oleh :
Nama : Tuti Asaroh
NIM : 14307141017
Pembimbing : Dr. Sri Handayani, M.Si.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, dapat dirumuskan
beberapa masalah
1. Bagaimana teknik-teknik isolasi senyawa metabolit sekunder steroid dari
tanaman Saurauia roxburghii dan Ageratum conyzoides ?
2. Bagaimana teknik-teknik identifikasi senyawa metabolit sekunder steroid hasil
isolasi tanaman Saurauia roxburghii dan Ageratum conyzoides ?
3. Jenis apakah senyawa steroid yang terkandung dalam tanaman Saurauia
roxburghii dan Ageratum conyzoides ?
C. Tujuan
1. Mengetahui teknik-teknik isolasi senyawa metabolit sekunder steroid dari
tanaman Saurauia roxburghii, dan Ageratum conyzoides.
2. Mengetahui teknik-teknik identifikasi senyawa metabolit sekunder steroid hasil
isolasi tanaman Saurauia roxburghii dan Ageratum conyzoides.
3. Mengetahui jenis senyawa steroid yang terdapat dalam tanaman Saurauia
roxburghii dan Ageratum conyzoides.
D. Manfaat
Berdasarkan hasil penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat:
1. Bagi masyarakat dapat mengetahui kandungan-kandungan kimia yang berguna
untuk penyembuhan penyakit yang terdapat dalam tanaman.
2. Bagi peneliti dapat menambah pengetahuan tentang senyawa-senyawa
metabolit sekunder khususnya senyawa steroid dalam tumbuhan dan dapat
melakukan penelitian-penelitian yang serupa terhadap tanaman lain yang
mengandung senyawa steroid.
3. Bagi lembaga atau institut pendidikan, yaitu sebagai bahan informasi dan
pengembangan dalam bentuk produk pengobatan.
BAB II
PEMBAHASAN
b. Pemisahan Kromatografi
Pemisahan kromatografi menggunakan silika gel 60H. Kolom dicuci
dengan n-heksana. Sampel yang digunakan yaitu ekstrak larutan n-heksana. Kolom
kemudian dielusi dengan n-heksana dilanjutkan dengan campuran n-heksana dan
diklorometana dan kemudian campuran diklorometana dan metanol menghasilkan
30 fraksi. Fraksi 15 sampai 17 dari ekstrak kasar n-heksana dilakukan kromatografi
untuk fraksinasi lebih lanjut. Kolom dielusi dengan campuran n-heksana, etil asetat
dan metanol berdasarkan tingkat kepolaran menghasilkan 27 fraksi. Pada fraksi 10
menghasilkan kristal pada dinding gelas kimia. Kristal tersebut kemudian dicuci
dengan n-heksana sebagai senyawa 1.
Fraksi 12-13 dari ekstrak kasar n-heksana menunjukkan jenis TLC yang
serupa dikelompokkan untuk menghasilkan kristal pada dinding gelas kimi. Kristal
dicuci dengan dengan n-heksana sebagai senyawa 2.
b. Pemisahan Kromatografi
Sejumlah kecil sampel yang tidak tersaponifikasi bersama lemak dilarutkan
dalam kloroform dan dilakukan pemisahan kromatografi lapis tipis menggunakan
silika gel 60 F254. Kemudian pelat KLT dijalankan dengan sistem pelarut spesifik
dan dilihat secara terpisah dibawah sinar UV dan asam sulfat (5%) dalam reagen
metanol. Melalui beberapa percobaan ditemukan bahwa fraksi senyawa yang tidak
dapat dieliminasi dipisahkan oleh sistem pelarut kloroform dan metanol dalam
komposisi 9,8:0,2. Pada saat kromatogram dikembangkan dalam ruang iodin
menghasilkan enam sampai tujuh titik masing-masing dan tiga titik pada Rf (0,43;
0,64; 0,95) menjadi coklat kemerahan lalu berubah menjadi ungu yang
mengindikasikan zona steroid.
Kromatografi kolom ekstrak petroleum eter dilakukan denga menggunakan
silika gel (60-120 mesh) yang dikemas dengan metode wet packing method dalam
heksana. Kolom dijalankan denga menggunakan pelarut heksana, kloroform dan
metanol dengan teknik elusi gradian. TLC digunakan untuk memantau eluen dan
menghasilkan eluen sebanyak 158 eluen. Fraksi yang serupa dikumpulkan untuk
dilakukan pemurnian lebih lanjut menggunakan KLT preparatif. Titik yang
teridentifikasi dikerok dan dielaborasi dengan menggunakan petroleum eter dan
klorofom sebagai pelarut.
Pada saat eluen dilakukan KLT menggunakan beberapa sistem pelarut
diantaranya kloroform: etanol (9,8: 0,2), etil asetat: etanol (9,8: 0,2), kloroform: etil
asetat (4: 1) menghasilkan satu titik yang menunjukkan senyawa homogen. ST
serbuk kristal putih (100 mg) dengan titik leleh (144-146oC) selanjutnya dikenai
IR, Proton NMR (400 MHz), Carbon-13 NMR (100 MHz) dan GC-MS untuk
memastikan struktur kimia.
c. Karakterisasi Spektroskopi:
Metode spektroskopi digunakan untuk menjelaskan struktur senyawa
terisolasi pada senyawa 1 dan 2. Metode spektroskopi yang digunakan untuk
identifikasi senyawa 1 dan 2 diantaranya spektroskopi IR, 1H-NMR, 13C-NMR, dan
GC-MS. Spektrometer 1H-NMR dan 13C-NMR yang dicatat menggunakan pelarut
CDCl3 pada frekuensi 400 dan 100 MHz.
1) Spektroskopi IR
Tabel 1. Spektrum IR Senyawa Campuran, Senyawa 1, dan Senyawa 2
No Panjang Gelombang (KBr) vmax/cm-1
Senyawa Campuran Senyawa 1 Senyawa 2
(Stigmasetrol) (β-sitosterol)
1 3373,6 (O-H) 3446,79 3421,72
2 2940,7 (C-H alifatik) 2935,66 2935,66
3 3867,9 (C-H alifatik) 2866,22 2866,22
4 1641,6 (C=C) 1653,0 1653,00
5 1457,3 (CH2) 1458,18 1458,18
6 1381,6 (OH) 1375,25 1375,25
7 1038,7 (sikloalkana) 1055,06 1062,78
8 881,6 883,4 883,46
2) Spektroskopi 1H-NMR
Tabel 2. Spektrum 1H-NMR Senyawa Campuran (ST)
No δ C ppm Ʃ H, m Proton No δ C ppm Ʃ H, m Proton
1 3,2 1H, m H3 8 0,76-0,89 9H, m
2 5,26 1H; m H6 9 0,91-1,05 5H, m
3 5,19 1H; m H23 10 1,35-1,42 4H, m
4 4,68 1H; m H22 11 0,69-0,73 3H, m
5 3,638 1H; m H3 12 1,8-20 5H, m
6 2,38 1H; m H20 13 1,07-1,13 3H, m
7 1,8-2,0 5H; m 14 1,35-1,6 9H, m
3) Spektroskopi 13C-NMR
Tabel 5. Spektra 13C-NMR (100 MHz, CDCl3) Senyawa Campuran (ST)
No. Geseran kimia (δ) Karbon No. Geseran kimia (δ) Karbon
1. 150,98; 145,2 C-5 16. 35,59 C-20
2. 138,8 C-22 17. 34,29 C-22
3. 121,7; 118,89 C-6 18. 34,24 C-7
4. 55,3 C-14 19. 32,66 C-8
5. 55,18 C-17 20. 29,86 C-25
6. 50,45 C-9 21. 29,71 C-16
7. 48,3 C-9 22. 28,41 C-2
8. 40,8 C-20 23. 28,1 C-15
9. 40,1 C-12 24. 27,4 C-28
10. 39,2 C-13 25. 26,1 C-11;26
11. 38,9 C-4 26. 21,6 C-27
12. 38,6 C-12 27. 19,32 C-19
13. 37,18 C-1 28. 17,71 C-21
14. 37,12 C-10 29. 15,6 C-18; 29
15. 36,3 C-8
Tabel 5. Spektra 13C-NMR (100 MHz, CDCl3) Senyawa 1 dan Senyawa 2
No. Senyawa 1 (Stigmasterol) Senyawa 2 (β-sitosletrol)
Karbon Geseran kimia Karbon Geseran kimia
(δ) (δ)
1. CH2,C1 37,29 CH2,C1 37.29
2. CH2,C2 28.28 CH2,C2 31.95
3. CH,C3 71.85 CH,C3 71.84
4. CH2,C4 42.36 CH2,C4 42.36
5. Cq,C5 140.81 Cq,C5 140.80
6. CH,C6 121.74 CH,C6 121.73
7. CH2,C7 31.72 CH2,C7 31.71
8. CH,C8 34.01 CH,C8 31.95
9. CH,C9 50.2 CH,C9 50.19
10. Cq,C10 36.54 Cq,C10 36.18
11. CH2,C11 26.17 CH2,C11 21.12
12. CH2,C12 39.83 CH2,C12 39.82
13. Cq,C13 42.37 Cq,C13 42.36
14. CH,C14 56.82 CH,C14 56.81
15. CH2,C15 24.33 CH2,C15 24.33
16. CH2,C16 29.23 CH2,C16 28.26
17. CH,C17 56.12 CH,C17 56.11
18. CH3,C18 12.02 CH3,C18 11.88
19. CH3,C19 19.41 CH3,C19 19.41
20. CH2,C20 40.50 CH,C20 36.54
21. CH3, C21 21.13 CH3,C21 19.07
22. CH,C22 138.33 CH2,C22 34.00
23. CH,C23 129.0 CH2,C23 26.16
24. CH,C24 51.28 CH,C24 45.89
25. CH,C25 45.91 CH,C25 29.23
26. CH3, C26 19.42 CH3,C26 19.83
27. CH3,C27 19.84 CH3,C27 18.81
28. CH2,C28 24.34 CH2,C28 23.12
29. CH3,C29 12.26 CH3,C29 12.01
4) Spektroskopi GC-MS
Spektroskopi FAB-MS menunjukkan puncak ion molekul pada 414 yang
sesuai dengan rumus molekul, C29H50O. Puncak Ion juga diamati pada m/z 367,
271, 255, 229,189, 175, 161, 133, 121, 105,107, 95, 81, 69, 55, 41.
D. Produk
Berdasarkan uraian dalam makalah, dari tanaman Saurauia roxburghii
Ageratum conyzoides dapat dibuat sebagai salep untuk penyembuhan luka.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
1. Teknik isolasi dan ekstraksi yang digunakan pada isolasi senyawa metabolit
sekunder steroid dari tanaman Saurauia roxburghii menggunakan teknik
isolasi maserasi sedangkan pada isolasi senyawa metabolit sekunder steroid
dari tanaman Ageratum conyzoides menggunakan metode ekstraksi soxhlet.
2. Teknik identifikasi yang digunakan dalam identifikasi senyawa metabolit
sekunder steroid dari tanaman Saurauia roxburghii, dan Ageratum conyzoides
terdiri dari:
a. Tes untuk alkohol
b. Tes untuk steroid ( Test Salkowski dan Reaksi Liebermann burchard)
c. Karakterisasi spektroskopi (Spektroskopi IR, 1H-NMR, 13
C-NMR, dan
GC-MS)
3. Jenis steroid yang terkandung dalam tanaman Saurauia roxburghii dan
Ageratum conyzoides adalah stigmasterol dan β-sitosterol.
DAFTAR PUSTAKA
Kamboj, Anjoo & Saluja, Kumar. (2011). Isolastion of stigmasterol and β-sitosterol
from petroleum ether extract of aerial part of Ageratum conyzoides
(Asteraceae). International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical
Sciences, 3(1), 94-96.
Kiruthiga, N. & Sekar, D.S. (2014). Studies on phytochemical and steroid isolation
from n-hexane extract of Anisochilus carnosus. International Journal of
Advanced Biotechnology and Research, 5(3), 337-345.
Ahmed, Y., et al. (2013). Isolation of steroids from n-hexane extract of the leaves
of Saurauia roxburghii. International Food Research Journal, 20(5), 2939-
2943.
Pateh, U.U., et al. (2008). Isolation of stigmasterol, β-sitosterol, and 2-
hydroxyhexadecanoic acid methyl ester from the rhizomes of Stylochiton
lancifolius pyer and kotchy (Araceae). Nigerian Journal of Pharmaceutical
Sciences, 7(1), 19-25.