Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENELITIAN

UJI VISKOSITAS PADA DUA JENIS MINYAK PELUMAS

OLEH :

1. RIZKI HERMAWAN (150401042)

2. MAR’I MUHAMMAD (150401032)

3. T. ISTAULA FEBRIAN (140401037)

4. FAUZI PERINTA TARIGAN (140401030)

5. RIZKY AMRILA (140401003)

6. MEHTA GAFARI LUBIS (140401055)

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pelumasan merupakan hal yang paling penting dalam pengoperasian mesin.


Penggunaan minyak pelumasan yang baik sekalipun, apabila kurangnya perhatian terhadap
minyak pelumas itu sendiri maka akan menyebabkan minyak pelumas tersebut akan cepat
mengalami penurunan kualitas. Degradasi dan kontaminasi air adalah salah satu faktor
penyebab menurunnya kualitas minyak pelumas.
Pelumasan terhadap mesin digunakan untuk menghindari terjadinya gesekan langsung
antar logam dalam mesin, sehingga tingkat keausan logam dan kerusakan mesin dapat
dikurangi. Dengan perawatan secara berkala umur mesin menjadi lebih lama. Keadaan
optimum pelumasan logam dapat dicapai jika permukaan logam yang bersentuhan dilapisi
secara sempurna oleh minyak pelumas. Untuk mendapatkan minyak pelumas yang sempurna,
karakteristik dan jenis oli yang digunakan harus diperhatikan. Factor kekentalan dan
viskositas, bahan dasar oli merupakan besaran yang harus disesuaikan dengan klasifikasi
mesin. Dengan demikian jenis minyak pelumas yang sesuai dapat digunakan menurut tipe,
performa, maupun kebutuhan penggunanya. Mesin yang bekerja pada kecepatan yang tinggi
memerlukan nilai viskositas yang rendah dan begitu juga sebaliknya.
Sistem pelumasan merupakan hal yang paling penting didalam kinerja suatu mesin.
Oli mesin dapat berfungsi sebagai minyak pelumas, pendingin dan pelindung dari karat.
Pelumasan terhadap mesin digunakan untuk menghindari terjadinya gesekan langsung antara
logam dalam mesin, sehingga tingkat keausan logam dan tingkat kerusakan mesin dapat
dikurangi sehingga usia pakai ( life time) mesin semakin awet. Karena pentingnya oli untuk
mesin sebagai pelumasan maka oli tersebut harus terhindar dari kontaminasi salah satunya
adalah terhindar dari kontaminasi kadar air ( water content ).
Saat ini masyarakat awam mengenal oli hanya dengan melihat merek dari yang
terkenal, tidak melihat kekentalan oli yang karena terbatasnya alat ukur untuk ini.pada
penelitian ini penulis akan mengukur perbandinga kekentalan miyak pelumas menggunakan
metode bola jatuh .
1.2 Batasan Masalah

Untuk membatasi masalah-masalah yang ada, maka penulis membatasi ruang lingkup
masalah sebagai berikut :
1. Prinsip kerja alat untuk mengukur viskositas oli (pelumas)
2. Minyak pelumas yang digunakan yaitu OLI SAE ,dan minyak goreng
3. Menggunakan metode Stokes (bola jatuh)

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini ialah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui kekentalan pada minyak pelumas

2. Membandingkan Kekentalan minyak pelumas yang di teliti

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini penelitian untuk mengetahui kekentalan pada minyak
pelumas yang diteliti . Dari hasil yang telah di teliti lalu di dapatkan perbandingan kekentalan
minyak pelumas yang diteliti dengan menggunakan metode bola jatuh .

1.5 Metode penelitian

1. Studi pustaka , yaitu menggunakan sumber melalui buku, jurnal, disertai browsing
melalui internet, serta sumber sumber lainnya yang relevan digunakan pada penelitian

2. Pengujian, yaitu dengan melakukan pengujian kekentalan minyak pelumas


menggunakan metode bola jatuh

.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Pelumasan

Pelumas adalah zat kimia, yang umumnya cairan, yang diberikan di antara dua benda
bergerak untuk mengurangi gaya gesek. Zat ini merupakan fraksi hasil destilasi minyak bumi
yang memiliki suhu 105-135 derajat celcius. Pelumas berfungsi sebagai lapisan pelindung
yang memisahkan dua permukaan yang berhubungan. Umumnya pelumas terdiri dari 90%
minyak dasar dan 10% zat tambahan. Salah satu penggunaan pelumas paling utama adalah oli
mesin yang dipakai pada mesin pembakaran dalam.

Pelumas dapat didefinisikan sebagai suatu zat yang berada atau disisipan diantara dua
permukaan yang bergerak secara relatif agar dapat mengurangi gesekan antar permukaan
tersebut. Tidak diketahui dengan pasti kapan pelumas mulai digunakan, namun bermacam
bentuk bearing telah ditemukan di Timur Tengah beberapa ribu tahun sebelum masehi.
Konsep pelumas sudah mulai sejak itu walaupun hanya menggunakan air. Pelumas modern
pada saat ini sudah sangat khusus dan kompleks. Minyak dasar dari minyak bumi secara
konvensional sudah tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan peralatan-peralatan modern,
khususnya untuk pemakaian pada temperature tinggi, serta penambahan bahan sintetis atau
bahan dasar minyak bumi yang sudah diproses sekarang ini sudah cukup banyak digunakan
pada kendaraan penumpang. Di waktu yang akan datang, kebanyakan minyak dasar harus
digunakan hampir secara keseluruhan dengan minyak dasar sintetis atau minyak dasar dari
minyak bumi dengan cara pemrosesan baru.

Fungsi Minyak Pelumas. Fungsi-fungsi dasar pelumas tentu saja adalah mengurangi
gesekan dan mencegah wear. Dalam realitanya, pelumas harus juga dapat memenuhi faktor
lainnya yang juga vital dalam pengoperasian peralatan. Mercedes-Benz sebagai manufaktur
otomobil dan engine telah membuat list, lebih dari 40 sifat-sifat yang diperlukan agar dapat
memenuhi persyaratan sebagai engine oil. Minyak pelumas yang khusus seperti minyak
hidrolik dan minyak transmisi juga mempunyai persyaratan lainnya yang harus
dipertimbangkan, sedangkan produk padatan atau semi-padatan seperti gemuk juga
mempunyai persyaratan khusus dan diukur dengan cara yang lain pula. Sifat-sifat pelumas
yang diharapkan yaitu dapat menimbulkan aspek positif (seperti mencegah wear dll.)
sedangkan sifat yang tidak diharapkan yaitu menimbulkan aspek negatif (seperti minyak
menyebabkan bagian-bagian engine terkorosi dll.). Sifat-sifat positif pelumas secara praktis
untuk pelumasan kendaraan adalah sebagai berikut: Mengurangi gesekan - Dengan
mengurangi gesekan berarti akan mengurangi juga energy dan juga mengurangi pemanasan
lokal. Mengurangi wear - Adalah suatu kebutuhan menjaga peralatan agar tetap bisa
beroperasi untuk periode yang lama dan bekerja secara efisien. Pendingin - Di dalam engine,
pelumas juga berfungsi sebagai zat penukar panas antara bagian-bagian yang terpanasi akibat
pembakaran (misal: piston) dan sistem pelepas panas (misal: jacket pendingin dll.). Pada
sistem yang lain, pelumas sebagai pelepas panas dari hasil gesekan atau kerja mekanik
lainnya. Anti korosi - Baik dari hasil degradasi pelumas atau akibat kontaminasi hasil
pembakaran, pelumas bisa bersifat asam dan menjadikan korosi pada logam. Adanya uap air
dapat juga menyebabkan karat pada besi. Oleh sebab itu pelumas harus bisa menanggulangi
efek-efek tersebut. Pembersih - Pelumas juga sebaiknya bisa mencegah terjadinya fouling
serpihan-serpihan yang dihasilkan dari proses mekanis, dari hasil degradasi pelumas itu
sendiri maupun dari hasil proses pembakaran. Apa yang disebut deposit adalah seperti karbon
padat, varnish atau endapan. Ini dapat mengganggu pengoperasian alat. Kasus ekstrem adalah
ring piston tidak bisa bergerak, dan aliran minyak tersumbat, hal ini bisa terjadi jika minyak
pelumas tidak mampu mencegah hal ini. Pencegahan deposit dan juga dispersi kontaminan
termasuk dalam kategori ini. Seal - Minyak pelumas seharusnya dapat juga menjadi seal
antara piston dan silinder (piston ke ring dan ring ke dinding silinder).
Gambar 2.1 Pelumas

Untuk mendapatkan fungsi-fungsi tersebut di atas berdasarkan tinjauan ekonomi,


pelumas haruslah mempunyai sifat-sifat tertentu sesuai dengan alat dimana pelumas itu
digunakan. Perlu ada kesesuaian antara persyaratan-persyaratan yang saling bertentangan,
beberapa batasan negatif terangkum sebagai berikut dibawah ini, pelumas tidak boleh:
Mempunyai viskositas yang terlalu rendah. Hal ini akan memungkinkan kontak antara logam
dengan logam menyebabkan terjadinya wear serta dapat meningkatkan lepasnya/hilangnya
pelumas. Mempunyai viskositas yang terlalu tinggi. Hal ini akan meningkatkan tenaga dan,
dalam kasus engine, dapat menyulitkan pada saat start. Mempunyai indeks viskositas yang
terlalu rendah. Hal ini berarti bahwa lapisan film pelumas tidak terlalu tipis pada saat
temperatur tinggi (atau tidak terlalu tebal pada saat temperatur rendah). Terlalu mudah
menguap. Tingkat penguapan tinggi (high volatility) akan menyebabkan tingkat konsumsi
pelumas naik akibat teruapkannya kandungan ringan dari pelumas tersebut. Berbusa saat
digunakan. Jika berbusa, minyak akan kehilangan sifat pelumasannya, dan/atau berkurangnya
minyak itu sendiri dari engine. Menjadi tidak stabil karena terhadap oksidasi ataupun reaksi
kimia. Pelumas engine ditujukan untuk temperatur tinggi dan juga mencegah kontaminasi
asam atau zat kimia lainnya. Minyak pelumas haruslah tahan terhadap hal ini agar pelumas
tersebut tetap awet.
2.2 Fungsi Dan Tujuan pelumasan

Pada berbagai jenis mesin dan peralatan yang sedang bergerak, akan terjadi peristiwa
pergesekan antara logam. Oleh karena itu akan terjadi peristiwa pelepasan partikel partikel
dari pergesekan tersebut. Keadaan dimana logam melepaskan partikel disebut aus atau
keausan. Untuk mencegah atau mengurangi keausan yang lebih parah yaitu memperlancar
kerja mesin dan memperpanjang usia dari mesin dan peralatan itu sendiri, maka bagian
bagian logam dan peralatan yang mengalami gesekan tersebut diberi perlindungan ekstra.

1. Tugas pokok pelumas


Pada dasarnya yang menjadi tugas pokok pelumas adalah mencegah atau mengurangi
keausan sebagai akibat dari kontak langsung antara permukaan logam yang satu dengan
permukaan logam lain terus menerus bergerak. Selain keausan dapat dikurangi, permukaan
logam yang terlumasi akan mengurangi besar tenaga yang diperlukan akibat terserap gesekan,
dan panas yang ditimbulkan oleh gesekan akan berkurang.
2. Tugas tambahan pelumas
Selain mempunyai tugas pokok, pelumas juga berfungsi sebagai penghantar panas.
Pada mesin mesin dengan kecepatan putaran tinggi, panas akan timbul pada bantalan
bantalan sebagai akibat dari adanya gesekan yang banyak. Dalam hal ini pelumas berfungsi
sebagai penghantar panas dari bantalan untuk mencegah peningkatan temperatur atau suhu
mesin.
Suhu yang tinggi akan merusak daya lumas. Apabila daya lumas berkurang, maka maka
gesekan akan bertambah dan selanjutnya panas yang timbul akan semakin banyak sehingga
suhu terus bertambah. Akibatnya pada bantalan bantalan tersebut akan terjadi kemacetan
yang secara otomatis mesin akan berhenti secara mendadak. Oleh karena itu, mesin mesin
dengan kecepatan tinggi digunakan pelumas yang titik cairnya tinggi, sehingga walaupun
pada suhu yang tinggi pelumas tersebut tetap stabil dan dapat melakukan pelumasan dengan
baik.
2.3 Sifat penting minyak pelumas

Beberapa sifat minyak pelumas di bawah ini perlu diperhatikan jika diinginkan
pelumas memenuhi fungsinya, khusus pada motor bakar torak.

1. Indeks kekentalan.

Kekentalan minyak pelumas itu berubah-ubah menurut perubahan temperatur. Dengan


sendirinya minyak pelumas yang baik tidak terlalu peka terhadap perubahan temperatur,
sehingga dapat berfungsi sebagaimana mestinya, baik dalam keadaan dingin maupun dalam
keadaan panas (temperatur kerja). Untuk mengukur perubahan kekentalan tersebut dipakai
indeks kekentalan yang diperoleh dengan cara mencatat perubahan kekentalan bila pelumas
didinginkan dari 210o F sampai 100o F.

2. Titik tuang.

Pada temperatur tertentu (titik tuang), minyak pelumas akan membentuk jaringan kristal yang
menyebabkan minyak itu sukar mengalir. Karena itu sebaiknya dipergunakan minyak
pelumas dengan titik tuang yang serendah-rendahnya untuk menjamin bahwa minyak
pelumas akan mengalir denagn lancar.

3. Stabilitas.

Beberapa minyak pelumas pada temperatur tinggi akan berubah susunan kimianya sehingga
terjadilah endapan yang mengakibatkan cincin torak melekat pada alurnya. Selain itu endapan
minyak pelumas tersebut dapat menyumbat saluran sirkulasi minyak tersebut.

4. Kelumasan.

Minyak pelumas harus memiliki kelumasan yang cukup baik, yaitu dapat membasahi
permukaan logam. Hal ini berarti dalam segal keadaan selalu terdapat lapisan minyak
pelumas pada permukaan bagian mesin yang bersentuhan
2.4 Macam-Macam pelumas mesin

1. Pelumas semi cair

Pelumas grease dibuat dengan jalan mengemulsi oli mineral atau oli nabati dengan
pengemulsi metalik atau air pada suhu 400-600°F (204-316°C). Melalui proses ini didapatkan
sebuah jenis pelumas yang memiliki tingkat kekentalan tinggi melebihi viskositas oli dan
cenderung padat.

Grease memiliki karakteristik khas, yang membuatnya sangat cocok digunakan pada
sebuah sistem mekanis yang hanya bisa dilubrikasi secara berkala, serta sistem yang tidak
mungkin dapat dilubrikasi oleh oli. Grease juga berfungsi sebagai sealent untuk mencegah
masuknya air atau material lain ke dalam sistem mesin

Gambar 2.2 Grease

Karakteristik grease ditentukan oleh tipe oli (mineral, sintetis, nabati, atau lemak
hewani), tipe pengemulsi (litium, sodium, kalsium, garam-garaman), serta aditif yang
digunakan sebagai bahan baku (tekanan tinggi, perlindungan korosi, anti oksida, dan lain
sebagainya). Berikut adalah enam macam grease berdasarkan parameter-parameter di atas:

1. Campuran Oli Mineral dengan Padatan. Grease tipe ini sangat cocok digunakan
pada peralatan-peralatan dengan beban sangat tinggi serta bekerja pada kecepatan
rendah. Contohnya adalah pengaduk bahan beton, dan bearing pada conveyor alat
konstruksi berat.
2. Campuran Oli Aspal dengan Oli Ringan. Pelumas tipe ini tergolong sebagai grease
ringan dengan kekentalan sedikit rendah. Sangat cocok digunakan pada komponen-
komponen terbuka yang bertemu langsung dengan atmosfer. Kelebihan utama dari
pelumas ini adalah kemampuannya untuk membentuk lapisan film yang mampu
bertahan pada temperatur panas maupun dingin.
3. Extreme-Pressure Grease (EP Grease). Karakteristik unik dari EP Grease adalah
adanya penambahan aditif khusus yang membuatnya memiliki kekuatan sangat baik
untuk diaplikasikan pada berbagai macam kondisi ekstrim. Pelumas ini membentuk
lapisan film yang justru bersifat mencegah pelumas untuk terlepas dari dua permukaan
komponen, sehingga mencegah kedua permukaan komponen tersebut untuk
bergesekan secara langsung. Lapisan film ini terbentuk dari adanya reaksi kimia antara
logam dengan zat aditif pada grease, dan justru akan semakin kuat jika ada tekanan
lebih terhadap grease.Beberapa zat aditif yang digunakan pada grease ini antara lain
adalah klorin, fosfor, sulfur aktif maupun pasif, zinc, timbal, serta asbestos. Pemilihan
zat aditif sangat bergantung dari jenis penggunaan grease seperti beban, kecepatan,
kondisi permukaan, serta karakteristik mesin.
4. Roll-Neck (RN) GreaseRN grease sangat lazim digunakan pada bearing sederhana
pada mesin-mesin berputar. Grease tidak memiliki karakteristik istimewa sehingga
hanya cocok digunakan pada bearing dengan beban kerja rendah.
5. Soap Thicked Mineral Oils (STMO) ,Grease tipe ini menjadi yang paling banyak
digunakan di dunia industri, sebab ia menggunakan oli mineral sebagai bahan
utamanya dengan penambahan zat aditif kimia yang disesuaikan dengan kebutuhan
penggunaan. Zat aditif tersebut antara lain adalah sodium, barium, lithium, kalsium,
serta aluminium.
6. GreaseMulti-Fungsi
Grease multi-fungsi memiliki karakteristik unik yaitu menggabungkan dua atau lebih
sifat-sifat dari grease tertentu. Dengan cara ini akan didapatkan satu jenis grease yang
mampu bekerja untuk beberapa kondisi berbeda. Dengan metode ini, bahkan kita dapat
membuat satu jenis grease multi-fungsi untuk menggantikan hingga enam grease
khusus. Sebagai contoh grease yang menggunakan emulsi lithium, selain memiliki
ketahanan terhadap air dan korosi, ia juga memiliki ketahanan mekanis dan oksidasi
yang baik.
2. Pelumas Cair

Sebagian besar pelumas oli yang beredar di pasaran dan paling banyak
penggunaannya terbuat dari bahan dasar minyak bumi. Oleh karena itulah sering kali kita
menyebutnya sebagai mineral oil, yakni oli yang berbahan dasar dari minyak bumi hasil
tambang (mining). Oli mineral dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam yaitu Paraffinic,
Naphtenic, dan Aromatic. Pengklasifikasian tersebut dilakukan berdasarkan sifat kimiawi
serta fisika dari berbagai jenis oli mineral.\

1. Oli Paraffinic (parafin) diproduksi melalui proses pemecahan molekul hidrokarbon


minyak bumi atau biasa dikenal dengan hydrocracking. Sebagian besar molekul oli
parafin memiliki struktur molekul rantai hidrokarbon panjang dan tidak bercincin.
Oli parafin memiliki kestabilan viskositas dan tahan terhadap oksidasi. Oli ini
memiliki titik temperatur bakar tinggi serta titik temperatur alir (pour point) tinggi.
Pour point (titik alir) adalah titik temperatur dimana sebuah cairan memadat dan
kehilangan kemampuannya untuk mengalir. Oli parafin sangat baik digunakan pada
mesin manufaktur, untuk pelumas mesin industri, serta pada proses produksi industri
karet, tekstil, dan kertas.
2. Oli Naphtenic diproduksi dari minyak bumi melalui proses distilasi atau
penyulingan. Sebagian besar molekul oli naphtenic memiliki struktur cincin
hidrokarbon jenuh. Dengan struktur kimia semacam itu, oli tipe ini memiliki tingkat
viskositas rendah, titik bakar rendah (mudah terbakar), titik alir rendah, serta
ketahanan terhadap oksidasi yang relatif rendah. Karena sifatnya yang mudah
terbakar, maka oli naphtenic lebih cocok digunakan pada kondisi temperatur kerja
rendah, terutama untuk pendingin trafo industri, serta pendingin pada proses
permesinan.
3. Aromatic oil merupakan hasil dari proses pemurnian lebih lanjut dari oli parafin.
Melalui proses pemurnian tersebut didapatkan oli dengan struktur hidrokarbon
cincin-tak-jenuh. Cincin hidrokarbon tersebut bersifat jauh lebih stabil dan tidak
mudah putus, sehingga oli aromatik memiliki titik bakar lebih tinggi. Pelumas oli
aromatik berwarna hitam dan sangat lazim digunakan sebagai bahan seal manufaktur,
serta sebagai perekat dan pengencer produksi aspal.
4. Polyalphaolefins (PAO) menjadi oli sintetis yang paling populer digunakan. Struktur
kimia dan karakteristik PAO identik dengan oli mineral. Oli sintetis hidrokarbon
jenis ini diproduksi melalui proses polimerisasi molekul hidrokarbon dari gas etilen
dengan menggunakan katalisator logam.
5. Polyglycols (PAG). PAG diproduksi dari proses oksidasi etilena dan propilena. Hasil
oksidan selanjutnya dipolimerisasi unti membentuk polyglycol. Oli jenis ini bersifat
larut di dalam air, memiliki koefisien gesekan rendah, serta tahan terhadap tekanan
kerja tinggi sekalipun tidak ditambahkan aditif tekanan tinggi.
6. Oli Ester. Tipe oli sintetis berikut diproduksi dengan mereaksikan asam dan alkohol
dengan air. Karakter oli ester adalah ketahannya terhadap temperatur tinggi dan
rendah.
7. Silikon. Silikon termasuk ke dalam polimer inorganik yang memiliki struktur
molekul rantai berbentuk seperti tulang belakang dengan gugusan Si=O. Oli sintetis
tipe ini yang paling populer adalah polydimethylsiloxane (PDMS) dengan monomer
(CH3)2SiO. PDMS diproduksi dari silikon dan metilklorida. Contoh lain oli sintetis
tipe ini adalah polymethylphenylsiloxane dan polydiphenylsiloxane. Viskositas oli
silikon tergantung dari panjang molekul polimer serta derajat sambungan silang
(cross-link) molekulnya. Sambungan pendek tidak silang molekul menghasilkan oli
yang encer, sedangkan sambungan panjang silang molekul akan menghasilkan oli
silikon elastis. Pelumas silikon mampu bekerja pada kisaran temperatur -73°C hingga
300°C.

3. Pelumas Padat

Pelumas padat atau juga dikenal dengan pelumas kering memiliki bentuk fase padat.
Karakter gesekan kecil pada permukaan bahan pelumas padat tersebut terjadi karena struktur
molekul berlapis dengan ikatan lemah antar lapisan molekulnya. Masing-masing lapisan
molekul dapat bergeser relatif terhadap lapisan yang lain hanya dengan sedikit gaya saja,
inilah yang membuat pelumas padat memiliki gaya gesekan rendah.Bahan yang paling
banyak dikenal sebagai pelumas padat yaitu grafit, molibdenum disulfida, heksagonal boron
nitrida, serta tungsten disulfida.

1. Grafit banyak digunakan di kompresor udara, industri makanan, sambungan rel


kereta, roda gigi terbuka, ball bearing, serta alat-alat perbengkelan. Grafit juga lazim
digunakan pada gembok dan mesin kunci. Hal ini dilakukan karena jika digunakan
oli untuk melumasi mesin kunci, debu-debu di udara justru mudah menempel dan
akan cepat merusak komponen-komponen mesin. Grafit mampu bekerja hingga
temperatur 900°F (482°C). Di atas temperatur tersebut grafit akan teroksidasi dan
meningkatkan nilai koefisien geseknya.
2. Molibdenum disulfida (MoS2) menjadi bahan pelumas padat kedua setelah grafit
yang paling banyak digunakan. MoS2 memiliki karakter unik yang berbeda dengan
grafit, jika grafit membutuhkan kelembaban dalam udara untuk melubrikasi
komponen mesin, molibdenum disulfida tidak membutuhkan kelembaban tersebut.
Bahkan MoS2 mampu bekerja pada kondisi udara vakum, karena hal inilah ia cocok
digunakan pada peralatan-peralatan ruang angkasa.Di udara bebas molibdenum
disulfida mampu bertahan hingga temperatur 700°F (371°C), di atas temperatur
tersebut akan mengakibatkan MoS2 teroksidasi membentuk MoO3 dan SO2. Oksidasi
tersebut bersifat menyerap kelembaban udara dan menaikkan koefisien gesekannya.
Pada kondisi vakum yang tidak dimungkinkan terjadi proses oksidasi, molibdenum
disulfida mampu bertahan hingga temperatur 2100°F (1150°C).
3. Pelumas padat Heksagonal Boron Nitrida (h-BN) sangat baik bekerja pada
temperatur rendah dan tinggi bahkan hingga 900°C. Pelumas ini sangat cocok
digunakan apabila sifat konduktivitas listrik serta reaktifitas kimia dari grafit menjadi
masalah. Kelebihan lain dari h-BN dibandingkan dengan grafit adalah sifat
lubrikatifnya yang tidak memerlukan molekul air atau gas untuk terperangkap di
antara lapisan-lapisan molekulnya. Karena itulah h-BN juga cocok digunakan pada
kondisi vakum seperti halnya molibdenum desulfida.
4. Polytetrafluoroethylene (PTFE) menjadi bahan pelumas padat dikarenakan molekul
penyusunnya yang mudah bergeser relatif terhadap molekul lainnya dengan hanya
diberikan sedikit gaya geser. PTFE baik digunakan pada kondisi vakum maupun
lingkungan atmosfer (hingga 290°C).
2.5 Kode Pelumas

SAE adalah singkatan dari Society of Automotive Engineers, suatu asosiasi yang mengatur
standarisasi di berbagai bidang seperti bidang rancang desain teknik, manufaktur, dll

Tulisan seperti ini : SAE 10W-30, 10W-40 atau 20W-40, 20W-50 , adalah standarisasi yang
dikeluarkan oleh pihak SAE untuk kualitas dari kekentalan oli.

Angka di sebelah kiri tanda W adalah nilai kekentalan oli ketika mesin dingin.

Kemudian angka di sebelah kanan W adalah nilai kekentalan oli ketika mesin beroperasi pada
suhu kerjanya.

Semakin besar angkanya (baik kiri maupun kanan) itu artinya adalah semakin kental pada
kondisinya.

Misalnya ada yang sama-sama 15W, tetapi kalau yang satu 15W-40 yang satunya lagi 15W-
50, maka keduanya memang punya kekentalan sama saat mesin dingin, tetapi ketika mesin
beroperasi, yang 15W-40 akan lebih encer dari pada 15W-50.

Semakin kental oli, maka pelumasan semakin baik. Tapi pada batas tertentu, semakin
kentalnya oli malah menghambat kerja part yang bergerak. Analoginya begini, tentu anda
akan lebih mudah bergerak di air encer dari pada air kental (itulah mengapa penggunaan oli
encer kan membuat tarikkan lebih enteng, dsm), namun sebenarnya tingkat keausan lebih
mudah terjadi pada pelumas yang lebih encer dari pada oli kental.

Kode seperti JASO MA, JASO MB : adalah standarisasi yang dikeluarkan oleh Japanese
Automotive Standards Organization terkait jenis oli terkait di mana saja bagian mesin yang
boleh dilumasi oleh oli tersebut.

JASO MA adalah jenis oli yang boleh melumasi mesin, transmisi, sekaligus kopling. Poin
utamanya adalah di sektor pelumasan kopling, tipe JASO MA mampu melumasi bagian
kopling tanpa membuat kopling selip (kopling yang selip menyebabkan tenaga tidak
disalurkan dengan baik dari mesin ke transmisi). Contoh kendaraan yang wajib pakai JASO
MA : Motor semi-otomatis & motor manual (karena kendaraan-kendaraan ini, kopling ikut
mendapat pelumasan dari oli ; kopling basah)

JASO MB adalah jenis oli yang hanya boleh melumasi mesin dan transmisi saja. Bila oli
JASO MB digunakan untuk melumasi sektor kopling akan menyebabkan kecendurngan slip
kopling menjadi besar. Contoh kendaraan yang bisa pakai JASO MB : Motor automatic &
mobil pada umumnya (karena kendaraan-kendaraan ini, kopling tidak ikut mendapat
pelumasan dari oli ; kopling kering)

Sedangkan kode API-SH, SJ, SL, SM, dll adalah kode kesesuaian oli terkait tahun pembuatan
kendaraan yang dikeluarkan oleh American Petroleum Institute. Semakin huruf setelah S
mendekati Z, maka semakin diperuntukkan untuk kendaraan dengan tahun pembuatan yang
muda, sebaliknya jika semakin mendekati A, diperuntukkan untuk tahun pembuatan yang
lebih tua.
BAB III

ALAT DAN BAHAN

3.1 Alat

Alat yang diguakan pada pengujian ini ialah:

1. Bola Mimis

Pada pengujian kali ini , bola mimis dijatuhkan kedalam larutan/pelumas dan pada saat
bersamaan pula stopwatch di nyalakan dan dihentikan pada jarak tertentu .

Gambar 3.1 bola mimis

2. Mikrometer sekrup

Pada pengujian kali ini , mikrometer sekrup berfungsi sebagai pengukur diameter bola
mimis . memakai mikrometer sekrup mendapatkan hasil yang cukup akurat dibandingkan
dengan menggunakan jangka sorong .

Gambar 3.2 Mikrometer Sekrup


3. Tabung Larutan

Pada pengujian ini , tabung larutan berfungsi sebagai wadah dari larutan atau tempat
untuk larutan yang akan diuji viscocity nya

Gambar 3.3 Tabung Larutan

4. Stopwatch

Pada pengujian ini stopwatch sebagai pencatat waktu pada saat bola mimis dijatuhkan
pada jarak tertentu yang sudah ditentukan.

Gambar 3.4 Stopwatch

5. Timbangan digital

Pada pengujian ini neraca digital digunakan untuk menimbang massa bola mimis
yang akan di masukkan ke dalam tabung larutan
\

Gambar 3.5 Neraca Digital

6. pH meter

Ph meter disini berfungsi untuk mengukur ph pada ketiga jenis pelumas tersebut . apakah
asam ,basa atau netral

Gambar 3.6 ph meter

7. Meteran

Pada pengujian ini , meteran berfungsi untuk mengetahui jarak jarak tertentu yang
dilewati bola pada saat bola ditauhkan

Gambar 3.7 Meteran


3.2 Bahan

Bahan yang digunakan disini ialah

1. Oli SAE 15W-40 (Mesran)

Pada pengujian ini , pelumas yang akan diuji viscocity nya yang pertama yaitu Oli
SAE 15W-40 ( Mesran ) ini . Pelumas ini memiliki warna yang hijau keruh jika terkena
cahaya . dan juga memiliki kekentalan yang cukup tinggi dikarenakan bola mimis yang
dijatuhkan cukup lama waktunya (s) mencapai dasar

Pada jenis pelumas (Oli Mesran) ini cukup sulit dalam melakukan pemberhentian
pada jarak yang telah ditentukan dikarenakan warna pelumas yang cukup gelap ataupun
keruh . diperlukannya bantuann cahaya (atau yang digunakan disini ialah flash handphone)
agar dapat menentukan bahwasannya bola sudah mencapai jarak yang ditentukan pada waktu
tertentu

Gambar 3.8 Oli SAE 15W-40 (Mesran)

2. Minyak Goreng

Pada pelumas yang kedua , yang kami gunakan dalam pengujian kali ini yaitu Minyak
goreng BIMOLI . Minyak goreng memiliki warna kuning . kekentalan yang ada pada minyak
goreng ini tidak cukup tinggi dibandingkan dengan Oli mesran yang diatas dikarenakan
waktu yang diperlukan (s) bola mimis untuk mencapai dasar tidak cukup lama dibandingkan
dengan Oli mesran diatas
Gambar 3.9 Minyak goreng (Bimoli)

Pada jenis pelumas minyak goreng ini didapatkan hasil yang maksimal dikarenakan
warna larutan yang cukup cerah. Dengan demikian , bola mimis yang dijatuhkan terlihat jelas
dan juga mudah untuk menentukan jarak jarak yang telah ditentukan dan juga mudah dalam
memberhentikan stopwatch pada waktu yang ditentukan

3. Oli Mobil Bekas

Pada pengujian ini , pelumas ketiga yang digunakan dalam menetukan kekentalan
juga menentukan ph dari pelumas tersebut yaitu menggunakan oli bekas . oli bekas memiliki
warna yang paling keruh daripada pelumas pelumas di atas. Kalau dibandingkan dengan
pelumas mesran diatas , oli bekas ini jauh lebih encer di bandingkan Oli Mesran diatas .

Gambar 3.10 Oli bekas


BAB IV

PROSEDUR PERCOBAAN

4.1 waktu dan tempat

Pengujian kekentalan dan Ph minyak pelumas ini dilaksanakan

Di: Laboratorium Fisika Dasar Fakultas Matematika Dan IPA Universitas Sumatera
Utara
Tgl : 15 Desember 2017

4.2 Langkah Kerja

1. Siapkan Semua Alat dan Bahan


2. Tuangkan minyak Pelumas kedalam Tabung Ukur/Uji
3. Sebelum mengukur viscocity , cari dahulu ph masing masing pelumas tersebut dengan
menggunakan ph meter
4. Letakkan Meteran Sepanjang Tabung Ukur
5. Timbang Bola mimis yang akan di jatuhkan pada minyak pelumas
6. Lalu Ukur Bola mimis
7. Setelah itu , siapkan stopwatch yang akan digunakan
8. Lalu jatuhkan bola mimis pada minyak pelumas , dan bersamaan dengan itu nyalakan
stopwatch
9. Hentikan stopwatch pada jarak : 0.6 m , 0.7 m , 0.8m , 0.9m , 1.0m
10. Setelah itu catat hasil yang telat didapat
11. Lalu lakukan analisa data (perhitungan) pada pengujian yang telah dilakukan
BAB V

HASIL DAN ANALISA DATA

5.1 Hasil penelitian

1. Oli SAE 15W-40

Tabel 5.1 Jarak Vs waktu Oli SAE 15W-40

X(m) T(s)
0,6 4,01
0,7 4,85
0,8 5,65
0,9 6,50
1,0 7,35

2. Minyak Goreng
Tabel 5.2 Jarak VS waktu Minyak Goreng

X(m) T(s)
0,6 1,02
0,7 1,48
0,8 1,51
0,9 1,72
1,0 1,74

3. Oli Bekas

Tabel 5.3 Jarak Vs waktu Oli bekas

X(m) T(s)
0,6 2,85
0,7 3,32
0,8 3,80
0,9 4,27
1,0 4,75
5.2 Analisa Data

1. 𝑂𝑙𝑖 𝑆𝐴𝐸 15𝑊 − 40 (MESRAN)


a. 𝑉𝑂𝐿𝑈𝑀𝐸 𝐶𝐴𝐼𝑅𝐴𝑁 ∶ 100 ml

𝑚 119,7 .10−3
b. 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛 ∶ 𝑝 = = = 1197 kg/m3
𝑣 10−4
𝑚 10−3
c. 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝐵𝑜𝑙𝑎 𝑝= = = 7715,11 𝑘𝑔/𝑚3
𝑣 1,29 .10−7
d. R Bola : 3,155 x 10-3m

𝑋
e. Kecepatan :
𝑡
𝑋 0,6
 V1 = = = 0,149
𝑡 4,01
𝑋 0,7
 V2 = = = 0,144
𝑡 4,85
𝑋 0,8
 V3 = = = 0,141
𝑡 5,65
𝑋 0,9
 V4 = = = 0,138
𝑡 6,50
𝑋 1,0
 V5 = = = 0,136
𝑡 7,35

 Vrata = 0,141

f. Menghitung µpraktek
2 𝑟2
µp = (𝑝𝑏 − 𝑝𝑐)𝑔
9𝑣
2 (3,155 𝑥 10−3 )2
µp = (7715,11 − 1197)9,8
9 0,141
2 9,954025 𝑥 10−6
µp = x 63877,478
9 0,141
µp = 70,595 x 10−6 x 63877,478
µp = 1,001
2. Minyak Goreng (BIMOLI)
a. 𝑉𝑂𝐿𝑈𝑀𝐸 𝐶𝐴𝐼𝑅𝐴𝑁 ∶ 100 ml

𝑚 80 .10−3
b. 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛 ∶ 𝑝 = = = 800 kg/m3
𝑣 10−4
𝑚 10−3
c. 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝐵𝑜𝑙𝑎 𝑝= = = 7715,11 𝑘𝑔/𝑚3
𝑣 1,29 .10−7
d. R Bola : 3,155 x 10-3m
𝑋
e. Kecepatan :
𝑡

 V1 =
𝑋 0,6
= = 0,58
𝑡 1,02

 V2 =
𝑋 0,7
= = 0,47
𝑡 1,48

 V3 =
𝑋 0,8
= = 0,52
𝑡 1,51

 V4 =
𝑋 0,9
= = 0,52
𝑡 1,72
𝑋 1,0
 V5 = = = 0,57
𝑡 1,74

 Vrata = 0,53

g. Menghitung µpraktek
2 𝑟2
µp = (𝑝𝑏 − 𝑝𝑐)𝑔
9𝑣
2 (3,155 𝑥 10−3 )2
µp = (7715,11 − 800)9,8
9 0,53
2 9,954025 𝑥 10−6
µp = x 67768,078
9 0,53
µp = 18,781 x 10−6 x 67768,078
µp = 0,28280
3. Oli bekasType equation here.

f. 𝑉𝑂𝐿𝑈𝑀𝐸 𝐶𝐴𝐼𝑅𝐴𝑁 ∶ 100 ml

𝑚 110,8 .10−3
g. 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛 ∶ 𝑝 = = = 1108kg/m3
𝑣 10−4
𝑚 10−3
h. 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝐵𝑜𝑙𝑎 𝑝= = = 7715,11 𝑘𝑔/𝑚3
𝑣 1,29 .10−7
i. R Bola : 3,155 x 10-3m
𝑋
j. Kecepatan :
𝑡
𝑋 0,6
 V1 = = = 0,21052
𝑡 2,85

𝑋 0,7
 V2 = = = 0,21084
𝑡 3,32

𝑋 0,8
 V3 = = = 0,21052
𝑡 3,80

𝑋 0,9
 V4 = = = 0,21077
𝑡 4,27

𝑋 1,0
 V5 = = = 0,21052
𝑡 4,75

 Vrata = 0,210634

k. Menghitung µpraktek
2 𝑟2
µp = (𝑝𝑏 − 𝑝𝑐)𝑔
9𝑣
2 (3,155 𝑥 10−3 )2
µp = (7715,11 − 1108)9,8
9 0,210634
2 9,954025 𝑥 10−6
µp = x 64749,678
9 0,210634
2 644519,9136 𝑥 10−6
µp =
9 0,210634
µp = 0,67997
5.3 pH pada Pelumas serta perbandingannya

Berikut Ph yang didapat menggunakan pH meter pada pelumas yang di uji yakni
menggunakan pelumas 𝑂𝑙𝑖 𝑆𝐴𝐸 15𝑊 − 40 (MESRAN), Minyak Goreng Bimoli , Serta Oli kotor

Jenis Pelumas Temperature (oC) Ph


𝑂𝑙𝑖 𝑆𝐴𝐸 15𝑊 − 40 24,7 10,36
(MESRAN)
Minyak Bimoli 25 5

Oli bekas 24,8 3,34

Dari atas didapat hasil yang beragam pada jenis pelumas yang berbeda seperti

1. Oli SAE 15W-40 , Pada pelumas jenis ini didapat temperatur pada saat pengukuran ph
menggunakan ph meter yakni 24,7 dan didapatkan ph yakni 10,36 . disini pelumas
masih bersifat basa
2. Minyak goreng Bimoli , Pada pelumas jenis ini didapat temperatur pada saat
pengukuran ph menggunakan ph meter yakni 25 dan didapatkan ph yakni 5. disini
pelumas bersifat asam
3. Oli Bekas , Pada pelumas jenis ini didapat temperatur pada saat pengukuran ph
menggunakan ph meter yakni 24,8 dan didapatkan ph yakni 3,34. disini pelumas
sudah bersifat asam , bahkan asam kuat .
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 kesimpulan

Adapun kesimpulan praktikum menentukan kekentalan (viskositas) zat cair ini adalah:

1. Semakin besar diameter bola yang dijatuhkan kedalam fluida, semakin besar pula
kecepatan benda tersebut jatuh.
2. Semakin kental suatu zat cair atau fluida, semakin lambat kecepatan bola yang jatuh
didalamnya.
3. Semakin besar massa bola yang jatuh kedalam fluida, semakin besar kecepatan bola
tersebut saat jatuh kedalamnya.

6.2 Saran

Sebaiknya pada saat praktikum praktikan harus memahami dan mengusai materi yang
akan diujikan serta langkah kerja yang akan dilakukan, sehingga tidak terjadi kesalahan
dalam pengamatan atau praktikum.
LAMPIRAN 1

Anda mungkin juga menyukai