Anda di halaman 1dari 11

Osteosarcoma

Osteosarcoma adalah keganasan primer kedua yang paling umum dari tulang belakang
multiple myeloma. Osteosarcoma menyumbang 20% dari keganasan tulang primer. Ada
preferensi untuk wilayah metaphyseal tulang panjang tabung. 50% kasus terjadi di sekitar
lutut. Ini adalah ikat (lunak) ganas jaringan tumor yang neoplastik sel hadir diferensiasi
osteoblastik dan bentuk tulang tumoral.

Penyebab
Penyebab osteosarcoma tidak dikenal. Beberapa kelompok penelitian sel induk sedang
menyelidiki kanker dan potensi mereka untuk menyebabkan tumor. Hubungan antara
osteosarkoma dan fluoride telah diteliti, tidak ada hubungan jelas antara fluoridasi air dan
kematian karena osteosarkoma.

Gejala
Banyak pasien pertama mengeluh sakit yang mungkin lebih buruk pada malam hari, dan
mungkin telah terjadi selama beberapa waktu. Jika tumornya besar, dapat muncul sebagai
pembengkakan. Tulang yang terkena dampak tidak sekuat tulang yang normal dan mungkin
fraktur dengan trauma ringan (patah tulang patologis).

Patologi anatomi ialah spesialisasi medis yang berurusan dengan diagnosis penyakit
berdasarkan pada pemeriksaan kasar, mikroskopik, dan molekuler atas organ, jaringan, dan
sel. Di banyak negeri, dokter yang berpraktik patologi dilatih dalam patologi anatomi dan
patologi klinik, diagnosis penyakit melalui analisis laboratorium pada cairan tubuh.

Patolog anatomi mendiagnosis penyakit dan memperoleh informasi yang berguna secara
klinis melalui pemeriksaan jaringan dan sel, yang umumnya melibatkan pemeriksaan visual
kasar dan mikroskopik pada jaringan, dengan pengecatan khusus dan imunohistokimia yang
dimanfaatkan untuk memvisualisasikan protein khusus dan zat lain pada dan di sekeliling sel.
Kini, patolog anatomi mulai mempergunakan biologi molekuler untuk memperoleh informasi
klinis tambahan dari spesimen yang sama.

MRI
Magnetic Resonance Imaging, MRI) ialah gambaran pencitraan bagian badan yang diambil
dengan menggunakan daya magnet yang kuat mengelilingi anggota badan tersebut. Berbeda
dengan "CT scan", MRI tidak menggunakan radiasi Sinar-X dan cocok untuk mendeteksi
Jaringan Lunak, misalnya Kista ataupun Tumor yang masih sedikit, tetapi pencitraan dengan
MRI lebih mahal daripada menggunakan CT-Scan.

Magnetic Resonance Imaging (MRI) merupakan suatu teknik yang digunakan untuk
menghasilkan gambar organ dalam pada organisme hidup dan juga untuk menemukan jumlah
kandungan air dalam struktur geologi. Biasa digunakan untuk menggambarkan secara
patologi atau perubahan fisiologi otot hidup dan juga memperkirakan ketelusan batu kepada
hidrokarbon.

Cara kerja MRI


1. Pertama, putaran nukleus atom molekul otot diselarikan dengan menggunakan medan
magnet yang berkekuatan tinggi.
2. Kemudian, denyutan/pulsa frekuensi radio dikenakan pada tingkat menegak kepada
garis medan magnet agar sebagian nuklei hidrogen bertukar arah.
3. Selepas itu, frekuensi radio akan dimatikan menyebabkan nuklei berganti pada
konfigurasi awal. Ketika ini terjadi, tenaga frekuensi radio dibebaskan yang dapat
ditemukan oleh gegelung yang mengelilingi pasien.
4. Sinyal ini dicatat dan data yang dihasilkan diproses oleh komputer untuk
menghasilkan gambar otot.

Dengan ini, ciri-ciri anatomi yang jelas dapat dihasilkan. Pada pengobatan, MRI digunakan
untuk membedakan otot patologi seperti tumor otak dibandingkan otot normal.

Teknik ini bergantung kepada ciri tenang nuklei hidrogen yang dirangsang menggunakan
magnet dalam air. Bahan contoh ditunjukkan seketika pada tenaga radio frekuensi, yang
dengan kehadiran medan megnet, membuatkan nuklei dalam keadaan bertenaga tinggi.
Ketika molekul kembali menurun kepada normal, tenaga akan dibebaskan ke sekitarnya,
melalui proses yang dikenal sebagai relaksasi. Molekul bebas menurun pada ambang normal,
tenang lebih pantas. Perbedaan antara kadar tenang merupakan asas gambar MRI--sebagai
contoh, molekul air dalam darah bebas untuk tenang lebih pantas, dengan itu, tenang pada
kadar berbeda berbanding molekul air dalam otot lain.

http://www.news-medical.net/health/What-is-Osteosarcoma-%28Indonesian%29.aspx

http://id.wikipedia.org/wiki/Pencitraan_resonansi_magnetik

Diagnose Keperawatan :
a. Cemas tingkat berat/Panik
b. Cemas sedang

a. Cemas Berat/panik
1) Tujuan yang diharapakan :
Klien terlindung dari bahaya
Klien dapat menyesuaikan dengan lingkungan barunya
Klien dapat mengikuti aktifitas yang telah dijadwalkan
Klien dapat mengalami kesembuhan dengan berkurangnya tanda gejala
b. Rencana tindakan keperawatan
1. Lindungi klien dari bahaya
Bina hubungan terapeutik : terima terlebih dahulu kehendaknya dan beri
dukungan klien dari pada melawan
Kenalkan realitas nyeri yang berhubungan dengan mekanisme koping Jangan
fokuskan pada fobia, ritual atau keluhan fisik.
Beri umpan balik tentang : perilaku stress, penilaian stresor dan sumber koping
Perkuat ide bahwa kesehatan fisik Berhubungan dengan kesehatan emosi
Kemudian mulailah membuat batasan perilaku mal-adaptif klien dengan cara
mendukung

2. Modifikasi lingkungan yang dapat mengurangi


kecemasan
Lakukan cara yang tenang kepada klien
Kurangi stimulasi lingkungan
Batasi interaksi pasien dengan orang lain, untuk meminimalkan menularnya
cemas pada orang lain.
Identifikasi dan modifikasi situasi yang mempengaruhi kecemasan
Berikan tindakan yang dapat mendukung fisik, seperti; mandi hangat, massage.

3. Dorong klien melakukan aktifitas yang telah dijadwalkan


Dukung klien untuk beraktifitas dengan berbagi kegiatan seperti
membersihkan ruangan, merawat taman selanjutnya berikan penguatan
perilaku produktif secara social
Berikan beberapa jenis latihan fisik seperti; senam, relaksasi.
Bersama-sama klien untuk membuat jadwal kegiatan
Libatkan keluarga atau sismtem pendukung lainnya yang memungkinkan

4. Kolaborasi pemberian obat-obat anti ansietas untuk menurunkan gejal-


gejala cemas berat
Kolaborasi pemberian obat anti ansietas,
Amati efek samping obat

b. Cemas tingkat sedang


1) Tujuan Umum
Klien dapat mengidentifikasi perasaan cemas
Klien dapat mengenali penyebab cemas
Klien dapat menguraikan respon koping adaptif dan mal-adaptif
Klien dapat melaksanakan 2 respon adaptif untuk mengatasi cemas

b. Rencana tindakan keperawatan


1. Identifikasi perasaan cemas
Bina hubungan saling percaya
Bantu klien mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya
Monitor adakah kesesuaian perilaku dengan perasaan
Validasi pasien tentang perasaan cemasnya semua perubahan dari asumsi yang
ada
Gunakan pertanyaan terbuka , kaitkan perilaku klien dengan perasaan klien
Lakukan konfrontasi suportif secara bijaksana. (jika perlu)

2. Kenali penyebab kecemasan klien


Bantu klien untuk menggambarkan situasi dan interaksi yang mendahului
cemas
Tinjau penilaian klien terhadap; stresor; nilai-nilai yang terancam; timbulnya
konflik
Hubungkan pengalaman klien sekarang dengan masa lalu

3. Dorong klien untuk menguraikan cara koping adaptif


Gali bagaimana klien mengatasi cemas dimasa lalu dan bagaimana tindakan
yang dilakukan
Tunjukan efek distruktif dari koping mal-adaptif
Dorong klien untuk melakukan koping adaptif yang efektif
Beri tanggung jawab klien
Bantu klien menilai kembali : nilai, sifat dan arti stressor
Diskusikan dengan klien manfaat manfaat berhubungan dan akibat kita tidak
berhubungan

4. Bantu klien melakukan 2 respon adaptif untuk mengatasi cemas


Bantu klien mengidentifikasi cara untuk membangun kembali : pikiran positif;
perilaku adaptif, penggunaan sumber-sumer koping, dan menguji respon
koping yang baru
Beri dorongan untuk melakukan aktifitas fisik dalam menyalurkan energi
Libatkan orang terdekat sebagai sumber koping/dukungan social
Ajarkan latihan relaksasi untuk meningkatkan pengendalian diri, relevansi diri
serta mengurangi stress.

PELAKSANAAN
Pelaksanaan disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan

1. Evaluasi Subyektif
a) Klien merasa nyaman dalam menjalani perawatan
b) Klien secara bertahap dapat menerima dirinya
2. Evaluasi Objektif
Klien berubah perilakunya , tidak tampak ada gejala marah atau agresif
Klien dapat memulai percakapan

http://miming-serukam.blogspot.com/2011/03/askep-kecemasan.html

A. Definisi
Kehilangan adalah suatu keadaan Individu berpisah dengan sesuatu yang
sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau
keseluruhan. Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap
individu selama rentang kehidupan, sejak lahir individu sudah mengalami
kehilangan dan cenderung akan mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk
yang berbeda. Ada kehilangan yang bersifat metrasional yaitu kehilangan yang
diakibatkan oleh transisi kehidupan normal untuk pertama kalinya. Ada pula
kehilangan yang bersifat situasional, yaitu kehilangan yang terjadi secara tiba-tiba
dalam merespon kejadian eksternal spesifik seperti kematian mendadak orang yang
dicintai.
S. Sundeen (1995:426) menyatakan :
Loss of attachment: The loss may be real or imagined and may include the loss of
love, a person, physical functioning, status or self esteem. Many losses take on
importance because of their symbolic meaning. May involve the loss of old
friends, warm memories, and neighborhood associations. The ability to sustain,
integrate and recover from loss, however is a sign of personal maturity and
growth.
Kehilangan dapat dikelompokkan menjadi lima kategori.
1. Kehilangan objek eksternal
Kehilangan objek eksternal mencakup segala kepemilikan yang telah menjadi usang,
rusak karena bencana alam, berpindah tempat, dicuri, atau rusak karena bencana
alam.
2. Kehilangan lingkungan yang dikenal
Kehilangan ini berkaitan dengan perpisahan dari lingkungan yang telah dikenal
misalkan pindah tempat kos, pindah rumah.
3. Kehilangan orang terdekat
Kehilangan dari attachment (kedekatan seseorang terhadap orang lain yang
dianggap penting), merupakan kehilangan yang mencakup kejadian nyata atau
hanya khayalan (yang diakibatkan persepsi seseorang terhadap kejadian), seperti
kasih sayang, kehilangan orang yang berarti (kehilangan orang tua, kehilangan
pasangan, anak, teman kerja, dll), fungsi fisik, harga diri. Banyak situasi
kehilangan dianggap sangat berpengaruh karena memiliki makna tinggi. Dapat pula
mencakup kehilangan teman lama, kenangan yang indah, tetangga yang baik.
Kemampuan seseorang untuk bertahan, tetap stabil, dan bersikap positif terhadap
kehilangan, merupakan suatu tanda kematangan dan pertumbuhan.
4. Kehilangan aspek diri
Kehilangan ini mencakup kehilangan pada aspek tubuh seperti kehilangan mata,
kehilangan kaki, kehilangan payudara dll.
5. Kehilangan hidup
Kehilangan ini mencakup kehilangan hidup yaitu suatau keadaan dimana manusia
merasakan keadaan saat-saat sebelum dia meninggal.
B. Proses Kehilangan
1. Stressor internal atau eksternal – gangguan dan kehilangan – individu memberi
makna positif – melakukan kompensasi dengan kegiatan positif – perbaikan
(beradaptasi dan merasa nyaman).
2. Stressor internal atau eksternal – gangguan dan kehilangan – individu memberi
makna – merasa tidak berdaya – marah dan berlaku agresif – diekspresikan ke
dalam diri – muncul gejala sakit fisik.
3. Stressor internal atau eksternal – gangguan dan kehilangan – individu memberi
makna – merasa tidak berdaya – marah dan berlaku agresif – diekspresikan ke luar
diri individu – kompensasi dengan perilaku konstruktif – perbaikan (beradaptasi dan
merasa nyaman).
4. Stressor internal atau eksternal – gangguan dan kehilangan – individu memberi
makna – merasa tidak berdaya – marah dan berlaku agresif – diekspresikan ke luar
diri individu – kompensasi dengan perilaku destruktif – merasa bersalah –
ketidakberdayaan.
D. Prespektif Agama Terhadap Kehilangan
Dalam prespektif agama saat meghadapi kehilangan manusia diharuskan
untuk sabar, berserah diri, menerima dan mengembalikannya kepada Allah karena
hanya Dia pemilik mutlak segala yang kita cintai dan manusia bukanlah pemilik
apa-apa yang diakuinya. Sebagai firman Allah:
“Dan sungguh kami akan memberikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan, dan berikanlah berita
gembira kepada orang-orang sabar, yaitu ketika mereka ditimpa musibah mereka
mengucapkan kami adalah milik Allah dan akan kembali kepada Allah, mereka akan
mendapat berkah dan rahmat dari Tuhan mereka”.
E. Fase-fase Kehilangan
Fase kehilangan menuru Engel:
1. Pada fase ini individu menyangkal realitas kehilangan dan mungkin menarik diri,
duduk tidak bergerak atau menerawang tanpa tujuan. Reaksi fisik dapat berupa
pingsan, diare, keringat berlebih.
2. Pada fase kedua ini individu mulai merasa kehilangan secara tiba-tiba dan mungkin
mengalami keputusasaan secara mendadak terjadi marah, bersalah, frustasi dan
depresi.
3. Fase realistis kehilangan. Individu sudah mulai mengenali hidup, marah dan
depresi, sudah mulai menghilang dan indivudu sudah mulai bergerak ke
berkembangnya keasadaran

Fase berduka menurut kubler-Rose adalah :


1. Fase Pengingkaran (denial)
Reaksi pertama individu yang mengalami kehilangan adalah syok, tidak
percaya atau menolak kenyataan bahwa kehilangan itu terjadi, dengan
mengatakan “Tidak, saya tidak percaya bahwa itu terjadi”, ”itu tidak mungkin”.
Bagi individu atau keluarga yang mengalami penyakit terminal, akan terus menerus
mencari informasi tambahan.
Reaksi fisik yang terjadi pada fase pengingkaran adalah letih, lemah, pucat,
mual, diare, gangguan pernafasan, detak jantung cepat, menangis gelisah, tidak
tahu harus berbuat apa. Reaksi tersebut diatas cepat berakhir dalam waktu
beberapa menit sampai beberapa tahun.
2. Fase Marah (anger)
Fase ini dimulai dengan timbulnya kesadaran akan kenyataan terjadinya
kehilangan. Individu menunjukkan perasaan yang meningkat yang sering
diproyeksikan kepada orang yang ada di lingkungannya, orang tertentu atau
ditujukan kepada dirinya sendiri. Tidak jarang ia menunjukkan perilaku agresif,
bicara kasar, menolak pengobatan , dan menuduh dokter dan perawat yang tidak
becus. Respon fisik yang sering terjadi pada fase ini antara lain, muka merah, nadi
cepat, gelisah, susah tidur, tangan mengepal.
3. Fase Tawar Menawar(bergaining)
Apabila individu telah mampu mengungkapkan rasa marahnya secara
sensitif, maka ia akan maju ke fase tawar menawar dengan memohon kemurahan
Tuhan. Respon ini sering dinyatakan dengan kata-kata ”kalau saja kejadian itu bisa
ditunda maka saya akan sering berdoa”. Apabila proses berduka ini dialami oleh
keluarga maka pernyataannya sebagai berikut sering dijumpai ”kalau yang sakit
bukan anak saya”.
4. Fase Depresi(depression)
Individu pada fase ini sering menunjukkan sikap antara lain menarik diri,
tidak mudah bicara, kadang-kadang bersikap sebagai pasien yang sangat baik dan
menurut, atau dengan ungkapan yang menyatakan keputusasaan, perasaan tidak
berharga. Gejala fisik yang sering diperlihatkan adalah menolak makanan, ,susah
tidur, letih, dorongan libido menurun.
5.Fase Penerimaan (acceptance)
Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan. Pikiran selalu
terpusat kepada objek atau orang lain akan mulai berkurang, atau hilang, individu
telah menerima kenyataan kehilangan yang dialaminya, gambaran objek atau
orang lain yang hilang mulai dilepaskan dan secara bertahap perhatian beralih
pada objek yang baru. Fase menerima ini biasanya dinyatakan dengan kata-kata
seperti ”saya betul-betul menyayangi baju saya yang hilang tapi baju baru saya
manis juga”, atau “apa yang dapat saya lakukan supaya saya cepat sembuh”.
Apabila individu sudah dapat memulai fase-fase tersebut dan masuk pada
fase damai atau fase penerimaan maka dia akan dapat mengakhiri proses berduka
dan mengatasi perasaan kehilangan secara tuntas. Tapi apabila individu tetap
berada pada salah satu fase dan tidak sampai pada fase penerimaan, jika
mengalami kehilangan lagi maka akan sulit baginya masuk pada fase penerimaan.
Fase berduka menurut Rando
1. Penghindaran
pada fase ini terjadi syok, menyangkal, dan ketidak percayaan
2. Konfrontasi
pada fase ini terjadi luapan emosi yang sangat tinggi ketika klien secara berulang
melawan kehilangan mereka dan kedudukan mereka paling dalam.
3. Akomodasi
Pada fase ini klien secara bertahap terjadi penurunan duka yang akut dan mulai
memasuki kembali secara emosional dan social sehari-hari dimana klien belajar
hidup dengan kehidupan mereka.

1. Pengkajian
Faktor Predisposisi
Faktor prdisposisi yang mempengaruhi rentang respon kehilangan adalah:
Genetic
Individu yang dilahirkan dan dibesarkan di dalam keluarga yang mempunyai riwayat
depresi akan sulit mengembangkan sikap optimis dalam menghadapi suatu
permasalahan termasuk dalam menghadapi perasaan kehilangan.
Kesehatan Jasmani
Individu dengan keadaan fisik sehat, pola hidup yang teratur, cenderung
mempunyai kemampuan mengatasi stress yang lebih tinggi dibandingkan dengan
individu yang mengalami gangguan fisik
Kesehatan Mental
Individu yang mengalami gangguan jiwa terutama yang mempunyai riwayat depresi
yang ditandai dengan perasaan tidak berdaya pesimis, selalu dibayangi oleh masa
depan yang suram, biasanya sangat peka dalam menghadapi situasi kehilangan.
Pengalaman Kehilangan di Masa Lalu
Kehilangan atau perpisahan dengan orang yang berarti pada masa kana-kanak akan
mempengaruhi individu dalam mengatasi perasaan kehilangan pada masa dewasa
(Stuart-Sundeen, 1991)
Struktur Kepribadian
Individu dengan konsep yang negatif, perasaan rendah diri akan menyebabkan rasa
percaya diri yang rendah yang tidak objektif terhadap stress yang dihadapi.
Faktor Presipitasi
Strees yang dapat menimbulkan perasaan kehilangan dapat berupa stress nyata,
ataupun imajinasi individu seperti: kehilangan sifat bio-psiko-sosial antara lain
meliputi: kehilangan kesehatan, kehilangan fungsi seksualitas, kehilangan peran
dalam keluarga, kehilangan posisi dimasyarakat, kehilangan milik pribadi seperti:
kehilangan harta benda atau orang yang dicintai, kehilangan kewarganegaraan, dan
sebagainya.
Perilaku
Individu dalam proses berduka sering menunjukkan perilaku seperti: menangis atau
tidak mampu menangis, marah-marah, putus asa, kadang-kadang ada tanda-tanda
bunuh diri atau ingin membunuh orang lain. Juga sering berganti tempat mencari
informasi yang tidak menyokong diagnosanya.
Mekanisme Koping
Koping yang sering dipakai individu dengan kehilangan respon antara lain: Denial,
Represi, Intelektualisasi, Regresi, Disosiasi, Supresi dan Proyeksi yang digunakan
untuk menghindari intensitas stress yang dirasakan sangat menyakitkan. Regresi
dan disosiasi sering ditemukan pada pasien depresi yang dalam. Dalam keadaan
patologis mekanisme koping tersebut sering dipakai secara berlebihan dan tidak
tepat.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Potensial proses beduka yang tidak terselesaikan sehubungan dengan kematian ibu.
2. Fiksasi berduka pada fase depresi sehubungan dengan amputasi kaki kiri.
3. Potensial respon berduka yang berkepanjangan sehubungan dengan proses
berduka sebelumnya yang tidak tuntas.
3. Perencanaan
Tujuan jangka panjang : agar individu berperan aktif melalui proses berduka
secara tuntas.
Tujuan jangka pendek : pasien mampu :
1. Mengungkapkan perasaan duka
2. Menjelaskan makna kehilangan atau orang atau objek
3. Membagi rasa dengan orang yang berarti
4. Menerima kenyataan kehilangan dengan perasaan damai
5. Membina hubungan baru yang bermakna dengan objek atau orang yang baru
4. Prinsip Tindakan Keperawatan pada Pasien dengan Respon Kehilangan
1. Bina dan jalin hubungan saling percaya
2. Diskusikan dengan klien dalam mempersepsikan suatu kejadian yang menyakitkan
dengan pemberian makna positif dan mengambil hikmahnya
3. Identifikasi kemungkinan factor yang menghambat proses berduka
4. Kurangi atau hilangkan factor penghambat proses berduka
5. Beri dukungan terhadap respon kehilangan pasien
6. Tingkatkan rasa kebersamaan antara anggota keluarga
7. Ajarkan teknik logotherapy dan psychoreligious therapy
8. Tentukan kondisi pasien sesuai dengan fase berikut :
a. Fase Pengingkaran
· Memberi kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan perasaannya.
· Menunjukkan sikap menerima, ikhlas dan mendorong pasien untuk berbagi rasa.
· Memberikan jawaban yang jujur terhadap pertanyaan pasien tentang sakit,
pengobatan dan kematian.
b. Fase marah

 Mengizinkan dan mendorong pasien mengungkapkan rasa marahnya secara


verbal tanpa melawan dengan kemarahan.

c. Fase tawar menawar

 Membantu pasien mengidentifikasi rasa bersalah dan perasaan takutnya.

d. Fase depresi

 Mengidentifikasi tingkat depresi dan resiko merusak diri pasien.


 Membantu pasien mengurangi rasa bersalah.

e. Fase penerimaan

 Membantu pasien untuk menerima kehilangan yang tidak bisa dielakkan.

5. Prinsip Keperawatan pada Anak dengan Respon Kehilangan


1. Memberi dorongan kepada keluarga untuk menerima kenyataan serta menjaga anak
selama masa berduka.
2. Menggali konsep anak tentang kematian, serta membetulkan konsepnya yang salah.
3. Membantu anak melalui proses berkabung dengan memperhatikan perilaku yang
diperhatikan oleh orang lain.
4. Mengikutsertakan anak dalam upacara pemakaman atau pergi ke rumah duka.

6. Prinsip Keperawatan pada Orangtua dengan Respon Kehilangan (Kematian


Anak)
1. Menyediakan sarana ibadah, termasuk pemuka agama.
2. Menganjurkan pasien untuk memegang/melihat jenasah anaknya.
3. Menyiapkan perangkat kenangan.
4. Menganjurkan pasien untuk mengikuti program lanjutan bila diperlukan.
5. Menjelaskan kepada pasien/keluarga ciri-ciri respon yang patologis serta tempat
mereka minta bantuan bila diperlukan.

Beberapa Penyebab terjadinya bengkak pada kaki dan tungkai bawah :

1 . Akibat sumbatan pada pembuluh balik ( pembuluh vena oleh berbagai sebab )

Sumbatan vena dalam akibat stasis dan immobilisasi dengan kaki yang berbentuk flat atau bertapak
rata sehingga pergerakan menjadi kurang baik

2. Akibat infeksi / sellulitis

Infeksi pada usia muda akan berbeda dengan penderita usia tua sebab arterosclerosis pada
usia tua akan mengganggu dan memperlama proses penyembuhan. begitu juga underlying
disease seperti penyakit DM , jantung hipertensi dan ginjal akan mempersulit penyembuhan
di usia tua.

3 . Akibat pembesaran kelenjar getah bening

bengkak atau pembesaran pada kaki yang terjadi akibat pembendungan kelenjar getah bening
umumnya terjadi secara kronik . Penyebabnya yang tersering adalah karena cacing elefantiasis atau
kerap disebut kaki gajah dan metastase sel kanker.

4 . Akibat trauma

Bengkak atau benjolan pada kaki karena trauma sering di jumpai , seperti juga tangan kita jika
terbentur akan menyebabkan bengkak pada daerah sekitar trauma. Biasanya jika tidak ada patah
atau retak pada tulang maka bengkak akan segera mengecil namun jika ada patah maka bengkak
akan menyembuh cukup lama bahkan berbulan-bulan

5. Proses malignansi atau keganasan

Kanker pada tulang dan atau jaringan lunak di ekstremitas bawah layaknya osteosarcoma
, rhabdomyosarcoma , giant cell ca dll akan memberikan gambaran bengkak yang relatif
berbeda dengan gambaran bengkak lain , painless dan konsistensi yang lebih keras serta
terfiksir atau melengket
6.

Anda mungkin juga menyukai