Anda di halaman 1dari 14

J. Entomol. Indon., September 2011, Vol. 8, No.

2, 96-109
Perhimpunan Entomologi Indonesia

Keanekaragaman dan Kelimpahan Musuh Alami Bemisia


tabaci (Gennadius) (Hemiptera: Aleyrodidae) pada
Pertanaman Cabai Merah di Kecamatan Pakem,
Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta

HENDRIVAL1), PURNAMA HIDAYAT*2) DAN ALI NURMANSYAH2)


1)
Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Malikussaleh, Jalan
Banda Aceh-Medan, Kampus UNIMAL Cot Tengku Nie, Reuleut,
Kabupaten Aceh Utara.
2)
Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Jalan
Kamper Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680

(diterima Maret 2011, disetujui Juni 2011)

ABSTRAK
Keanekaragaman dan Kelimpahan Musuh Alami Bemisia tabaci (Gennadius)
(Hemiptera: Aleyrodidae) pada Pertanaman Cabai Merah di Kecamatan
Pakem, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian tentang
keanekaragaman dan kelimpahan musuh alami Bemisia tabaci di pertanaman cabai
merah telah dilakukan di Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, DIY selama
musim kemarau Mei-Oktober 2009. Penelitian bertujuan untuk mempelajari
keanekaragaman dan kelimpahan spesies parasitoid dan predator dari B. tabaci.
Pengambilan sampel spesies parasitoid dan predator dilakukan dengan
menggunakan nampan kuning, jaring serangga, pengamatan langsung pada tajuk
tanaman, dan pengumpulan nimfa-nimfa B. tabaci. Keanekaragaman serangga
dihitung menggunakan indeks keanekaragaman Shannon dan sebaran. Spesies
predator yang ditemukan di pertanaman cabai merah adalah Harmonia
octomaculata (Fabricius), Menochilus sexmaculata (Fabricius), Scymnus sp.,
Micraspis inops Mulsant, Coccinella sp., (Coleoptera: Coccinellidae), Paederus
fuscipes Curtis (Coleoptera: Staphylinidae), Orius sp. (Hemiptera: Anthocoridae),
Linyphiidae (Araneae), dan Syrphidae (Diptera). Parasitoid Eretmocerus sp. (Hy-
menoptera: Aphelinidae) ditemukan memarasit nimfa-nimfa B. tabaci mempunyai
potensi yang baik untuk mengendalikan nimfa B. tabaci di pertanaman cabai
merah.
KATA KUNCI: Bemisia tabaci, keanekaragaman, kelimpahan, parasitoid,
predator

ABSTRACT
Natural Enemy Diversity and Abundance of Bemisia tabaci (Gennadius)
(Hemiptera: Aleyrodidae) on Chili Pepper Fields in Sub-district of Pakem,
District of Sleman, The Special Province of Yogyakarta. Research on natural
enemies of Bemisia tabaci was conducted in the chili pepper fields in Sub-district
of Pakem, District of Sleman, The Special Province of Yogyakarta during the dry
season of May-October 2009. The aims of this research were to study the diversity

*Korespondensi:
Email: purhidayat@gmail.com

96
Hendrival et al.,: Keanekaragaman dan Kelimpahan Musuh Alami Bemisia tabaci

and abundance of parasitoid and predator species associated with B. tabaci.


Samplings of insect species were done using yellow pan trap, sweep net, direct
observation of insects colonized young leaves, and collection of nymphs for B.
tabaci. Measurement of insect diversity was calculated using Shannon’s index
diversity and Evenness index. Nine species of insect predator were identified, i.e.
Harmonia octomaculata (Fabricius), Menochilus sexmaculata (Fabricius),
Scymnus sp., Micraspis inops Mulsant, Coccinella sp. (Coleoptera: Coccinellidae),
Paederus fuscipes Curtis (Coleoptera: Staphylinidae), Orius sp. (Hemiptera:
Anthocoridae), Linyphiidae sp.1 (Araneae), and Syrphidae sp.1 (Diptera).
Eretmocerus sp. (Hymenoptera: Aphelinidae) was the only parasitoid found in the
nymphs B. tabaci collected and has the potential to control B. tabaci in the red
pepper fields.
KEY WORDS: Bemisia tabaci, diversity, abundance, parasitoid, predator

2007). Upaya pengendalian yang


PENDAHULUAN umum dilakukan petani adalah peng-
Bemisia tabaci tergolong serangga gunaan insektisida. Namun tindakan
polifag (Frohlich et al. 1999) dan tersebut belum mampu menurunkan
tersebar luas di daerah tropik dan tingkat serangan dari B. tabaci, karena
subtropik (Delatte et al. 2005). B. B. tabaci diduga berasal dari populasi
tabaci dapat menyebabkan terbentuk- yang telah resisten terhadap insek-
nya bintik-bintik klorotik pada daun tisida seperti golongan organofosfat,
karena tusukan stiletnya dan penutupan karbamat dan piretroid sintetik (De
stomata oleh embun madu yang di- Barro 1995; Sugiyama 2005). Pe-
hasilkannya (Byrne & Bellow 1991). B. ngendalian hayati merupakan salah
tabaci merupakan serangga vektor satu komponen pengendalian hama
yang dilaporkan mampu menularkan terpadu yang memiliki peranan dalam
110 jenis virus tanaman (Jones 2003). mencegah berkembangnya populasi B.
Salah satu virus yang ditularkan oleh B. tabaci yang telah resisten terhadap
tabaci adalah pepper yellow leaf curl insektisida (Hoddle et al. 1998; Faria
virus (PepYLCV) yang menyebabkan & Wraight 2001). Musuh alami me-
penyakit daun keriting kuning cabai miliki peranan penting dalam me-
pada tanaman cabai merah (Tsai et al. ngendalikan populasi B. tabaci yang
2006). Pertanaman cabai di Indonesia telah resisten terhadap insektisida
telah banyak dilaporkan terserang (Naranjo & Ellsworth 2009).
penyakit daun keriting kuning cabai Musuh alami hama B. tabaci
yang disebabkan oleh PepYLCV berdasarkan fungsinya dikelompokkan
(Sudiono & Yasin 2006). Kehilangan menjadi predator dan parasitoid (Nara-
hasil tanaman cabai merah akibat njo et al. 2002; Gerling et al. 2001),
serangan B. tabaci dan penyakit ke- serta patogen (Gindin et al. 2000; Faria
riting kuning cabai berkisar antara & Wraight 2001). Kelompok predator
20% sampai 100% (Setiawati et al. B. tabaci meliputi famili Cocci-

97
J. Entomol. Indon., September 2011, Vol. 8, No. 2, 96-109

nellidae, Staphylinidae, Chrysopidae, pada bulan Mei sampai Oktober 2009.


Cecidomyiidae, Dolichopodidae, Syr- Lokasi penelitian berada pada keting-
phidae, Anthocoridae, Miridae, Na- gian 343 meter di atas permukaan laut
bidae, Phytoseiidae, dan Araneae dan terletak pada 070 40.814 LS dan
(Castineiras 1995; Gerling et al. 2001; 1100 242.51 LU. Identifikasi serangga
Naranjo et al. 2002). Parasitoid dari B. parasitoid dan predator dilakukan di
tabaci meliputi famili Aphelinidae dan Laboratorium Taksonomi Serangga,
Platygasteridae (Castineiras 1995; Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Gerling et al. 2001). Parasitoid famili
Persiapan Tanaman Cabai Merah.
Aphelinidae ordo Hymenoptera me-
Penelitian dilaksanakan pada dua
rupakan parasitoid yang potensial se-
lahan masing-masing seluas 34 m x 12
bagai agen pengendali hayati dan
m, kedua lahan terletak secara terpisah
banyak menyerang nimfa B. tabaci
dengan jarak 100 m. Setiap lahan
(Kirk et al. 2001) seperti dari genus
terdiri dari dua petak dengan panjang
Eretmocerus dan Encarsia (Gerling et
16 m dan lebar 10 m, sehingga terdapat
al. 2001). Predator generalis dan para-
empat petak sebagai ulangan. Setiap
sitoid dari famili Aphelinidae seperti
petak terdiri dari lima bedengan
genus Eretmocerus dan Encarsia
dengan ukuran panjang 15 m, lebar 1
merupakan faktor pengatur dalam per-
m, dan tinggi 0,4 m serta jarak antar
kembangan populasi B. tabaci pada
bedengan 0,5 m. Varietas cabai merah
berbagai tanaman (Naranjo & Ells-
yang digunakan adalah TM 999 yang
worth 2009). Informasi keanekara-
merupakan varietas cabai yang umum
gaman dan kelimpahan musuh alami B.
ditanam oleh petani setempat. Bibit
tabaci di pertanaman cabai merah
ditanam dengan jarak tanam 50 cm
masih sedikit, sedangkan peranan mu-
(dalam barisan) dan 60 cm (antarbaris)
suh alami sangat penting dalam me-
sehingga dalam bedengan terdapat 60
ngatur keseimbangan populasi B.
tanaman. Budidaya tanaman cabai
tabaci. Penelitian dilakukan untuk me-
merah mengikuti kebiasaan petani
ngetahui keanekaragaman dan kelim-
setempat, kecuali aplikasi insektisida
pahan spesies parasitoid dan predator
dan penyiangan gulma yang tidak
dari B. tabaci di pertanaman cabai
dilakukan selama pertumbuhan tanam-
merah.
an.
METODE PENELITIAN Pengambilan Sampel.
Penelitian dilaksanakan di Desa Pengamatan terhadap keanekara-
Harjobinangun, Kecamatan Pakem, gaman dan kelimpahan spesies parasit-
Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa oid dan predator dari B. tabaci di-
Yogyakarta selama musim kemarau lakukan untuk menggambarkan jumlah

98
Hendrival et al.,: Keanekaragaman dan Kelimpahan Musuh Alami Bemisia tabaci

spesies dan kelimpahan parasitoid dan jaring terbuat dari kain kasa. Pe-
predator di pertanaman cabai merah. ngambilan dilakukan dengan meng-
Metode pengumpulan serangga di- ayunkan jaring ke kiri dan ke kanan
lakukan dengan berbagai cara ter- secara bolak-balik sebanyak 20 kali
gantung pada jenis serangga dan sambil berjalan. Perangkap nampan
habitatnya. Metode pengambilan sam- kuning ditempatkan pada tempat yang
pel serangga dengan jaring ayun terbuka di pinggir petak pertanaman
digunakan untuk menangkap serangga cabai merah. Untuk membunuh se-
pada daun-daunan atau rumput-rum- rangga yang hinggap pada nampan
putan dan pada areal pertanaman yang kuning, ke dalam nampan tersebut
berbentuk perdu seperti pertanaman dimasukkan larutan air sabun untuk
cabai merah. Metode pengamatan mengurangi tegangan permukaan, se-
langsung dilakukan terhadap spesies hingga serangga yang masuk akan
serangga, termasuk predator, yang ter- tenggelam dan mati. Pada setiap lahan
dapat pada tajuk tanaman. Pemerang- pertanaman ditempatkan empat nam-
kapan merupakan metode pengum- pan kuning dan dibiarkan selama 24
pulan serangga dengan menggunakan jam.
perangkap seperti nampan kuning. Teknik pengamatan langsung pada
Metode tersebut memiliki kemampuan tajuk tanaman juga dilakukan terhadap
memikat predator dan parasitoid secara predator yang terdapat pada tajuk
fisik. Metode pengumpulan serangga, tanaman dengan mengamati delapan
termasuk pada stadia nimfa-nimfa, di- tanaman sampel per bedengan. Teknik
lakukan untuk mengetahui jenis-jenis pengamatan langsung juga dilakukan
parasitoid yang berasosiasi dengan dengan mengumpulkan nimfa-nimfa B.
serangga. tabaci yang terdapat pada daun dari
Metode pengambilan sampel spe- tanaman cabai merah. Metode peng-
sies parasitoid dan predator dilakukan ambilan sampel daun dilakukan secara
dengan menggunakan jaring ayun acak untuk mengamati nimfa B. tabaci
(sweep net), nampan kuning (yellow dari setiap tanaman sampel (delapan
pan trap), pengamatan langsung, dan tanaman sampel per bedengan) dengan
pengumpulan nimfa-nimfa B. tabaci mengambil daun dari bagian atas,
dari tanaman cabai merah. Jaring ayun tengah, dan bawah dari tanaman. Pada
digunakan untuk pengambilan serang- tanaman sampel diambil enam daun
ga pada tajuk tanaman atau gulma (dua bagian atas, dua bagian tengah,
yang tumbuh di sekitar pertanaman dan dua bagian bawah). Daun-daun
cabai merah. Jaring ayun berbentuk sampel disimpan di dalam kantung
kerucut, mulut jaring terbuat dari plastik untuk dilakukan pemeriksaan
kawat melingkar (diameter 30 cm) dan terhadap nimfa B. tabaci dengan

99
J. Entomol. Indon., September 2011, Vol. 8, No. 2, 96-109

menggunakan mikroskop stereo. Daun- HASIL DAN PEMBAHASAN


daun yang terdapat nimfa B. tabaci Keanekaragaman Spesies Predator
dimasukkan secara terpisah ke dalam dan Parasitoid
cawan petri dan nimfa-nimfa tersebut Jumlah spesies predator B. tabaci
dipelihara sampai menjadi stadia ima- yang berhasil tertangkap berbeda-beda
go. Parasitoid-parasitoid yang muncul berdasarkan jenis perangkap yang
dikumpulkan dan dilakukan pencatatan digunakan. Setelah dilakukan identi
terhadap jenis parasitoid yang muncul. fikasi, spesies-spesies predator tersebut
Serangga yang tertangkap disim- adalah Linyphiidae sp. (Araneae), H.
pan dalam botol koleksi yang telah octomaculata, M. sexmaculata, Scym-
diisi dengan larutan alkohol 70% untuk nus sp., M. inops, dan Coccinella sp.
selanjutnya diidentifikasi di Laborato- (Coleoptera: Coccinellidae), P. fusci
rium Taksonomi Serangga, Institut pes (Coleoptera: Staphylinidae), Orius
Pertanian Bogor. Semua serangga yang sp. (Hemiptera: Anthocoridae), dan
diperoleh dipisahkan berdasarkan or- Syrphidae sp.1 (Diptera). Indeks kea-
donya dan identifikasi dilakukan sam- nekaragaman Shanon (H) dan indeks
pai tingkat takson spesies berdasarkan kemerataan (E) spesies predator lebih
Goulet & Huber (1993), Shepard et al. tinggi dijumpai pada metode peng-
(1995), Evans & Serra (2002), dan amatan langsung pada tajuk tanaman
Evans (2009) serta dihitung jumlahnya. yaitu 2,05 dan 0,93. Indeks H dan E
Pengelompokan serangga parasitoid spesies predator pada metode jaring
dan predator dari B. tabaci dilakukan ayun adalah 1,96 dan 0,89 serta me-
berdasarkan panduan dari Gerling et al. tode nampan kuning adalah 1,24 dan
(2001). Pengamatan keanekaragaman 0,89. Jumlah spesies parasitoid yang
dan kelimpahan spesies parasitoid dan terkoleksi pada metode jaring ayun,
predator dilakukan setiap minggu, nampan kuning, dan pengumpulan
mulai tanaman cabai merah berumur 1 nimfa-nimfa B. tabaci adalah berturut-
sampai 16 minggu setelah tanam turut 2 spesies, 2 spesies, dan 1 spesies.
(MST). Spesies parasitoid tersebut adalah
Analisis data. Encarsia sp. dan Eretmocerus sp.
(Hymenoptera: Aphelinidae). Pada me-
Keanekaragaman serangga dihi-
tode pengumpulan nimfa-nimfa B.
tung menggunakan indeks keanekara-
tabaci dari daun cabai merah hanya
gaman Shannon dan indeks kemerata-
terdapat satu spesies parasitoid yaitu
an (Magurran 1996; Krebs 1999).
Eretmocerus sp. Jumlah spesies para-
sitoid lebih tinggi pada metode jaring
ayun dan nampan kuning dibandingkan
metode pengumpulan nimfa-nimfa B.

100
Hendrival et al.,: Keanekaragaman dan Kelimpahan Musuh Alami Bemisia tabaci

tabaci. Keanekaragaman dan sebaran thocoridae, Syrphidae, dan Staphylini-


spesies parasitoid lebih tinggi dijumpai dae. Famili Anthocoridae merupakan
pada metode jaring ayun yaitu 0,66 predator penting dalam pengendalian
dan 0,96 dibandingkan metode nampan hayati dan memangsa thrips dan telur
kuning (Tabel 1). serangga hama seperti Ostrinia
Perolehan serangga predator dari nubilalis (Driesche & Bellows 1996),
berbagai metode pengumpulan se- kutu daun dan tungau (Bugg et al.
rangga menunjukkan bahwa kelompok 2008). Serangga pradewasa dari famili
predator dari famili Coccinellidae me- Syrphidae merupakan predator yang
miliki jumlah spesies paling tinggi memangsa kutu daun dan serangga
dibandingkan spesies predator dari hama lainnya (Bugg et al. 2008);
famili lainnya (Tabel 1). Famili Cocci- sementara imago dari famili Syrphidae
nellidae diketahui sebagai predator berperan sebagai polinator pada tanam-
berbagai jenis serangga hama dan lebih an sayuran dan buah-buahan seperti
memangsa kutu daun. Walaupun de- famili Asteraceae, Brassicaceae, dan
mikian dilaporkan oleh Gerling et al. Rosaceae (Ghahari et al. 2008).
(2001) bahwa spesies predator Cocci- Paederus fuscipes merupakan predator
nellidae merupakan predator oligofag yang juga memangsa B. tabaci
yang banyak memangsa nimfa B. (Gerling et al. 2001). Larva P. fuscipes
tabaci pada tanaman kapas dan hidup dan mencari mangsa pada
Dialeurodes citri pada tanaman jeruk. permukaan tanah terutama pada daerah
Dinyatakan oleh Cohen & Brummett dengan kelembaban tinggi dan banyak
(1997) bahwa kisaran mangsa predator mengandung sisa-sisa tanaman. Imago
dari B. tabaci dapat dipengaruhi oleh P. fuscipes lebih sering berasosiasi
kualitas nutrisi mangsa; pada saat dengan tajuk tanaman untuk mencari
populasi B. tabaci menurun, banyak mangsa.
spesies predator mencari mangsa yang Parasitoid Encarsia sp. dan
sesuai untuk perkembangan dan re- Eretmocerus sp. merupakan parasitoid
produksinya misalnya dengan me- utama dari B. tabaci seperti dilaporkan
mangsa kutu daun. Spesies predator oleh Castineiras (1995) dan Gerling et
yang memiliki kisaran mangsa yang al. (2001). Dari hasil pengumpulan
luas dapat berada pada tanaman pada nimfa-nimfa B. tabaci, hanya para-
waktu yang lebih lama dan secara sitoid Eretmocerus sp. yang ditemukan
efektif mengatur peledakan populasi B. memarasit nimfa B. tabaci dan para-
tabaci. sitoid Encarsia sp. tidak ditemukan
Serangga predator lainnya yang memarasit nimfa B. tabaci. Hasil
dijumpai dari berbagai metode peng- pengamatan di pertanaman cabai me-
ambilan sampel adalah famili An- rah menunjukkan bahwa nimfa B.

101
102

Tabel 1 Jumlah ordo (O), famili (F), spesies (S), jumlah individu (N), indeks keanekaragaman Shannon (H′), dan indeks kemerataan (E)
predator dan parasitoid dari B. tabaci pada setiap metode pengambilan sampel di pertanaman cabai merah pada musim kemarau
Juni sampai Oktober tahun 2009 di Desa Harjobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, DIY

Hendrival et al.,: Keanekaragaman dan Kelimpahan Musuh Alami Bemisia tabaci


Metode pengumpulan
Kelompok Pengumpulan
No. Ordo Famili Spesies Nampan Pengamatan langsung
fungsional Jaring ayun nimfa-nimfa B.
kuning pada tajuk tanaman
tabaci
1 Predator Araneae Linyphiidae Linyphiidae sp. 1 96 202 -a
2 Predator Coleoptera Coccinellidae H. octomaculata 159 8 186 -
3 Predator Coleoptera Coccinellidae M. sexmaculata 308 24 306 -
4 Predator Coleoptera Coccinellidae Scymnus sp. 46 81 -
5 Predator Coleoptera Coccinellidae Micraspis inops 225 6 141 -
6 Predator Coleoptera Coccinellidae Coccinella sp. 202 166 -
7 Predator Coleoptera Staphylinidae P. fuscipes 261 17 345 -
8 Predator Hemiptera Anthocoridae Orius sp. 21 40 -
9 Predator Diptera Syrphidae Syrphidae sp. 1 53 110 -
Jumlah ordo 4 1 4 -
Jumlah famili 5 2 5 -
Jumlah spesies 9 4 9 -
Jumlah individu 1371 55 1577 -
H′ 1,9697 1,2468 2,0502 ttb
E 0,8964 0,8994 0,9331 tt
10 Parasitoid Hymenoptera Aphelinidae Encarsia sp. 70 92 -c
11 Parasitoid Hymenoptera Aphelinidae Eretmocerus sp. 109 270 - 695
Jumlah ordo 1 1 - 1
Jumlah famili 1 1 - 1
Jumlah spesies 2 2 - 1
Jumlah individu 179 362 - 695
H′ 0,6692 0,5668 - tt
E 0,9654 0,8177 - tt

102
Hendrival et al.,: Keanekaragaman dan Kelimpahan Musuh Alami Bemisia tabaci

tabaci mulai ditemukan terparasit oleh tanaman budidaya berperan sebagai


Eretmocerus sp. pada 2 MST dengan tempat berlindung imago parasitoid
tingkat parasitisasi mencapai 12,9%. dan menyediakan inang alternatif mu-
Selama pertumbuhan tanaman cabai suh alami seperti menurut Norris &
merah terjadi empat kali peningkatan Kogan (2005).
parasitisasi parasitoid Eretmocerus sp. Spesies gulma yang menjadi inang
yaitu pada 5 MST, 7 MST, 10 MST, B. tabaci dapat bermanfaat dalam
dan 13 MST dengan tingkat para- menyediakan inang alternatif dan
sitisasi berturut-turut mencapai 39,1%; konservasi parasitoid Eretmocerus sp.
41,1%; 55,5%; dan 57,6%. (Gambar 1). di pertanaman cabai merah. Castineiras
Proses parasitisasi Eretmocerus sp. di (1995), Gerling et al. (2001), dan Kirk
pertanaman cabai merah dipengaruhi et al. (2001), menyatakan bahwa genus
oleh keragaman vegetasi. Selama per- Eretmocerus merupakan parasitoid B.
tumbuhan tanaman cabai merah tidak tabaci yang telah banyak digunakan
dilakukan penyiangan gulma, sehingga untuk pengendalian hayati B. tabaci.
banyak dijumpai gulma yang tumbuh Parasitoid Eretmocerus sp. umum-
di bedengan pertanaman. Ekosistem nya memarasit nimfa B. tabaci instar
yang demikian dapat mendukung ke- ke-2 sampai ke-4, namun preferensi-
beradaan musuh alami seperti para- nya lebih tinggi pada nimfa instar ke-2
sitoid (Smith et al. 1997). Spesies- (Gerling et al. 2001).
spesies gulma yang tumbuh di per-

Gambar 1. Perkembangan tingkat parasitisasi parasitoid Eretmocerus sp. pada


nimfa B. tabaci selama pertumbuhan tanaman cabai merah pada
musim kemarau Juni sampai Oktober tahun 2009 di Desa
Harjobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, DIY

103
J. Entomol. Indon., September 2011, Vol. 8, No. 2, 96-109

Parasitoid Eretmocerus sp. dapat leoptera famili Coccinellidae yaitu


menyelesaikan siklus hidupnya sampai Harmonia octomaculata, Menochilus
fase imago pada satu nimfa B. tabaci sexmaculata, Scymnus sp., Micraspis
atau bersifat soliter. Seperti yang di- inops, dan Coccinella sp., serta famili
katakan oleh Driesche & Bellows Staphylinidae yaitu Paederus fuscipes;
(1996) dan Hajek (2004), suatu para- ordo Hemiptera famili Anthocoridae
sitoid yang perkembangan hidupnya yaitu Orius sp.; ordo Diptera famili
terjadi pada satu tubuh inang disebut Syrphidae; dan ordo Areneae yaitu
parasitoid soliter dan bersifat endo- Linyphiidae. Spesies predator dari B.
parasitoid. Selanjutnya Zolnerowich & tabaci dengan kelimpahan yang paling
Rose (2008) menyatakan bahwa para- tinggi adalah M. sexmaculata dan P.
sitoid Eretmocerus sp. merupakan pa- fuscipes dengan nilai kelimpahan
rasitoid soliter dan endoparasitoid yang berturut-turut yaitu 21,2% dan 20,7%;
memarasit nimfa B. tabaci instar kedua sedangkan spesies predator dengan
dan imago parasitoid muncul dari nilai kelimpahan paling rendah adalah
nimfa instar ke-4 yang telah mati. Orius sp. (2,1%) (Gambar 2). Predator
Genus Eretmocerus memiliki 65 M. sexmaculata merupakan predator
spesies dan semua spesies diketahui yang sangat potensial dalam pengen-
sebagai parasitoid primer kutu kebul dalian hayati hama tanaman seperti B.
dan banyak diantaranya yang belum tabaci. Dilaporkan oleh Muharam &
diketahui spesiesnya memarasit B. Setiawati (2007) bahwa predator M.
tabaci (Zolnerowich & Rose 2008). sexmaculata mampu memangsa B.
Eretmocerus eremicus diketahui efek- tabaci sebanyak 51,5 ekor selama
tif menekan populasi B. tabaci pada periode 24 jam. Selanjutnya, Hidayat
tanaman tomat, cabai, dan melon et al. (2009) menyatakan bahwa
(Gerling et al. 2001; Bellamy et al. berdasarkan distribusi, kelimpahan dan
2004). Eretmocerus mundus diketahui uji efektivitas, diketahui bahwa spesies
dapat memarasit nimfa B. tabaci pada predator yang berpotensi sebagai agens
tanaman cabai, melon, dan lada di hayati B. tabaci adalah M. sexmaculata
Argentina (López & Andorno 2009). dan M. inops.
Kelompok fungsional parasitoid
Kelimpahan Spesies Predator dan
Parasitoid yang berhasil diperoleh dari pertana-
man cabai merah di Pakem, Sleman,
Serangga-serangga predator yang
DIY terdiri dari ordo Hymenoptera
berhasil dikumpulkan dari pertanaman
famili Aphelinidae yaitu Encarsia sp.
cabai merah telah diidentifikasi ber-
dan Eretmocerus sp. Kelimpahan spe-
dasarkan publikasi Gerling et al.
sies parasitoid Eretmocerus sp.
(2001). Serangga predator tersebut ter-
(89,9%) lebih tinggi dibandingkan
diri atas spesies-spesies dari ordo Co-

104
Hendrival et al.,: Keanekaragaman dan Kelimpahan Musuh Alami Bemisia tabaci

Encarsia sp. (13,1%) (Gambar 2). dan Dialeurodes citri dibandingkan


Parasitoid Eretmocerus sp. yang lebih dengan B. tabaci (Evans 1997; Gerling
dominan dibandingkan Encarsia sp. di et al. 2001), sehingga kelimpahan
pertanaman cabai merah diduga terjadi parasitoid Eretmocerus sp. lebih tinggi
karena adanya faktor kompetisi ter- dibandingkan Encarsia sp. di perta-
hadap inang dari kedua parasitoid naman cabai merah.
tersebut. Parasitoid Eretmocerus sp. Keanekaragaman musuh alami
bersifat oligofag yang dapat memarasit perlu dipertahankan melalui perlakuan
spesies kutu kebul lainnya (Evans & konservasi sehingga pemanfaatan mu-
Serra 2002), sehingga menyebabkan suh alami dapat berlangsung secara
parasitoid Eretmocerus sp. mudah berkelanjutan pada waktu sekarang dan
dijumpai pada daerah dengan populasi waktu yang akan datang. Driesche &
B. tabaci yang melimpah. Parasitoid Bellows (1996) menjelaskan kegiatan
Encarsia sp. diketahui lebih banyak konservasi musuh alami meliputi (1)
memarasit kutu kebul Trialeurodes penggunaan pestisida secara terbatas
vaporariorum, Aleurocanthus woglumi, dan selektif, (2) melestarikan spesies-

Gambar 2 Persentase kelimpahan spesies predator (A) dan parasitoid (B) B.


tabaci dari empat metode pengumpulan serangga yaitu metode jaring
ayun, nampan kuning, pengamatan langsung pada tajuk tanaman, dan
pengumpulan nimfa-nimfa B. tabaci pada tanaman cabai merah
selama musim kemarau Juni sampai Oktober tahun 2009 di Desa
Harjobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, DIY.

105
J. Entomol. Indon., September 2011, Vol. 8, No. 2, 96-109

spesies gulma yang mendukung inang UCAPAN TERIMAKASIH


parasitoid atau mangsa alternatif pre- Penelitian ini terlaksana berkat
dator, (3) memfasilitasi perpindahan dukungan dana dari Project ACIAR-
musuh alami, dan (4) memodifikasi AVRDC Chilli IDM tahun 2009
sistem budidaya tanaman. Konservasi melalui Dr. Ir. Sri Hendrastuti Hidayat,
musuh alami pada area yang ber- M.Sc, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
dekatan dapat meningkatkan keberada- Ucapan terima kasih disampaikan
an parasitoid dan predator yang dapat kepada Ir. Bagus Kukuh Udiarto, M.P.,
membantu menurunkan populasi B. Pak Ngadimin, dan Pak Mardi yang
tabaci dalam jangka panjang. Pengen- telah membantu pelaksanaan penelitian.
dalian hayati B. tabaci dengan pa-
rasitoid dan predator merupakan kunci DAFTAR PUSTAKA
strategis potensial yang sebagian besar
belum direalisasikan pada tanaman Bellamy DE. Asplen MK, & Byrne
budidaya (Naranjo 2001). DN. 2004. Impact of Eretmo-
cerus eremicus (Hymenoptera:
Aphelinidae) on open-field Be-
KESIMPULAN
misia tabaci (Hemiptera: Aleyro-
Pengendalian hayati B. tabaci di didae) populations. Biol. Control
pertanaman cabai merah mempersya- 29:227-234.
ratkan faktor keanekaragaman para- Bugg RL, Colfer RG, Chaney WE,
sitoid dan predator untuk mencapai Smith HA, & CannonJ. 2008.
kestabilan komunitas. Serangga- Flower flies (Syrphidae) and
other biological control agents
serangga predator yang bersifat oli-
for aphids in vegetable crops.
gofag seperti famili Coccinellidae (H. ARN Publication 8285:1-25.
octomaculata, M. sexmaculata, Scym-
Byrne DN. & Bellows Jr. TS. 1991.
nus sp., M. inops, dan Coccinella sp.) Whitefly biology. Ann. Rev.
dan Syrphidae serta bersifat generalis Entomol. 36:431-457.
seperti famili Anthocoridae (Orius sp.) Castineiras A. 1995. Natural enemies
diperlukan untuk mengendalikan B. of Bemisia tabaci (Homoptera:
tabaci yang berasosiasi dengan tana- Aleyrodidae) in Cuba. Florida
man cabai merah. Predator tersebut Entomologist 78(3):538-540.
diharapkan dapat berperan sebagai Cohen AC. & Brummett DL. 1997.
pengatur populasi hama sehingga tidak The non-abundant nutrient
terjadi peledakan populasi hama. (NAN) concept as a determinant
of predator-prey fitness. Entomo-
Parasitoid Eretmocerus sp. merupakan
phaga 42:85-91.
parasitoid kutu kebul yang berpotensi
De Barro PJ. 1995. Bemisia tabaci bio-
untuk mengendalikan B. tabaci di
types: a review of itsbiology,
pertanaman cabai merah. distribution and control. Com-

106
Hendrival et al.,: Keanekaragaman dan Kelimpahan Musuh Alami Bemisia tabaci

monwealth Scientificand Indus- species complex based on mito-


trial Research Organization chondrial DNA markers. Mol.
Technical Paper 33. Ecol. 8:1683-1691.
Delatte H, Reynaud B, Granier M, Gerling D, Alomar O, & Arno J. 2001.
Thornary L, Lett JM, Goldbach, Biological control of Bemisia
R, & Peterschmitt M. 2005. A tabaci using predators and para-
new silverleaf-inducing biotype sitoids. Crop Prot. 20:779-799.
Ms of Bemisia tabaci (Hemip-
Ghahari H, Hayat R, Tabari M, &
tera: Aleyrodidae) indigenous to
Ostovan H. 2008. Hover flies
the islands of the southwest
(Diptera: Syrphidae) from rice
Indian Ocean. Bull. Entomol. Res.
fields and around grasslands of
95:29-35.
northern Iran. Mun. Ent. Zool.
Driesche RG van. & Bellows Jr.TS. 3(3):275-284.
1996. Biological Control. Lon- Gindin G, Geschtovt NU, Raccah B, &
don:Chapman & Hall.
Barash I. 2000. Pathogenicity of
Evans GA. & Serra CA. 2002. Verticillium lecanii to different
Parasitoids associated with develop-mental stages of the sil-
whiteflies (Homoptera: Aleyro- verleaf whitefly, Bemisia argen-
didae) in Hispaniola and tifolii. Phytoparasitica 28(3):
descriptions of two new species 229-239.
of Encarsia (Hymenoptera:
Goulet H. & Huber JT, editor. 1993.
Aphelinidae). J. Hym. Res.
Hymenoptera of the World: An
11(2):197-212.
Identification Guide to Families.
Evans GA. 1997. A new Encarsia Canada: Canada Communication
(Hymenoptera: Aphelinidae) Group Publishing.
species reared from the Bemisia
Hajek AN. 2004. Natural Enemies: An
tabaci complex (Homoptera:
Introduction to Biological Con-
Aleyrodidae). Florida Entomo-
trol. London: Cambridge Univer-
logist 80(1):24-27.
sity Press.
Evans GA. 2009. Key to parasitoid
Hidayat P, Udiarto BK, Setiawati W,
genera associated with whiteflies
& Murtiningsih RRR. 2009.
(Aleyrodidae). http://www.sel.
Strategi pemanfaatan musuh
barc.usda.gov:8080/1WF/couplet
alami dalam pengendalian
1.html [diakses 14 Desember
Bemisia tabaci (Gennadius) (He-
2009].
miptera: Aleyrodidae) sebagai
Faria M. & Wraight SP. 2001. Biologi vektor virus kuning pada per-
cal control of Bemisia tabaci tanaman cabai merah [laporan
with fungi. Crop Prot. 20:767- penelitian KKP3T]. Bogor: Ins-
778. titut Pertanian Bogor.
Frohlich DR, Torres-Jerez I, Bedford Hoddle MS, van Driesche RG, Sander-
ID, Markham PG, & Brown JK. son JP. & Minkenberg OPJM.
1999. A phylogeographical ana- 1998. Biological control of
lysis of the Bemisia tabaci Bemisia argentifolii (Hemiptera:

107
J. Entomol. Indon., September 2011, Vol. 8, No. 2, 96-109

Aleyrodidae) on poinsettia with IPM systems for Bemisia tabaci.


inundative releases of Eretmo- Crop Prot.. 20:835-852.
cerus eremicus (Hymenoptera:
Naranjo SE, Ellsworth PC, Chu CC, &
Aphelinidae): do release rates
Henneberry TJ. 2002. Conser-
affect parasitism? Bull. Entomol.
vation of predatory arthropods in
Res. 88:47-58. cotton: role of action thresholds
Jones D. 2003. Plant viruses trans- for Bemisia tabaci (Homoptera:
mitted by whiteflies. Eurp. J. Aleyrodidae). J. Econ. Entomol.
Plant Pathol. 109:197-221. 95(4):682-691.
Kirk AA, Lacey LA, & Goolsby JA. Naranjo SE & Ellsworth PC. 2009.
2001. Classical biological con- The contribution of conservation
trol of Bemisia and successful biological control to integrated
integration of management stra- control of Bemisia tabaci in
tegies in the United States. in: cotton. Biol. Control 51:458-470.
Harris, K.F., O.P. Smith, & J.E. Norris RF & Kogan M. 2005. Ecology
Duffus (ed.), Virus-Insect-Plant of interaction between weeds and
Interactions. London: Academic arthtropods. Ann. Rev. Entomol.
Press. p 309-329. 50:479-503.
Krebs CJ. 1999. Ecological Metodo- Setiawati W, Udiarto BK & Soetiarso
logy. 2rd ed. New York: An TA. 2007. Selektivitas beberapa
Imprint of Addison Wesley insektisida terhadap hama kutu
Longman, Inc. kebul (Bemisia tabaci Genn.)
López SN. & Andorno AV. 2009. dan predator Menochilus sexma-
Evaluation of the local popu- cula tus Fabr. J. Hort. 17(2):
lation of Eretmocerus mundus 168-174.
(Hymenoptera: Aphelinidae) for
Shepard BM, Barrion AT & Litsinger J.
biological control of Bemisia
A. 1995. Serangga, Laba-laba,
tabaci biotype B (Hemiptera:
dan Patogen yang Membantu.
Aleyrodidae) in greenhouse pep-
Untung K, Wirjosuhardjo S,
pers in Argentina. Biol. Control
penerjemah. Jakarta: Program
50:317-323.
Nasional Pengendalian Hama
Magurran AE. 1996. Ecologycal Terpadu, Bappenas. Terjemahan
Diversity and Its Measurement. dari: Helpful Insects, Spiders,
London: Chapman and Hall. and Pathogens.
Muharam A & Setiawati W. 2007. Smith JW Jr., Wiedenmann RN., &
Teknik perbanyakan masal Gilstrap FE. 1997. Challenges
predator Menochilus sexmacu- and opportunities for biological
latus pengendali serangga Bemi- control in Ephemeral crop habi-
sia tabaci vector virus kuning tats: an Overview. Biol. Control
pada tanaman cabai. J. Hort. 10: 2–3.
17(4):365-373. Sudiono & Yasin N. 2006. Karak-
Naranjo SE. 2001. Conservation ande- teristik kutu kebul (Bemisia ta-
valuation of natural enemies in baci) sebagai vektor virus gemini

108
Hendrival et al.,: Keanekaragaman dan Kelimpahan Musuh Alami Bemisia tabaci

dengan teknik PCR-RAPD. J. Tsai JH. Wang K. 1996. Development


HPT. Tropika 6(2):113-119. and reproduction of Bemisia
argentifolii (Homoptera: Aleyro-
Sugiyama K. 2005. Management of
whitefly for commercial tomato didae) on five host plant. J.
Environ. Entomol. 25:810-816.
production in greenhouses in
Shizuoka, Japan. in: Ku, T.Y. & Zolnerowich G, Rose M. 2008. The
Wang C.L, editor. Proc. of the genus Eretmocerus. in: Gould J,
International Seminar on White Hoelmer K. & Goolsby J, (ed.).
fly Management and Control Classical Biological Control of
Strategy. Taichung, Taiwan, Oct Bemisia tabaci in the United
3-8, 2005. Taichung, Taiwan. p States-A Review of Interagency
81–91. Research and Implementation.
Netherlands: Springer. p 89-109.
_____________________

109

Anda mungkin juga menyukai