dari Samah
Organik dengan Cara Fermentasi Menggunakan EM4. Yogyakarta:
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Institut Sains &
Teknologi AKPRIND Yogyakarta.
LAMPIRAN