PENDAHULUAN
Kista arachnoid adalah kista jinak yang terjadi sepanjang serebrospinal axis
arachnoid dantidak terhubung dengan sistem ventrikuler. Kista ini biasanya berisi
cairan jernihtidak berwarna yang identik dengan cairan serebrospinal normal dan
jarang kista ini berisi cairan xantokrom. Kebanyakan kista ini adalah anomali
berhubungan dengan neoplasma atau akibat dari adhesi yang terjadi dan hal ini
sekitar 1% darimassa intrakranial dan 50-60% terjadi pada fossa cranial media. kista
lakilaki muda yang sehat menemukan prevalensi sebesar 1,7% (95% CI 1,2-2,3%).
pembentukan kista dapatterjadi pada masa remaja. Kista arakhnoid pada orang
dewasa lebih jarang terjadi.kista Arachnoid terjadi terutama pada laki-laki. Rasio laki-
laki berpengaruh terhadap perempuan adalah 4:1. Tingkat sebenarnya dari kejadian
kista arakhnoid tidak diketahui, karena banyak orang dengan gangguan tersebut tidak
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Kista arakhnoid merupakan kelainan yang bersifat jinak, terjadi sepanjang
membran araknoid dan tidak terhubung dengan sistem ventrikuler, kistik, terbentuk
secara kebetulan, baik dengan ultrasound kranial janin atau sebagai temuan
asimtomatik saat dilakukan di masa dewasa.1 Kista araknoid adalah kelainan kistik
kongenital yang paling umum pada otak.2 1% massa intrakranial merupakan kista
araknoid. Saat ini banyak kista araknoid ditemukan secara kebetulan dalam beberapa
dan semakin bagus kualitas ultrasonografi, semakin banyak juga janin dan antenatal
yang terdiagnosis kista araknoid saat masih ada dalam rahim, bahkan pada saat
MRI otak untuk semua indikasi dan kista araknoid ditemukan pada 309 pasien
(2,6%).4 Studi lain tentang MRI otak pada 1000 sukarelawan sehat oleh Katzman
dkk. menemukan kista araknoid pada 0,3% populasi.5 Secara keseluruhan, literatur
umumnya mengutip prevalensi sekitar 1-1,5% pasien pada orang dewasa.6 dan
banyak pada anak.4 Kista araknoid lebih sering terjadi pada pria dengan rasio 2: 1 4
dan lebih sering terlihat di otak kiri daripada di kanan.3 Namun, tidak diketahui
penyebab pasti untuk dominasi sisi kiri atau kecenderungan mereka untuk terjadi
lebih sering pada populasi laki-laki. Lokasi yang paling umum dari kista araknoid
pada populasi orang dewasa (50-60%) adalah fosa kranial tengah atau fisura Sylvain.
retroserebellar area. Lokasi ini sering ditemukan pada populasi anak anak. Bisa juga
ditemukan di region suprasellar pada 10% kasus, dan juga jarang terjadi pada daerah
2
spinal.7 Pada kasus yang jarang terjadi, kista tersebut dapat menimbulkan manifestasi
klinis karena efek desak massa pada bagian otak yang paling dekat, termasuk dapat
2.2. Epidemiologi
2.3. Anatomi
Meningen Otak terdiri dari tiga lapisan yakni13 :
a. Dura Mater
Dura mater terdiri atas dua lapisan jaringan penyambung fibrosa yang kuat.
Lapisan luar dura mater kranial adalah periostreum dalam tengkorak. Lapisan dalam
adalah lapisan meningeal yang sesungguhnya; membentuk batas luar ruang subdural
yang sangat sempit. Kedua lapisan dural ini terpisah satu sama lain di sinus-sinus
dural. Diantara sinus sagitalis superior dan sinus sagitalis inferior, lipatang ganda
lapisan dural yang dalam membentuk falks serebri, yang terletak di bidang midsagital
diantara kedua hemisfer serebri; falks serebri bergabung dengan tentorium, yang
memisahkan serebelum dari serebrum. Struktur lain yang dibentuk oleh lipatan ganda
dura mater bagian dalam adalah falks serebeli yang memisahkan kedua hemisfer
serebeli, diaphragma sellae dan dinding rongga Meckel, yang mengandung ganglion
gasserian (trigeminal)13.
Arteri-arteri dural telatif berdiameter besar karena pembuluh darah tersebut
menyuplai tulang tengkorak serta dura meter. Pembuluh darah dural yang terbesar
adalah arteri meningea media, yang cabang-cabangnya tersebar diseluruh ermukaan
cembung tengkorak bagian lateral. Arteri ini adalah cabang dari arteri maksilaris,
yang berasal dari arteri karotis eksterna; arteri ini memasuki rongga tengkorak
3
melalui foramen spinosum. Arteri meningea anterior relative kecil dan memperdarahi
bagian tengah dura mater frontalis dsn bsgisn snterior falks serebri. Arteri ini
masukke dalam rongga tengkorak melalui bagian anterior lamina kribriformis. Arteri
ini adalah cabang arteri ermoidalis anterior, yang merupakan cabang arteri oftalmika;
dengan demikian arteri tersenut membawa darah dari arteri karotis interna. Arteri
meningea posterior memasuki rongga tengkorak melalui foramen jugularis untuk
memperdarahi dura mater fosa kranial posterior13.
Arteri meningea media membuat hubungan anastomosis di orbita dengan
arteri lakrimalis, cabang arteri oftalmika. Arteri oftalmika dipercabangkan dari arteri
karotis interna dekat aperture interna kanalis optik. Dengan demikian, pada beberapa
kasus arteri sentralis retina mendapat suplai darah melalui arteri meningeal media,
bahkan jika arteri oftalmika bagian proksimal mengalami oklusi13.
Dura mater spinalis. Kedua lapisan durs mater melekat erat satu dengan
lainnya di dalam rongga cranium, tetapi terpisah satu sama lain di lingkaran terluar
foramen magnum. Lapisan luar dural berlanjut sebagai perioteum kanalis spinalis,
sedangkan dalam membentuk sakus duralis yang menutup medulla spinalis. Rongga
diantara kedua lapisan ini disebut ruang epidural atau ekstradural, meskipun rongga
tersebut, sesungguhnya berada dialam dura mater. Ruang ini berisi jaringan ikat
longgar, lemak, dan pleksus venosus internal. Kedua lapisan dura mater spinalis
bergabung di tempat keluarnya radiks nervus spinal dari kanalis spinalis melalui
foramen intervertebralis. Ujung bawah sakus dural mengelilingi kauda equine dan
berakhir pada level S2. Kelanjutan dibawah level ini adalah filum dura mater, yang
melekat ke periosteum sakralis melalui ligamentum koksigeus fibrosus13.
Dura mater orbitalis. Pembagian yang sama pada kedua lapisan dura mater
ditemukan di orbita, tempat dura mater mencapai orbita, dari rongga cranium melalui
ekstensi di sepanjang kanalis optic. Lapisan luar dura adalah pembatas periosteum
tulang orbita. Lapisan dalam dura mengelilingi nervus optikus, bersama dengan pia
mater dan araknoidnya, serta ruang subraknoid perioptik diantaranya. Rongga ini
berhubungan dengan ruang subaraknoid rongga cranium. Lapisan dalam dur
berhubungan dengan sclera ketika nervus optikus memasuki bola mata 13.
Papiledema. Selubung dura nervus ptkus dapat teregang jika peningkatan tekanan
intracranial ditransmisikan ke ruang subaraknoid perioptik. Peregangan selubung dura
retrobulbar merupakan faktor utama terjadinya papilledema. Penyebab papilledema
lainnya adalah pendarahan subaraknoid intrakranial akut (akibat rupture aneurisma
atau malformasi vascular) dengan darah yang masuk ke dalam ruang subarachnoid
perioptik) 13.
Persarafan. Dura mater diatas tentorium dipersarafi oleh cabang-cabang
nervus trigeminus, bagian infratentorialnya oleh cabang segmen servikal nervus
spinal dan nervus vagus. Sebagian saraf dural bermielin, sedangkan sebagian lagi
4
tidak bermielin. Ujungnya terlihat berespons terhadap regangan karena stimulasi
mekanik dura dapat dirasakan di bawa kesadaran, dan sering menimbulkan nyeri.
Serabut aferen yang menyertai arteri meningea sangat sensitive terhadap nyeri 13
b. Arachnoid
Araknoid otak dan medulla spinalis merupakan membrane avascular yang tipis dan
rapuh, yang berhubungan erat dengan permukaan dalam dura mater. Ruang antara
araknoid dan pia mater (ruang subaraknoid) berisi cairan serebrospinal. Araknoid dan
pia mater berhubungan satu sama lain melewati rongga ini melalui benang-benang
tipis jaringan ikat. Pia mater melekat dengan permukaan otak beserta semua lipatan-
lipataya; sehingga ruang subaraknoid menjadi lebih luas apda area lainnya.
Pembesaran ruang subaraknoid disebut sisterna. Ruang subaraknoid kranial dan
spinal berhubungan langsung satu sama lain melalui foramen magnum. Sebagian
besar cabang arteri yang memperdarahi otak, dan sebagian besar saraf kranial,
berjalan di ruang subaraknoid. Sisterna subaraknoid kepala memiliki nama-nama
sendiri, misalnya sisterna serebelomedularis, yang disebut juga sisterna magna 13
c. Pia Mater
Pia Mater terdiri atas lapisan tipis sel-sel mesodermal yang menyerupai endotelium.
Berbeda dari araknoid, struktur ini tidak hanya meliputi seluruh permukaan eksternal
otak dan medulla spinalis yang terlihat, tetapi juga permukaan yang tidak terlihat di
sulkus yang dalam. Pia mater melekat pada sistem saraf pusat dibawahnya melalui
membrane ectodermal yang terdiri atas astrosit marginal (membrane pial-glial).
Pembuluh darah yang masuk atau keluar otak dan medulla spinalis melalui ruang
subarakniod ang dikelilingi oleh selubung seperti terowongan pia mater. Ruang
diantara pembuluh darah dan pia mater disekitarnya disebut ruang Virchow-Robin.
Saraf sensorik pia mater, tidak seperti pada dura mater, tidak berespons terhadap
stimulus mekanis atau termal, tetapi saraf ini diduga berespons terhadap regangan
vascular dan perubahan pada tonus dinding pembuluh darah13.
5
Gambar 2.1 Struktur Meningen13
2.4. Etiologi
6
Penyebab pastinya belum diketahui tetapi para peneliti menyatakan bahwa kista
araknoid dapat disebabkan oleh :
1. kelainan kongenital
2. herediter
3. trauma kepala
4. marfan syndrome
5. araknoiditis
2.5. Patofisiologi
Kista araknoid kongenital primer berkembang karena pemisahan araknoid di bagian
margin kista.8 Secara embriologis, meningen berasal dari mesoderm, dan melewati
jaringan mesoektodermal menjadi terpisah selama melipat dari tabung saraf yang
terjadi sekitar hari ke 20.9 Lapisannya ista araknoid terbagi menjadi beberapa lapisan
yang sama morfologinya dengan granulasi araknoid.8 Namun, bagian dalam membran
dari kista araknoid ditemukan perbedaan struktur yang sangat kecil, perbedaan pada
Ada juga varian kista yang terdapat sel di dalam dinding kista tidak seperti araknoid
normal, misalnya terdapat lapisan kolagen yang lebih tebal dan sel hiperplastik.8
khususnya yang melibatkan corpus callosum dan ada kemungkinan hubungan antara
kista araknoid, agenesis timbal balik dan malformasi Chiari atau dengan kelainan
lainnya mendukung teori bahwa kista araknoid memang fenomena kongenital. Kista
yang stabil atau kadang-kadang mengalami penyusutan dan hilang seluruhnya.10 Kista
menghipotesiskan bahwa mekanisme katup satu arah dari sub araknoid cerebrospinal
7
fluid (CSF) yang menyebabkan kista mengalami pembesaran bertahap.11 Teori lain
mengusulkan adanya gradien osmotik antara kista dan CSF yang menarik CSF di ke
dalam kista yang menyebabkannya berkembang. Sifat osmotik cairan kista araknoid
tampaknya sebagian besar serupa dengan CSF, terutama di kista kongenital primer.
Teori ini mungkin lebih berat pada kista sekunder, dimana produk darah atau
2.6. Klasifikasi
Klasifikasi kista arachoid berdasarkan lokasinya dibagi menjadi :
- Sylvian fissue/middle fossa 49%
- Cerebellopontine angle 11%
- Quadrigeminal cistern 10%
- Vermian 9%
- Sellar/suprasellar 9%
- Interhemispheric 9%
- Spine - most commonly in Thoracic region
Typically dorsal
• Extra- or intra-dural
9
Gambar kista araknoid tipe II
10
(A) Panah menunjukkan kista araknoid pada batang otak, cerebellum dan
ventrikel keempat. (B) Post-operasi, desakan kista pada batang otak,
cerebellum dan ventrikel keempat berkurang.
11
Gambar. MRI Brain (coronal)
12
Beberapa dokter lebih memilih untuk mengobati simptomatik kista
arakhnoid, sementara yang lain mendukung pengobatan pencegahan untuk
kista tanpa gejala untuk mencegah kemungkinan kerusakan masa depan.
Beberapa dokter memfokuskan pada pengurangan terjadinya gejala, sementara
yang lain merekomendasikan untuk operasi.
13
Jika kista menyebabkan masalah seperti sakit kepala, mual, muntah, perubahan
aktivitas atau masalah dengan visi dan keseimbangan, mungkin perlu sebuah prosedur
untuk menghilangkan kista.
14
Gambar. Pemasangan shunt
2.11. Pronosis
15
DAFTAR PUSTAKA
1. Logan C, Asadi H, Kok HK, Looby S, O’Hare A, et al. 2016. Arachnoid Cysts
doi: 10.1016/S0887-8994(01)00329-0
3. Bretelle F, Senat MV, Bernard JP, Hillion Y, Ville Y. 2002. First-trimester
military pilot applicants. Aviat Space Environ Med 75(2): 158- 161.
7. Campistol Plana J, Costa Clara JM, Fernandez-Alvarez E. 1983. Intracranial
470.
8. Santamarta D, Aguas J, Ferrer E. 1995. The natural history of arachnoid cysts:
military pilot applicants. Aviat Space Environ Med 75(2): 158- 161.
10. Campistol Plana J, Costa Clara JM, Fernandez-Alvarez E. 1983. Intracranial
470.
11. Cagnoni G, Fonda C, Pancani S, Pampaloni A, Mugnaini L. 1996. Intracranial
16
12. Go KG, Houthoff HJ, Blaauw EH, Havinga P, Hartsuiker J. 1984. Arachnoid
17