Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

ISOLASI SENYAWA STEROID

oleh :
Nama : Tuti Asaroh
NIM : 14307141017
Pembimbing : Dr. Sri Handayani, M.Si.

PROGRAM STUDI KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saurauia roxburghii dalam bahasa Bengali dikenal dengan nama Singkrang,
yaitu pohon cemara yang termasuk dalam keluarga Actinidiaceae. Batang dan daun
tanaman Saurauia roxburghii banyak digunakan sebagai obat herbal terhadap
beberapa penyakit berat seperti asma, bronkitis, hepatitis B, bisul, depresi,bisul,
eksim, epilepsi, dan demam. Skrining fitokimia umum daun Saurauia roxburghii
menunjukkan adanya alkaloid, flavonoid, glikosida, O-glikosida, terpenoid,
karbohidrat, steroid, tanin, phlobatannins dan saponin. Berdasarkan hasil
identifikasi menggunakan IR, 1H-NMR, dan 13C-NMR menunjukkan dua senyawa
steroid yang terdapat dalam tanaman ini yaitu stigmasterol dan β-sitosterol.
Ageratum conyzoides adalah tanaman herbal kecil miik famili Asteraceae.
Rumput ini berbulu lembut, tegak, bercabang, memiliki ketinggian sampai 80-90
cm. Tanaman ini merupakan tanaman tropis wilayah Afrika, Asia, dan Amerika
yang banyak digunakan untuk menyembuhkan penyakit. Tanaman ini telah dikenal
digunakan sebagai obat pencahar, obat penurun panas, untuk opthalmia, kolik,
pengobatan bisul dan luka dressing. Di beberapa negara di Afrika, tanaman ini telah
populer digunakan untuk penyakit kulit, penyembuhan luka, penyakit mental dan
infeksi, sakit kepala dan dyspnea, digunakan dalam pengobatan tradisional untuk
efek antiasthmatik, antispasmodik dan haemostatiknya, masalah rahim, pneumonia
dengan menggosoknya di dada pasien. Akar, daun, bunga dan seluruh tanamannya
digunakan sebagai obat.
Skrining fitokimia secara umum bagian aerial tanaman ini mengungkapkan
adanya steroid, terpen, senyawa fenolik, saponin, asam lemak, dan alkaloid. Isolasi
senyawa dari serbuk bagian aerial tanaman Ageratum conyzoides menggunakan
metode ekstraksi panas dengan pelarut petroleum eter. Senyawa hasil isolasi
tersebut menghasilkan serbuk kristal putih yang diidentifikasi sebagai senyawa
stigmasterol dan β-sitosterol.
Pada makalah ini akan dibahas tentang teknik isolasi dan identifikasi
senyawa steroid dalam tanaman Saurauia roxburghii, dan bagian aerial tanaman
Ageratum conyzoides.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, dapat dirumuskan
beberapa masalah
1. Bagaimana teknik-teknik isolasi senyawa metabolit sekunder steroid dari
tanaman Saurauia roxburghii dan Ageratum conyzoides ?
2. Bagaimana teknik-teknik identifikasi senyawa metabolit sekunder steroid hasil
isolasi tanaman Saurauia roxburghii dan Ageratum conyzoides ?
3. Jenis apakah senyawa steroid yang terkandung dalam tanaman Saurauia
roxburghii dan Ageratum conyzoides ?

C. Tujuan
1. Mengetahui teknik-teknik isolasi senyawa metabolit sekunder steroid dari
tanaman Saurauia roxburghii, dan Ageratum conyzoides.
2. Mengetahui teknik-teknik identifikasi senyawa metabolit sekunder steroid hasil
isolasi tanaman Saurauia roxburghii dan Ageratum conyzoides.
3. Mengetahui jenis senyawa steroid yang terdapat dalam tanaman Saurauia
roxburghii dan Ageratum conyzoides.

D. Manfaat
Berdasarkan hasil penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat:
1. Bagi masyarakat dapat mengetahui kandungan-kandungan kimia yang berguna
untuk penyembuhan penyakit yang terdapat dalam tanaman.
2. Bagi peneliti dapat menambah pengetahuan tentang senyawa-senyawa
metabolit sekunder khususnya senyawa steroid dalam tumbuhan dan dapat
melakukan penelitian-penelitian yang serupa terhadap tanaman lain yang
mengandung senyawa steroid.
3. Bagi lembaga atau institut pendidikan, yaitu sebagai bahan informasi dan
pengembangan dalam bentuk produk pengobatan.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Teknik Isolasi Senyawa Steroid


1. Isolasi Steroid dari Ekstrak n-heksana Daun Saurauia roxburghii
a. Ekstraksi dan Isolasi
Bahan yang digunakan dalam ekstraksi tanaman Saurauia roxburghii yaitu
daun Saurauia roxburghii segar yang diambil dari kampus Universitas Chittagong
pada bulan Januari 2011. Serbuk daun Saurauia roxburghii sebanyak 1,0 kg
direndam dalam 3 liter etanol selama 7 hari. Kemudian, seluruh campuran disaring
menggunakan kertas saring dan menguapkan filtrat menggunakan Buchii Rotary
Evaporator sampai menghasilkan ekstrak kasar sebanyak 130 gram. Sebagian dari ekstrak
etanol tersebut (10,5 gram) dilarutkan dalam 90% etanol. Ekstrak dipartisi dengan n-
heksana, kemudian dengan kloroform, dan akhirnya dengan etilasetat (EA). Semua ekstrak
disaring dan diuapkan dengan evaporator vakum rotary untuk menghasilkan ekstrak
n-heksana (2,5 gram), kloroform (2,0 gram), dan etilasetat (1,0 gram).

b. Pemisahan Kromatografi
Pemisahan kromatografi menggunakan silika gel 60H. Kolom dicuci
dengan n-heksana. Sampel yang digunakan yaitu ekstrak larutan n-heksana. Kolom
kemudian dielusi dengan n-heksana dilanjutkan dengan campuran n-heksana dan
diklorometana dan kemudian campuran diklorometana dan metanol menghasilkan
30 fraksi. Fraksi 15 sampai 17 dari ekstrak kasar n-heksana dilakukan kromatografi
untuk fraksinasi lebih lanjut. Kolom dielusi dengan campuran n-heksana, etil asetat
dan metanol berdasarkan tingkat kepolaran menghasilkan 27 fraksi. Pada fraksi 10
menghasilkan kristal pada dinding gelas kimia. Kristal tersebut kemudian dicuci
dengan n-heksana sebagai senyawa 1.
Fraksi 12-13 dari ekstrak kasar n-heksana menunjukkan jenis TLC yang
serupa dikelompokkan untuk menghasilkan kristal pada dinding gelas kimi. Kristal
dicuci dengan dengan n-heksana sebagai senyawa 2.

2. Isolasi Stigmasterol dan β-sitosterol dari Ekstrak Petroleum Eter Bagian


Aerial Tanaman Ageratum conyzoides (Asteraceae).
a. Isolasi dan Ekstraksi
Bagian aerial tanaman ini dikumpulkan dari Taman Alam Herbal,
Chuharpur, Yamuna Nagar, Haryana pada bulan September 2007. Bagian aerial
tumbuhan terdiri atas batang dengan organ-organ lateral. Pada umumnya tegak,
tetapi bisa juga horizontal atau plagiotrop. Bagian aerial tanaman dipisahkan secara
manual adalah udara kering, bubuk, diayak, ditimbang dan disimpan dalam wadah
kedap udara dan kemudian disebut sebagai obat bubuk.
Serbuk bagian aerial tanaman Ageratum conyzoides sebanyak 400 gram
diekstraksi menggunakan metode ekstraksi soxhlet pada suhu 60-80oC. Hasil
ekstraksi yang diperoleh berupa ekstrak petroleum eter sebanyak 5,6 gram pada
tekanan rendah disimpan dalam kulkas. Ekstrak petroleum eter dari bagia aerial
tanaman ini disaponifikasi dengan menggunakan KOH alkoholis 1M untuk
menghilangkan bahan lemak dan kemudian diambil dalam petroleum eter,
pelarutnya diuapkan hingga menghasilkan 3 gram bahan yang tidak disentifikasi.
Fraksi ini mengandung jumlah komponen yang lebih sedikit daripada ekstrak yang
tidak tersaponifikasi.

b. Pemisahan Kromatografi
Sejumlah kecil sampel yang tidak tersaponifikasi bersama lemak dilarutkan
dalam kloroform dan dilakukan pemisahan kromatografi lapis tipis menggunakan
silika gel 60 F254. Kemudian pelat KLT dijalankan dengan sistem pelarut spesifik
dan dilihat secara terpisah dibawah sinar UV dan asam sulfat (5%) dalam reagen
metanol. Melalui beberapa percobaan ditemukan bahwa fraksi senyawa yang tidak
dapat dieliminasi dipisahkan oleh sistem pelarut kloroform dan metanol dalam
komposisi 9,8:0,2. Pada saat kromatogram dikembangkan dalam ruang iodin
menghasilkan enam sampai tujuh titik masing-masing dan tiga titik pada Rf (0,43;
0,64; 0,95) menjadi coklat kemerahan lalu berubah menjadi ungu yang
mengindikasikan zona steroid.
Kromatografi kolom ekstrak petroleum eter dilakukan denga menggunakan
silika gel (60-120 mesh) yang dikemas dengan metode wet packing method dalam
heksana. Kolom dijalankan denga menggunakan pelarut heksana, kloroform dan
metanol dengan teknik elusi gradian. TLC digunakan untuk memantau eluen dan
menghasilkan eluen sebanyak 158 eluen. Fraksi yang serupa dikumpulkan untuk
dilakukan pemurnian lebih lanjut menggunakan KLT preparatif. Titik yang
teridentifikasi dikerok dan dielaborasi dengan menggunakan petroleum eter dan
klorofom sebagai pelarut.
Pada saat eluen dilakukan KLT menggunakan beberapa sistem pelarut
diantaranya kloroform: etanol (9,8: 0,2), etil asetat: etanol (9,8: 0,2), kloroform: etil
asetat (4: 1) menghasilkan satu titik yang menunjukkan senyawa homogen. ST
serbuk kristal putih (100 mg) dengan titik leleh (144-146oC) selanjutnya dikenai
IR, Proton NMR (400 MHz), Carbon-13 NMR (100 MHz) dan GC-MS untuk
memastikan struktur kimia.

B. Identifikasi Senyawa Metabolit Sekunder


1. Tes untuk Alkohol
4 gram amonium nitrat cerial dilarutkan dalam 10 ml HH3 2N, pada
pemanasan ringan. Beberapa kristal senyawa terisolasi dilarutkan dalam 0,5 ml
dioxane. Solusinya ditambahkan ke 0.5 ml pereaksi ammoinium nitrat dan
diencerkan menjadi 1ml dengan dioxane dan dikocok dengan baik. Warna kuning
ke merah yang dikembangkan menunjukkan adanya gugus hidroksil beralkohol.

2. Tes untuk Steroid


a. Test Salkowski:
Larutkan ekstrak dalam kloroform dan tambahkan asam sulfat dengan
volume yang sama. Pembentukan warna merah kebiruan sampai warna ceri pada
lapisan kloroform dan fluoresensi hijau di lapisan asam merupakan komponen
steroid dalam ekstrak yang diuji.

b. Reaksi Liebermann burchard:


Beberapa kristal hasil pemisahan kromatografi dilarutkan dalam kloroform
dan beberapa tetes asam sulfat pekat ditambahkan ke dalamnya diikuti penambahan
2 - 3 tetes anhidrida asetat. Solusi berubah menjadi biru violet dan akhirnya hijau.

c. Karakterisasi Spektroskopi:
Metode spektroskopi digunakan untuk menjelaskan struktur senyawa
terisolasi pada senyawa 1 dan 2. Metode spektroskopi yang digunakan untuk
identifikasi senyawa 1 dan 2 diantaranya spektroskopi IR, 1H-NMR, 13C-NMR, dan
GC-MS. Spektrometer 1H-NMR dan 13C-NMR yang dicatat menggunakan pelarut
CDCl3 pada frekuensi 400 dan 100 MHz.
1) Spektroskopi IR
Tabel 1. Spektrum IR Senyawa Campuran, Senyawa 1, dan Senyawa 2
No Panjang Gelombang (KBr) vmax/cm-1
Senyawa Campuran Senyawa 1 Senyawa 2
(Stigmasetrol) (β-sitosterol)
1 3373,6 (O-H) 3446,79 3421,72
2 2940,7 (C-H alifatik) 2935,66 2935,66
3 3867,9 (C-H alifatik) 2866,22 2866,22
4 1641,6 (C=C) 1653,0 1653,00
5 1457,3 (CH2) 1458,18 1458,18
6 1381,6 (OH) 1375,25 1375,25
7 1038,7 (sikloalkana) 1055,06 1062,78
8 881,6 883,4 883,46
2) Spektroskopi 1H-NMR
Tabel 2. Spektrum 1H-NMR Senyawa Campuran (ST)
No δ C ppm Ʃ H, m Proton No δ C ppm Ʃ H, m Proton
1 3,2 1H, m H3 8 0,76-0,89 9H, m
2 5,26 1H; m H6 9 0,91-1,05 5H, m
3 5,19 1H; m H23 10 1,35-1,42 4H, m
4 4,68 1H; m H22 11 0,69-0,73 3H, m
5 3,638 1H; m H3 12 1,8-20 5H, m
6 2,38 1H; m H20 13 1,07-1,13 3H, m
7 1,8-2,0 5H; m 14 1,35-1,6 9H, m

Tabel 3. Spektra 1H-NMR Senyawa 1 (Stigmasterol)


No δ ( ppm ) Ʃ H, m, J (Hz) Proton
1 5,34 1H; d; 5,2 Hz H6
2 5,16 1H; dd; 15,0; 8,4 Hz H22
3 5,03 1H; dd; 15,0; 8,4 Hz H23
4 3,52 1H; dd; 9,6; 4,8 Hz H3
5 1,00; 0,67 3H; s; H19; H18
6 0,92 3H; d, 6,0 Hz H21
7 0,85 3H; d; 8,0 Hz H29
8 0,81 3H; d; 7,2 Hz H26
9 0,79 3H; d; 7,2 Hz H37

Tabel 4. Spektra 1H-NMR Senyawa 2 (β-sitosletrol)


No δ C ppm Ʃ H, m, J (Hz) Proton
1 5,34 1H; d; 5,2 Hz H6
2 3,51 1H; m H3
3 1,0; 0,67 3H; s H19; H18
4 0,92 3H; d; 6,0 Hz H21
5 0,85 3H; d, 8,0 Hz H29
6 0,83 3H; d; 7,2 Hz H26
7 0,79 3H; d; 7,2 Hz H27

3) Spektroskopi 13C-NMR
Tabel 5. Spektra 13C-NMR (100 MHz, CDCl3) Senyawa Campuran (ST)
No. Geseran kimia (δ) Karbon No. Geseran kimia (δ) Karbon
1. 150,98; 145,2 C-5 16. 35,59 C-20
2. 138,8 C-22 17. 34,29 C-22
3. 121,7; 118,89 C-6 18. 34,24 C-7
4. 55,3 C-14 19. 32,66 C-8
5. 55,18 C-17 20. 29,86 C-25
6. 50,45 C-9 21. 29,71 C-16
7. 48,3 C-9 22. 28,41 C-2
8. 40,8 C-20 23. 28,1 C-15
9. 40,1 C-12 24. 27,4 C-28
10. 39,2 C-13 25. 26,1 C-11;26
11. 38,9 C-4 26. 21,6 C-27
12. 38,6 C-12 27. 19,32 C-19
13. 37,18 C-1 28. 17,71 C-21
14. 37,12 C-10 29. 15,6 C-18; 29
15. 36,3 C-8
Tabel 5. Spektra 13C-NMR (100 MHz, CDCl3) Senyawa 1 dan Senyawa 2
No. Senyawa 1 (Stigmasterol) Senyawa 2 (β-sitosletrol)
Karbon Geseran kimia Karbon Geseran kimia
(δ) (δ)
1. CH2,C1 37,29 CH2,C1 37.29
2. CH2,C2 28.28 CH2,C2 31.95
3. CH,C3 71.85 CH,C3 71.84
4. CH2,C4 42.36 CH2,C4 42.36
5. Cq,C5 140.81 Cq,C5 140.80
6. CH,C6 121.74 CH,C6 121.73
7. CH2,C7 31.72 CH2,C7 31.71
8. CH,C8 34.01 CH,C8 31.95
9. CH,C9 50.2 CH,C9 50.19
10. Cq,C10 36.54 Cq,C10 36.18
11. CH2,C11 26.17 CH2,C11 21.12
12. CH2,C12 39.83 CH2,C12 39.82
13. Cq,C13 42.37 Cq,C13 42.36
14. CH,C14 56.82 CH,C14 56.81
15. CH2,C15 24.33 CH2,C15 24.33
16. CH2,C16 29.23 CH2,C16 28.26
17. CH,C17 56.12 CH,C17 56.11
18. CH3,C18 12.02 CH3,C18 11.88
19. CH3,C19 19.41 CH3,C19 19.41
20. CH2,C20 40.50 CH,C20 36.54
21. CH3, C21 21.13 CH3,C21 19.07
22. CH,C22 138.33 CH2,C22 34.00
23. CH,C23 129.0 CH2,C23 26.16
24. CH,C24 51.28 CH,C24 45.89
25. CH,C25 45.91 CH,C25 29.23
26. CH3, C26 19.42 CH3,C26 19.83
27. CH3,C27 19.84 CH3,C27 18.81
28. CH2,C28 24.34 CH2,C28 23.12
29. CH3,C29 12.26 CH3,C29 12.01
4) Spektroskopi GC-MS
Spektroskopi FAB-MS menunjukkan puncak ion molekul pada 414 yang
sesuai dengan rumus molekul, C29H50O. Puncak Ion juga diamati pada m/z 367,
271, 255, 229,189, 175, 161, 133, 121, 105,107, 95, 81, 69, 55, 41.

C. Hasil dan Pembahasan


Tanaman obat sangat penting bagi kesehatan individu dan masyarakat.
Analisis fitokimia yang dilakukan pada ekstrak tumbuhan menunjukkan adanya
konstituen yang diketahui menunjukkan aktivitas obat dan fisiologis. Analisis
ekstrak tumbuhan mengungkapkan adanya fitokimia, seperti protein, karbohidrat,
fenol, tanin, flavonoid, saponin, glikosida, steroid, terpenoid dan alkaloid.
Isolasi senyawa steroid dilakukan terhadap tiga jenis tanaman yang berbeda.
Berdasarkan ketiga penelitian yang telah dilakukan di atas, isolasi Steroid dari
ekstrak n-heksana daun Saurauia roxburghii menggunakan teknik ekstraksi yang
sama yaitu dengan maserasi. Sedangkan pada Isolasi Stigmasterol dan β-sitosterol
dari ekstrak petroleum eter bagian aerial tanaman Ageratum conyzoides
(Asteraceae) menggunakan ekstraksi soxhlet dengan pelarut petroleum eter. Hal ini
dikarenakan ekstrak tanaman Ageratum conyzoides yang diambil berupa minyak
berwarna coklat kehijauan.
Pada isolasi stigmasterol dan β-sitosterol dari ekstrak petroleum eter bagian
aerial tanaman Ageratum conyzoides (Asteraceae) menghasilkan satu jenis serbuk
putih yaitu ST yang diasumsikan sebagai senyawa yang mengandung inti steroid.
ST adalah jarum kristal putih seperti zat dengan titik lebur 144-146oC. Pada
pengamatan analisis spektroskopi IR, pita absorpsi yang diamati adalah 3373.6
cm-1 yang merupakan karakteristik peregangan O-H. Penyerapan pada 2940,7 cm-1
dan 2867,9 cm-1 disebabkan pelepasan C-H alifatik. Frekuensi penyerapan lainnya
meliputi 1641,6 cm-1 sebagai hasil C=C peregangan namun ikatan ini lemah, pada
1457,3 cm-1 adalah frekuensi lentur untuk siklik (CH2) n dan 1381,6 cm-1 untuk
-CH2(CH3)2 γ. Frekuensi penyerapan pada 1038 cm-1 menandakan sikloalkana.
Bagian luar pesawat C-H getaran bagian tak jenuh diamati pada 881cm-1. Frekuensi
penyerapan ini menyerupai frekuensi penyerapan yang diamati untuk Stigmasterol.
Proton NMR menunjukkan proton H-3 muncul sebagai multiplet pada δ 3.2 dan
mengungkapkan adanya sinyal untuk proton olefin pada δ 5.19 (m), 4.68 (m), 4,6
(m) dan 2,38 (m). Metil proton sudut pada 0,69 (s), 0,80 (s) dan 1,02 sesuai dengan
proton C18 dan C19 masing-masing 13, 14.
13
C-NMR telah menunjukkan sinyal yang dapat dikenali 145,2 dan 121,7
ppm, yang masing-masing diberi ikatan rangkap C5 dan C6 masing-masing seperti
pada Δ5 spirostene 11. Nilai pada 19,32 ppm sesuai dengan atom karbon sudut
(C19). Spektrum menunjukkan dua puluh sembilan sinyal karbon termasuk enam
metil, sembilan metilena, sebelas metana dan tiga karbon kuartener. Karbon alkena
muncul pada δ145,2, 139,8, 121,7 dan 118,89 11, 13, 14. Ion molekul lemah
diberikan pada m/z 414 dan puncak karakteristik diberikan pada m/z 367 yang
sesuai, sampai (M-45 ) Atau kehilangan HO + = CH-CH3. Ini menunjukkan bahwa
sampel ST mengandung dua senyawa dengan berat molekul 414 dan 412.
Puncak ion lainnya adalah m/z 271, 273 karena pembentukan karbokation
oleh pembelahan ikatan β rantai samping yang menyebabkan hilangnya C10H21 dan
C10H23 yang sesuai ke M-141 dan M-143. Pola berat molekul dan fragmentasi
menunjukkan bahwa senyawa yang menyertai ST adalah β-sitosterol dan
stigmasterol.
Dehidrasi fragmen pada m/z 273 akan menghasilkan m/z 255, yang pada
akhirnya dealkilasi akan menghasilkan ion pada m/z 188, 189, 175, 161, 148, 135,
121, 108, 95, 82, 69, 55 , 41. Data IR di atas, 1H-NMR, 13
C-NMR dan MS dan
perbandingannya dengan yang dijelaskan dalam literatur menunjukkan struktur ST
menjadi campuran β-sitosterol dan stigmasterol dimana mungkin memiliki porsi
stigmasterol maksimum. Satu-satunya perbedaan antara kedua senyawa tersebut
adalah adanya ikatan ganda C22=C23 pada ikatan tunggal Stigmasterol dan C22-
C23 pada β-sitosterol karenanya, kurangnya perbedaan praktis pada Rf-nya.
walaupun penggunaan beberapa sistem pelarut. Selanjutnya, literatur telah
menunjukkan bahwa sitosterol sulit didapat dalam keadaan murni.
Sedangkan pada isolasi steroid dari ekstrak n-heksana daun Saurauia
roxburghii sampel yang diisolasi menghasilkan dua jenis serbuk putih yang
dikarakterisasi menggunakan spektroskopi. Hasil spektroskopi dari kedua tanaman
tersebut mempunyai spektrum yang sama, baik itu IR, 1H-NMR, maupun 13
C-
NMR.
Senyawa 1 diisolasi sebagai kristal berbentuk jarum putih dengan titik leleh
138-140oC yang memberi tes positif Salkowski dan Lieberman-Burchard untuk
steroid. Data spektral massa senyawa tersebut menghasilkan formula molekul
C29H48O. Spektrum 1HNMR menunjukkan dua satu proton multiplets pada δ 3,52
dan δ 5,34 yang khas untuk H3 dan H6 dari inti steroid. Dua proton olefinik muncul
sebagai sinyal downfield karakteristik pada δ 5.16 (1H, dd, J = 15,0, 8,4 Hz) dan
5,03 (1H, dd, J = 15,0, 8,4 Hz) pada spektrum 1H NMR yang identik dengan
pergeseran kimiawi H22 dan H23 masing-masing stigmasterol. Spektrum juga
menunjukkan dua tiga singel proton pada δ 1,00 dan δ 0,67 masing-masing untuk
masing-masing H19 dan H18. Sebagai tambahan, dua doublet pada δ 0,92 (3H, d,
6.0 Hz) dan 0,85 (3H, d, 8 Hz) dapat dianggap berasal dari dua kelompok metil
pada H29 dan H21 dan doublet tiga proton lainnya pada δ 0,81 (3H, d , 7,2 Hz)
untuk H26. Di sisi lain, tiga tripon tiga proton pada δ0,79 (3H, J 7,2 Hz) dapat
ditugaskan ke kelompok metil utama yang dilekatkan H27.
13
Spektrum C-NMR menunjukkan 29 karbon yang termasuk karbon
oksimetrik pada δ 71,85, adalah karakteristik spirostene dan dua karbon olefinik
muncul pada δ 138,33 dan 129,0 yang identik dengan pergeseran kimia C22 dan
C23 dari stigmasterol. Jika kita membandingkan percobaan DEPT 90 dan 135 untuk
1 maka kami memastikan bahwa senyawa ini memiliki enam kelompok metil
(CH3), sembilan metilena (CH2), sebelas metin (CH) dan tiga gugus kuartener (Cq).
Data fisik dan spektral senyawa tersebut sesuai dengan data yang dilaporkan dalam
nilai literatur. Senyawa 1 diidentifikasi sebagai stigmasterol.
Senyawa 2 diperoleh sebagai senyawa kristal putih dengan titik leleh 135-
137oC yang memberikan uji konfirmatori positif. Senyawa 2 diidentifikasi sebagai
β-sitosterol dengan perbandingan spektrum 1H-NMR dan 13C-NMR dengan 1. Data
NMR sangat mirip dengan senyawa 1 kecuali dua proton olefin tidak ada sementara
dua sinyal methylene hadir untuk H22 dan H23 dan menunjukkan dua single-proton
multiplet pada δ 3,51 ppm dan δ 5,34 ppm khas untuk H3 dan H6 dari inti steroid.
13
Spektrum C-NMR menunjukkan 29 karbon termasuk karbon signal
oksimetrik pada δ 71,84 dan dua olefin karbon di δ 140,80 dan δ 121,73.
Ketidakjenaman ikatan ganda pada δ 140,80 dan δ 121,73 adalah karakteristik
spirostene dan dua karbon olefin tidak hadir pada 138,33 dan 129,0 sementara dua
sinyal karbon metilena hadir pada 34,0 dan 26,16 untuk C22 dan C23. Perbandingan
antara percobaan DEPT 135 & DEPT 90 untuk 2 dilakukan dan membuktikan
bahwa senyawa ini memiliki enam kelompok metil (CH3), sebelas kelompok
metilen (CH2), sembilan gugus metin (CH) dan tiga kelompok kuartener karbon
(C). Tugas ini sesuai untuk struktur β-sitosterol.
Gambar 1. Stigmasterol (C29H48O)

Gambar 2. Β-sitosterol (C29H50O)

D. Produk
Berdasarkan uraian dalam makalah, dari tanaman Saurauia roxburghii
Ageratum conyzoides dapat dibuat sebagai salep untuk penyembuhan luka.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
1. Teknik isolasi dan ekstraksi yang digunakan pada isolasi senyawa metabolit
sekunder steroid dari tanaman Saurauia roxburghii menggunakan teknik
isolasi maserasi sedangkan pada isolasi senyawa metabolit sekunder steroid
dari tanaman Ageratum conyzoides menggunakan metode ekstraksi soxhlet.
2. Teknik identifikasi yang digunakan dalam identifikasi senyawa metabolit
sekunder steroid dari tanaman Saurauia roxburghii, dan Ageratum conyzoides
terdiri dari:
a. Tes untuk alkohol
b. Tes untuk steroid ( Test Salkowski dan Reaksi Liebermann burchard)
c. Karakterisasi spektroskopi (Spektroskopi IR, 1H-NMR, 13
C-NMR, dan
GC-MS)
3. Jenis steroid yang terkandung dalam tanaman Saurauia roxburghii dan
Ageratum conyzoides adalah stigmasterol dan β-sitosterol.
DAFTAR PUSTAKA
Kamboj, Anjoo & Saluja, Kumar. (2011). Isolastion of stigmasterol and β-sitosterol
from petroleum ether extract of aerial part of Ageratum conyzoides
(Asteraceae). International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical
Sciences, 3(1), 94-96.
Kiruthiga, N. & Sekar, D.S. (2014). Studies on phytochemical and steroid isolation
from n-hexane extract of Anisochilus carnosus. International Journal of
Advanced Biotechnology and Research, 5(3), 337-345.
Ahmed, Y., et al. (2013). Isolation of steroids from n-hexane extract of the leaves
of Saurauia roxburghii. International Food Research Journal, 20(5), 2939-
2943.
Pateh, U.U., et al. (2008). Isolation of stigmasterol, β-sitosterol, and 2-
hydroxyhexadecanoic acid methyl ester from the rhizomes of Stylochiton
lancifolius pyer and kotchy (Araceae). Nigerian Journal of Pharmaceutical
Sciences, 7(1), 19-25.

Anda mungkin juga menyukai