Materi Kuliah OT Faked
Materi Kuliah OT Faked
Oleh
Dra.Indriaty Tubagus,Apt.M.Kes
1
terbukti berkhasiat dan aman digunakan dalam pencegahan,
pengobatan, perawatan, dan/ atau pemeliharaan kesehatan.
Pada tahun 2008, jamu sebagai salah satu bentuk pengobatan
tradisional telah mejadi Brand of Indonesia yang dicanangkan oleh
Presiden RI. Kementerian Kesehatan melalui Sistem Kesehatan
Nasional tahun 2009 telah memasukkan pengobatan tradisional,
alternatif, dan komplementer sebagai bagian dari subsistem upaya
kesehatan. Bahkan pelayanan kesehatan tradisional ini telah
masuk dalam rencana strategis Kementerian Kesehatan 2010–
2014 berupa meningkatkan penelitian, pengembangan, dan
pemanfaatan obat tradisional Indonesia.
Namun pada kenyataannya belum banyak penerapan
pengobatan tradisional terutama di unit pelayanan kesehatan.
Padahal Pemerintah telah mendorong pemanfaatannya dan
pelindungannya melalui Peraturan Menteri Kesehatan No.
1109/Menkes/IX/2007 tentang Penyelenggaraan Pengobatan
Komplementer-Alternatif di Fasilitas Kesehatan. Salah satu
penyebabnya adalah pengobatan tradisional belum memiliki bukti
ilmiah yang cukup. Melalui Peraturan Menteri Kesehatan No.
003/Menkes/PER/ I/2010 tentang Saintifikasi Jamu dalam
Penelitian Berbasis Pelayanan Kesehatan, jamu telah diangkat
sebagai subjek pengembangan kesehatan agar dapat digunakan
dalam upaya preventif, promotif, rehabilitatif dan paliatif.
2
terdaftar di BPOM, dan memenuhi persyaratan lain yang telah
ditetapkan oleh BPOM.
3
seruas yang sulit ditentukan ketepatannya.Penggunaan takaran
yang lebih past idalam satuan gram dapat mengurangi
kemungkinan terjadinya efek yang tidak diharapkan karena batas
antara racun dan obat dalam bahan tradisional amatlah tipis. Dosis
yang tepat membuat tanaman obat bisa menjadi obat, sedangkan
jika berlebih bisa menjadi racun.
3. Ketepatan waktu penggunaan
Kunyit diketahui bermanfaat untuk mengurangi nyeri haid dan
sudah turun-temurun dikonsums idalam ramuan jamu kunir asam
yang sangat baik dikonsumsi saat datang bulan (Sastroamidjojo S,
2001). Akan tetapi jika diminum pada awal masa kehamilan
beresiko menyebabkan keguguran. Hal ini menunjukkan bahwa
ketepatan waktu penggunaan obat tradisional menentukan tercapa
iatau tidaknya efek yang diharapkan.
4. Ketepatan cara penggunaan
Satu tanaman obat dapat memiliki banyak zat aktif yang
berkhasiat didalamnya. Masing-masing zat berkhasiat
kemungkinan membutuhkan perlakuan yang berbeda dalam
penggunaannya. Sebagai contoh adalah daun Kecubung jika
dihisap seperti rokok bersifat bronkodilato dan digunakan sebagai
oba tasma. Tetapi jika diseduh dan diminum dapat menyebabkan
keracunan / mabuk (Patterson S, danO’Hagan D., 2002).
5. Ketepatan telaah informasi
Perkembangan teknologi informasi saat ini mendorong derasnya
arus informasi yang mudah untuk diakses. Informasi yang tidak
didukung oleh pengetahuan dasar yang memadai dan telaah atau
kajian yang cukup seringkali mendatangkan hal yang
menyesatkan. Ketidaktahuan bisa menyebabkan obat tradisional
berbalik menjadi bahan membahayakan. Contohnya, Pare, yang
sering digunakan sebagai lalapan ternyata mengandung khasiat
lebih bagi kesehatan. Pare alias paria (Momordica charantia) kaya
mineral nabati kalsium dan fosfor, juga karotenoid. Pare
mengandung alpha-momorchorin, beta-momorchorin dan MAP30
(momordica antiviral protein 30) yang bermanfaat sebagai anti
HIVAIDS ((Grover JK dan Yadav SP,2004), (Zheng YT, et al.,
1999)). Akan tetapi, biji pare juga mengandung triterpenoid yang
mempunyai aktivitas anti spermatozoa, sehingga penggunaan biji
pare secara tradisional dengan maksud untuk mencegah AIDS
dapat mengakibatk aninfertilitas pada pria ((Girini MM, etal.,
2005), (Naseem MZ, et al., 1998)). Konsumsi pare dalam jangka
panjang, baik dalam bentuk jus, lalap atau sayur, dapat
mematikan sperma, memicu impotensi, merusak buah zakar dan
4
hormon pria, bahkan berpotensi merusak liver ((Basch E,et al.,
2003), (Lord MJ, et al., 2003)). Bagi wanita hamil, sebaiknya
konsums pare dibatasi karena percobaan pada tikus menunjukkan
pemberian jus pare menimbulkan keguguran.
6. Tanpa penyalahgunaan
Tanaman obat maupun obat tradisional relatif mudah untuk
didapatkan karena tidak memerlukan resep dokter, hal ini
mendorong terjadinya penyalahgunaan manfaat dari tanaman obat
maupun obat tradisional tersebut. Contoh:
a. Jamu peluntur untuk terlambat bulan sering disalah gunakan
untuk pengguguran kandungan. Resiko yang terjadi adalah bayi
lahir cacat, ibu menjadi infertil, terjadi infeksi bahkan kematian.
b. Menghisap kecubung sebagai psikotropika.
c. Penambahan bahan kimia obat. Bahan-bahan kimia obat
tersebut dapat menimbulkan efek negatif didalam tubuh
pemakainya jika digunakan dalam jumlah banyak. Bahan kimia
seperti antalgin misalnya, dapat penipisan dinding usus hingga
menyebabkan pendarahan. Fenilbutazon dapat menyebabkan
pemakainya menjadi gemuk pada bagian pipi, namun hanya berisi
cairan yang dikenal dengan istilah moonface, dan jika digunakan
dalam waktu yang lama dapat menyebabkan osteoporosis.
7. Ketepatan pemilihan obat untuk indikasi tertentu
Dalam satu jenis tanaman dapa tditemukan beberapa zat aktif
yang berkhasiat dalam terapi. Rasio antara keberhasilan terapi dan
efek samping yang timbul harus menjadi pertimbangan dalam
pemilihan jenis tanaman obat yang akan digunakan dalam terapi.
Contoh, daun Tapak dara mengandung alkaloid yang bermanfaat
untuk pengobatan diabetes. Akan tetapi daun Tapak dara juga
mengandung vincristin dan vinblastin yang dapat menyebabkan
penurunan leukosit (sel-sel darah putih) hingga± 30%., akibatnya
penderita menjad irentan terhadap penyakit infeksi ((Bolcskei H, et
al., 1998), (Lu Y, etal., 2003), (Noble RL, 1990), (Wu ML,et al.,
2004)). Padahal pengobatan diabetes membutuhkan waktu yang
lama sehingga daun Tapak dara tidak tepat digunakan sebagai
antidia betes melainkan lebih tepat digunakan untuk pengobatan
leukemia.
DASAR HUKUM
1. UU No. 36 Tahun 2009 tentangKesehatan
2. PP No. 72 Tahun 1998
tentangPengamananSediaanFarmasi&ALkes
3. PERMENKES No. 006 Tahun 2012 tentangIndustri& Usaha
ObatTradisional
5
4. PERMENKES No. 007 Tahun 2012
tentangRegistrasiObatTradisional
5. Kepmenkes RI nomor 381/menkes/SK/III/2007 tentang
kebijakan obat tradisional nasional
6. Keputusan Ka.BPOM RI nomor HK.00.05.4.2411 tahun2004
tentang Ketentuan pokok pengelompokan danpenandaan
obat bahan alam indonesia
7. Kep.Ka. BPOM RI nomor HK.00.05.41.1384 tahun 2005
tentang Kriteria dan Tatalaksana pendaftaran obat
tradisional, obat herbal terstandar danfitofarmaka
8. Perka BPOM RI nomor 35/2013 tentang tata cara sertifikasi
cara pembuatan obat tradisional yang Baik (CPOTB)
9. Kepmenkes RI nomor 56/menkes/SK/I/2000 tentang
pedoman pelaksanaan uji klinik obat tradisional
10. Peraturan Kepala BPOM RI nomor
HK.03.1.23.06.11.5629 tahun 2011 tentang Persyaratan
teknis Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik
DEFINISI
6
tradisional dalam bentuk param, tapel, pilis, cairan obat luar
dan rajangan.
7. Usaha Jamu Racikan adalah usaha yang dilakukan oleh depot
jamuatau sejenisnya yang dimiliki perorangan dengan
melakukan pencampuran sediaan jadi dan/atau sediaan segar
obat tradisional untuk dijajakan langsung kepada konsumen.
8. Usaha Jamu Gendong adalah usaha yang dilakukan oleh
perorangan dengan menggunakan bahan obat tradisional dalam
bentuk cairan yang dibuat segar dengan tujuan untuk dijajakan
langsung kepada konsumen.
7
Fitofarmaka harus memenuhi kriteria :
Aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan
Klaim khasiat dibuktikan secara ilmiah/ pra klinik
Telah dilakukan standarisasi terhadap bahan baku yang
digunakan dalam produk jadi
Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku
Jenis klaim penggunaan sesuai dengan tingkat pembuktian medium
dan tinggi.
8
warna lain yang mencolok kontras dengan tulisan “OBAT HERBAL
TERSTANDAR”.
9
IZIN USAHA INDUSTRI OBAT TRADISIONAL
10
Persyaratan untuk memperoleh persetujuan prinsip terdiri dari:
surat permohonan;
fotokopi akta pendirian badan hukum yang sah sesuai
ketentuanperaturan perundang-undangan;
susunan Direksi/Pengurus dan Komisaris/Badan Pengawas;
fotokopi KTP/Identitas Direksi/Pengurus dan
Komisaris/BadanPengawas;
pernyataan Direksi/Pengurus dan Komisaris/Badan Pengawas
tidakpernah terlibat pelanggaran peraturan perundang-
undangan dibidang farmasi;
fotokopi bukti penguasaan tanah dan bangunan;
fotokopi Surat Izin Tempat Usaha;
Surat Tanda Daftar Perusahaan;
fotokopi Surat Izin Usaha Perdagangan;
fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak;
persetujuan lokasi dari Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota;
Rencana Induk Pembangunan (RIP) yang mengacu pada
pemenuhanCPOTB dan disetujui Kepala Badan;
asli surat pernyataan kesediaan bekerja penuh dari
Apotekerpenanggung jawab;
fotokopi surat pengangkatan Apoteker penanggung jawab
daripimpinan perusahaan;
fotokopi Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA); dan
jadwal rencana pendirian bangunan industri dan
pemasanganmesin/peralatan.
Permohonan persetujuan prinsip diajukan kepada Direktur
Jenderaldengan tembusan kepada Kepala Badan dan Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi.
Sebelum pengajuan permohonan persetujuan prinsip, pemohon
wajib mengajukan permohonan persetujuan Rencana Induk
Pembangunan (RIP) kepada Kepala Badan POM.
11
rekomendasi pemenuhan CPOTB dari Kepala Badan dengan
melampirkan Berita Acara Pemeriksaan dari Kepala
Balaisetempat; dan
rekomendasi dari Kepala Dinas Kesehatan Provinsi.
Permohonan izin IOT dan izin IEBA diajukan kepada Direktur
Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Badan dan Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi setempat .
12
a. memiliki Apoteker sebagai penanggung jawab yang bekerja
penuh;dan
b. memenuhi persyaratan CPOTB.
13
IZIN EDAR
14
Pengawasan Obat Tradisional
Untuk menjamin mutu, keamanan dan efektifitas obat tradisional
menggunakan sistem pengawasan dua lapis yaitu pengawasan
sebelum dipasarkan (pre market approval) dan pengawasan
sesudah pemasaran (post market control).
Pengawasan sebelum dipasarkan berupa penilaian produk pada
saat mendapatkan nomor izin edar meliputi penerapan cara
produksi obat tradisional yang baik, uji laboratorium produk dan
pelabelan.
Pengawasan sesudah pemasaran berupa evaluasi penerapan cara
produksi obat tradisional yang baik secara konsisten dan sampling
produk yang beredar dipasaran.
15
pengadilan paling tinggi berupa pidana kurungan 2 (dua) tahun
dan pidana denda Rp22.500.000,-.
16
17
18
19
Daftar Pustaka
1. Undang-Undang RI NO. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
2. PERMENKES No. 006 Tahun 2012 tentangIndustri& Usaha
ObatTradisional
3. PERMENKES No. 007 Tahun 2012 tentangRegistrasiObatTradisional
4. Kepmenkes RI nomor 381/menkes/SK/III/2007 tentang kebijakan obat
tradisional nasional
5. Keputusan Ka.BPOM RI nomor HK.00.05.4.2411 tahun 2004 tentang
Ketentuan pokok pengelompokan dan penandaan obat bahan alam
indonesia
6. Kep.Ka. BPOM RI nomor HK.00.05.41.1384 tahun 2005 tentang
Kriteria dan Tatalaksana pendaftaran obat tradisional, obat herbal
terstandar danfitofarmaka
7. Lusia Oktotara, Ruma KS, Pemanfaatan Obat Tradisional dengan
Pertimbangan manfaat dan Keamanannya, Majalah Ilmu Kefarmasian
Vol.III no. 1, April 2006.
8. Hedi, RD, Pengembangan Obat Tradisional Indonesia Menjadi
Fitofarmaka, Majalah Kedokteran Indonesia, Vol. 57, no. 7, Juli 2007.
20