ARIES ASMOROHADI
1106042643
ARIES ASMOROHADI
1106042643
i
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahNya sehinggga penyusunan karya ilmia akhir sebagai persyaratan untuk
memperoleh spesialis keperawatan medikal bedah. Penyusunan karya ilmiah akhir
yang berjudul “Analisis Asuhan Keperawatan Dengan Pendekatan Teori
Peaceful end of Life Pada Kanker Kolon dan Edukasi Perawatan Kolostomi
Berdasarkan Evidence Based Nursing di RSKD Jakarta” ini dapat
diselesaikan.
Pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan karya ilmiah ini. Ucapan
terima kasih ini terutama disampaikan kepada:
1. Junaiti Sahar., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia.
2. Henny Permatasari, SKp., M.Kep., Sp.Kom, selaku Ketua Program Studi
Magister dan Spesialis Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
3. Agung Waluyo, S.Kp., MSc., PhD, selaku pembimbing I yang telah
membimbing penulis dengan sabar, bijaksana dan sangat cermat serta
memberikan motivasi yang tinggi dalam penyelesaian karya ilmiah akhir.
4. Riri Maria, S.Kp.,MANP, selaku pembimbing II yang banyak memberi
petunjuk dan masukan yang sangat teliti dalam penyelesaian karya ilmiah
akhir
5. Retno Purwanti, SKp., M.Biomed, Sp,Onk, selaku supervisor klinik yang telah
membimbing dan berbagi ilmu dan pengalaman dalam mengelola pasien
kanker
6. Ns. Retno Setiowati, S.Kep., Sp.Onk., MKM, selaku supervisor klinik yang
telah memberikan masukan yang kontruktif dan berharga dalam melaksanakan
praktik residensi
7. Ns. Dewi Handayani, S.Kep serta rekan sejawat di ruang Teratai RSKD
Jakarata yang telah memberikan kesempatan dan memfasilitasi dalam
melaksanakan asuhan keperawatan
v
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
8. Keluarga tercinta (Alm) Bapak Supardi, Ibunda Sri Hartini, yang memberikan
dukungan dan senantiasa mendoakan, sehingga mampu menyelesaikan karya
ilmiah akhir ini.
9. Istriku tersayang Cucu Lusiyanti, dan Anakku Ananda Almas dan Yesha yang
selalu memberi inspirasi, semangat dan doaNya.
10. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan karya ilmiah akhir ini yang
tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.
Akhir kata terima kasih pada semuanya dan penulis sadar bahwa karya ilmiah ini
masih perlu penyempurnaan lebih lanjut, penulis berharap masukan, koreksi,
kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan karya ilmiah ini.
Peneliti
vi
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
ABSTRAK
Karya ilmiah akhir ini merupakan kumpulan dari laporan praktik residensi
keperawatan medikal bedah yang terdiri dari laporan kasus kelolaan, penerapan
edukasi perawatan kolostomi berdasarkan evidence based nursing dan laporan
inovasi tentang aplikasi pengkajian ESAS (edmonton symptom assessment
system). Praktik ini menerapkan asuhan keperawatan pada pasien kanker dengan
menggunakan pendekatan teori peaceful end of life. Fokus dari teori ini adalah
menerapkan lima konsep utama yaitu nyeri, nyaman, dihargai dan kedekatan
dengan orang yang bermakna. Tujuan dari pendekatan teori ini adalah untuk
mencapai kehidupan yang damai dan berarti bagi keluarga dan orang lain diakhir
kehidupannya. Salah satu upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan pasien adalah edukasi. Edukasi perawatan kolostomi bertujuan untuk
memandirikan pasien dalam merawat kolostominya. Metode edukasi perawatan
kolostomi dengan audiovisual mampu memberikan motivasi pada pasien kanker.
Selama proses perawatan keluhan pasien harus mendapatkan perhatian yang
khusus. Pengkajian ESAS akan membantu mencatat keluhan secara sistematis.
Kelima konsep dari teori peaceful end of life dapat dijadikan acuan dalam
melakukan asuhan keperawatan pada pasien kanker, sedangkan edukasi perawatan
kolostomi dengan menggunakan audovisual lebih mudah dipahami oleh pasien,
dan format pengkajian ESAS merupakan instrumen pengkajian yang valid, layak
dan dapat diandalkan untuk menilai gejala yang dirasakan pasien.
Kata kunci: keperawatan medikal bedah, peaceful end of life, edukasi kolostomi,
ESAS, kanker.
viii
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
ABSTRACT
ix
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
DAFTAR ISI
xi
xii
xiii
xiv
Skema 2.1 Hubungan Antara Lima Konsep Utama Teori Peaceful End
of Life .......................................................................................... 30
xv
xvi
AC : Air Conditioner
AML : Acute Myeloid Leukemia
ANA : American Nursing Association
AICR : American Institute fo Cancer Research
BMR : Basal Metabilsme Requerement
CA : Carbohydrate Antigene
CCM : Clinical Case Manager
CEA : Anticarsinoembrionic
CM : Centimeter
CT : Computerise Tomography
CTVC : Computerise Tomography Virtual
Depkes : Departemen Kesehatan
DNA : Deoxyribo Nucleic Acid
DIII : Diploma 3
EBN : Evidence Based Nursing
EBNP : Evidence Based Nursing Practice
EBSCO : Elton B. Stephens Company
ECF : Enterocutaneus Fistula
ECOG : Eastern Cooperative Oncology Group
ESAS : Edmonton Symptom Assessment System
ETN : Enterostomal Therapy Nurse
FAP : Familial Adenomatus Polyposis
HNPCC : Hereditary Non Polyposis Colorectal Cancer
HPEQ : Health Profesional Education Quality
ICU : Intensive Care Unit
IWL : Insesibel Water Loss
JCI : Joint Comission International
JCR : Jakarta Cancer Regestry
KGB : Kelenjar Getah Bening
Kg : Kilogram
KNF : Kanker Nasofaring
LMNH : Limphomes Malins Non Hodgkinien
LNH : Limphomes Non Hodgkinien
MEDLINE : Medical Literatur Analysis and Retrieval System
MDS RAEB : Mielodysplastic Syndrome Refractory Animea with With Excess
Blasts
MRI : Magnetic Resonance Imaging
Na Cl : Natrium Clorida
NHS : National Health Service
NANDA : North American Nursing Diagnosis association
NCCN : National Comprehensive Cancer Network
NIC : Nursing Intervention Classification
NOC : Nursing Outcome Classification
NSAID : Non Steroidal Anti-Inflamatory Drug
xvii
xviii
BAB 1
PENDAHULUAN
Pada bab 1 akan membahas tentang latar belakang, tujuan penulisan, manfaat
penulisan dan sistematika penulisan karya ilmiah akhir.
Insiden rata-rata kanker kolon di dunia mencapai 16,6 per 100.000 laki-laki
dan 14,7 per 100.000 perempuan, sedangkan kanker rektum rata-rata pada
laki-laki adalah 11,9 per 100.000 orang dan perempuan 7,7 per 100.00.
Besarnya angka kejadian ini memberikan informasi bahwa kejadian kanker
kolon di dunia merupakan suatu ancaman dan harus dilakukan suatu tindakan
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
2
pencegahan yang optimal. Insiden kanker kolon tertinggi di dunia adalah pria
Amerika keturunan Jepang yang tinggal di Hawai, sedangkan untuk kanker
rektum tertinggi adalah pria asal Hongaria. Kanker kolorektal menduduki
peringkat ke tiga dan sekaligus menjadi penyebab utama kematian ketiga di
Amerika Serikat (Desen, 2011). Kanker kolon rektal merupakan kanker jenis
kanker yang menduduki peringkat kedua dan hampir duapertiga dari semua
kusus yang ada di negara berkembang. Kanker kolorektal lebih sering terjadi
di negara-negara kaya, namun sekarang kasusnya meningkat di negara
berkembang (WHO, 1997). Angka kejadian kanker yang disediakan oleh
National Cancer Institute survelance, Epidemologi dan hasil akhir program
The North America Assotiation of Central Cancer Registries serta data
kematian dari National Center for Health Statistics, menyebutkan bahwa
pada tahun 2014 diperkiran 71.830 laki-laki dan 65.000 perempuan akan
terdiagnosis kanker kolorektal dan 26.270 laki-laki dan 24.040 perempuan
akan meninggal akibat dari kanker kolorektal (Siegel, 2014).
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
3
Kanker kolon dan rektum jenis adenokarsinoma sebagian besar berawal dari
lapisan epitel kolon dan rektum. Dimulai dengan adanya polip jinak
kemudian berkembang terus menjadi ganas dan menyusup serta merusak
jaringan normal bahkan meluas ke dalam struktur organ sekitarnya. Sel
kanker dapat terlepas dari tumor primer dan menyebar ke dalam tubuh yang
lain dan paling sering terjadi ke hati (Corwin, 2009). Kanker kolorektal dapat
terjadi karena adanya proses interaksi yang komplek antara faktor genetik dan
faktor lingkungan. Kanker kolorektal yang sporadik muncul setelah melalui
proses rentang waktu yang lama yang diakibatkan faktor lingkungan. Kondisi
ini yang dapat menimbulkan berbagai perubahan genetik yang kemudian
berkembang menjadi kanker.
Kanker kolon stadium dini tidak ada gejala yang jelas, namun setelah
penyakit berkembang ke tingkat lanjut akan timbul gejala klinis. Tanda iritasi
usus seperti sering buang air besar, diare atau konstipasi dan nyeri pada
abdomen. Tumor yang sudah mengalami ulserasi akan terjadi perdarahan dan
akan terlihat dari warna feses yang bercampur dengan darah seperti selai
hitam. Ileus merupakan suatu tanda lanjut dari kanker kolon yang disebabkan
oleh adanya ulserasi atau hiperplastik yang menginvasi kesekitar dinding usus
dan membuat lumen usus menyempit sehingga terjadi ileus. Massa di
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
4
Penatalaksanaan kanker kolon dan rektum saat ini yang paling efektif adalah
operasi. Terapi lain yang digunakan untuk pengobatan kanker kolon dan
rektum efektifitasnya masih kurang baik. Tindakan yang tidak
memungkinkan untuk dilakukan reseksi secara radikal harus diupayakan
dengan tindakan reseksi paliatif. Efektifitas tindakan operasi radikal pada
kanker kolon memiliki survival 5 tahun atau sekitar 70% dan pada kanker
rektum sekitar 50%, namun efektifitas pada kanker stadium dini akan lebih
baik respon pengobatannya dari pada stadium lanjut. Kemoterapi umumnya
digunakan sebagai terapi adjuvan intra dan paska operasi dan dapat diberikan
pada pasien dengan stadium lanjut yang nonoperabel. Beberapa obat yang
digunakan untuk kemoterapi kanker kolon dan rektum adalah golongan
fluorourasil, nitrousourea, dan saat ini banyak yang menggunakan xeloda,
oksaliplatin, irinotekan, C225, avastin dan lain-lain. Penatalaksanaan lain
adalah dengan terapi radioterapi. Terapi ini dapat digunakan untuk terapi pre,
paska atau intra operasi radikal karsinoma rektum. Tujuan radioterapi ini
untuk memperkuat kontrol lokal dan mengurangi angka rekuensi lokal serta
meningkatkan survival. Terapi radioterapi murni memiliki angka survival 5
tahun hanya sekitar 5-10%. Upaya rekurensi paska operasi dan metastase jauh
dapat diberikan terapi radioterapi selektif untuk mengurangi gejala. Terapi
biologis untuk kanker kolon masih dalam tingkat penelitian secara klinis.
Penggunaan sitokin, antibodimonoklonal, imunostimulator, dan vaksen
protein masih pada tahap eksplorasi. Semua tindakan penatalaksanaan
pengobatan untuk kanker kolon saat ini belum memiliki efektifitas yang pasti
(Desen, 2011).
Tindakan operasi reseksi pada kanker kolon dan rektum yang disertai dengan
prosedur tindakan laparotomi sering diakhiri dengan pembuatan stoma.
Stoma merupan suatu tindakan dengan membuat lubang pada dinding perut
atau abdomen yang berfungi sebagai tempat untuk mengeluarkan kotoran
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
5
feses atau urin (Kozier & Erb, 2009). Insiden pasien yang dilakukan
pembuatan stoma di Inggris mencapai 20.000 pasien per tahun, yang terdiri
dari pasien dengan kolostomi 11.800 kasus, ileostomi 6.500 kasus dan 2.300
kasus dengan urostomi (Coloplast dikutip oleh Choudhri, 2005). Luka
laparotomi yang letaknya berdekatan dengan stoma mempunyai resiko yang
besar terhadap kejadian infeksi. Lubang stoma yang mengeluarkan cairan dan
feses dimungkinkan dapat mengkontaminasi luka laparotomi. Hasil penelitian
Piccinellil, Brazzale, dan Saracco (2009), menunjukkan dari 48 pasien, 35
(73%) menyatakan tidak ada masalah kulit tapi secara keseluruhan 27 pasien
memiliki gangguan kulit dan 13 terdeteksi oleh perawat stoma memiliki erosi
kulit.
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
6
Peranan ners spesialis yang didasari oleh sain keperawatan lanjut akan
mengoptimalkan dalam melakukan pelayanan dan pengelolaan asuhan
keperawatan secara terampil dan inovatif yang mencakup semua lingkup area
promotif, prefentif, kuratif dan rehabilitatif. Asuhan keperawatan spesialis
dilakukan secara holistik dalam memenuhi pemenuhan kebutuhan bio-psiko-
sosio-spiritual dengan tetap mengacu pada standar asuhan keperawatan dan
standar prosedur (HPEQ, 2012). Standar pasient safety harus tetap terjaga
dengan selalu memperhatikan keselamatan pasien, rasa aman dan
kenyamanan pasien. Pelaksanakan riset yang berbasis pada bukti klinik
merupakan tuntutan pelayanan saat ini. Hasil penelitian atau evidence base
nursing (EBN) mampu menjawab permasalahan sain dan tehnologi dalam
bidang spesialisasinya. Kemampuan dalam pengelolaan asuhan keperawatan
secara klinis dengan menjaga hubungan kerjasama dengan tim lain dan
berkoordinasi serat berkolaborasi dengan tim kesehatan yang terkait.
Kemampuan kepakaran yang lebih tinggi dalam mengatasi masalah
keperawatan yang komplek sangat diperlukan dalam menjalankan peranan
sebagai ners spesialis yang dapat berfungsi sebagai pusat rujukan bagi tenaga
keperawatan (HPEQ, 2012).
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
7
range theory merupakan teori yang banyak digunakan untuk paktek dan penelitian
keperawatan (Peterson, 2004).
Penerapan teori peaceful end of life dalam asuhan keperawatan pasien kanker
oleh penulis dipilih karena teori ini memiliki kedekatan dengan status atau
kondisi yang dirasakan oleh pasien. Pengembangan teori ini memberikan
kontribusi dalam meningkatkan standar asuhan keperawatan dengan
menyelaraskan dan menyatukan fenomena-fenomena akhir dari hidup yang
damai bagi pasien yang sakit parah. Konsep ini memberikan wawasan baru
dalam rangka meningkatkan pengetahuan dalam intervensi keperawatan dan
dapat membantu pasien dalam menuju akhir hidup yang damai (Ruland &
Moore, 1998).
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
8
Pengkajian ESAS identik dengan keluhan subjektif pasien yang berisi 9 item
pengkajian. Tindakan pengkajian ini sangat penting karena dengan mengelola
simpton akan memberikan suatu kondisi kenyamanan dengan hilangnya
keluhan atau gejala yang dirasakan sehingga quality of life diharapkan akan
meningkat. Aplikasi dalam tataran praktik di klinik, penggunaan pengkajian
ESAS ini dapat dilakukan secara lebih luas untuk mengetahui dan
melaporkan kondisi dirinya. Instrumen pengkajian pada perawatan paliatif ini
juga dapat dijadikan sekrining dalam mencari keluhan pasien. Monitoring
gejala yang dirasakan pasien kanker atau paliatif dapat terkaji dengan mudah
dan akurat dengan menggunakan instrumen ESAS karena dapat dilihat
dengan mudah melalui penyajian dalam bentu grafik. Peningkatan dan
penurunan keluhan gejala pasien dapat termonitor dalam sajian grafik harian
(Richardson, 2009: Moro, 2005).
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
9
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
10
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
11
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab 2 menguraikan tentang tinjauan pustaka yang akan membahas tentang
perspektif teoritik dan kajian pustaka yang relevan terkait dengan asuhan
keperawatan pada kanker kolon melalui pendekatan teori peaceful end of life, dan
edukasi perawatan kolostomi.
Secara anatomis posisi rektum berada sejajar dengan vertebra sakrum ketiga
sampai dengan garis anorektal. Rektum terbagi menjadi dua bagian yaitu;
bagian ampula dan spincter. Bagian spinter dinamakan annulus hemoroidalis
yang dikelilingi oleh muskulus levator ani dan fascia coli dari fascia supra
ani. Bagian ampula terbentang mulai dari vertebra sakrum ke-3 sampai
diagfragma pelvis pada insersio muskuluslevator ani. Panjang rektum sekitar
12-15cm dengan keliling 15 cm pada bagian rectosigmoid junction, dan 35
cm pada daerah ampula. Dinding rektum mempunyai 4 lapisan yaitu; mukosa,
submukosa, muskularis dan lapisan serosa (Price & Wilson, 2006; Black &
Hawks, 2009).
11
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
12
Kanker kolon sering disebut penyakit mukosa karena semua kanker kolon
berasal dari lapisan mukosa dinding usus. Dari dalam keluar dinding usus
terbagi menjadi beberapa lapisan, yang meliputi mukosa, submukosa,
muskularis propia, dan serosa. Bagian terdalam lapisan dinding usus,
mukosa adalah satu lapisan kolumnar yang dapat memproduksi lendir dalam
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
13
jumlah yang banyak atau disebut dengan sel goblet. Ini merupakan situs dari
permulaan genetik awal yang mengarah pada perkembangan sel-sel kanker.
Lapisan dibawah mukosa adalah submukosa yang merupakan lapisan yang
kuat di usus. Lapisan ini berisi pembuluh darah, limfatik dan serabut saraf,
sehingga pada lapisan ini berperan penting dalam pertumbuhan sel kanker.
Melalui lapisan ini tumor akan menginfiltrasi dinding usus melalui aliran
darah dan sistem limfatik (Yeatman, 2001).
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
14
mengarah timbulnya kanker kolon (Price & Wilson, 2006; Black & Hawks,
2009; Desen, 2011). Pengolahan dengan suhu tinggi hingga mencapai
150celcius dan makanan berwarna terlalu kecoklatan semakin meningkatkan
risiko karena terbentuknya mutagenic heterocyclic amines (Kizil, 2009).
Penyakit usus besar non karsinoma seperti kolitis kronis, poliposis dan
adenoma diperkiran sekitar 3-5% dapat menimbulkan kanker. Karsinoma
kolon yang berawal dengan poliposis dengan prekanker 5-20 tahun
mencapai 15-40% kemungkinan menderita kanker kolon. Paparan
lingkungan yang dimaksud adalah rokok, asbes, dan radiasi. Perokok
mengalami peningkatan risiko kanker kolon sebanyak dua sampai tiga kali
lipat (Desen, 2011).
2.2.3 Patofisiologi
Adenomatus polip atau adenoma merupakan proses yang mengawali
terjadinya kanker kolorektal, lebih dari 95% kanker kolorektal disebabkan
oleh adenomas. Adenomas terdiri dari tiga jenis yaitu; tubular, tubulovillous
dan villous. Jenis villous yang mempunyai resiko tinggi terjadinya kanker.
Polip tumbuh secara pelan-pelan sekitar 5-10 tahun atau lebih untuk
berubah menjadi maligna atau keganasan. Polip yang mengalami keganasan
akan terjadi peningkatan ukuran dalam lumen dan selanjutnya akan
menyerang dan merusak dinding kolon. Tumor dalam kolon yang
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
15
Setiap tumor dengan permukaan memiliki tukak jelas yang dalam, biasanya
mencapai atau melebihi tunika muskularis termasuk dalam tipe ulseratif.
Tipe ini merupakan jenis kanker kolon yang paling sering dijumpai.
Karakteristik tipe ulseratif adalah massa terdapat tukak yang dalam dan
bentuk luar mirip kawah gunung merapi, tepi kokoh dan keras menonjol,
dasar tidak rata, nekrosis, derajat keganasan tinggi, metastase limfogen lebih
awal, dibawah mikroskop sebagai adenokarsinoma diferensiasi buruk. Tipe
kedua yaitu infiltrasi, tumor menginfiltrasi lapisan dinding usus secara
difus, sehingga dinding usus setempat menebal, tepi tampak dari luar sering
kali tidak jelas terdapat tukak atau tonjolan. Tumor sering mengenai
sekeliling saluran usus disertai dengan hiperplasie abnormal jaringan ikat,
lingkaran usus menyusut, permukaan serosa sering tampak cincin kontriksi
yang memudahkan terjadinya ileus. Pemeriksaan mikroskopis tampak
sebagai adenokarsinoma berdeferensi sangat buruk (Desen, 2011).
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
16
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
17
Zat penanda tumor seperti antigen karbohidrat 19-9 (CA 19-9) bukan
antigen spesifik kanker kolon sehingga tidak bisa dijadikan diagnosis dini,
sedangkan antigencarsinoembrionic (CEA) dapat dijadikan pedoman untuk
melaihat perkembangan penyakit kanker (Black & Hawks, 2009). Tes
darah samar dapat dilakuakan dengan metode imunologi dan kimiawi.
Metode imunologi mempunyai spesifitas dan sensifitas yang lebih tinggi
dari pada metode kimiawi (Desen, 2011)
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
18
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
19
Stadium I T1-T2 N0 M0 A
Stadium II T3-4 N0 M0 B
2.2.7.1 Pembedahan
Tiga dari empat pasien menjalani operasi kanker kolon dan 60% menjalani
pengobatan. Intervensi operasi tergantung dari jenis kanker, lokas, stadium
dan keadaan umum pasien (Black & Hawks, 2009). Kontraindikasi operasi
apabila kondisi fisik umum tidak baik. Jenis operasi yang sering dilakukan
adalah operasi radikal, paliatif, dan operasi untuk mengurangi gejala.
Tindakan operasi radikal dilakukan dengan prinsip jarak dari tumor
minimal 5-10cm bersama-sama lesi primer, masenterium dan kelenjar
limfe regional dilakukan reseksi untuk mencegah penyebaran sel kanker.
Walaupun tidak dilakukan eksisi radikal, namun eksisi lesi pada operasi
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
20
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
21
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
22
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
23
baju dan linen tempat tidur terkena cairan fistula. Cairan yang berisi
eksudat dari isi kolon akan menimbulkan bau yang tidak enak. Keluarnya
eksudat cairan juga akan berdampak pada gangguan integritas kulit
seperti maserasi atau iritasi. Kondisi itu semua akan menjadi penyebab
dari ketidaknyamanan pasien. Lamanya perawatan dirumah sakit karena
adanya fistula sering menimbulkan kebosanan pasien dalam menjalani
perawata. Peranan tim kesehatan, psikolog dibutuhkan pada fase seperti
ini.
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
24
2.2.7.5 Kemoterapi
Kemoterapi digunakan untuk menurunkan metastase dan mengontrol
manifestasi kanker kolon (Black & Hawks, 2009). Umumnya digunakan
sebagai terapi adjuvan intra dan paska operasi serta dapat digunakan pada
pasien dengan stadium lanjut. Obat yang sering dipakai adalah
fluorourasil (5FU, FT-207, UFT, dll), nitrosourea (CCNU, MeCCNU),
dan sekarang xeloda, oksaliplatin, irinoteka, avastin dll. Obat ini secara
klinis terbukti berefek terapeutik tertentu terhadap kanker kolorektal
stadium lanjut. Formula kombinasi dan tambahan mempunyai efektifitas
46-57% dapat menghambat aktifasi tiroksinkinase yang berefek pada anti
tumor (Desen, 2011).
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
25
2.2.7.7 Radioterapi
Tindakan terapi radiasi digunakan sebelum tindakan operasi adalah untuk
mengecilkan ukuran tumor sehingga tumor dapat direseksi (Black &
Hawks, 2009). Tujuan radioterapi pre, paska atau intra operasi radikal
karsinoma kolorektal bertujuan untuk memperkuat kontrol lokal,
mengurangi angka rekuensi lokal dan meningkatkan survival.
Radioterapi murni memiliki survival 5 tahun (Desen, 2011).
Efek samping pada umumnya terjadi reaksi kulit sekitar radiasi dan
kelelahan dapat terjadi setelah radiasi. Respon kulit normal yang terkena
radiasi akan mengalami eritema dan sampai terjadi seperti luka bakar
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
26
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
27
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
28
2.2.9 Kolostomi
Tindakan operasi reseksi pada kanker kolon dan rektum yang disertai
dengan prosedur tindakan laparotomi sering diakhiri dengan pembuatan
stoma. Stoma merupan suatu tindakan dengan membuat lubang pada
dinding perut atau abdomen yang berfungi sebagai tempat untuk
mengeluarkan kotoran feses atau urin (Kozier & Erb, 2009; Black &
Hawks, 2009). Terdapat banyak tipe dan macam dari enterostoma. Setiap
tipe memiliki ciri masing-masing, misalnya ileostomi cenderung
menghasilkan output yang lebih cair dibandingkan dengan kolostomi yang
menghasilkan output yang lebih padat menyerupai feses yang sebenarnya
Hal ini dikarenakan oleh fungsi kolon adalah untuk menyerap air (Black &
Hawks, 2009; Rasjidi, 2011). Lokasi kolostomi menentukan konsistensi tinja
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
29
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
30
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
31
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
32
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
33
2.4 Hubungan Antara Lima konsep Utama Teori Peaceful End of Life
Pencegahan Melibatkan
Monitoring
Monitoring Melibatkan orang
dan Memberikan
pembebasan pasien dalam dekatnya
pemberian dukungan
ketidak pengambilan dalam
penghilang emosional
nyamanan keputusan perawatan
nyeri
fisik
Memberikan
bantuan fisik
pada orang
lain yang
peduli, jika
diinginkan
Sumber: Alligood & Tomey 2010
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
34
2.5 Kriteria Hasil Sebagai Indikator Standar Teori Peaceful End of Life
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
35
2.7 Aplikasi Peaceful End of Life pada Asuhan Keperawatan Pasien Kanker
Seting struktur teori peaceful end of life menempatkan sistem kekeluargaan
sebagai bagian utama dari pasien yang sakit terminal. Pasien akan menerima
perawatan secara profesional pada perawatan akut di rumah sakit. Proses
asuhan keperawatan akan menetapkan dan merancang intervensi keperawatan
yang mempertimbangkan tujuan-tujuan yang ingin dicapai diantaranya; bebas
dari rasa nyeri, merasakan kenyamanan, perasaan bermartabat dan dihormati,
merasakan kedamaian, dan merasakan adanya kedekatan dengan orang yang
bermakna (Alligood & Tomey, 2010).
Fokus penerapan teori peaceful end of life bukan pada kematian, namun pada
kehidupan yang damai, berarti bagi keluarga dan orang lain diakhir hari-hari
terakhirnya. Hal ini mencerminkan kompleksitas dalam perawatan pasien
yang sakit parah atau terminal dan kebutuhan pasien dalam mengelola gejala
serta pengetahuan tentang cara menghilangkan nyeri. Untuk itu diperlukan
sikap peduli, kesadaran, kepekaan dan kasih sayang pada pasien terminal
(Ruland & Moore, 1998).
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
36
Pengkajian nyeri terdiri dari dua komponen utama yaitu; riwayat nyeri
dan observasi langsung terhadap respon perilaku nyeri. Riwayat nyeri
memberikan kesempatan bagi klien untuk mengungkapkan rasa dengan
kat-katanya sendiri dan bagaimana mereka memandang nyerinya.
Pengkajian nyeri awal untuk orang yang sedang mengalami nyeri hebat,
mungkin hanya terdiri dari beberapa pertanyaan saja, sebelum intervensi
dilakukan. Namun sebaliknya bagi orang yang mengalami nyeri kronis
perawat harus lebih banyak memberikan pertanyaan yang berfokus pada
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
37
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
38
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
39
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
40
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
41
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS KELOLAAN
Riwayat kesehatan pasien dengan sakit seperti ini sudah dimulai sejak bulan
Oktober 2012. Sebelumnya pasien telah mendapat perawatan di swasta di
Jakarta serta dilakukan tindakan operasi laparotomi dengan kolostomi. Hasil
pemeriksaan patologi anatomi (PA) pasien terdiagnosa kanker kolon stadium
IIIb. Pasien pernah mendapat kemoterapi sampai terjadi luka ekstravasasi
akibat pemberian kemoterapi daerah pada mata kaki kiri, namun saat ini
hanya terlihat bekas lukanya, pasien tidak tahu berapa kali diberikan
kemoterapi. Empat bulan kemudian sekitar bulan Pebruari 2013 pasien
dirujuk ke RSKD Jakarta. Pasien di RSKD diberikan kemoterapi selama 6
kali dan 1 kali remisi. Pada tanggal 20 pebruari 2014 pasien dilakukan
operasi laparotomi untuk penutupan kolostomi. Satu minggu setelah itu
pasien mengeluh tidak bisa buang air besar dan sudah diberikan tindakan,
namun tetap tidak ada perubahan.
41
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
42
Hasil riwayat penyakit dahulu pasien tidak memiliki riwayat alergi, asma
ataupun diabetes militus. Hasil riwayat kesehatan keluarga pasien
mengatakan dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit seperti ini.
keluarga tidak ada yang menderita penyakit seperti pasien ataupun penyakit
kanker yang lain, demikian juga keluarga dari ibu pasien juga tidak ada yang
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
43
menderita penyakit pasien. Hasil anamnesa keluarga nenek dan kakek pasien
tidak diketahui karena sudah meninggal. Pasien memiliki riwayat merokok 1
bungkus tiap hari dan suka mengkosumsi mie instan sejak duduk di SMP.
Terapi medis pasien mendapatkan; infus NaCl 0,9% dosis 500 cc tiap 12
jam melalui intravena, amiparen dosis 500 cc tiap 12 jam melalui intravena,
tramadol 100 mg melalui intravena tiap 8 jam, cefotaksim 1 gram tiap 12
jam melalui intravena, dan parasetamol 3 x 1 tab, serta diet cair 100 cc tiap
6 jam.
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
44
3.2.1.1 Nyeri
Pasien mengeluh nyeri pada bagian abdomen dan menjalar ke sekitarnya.
kualitas nyeri yang dirasakan seperti nyeri di seluruh perutnya seperti
berdenyut, hilang timbul dengan durasi hilang timbul lebih dari 15 menit,
nyeri akan dirasakan saat dilakukan perawatan luka dan saat
menggerakkan tubuhnya untuk miring atau duduk, intensitas nyeri
sedang dengan skala 6 nyeri berkurang jika diistirahatkan. Perilaku
dengan ekspresi menahan nyeri terlihat ketika nyeri itu timbul. Pasien
kadang meringis sambil memegangi perutnya. Pemberian obat dirasakan
oleh pasien, namun beberapa saat saja, nyeri akan timbul kembali ketika
menggerakkan badannya. Nilai skor ESAS 6.
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
45
3.2.1.4 Kedamaian
Pasien merasa takut, kawatir dan cemas dengan kondisi kesehatannya.
Pasien tidak bisa membayangkan akan menderita sakit seperti ini karena
sebelumnya pasien sehat dan tidak ada keluhan sakit yang parah. Pasien
kadang merasa pesimis dengan kondisi kesehatannya serta proses terapi
yang akan dilanjutkan. Pasien kadang merasa tenang ketika sedang
menjalankan sholat, dan berzikir kepada Alloh. Saat ini pasien sering
mendekatkan diri dan berdoa untuk dirinya. skor ESAS cemas 5, dan
pasien juga masih sering bertanya tentang sakitnya apa bisa sembuh dan
pasien mengatakan bingung apa yang harus dilakukan jika masih sakit
seperti sekarang.
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
46
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
47
keluar cairan yang berwarna hijau sejumlah 450 cc, dan pus, terjadi
iritasi dan kemerahan sekitar luka, lekosit 18,8 x 103.
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
48
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
49
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
50
3.2.5 Evaluasi
Tindakan evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari proses asuhan
keperawatan yang dilakukan. Evaluasi perkembangan pasien dilakukan
dengan menilai efektifitas dari implementasi keperawatan.
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
51
3.2.5.5 Ansietas
Setelah dilakukan tindakan dalam mengatasi kecemasan, maka pasien
dapat beradaptasi dengan kecemasannya dengan skor ESAS 2. Hal ini
ditunjukkan dengan wajah yang lebih rilek dan tenang. Pasien
mengatakan ketenangan terasa ketika mendekatkan diri pada Alloh.
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
52
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
53
stoma di inggris mencapai $ 2,104 tiap pasien atau sekitar Rp. 20.000.000,-
(Sanjay, 2005).
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
54
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
55
1. Populasi
Pasien pre dan post operasi kolostomi yang dirawat diruang Teratai
Rumah Sakit Kanker Dharmais di Jakarta.
2. Intervensi
Edukasi tentang perawatan kolostomi dengan menggunakan media
audiovisual.
3. Commparative
Tidak dilakukan perbandingan terhadap intervensi utama sehinga fakus
perhatian pada penerapan evidence base nursing ini adalah untuk
mengetahui keefektifan intervensi utama yaitu edukasi perawatan
kolostomi dengan menggunakan audiovisial pada pasien sebelum dan
sesudah operasi kolostomi.
4. Outcome
Meningkatkan kemandirian dalam merawat kolostomi.
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
56
British Journal of Nursing, post operative stoma care and the selection of
appliances (2006) oleh Lyn Kirkwood dari Journal of community nursing.
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
57
kolostomi, dengan tipe stoma permanen 7 dan sementara 14. Usia rata-rata
responden kelompok intervensi 62 tahun dan kelompok kontrol 69 tahun.
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
58
Penelitian ini semakin kuat karena dilakukan dengan cara double blind,
yaitu dengan cara peneliti tidak langsung terlibat dalam edukasi perawatan
kolostomi maupun dalam penilaian atau evaluasi dari hasil intervensi yang
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
59
telah dilakukan. Doubel blind merupakan uji baku emas dengan tingkat
kepercayaan yang tinggi, kemungkinan terjadi subjektifitas atau bias pada
penelitian ini dapat diminimalisasikan. Pelaksanaan penelitian ini
melibatkan perawat spesialis stoma yang ada di rumah sakit tersebut.
Pemberi edukasi perawatan kolostomi untuk kelompok intervensi dan
kontrol dilakukan oleh perawat spesialis stoma. Demikian juga yang
melakukan evaluasi penilaian dilakukan oleh perawat spesialis stoma.
Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Mann-Whitney
U test (P=0.0005). Uji statistik yang digunakan sesuai dengan desain
penelitian, yaitu uji hipotesis untuk mengetahui beda rerata peringkat
antara dua kelompok independen dengan menggunkan t-test independen
tidak memenuhi asumsi atau data tidak berdistribusi normal.
3.3.4.2 Importancy
Importancy atau clinical significant pada penelitian ini ditunjukkan dari
nilai probabilitas (p) kurang dari 0,05 pada semua variabel dependen yang
diuji dengan uji statistik beda mean dua kelompok. Analisis data pada
penelitian ini tidak dapat dapat melihat perhitungan Odd Ratio (OR)
karena data varian dependen tidak diketahui. Clinical significant
ditentukan oleh nilai number needed to treat (NNT). NNT merupakan
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
60
3.3.4.3 Aplikabilitas
Secara umum penelitian ini dapat diterapkan pada tataran klinik, karena
memenuhi beberapa kriteria; penelitian ini dilakukan dengan metode
randomized controlled trial, varian konfonding dikendalikan secara ketat
dengan randomisasi dan pemilihan kriteria inklusi, metode pengumpulan
data dilakukan dengan melibatkan perawat spesialis stoma, waktu
penelitian yang cukup untuk menilai edukasi perawatan kolostomi,
meskipun sampel hanya 42 namun menunjukkan significant yang cukup
kuat secara statistik.
Partisipan pada penelitian ini sama dengan partisipan yang ada dalam
EBN, yaitu pasien sebelum dan sesudah operasi yang akan dilakukan
tindakan kolostomi atau ileostomi yang dirawat diruang Teratai RSKD
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
61
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
62
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
63
3.3.5.2 Pelaksanaan
Jumlah responden pada kegiatan ini adalah 10 responden, namun terlebih
dahulu penulis melakukan sekrining dalam mendapatkan responden.
Beberapa responden yang sesuai dengan kriteria inklusi yang ditetapkan
oleh penulis dengan mengaju pada jurnal penelitian yang dipakai sebagai
EBN. Sepuluh responden yang diperoleh berusia 18 – 64 tahun, stadium
III dan IV. Rincian penyakit kanker yang dialami responden 3 kanker
servik, 1 kanker ovarium, 4 kanker kolon dan 2 kanker rektum.
Sedangkan jenis stoma 2 ileostomi dan 8 kolostomi.
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
64
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
65
(64%), anoreksi (48%), mual (25%), muntah (10%), konstipasi (42%), diare
(32%).
Form pengkajian gejala dan tanda merupakan salah satu solusi untuk
memberikan data keluhan pasien yang sistematik dan dapat diisi secara
lengkap oleh pasien sebelum kunjungan rawat jalan dan selama dirawat di
rumah sakit. Sejumlah instrumen pengkajian ini telah tersedia mulai dari
fokus pada satu masalah sampai beberapa domain yang komplek dengan
bentuk cek list dan multiple item dengan menggunakan bentuk metode
skoring untuk memudahkan dalam menggali keluhan gejala yang dirasakan
pasien. Penilaian gejala secara sistematis ini berguna untuk mendeteksi
masalah atau keluhan yang tidak teridentifikasi selama pasien dalam
perawatan. Form pengkajian yang mudah dan lengkap yang dapat
membantu dalam mengidentifikasikan gelaja yang dirasakan oleh pasien
adalah dengan menggunakan ESAS (Edmonton Symptom Assessment
Syatem) (Carjaval, 2011).
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
66
mengantuk (drowsines), nafsu makan, mood (perasaan saat ini), dan sesak.
Pencatatan dilakuan dengan mengisi atau melingkari salah satu angka yang
sudah disiapkan mulai dari angka 0 sampai 10. Tingkat keparahan gejala
pada waktu pengkajian dari tiap gejala bertingkat muali dengan 0 berarti
gejala tidak ada samapai angka 10 yang berarti tingkat keparahan gejala
yang paling buruk. Inatrumen Esas ini diisi oleh pasien, caregiver
keluarganya. Oleh karena itu, pasien seharusnya diajarkan bagaimana
mengisi instrumen ESAS (Carjaval, 2011).
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
67
3.4.2.1 Strenght
Kekuatan yang dimiliki oleh RSKD dalam penerapan pengkajian ESAS
antara lain RSKD merupakan rumah sakit pusat kanker nasional yang
menjadi pusat rujukan untuk pengobatan kanker dari seluruh Indonesia.
Adanya forum grup interes pada masing-masing pemintan di bidang
keperawatan. Pendidikan perawat di ruang terapai minimal DIII
Keperawatan dan Ners serta telah mengikuti pelatihan dasar sebagai
perawat onkologi. Terbukanya kesempatan untuk pendidikan lanjut ners
dan spesialis untuk perawat yang disesuaikan dengan jalur jenjang karir
perawat. Adanya sistem evaluasi jenjang perawat karir I, II, III, dan IV.
Jenjang perawat ini memberikan batasan kewenangan dalam
menjalankan tugas sehari-hari sebagai perawat. Adanya dukungan dari
semua perawat, kepala ruang dan manajemen penentu kebijakan untuk
mengembangkan asuhan keperawatan yang bermutu dan berkualitas.
Pasien di ruang teratai merupakan pasien yang mendapat jaminan
kesehatan oleh pemerintah, sehingga selama perawatan dan pengobatan
pasien tidak dipungut biaya. Fasilitas ruang tidur yang luas dengan kamar
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
68
3.4.2.2 Weaknesses
Kelemahan dalam pendokumentasian gejala-gejala yang dirasakan dan
dikeluhkan oleh pasien belum memiliki format yang baku, sehingga
dalam pencatatan keluhan pasien kadang tidak memberikan suatu
informasi yang lengkap. Monitoring gejala tidak dituliskan secara terus-
menerus dalam catatan keperawatan secara khusus. Format yang
disiapkan masih banyak mengacu pada data-data objektif. Banyaknya
format-format pengkajian yang dituntut untuk memenuhi standar sesuai
JCI (joint comission International), sehingga perlu waktu dan tenaga
yang cukup untuk melengkapi format yang harus dilengkapi oleh
perawat. Banyaknya tenaga perawat yang baru (fresh graduate) yang
masih belum berpengalaman dalam merawat pasien kanker atau pasien
paliative, sehingga dalam pelaksanaannya masih banyak pendampingan
yang dilakukan dalam menjalani tugasnya.
3.4.2.3 Opportunities
RSKD merupakan rumah sakit dengan standar akreditasi penuh tingkat
lengkap dengan 16 pelayanan, saat ini terus melakukan pembenahan
untuk menyongsong akreditasi rumah sakit tingkat paripurna dan
akreditasi JCI. RSKD juga merupakan rumah sakit pusat pendidikan dan
pelatihan kanker nasional yang memberikan kesempatan untuk
melakukan pengembangan keperawatan onkologi melalui pelatihan yang
berkelanjutan serta penelitian-penelitian yang terkait dengan penyakit
kanker. Peningkatan pendidikan melalui bidang diklat ini dirasakan oleh
seluruh karyawan pada khususnya dan perawat onkologi di Indonesia.
Salah satu bidang garapan dari diklat adalah penerapan evidence base
nursing yang dapat dijadikan acuan dan pedoman dalam meningkatkan
mutu pelayanan pasien kanker.
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
69
3.4.2.4 Threats
Tuntutan yang tinggi terhadap pelayanan keperawatan oleh masyarakat
merupakan konsukuensi dari perkembangan di era global. Berdirinya
rumah sakit khusus kanker yang mulai muncul merupakan akibat dari
kebutuhan akan pelayanan khusus kanker diperlukan oleh masyarakat.
Penawaran terhadap pelayanan dalam perawatan kanker baik dari luar
negeri atau didalam negeri mencerminkan adanya ancaman akan adanya
persaingan dalam memberikan pelayanan kanker. Tuntutan pelayanan
yang bermutu, berkualitas dan profesional harus tetap dipertahankan
untuk dapat bersaing di era global. Pemenuhan standar yang dituntut
JCI menjadi jawaban untuk tetap eksis di saat ini. Kelengkapan dalam
pengkajian keperawatan merupakan salah satu elemen penting yang
harus dilengkapi untuk menuju standar JCI.
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
70
3.4.3.1 Persiapan
Tahap pertama adalah melakukan analisa kebutuhan ruangan yang akan
dilakukan inovasi sesuai dengan analisa SWOT. Persiapan selanjutnya
adalah melakukan identifikasi jenis kebutuhan yang ada di unit perawatan
RSKD. Setelah itu kelompok praktik residensi melaporkan hasil
identifikasi tersebut serta berkonsultasi dengan bidang keperawatan, dan
pembimbing klinik dan pembimbing akademik untuk menentukan jenis
inovasi yang akan dilakukan. Setelah menerima masukan tentang proyek
inovasi yang akan dikembangkan, kelompok menyusun proposal. Inovasi
yang disetujui untuk dilaksanakan adalah penerapan pengkajian ESAS
yang dimasukkan dalam format pengkajian rawat inap.
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
71
3.4.3.2 Pelaksanaan
Setelah memperbaiki format pengkajian, maka kelompok praktikan
residensi melakukan uji coba penggunaan format pengkajian yang
dilakukan pada 19 - 23 April 2014. Uji coba dilakukan oleh praktikan
residensi yang dibagi menjadi 2 kelompok kecil yang membawahi kamar
602 dan kamar 610, dengan target pasien yang terkaji masing-masing
ruang sebanyak 6 orang. Sebelumnya setiap selesai timbang terima
kelompok meminta waktu kepada semua perawat yang terlibat di ruang
teratai untuk mengikuti sosialisasi tentang format pengkajian termasuk
petunjuk teknis cara pengisian format pengkajian.
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
72
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
73
Hasil pengkajian dari 12 pasien dengan keluhan nyeri yang dinilai ESAS
nyeri sebanyak 7 pasien, keluhan cemas sebanyak 6 pasien keluhan nafsu
makan sebanyak 4 pasien, sesak 2 pasien, mengantuk 1 pasien. Pengkajian
dilakukan sendiri oleh pasien kecuali Ny. N yang mengalami penurunan
kesadaran. Pengisian grafik ESAS pada pelaksanaan pengkajian ini tidak
dilakukan oleh pasien karena waktu aplikasi penerapan ini dilakukan
selama dua hari.
3.4.3.3 Evaluasi
Evaluasi dilakukan terhadap 12 pendokumentasian pengkajian rawat inap
yang dilakukan oleh kelompok praktikan residensi. Hasil evaluasi
didapatkan data bahwa semua komponen atau item dapat diisi dengan
lengkap. Pengisian pengkajian ESAS juga dapat dimengerti pasien setelah
diberikan penjelasan. Pasien tidak lagi mengalami kebingungan dalam
menentukan skor ringan, sedang, dan berat dalam bentuk angka.
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
74
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
75
BAB 4
PEMBAHASAN
Bab 3 berisi tentang pembahasan kasus kelolaan dengan penerapan teori peaceful end of life
pada asuhan keperawatan pada kanker kolon, pembahasan hasil penerapan evidence base
nursing serta pembahasan hasil proyek inovasi keperawatan yang dilakukan di ruang teratai
Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta.
4.1 Asuhan Keperawatan pada Kanker Kolon dengan Pendekatan Teori Peaceful End
of Life
Tn. S merupakan seorang karyawan yang kesehariannya bekerja di dealer motor. Sejak
usia 12 tahun Tn. S sudah mulai merokok dan menyukai makanan instan seperti mie. Tn.
S mulai didiagnosa kanker kolon sejak bulan Oktober 2012. Sebelumnya Tn.S telah
mendapat perawatan di swasta di Jakarta serta dilakukan tindakan operasi laparotomi
dengan kolostomi. Hasil pemeriksaan patologi anatomi (PA) pasien terdiagnosa kanker
kolon stadium IIIb. Pasien pernah mendapat kemoterapi sampai terjadi luka ekstravasasi
akibat pemberian kemoterapi daerah pada mata kaki kiri, namun saat ini hanya terlihat
bekas lukanya. Tn. S tidak tahu berapa kali diberikan kemoterapi. Empat bulan kemudian
sekitar bulan Pebruari 2013 pasien dirujuk ke RSKD Jakarta. Pasien di RSKD diberikan
kemoterapi selama 6 kali dan 1 kali remisi. Pada tanggal 20 pebruari 2014 pasien
dilakukan operasi laparotomi untuk penutupan kolostomi.
Berdasarkan hasil pengkajian riwayat kesehatan keluarga Tn. S tidak ada yang menderita
penyakit kanker, demikian juga keluarga dari ibu dan bapak pasien tidak ada yang
menderita penyakit kanker kolon. Salah satu faktor predisposisi dari penyakit kanker
adalah faktor genetik. Pengaruh genetik yang berasal dari sindrom karsinoma poliposis
dapat menjadi predisposisi genetik timbulnya penyakit kanker. Terdapat pengaruh dari
sejumlah sidroma genetik menurut hukum mandel dan kecenderungan terjadi pada tumor
jinak dan ganas. Garis keturunan pertama (first degree relatives) dari pasien yang
menderita karsinoma kolorektal mempunyai risiko tiga kali lipat lebih besar (Kamp,
2004; Sjamsuhidayat, 2006). Melihat hasil pengkajian pada Tn. S sangat dimungkinkan
tidak disebabkan oleh faktor genetik.
75
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
76
Hasil anamnesa pasien memiliki riwayat merokok 1 bungkus tiap hari dan suka
mengkosumsi mie instan sejak duduk di SMP. Respon tubuh terhadap tembakau pada
rokok dapat memicu adanya mutasi P53. Protein dengan berat 53 dalton atau P53
merupakan tumor suppressor genes yang berfungsi untuk menghambat proliferasi sel,
berhentinya aktifitas P53 akan memicu terjadi kanker (Evelyn, 2013). Hasil penelitian
Pfeifer (2002), menemukan adanya mutasi P53 yang lebih tinggi pada perokok
dibandingkan dengan yang tidak merokok. Adanya mutasi P53 akan menyebabkan
perubahan peran dari P53 dalam mengendalikan pertumbuhan sel kanker. Pengaruh
makanan seperti mie instan dimungkinkan dapat menjadi salah satu resiko penyebab
kanker. Permukaan mie instan dilapisi oleh lilin sehingga tidak pernah lengket satu
dengan yang lainnya. Tubuh membutuhkan waktu dua hari untuk mencerna zat ini. Efek
zat lilin yang terus menumpuk di dalam kolon, akibat dari kosumsi yang terus menerus
akan menyebabkan penumpukan zat lilin pada daerah kolon yang pada akhirnya dapat
memicu terjadi kanker kolon.
Tingginya kosumsi protein hewani, lemak dan rendahnya kosumsi makanan rendah serat
merupakan faktor insiden yang tinggi terjadinya kanker kolon Pengaruh lingkungan
khususnya diet mempunyai peranan penting dan dapat menjadikan penyebab terjadinya
kanker kolon dan rektum (Desen, 2011). Masukan makanan tinggi lemak akan
merangsang lebih banyak sekresi empedu, hasil uraian asam empedu yang banyak dan
aktifitas bakteri anaerob dalam usus meningkat sehingga karsinogen sebagai pemicu
karsinogenesis dalam usus bertambah dan mengarah timbulnya kanker kolon (Price &
Wilson, 2006; Black & Hawks, 2009: Desen, 2011). Pengolahan dengan suhu tinggi
hingga mencapai 150 celcius dan makanan berwarna terlalu kecoklatan semakin
meningkatkan risiko karena terbentuknya mutagenic heterocyclic amines (Kizil, 2009).
Adenomatus polip atau adenoma merupakan proses yang mengawali terjadinya kanker
kolorektal, lebih dari 95% kanker kolorektal disebabkan oleh adenomas. Adenomas
terdiri dari tiga jenis yaitu; tubular, tubulovillous dan villous. Jenis villous yang
mempunyai resiko tinggi terjadinya kanker. Polip tumbuh secara pelan-pelan sekitar 5-10
tahun atau lebih untuk berubah menjadi maligna atau keganasan. Polip yang mengalami
keganasan akan terjadi peningkatan ukuran dalam lumen dan selanjutnya akan
menyerang dan merusak dinding kolon. Tumor dalam kolon yang cenderung terus
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
77
membesar dapat menyebabkan ulserasi, infeksi sekunder dan nekrosis. Umumnya ini
terjadi pada belahan kanan kolon dan ampula rekti (Black & Hawks, 2009).
Karakteristik tipe ulseratif adalah massa terdapat tukak yang dalam dan bentuk luar
mirip kawah gunung merapi, tepi kokoh dan keras menonjol, dasar tidak rata, nekrosis,
derajat keganasan tinggi, metastase limfogen lebih awal, dibawah mikroskop sebagai
adenokarsinoma diferensiasi buruk. Tipe kedua yaitu infiltrasi, tumor menginfiltrasi
lapisan dinding usus secara difus, sehingga dinding usus setempat menebal, tepi tampak
dari luar sering kali tidak jelas terdapat tukak atau tonjolan. Tumor sering mengenai
sekeliling saluran usus disertai dengan hiperplasia abnormal jaringan ikat, lingkaran usus
menyusut, permukaan serosa sering tampak cincin kontriksi yang memudahkan
terjadinya ileus. Pemeriksaan mikroskopis tampak sebagai adenokarsinoma berdeferensi
sangat buruk (Desen, 2011).
Berdasarkan hasil pemeriksaan jenis kanker pada Tn. S adalah adenokarsinoma kolon
dengan stadium IV. Tumor pada Tn. S sudah langsung meninvasi organ atau struktur lain
atau menembus pars veseralis peritonium, dan telah terjadi penyebaran kelenjar limfe
regional lebih dari 4 nodul serta sudah tejadi metastase jauh ke organ gaster.
Teori peaceful end of life memberikan arah pengkajian yang mengaitkan dengan
keinginan dan harapan akan kedamaian, kenyamanan, terbebas dari rasa nyeri,
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
78
4.1.2 Nyeri
Hasil pengkajian yang menjadi keluhan yang paling dirasakan oleh Tn. S adalah nyeri.
Nyeri menjalar keseluruh kuadran di abdomen. Rasa nyeri yang dialami Tn.S
merupakan suatu bentuk pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan
yang diakibatkan oleh adanya kerusakan jaringan (Rasjidi, 2010). Mekanisme nyeri
dimulai dengan adanya kerusakan jaringan yang diakibatkan oleh perkembangan sel
kanker yang terus berkembang akan memicu pelepasan zat-zat kimia seperti
prostaglandin E, bradikinin, serotinin dan histamin. Zat kimia tersebut akan
merangsang reseptor nyeri dan mentransmisikan medula spinalis dan selanjutnya
menuju talamus, kemudian di kortek serebri nyeri tersebut dipersepsikan (Petel, 2010).
Pengalaman nyeri kanker yang dialami oleh Tn. S merupakan suatu ancaman besar bagi
kualitas hidupnya. Prioritas tujuannya adalah menurunkan nyeri akibat kanker tersebut
(Paice, 2011).
Nyeri dalam teori peaceful end of life merupakan gejala yang mendapatkan prioritas
intervensi yang tepat. Keluhan yang dirasakan oleh Tn. S dengan skala nyeri 6 akan
mengganggu kenyamanan pasien. Keadaan yang tidak menyenangkan baik perasaan
emosional atau sensori yang mempunyai resiko terjadinya kerusakan jaringan (Ruland
& Moore, 1998). Tujuan untuk menciptakan suasana yang tenang akan sulit dilakukan
jika keluhan nyeri masih dirasakan oleh pasien. Perasaan nyeri Tn.S akan akan
mempengaruhi aktifitas kegiatan sehari-hari (Kozier & Erb, 2009). Alur lima konsep
dalam teori peaceful end of life menekankan konsep nyeri dan nyaman dalam
penatalaksanaan nyeri. Perasaan nyaman dilakukan dengan tindakan yang dapat
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
79
Intervensi keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi nyeri menurut NIC adalah
dengan pain management. Tindakan awalnya adalah dengan mengkaji kembali keluhan
nyeri. Hal ini dilakukan untuk menghindari persepsi yang berbeda mengenai nyeri.
Penatalaksanaan nyeri akan tepat apabila penilaian atau pengkajian nyeri dilakukan
secara komprehensif yang meliputi aspek psikologis, sosial dan spiritual sebagai dasar
dalam melakukan intervensi multidisiplin. Bidang perawatan paliatif dalam
penataksanaan nyeri sangat menekankan pada gejala yang dirasakan oleh pasien seperti
nyeri, yang merupakan bagian integral dari perawatan nyeri (Paice, 2011). National
comprehensive cancer network (NCCN) di Amerika Serikat sangat menekankan
pentingnya pengkajian nyeri secara komprehensif yang meliputi; pengalaman nyeri
(evaluasi intensitas, kualitas, onset, durasi, tindakan yang dapat meningkatkan rasa
nyeri), psikososial, riwayat penggunaan obat nyeri, latihan fisik, laboratorium dan foto
serta pengkajian penyebab nyeri.
Hubungan lima konsep utama teori peaceful end of life menempatkan konsep nyeri
sebagai pilar pertama yang harus dilakukan suatu intervensi yang akurat. Monitoring
dan pemberian penghilang nyeri merupakan dua tindakan yang harus diberikan kepada
pasien. Penerapan intervensi farmakologis dan non farmakologis pada struktur teori
peaceful end of life sejalan dengan intervensi yang dilakukan dalam pain managemen
yang dirumuskan oleh NIC (Alligood & Tomey, 2010). Pengelolaan pemberian terapi
farmakologi dan non farmakologis harus dilakukan dengan sinergis sehingga
efektifitasnya dapat segera dirasakan pada pasien. Pembrian tramadol pada Tn. S akan
lebih merasa nyaman dengan melakukan tindakan distraksi dan relaksasi sebagai terapi
non farmakologi.
Tindakan relaksasi dan distraksi mampu mengurangi nyeri kronis atau akut. Kesadaran
dalam melakukan teknik relaksasi dan distraksi akan menghasilkan perbaikan secara
psikologis dan fisik (Dunford, 2010). Relaksasi bertujuan untuk menenangkan pasien
secara emosional sehingga sekresi adrenalin akan terhambat dan sebaliknya sekresi
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
80
kortisol akan meningkat sehingga efek nyeri menjadi berkurang. Persepsi individu
menentukan kemampuan dalam mengontrol nyerinya. Tingkatan nyeri tidak hanya
ditentukan berdasarkan aspek fisiologis, namun aspek psikologis mempunyai peran
penting karena sifat nyeri dikatakan secara subjektif. Gate control pain theory nyeri
menjelaskan bahwa persepsi individu menentukan kemampuan mengontrol nyeri
berdasarkan komponen kognitif, sensori dan emosional (DeLaune & Ladner, 2002).
Pemberian analgetik sesuai dengan indikasi pada Tn. S adalah tramodol 100 mg melalui
intravena. Obat ini digunakan untuk menurunkan nyeri sedang sampai berat dengan
cara menggabungkan opioid dan monoaminogerically yang menghubungkan dengan
mekanisme anti-nosiseptif. Efek samping terhadap depresi saraf pusat relatif kurang
dibandingkan jenis norkotik (Shah, 2010). Mekanisme kerja dari obat analgetik ini
mempunyai dua jalur mekanisme yaitu menghambat reuptake serotinin dan
norepineprin yang mempunyai peran dalam termoregulasi. Jalur yang kedua adalah
dengan afinitas untuk reseptor opiod (Trecova, 2004).
Pemberian terapi non farmakologi pada Tn.S diberikan setelah terapi farmakologi.
Nyeri skala 6 pada Tn. S yang dikeluhkan secara fisiologi terjadi kerusakan jaringan
akibat infeksi dan kanker, sehingga pemberian analgetik tramadol akan mengurangi
nyeri yang disebabkan karena adanya kerusakan jaringan akibat infeksi dan
perkembangan sel kankernya. Keadaan seperti ini akan akan belangsung lama dan terus
dirasakan oleh Tn.S. Nyeri kronik ini perlu intervensi yang komprehensif dari tim yang
menangani Tn.S. Terapi non farmakologi secara umum mampu meningkatkan perasaan
nyaman pada pasien (Dunford, 2010). Pemberian terapi farmakologi dan non
farmakologi akan saling menguatkan dampak dalam menurunkan nyeri.
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
81
sehingga manifestasinya terjadi penurunan berat badan, selain itu dampak dari nyeri
dan kecemasan akan kondisi kesehatannya dapat memicu penurunan nafsu makan.
Pengkajian nutrisi Tn.S harus dilakukan dengan cermat dan tepat sesuai kebutuhan.
Menurut perhitungan kebutuhan metabolit basal dari Harris & Benedict, dalam Rasjidi
(2010) bahwa kebutuhan nutrisi pada pasien kanker untuk laki-laki seperti pada Tn. S
adalah 66.4730+(13.751 x 48)+(5.0033 x 164) – (6.7550 x 33) = 1324, 124. BMR
(basal metabolic requerement) adalah kebutuhan energi minimal yang dibutuhkan
tubuh untuk menjalankan proses tubuh yang vital. Jadi kebutuhan untuk Tn. S adalah
1.325 kalori.
Kekurangan nutrisi pada Tn.S diantaranya diakibatkan oleh rasa mual, dan muntah.
Keluhan mual dirasakan mengganggu kenyamanan pasien. Menurut Ruland & Moore,
(1998), perasaan nyaman diartikan sebagai kondisi yang terbebas dari
ketidaknyamanan, kemudahan, kepuasan kedamaian dan apapun yang membuat hidup
lebih mudah dan menyenangkan. Berdasarkan teori peaceful end of life, konsep nyaman
pada alur hubungan lima konsep ditunjukkan bahwa tujuan akhir yang ingin dicapai
setelah mendapatkan perawatan dan pengobatan adalah pencegahan komplikasi
(Alligood & Tomey, 2010). Penatalaksanan mual dan muntah akan berdampak pada
penurunan nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh. Malnutrisi akan terjadi dengan adanya
asupan nutrisi yang tidak adekuat akibat muntah dan mual. Pencegahan kompliksi yang
dijelaskan dalam teori peaceful end of life ditujukan untuk melakukan tindakan
pemenuhan nutrisi yang adekuat.
Intervensi yang diberikan pada Tn. S adalah melakukan pengkajian kebutuhan nutrisi
secara yang lengkap dan tepat, memonitor makanan dan cairan yang masuk dan
menghitung intake kalori, melakukan kolaborasi dengan diet terkait kebutuhan kalori
dan jenis nutrisi yang dibutuhkan pasien, memilihkan nutrisi tambahan yang tepat,
memberikan pasien nutrisi tinggi protein dan kalori, memonitor kadar albumin,
hemoglobin dan hematokrit. Saat ini pasien menerima terapi amiparen 1000cc per 24
jam dan NaCl 0,9% 1000cc tiap 24 jam. Tujuan pemberian nutrisi parenteral adalah
untuk menyediakan kalori non protein dan protein yang cukup untuk mencegah
katabolisme lebih lanjut dan mempromosikan protein. Nutrisi parenteral terbukti baik
untuk pasien sakit non kritis yang mengalami malnutrisi. Pemberian nutrisi parenteral
dapat mendukung sebagian kebutuhan kalori pada Tn. S karena nutrisi parenteral
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
82
langsung masuk kedalam sirkulasi pembuluh darah pasien, sedangkan nutrisi per oral
pada TN. S sebagian akan keluar melalui fistula sehingga pemberian nutrisi pada TN. S
melalui oral tidak dapat masuk terserap secara optimal. Adapun tujuannya pemberian
nutrisi adalah untuk meningkatkan penyembuhan luka, memperkuat fungsi kekebalan
tubuh, mempengaruhi homeostatis asam-basa mineral dan meminimalisasikan
kehilangan nitrogen obligat dalam kondisi katabolik paska injuri.
Pasien dengan stres ringan sampai sedang membutuhkan 25-35 Kkal/kg, kebutuhan
protein untuk menjaga keseimbangan nitrogen positif dibutuhkan sekitar 1,5- 2 gram
protein/kg berat badan ideal. Kalori non protein dapat diberikan melalui karbohidrat
dan lemak, dengan glukosa sebagai sumber energi yang utama. Minimal organ tubuh
memerlukan 100-150 g/hari, maksimal pemberian infus dektrosa 5 mg/kg/menit.
Kebutuhan lemak 0,5-1,0 g/kg/hari, maksimal 2,5 g/kg/hari (Rasjidi, 2010).
Pemberian terapi amiparen pada Tn. S akan memberikan kecukupan untuk pemenuhan
kebutuhan protein 200 gram, sedangkan kebutuhan protein pasien adalah 1,5 x 164 =
246 gram. Pemberian nutrisi secara parenteral merupakan suatu solusi karena
kemampuan pasien untuk menerima makanan melalui oral tidak dapat dilakukan.
Pasien sehari hanya mampu minum 300 ml per hari. Hal ini dimungkinkan karena
adanya perluasan massa tumor yang sudah mencapai gaster. Untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi pasien diberikan tambahan terapi nutrisi parenteral berupa clinimix.
Clinimix memiliki kandungan protein 9 gram dan 200 gram glukosa, dan elektrolit,
total kalori mencapai 510 kk dan nonprotein kalori mencapai 400 kk serta kabohidra
dan protein mencapai 4 kk/gram. Kebutuhan Tn. S mencapai 1.324 kk, sedangkan
nutrisi parental yang diberikan baru mencapai 510kk + 400kk + 261 =1.171 kk.
Berdasarkan perhitungan nutrisi pada Tn. S akan mengalami ketidakseimbangan nutrisi
jika tidak ditambah dengan asupan nutrisi lewat oral. Saat evaluasi pasien sudah
mampu menerima asupan nutrisi cair 50 ml tiap 6 jam. 1 ml nutrisi peroral mengandung
1 kalori, apabila terserap semua maka akan mendapatkan 300 kalori sehingga
kebutuhan 1.325 kalori pada Tn. S akan terpenuhi. Asupan nutrisi oral ini diharapkan
mampu memenuhi kekurangan dari nutrisi yang dibutuhkan oleh Tn. S.
Secara patofisiologi sel kanker banyak membutuhkan protein, karbohidrat dan lemak
untuk terus tumbuh dan bekembang, begitu juga organ tubuh yang sehat lainnya juga
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
83
ECF lebih dari 80% terjadi karena komplikasi pembedahan perut dengan insiden 0,8% -
2%. Sebagaian karena penatalaksanaan setelah operasi kanker usus dengan kondisi gizi
buruk dan sepsis. Fistula dapat berkembang sebagai akibat kerusakan pada
anastomosis, cidera yang tidak dikenal di usus selama operasi, sedangkan fistula
spontan dapat dikaitkan dengan penyakit divertikulosis, ulesertive yang berlubang dan
usu iskhemik. Aspek yang harus diperhatikan adalah perlindungan kulit, kuantitas
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
84
drainage, kemampuan menampung drainage sehingga kulit sekitar tidak terjadi iritasi
atau korosif akibat dari cairan atau drainage yang tidak tertampung dengan baik.
Tujuan dari perawatan fistula adalah perlindungan kulit, kenyamanan pasien sewaktu
mobilisasi, kemampuan menampung drainage dan bau, pengukuran volume jumlah
cairan, hemat biaya (Heodema & Suryadevara, 2010).
Berdasarkan hasil pengkajian pada Tn.S, cairan fistula yang keluar berwarna kehijauan
dengan bau serta cairan pus disekitar jahitan yang tidak menyatu. Nilai lekosit
mencapai 18,8 ribu, mengindikasikan adanya infeksi. Infeksi akan memperlama fase
inflamasi penyembuhan luka karena sel akan dihancurkan bakteri dan akan
menghambat kemampuan fibroblas untuk memproduksi kolagen. Aktifitas yang
dilakukan diharapkan akan dapat mencegah terjadinya infeksi sistemik yang beresiko
terhadap terjadinya sepsis. Terapi antibiotik sistemik merupakan terapi untuk infeksi
pada luka (Dealey, 2005).
Faktor yang menghambat penyembuhan luka Tn.S yang harus diperhatikan adalah
faktor nutrisi seperti kadar hemoglobin yang dibawah normal akan mempengaruhi
perfusi jaringan perifer termasuk pada daerah luka. Protein, karbohidrat dibutuhkan
untuk memenuhi suplai energi karena penghancuran jaringan akan menghasilkan
keseimbangan nitrogen yang negatif Keseimbangan nitrogen yang negatif akan
mengakibatkan gangguan imunitas yang beresiko menjadi infeksi. Karbohidrat
berkontribusi sebagai sumber energi untuk meningkatkan fungsi lekosit, makrofag, dan
fibroblas. Protein berperan sebagai respon imun fagositosit, angiogenesis, fibroblas,
proliferasi, sintesis kolagen dan remodelling luka.Vitamin C akan memberikan efek
pada sintesis kolagen, fungsi neutrofil, migrasi makrofag dan respon imun. Sedangkan
Zinc berguna untuk proliferasi sel, meningkatkan epitelisasi, dan meningkatkan
kekuatan kolagen (Dealey, 2005; Carville, 2007).
Konsep nyaman pada teori peceful end of life menjelaskan akan usaha dalam mencapai
kenyamanan dan pasien merasakan kenyamanan akan kondisinya sekarang. Adanya
fistula membuat pasien merasa terganggu dengan keadaannya sendiri. Fistula yang
terjadi pada Tn. S merupakan akibat pembedahan, infeksi, cidera atau peradangan
(Carville, 2005). Kerusakan dan infeksi ini akan menyebabkan komplikasi. Kerusakan
kolon secara langsung akan menyebabkan gangguan pada fungsi kolon dalam sistem
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
85
pencernaan. Komplikasi yang paling ditakuti karena adanya fistula adalah tingkat
morbiditas dan motalitas yang sangat tinggi (William, 2010). Intervensi keperawatan
yang akan dilakukan dengan pendekatan teori peceful end of life adalah manajemen
fistula merupakan suatu strategi yang dilakukan untuk memastikan pasien dalam
kondisi nyaman, terpenuhi kebutuhan cairan eletrolit, pemenuhan nutrisi yang adekuat,
menjaga integritas kulit sekitar fistula, mengelola eksudat dan bau serta mencegah
terjadinya infeksi (Carville, 2005).
Jumlah rat-rata cairan tubuh yang hilang dan dikosumsi tiap harinya pada orang yang
sehat adalah sekitar 2.500 ml. Mempertahankan proporsi cairan intraselular dan
ekstraseluler sangat penting untuk menjaga funsi tubuh tetap baik. Sekitar 90% dari
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
86
asupan air tubuh disuplai lewat gastrointestinal, sedangkan sisanya 10% diproduksi
secara internal. Cara yang sangat penting untuk melihat cairan tubuh hilang melalui
ginjal dengan urin yang dikeluarkan. Mekanisme hormon dikendalikan untuk menjaga
keseimbangan cairan tubuh dengan mengendalikan laju air dan elektrolit dalam urin
(Dalal, 2004).
Pencegahan komplikasi dari alur konsep nyaman pada teori peaceful end of life
menjadikan dasar pemenuhan kebutuhan cairan tubuh. Pencegahan monitoring
pembebasan ketidaknyamanan fisik dapat diimplementasikan dengan memberikan
tindakan fluid management yang mempunyai tujuan yang sama dalam mengelola dan
mencukupi kebutuhan cairan tubuh. Gejala yang ketidaknyamanan akan muncul dengan
disertai tanda fisik dari kekurangan cairan. Kelembaban mukosa mulut yang kering,
nadi kecil dan cepat dan tekanan darah orthostatik terjadi merupakan bentuk gejala
yang akan mengganggu kenyamanan.
4.1.6 Ansietas
Cemas merupakan perasaan gelisah dari ketidaknyamanan atau rasa takut berhubungan
dengan perasaan keprihatinan karena adanya ancaman dari bahaya. Kecemasan klien
akan terus berkembang karena kesembuhannya berjalan lambat. Rasa sakit yang terus
menerus dirasakan oleh klien akan menambah dan meningkatkan rasa gelisah klien.
Pengkajian harus bepusat pada pasien untuk memberiakan bantuan penuh pada pasien,
identifikasi harapan dari pasien, partisipasi pasien dalam perawatan dan keterlibatan
keluarga selama perawatan. Pengkajian khusus terkait etnik, budaya, latar belakang
akan berdampak pada proses keperawatan dalam merencanakan tindakan yang tepat
(Halter, 2012). Pendekatan teori peaceful end of life terkait pengkajian yang spesifik
pada pasien dengan sakit parah seperti Tn. S adalah menggali perasaan damai.
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
87
Kedamaian pada teori ini merupakan suatu perasaan tenang, harmoni, dan kepuasan.
Bebas dari ketakutan, kekawatiran dan kecemasan (Ruland & Moore, 1998).
Pengkajian kecemasan pada kasus kelolaan ini juga dikuatkan dengan adanya
pengkajian ESAS yang memberikan gambaran secara jelas tingkat keparahan dari
kecemasannya. Skor ESAS pada Tn. S adalah 5 yang artinya pasien merasa adanya
kekawatiran pada tingkat menengah. Tingkatan ringan, sedang, dan berat di
kelompokkan dengan melihat kondisi pasien itu sendiri. Tingkatan cemas ringan akan
disampaikan pasien dengan batasan kecemasan tersebut belum mengganggu aktifitas
kerja sehari-hari pasien, sedangkan cemas sedang sudah mulai mengganggu aktifitas
kerja pasien sehingga pasien harus beristirahat. Pada kecemasan berat, pasien sudah
tidak dapat melakukan aktifitas sama sekali.
Pendekatan teori peaceful end of life pada masalah cemas yang dirasakan oleh Tn. S
adalah memasukkan kedalam konsep damai. Damai pada teori ini adalah perasaan
tenang, harmoni, dan kepuasan. Bebas dari ketakutan, kekawatiran dan kecemasan.
Perasaan tenang berawal dari kepuasan atas apa yang ingin dicapai dalam
kehidupannya (Ruland & Moore, 1998). Tujuan hidup yang tidak rasional dilakukan
pada saat sakit seperti ini akan menimbulkan perasaan kecewa terhadap dirinya sendiri.
Sering bertanya tentang sakitnya apakah bisa sembuh dan terlihat bingung apa yang
harus dilakukan merupakan gejala dari perasaan jauh dari kedamaian. Menurut
Alligood & Tomey, (2010) konsep damai dapat dicapai dengan terus memberikan
dukungan emosional kepada pasien, memonitor pasien akan kebutuhan obat anti cemas,
berusaha membangkitkan kepercayaan diri pasien.
Kondisi Tn. S yang telah menjalani perawatan yang lama dan penurunan kondisi seperti
sekarang ini merupakan permasalahan yang dirasakan oleh pasien, hal ini terlihat
dengan sering menanyakan apakah saya akan sembuh. Teori peaceful end of life ini
memberikan perhatian yang besar akan permasalahan seperti ini. Fokus pada intervensi
yang ditujukan untuk memberikan suasan tenang, selaras dan harmoni seperti harapan
pasien untuk mencapai kepuasan yang realistis (Ruland & Moore, 1998). Awal mula
dari munculnya teori ini adalah memberikan sesuatu yang berarti kepada pasien yang
sakit parah. Menjaga keberadaan pasien dengan selalu menghargai pasien dan
menciptakan suasana kekeluargaan selama perawatan dengan melibatkan orang-orang
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
88
yang terdekat kepada pasien akan memberikan menghilangkan kekawatiran pasien akan
dirinya nanti.
Intervensi yang dilakukan pada Tn. S adalah anxiety reduction. Tindakan ini mengacu
pada standar NIC dengan melakukan pendekatan yang dapat menentramkan perasaan
pasien, menjelaskan semua prosedur yang akan dilakukan, memberikan informasi yang
nyata tentang diagnosis dan pengobatannya. Reduksi kecemasan adalah
meminimalisasikan rasa gelisah, tidak nyaman, rasa takut dan kawatir terhadap sumber-
sumber yang dianggap membahayakan dirinya. Ancaman terhadap ketidaksembuhan
pasien harus didiskusikan kembali akan makna sembuh bagi pasien. Kesembuhan yang
harus disepakati adalah terbebas dari keluhan-keluhan yang menjadi alasan pasien
dirawat dirumah sakit, dapat melakukan aktifitas sehari-hari tanpa adanya keluhan.
Kondisi Tn. S yang saat ini masih merasa nyeri, lemah, luka yang belum menutup
merupakan target perawatan yang harus segera mendapat intervensi yang tepat.
Berdasarkan penelitian Lorenzo, (2004) menunjukkan bahwa penyediaan sumber
informasi yang dibutuhkan pasien memiliki efek yang positif dalam mengurangi
kecemasan dan depresi tinggi. Pemberian informasi dan komunikasi yang tepat dalam
melakukan intervensi akan meningkatkan ketenangan pasien. Penggunaan media seperti
buku, kaset, vidio ataupun sumber-sumber informasi lain dapat meningkatkan kualitas
hidup mereka.
Terapi relaksasi sangat efektif dalam mengatasi peningkatan depresi, kecemasan, dan
stres. Tindakan ini direkomendasikan sebagai salah satu intervensi keperawatan pada
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
89
pasien dengan kanker (Khasani, 2012). Tindakan nafas dalam dilakukan pasien ketika
ketika timbul perasaan kurang nyaman sehingga pasien dapat beradaptasi dengan
kecemasannya dengan skor ESAS 2. Hal ini ditunjukkan dengan wajah yang lebih rilek
dan tenang. Pernafasan dan relaksasi yang dilakukan sendiri dapat memainkan peranan
penting dalam meningkatkan kualitas hidup pasien kanker (Dhillon, 2009). Penerapan
teknik relaksasi ini menjadi tindakan yang padat dilakukan pasien ketika merasa tidak
nyaman, sehingga adanya peningkatan kecemasan tidak berlanjut kedalam tingkatan
yang lebih berat.
Tujuan hidup Tn. S sekarang harus melihat kondisi saat ini, sehingga tujuan yang
positif yang berasal dari suatu keinginan dapat terpenuhi oleh pasien. Pendekatan
spiritual dalam merumuskan tujuan hidup akan lebih terasa bermakna dalam kehidupan
yang akan dijalani selanjutnya, sehingga mendapatkan manfaat dan kepuasan secara
spiritual. Kepuasan merupakan bentuk perasaan sukses akan keberhasilan mencapai
tujuan yang ditentukannya. Kehidupan yang harmoni dan selaras dengan tercapainya
tujuan hidup menjadi salah satu keinginan yang harus direncanakan oleh pasien.
Pendekatan psikososial dan spiritual akan lebih berperan dalam menciptakan
keharmonian diri pasien (Ruland & Moore, 1998).
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
90
Hubungan antara lima konsep utama teori peaceful end of life memberikan acuan yang
jelas kepada perawat dalam menerapkan konsep intervensi damai. Memberikan
panduan praktis dan memberikan bantuan fisik merupakan intervensi yang dapat
dilaksanakan dalam mengelola pasien kanker dengan pendekatan teori ini (Alligood &
Tomey, 2010). Intervensi dalam konsep teori peaceful end of life juga menekankan
adanya pencegahan komplikasi pada Tn. S. Tidak adanya mobilisasi dalam waktu yang
yang lama akan menyebabkan kekuatan otot menjadi melemah dan jika tidak dilakukan
ROM persendian pasien dapat mengalami kekakuan. Memberikan penjelasan akan
pentingnya latihan dan dukungan yang positif pada Tn.S akan menghindarkan dampak
komplikasi kontraktur sendi ataupun atropi otot ekstremitas.
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
91
Analisis dari tindakan yang telah dilakukan untuk mengatasi masalah hambatan
mobilitas pada Tn. S berjalan dengan baik. Dorongan dan keinginan yang kuat pada
diri pasien untuk dapat beraktifitas secara mandiri menjadikan program mobilasi dapat
dilakukan dengan baik. Latihan pada Tn. S mulai dari miring kanan dan kiri, duduk
berdiri dan pada akhirnya mampu melakukan kegiatan personal hygiene secara
mandiri. Peran serta keluarga dalam memandirikan pasien juga memberikan dampak
tersendiri terhadap pasien.
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
92
kanker payudara, kaker servik, kanker tiroid, kanker kolon, kanker KNF, kanker
ovarium, kanker rekti, kanker hepatoma, tumor soft tissue, AML, LMNH, kanker
endometrium dan kanker buli-buli.
Kasus kanker kolon dan rektum yang penulis kelola karena sebagian besar pasien yang
menderita kanker kolon dan rektum disertai tindakan kolostomi ataupun ileostomi.
Tindakan kolostomi dan ileostomi memerlukan suatu intervensi keperawatan yang
khusus dalam pengelolaannya. Edukasi perawatan kolostomi dan ileostomi, penulis
lakukan dengan penerapan EBN. Penulis melakukan penerapan edukasi tentang
perawatan kolostomi dengan menggunakan audiovisual. Edukasi dengan mengunakan
audovisual ini dapat mempermudah penerimaan pasien dalam merawat kolostomi atau
ileostominya.
Keluhan nyeri merupakan keluhan yang hampir dirasakan oleh pasien kanker. Ada
duapuluh empat dari tigapuluh pasien kelolaan yang mengeluh adanya nyeri. Tingakat
nyeri yang dirasakan oleh pasien sangat berfariasi, namun skala nyeri sedang dan berat
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
93
yang lebih banyak muncul pada kasus kelolaan. Nyeri yang timbul pada pasien kanker
merupakan manifestasi dari kerusakan jaringan akibat dari pertumbuhan sel kanker.
Berdasrkan data, insiden nyeri pada pasien kanker sekitar 38-65%, sedangkan pada
kanker stadium lanjut dapat mencapai 74%. Nyeri pada pasien kanker merupakan suatu
fenomena subjektif yang dihubungkan karena dampak fisik atau non fisik. Faktor fisik
berasal dari tubuhnya sendiri akibat dari terapi, tindakan penatalaksanakan yang
diberikan kepada pasien. Nyeri yang ditumbulkan akibat pertumbuhan sel tumor
mencapai 70%. Mekanisme nyeri dimulai dari infiltrasi tumor ke jaringan, ulserasi
jaringan, penekanan intrakranial, dan infiltrasi ke jaringan saraf dan organ yang terkena
(Rasjidi, 2010).
Terapi untuk nyeri kanker seharusnya bersifat komprehensif yang meliputi aspek fisik,
psikologis, sosial dan spiritual. Fenomena masih ditemukannya keluhan nyeri pada
pasien yang sedang menjalani perawatan. Meskipun panduan penatalaksanaan nyeri
sudah banyak dipublikasikan namun tetap saja masih terdapat halangan terkait pasien
dan tenaga kesehatan. Pertimbangan akan efek samping yang minimal dengan
pemberian anti nyeri untuk menurunkan nyeri pasien. Pengetahuan tentang konsep
dasar untuk mengontrol nyeri pada pasien kanker adalah mulai dari kemampuan
berkomunikasi, perencanaan program, dan kepercayaan antara pasien dan tenaga
kesehatan (Rasjidi, 2010).
Nutrisi merupakan bagian yang terpenting dalam proses penyembuhan kanker. Jumlah
asupan protein, karbohidrat, lemak, mineral dan vitamin memegang peranan penting
terhadap metabolisme tubuh. Asupan nutrisi dan buah-buahan sering dikaitkan dengan
penurunan resiko kanker. Adanya antioksidan yang terdapat pada nutrisi dilaporkan
dapat menurunkan kanker, namun penigkatan berat badan dan perilaku perokok
mempunyai resiko yang besar terjadinya kanker (Boyle, 2008). Merujuk diet yang
disarankan oleh World Cancer Fund (WCRF) dan American Institute for Cancer
Research (AICR) yang merekomendasikan diet, aktifitas dan manajemen berat badan
untuk pencegahan secara komprehensif dilaporkan mampu meningkatkan usia harapan
hidup pada pasien kanker (Vergenaud, 2013)
Penurunan berat badan dan disertai dengan penurunan nilai albumin, hemoglobin
merupakan hasil dari menejemen nutrisi yang tidak adekuat. Kondisi nutrisi pasien
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
94
diperburuk dengan adanya keluhan mual, muntah, dan tidak nafsu makan pasien saat
menjalani perawatan. Asupan nutrisi oral yang kurang baik akan menyebabkan
penurunan kondisi tubuh dari pasien kanker. Prioritas dalam perawatan pasien dengan
penyakit kanker salah satunya adalah kecukapan gisi. Terpenuhinya gisi akan
meningkatkan kemampuan tubuh dalam menerima terapi atau tindakan yang akan
dilakukan.
Pendekatan teori peaceful end of life sangat tepat diterapkan pada pasien dalam kasus
kelolaan. Teori ini mampu memberikan kontribusi dalam peningkatan pengetahuan
terutama tentang intervensi yang dapat dilakukan oleh perawat dalam menciptakan
atau membantu pasien dalam mencapai akhir hidup yang damai. Akhir kehidupan
yang damai menjadi harapan baru untuk pasien terminal atau paliatif. Keterbukaan
untuk melihat kenyataan yang sebenarnya melalui diskusi yang positif akan
memberikan kesadaran untuk bertindak secara rasional (Ruland & Moore, 1998).
Penerapan teori ini dapat memberikan inspirasi atau ide baru perawat dalam
menjalankan tugasnya dalam merawat pasien paliatif. Perasaan damai, nyaman,
dihargai, dan adanya kedekatan dengan keluarga serta terbebas dari rasa sakit
merupakan impian yang ingin dicapai pasien paliatif.
Kondisi sakit yang parah pada pasien akan menempatkan keluarga sebagai bagian
yang penting. Keterlibatan keluarga dalam perawatan menjadi bagian yang harus
diutamakan selain mengelola keluhan pasien. Proses asuhan keperawatan pada pasien
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
95
paliatif akan menempatkan intervensi keperawatan yang sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai oleh pasien. Pengkajian yang dilakukan diharapkan mencakup masalah
rasa nyeri, merasakan adanya ketidaknyamanan, perasaan tidak bermartabat dan
dihormati, tidak merasakan adanya kedamaian, dan merasakan tidak adanya
kedekatan dengan orang yang bermakna (Alligood & Tomey, 2010).
Hampir semua pasien kelolaan melaporkan adanya keluhan yang dirasakan secara
umum meliputi masalah rasa nyeri, merasakan adanya ketidaknyamanan, perasaan
tidak bermartabat dan dihormati, tidak merasakan adanya kedamaian, dan merasakan
tidak adanya kedekatan dengan orang yang bermakna. Fokus pada pengkajian dengan
pendekatan teori peaceful end of life adalah menciptakan kenyamanan, kedamaian
dengan melibatkan keluarga (Alligood & Tomey, 2010). Seringkali prioritas pasien
dalam perawatan adalah kualitas hidup dan bukan kesembuhan dari penyakitnya.
Pasien lebih cenderung untuk memilih hidup yang singkat, namun bahagia daripada
hidup yang lama tapi penuh dengan keterbatasan dan ketergantungan (Rasjidi, 2010).
4.3 Edukasi Perawatan Kolostomi dengan Audovisial Sebagai Evidence Based Nursing
Stoma merupakan suatu lubang yang ada di dinding perut hasil dari tindakan operasi
yang dilakukan oleh dokter yang bertujuan untuk mengeluarkan feses. Pembuatan stoma
bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien, meskipun kondisi ini dapat
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
96
mempengaruhi pasien secara individu karena pasien akan lama hidup dengan stoma.
Kondisi kehidupan pasien dengan stomanya sampai bertahun-tahun dan bisa selamanya
hidup dengan stoma. Edukasi perawatan stoma yang dilakukan oleh perawat diharapkan
akan meningkatkan kualitas hidup dari pasien (Danielsen, 2013).
Pasien dengan stoma menghadapi isu, anggapan tabu akan tindakan seperti ini
menyebabkan pasien malu dan tertekan. Proses rehabiltitasi dengan memberikan
informasi, pendidikan, dorongan dan konseling akan meningkatkan kualitas hidup
mereka menjadi meningkat (Diament, 2009). Upaya dalam meningkatkan pengetahuan
diantaranya dengan memberikan informasi melalui edukasi yang jelas dan tersetruktur
sesuai dengan kebutuhan pasien. Penerapan eveidence base practice tentang perawatan
sangat dibutuhkan oleh pasien.
Edukasi merupakan salah satu tindakan yang penting dalam asuhan keperawatan
Pembentukan kolostomi merupakan suatu tindakan yang biasa dilakukan setalah
dilakukan operasi kolorektal. Sebelum dilakukan tindakan pembentukan kolostomi
dilakukan suatu tindakan konseling atau edukasi tentang stoma, terutama perawatan
kolostomi yang bertujuan untuk mempercepat kemandirian pasien dalam merawat
kolostominya setelah operasi dan untuk mempercepat rawat lama tinggal dirumah sakit.
Perbandingan antara pasien yang diberikan konseling dan edukasi sebelum operasi
dengan yang tidak diberikan edukasi dan konseling terjadi perbedaan dalam masa rawat
dirumah sakit. Bedasarkan hasil penelitian dari Younis, J., Salemo, G, Fanto, D.,
Hdjipavlou M., Chellar D., Trickett, J.P. (2011), yang berjudul focused preoperative
patient stoma education, prior to ileostomi formation after anterior resection,
contributes to areduction in delayed discharge within the enhanced recovery programme
meneliti 120 pasien yang dilakukan ileostomi dengan tidak dilakukan konseling
menunjukan bahwa masa perawatan rata-rata mencapai 14 hari dengan rentang waktu 7-
25 hari, sedangkan pasien yang dilakukan konseling dan edukasi rata-rata masa
perawatan dirumah sakitnya 8 hari dengan rentang 3–17 hari. Penelitian ini juga
didukung oleh penelitian Danielsen dan Rosenberg, (2014) tentang health related of life
may increase when patient with a stoma attend patient education menunjukkan bahwa
edukasi yang tepat sebelum operasi dapat mengurangi waktu perawatan dengan
mempercepat kemahiran dalam perawatan stoma selain itu juga membantu meningkatkan
pengetahuan pasien tentang stoma.
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
97
Hasil penerapan EBN tentang perawatan kolostomi dengan audovisual sebelum operasi
yang penulis lakukan di Rumah Sakit Kanker Dharmais menunjukkan bahwa setelah
dilakukan edukasi pasien dan keluarga merasa lebih siap menghadapi tindakan yang akan
dilakukan. Pengetahuan pasien yang hanya tahu tentang stoma berdasarkan penjelasan
saja menjadi lebih jelas dengan melihat langsung melalui edukasi perawatan stoma
dengan audovisual. Kejelasan penjelasan dalam edukasi merupakan salah satu tujuan
utama seorang edukator dalam melakukan tindakannya. Edukasi dan konseling tentang
perawatan stoma merupakan tindakan yang sangat penting yang dilakukan oleh perawat,
karena tanpa adanya informasi yang jelas dan benar pasien akan mencari informasi pada
sumber-sumber informasi yang tidak jelas. Edukasi sebelum dan sesudah operasi
menunjukkan secara signifikan dapat meningkatkan ketrampilan pasien dalam mengelola
stoma dan secara psikologis pasien dapat menerima keberadaan stoma pada dirinya.
Kemampuan pasien dalam ketrampilan perawatan stoma akan mempercepat masa rawat
dirumah sakit, sehingga tingkat keberhasilan dalam program rehabilitasi berjalan sukses
(O Cannor, 2005).
Edukasi yang dilakukan pada penerapan EBN ini, penulis juga mendiskusikan tentang
aktifitas yang boleh dilakukan, diet, alasan dibuatkan stoma, bagaimana menjalankan
ibadah dan jenis stoma serta apa yang dikeluarkan oleh stoma. Pasien dimungkinkan
akan merasa kawatir tentang efek stoma pada kehidupan mereka selanjutnya.
Kemampuan untuk bekerja dan beraktifiatas akan menjadi masalah yang akan dihadapi
pasien kedepan, namun dengan penjelasan yang dilakukan selama edukasi perawatan
stoma pasien dapat mengerti dan merasa lebih baik. Audovisual yang digunakan oleh
penulis untuk edukasi ini diambil dari edukasi perawatan stoma yang dibuat oleh dunsac
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
98
salah satu produsen kantung stoma. Gambaran pada audovisual ini menggunakan pasien
stoma yang secara sederhana dan mandiri melakukan perawatan stoma.
Tujuan edukasi perawatan stoma adalah untuk mengajarkan pasien tentang perawatan
stoma sehingga pasien secara mandiri dapat melakukan perawatan stoma. Kemandirian
pasien ini diharapkan akan mempercepat masa rawat dan ketergantungan pasien dengan
perawat stoma. Pada pelaksaan penerapan edukasi perawatan dengan audovisual ini,
penulis menemukan adanya dampak yang sangat penting dari sekedar kemampuan
ketrampilan merawat stoma yaitu adanya empowering pasien setelah melihat vidio
perawatan stoma. Vidio perawatan ini memberikan inspirasi akan kondisi pasien
selanjutnya. Gambaran perawatan stoma yang sederhana dan mudah mampu memotivasi
pasien, bahwa setelah operasi akan mampu melakukan perawatan secara mandiri seperti
apa yang dilihat dalam vidio perawatan stoma. Penelitian Metcalf (1999), tentang stoma
care empowering patient through teaching practical skill menunjukkan bahwa dalam
proses edukasi perawatan stoma yang dilakukan oleh perawat spesialis akan mampu
membantu adaptasi pasien dengan meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan. Hal ini
memperkuat hasil penerapan EBN tentang perawatan kolostomi yang penulis lakukan,
bahwa edukasi yang dilakukan juga berdampak pada keinginan dan dorongan yang besar
untuk melakukan perawatan secara mandiri.
Pelaksaanaan edukasi dengan menggunakan vidio melalui smartphone atau laptop yang
penulis lakukan dapat menghasilkan penerimaan yang dirasakan mudah oleh pasien.
Setiap evaluasi yang dilakukan setelah pasien melihat edukasi dengan audiovisual ini
pasien berespon positif dengan mengatakan mudah untuk melakukan perawatan stoma.
Keinginan yang kuat dari pasien juga terlihat dengan meminta vidio perawatan stoma
kepada penulis. Durasi edukasi perawatan stoma ini sekitar 3 menit, sehingga sangat
efektif dan efisien dilakukan oleh perawat. Pelaksanaan edukasi perawatan stoma dengan
audovisual ini tidak membutuhkan waktu yang lama dan yang lebih utama adalah pasien
dapat lebih mengerti dan jelas dengan gambaran cara perawatan stoma dengan mudah.
Selama melakukan edukasi perawatan kolostomi yang dilakukan sebelum operasi, pasien
sangat kooperatif dan mampu mengikuti edukasi yang penulis lakukan. Pasien
mengatakan akan dilakukan kolostomi dan sudah diberikan penjelasan tentang
kolostomi. Pasien mengetahui kolostomi itu membuat lubang didinding perut sebagai
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
99
pengganti dubur, namun pasien tidak bisa membayangkan bagiamana keadaan seperti itu.
Setelah melihat vidio perawatan stoma yang penulis berikan pasien merasa lebih tahu
kedapan kondisi dirinya akan seperti itu. Penjelasan yang sering dilakukan sampai saat
ini belum banyak menggunakan alat seperti audovisual. Pengamatan penulis rata-rata
teknologi smartphone telah dimiliki oleh perawat dan pasien yang ada di Rumah Sakit
Kanker Dharmais. Penggunaan Smartphone ini dapat mempermudah perawat dalam
melakukan tindakan perawatan yang salah satunya untuk edukasi.
Penerapan edukasi dengan audovisual ini merupakan hasil dari penelitian Sanjay
Chaudhri, M.S., F.R.C.S., Lesley Brown, R.G.N., Imran Hassan, M.D., Alan F. Horgan,
M.D., F.R.C.S.(Gen) dengan judul Preoperative Intensive, Community-Based vs.
Traditional Stoma Education yang dilakukan pada tahun 2005. Hasil penelitian ini
menunjukkan kemandirian pasien lebih cepat, lama rawat pasien lebih singkat, cost-
efffectiveness pada kelompok intervensi dapat menghemat $ 2.104 setiap pasiennya serta
nilai rata-rata tingkat kecemasan dan depresi pada kelompok intervensi lebih rendah dari
kelompok kontol. Hasil penelitian ini masih relevan untuk diaplikasikan oleh klinisi
dalam melakukan pendidikan kesehatan tentang perawatan kolostomi dan ileostomi
dengan menggunakan media audovisual. Penggunaan media audiovisual dapat
memberikan gambaran yang lebih jelas kepada pasien dan keluarga. Penerapan hasil
penelitian ini sangat memungkinkan untuk diaplikasikan di rumah sakit. Penggunaan
smartphone dapat mempermudah dalam pelaksanaa pendidikan kesehatan menggunakan
audovisual.
Berdasarkan hasil evaluasi dari pelaksanaan kegiatan evidence based nursing tentang
perawatan kolostomi ini dapat diaplikasikan sebagai salah satu program edukasi untuk
promosi kesehatan pasien. Alasan penerapan edukasi perawatan kolostomi dengan
audiovisual ini dapat diaplikasi adalah waktu atau durasi film yang hanya 3 menit. Waktu
yang singkat ini memberikan kesempatan perawat yang sibuk dapat melakukan edukasi.
Singkatnya film ini tidak mengurangi isi yang harus disampaikan kepada pasien untuk
meniru perawatan kolostomi. Gambaran perawatan kolostomi yang sederhana dan praktis
yang ditunjukkan dalam film perawatan kolostomi juga memberikan keyakinan pada
pasien akan kemampuannya merawat kolostominya nanti setelah dioperasi. Media
audiovisual sebagai alat saat ini mudah didapatkan. Penggunaan smartphone oleh
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
100
Kesimpulan dari evidence based nursing tentang perawatan kolostomi ini bahwa edukasi
dengan media audiovisual dapat di aplikasikan di RSKD Jakarta. Pengembangan edukasi
dengan audiovisual ke depat dapat dikembangkan dengan memanfaatkan fasilitas TV
kabel yang ada di RSKD. Ketersediaan fasilitas untuk mengakses film-film yang berisi
tentang edukasi baik sebagai promosi kesehatan ataupun memberikan informasi tentang
pencegahan, pengobatan, atau rehabilitatif, sehingga tayangan televisi yang ada dirumah
sakit dapat memberikan pengetahuan bagi pasien dan keluarga.
Konsep teori peaceful end of life sangat relevan diterapkan pada pasien yang sakit parah
atau dalam kategori terminal seperti pasien kanker dengan kolostomi. Penderitaan yang
dirasakan pasien akan penyakitnya terus ditambah dengan adanya kolostomi di perunya
akan semakin menambah beban yang harus dirasakan terus-menerus oleh pasien. Kondisi
seperti ini perlu mendapatkan perhatian yang khusus sehingga tidak terjadi koping yang
maladaptif. Pendekatan teori peaceful end of life memberikan suatu solusi dalam
pengelolaan pasien dengan sakit kanker. Struktur teori peaceful end of life menempatkan
sistem kekeluargaan sebagai bagian utama dari pasien yang sakit terminal. Pasien akan
menerima perawatan secara profesional di rumah sakit. Proses asuhan keperawatan akan
menetapkan dan merancang intervensi keperawatan sangat mempertimbangkan tujuan-
tujuan yang ingin dicapai oleh pasien, diantaranya; bebas dari rasa nyeri, merasakan
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
101
Pengkajian yang digunakan untuk menggali data subjektif yang lebih spesifik dapat
dilakukan dengan menggunkan instrumen ESAS. Instrumen pengkajian ESAS mampu
menggali data subjektif dengan akurat. Praktik residensi yang penulis lakukan dalam
rangka praktik inovasi ini penulis dan kelompok praktikan di Rumah Sakit Kanker
Dharmais mengembangkan pengkajian spesifik yang terjadi di area onkologi adalah
pengkajian pasien paliatif. Pengkajian ESAS dapat dijadikan acuan dalam pengkajian
palitif untuk memonitor perkembangan keluhan pasien secara sistematis dan dinamis
dalam pengelolaan asuhan keperawatan.
Keluhan-keluhan yang dirasakan pasien paliatif merupakan suatu respon pasien yang
harus ditindaklanjuti untuk mendapat perawatan yang cepat dan tepat. Setiap respon dari
keluhan pasien pada pengkajian ESAS ini tercatat secara sistematis dengan
menggunakan grafik yang mampu memberikan informasi secara kontinyu dari hari
kehari. Pentingnya observasi dan monitoring karena dapat digunakan sebagai salah satu
landasan akan tindakan yang harus diberikan kepada pasien. Pasien paliatif terutuma
pasien kanker memiliki kekhususan gejala dan penatalaksanaan gejala secara intensif
karena pada dasarnya penyakit yang diderita tidak dimungkinkan untuk disembuhkan
secara medis. Oleh karena itu penatalaksanaan difokuskan untuk mengatasi keluhan-
keluhan yang dirasakan. Adanya data yang akurat akan keluhan yang dirasakan pasien
akan mampu memberikan dampak yang positif atau terjadinya peningkatan kualitas
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
102
hidup. Hidup tidak terus menderita dengan keluhan-keluhan yang tidak tertangani
dengan baik.
Berdasarkan penelitian Joaqium, A., Custodiol, S., Oliveira, A., Pimentel, F.L. yang
berjudul differnces between cancer patient’ symptoms reported themselves and in
medical records pada tahun 2012 menyatakan bahwa keluhan yang paling sering
dirasakan oleh pasien dengan penyakit kanker adalah kelelahan, nyeri, insomnia, mual,
muntah, dyspnea, konstipasi dan diare. Penemuan ini sejalan dengan hasil penelitian dari
Bruera pada tahun 1991. Beliaunya mengembangkan Edmonton Symptom Assessment
System (ESAS) dalam lembar pengkajian yang valid dan reliabel yang mampu mengkaji
dan menggali 9 atau lebih gejala umum yang dialami oleh pasien kanker. ESAS adalah
suatu instrumen kunci pengkajian dalam proyek integrasi perawatan paliatif (Richardson,
2011; Lucey, 2012). ESAS dikembangkan untuk menilai gejala sehari-hari yang
dirasakan oleh pasien kanker (Carjaval, 2011).
Pengkajian ESAS menganggap keparahan pasien paliatif dapat dilihat dengan kehadiran
sembilan gejala umum yang meliputi keluhan; nyeri, kelelahan, nausea, depresi, cemas,
mengantuk (drowsines), nafsu makan, mood (perasaan saat ini), dan sesak. Keluhan
gejala ini digunakan sebagai instrumen evalusai dalam penilaian kulaitas hidup dari
pasien paliatif. Penilaian dalam ESAS ini dilakukan dengan melakukan penilaian skor
dari angka 0 yang berarti tidak ada gejala sampai angka 10 yang berarti gejala dirasakan
sangat parah. Hasil penilaian ESAS yang tinggi menunjukkan tingkat keparahan yang
besar. Bersarkan hasil penelitian Moro, (2005) yang berjudul edmonton symptom
assessment scale: italian validation in two palliative care setting melakukan validasi
tentang ESAS yang pada akhir kesimpulan menagatakan bahwa ESAS dianggap
instrumen pengkajian yang valid, layak dan dapat diandalkan untuk pengakajian atau
penilaian gejala fisik yang dilakukan secara rutin.
Proses penerapan teori peaceful end of life dimulai dengan melakukan suatu pengkajian
yang komprehensif. Pengembangan pengkajian pada konsep perawatan paliatif sangat
memperhatikan masalah-masalah yang dirasakan oleh pasien. Gangguan akan sangat
dirasakan oleh pasien manakala penganganan dan pengelolaan akan masalahnya tidak
diatasi dengan baik. Kepuasan, kedamaian dan harmonisasi kehidupan yang ditawarkan
oleh teori peaceful end of life diperlukan suatu pengkajian yang sistematis dan terukur.
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
103
Pengkajian ESAS dikembangkan pada area yang menempatkan pada keluhan yang
dirasakan oleh pasien. Kondisi pasien yang tidak memungkingkan disembuhkan
penyakinya diharapkan tidak lagi merasakan keluhan-keluhan yang mengganggu akhir
kehidupannya.
Keluhan-keluhan yang bersifat subjektif ini dapat disajikan dalam bentuk grafik sehingga
perkembangan, penurunan dan peningkatan keluhan dapat termonitor. Pengkajian ESAS
mampu menyajikan keluhan yang biasa dirasakan oleh pasien paliatif. Hilangnya
keluhan pasien akan membuat kedamaian dan kepuasan dalam menjalani perawatan.
Konsep kedamaian merupakan salah satu bagian dalam teori peaceful end of life yang
mengedepankan perasaan tenang, harmoni, dan kepuasan. Bebas dari ketakutan,
kekawatiran dan kecemasan (Ruland & Moree, 1998).
Pengkajian ESAS dapat diterapkan dalam teori peaceful end of life dengan memasukkan
item pengkajian ESAS ke dalam lima konsep yang ada dalam teori peaceful end of life.
Konsep nyeri akan diperkuat oleh hasil pengkajian nyeri. Konsep nyaman akan lebih
lengkap dengan masuknya keluhan yang mengganggu kenyamanan seperti ESAS mual,
muntah, penurunan nafsu makan, kelelahan. Konsep damai juga dilengkapi dengan
ESAS depresi, ESAS cemas, ESAS perasaan suasana hati. Pengkajian ESAS ini
melengkapi dan memperkuat pengkajian dengan menerapkan teori peaceful end of life.
Aplikasi dalam asuhan keperawatan dengan pendekatan teori peaceful end of life dan
penerapan pengkajian ESAS semakin meningkatkan kualitas dari asuhan keperawatan
terutama dalam proses pengkajian dan evaluasi. Alasan yang mendasari kedekatan
pengkajian ESAS dan teori peaceful end of life ini adalah kesamaan kondisi pasien
dengan penyakit terminal atau sakit yang parah yang membutuhkan perawatan paliatif.
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
104
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab 5 ini berisi kesimpulan dari uraian yang terkait dengan asuhan keperawatan dengan
pendekatan teori peaceful end of life, penerapan EBN dan aplikasi proyek inovasi pengkajian
ESAS yang dilakukan di Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta.
5.1 Kesimpulan
Penerapan lima konsep teori peaceful end of life dalam pengelolaan asuhan keperawatan
dapat dijadikan kerangkan kerja dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai oleh pasien
dengan kanker yaitu mencapai kehidupan yang damai. Pendekatan lima konsep ini
meliputi; tidak nyeri, nyaman, dihargai, damai dan kedekatan. Fokus teori peaceful end
of life bukan pada kematian, namun lebih mengarah pada pencapaian kehidupan yang
damai, berarti bagi keluarga dan orang lain diakhir kehidupannya. Teori peaceful end of
life sangat tepat diterapkan pada pengelolaan asuhan keperawatan pada pasien kanker
karena teori ini dengan lima konsepnya mampu menilai secara spesifik kondisi pasien
dengan penyakit kanker.
Penggunaan pengkajian ESAS dalam pengelolaan pasien kanker mampu menggali data
subjektif dan yang lebih spesifik. Pengkajian ESAS ini mencatat secara sistematis
dengan menggunakan grafik yang mampu memberikan informasi secara kontinyu dari
hari kehari. Pengkajian ESAS menganggap keparahan pasien kanker atau paliatif dapat
dilihat dengan kehadiran sembilan gejala umum yang meliputi keluhan; nyeri,
kelelahan, nausea, depresi, cemas, mengantuk (drowsines), nafsu makan, mood (perasaan
saat ini), dan sesak. Pengkajian ESAS merupakan instrumen pengkajian yang valid,
104
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
105
layak dan dapat diandalkan untuk pengakajian atau penilaian gejala fisik yang dilakukan
secara rutin.
5.2 Saran
Universitas Indonesia
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah., Murdani. (2006). Tumor kolorektal. Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Pusat penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI. Jakarta.
Ackley, J.B., Ladwig, B.G., Swan, B.A., Tucker, S.J. (2006). Evidence Based
Nursing Guidline Medical Surgical Intervention. St. Louis: Mosby Elvesier.
Anaraki, F., Vafaie, M., Behboo, R, Maghsoodi, N., Esmaeilpour, S., Safaee, A.
(2012). Qualty of Life Outcome in Patients With Stoma. Indian Journal
paliative Care. Vol 18. Issue 3. Page 176-180.
Bussing, A., Balzt, H.J., Heusse, P. (2010). Spiritual Need of Patients with
Chronic Pain Disease and Cancer Validation of the Spiritual Need
Questionaire. European Journal Medical research. Vol. 15. Page. 266-273.
Boyle., Boffetta., Autier. (2008). Diet, Nutrition And Cancer. Annals of Oncology.
Vol 9. Issue 10. Page 1665-1667
Carvajal, A., Centeno, C., Watson, R., Bruera. (2011). A Comprehensive Study of
Psychometric Properties of The Edmonton Sysmptom Assessment System
(ESAS) in Spanish Advanted Cancer Patiens. European Journal Of Cancer.
Page 1863-1872. Elvesier.
Chaudhri, S., M.S., F.R.C.S., Lesley Brown, R.G.N., Imran Hassan, M.D., Alan
F. Horgan, M.D., F.R.C.S.(Gen). (2005). Preoperative Intensive,
Community-Based vs. Traditional Stoma Education: A Randomized,
Danielsen, A.,K., Rosenberg, J. (2014). Health Related of life may increase when
patient with a stoma attend patient education Case Control study. www
plosone.org. Vol 1. Issue 3. 1-6.
Danielsen, A.K (2013). Dealey, C. (2005). The Care of Wound. 3rd edition.
London: Blacwell Publishing.
Desen Wan, (2011). Onkologi Klinik. Ed.2. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
DeLaune, S.C & Ladner, P.K. (2002). Fundamental of Nursing: Standart and
Practice. 2thed. New York. Delmar Thomson Inc.
Dhillon, W., Noor, N.A., Gill, A., Gupta, N., DeBari, V., Maroules, M., (2009).
Impact of Deep Breating and Relaxation on Health Related Quality of Life
in Breast Cancer Patiens Receiving Chemotherapy. The Journal of Cancer
Research. Vol.69 Issue 24.
Diament, R.H. (2009). Clinical Nurse Specialist Stoma Care. Royal Collage of
Nursing. Safron House Published.
Golipour, B (2014). Diet High in Meat Proteins Raises cancer Risk for Middle
Age People. Scientific American. www.scientificamerican.com
Joaqium, A., Custodiol, S., Oliveira, A., Pimentel, F.L. (2012). Differnces
between Cancer Patient’ Symptoms Reported Themselves and in Medical
Records. Cancer and Clinical Oncology. Vol 1. No.1. www.ccsenet.org
Kamp, Z, Trilwell, C, Saiber, O., Silver, A., Tolinson I, (2004). An Update on The
Genetic of Colorectal Cancer. Human Molecular Genetic. Vol. 13. Issue 2.
Kashani, F., Babaee, S., Bahrami, M., Valiani, M. (2012). The efects of
Relaxation on Reducing depression, Anxiety and Stress in Women who
Underent mastectomy for Breast Cancer. Iranian Journal Nursing and
Midwifery Risearch. Vol.17. No.1: 30-33
Kizil, M., Fatih, O., Besler H.J. (2011). A Review the Formation of Carcinogenic
Heterocyclic Aromatic Amines. Food processing and Technlogy. Vol. 2.
Issue 5.
Kozier, B., Erb, G., Snyder S., Berman, A. (2009). Buku Ajar Praktik
Keperawatan Klinis. Ed.5. EGC. Jakarta
Lucey, M., Conroy, M., Ryan. (2012). Exploring the Chalenges of Implementing
the Edmonton Symptom Scale In A Specialist Paliative Care Unit. Journal
Paliative Care And Medicene.
Lyon C.C., Smith A.J., Griffiths CE, Beck M.H. (2000). The Spectrum of Skin
Disorders in Abdominal Stoma Patients. The British Journal Of
Dermatology. Vol. 143 (6), pp. 1248-60.
Lorenzo, F., Ballatori, E., DiCostanzo, F., Giacolano, A., Ruggeri, B., Tirelli, U.
(2004). Improving information to Italian Cancer Patient: Result of a
Randomized Study. Annals of Oncology. Vol. 15 No. 5: 721-725.
Moro, C. et. Al. (2005). Edmonton symptom assessment scale: Italian validation
in two palliative care settings. Support Care Cancer. Vol 14: 30–37
Nilsson, L.M., Winkvist, A., Johansson, I., Lindhl, B., Hallmans, G., Lenner, P.,
Guelpen, B.V. (2013). Low Carbohydrate, High Protein Diet Score Risk Of
Incident Cancer: A Prospective Cohort Study. Nutrition Journal. Vol 12.
Issue 58.
Paice, J.A., Ferrell, B. (2011). The Managemen of Cancer Pain. Cancer Journal of
Clinician. Vol 61. Issue 3. 157-182.
Potter, P.A., & Perry, A.G. (2006) Buku ajar fundamental keperawatan : Konsep,
proses dan praktik (Edisi 4, Vol 2). (Yasmin, dkk, Alih Bahasa). Jakarta :
EGC
Richardson BSc* and G.W. Jones MSc MD*† (2009) A review of the reliability
and validity of the Edmonton Symptom Assessment System. Cancer
Rehabilitation and Survivorship. Volume 16. Number 1.
Ruland, CM., Moore SM. (1998). Theory construction based on standards of care:
a proposed theory of the peaceful end of life. MIDLINE. Vol. 46(4):169-75
Robinson, K.L., Liu, T., Vandrovcova, J., et al. (2006). Lynch Syndrome.
Hereditary Nonpolyposis Colorectal Cancer. Diagnostics. Journal of the
National Cancer Institute. Vol 99. Issue 4.
Sanjay Chaudhri, M.S., F.R.C.S., Lesley Brown, R.G.N., Imran Hassan, M.D.,
Alan F. Horgan, M.D., F.R.C.S.(Gen). (2005). Preoperative Intensive,
Community-Based vs. Traditional Stoma Education: A Randomized,
Controlled Trial. The American Society of Colon and Rectum Surgeon.
Texas.
Siegel Rabecca, MPH., DeSantis Carol, MPH., Jemal Ahmedin, PhD. (2014).
Colorectal Cancer Statistic. A Cancer Journal For Clinicians. Vol 64. Issue
2. Pages 104-117.
Shah, I., Zaeem, K., Ibrahim, M.W., Hussain I., Hassan, A. (2010). Commpation
of Analgesic Efficacy Tramadol Hydroclhoride With Diclofenac Sodium in
Dento –Alveolar Surgery. Pakistan Oral End Dental Journal. Vol.28. No.2.
241-244.
Smith AJ, Griffiths CE, and Beck MH, The Spectrum of Skin Disorders in
Abdominal Stoma Patients. The British Journal Of Dermatology. Vol. 143.
Page 1248-60.
Vergenoud, A.C et, al. (2013). Adherence To The Word Cancer Research
Fund/American Institute for Cancer Research Guidlines and Risk of Death
in Europe: Results From The European Prospective Investigation into
Nutrition And Cancer Cohort Study. American Society of Nutrition. Vol. 98.
Page 506-507.
Wilkinson J.M., Ahern N.R. (2012). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 9.
EGC. Jakarta
Younis, J., Salemo, G, Fanto, D., Hdjipavlou M., Chellar D., Trickett, J.P. (2011).
Focused Preoperative Patient Stoma Education, Prior To Ileostomi
Formation After Anterior Resection, Contributes To Areduction In Delayed
Discharge Within The Enhanced Recovery Programme. Int J Colorectal.
Vol. 27. Page 43-47.
Nama :
PENGKAJIAN AWAL No. MR :
KEPERAWATAN RAWAT INAP Tanggal Lahir :
(Mohon diisi atau tempelkan stiker jika ada)
PENGKAJIAN
□ Operasi □ Radiasi □ Kemoth-Radiasi Keluhan : .................................................
Keluhan Utama : ……………………………
Lama Keluhan: ……………….....…………..... Skala mual* 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Upaya yang telah dilakukan:……....…….......
Diagnosis Medis: …………........................... Skala nafsu makan* 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Kebiasaan
Kesadaran: □ CM □ Apatis □ Delirium □ Asupan nutrisi:
Somnolen □ Soporocoma □ Coma □ Oral □ NGT □ Parenteral
TTV: TD……..mmHg, N…..X/mnt, S…...◦C,
P.....X/ mnt, Nyeri: □ Ya □Tidak
□Gastrostomi □ Yeyunustomi
Distres: □ Ya □Tidak Pola makan: □ Teratur (3X/ hari) □ Tidak
Gol Darah: ......Rh:....... Teratur,… porsi/ hari
Penyakit yang pernah dialami : Jenis makanan dan minuman
RIWAYAT KESEHATAN
a. 1 - 5 kg 1
Reaksi Alergi: ……………...............................
b. 6 - 10 kg 2
Tindakan: ...……………………………….........
c. 11 - 15 kg 3
Riwayat Transfusi Darah: □ Tidak □ Ya, d. > 15 kg 4
Reaksi alergi : □ Tidak 3. Apakah asupan makan
□ Ya,jelaskan....................... berkurang karena tidak nafsu
makan
Kebiasaan: □ Merokok : □ Tidak □ Ya , a. Tidak 0
berapa bungkus…....../ hr, lamanya ..........… b. Ya 1
□ Minum Alkohol : □ Tidak □ Ya, Total Skor ...
berapa botol …............./ hr, lama.........… Ket: Skor > 2 dilakukan pengkajian oleh gizi
1
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
f. Abdomen : Pengkajian Sistem Muskuloskletal
AKTIFITAS / ISTIRAHAT
Inspeksi : □ Luka □ Stoma Mobilisasi :□ Tidak ada kesulitan
□ Fistula □ Ascites □ Ada kesulitan : □ Paralysis □ Deformitas
Auskultasi : Bising Usus:............ kali/mnt □ Penurunan kekuatan □ Gg.keseimbangan
Perkusi : □ Tymphani □ dullnes
□ROM □ Riwayat Fraktur □ Kongenital
NUTRISI
2
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
Keluhan:………………… Riwayat Reproduksi
SEKSUAL/REPRODUKSI
KENYAMANAN
SEKSUAL/REPRODUKSI
Keluhan :………………………………………….
Skala Nyeri* 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Usia haid pertama: ........... tahun
durasi ………………….... Pernikahan ke :...........................................
frekuensi ………………… G ...... P….... A ..... Jumlah Anak : ..........
karakteristik………..……. Tanggal haid terakhir : ........................
Pola seksualitas : □ Tidak terganggu
Luka □ Tidak □ Ya □ Terganggu
(Lampirkan Formulir Pemeriksaan cervix terakhir/Pap Smear :
pengkajian luka) □ Tidak □Ya, Kapan ...................
□Bau □ Nyeri Pemeriksaan Fisik:
□ Mudah Berdarah - ♀ Genetalia : □ Keputihan □ Benjolan □ Luka
Eksudat : □ Banyak □ Sedikit □ Odema □ Prolaps □ Bau
Warna : □ Merah □ Kuning □ Hitam □ Lain-lain : .............................
Integritas Kulit: □ Petechie □ Hematoma - Pemeriksaan SADARI : □ Ya, …… x/bulan
□ Pruritus □ Urtikaria □ Tidak
Dekubitus: □ Tidak □ Ya, Lokasi : ........... - ♂ a.Penis: □ Benjolan □ Luka
Warna : □ Merah □ Kuning □ Hitam □ Oedema □ Nyeri
Grade : □I □ II □ III □ IV □ Sekret : □ Kuning □ Merah
Tanda-tanda Infeksi : □ Tumor □ Dolor □ Bau
□ Kalor □ Rubor □ Fungsiolesa b. Skrotum : □ Membesar □ Hernia
Pemeriksaan Penunjang (Lab/Radiologi ) : Penggunaan alat kontrasepsi:□Tidak □ Ya,
..................................................................... Jenis : ........................................
..................................................................... Pemeriksaan Penunjang (Lab/Diagnostik):
Mammografi □Tidak □ Ya,
kapan……………………
Lainnya: ……………………………………………
Status mental :□ Orientasi
KESELAMATAN & PROTEKSI
PSIKOSOSIAL
3
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
KEBUTUHAN KOKOMUNIKASI/PENDIDIKAN & PENGAJARAN Bahasa sehari-hari:
Jakarta, ..........................................
Perawat PN/Katim
(__________________________)
Tanda Tangan dan Nama Jelas
4
Analisis asuhan…., Aries Asmorohadi, FIK UI, 2014
Lampiran: 2
Grafik ESAS
Tanggal
Nyeri
Lelah
Mengantuk
Mual
Nafsu Makan
Nafas sesak
Depresi
Cemas
Mood/Perasaan
Lain-lain
Diisi oleh:
P= Pasien
K= Keluarga/relasi
B= Bantuan k/r
P= Perawat
7. Depresi
• Depresi ringan (skor 0-3): pasien tidak terlalu mempunyai gejala depresi,
berlangsung sekitar 2 minggu, masih mampu menghadapi kesulitan dan
melakukan berbagai aktifitas, ADL
• Depresi sedang (skor 4-6): pasien tidak terlalu mempunyai gejala depresi,
berlangsung lebih dari 2 minggu, masih mampu menghadapi kesulitan,
mulai terganggu dalam melakukan aktifitas, ADL tidak bisa dilakukan
secara mandiri.
• Depresi berat (skor 7-10): pasien mengalami kesedihan , suasana hati
yang tidak baik, kehilangan kebahagian, pasien merasa bersalah / tidak
berguna, insomnia/ hipersomnia, BB turun / naik, merasa kelelahan yang
sangat dan tidak dapat melakukan ADL secara mandiri.
8. Cemas
• Cemas ringan (skor 0-3): terdapat kekhwatiran tentang penyakit, merasa
sedih akan kehilangan kesehatannya, kurang tidur dan kurang nafsu makan
dan berangsur – angsur pulih selama beberapa minggu.
• Cemas sedang (skor 4-6): pasien menunjukan respon maladaptive (tidak
sesuai dengan stress) , gangguan fungsi biasa, kurang mampu
mengendalikan kecemasannya tanpa intervensi, adanya sifat gangguan
kecemasan seperti : mudah panic, gangguan stress pasca trauma, gangguan
obsesif convulsive dan fobia.
• Cemas berat (skor 7-10): tidak mampu mrngontrol kecemasan tentang
beberapa hal yang paling menyedihkan, mengalami ketidaknyamanan dan
kecemasan yang berlebihan, tidak mampu melakukan ADL secara mandiri.
b. Diare
• Diare ringan (0 -3) BAB > dari 3 x,perut terasa mulas tidak ada
keluhan mual
c. Mucositis
• Mucositis ringan (0 – 3) tidak ada tanda peradangan/ Ada
eritema
• Mucositis sedang (4 – 6) Eritema yang sangat jelas, ada sensasi
nyeri ringan
disertai pembentukan fibrin dan pseudomembran, Ulserasi, ada
sensasi nyeri sedang dan perdarahan ringan
• Mucositis Berat (7 – 10) Ulserasi berat, nyeri berat perdarahan
spontan dan nekrosis jaringan (mengancam jiwa)
Saya memahami bahwa penelitian ini tidak akan berakibat negatif terhadap diri
saya, oleh karena itu saya dengan sukarela tanpa paksaan dari pihak manapun
menyatakan bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian ini.
Responden
(...........................................)
RESUME KEPERAWATAN
PENDEKATAN PEACEFUL END OF LIFE THEORY PADA KASUS KELOLAAN KLIEN DENGAN KANKER
No Diskripsi Kasus Pengkajian Konsep” Peaceful end iof life theory”, Diagnosa Keperawatan, Tujuan, Intervensi Keperawatan dan
evaluasi
1. Sdr. S, 38 tahun, Agama Islam - Bebas nyeri: Keluhan nyeri pada bekas luka laporatomi yang mengalami kebocoran, nyeri menjalar ke seluruh
Status: belum menikah. abdomen, nyeri bertambah saat bergerak atau dilakukan perawatan luka, kualitas nyeri seperti diiris-iris, skala
Diagnosa medis kanker kolon stadium nyeri 6 dengan skor ESAS: 6.
IV, pemeriksaan - Nyaman: perasaan tidak nyaman dengan melakukan aktifitas ditempat tidur dengan skor ESAS 8, merasakan,
PA tahun 2012: adanya karsinoma colon. mual skor ESAS 5, muntah skor ESAS 6, perasaan mengantu skor ESAS 0, perasaan lemah skor ESAS 7,
Riwayat post kemoterapi pada tahun pergerakan terhambat karena nyeri dan luka operasi laparotomi dengan fistula yang terpasang kantung kolostomi,
2013 dan post laparotomi dengan keluar cairan hijau pada drain dan fistula, produksi cairan dari drain 600cc, bau ++, terdapat pus.
kolostomi. - Bermartabat dan dihormati: Klien menyatakan tidak bisa bekerja dan berkumpul lagi dengan temen-temannya.
ECOG:4 - Damai: Klien bertanya-tanya dengan perkembangan sakitnya terutama dengan adanya cairan yang keluar dari
bekas jahitan laparotomi, kecemasan skor ESAS 4
- Kedekatan dengan orang yang bermakna: Klien bersyukur ibunya selalu merawat dan menjaga dirinya selama
dirumah sakit, namun sekarang temen-temannya jarang yang menjenguknya.
- Diagnosa keperawatan: 1. nyeri kronis, 2. Nutrisi kurang dari kebutuhan, 3. Gangguan integritas kulit, 4.
Hambatan mobilitas fisik, 5. kecemasan
- Tujuan (NOC) : 1. Pain level (2102), 2. Food and fluid intake (1008), 3. Woundcare management (6550), 4.
Energy managemen (0002), 5. Anxiety self control (1402)
- Intervensi: 1. Pain manajemen (1400), 2. Management nutrition (1100),3. Protection and woundcare
management (3440), 4. Energy management (0180), 5. Anxiety reduction (5820)
- Evaluasi: Pasien Mengatakan nyerinya masih dirasakan ESAS nyeri 3, Terapi nutrisi dan cairan lewat
parenteral, ESAS mual 3, aktifitas dilakukan tanpa bantuan penuh dari perawat ESAS kelemahan 3, Iritasi
sekitar luka tidak ada, pus -, Cairan fistula masih produktif 450cc, Klien merasa lebih tenang dan menerima
keadaanya sekarang
2. Tn. S, 71 tahun, Agama Islam, - Bebas nyeri: Keluhan nyeri, nyeri menjalar ke seluruh abdomen, nyeri semakin bertambah saat menggerakkan
Status: menikah badan, kualitas nyeri seperti diiris-iris, skala nyeri 8 dengan skor ESAS: 8.
Diagnosa medis kanker recti dengan - Nyaman: perasaan tidak nyaman dan semua aktifitas dilakukan ditempat tidur dengan skor ESAS 9, merasakan,
kolostomi. mual skor ESAS 7, terpasang NGT produksi hijau, luka operasi laparotomi bengkak dan mengeluarkan pus pada
pemeriksaan abdomen tiga posisi jahitan 3,4 atas, terpasang kolostomi pada kwadran 1 produksi cairan 850cc, bau feses.
19/2/2014: delatasi usus halus tampak - Bermartabat dan dihormati: Klien merasa ditinggalkan oleh orang-orang disekitarnya walaupun istrinya selalu
NAMA : .........................................
DIAGNOSA : ..........................................
TANGGAL : ...........................................
EDUKASI TUJUAN TERCAPAI TIDAK EVALUASI
KE- TERCAPAI
1 Kompeten dalam perawatan stoma
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA Tn. S DENGAN KANKER KOLON
A. Pengkajian
- Nama : Sdr. S
- Umur : 33 tahun
- Jenis kelamin : Laki-laki
- Agama : Islam
- Suku : Jawa
- Tanggal MRS : 28 Januari 2014
- Pekerjaan : Karyawan
- Tanggal Pengkajian : 26 Pebruari 2014
- No Register : 317406300
- Diagnosa Medis : Kanker Kolon
Penanggung Jawab
- Nama : Ny. S
- Umur : 61 Tahun
- Pekerjaan : Swasta
- Hubungan dengan Klien : Ibu
1. Keluhan Utama
Klien mengatakan nyeri
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Sejak bulan Oktober 2012 klien mengeluh nyeri pada perutnya dan
mendapat perawatan di Rumah Sakit Pasar Rebo di Jakarta serta dilakukan
tindakan operasi laparotomi dengan kolostomi. Hasil Patologi Anatomi
(PA) klien terdiagnosa kanker kolon stadium IIIb. Klien sempat mendapat
kemoterapi dan pada daerah mata kaki kiri terdapat luka ekstravasasi dari
pemberian kemoterapi. Empat bulan kemudian klien dirujuk ke RSK
Darmais. Klien di RSK Darmais diberikan kemoterapi selama 6 kali dan 1
kali remisi. Pada tanggal 20 pebruari 2014 pasien dilakukan operasi
laparotomi untuk penutupan kolostomi. Satu minggu setelah itu klien tidak
bisa buang air besar dan klien juga sudah diberikan dulcolac dan microlac,
[Type text]
[Type text]
a. Pemeriksaaan Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Lab tanggal 25-2-2014
Hematologi
Hb 10,9 L g/dL 12.0 – 16.0
Leukosit 18,31 103/μL 5.0 – 10.0
Trombosit 398 103/μL 150 – 440
Eritrosit 4.98 106/μL 4.00 – 5.00
Hematokrit 42,7 L % 37 – 43
1. Pemeriksaan Penunjang
Therapy Medis
Monitor Harian Pemberian Obat
Tramadol 1x1 IV
[Type text]
Cefotaxim 12 jam IV
[Type text]
4. Kedamaian
Pasien merasa takut, kawatir dan cemas dengan kondisi kesehatannya.
Pasien tidak bisa membayangkan akan menderita sakit seperti ini karena
sebelumnya pasien sehat dan tidak ada keluhan sakit yang parah. Pasien
kadang merasa pesimis dengan kondisi kesehatannya serta proses terapi
yang akan dilanjutkan. Pasien kadang merasa tenang ketika sedang
menjalankan sholat, dan berzikir kepada Alloh. Saat ini pasien sering
mendekatkan diri dan berdoa untuk dirinya. skor ESAS cemas 5, dan
pasien juga masih sering bertanya tentang sakitnya apa bisa sembuh dan
pasien mengatakan bingung apa yang harus dilakukan jika masih sakit
seperti sekarang.
[Type text]
nyeri pada bagian abdomen dan Nyeri kronik agen cidera: Aries
menjalar ke sekitarnya. Kualitas nyeri tumor rektum
yang dirasakan seperti nyeri di seluruh yang
perutnya seperti berdenyut, hilang mengifiltrasi
timbul dengan durasi hilang timbul jaringan dan
lebih dari 15 menit. Nyeri akan organ sekitar
dirasakan saat dilakukan perawatan
luka dan saat menggerakkan tubuhnya
untuk miring atau duduk. Intensitas
nyeri sedang dengan skala 6 nyeri
berkurang jika diistirahatkan. Perilaku
dengan ekspresi menahan nyeri terlihat
ketika nyeri itu timbul. Skor ESAS 6.
Aries
2. setiap kali cairan masuk sering Resiko asupan cairan
dimuntahkan lagi, intake cairan ketidakseimba yang tidak
parenteral 2000cc, per oral 100cc dan ngan volume adekuat
output produksi cairan drain 900cc, cairan sekunder akibat
pada kantung stoma 450cc, urin kanker kolon
750cc dan IWL 720cc. Balance cairan
-620cc
3. infeksi Pembentukan keterlambatan Aries
terdapat luka jahitan stapler Fistula pemulihan
laparotomi mulai dari daerah gaster paska bedah
sampai dibawah umbilikus dengan akibat infeksi
panjang luka ± 10 cm, dari jahitan
yang sepertiga atas dan tengah keluar
cairan yang berwarna hijau sejumlah
450cc, dan pus, terjadi iritasi dan
kemerahan sekitar luka, lekosit 18,8
x 103.
4 DS: klien mengatakan mual, perut Ketidakseimb Faktor Aries
kembung dan sebah angan nutrisi bilogis:ketidak
DO : kurang dari mampuan
- Klien makan cair 150 cc kebutuhan mengabsorsi
- BB: 55 kg, TB: 166 cm (kurus) tubuh nutrien
- Hb: 10.9 gr % (turun), albumin 2.6
g/dl
[Type text]
[Type text]
RENCANA KEPERAWATAN
NAMA : Sdr. S
RUANG : Ruang Teratai
INTERVEN
NO TUJUAN DAN KODE RENCANA TINDAKAN
TGL SI TTD
DX KH (NOC) NIC OPERASIONAL
(NIC)
26/2/ 1 NOC : Pain 1400 Aries
2014 Setelah menjalani perawatan management 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
diharapkan nyeri berkurang termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
Kriteria Hasil : kualitas dan faktor presipitasi
1. Mampu mengontrol nyeri 2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
(tahu penyebab nyeri, 3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
mampu menggunakan mengetahui pengalaman nyeri pasien
tehnik nonfarmakologi 4. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi
(relaksasi dan distraksi) nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
untuk mengurangi nyeri, kebisingan
mencari bantuan) 5. Kurangi faktor presipitasi nyeri
2. Melaporkan bahwa nyeri 6. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan
berkurang dengan intervensi
menggunakan manajemen 7. Kolaborasi dalam pemberian analgetik
nyeri 8. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
3. Mampu mengenali nyeri 9. Tingkatkan istirahat
(skala, intensitas, frekuensi 10. Ajarkan tentang teknik non farmakologi : distraksi
dan tanda nyeri) dan relakssai nafas dalam saat nyeri
[Type text]
26/2/ 2 Nutritional status Nutrition 1100 1. Kaji intake nutrisi klien Aries
2014 managemen 2. Monitor BB, TB, dan IMT klien setiap 1 minngu
Selama dilakukan perawatan t 3. Monitor pengeluaran residu via NGT dan
selama 2 minggu, diharapkan Nutrition 1120 kolostomi
status nutrisi pasien meningkat therapy 4. Sajikan makanan dalam kondisi hangat
dengan criteria hasil: 5. Anjurkan klien untuk melakukan perawatan mulut
setiap hari
1. Berat badan dalam rentang
6. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
normal
jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan klien.
2. Tidak ada tanda-tanda
7. Berikan terapi metoclopamine 3x10 mg
malnutrisi
8. Kolaborasikan untuk pemberian nutrisi parenteral.
3. Intake nutrisi adekuat
9. Kaji adanya alergi makanan
4. Alb meningkat 2,8-3,2 dan
10. Berikan makanan yang terpilih (sudah
Hb meningkat 12
dikonsultasikan dengan ahli gizi)
5. Intake cairan adekuat
11. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori.
12. Kaji kemampuan klien untuk mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan.
13. Bantu klien dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi
14. Monitor turgor kulit.
15. Monitor mual dan muntah.
[Type text]
26/2/ 3 Setelah dilakukan tindakan Fluid/electroli 2080 1. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat Aries
2014 keperawatan diharapkan t management 2. Monitor status hidrasi ( kelembaban membran mukosa,
terjadi keseimbangan cairan nadi adekuat, tekanan darah ortostatik ), jika diperlukan
dan elektrolit cairan dengan Fluid 4130 3. Monitor hasil lab yang sesuai :BUN , Hmt , osmolalitas
kriteria hasil: monitoring urin, albumin, total protein )
1. Mempertahankan urine 4. Monitor vital sign setiap 2 jam
output sesuai dengan usia 5. Kolaborasi pemberian cairan IV
dan BB, BJ urine normal, 6. Berikan cairan via oral pada kondisi hangat
2. Tidak ada tanda tanda 7. Berikan penggantian nasogatrik sesuai output
dehidrasi, Elastisitas turgor 8. Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
kulit baik, membran 9. Kolaborasi dokter jika tanda cairan berkurang muncul
mukosa lembab, tidak ada 10. Monitor haluaran urin melalui kateter
rasa haus yang berlebihan 11. Monitor balance setiap 8 jam
3. Elektrolit, Hb, Hmt dalam 12. Kolaborasikan untuk koreksi elektrolit.
batas normal
4. pH urin dalam batas normal
5. Intake oral dan intravena
[Type text]
26/20 4 Setelah dilakukan tindakan Woundcare 3662 1. Observasi tanda-tanda infeksi dan inflamasi: Aries
14 keperawatan terjadi perbaikan : Closed peningkatan suhu tubuh, peningkatan leukosit.
integritas kulit dengan kriteria; drainage 2. Jaga teknik aseptik untuk prosedur invasif,
1. Lecosit dalam batas
(pemasangan infus, pemberian obat, dll)
normal
2. Suhu tubuh dalam 3. Cegah infeksi silang atau infeksi nosokomial
batas normal (menggunakan alat pelindung diri setiap kontak
3. Pengetahuan dan dengan klien, cuci tangan sebelum dan sesudah
kemampuan kontak dengan klien)
manajemen luka klien 4. Berikan antibiotik sesuai program
meningkat 5. Monitor status imunitas
4. Tidak terjadi infeksi
6. Kolaborasi dalam perawatan luka pasien
5. Tidak ada tanda-tanda
perluasan luka dan 7. Diskusikan dengan klien dan keluarga tanda-tanda
nekrotik jaringan infeksi
6. Fungsi neurovaskuler 8. Kaji karateristik luka: lokasi, luas, warna dasar luka,
di sekitar luka baik drainase, adanya bau.
7. Tidak terjadi iritasi 9. Lakukan perawatan luka (kolostomi).
10. Gunakan metode yang tepat dalam mengganti
kantong kolostomi
11. Gunakan teknik steril saat merawat luka.
12. Berikan informasi penyebab perluasan luka
13. Berikan informasi tentang iritasi luka
[Type text]
26/2/ 5 Setelah tindakan keperawatan Energy 002 1. Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan Aries
2014 diharapkan kelelahan Management aktivitas
berkurang 2. Dorong untuk mengungkapkan perasaan terhadap
keterbatasan
Kriteria Hasil : 3. Kaji adanya factor yang menyebabkan kelelahan
Peningkatan energi dan 4. Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat
merasa lebih baik 5. Monitor klien akan adanya kelelahan fisik dan emosi
1. Menjelaskan penggunaan secara berlebihan
energi untuk mengatasi 6. Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas
kelelahan 7. Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat klien
2. Istirahat dan aktifitas 8. Kolaborasi dalam pemberian diet pasien
seimbang 9. Berikan informasi tentang kebutuhan energi dari
3. Toleransi terhadap aktivitas nutrisi untuk mengurangi kelelahan
sehari-hari 10.Berikan informasi tentang latihan rentang gerak pasien
(aktivitas di tempat tidur dan diluar tempat tidur)
26/2/ 6 Setelah dilakukan tindakan Anxiety 1402 1. Gali harapan klien tentang penyakitnya Aries
2-14 keperawatan diharapkan tidak reduction 2. Jelaskan semua prosedur, termasuk sensasi yang
terjadi kecemasan dengan dirasakan selama pelaksanaan tindakan
3. Dorong kearah untuk menghindari situasi stress
kriteria hasil:
4. Berikan informasi yang terfokus pada diagnosis,
1. Mampu mengontrol respon treatment dan prognosis
[Type text]
[Type text]
[Type text]
[Type text]
[Type text]
[Type text]
[Type text]
Catatan Perkembangan
[Type text]
[Type text]
[Type text]