Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

Kista arachnoid adalah kista jinak yang terjadi sepanjang serebrospinal axis

(intra-arachnoidal space-occupying lesions) berhubungan dengan membran

arachnoid dantidak terhubung dengan sistem ventrikuler. Kista ini biasanya berisi

cairan jernihtidak berwarna yang identik dengan cairan serebrospinal normal dan

jarang kista ini berisi cairan xantokrom. Kebanyakan kista ini adalah anomali

perkembangan namun sebagian kecil berupa kelainan dapatan (acquired) yang

berhubungan dengan neoplasma atau akibat dari adhesi yang terjadi dan hal ini

berkaitan dengan eptomeningitis, hemoragik, atau pembedahan. Kista ini merupakan

sekitar 1% darimassa intrakranial dan 50-60% terjadi pada fossa cranial media. kista

Arachnoid ditemukan 4% dari populasi. Hanya 20% yang mengalami gejala-gejala,

biasanya dari hidrosefalus sekunder. Sebuah studi yang meneliti2.536

lakilaki muda yang sehat menemukan prevalensi sebesar 1,7% (95% CI 1,2-2,3%).

Hanya sebagian kecil dari kelainan terdeteksi membutuhkan perhatian medis

yangmendesak.Bayi yang paling rentan terhadap kista arakhnoid, meskipun

pembentukan kista dapatterjadi pada masa remaja. Kista arakhnoid pada orang

dewasa lebih jarang terjadi.kista Arachnoid terjadi terutama pada laki-laki. Rasio laki-

laki berpengaruh terhadap perempuan adalah 4:1. Tingkat sebenarnya dari kejadian

kista arakhnoid tidak diketahui, karena banyak orang dengan gangguan tersebut tidak

mengalami gejaladan kista tetap tidak terdiagnosis.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi
Kista arakhnoid merupakan kelainan yang bersifat jinak, terjadi sepanjang

serebrospinal axis (intra-arachnoidal space-occupying lesions) berhubungan dengan

membran araknoid dan tidak terhubung dengan sistem ventrikuler, kistik, terbentuk

akibat pemisahan lapisan araknoid kongenital. Kista araknoid sering ditemukan

secara kebetulan, baik dengan ultrasound kranial janin atau sebagai temuan

asimtomatik saat dilakukan di masa dewasa.1 Kista araknoid adalah kelainan kistik

kongenital yang paling umum pada otak.2 1% massa intrakranial merupakan kista

araknoid. Saat ini banyak kista araknoid ditemukan secara kebetulan dalam beberapa

dekade pertama kehidupan karena lebih sering menggunakan ultrasounografi saat

pemeriksaan antenatal.2 Sekarang ini semakin banyaknya penggunaan ultrasonografi

dan semakin bagus kualitas ultrasonografi, semakin banyak juga janin dan antenatal

yang terdiagnosis kista araknoid saat masih ada dalam rahim, bahkan pada saat

trimester pertama.3 Al-Holou et al meninjau hampir 12.000 pasien yang menjalani

MRI otak untuk semua indikasi dan kista araknoid ditemukan pada 309 pasien

(2,6%).4 Studi lain tentang MRI otak pada 1000 sukarelawan sehat oleh Katzman

dkk. menemukan kista araknoid pada 0,3% populasi.5 Secara keseluruhan, literatur

umumnya mengutip prevalensi sekitar 1-1,5% pasien pada orang dewasa.6 dan

banyak pada anak.4 Kista araknoid lebih sering terjadi pada pria dengan rasio 2: 1 4

dan lebih sering terlihat di otak kiri daripada di kanan.3 Namun, tidak diketahui

penyebab pasti untuk dominasi sisi kiri atau kecenderungan mereka untuk terjadi

lebih sering pada populasi laki-laki. Lokasi yang paling umum dari kista araknoid

pada populasi orang dewasa (50-60%) adalah fosa kranial tengah atau fisura Sylvain.

Kista Araknoid infratentorial biasanya ditemukan diantara sudut serebelopontin atau

retroserebellar area. Lokasi ini sering ditemukan pada populasi anak anak. Bisa juga

ditemukan di region suprasellar pada 10% kasus, dan juga jarang terjadi pada daerah
2
spinal.7 Pada kasus yang jarang terjadi, kista tersebut dapat menimbulkan manifestasi

klinis karena efek desak massa pada bagian otak yang paling dekat, termasuk dapat

menimbulkan obstruksi ventrikel dan dapat berlanjut menjadi hidrosefalus.

2.2. Epidemiologi

Kista Araknoid ditemukan 4% dari populasi. Hanya 20% yang mengalami


gejala-gejala, biasanya dari hidrosefalus sekunder. Sebuah studi yang meneliti 2.536
laki-laki muda yang sehat menemukan prevalensi sebesar 1,7% (95% CI 1,2-2,3%).
Hanya sebagian kecil dari kelainan terdeteksi membutuhkan perhatian medis yang
mendesak.

Bayi yang paling rentan terhadap kista arakhnoid, meskipun pembentukan


kista dapat terjadi pada masa remaja. Kista arakhnoid pada orang dewasa lebih jarang
terjadi. kista Araknoid terjadi terutama pada laki-laki. Rasio laki-laki berpengaruh
terhadap perempuan adalah 4:1. Tingkat sebenarnya dari kejadian kista arakhnoid
tidak diketahui, karena banyak orang dengan gangguan tersebut tidak mengalami
gejala dan kista tetap tidak terdiagnosis.

2.3. Anatomi
Meningen Otak terdiri dari tiga lapisan yakni13 :
a. Dura Mater
Dura mater terdiri atas dua lapisan jaringan penyambung fibrosa yang kuat.
Lapisan luar dura mater kranial adalah periostreum dalam tengkorak. Lapisan dalam
adalah lapisan meningeal yang sesungguhnya; membentuk batas luar ruang subdural
yang sangat sempit. Kedua lapisan dural ini terpisah satu sama lain di sinus-sinus
dural. Diantara sinus sagitalis superior dan sinus sagitalis inferior, lipatang ganda
lapisan dural yang dalam membentuk falks serebri, yang terletak di bidang midsagital
diantara kedua hemisfer serebri; falks serebri bergabung dengan tentorium, yang
memisahkan serebelum dari serebrum. Struktur lain yang dibentuk oleh lipatan ganda
dura mater bagian dalam adalah falks serebeli yang memisahkan kedua hemisfer
serebeli, diaphragma sellae dan dinding rongga Meckel, yang mengandung ganglion
gasserian (trigeminal)13.
Arteri-arteri dural telatif berdiameter besar karena pembuluh darah tersebut
menyuplai tulang tengkorak serta dura meter. Pembuluh darah dural yang terbesar
adalah arteri meningea media, yang cabang-cabangnya tersebar diseluruh ermukaan
cembung tengkorak bagian lateral. Arteri ini adalah cabang dari arteri maksilaris,
yang berasal dari arteri karotis eksterna; arteri ini memasuki rongga tengkorak
3
melalui foramen spinosum. Arteri meningea anterior relative kecil dan memperdarahi
bagian tengah dura mater frontalis dsn bsgisn snterior falks serebri. Arteri ini
masukke dalam rongga tengkorak melalui bagian anterior lamina kribriformis. Arteri
ini adalah cabang arteri ermoidalis anterior, yang merupakan cabang arteri oftalmika;
dengan demikian arteri tersenut membawa darah dari arteri karotis interna. Arteri
meningea posterior memasuki rongga tengkorak melalui foramen jugularis untuk
memperdarahi dura mater fosa kranial posterior13.
Arteri meningea media membuat hubungan anastomosis di orbita dengan
arteri lakrimalis, cabang arteri oftalmika. Arteri oftalmika dipercabangkan dari arteri
karotis interna dekat aperture interna kanalis optik. Dengan demikian, pada beberapa
kasus arteri sentralis retina mendapat suplai darah melalui arteri meningeal media,
bahkan jika arteri oftalmika bagian proksimal mengalami oklusi13.
Dura mater spinalis. Kedua lapisan durs mater melekat erat satu dengan
lainnya di dalam rongga cranium, tetapi terpisah satu sama lain di lingkaran terluar
foramen magnum. Lapisan luar dural berlanjut sebagai perioteum kanalis spinalis,
sedangkan dalam membentuk sakus duralis yang menutup medulla spinalis. Rongga
diantara kedua lapisan ini disebut ruang epidural atau ekstradural, meskipun rongga
tersebut, sesungguhnya berada dialam dura mater. Ruang ini berisi jaringan ikat
longgar, lemak, dan pleksus venosus internal. Kedua lapisan dura mater spinalis
bergabung di tempat keluarnya radiks nervus spinal dari kanalis spinalis melalui
foramen intervertebralis. Ujung bawah sakus dural mengelilingi kauda equine dan
berakhir pada level S2. Kelanjutan dibawah level ini adalah filum dura mater, yang
melekat ke periosteum sakralis melalui ligamentum koksigeus fibrosus13.
Dura mater orbitalis. Pembagian yang sama pada kedua lapisan dura mater
ditemukan di orbita, tempat dura mater mencapai orbita, dari rongga cranium melalui
ekstensi di sepanjang kanalis optic. Lapisan luar dura adalah pembatas periosteum
tulang orbita. Lapisan dalam dura mengelilingi nervus optikus, bersama dengan pia
mater dan araknoidnya, serta ruang subraknoid perioptik diantaranya. Rongga ini
berhubungan dengan ruang subaraknoid rongga cranium. Lapisan dalam dur
berhubungan dengan sclera ketika nervus optikus memasuki bola mata 13.
Papiledema. Selubung dura nervus ptkus dapat teregang jika peningkatan tekanan
intracranial ditransmisikan ke ruang subaraknoid perioptik. Peregangan selubung dura
retrobulbar merupakan faktor utama terjadinya papilledema. Penyebab papilledema
lainnya adalah pendarahan subaraknoid intrakranial akut (akibat rupture aneurisma
atau malformasi vascular) dengan darah yang masuk ke dalam ruang subarachnoid
perioptik) 13.
Persarafan. Dura mater diatas tentorium dipersarafi oleh cabang-cabang
nervus trigeminus, bagian infratentorialnya oleh cabang segmen servikal nervus
spinal dan nervus vagus. Sebagian saraf dural bermielin, sedangkan sebagian lagi
4
tidak bermielin. Ujungnya terlihat berespons terhadap regangan karena stimulasi
mekanik dura dapat dirasakan di bawa kesadaran, dan sering menimbulkan nyeri.
Serabut aferen yang menyertai arteri meningea sangat sensitive terhadap nyeri 13
b. Arachnoid
Araknoid otak dan medulla spinalis merupakan membrane avascular yang tipis dan
rapuh, yang berhubungan erat dengan permukaan dalam dura mater. Ruang antara
araknoid dan pia mater (ruang subaraknoid) berisi cairan serebrospinal. Araknoid dan
pia mater berhubungan satu sama lain melewati rongga ini melalui benang-benang
tipis jaringan ikat. Pia mater melekat dengan permukaan otak beserta semua lipatan-
lipataya; sehingga ruang subaraknoid menjadi lebih luas apda area lainnya.
Pembesaran ruang subaraknoid disebut sisterna. Ruang subaraknoid kranial dan
spinal berhubungan langsung satu sama lain melalui foramen magnum. Sebagian
besar cabang arteri yang memperdarahi otak, dan sebagian besar saraf kranial,
berjalan di ruang subaraknoid. Sisterna subaraknoid kepala memiliki nama-nama
sendiri, misalnya sisterna serebelomedularis, yang disebut juga sisterna magna 13
c. Pia Mater
Pia Mater terdiri atas lapisan tipis sel-sel mesodermal yang menyerupai endotelium.
Berbeda dari araknoid, struktur ini tidak hanya meliputi seluruh permukaan eksternal
otak dan medulla spinalis yang terlihat, tetapi juga permukaan yang tidak terlihat di
sulkus yang dalam. Pia mater melekat pada sistem saraf pusat dibawahnya melalui
membrane ectodermal yang terdiri atas astrosit marginal (membrane pial-glial).
Pembuluh darah yang masuk atau keluar otak dan medulla spinalis melalui ruang
subarakniod ang dikelilingi oleh selubung seperti terowongan pia mater. Ruang
diantara pembuluh darah dan pia mater disekitarnya disebut ruang Virchow-Robin.
Saraf sensorik pia mater, tidak seperti pada dura mater, tidak berespons terhadap
stimulus mekanis atau termal, tetapi saraf ini diduga berespons terhadap regangan
vascular dan perubahan pada tonus dinding pembuluh darah13.

5
Gambar 2.1 Struktur Meningen13

Cairan Serebrospinal dan Sistem Ventrikular


Struktur Sistem Ventikular
Sistem ventikular terdiri atas dua vertikal lateral (masing-masing memiliki kornu
frontalis, bagian tengah = cella media, kornu posterior, dan kornu inferior); Ventrikel
ketiga yang sempit, terletak diantara kedua bagian diensafalon: dan ventrikel
keempat, yang membentang dari pons ke level medulla. Ventrikel lateral berhubungan
dengan ventrikel ketiga melalui foramen interventrikularis (Monro); ventrikel ketiga
berhubungan dengan ventrikel ke empat melalui akuaduktus serebri. Ventrikel
keempat berhubungan dengan ruang subaraknoid melalui tiga jalur: Sebuah aperture
median (foramen Magendie) dan sepasang aperture lateral ( foramen Luschka).

Gambar 2.2 Sistem Ventrikel13

2.4. Etiologi

6
Penyebab pastinya belum diketahui tetapi para peneliti menyatakan bahwa kista
araknoid dapat disebabkan oleh :
1. kelainan kongenital
2. herediter
3. trauma kepala
4. marfan syndrome
5. araknoiditis

2.5. Patofisiologi
Kista araknoid kongenital primer berkembang karena pemisahan araknoid di bagian

margin kista.8 Secara embriologis, meningen berasal dari mesoderm, dan melewati

perkembangan embrional. penyebab perkembangan kista araknoid adalah hasil dari

jaringan mesoektodermal menjadi terpisah selama melipat dari tabung saraf yang

terjadi sekitar hari ke 20.9 Lapisannya ista araknoid terbagi menjadi beberapa lapisan

yang sama morfologinya dengan granulasi araknoid.8 Namun, bagian dalam membran

dari kista araknoid ditemukan perbedaan struktur yang sangat kecil, perbedaan pada

membran araknoid normal dimana dindingnya ditemukan terbelah di pinggiran kista.

Ada juga varian kista yang terdapat sel di dalam dinding kista tidak seperti araknoid

normal, misalnya terdapat lapisan kolagen yang lebih tebal dan sel hiperplastik.8

Kadang kista araknoid terjadi bersamaan dengan anomali kongenital lainnya,

khususnya yang melibatkan corpus callosum dan ada kemungkinan hubungan antara

kista araknoid, agenesis timbal balik dan malformasi Chiari atau dengan kelainan

genetik seperti neurofibromatosis tipe 1.10 Hubungan dengan anomali congenital

lainnya mendukung teori bahwa kista araknoid memang fenomena kongenital. Kista

arakhnoid sekunder diperkirakan berkembang setelah cedera kepala, meningitis atau

intrakranial pendarahan.9 Kista araknoid paling sering asimtomatik dengan ukuran

yang stabil atau kadang-kadang mengalami penyusutan dan hilang seluruhnya.10 Kista

tersebut dapat membesar, namun dengan meningkatnya ukuran kista dapat

menyebabkan efek desak massa di sekitarnya dan remodelling dari calvarium.10

Beberapa Ada teori mengapa kista terkadang berkembang, beberapa penelitian

menghipotesiskan bahwa mekanisme katup satu arah dari sub araknoid cerebrospinal

7
fluid (CSF) yang menyebabkan kista mengalami pembesaran bertahap.11 Teori lain

mengusulkan adanya gradien osmotik antara kista dan CSF yang menarik CSF di ke

dalam kista yang menyebabkannya berkembang. Sifat osmotik cairan kista araknoid

tampaknya sebagian besar serupa dengan CSF, terutama di kista kongenital primer.

Teori ini mungkin lebih berat pada kista sekunder, dimana produk darah atau

inflamasi meningkatkan sifat osmotik cairan.12

2.6. Klasifikasi
Klasifikasi kista arachoid berdasarkan lokasinya dibagi menjadi :
- Sylvian fissue/middle fossa 49%
- Cerebellopontine angle 11%
- Quadrigeminal cistern 10%
- Vermian 9%
- Sellar/suprasellar 9%
- Interhemispheric 9%
- Spine - most commonly in Thoracic region
Typically dorsal
• Extra- or intra-dural

Gambar lokasi kista araknoid


Menurut sistem klasifikasi Galassi, kista araknoid yang berada pada fossa

media dibagi menjadi :


- Tipe I
8
Kista kecil, , spindle shaped, terbatas pada fossa cranial media. Biasanya
dengan berhubungan secara bebas dengan spatium subaraknoid
- Tipe II
Meluas ke superior sepanjang fissura silvii (melibatkan segmen anterior
dan intermediat dari fissura silvii) dengan temporal lobe displacemet.
Berhubungan secara parsial dengan spatium subaraknoid.
- Tipe III
Kista besar yang mengisi seluruh fossa cranial media dengan pergeran
lobus temporal dan juga lobus frotal serta lobus parietal. Hubungan
dengan spatium subaracnoid minimal.

Gambar kista araknoid tipe I

9
Gambar kista araknoid tipe II

Gambar kista araknoid tipe III

2.7. Gejala klinis pada kista araknoid


1. pada kista yg masih berukuran kecil tidak ada gejala
2. kepala membesar
3. sakit kepala
4. seizures ( kejang mendadak)
5. hidrocephalus
6. meningkatnya tekanan intracranial
7. hemiparesis
8. ataxia
9. Nausea
10. gangguan pendengaran
11. gangguan penglihatan
12. vomiting
13. vertigo
14. gangguan keseimbangan tubuh
15. sulit berjalan

10
(A) Panah menunjukkan kista araknoid pada batang otak, cerebellum dan
ventrikel keempat. (B) Post-operasi, desakan kista pada batang otak,
cerebellum dan ventrikel keempat berkurang.

Gambaran MRI potongan sagital kepala , diatas menunjukkan kista


araknoid (ditunjukkan panah)

2.8. Diagnosa kista Araknoid


Gejala tergantung pada ukuran dan lokasi kista, kista yang sangat kecil
mungkin tidak menimbulkan gejala sama sekali. Kista yang lebih besar dapat
menyebabkan berbagai gejala neurologis, termasuk:
• sakit kepala
• mual dan muntah
• kejang
• gangguan mendengar dan visual
• hydrocephalus (pembesaran kepala akibat akumulasi cairan cerebrospinal)
Kista besar dengan gejala biasanya diidentifikasi oleh studi pencitraan sebagai bagian
dari pemeriksaan neurologis. MRI adalah teknik disukai, karena scan ini dapat
mengungkapkan kista berisi cairan berbeda dari kista jenis lain.

11
Gambar. MRI Brain (coronal)

2.9. Diagnosa Banding


• CSF diperbesar ruang: mis magna cisterna mega
• kista epidermoid
• subdural hygroma / perdarahan subdural kronis
• tumor kistik: sering akan memiliki komponen padat / meningkatkan
dan intra-aksial
• non-neoplastik kista
o kista neurenteric
o kista neuroglial
o kista porencephalic

Gambar Kista Epidermoid Gambar Mega sisterna magna

Gambar Kista neuroglia


2.10. Penatalaksanaan

12
Beberapa dokter lebih memilih untuk mengobati simptomatik kista
arakhnoid, sementara yang lain mendukung pengobatan pencegahan untuk
kista tanpa gejala untuk mencegah kemungkinan kerusakan masa depan.
Beberapa dokter memfokuskan pada pengurangan terjadinya gejala, sementara
yang lain merekomendasikan untuk operasi.

Tujuan dari pembedahan adalah untuk mengkosongkan kista dan


mencegah pengisian kembali dari kista. Hal ini dilakukan dengan
menghilangkan membran luar kista atau dengan membuat lubang kecil di kista
(fenestrating kapsul) untuk membuat komunikasi yang luas dengan ruang
subaraknoid normal di sekitarnya.

Kista arakhnoid tertentu di dasar tengkorak, seperti kista Sellar dan


suprasellar, dapat dicapai langsung melalui Endoskopi endonasal Approach
(EEA). Ini merupakan prosedur operasi invasif minimal menggunakan hidung
sebagai koridor alami untuk mencapai lesi ini. Tidak ada sayatan pada kulit
wajah atau kepala.

Sebuah kista arakhnoid kadang-kadang tidak menyebabkan gejala. Dokter mungkin


hanya memonitor kista untuk memastikan tidak berubah ukuran.

13
Jika kista menyebabkan masalah seperti sakit kepala, mual, muntah, perubahan
aktivitas atau masalah dengan visi dan keseimbangan, mungkin perlu sebuah prosedur
untuk menghilangkan kista.

a) Pengobatan Kista Araknoid Pilihan


Karena sifat kista arakhnoid, dokter tidak bisa secara sederhana
memotong mereka keluar. Tergantung pada kebutuhan, ahli bedah saraf
akan merekomendasikan satu dari dua jenis prosedur untuk
menghilangkan kista arakhnoid.
b) Membuka kista (fenestration)
Ahli bedah saraf membuat luka kecil (insisi) di dekat lokasi kista
arakhnoid. Kemudian ahli bedah saraf yang menempatkan endoskop
fleksibel melalui insisi. Endoskopi ini memiliki lampu kecil dan kamera
yang memungkinkan ahli bedah saraf untuk melihat kista arakhnoid.
ahli bedah saraf juga dapat menggunakan endoskop untuk membuat
lubang di kista dan membukanya.
Setelah kista arakhnoid telah dibuka, cairan di dalamnya mengalir ke
area lain dari otak yang berisi cairan cerebrospinal. Tubuh anak Anda
menyerap kembali cairan dari kista.

c) Memasukkan shunt ke dalam kista


Shunt adalah suatu tabung kecil (kateter) yang mengalirkan cairan
cerebrospinal dari satu tempat di dalam tubuh yang lain. Selama
prosedur ini, ahli bedah saraf anak Anda membuat luka kecil di dekat
lokasi kista arakhnoid. Kemudian, ahli bedah saraf menempatkan shunt
dalam kista arakhnoid. Shunt mengalirkan cairan dalam kista ke bagian
lain dari tubuh anak Anda, seperti perut (abdomen). Setelah cairan di
perut, tubuh anak Anda menyerap kembali itu.

14
Gambar. Pemasangan shunt

2.11. Pronosis

Sementara banyak kista arakhnoid tidak menimbulkan gejala dan tidak


memerlukan pengobatan, yang lain, jika tidak ditangani, maka kista akan terus
tumbuh, dapat menyebabkan perdarahan interkranial, hidrocephalus, koma dan
bahkan kematian. Hasilnya bisa terjadi kerusakan saraf permanen. Namun, dengan
pengobatan, prospek orang-orang dengan kista arakhnoid yang paling tinggi efek
desakan dan kerusakan saraf permanen dapat dihindari. Bahkan setelah pengobatan,
sebagian kista mungkin tetap tersisa. Gejala dan tanda klinis cenderung menghilang
setelah pengobatan berhasil.
Pemulihan setelah bedah biasanya cepat, dengan gejala cepat menghilang
setelah aliran csf diperbaiki, dengan asumsi tidak ada kerusakan saraf permanen
terjadi sebelum perawatan. Seorang bayi aktif atau anak-anak muda sering memakai
helm pelindung selama tahap pemulihan. tahap perkembangan fisik dan mental
biasanya dimonitor untuk bayi dan anak-anak. Tindak lanjut pemantauan shunt yang
ditanamkan dan penilaian secara keseluruhan kista biasanya diperlukan.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Logan C, Asadi H, Kok HK, Looby S, O’Hare A, et al. 2016. Arachnoid Cysts

- Common and Uncommon Clinical Presentations and Radiological Features.

J Neuroimaging Psychiatry Neurol 1(2): 79-84.


2. Gosalakkal JA. 2002. Intracranial arachnoid cysts in children: a review of

pathogenesis, clinical features, and management. Pediatr Neurol 26(2): 93-98.

doi: 10.1016/S0887-8994(01)00329-0
3. Bretelle F, Senat MV, Bernard JP, Hillion Y, Ville Y. 2002. First-trimester

diagnosis of fetal arachnoid cyst: prenatal implication. Ultrasound Obstet

Gynecol 20(4): 400-402. doi: 10.1046/j.1469-0705.2002.00813.x


4. Al-Holou WN, Yew AY, Boomsaad ZE, Garton HJ, Muraszko KM, et al.

2010. Prevalence and natural history of arachnoid cysts in children. J

Neurosurg Pediatr 5(6): 578-585. doi: 10.3171/2010.2.PEDS09464


5. Katzman GL, Dagher AP, Patronas NJ. 1999. Incidental findings on brain

magnetic resonance imaging from 1000 asymptomatic volunteers. JAMA

282(1): 36-39. doi: 10.1001/jama.282.1.36


6. Weber F, Knopf H. 2004. Cranial MRI as a screening tool: findings in 1,772

military pilot applicants. Aviat Space Environ Med 75(2): 158- 161.
7. Campistol Plana J, Costa Clara JM, Fernandez-Alvarez E. 1983. Intracranial

arachnoid cysts in children. Review of 34 cases. An Esp Pediatr 19(6): 459-

470.
8. Santamarta D, Aguas J, Ferrer E. 1995. The natural history of arachnoid cysts:

endoscopic and cine-mode MRI evidence of a slit-valve mechanism. Minim

Invasive Neurosurg 38(4): 133-137. doi: 10.1055/s2008-1053473


9. Weber F, Knopf H. 2004. Cranial MRI as a screening tool: findings in 1,772

military pilot applicants. Aviat Space Environ Med 75(2): 158- 161.
10. Campistol Plana J, Costa Clara JM, Fernandez-Alvarez E. 1983. Intracranial

arachnoid cysts in children. Review of 34 cases. An Esp Pediatr 19(6): 459-

470.
11. Cagnoni G, Fonda C, Pancani S, Pampaloni A, Mugnaini L. 1996. Intracranial

arachnoid cyst in pediatric age. Pediatr Med Chir 18(1): 85-90.

16
12. Go KG, Houthoff HJ, Blaauw EH, Havinga P, Hartsuiker J. 1984. Arachnoid

cysts of the sylvian fissure. Evidence of fluid secretion. J Neurosurg 60(4):

803-813. doi: 10.3171/jns.1984.60.4.0803


13. Frotscher M, Baehr M. 2016. Selubung Otak dan Medula Spinalis, Cairan

Serebrospinal dan Sistem Ventrikular In : Diagnosis Topik Neurologi DUUS,

5th Edition. pp :323-331

17

Anda mungkin juga menyukai