Anda di halaman 1dari 10

KONTROL LITOLOGI TERHADAP BENCANA GERAKAN TANAH DI

DAERAH LEATO PROVINSI GORONTALO

LITHOLOGY CONTROL ON MASS MOVEMENT DISASTER AT LEATO


AREA, GORONTALO PROVINCE

Ronal Hutagalung, Muhammad Ramli , A. M. Imran

Jurusan Geologi, Universitas Hasanuddin

Alamat Korespondensi:

Ronal Hutagalung
Jl. Dewi Sartika No. 45, Kota Gorontalo.
HP: 08114309010
Email: ronalhutagalung@gmail.com
ABSTRAK

Gerakan tanah merupakan salah satu jenis bencana alam yang sering terjadi di Indonesia. Penelitian ini
bertujuan menganalisis sifat dan karakteristik batuan di lokasi penelitian serta bagaimana pengaruhnya terhadap
potensi bencana gerakan tanah di Daerah Leato Provinsi Gorontalo. Pengumpulan data dilakukan melalui
pengamatan lapangan meliputi pengamatan kondisi morfologi, litologi, dan geologi struktur. Selanjutnya
dilakukan analisis laboratorium terhadap sample batuan dengan menggunakan analisis petrografi dan analisis
XRD dan SEM. Hasil analisis laboratorium selanjutnya dibandingkan dengan hasil pengamatan lapangan untuk
mengetahui bagaimana kontrol litologi terhadap gerakan tanah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian
batuan granit pada daerah penelitian telah mengalami pelapukan. Pelapukan ini disebabkan oleh banyaknya
kekar pada batuan granit yang mengakibatkan infiltrasi air tanah berjalan dengan cepat dan menyebabkan
mudahnya terlepas membentuk bongkah batuan dan jatuh ke lembah (rock falls). Kesimpulan dari penelitian ini
menunjukan bahwa gerakan tanah yang terjadi dikontrol oleh litologi yang telah mengalami pelapukan.

Kata kunci : litologi, gerakan tanah, jatuhan batuan, Leato

ABSTRACT

Mass movement is one of disaster that frequent problem occurs in Indonesia. It happens for many times to year
and brings both material disadvantage and casualty. Unstable lithological condition are assumed to be the
control aspect for the problem. The objective of this study is to analyze the characteristics of the rocks and its
effect to the potential of mass movements in Leato Area in Gorontalo Province. Data were collected through
field observations includes morphological condition, lithology, and structur geology. Then performed
laboratory analizes with the hand speciment using petrographic analysis, and XRD-SEM analyzes. Then the
result of laboratory analizes is compared with field observation to know how the lithologi control on mass
movement.The results showed that most of granite had weathered. The weathering on granite caused by much
of joint. The jointed will cause groundwater infiltration to run quickly and led easy to form lumps of rock apart
and fell into the valley. Conclusions of the study indicate that the mass movement has controlled by lithology
that was weathered.

Keyword: lithology, mass movement, rock falls, Leato


PENDAHULUAN
Gerakan tanah merupakan salah satu jenis bencana alam yang sering terjadi di
Indonesia, terutama selama musim hujan yang menyebabkan kerugian materil dan korban
jiwa. Gerakan tanah (mass movement) secara umum dapat didefinisikan sebagai proses
pergerakan material yang besar dari satu tempat ke tempat lain yang lebih rendah akibat
pengaruh gravitasi baik cepat maupun lambat (Zuidam, 1986). Varnes (1978) mengemukakan
bahwa gerakan tanah atau longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng dapat
berupa batuan asli, tanah pelapukan, bahan timbunan atau kombinasi dari material-material
tersebut yang bergerak ke arah bawah atau ke luar lereng.
Tingginya frekuensi gerakan tanah di Indonesia sangat berhubungan erat dengan
faktor alamiah penyebab dari gerakan tanah yang meliputi morfologi permukaan bumi,
penggunaan lahan, litologi, struktur geologi, curah hujan, dan kegempaan (Kusumosubroto,
2013). Selain faktor alamiah, gerakan tanah juga disebabkan oleh faktor aktivitas manusia
yang mempengaruhi bentang alam, seperti kegiatan pertanian, pembebanan lereng,
pemotongan lereng, dan pembangunan (Karnawati, 2005).
Kelerengan menjadi faktor yang sangat penting dalam proses terjadinya gerakan
tanah. Pembagian zona kerentanan sangat terkait dengan kondisi kemiringan lereng. Kondisi
kemiringan lereng lebih 15º perlu mendapat perhatian terhadap kemungkinan bencana tanah
longsor dan tentunya dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain yang mendukung. Pada
dasarnya sebagian besar wilayah di Indonesia merupakan daerah perbukitan atau pegunungan
yang membentuk lahan miring.
Kota Gorontalo merupakan daerah yang memiliki kondisi geologi kompleks. Daerah
ini pada awalnya merupakan kaldera gunungapi purba yang aktif. Terhentinya aktivitas
gunungapi saat itu disebabkan oleh terbentuknya sesar aktif Gorontalo yang disertai dengan
deformasi batuan dan sesar-sesar lokal (Katili, 1980). Bentuk awal daerah ini adalah
topografi khas kerucut batuan gunungapi yang mempunyai lereng relatif terjal. Terbentuknya
sesar-sesar lokal di samping mempengaruhi deformasi batuan sehingga hancur, juga sesar-
sesar ini membentuk alur-alur topografi yang terjal, sehingga memudahkan terjadinya
gerakan tanah. Ancaman gerakan tanah ini dapat terjadi baik ke arah pusat perkotaan
Gorotalo (pusat kaldera), maupun ke arah luar kaldera yang dapat mengancam permukiman
masyarakat daerah jalan poros antar kabupaten dan provinsi.
Daerah Leato Kecamatan Kota Selatan Kota Gorontalo merupakan daerah strategis
yang menghubungkan antara provinsi Gorontalo dan provinsi Sulawesi Utara melalui jalur
jalan raya poros Gorontalo - Kotamobagu. Di daerah ini beberapa kali terjadi longsor yang
mengakibatkan terputusnya jalan penghubung antara kedua provinsi.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kontrol litologi
terhadap gerakan tanah di Daerah Leato Provinsi Gorontalo. Melalui penelitian ini
diharapkan dapat mengungkap karakteristik litologi di daerah Leato mengingat masih
minimnya penelitian yang dilakukan di daerah Leato Provinsi Gorontalo.

METODE PENELITIAN
Daerah penelitian secara administratif termasuk dalam wilayah Kota Gorontalo,
Provinsi Gorontalo. Secara geografis terletak pada koordinat 12300’00” - 123010’00” BT dan
0030’00” LS (Lembar Kotamobagu 1997). Daerah ini dapat dicapai dengan menggunakan
transportasi darat beroda dua atau beroda empat dengan waktu tempuh sekitar 30 menit dari
Kota Gorontalo (Gambar 1).
Lingkup penelitian meliputi pengamatan dan analisis data lapangan, serta analisis
laboratorium terhadap sampel batuan. Pengamatan di lapangan meliputi aspek geologi, yaitu
litologi dan struktur geologi. Pengolahan dan analisis data, baik yang berasal dari lapangan
maupun data sekunder lainnya, dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai kondisi
geologi serta potensi terjadinya gerakan tanah
Penelitian ini dilakukan pada kajian hubungan antara kondisi geologi (litologi,
stratigrafi dan struktur geologi), hasil analisis laboratorium terhadap litologi dan bagaimana
pengaruhnya terhadap potensi terjadinya gerakan tanah. Selanjutnya untuk mempertajam
hasil penelitian, dilakukan kajian pustaka terhadap hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh
para peneliti terdahulu.
Kegiatan pengumpulan data ini terdiri dari kegiatan pengumpulan data sekunder dan
data primer dari kegiatan penelitian lapangan. Kegiatan – kegiatan tersebut dilakukan untuk
menghimpun semua data dan informasi yang relevan dengan materi pembahasan.
Pemetaan geologi dilakukan dengan membuat lintasan pengamatan geologi
menggunakan peta dasar skala 1 : 25.000. Pengambilan sampel dilakukan secara acak
(random sample) berdasarkan singkapan-singkapan geologi kemudian diambil data koordinat
yang diplotkan pada peta dasar tersebut, sehingga diperoleh peta geologi lokal yang akan
menggambarkan mengenai kondisi morfologi, litologi, dan struktur daerah penelitian.
Pengukuran kekar dilakukan untuk mengetahui kontrol struktur terhadap potensi gerakan
tanah. Pengukuran ini dilakukan secara langsung berdasarkan keterdapatan kekar-kekar pada
batuan yang dijumpai di lapangan dengan menggunakan alat ukur meteran.
Analisis laboratorium merupakan kegiatan analisis sampel yang diperoleh di lokasi
daerah penelitian. Adapun sampel dianalisis dengan menggunakan dua metode yaitu, analisis
petrografi dan analisis XRD (X-Ray Diffraction) - SEM (Scanning Electron Microscopy).
Analisis petrografi dilakukan untuk mengetahui komposisi, tekstur, dan mineral pada batuan,
sedangkan analisis XRD-SEM dilakukan untuk mengetahui susunan unsur pada batuan serta
penampakan mikroskopisnya.
Analisis data dilakukan dengan cara membandingkan data yang diperoleh dari hasil
pengamatan di lapangan, analisis petrografi, dan analisis XRD-SEM. Hasil perbandingan
kemudian digunakan untuk mengetahui bagaimana kontrol litologi terhadap bencana gerakan
tanah.

HASIL PENELITIAN
Berdasarkan pengamatan lapangan diketahui bahwa litologi daerah penelitian terdiri
atas satuan granit. Secara fisik batuan granit di lokasi penelitian menunjukkan kenampakan
lapangan berwarna terang, segar berwarna abu-abu keputihan, lapuk berwarna putih
kecoklatan, tekstur faneroporfiritik, ortoklas sebagai mineral fenokris.
Morfologi daerah penelitian merupakan tebing terjal dengan kemiringan lereng > 65
derajat. Batuan yang terpotong-potong oleh bidang-bidang kekar membentuk blok-blok
batuan (Gambar 2). Kenampakan di lapangan menunjukan sebagian blok-blok batuan
berpotensi bergerak ke bawah dengan jatuh bebas. Ciri-ciri gerakan tanah seperti ini termasuk
dalam jenis gerakan tanah rock falls.
Hasil analisis petrografi menunjukan bahwa sebagian dari batuan granit telah
mengalami pelapukan. Hasil analisis XRD dan foto SEM pada granit yang telah mengalami
pelapukan diperoleh kandungan mineral lempung berupa Zeolit, Albit, Kuarsa, Aluminium
oksida, Potassium dioksida (Tabel 1), sedangkan pada granit segar berdasarkan hasil analisis
kualitatif dengan XRD mengandung mineral Silicon Oxide, Alpha-SiO2, Silimanite,
Magnesium Oxyde, Kumdykolite dan Calcium Aluminade. Berdasarkan hasil analisis SEM
terlihat bahwa batuan granit yang telah mengalami alterasi pada sebagian darinya terlihat
mengalami pelapukan pada bagian tepinya.
Pelapukan pada batuan granit disebabkan oleh faktor banyaknya kekar yang
diakibatkan oleh proses tektonik. Kekar-kekar ini bersifat sistematik dengan kerapatan kekar
sekitar 15 – 30 /m dan 20 – 32 /m. Kondisi kerapatan kekar tersebut menunjukkan kerapuhan
ke seluruh tubuh batuan granit yang memicu terjadinya pelapukan intensif dan gerakan tanah.
Keberadaan kekar pada batuan menyebabkan infiltrasi air tanah berjalan dengan cepat serta
menyebabkan mudahnya batuan terlepas membentuk bongkah batuan dan jatuh ke lembah
(Gambar 3).

PEMBAHASAN
Jenis gerakan tanah yang dominan ditemukan di daerah penelitian yaitu jatuhan
batuan (rock falls). Gerakan tanah ini ditemukan di sepanjang lembah dan gawir pada daerah-
daerah terjal, terutama jalan poros Gorontalo – Kotamobagu. Gerakan tanah rock falls
termasuk salah satu dari gerakan tanah kompleks (Schuster dkk, 1978).
Gerakan tanah jatuhan batuan yang terjadi pada satuan granit ini dikarenakan oleh
tingginya proses pelapukan yang terjadi. Jenis pelapukan yang terjadi adalah pelapukan
mengulit bawang atau lebih dikenal dengan istilah spheroidal weathering. Spheroidal
weathering ini terjadi dikarenakan banyaknya kekar yang terdapat pada batuan. Kerapatan
kekar yang cukup besar akan memudahkan terjadinya pelapukan kimiawi sehingga batuan
dengan mudahnya terlepas membentuk bongkah batuan dan jatuh ke lembah.
Satuan granit ini termasuk batuan intrusi tertua di daerah penelitian yang berumur
Miosen Akhir (Apandi dkk, 1997) dan merupakan bagian dari kontinen Sulawesi yang
mengintrusi batuan alas batuan metamorf sekis dan granulit. Batuan beku granit ini
diperkirakan merupakan batuan dasar gunungapi purba Limboto – Gorontalo, hal ini
ditunjukkan oleh kehadiran fragmen-fragmen granit dalam breksi vulkanik di daerah sekitar
pelabuhan Gorontalo.
Jenis kekar yang terdapat di daerah penelitian umumnya termasuk kekar terbuka.
Pelapukan dan infiltrasi air tanah berjalan dengan cepat menyebabkan rawannya terjadi
gerakan tanah pada lereng relatif terjal. Kerapatan kekar cukup tinggi mencapai 20
kekar/meter. Pengamatan petrografi pada batuan granit segar memperlihatkan warna kuning
kecoklatan, bentuk mineral subhedral-anhedral, ukuran mineral 0,4-2,8 mm, warna
interferensi putih keabu-abuan, tekstur faneritik, dengan komposisi mineral berupa mineral
ortoklas, kuarsa, plagioklas, dan klori Komposisi mineral terdiri dari ortoklas 35 – 40%,
kuarsa 25 – 32%, oligoklas 25 – 30%, mikroklin 10 – 20%, piroksin 0 – 3%, biotit 0 – 15%
dan mineral alterasi klorit 0 – 15%, nama batuan granit (Travis, 1955).
Meskipun dari hasil analisis XRD diperoleh mineral zeolit pada granit yang telah
teralterasi, dimana mineral ini kurang reaktif atau kurang peka terhadap rangsangan air tanah
untuk berubah volume atau pemicu gerakan tanah, bahkan mineral zeolit yang di kandung
tanah dapat menetralisir sifat-sifat kimia tanah, sehingga tekstur tanah dapat normal/stabil
(Fisher dkk, 1984). Tidak menunjukkan kehadiran mineral smectit dan illit sebagai pemicu
gerakan tanah, karena memliki indeks potensi swelling yang tinggi (Warmada dkk., 2011).
Tetapi faktor spheroidal weathering, kerapatan kekar dan kelerengan yang telah disebutkan
di atas merupakan faktor yang harus menjadi perhatian khusus akan terjadinya gerakan tanah
serta ancamannya yang langsung mengarah pada permukiman dan aktivitas masyarakat
terutama ketika terjadi hujan deras dan gempa bumi.

KESIMPULAN
Gerakan tanah jenis jatuhan batuan (rock fall) di Daerah Leato banyak dipengaruhi
oleh kondisi batuan yang telah mengalami pelapukan (spheroidal weathering). Hasil analisis
litologi menunjukan bahwa pelapukan batuan disebabkan oleh faktor banyaknya kekar yang
diakibatkan oleh proses tektonik. Keberadaan kekar pada batuan menyebabkan infiltrasi air
tanah berjalan dengan cepat serta menyebabkan mudahnya batuan terlepas membentuk
bongkah batuan dan jatuh ke lembah.

DAFTAR PUSTAKA

Apandi, T., dan Bachri, S. (1997) Geologi Lembar Kotamobagu. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi Direktorat Jenderal Pertambangan Umum Depatemen
Pertambangan dan Energi.

Fisher, R.V. dan Schmincke, H.U. (1984). Pyroclastic Rocks, Springer-Verlag Berlin
Heidelberg, Germany.

Katili, J.A. (1980). Geotectonic of Indonesia a Modern View. Department of Geology,


Bandung Institute of Technology.

Karnawati, D. (2005), Bencana Alam Gerakan Massa Tanah di Indonesia dan Upaya
Penanggulangannya, Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknik Geologi Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta.

Kusumosubroto, H. (2013). Aliran Debris dan Lahar, Pembentukan, Pengaliran dan


Pengendaliannya. Graha Ilmu, Yogyakarta.

Schuster R. S. dan Krizek, R. J. (1978). Land Slides, Analysis and Control. National
Academy of Sciences, Washington D.C.

Travis, R.B. (1955). Classification of Rocks. The Colorado School of Mines, Golden
Colorado, USA, p. 1-12.

Varnes D.J. (1978). Slope movement types and processes. Landslides; Analisis and Control,
National Research Council, Washington, D.C.
Warmada, I.W., Wilopo, W., dan Harijoko, A. (2011). Mineralogical Control on Landslide
in Strongly Weathered Volcanic Terrain. Case Study: padang Pariawan, West
Sumatra, Dept. of Geology Engineering, Faculty Enggineering, Gajah Mada
University, Yogyakarta, Indonesia.

Zuidam, R.A.v. (1986). Aerial Photo-Interpretation in Terrain Analysis and


Geomorphologic Mapping, Smith Publisher-The Hague, Enschede, Netherlands.
Gambar 1. Lokasi penelitian

Gambar 2. Foto batuan granit yang telah mengalami pelapukan


Gambar 3. Foto jatuhan batuan (rock fall) di pinggir jalan pelabuhan Gorontalo

Tabel 1. Tabel hasil analisis kualitatif XRD batuan granit yang telah mengalami alterasi

Anda mungkin juga menyukai