Fase menapak (60%) dimulai dari heel strike / heel on, foot flat, mid stance ,
heel off dan diakhiri dengan toe off.
Sedangkan pada fase mengayun (40%) dimulai dari toe off, swing dan diakhiri dengan
heel strike (accelerasi, mid swing, decelerasi).
3. Midstance
Dimulai pada saat heel sesaat sebelum meninggalkan landasan sehingga kaki berada
sejajar dengan kaki bawah bagian depan.
4. Terminal Stance (Heel Off)
Fase terminal stance pada saat heel kaki kanan (merah) meninggi (mulai meniggalkan
landasan) dan dilanjutkan sampai dengan heel dari kaki biru mulai mengenai landasan,
5. Pre-Swing (Toe-Off)
Fase pre-swing dimulai dengan fase initial contact (heel strike) oleh kaki kiri (biru), dan
kaki kanan (merah) berada posisi meninggalkan landasan untuk melakukan periode
mengayun (toe-off)
6. Initial Swing (Acceleration)
Fase initial swing dimulai pada saat telapak kaki kanan mulai diangkat dari posisi
landasan
7. Mid-Swing
Fase mid-swing yang dimulai pada akhir initial swing dan dilanjutkan sampai kaki
merah mengayun maju berada di depan anggota badan sebelum mengenai landasan.
Stride legth :
Adalah jarak antara dua jejak kaki, pada kaki yang sama. Pada orang dewasa
pria jaraknya antara 140 – 156,5cm.
Stride duration :
Adalah waktu yang dibutuhkan untuk jarak tersebut.
Step length :
Adalah jarak antara dua jejak kaki , baik dari kanan ke kiri atau sebaliknya.
Jarak rata2nya adalah 68 – 78cm.
Step duration :
Adalah waktu yang dibutuhkan dari heel strike kaki yang satu ke heel strike kaki
yang lain.
Cadence :
Adalah jumlah steps permenit, dimana nilai rata2nya adalah 112 – 116 permenit.
B. Perbedaan gerak dari setiap fase
1. Stance phase (fase menapak)
· Ekstensi sendi panggul (hip)
· Geseran ke arah horizontal- lateral pada pelvis dan truk
· Fleksi lutut sekitar 15° pada awal heel strike, dilanjutkan dengan ekstensi dan
fleksi lagi sebelum toe off
2. Footflat
Stabilisasi : m. tibialis anterior
Mobilisasi : m.quadriceps femoris, m. tibialis posterior,m. gastrocnemius,
gluteus medius
3. Midstance
Stabilisasi : m. Quadriceps, m. gluteus medius
Mobilisasi : m. soleus, m. gastrocnemius, Fleksor digitorum longus, dan
Hallucis Longus
4. Heel-off
Stabilisasi :
Mobilisasi : m. soleus, m. gastrocnemius, tensor fascia latae
5. Toe-off
Stabilisasi : m. rectus femoris, plantar flexor,
Mobilisasi : m. soleus dan tibialis posterior, m. quadrieps,
Swing Phase
6. Acceleration
Stabilisasi : m. tibialis posterior
Mobilisasi : iliopsoas, rectus femoris, hamstring
7. Mid swing
Stabilisasi : m. tibialis posterior,
Mobilisasi : iliopsoas, rectus femoris, hamstring
8. Decelaration
Stabilisasi : m. tibialis posterior, m.gluteus maximus
Mobilisasi : m. tibialis anterior, hamstring, m. quadriceps femoris
D. OBSERVASI GAIT
Observasi visual gait analisis dipergunakan untuk mengetahui ketidaknormalan
gait yang disebabkan kelemahan otot, keterbatasan mobilitas sendi, nyeri, atau
gangguan kontrol motoris akibat lesi sistem saraf. Penggunaan videotape sangat
bermanfaat dalam menganalisis misalnya deviasi / patologi, perkembangan, atau
memfokuskan pada satu sendi. Untuk dapat terampil dalam observasi visual haruslah
difahami gait yang normal.
Siklus Gait normal
Siklus dimulai dari initial contact (hell strike) hingga initial contact periode
berikutnya, terdiri atas:
Mid stance
Sendi Otot Yang Aktif Deviasi Gait Penyebab Kemungkinan Penyebab
Muskular Lain
Hip Gluteus medius & Pelvic drop Kelemahan hip Hip pain (antalgic gait),
minimus / tensor fascia contra lateral abductor Hip abduction contracture
latae atau badan ipsi lateral (Trendelen)
Mengkonter gaya hip condong ipsi
adduction lateral
Terminal stance
Sendi Otot Yang Aktif Deviasi Gait Penyebab Kemungkinan Penyebab
Muskular Lain
Hip Tensor fascia latae Insufficiency Umumnya bukan Hip flexor contracture /
serabut anterior gerak hip extension karena kelemahan spasticity
hip ekstension dan otot
mengkonter gaya hip Pelvic drop Kelemahan hip Hip pain (antalgic gait),
adduction contra lateral abduction Hip abduction contracture
atau badan ipsi lateral (Trendelen)
condong ipsi
lateral
Knee Popliteus, cegah knee knee Kelemahan knee Excessive ankle plantar
hyperextension hyperextension extensor flexion (karena spastisitas
Insufficiency Kelemahan soleus / contracture)
knee extension Knee flexion contracture,
hamstring spasticity
Ankle Soleus / gastrocnemius Excessive ankle Bukan kelemahan Ankle plantarflexion
Mengotrol gaya ankle plantarflexion otot contracture / spasticity
dorsiflexion Excessive ankle Kelemahan soleus Flexed knee gait (karena
dorsiflexion knee flexion contracture,
hamstring spasticity
Pre swing
Sendi Otot Yang Aktif Deviasi Gait Penyebab Kemungkinan Penyebab
Muskular Lain
Hip Adductor longus, Excessive hip Umumnya bukan Hip flexion / iliotibial
gerak flection dan flexion karena kelemahan band contracture
mengontrol hip otot Spasticity hip flexor, hip
abduction pain
menghasilkan
pamindahan berat
badan ke ekstremitas
contra lateral
Rectus femoris, gerak
hip flexion dan
mengontrol derajat
knee flexion
Knee Popliteus / Insufficiency Kelemahan knee Knee pain, knee extension
gastrocnemius, gerak knee flexion extensor contracture, quadriceps
knee flexion spasticity
Rectus femoris,
mengontrol derajat
knee flexion
Ankle Soleus, Excessive ankle Kelemahan soleus AFO dengan rigit ankle,
gastrocnemius: pada dorsiflexion flexed knee gait (karena
awal pre swing untuk knee flexion contracture,
anterior acceleration hamstring spasticity)
tibia.
Tibialis anterior,
ekstensor digitorum
longus, akhir pre
swing mencegah
plantar fleksi berlebih.
Initial swing
Sendi Otot Yang Aktif Deviasi Gait Penyebab Kemungkinan Penyebab
Muskular Lain
Hip Iliacus / adductor Insufficiency Kelemahan hip Lemahnya kontrol hip
longus: hip flexion hip flexion flexor flexor akibat CNS Lesion
Gracilis / sartorius:
Hip & flexion Circumduction Kelemahan hip Knee ekstension
hip flexor contracture: kelemahan
ankle dorsifleksor:
Excessive ankle
plantarflexion
Badan condong Kelemahan hip Kelemahan hip abductor
ke contra lateral flexor (stance limb):
Knee extension
contracture (swing limb):
kelemahan ankle
dorsifleksor (swing limb):
Excessive ankle
plantarflexion (swing
limb):
Knee Biceps femoris (caput Insufficient hip Kelemahan hip Quadriceps spasticity:
brevis) : knee flexion flexion flexor knee pain: knee extension
contracture.
Ankle Tibialis anterior, Excessive ankle Umumnya bukan Ankle plantar flexion
extensor digit longus, plantar flexion karena faktor otot contracture
ankle dorsiflexion
Mid swing
Sendi Otot Yang Aktif Deviasi Gait Penyebab Kemungkinan Penyebab
Muskular Lain
Hip Biceps femoris (caput Excessive hip Kelemahan ankle Hip flexion contracture:
brevis), flexion dorsiflexor Excessive ankle
semimembranosus: dikompensasi hip plantarflexion
pada mendekati tahap flexion.
akhir mid swing untuk Kelemahan hip Kurangnya kontrol hip
decelerate femur. Insufficient hip flexor flexor akibat CNS lesion
flexion . Hip pain (antalgic gait):
contra lateral hip abduction
Kelemahan hip contracture (trendelen gait)
Ipsilateral abductor tungkai Hip adductor spasticuty.
pelvic drop / berdiri.
tubuh condong Knee extension
ke contralateral. contracture: kelemahan
ankle dorsifleksi:
Kelemahan hip Excessive ankle
Excessive hip flexor (diganti plantarfleksi.
abduction. adductor).
Kelemahan hip
Circumduction flexor
of hip
Terminal swing
Sendi Otot Yang Aktif Deviasi Gait Penyebab Kemungkinan Penyebab
Muskular Lain
Hip Biceps femoris (caput Insufficient hip Kelemahan hip Kurangnya kontrol hip
longus), flexion flexor flexor akibat CNS lesion
semimembranosus,
Semitendinosus: Circumduction Kelemahan hip Knee extension
decelerasi femur of hip flexor contracture; Knee
Gluteus maximus: Excessive hip Kelemahan ankle extension contracture
decelerasi femur adduction dorsifleksi
Kelemahan hip
flexor (dan Hip adductor spasticity
adductor
pengganti)
1. Gait Hemiplegia
Pasien berdiri dengan kelemahan unilateral pada sisi yang terkena, lengan
tertekuk, adduksi dan diputar secara internal. Kaki pada sisi yang sama dalam ekstensi
dengan plantar kaki dan jari kaki dalam keadaan fleksi. Ketika berjalan, pasien akan
mengunci lengannya ke satu sisi dan menyeret kaki yang terkena dengan bentuk
setengah lingkaran (circumduction). Hal ini dikarenakan adanya kelemahan otot-otot
distal (drop foot) dan hypertonia otot-otot ekstensor di tungkai bawah. Hal ini paling
sering terlihat pada pasien stroke. Pada hemiparesis ringan, kelainan yang tampak
mungkin hanya kehilangan ayunan lengan normal dan sedikit circumduction.
2. Gait Diplegia
Pasien dengan gait ini memiliki keterlibatan pada kedua sisi dimana kelenturan
ekstremitas bawah lebih buruk daripada ekstremitas atas. Pasien berjalan dengan basis
langkah yang sempit, menyeret kedua kaki dan akan menggesek jari-jari kakinya saat
melangkah. Gait ini terlihat pada lesi periventrikel bilateral, seperti yang terlihat pada
cerebral palsy. Juga dikarakteristikan dengan gangguan otot-otot adduktor panggul yang
dapat menyebabkan kaki untuk menyeberang melewati garis tengah yang sering disebut
juga sebagai gait menggunting (scissors gait).
Di negara dengan perawatan medis yang memadai, pasien dengan cerebral palsy
dapat menjalani operasi untuk merilis otot adduktor panggul sehingga meminimalkan
efek menggunting
3. Gait Neuropatik
Terlihat pada pasien dengan drop foot (kelemahan dorsofleksi kaki), penyebab gait ini
adalah karena upaya untuk mengangkat kaki lebih tinggi selama berjalan sehingga kaki
tidak menyeret di lantai. Jika terjadi secara unilateral, penyebabnya termasuk
kelumpuhan saraf peroneal dan radiculopati L5. Jika terjadi secara bilateral,
penyebabnya termasuk sclerosis amyotrophic lateral, penyakit Charcot-Marie-Tooth dan
neuropati perifer lainnya termasuk yang berhubungan dengan diabetes yang tidak
terkontrol.
5. Gait Parkinsonian
Dalam gait ini, pasien akan mengalami kekakuan dan bradikinesia. Ia akan
membungkuk dengan kepala dan leher ke depan, dengan fleksi pada lutut. Seluruh
ekstremitas atas juga dalam keadaan fleksi, tetapi jari-jari biasanya dalam keadaaan
ekstensi. Pasien berjalan agak lambat dengan langkah-langkah kecil dikenal dengan
sebutan marche a petit pas (berjalan dengan langkah-langkah kecil). Pasien juga
mungkin mengalami kesulitan untuk memulai langkah. Pasien menunjukkan
kecenderungan tanpa sadar untuk melangkah lebih cepat, yang dikenal sebagai
festination. Gait ini terlihat pada penyakit Parkinson atau kondisi lain yang
menyebabkan parkinsonisme, seperti efek samping dari obat-obatan.
6. Gait Choreiform
Gait Ini terlihat dengan gangguan ganglia basal tertentu termasuk Sydenham
chorea, Penyakit Huntington dan bentuk lain dari chorea, athetosis ataudystonia. Pasien
akan menampilkan gerakan yang tak terkendali pada semua ekstremitas, tidak teratur
dan kaku. Berjalan akan lebih menonjolkan gangguan gerakan dasar itu.
8. Gait Sensorik
Gait sensorik terjadi ketika ada kehilangan masukan propioreseptif ini. Dalam
upaya untuk mengetahui kapan kaki mencecah tanah dan lokasi pijakan, pasien akan
membanting kaki dengan keras ke tanah untuk merasakannya. Kunci gait ini akan
mengalami eksaserbasi ketika pasien tidak dapat melihat kaki mereka (misalnya dalam
keadaan gelap). Gait ini juga kadang-kadang disebut sebagai gaya berjalan menghentak
karena pasien dapat mengangkat kaki mereka sangat tinggi untuk menghentak tanah
dengan keras. Gait ini dapat dilihat pada gangguan kolom dorsal (defisiensi B12 atau
tabes dorsalis) atau penyakit yang mempengaruhi saraf perifer (diabetes yang tidak
terkontrol). Dalam bentuk yang parah, gait ini dapat menyebabkan ataksia yang
menyerupai gaya berjalan ataksia cerebellar.