004-1: 2015
Lampiran Peraturan Direksi
PT PLN (PERSERO) PT PLN (Persero) No. 0105.P/DIR/2015
KOMISIONING
PUSAT LISTRIK TENAGA GAS
(PLTG)
PT PLN (Persero)
Jl. Trunojoyo Blok M-1/135 Kebayoran Baru
Jakarta Selatan 12160
i
STANDAR SPLN K6.004-1: 2015
Lampiran Peraturan Direksi
PT PLN (Persero) No. 0105.P/DIR/2015
PT PLN (PERSERO)
KOMISIONING
PUSAT LISTRIK TENAGA GAS
(PLTG)
PT PLN (Persero)
Jl. Trunojoyo Blok M-1/135 Kebayoran Baru
Jakarta Selatan 12160
KOMISIONING
PUSAT LISTRIK TENAGA GAS
(PLTG)
Diterbitkan oleh:
PT PLN (Persero)
Jl. Trunojoyo Blok M - 1/135, Kebayoran Baru
Jakarta Selatan 12160
Susunan Kelompok Bidang Pembangkitan
Standardisasi
Keputusan Kepala PT PLN (Persero) PUSLITBANG Ketenagalistrikan
No. 0103.K/LIT.03/KAPUSLITBANG/2015
Daftar Isi
i
SPLN K6.004-1: 2015
Daftar Gambar
Daftar Lampiran
ii
SPLN K6.004-1: 2015
Prakata
Standar Komisioning Pusat Listrik Tenaga Gas (PLTG) ini merupakan revisi standar SPLN
No 58:1984 yang dibuat sebagai pedoman umum bagi enjinir desain, pengelola proyek,
tim supervisi konstruksi, tim supervisi komisioning, pelaksana komisioning, operator dan
pemelihara pembangkit dalam melakukan komisioning PLTG.
Standar ini dibuat untuk mengatasi terjadinya perbedaan penafsiran (dispute) pada
kegiatan komisioning tentang urutan kegiatan dalam pelaksanaan dan persyaratan
pengujian pada komisioning Pusat Listrik Tenaga Gas (PLTG).
Selain hal tersebut materi revisi juga mencakup:
- Penetapan pelaksanaan komisioning yang meliputi hubungan kerja antar organisasi,
struktur komisioning dan alur tahapan komisioning;
- Daftar mata uji serta ketentuan lainnya yang terdapat dalam pelaksanaan
komisioning;
- Redaksional dan format standar.
Dengan diterbitkannya SPLN K6.004-1:2015, maka SPLN No 58:1984 dinyatakan tidak
berlaku lagi.
iii
SPLN K6.004-1: 2015
Komisioning
Pusat Listrik Tenaga Gas
(PLTG)
1 Ruang Lingkup
Standar ini berlaku untuk pelaksanaan komisioning Pusat Listrik Tenaga Gas (PLTG):
a. Berbahan bakar gas atau minyak (single fuel), atau gas dan minyak (dual fuel);
b. Tipe industrial atau aeroderivative;
c. Milik PLN yang akan dibangun dan pembangkit lama yang melakukan rehabilitasi,
penggantian dan relokasi;
d. Non PLN yang bertransaksi dengan PLN yang dipersyaratkan dalam dokumen
kontrak;
e. Pemikul beban dasar atau beban puncak;
f. Termasuk unit pembangkit yang dibangun diatas tongkang, truk atau alat transportasi
lainnya.
2 Tujuan
Sebagai pedoman umum bagi enjinir desain, pengelola proyek, tim supervisi konstruksi,
tim supervisi komisioning, pelaksana komisioning, operator dan pemelihara pembangkit
dalam melakukan komisioning PLTG.
Standar ini juga digunakan sebagai rujukan dalam menyusun dokumen lelang dan/atau
dokumen kontrak.
3 Acuan Normatif
Dokumen-dokumen berikut digunakan sebagai acuan dalam standar ini, namun untuk hal
yang bersifat khusus tercantum pada Lampiran 4 dan memuat referensi terbaru dalam
standar ini.
a. Undang-Undang No 30 tahun 2009, tentang Ketenagalistrikan;
b. Undang-Undang No.1 tahun 1970, tentang Keselamatan Kerja dan segala
Peraturan Peraturan Keselamatan Kerja;
c. Peraturan Pemerintah No.50 tahun 2012, tentang penerapan manajemen SMK3;
d. Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 2012, tentang lingkungan hidup terkait AMDAL,
UKL/UPL dan SPPL;
e. Peraturan Pemerintah No.14 tahun 2012, tentang kegiatan usaha penyediaan
tenaga listrik;
f. Peraturan Menteri LH No.48 tahun 1996, tentang baku tingkat kebisingan;
g. Peraturan Menteri ESDM No.05 tahun 2014, tentang tata cara akreditasi dan
sertifikasi ketenagalistrikan;
h. Peraturan Menteri LH No.08 tahun 2009, tentang air limbah bagi usaha dan/
kegiatan pembangkit tenaga listrik termal;
1
SPLN K6.004-1: 2015
i. Peraturan Menteri LH No. 21 tahun 2008, tentang baku mutu emisi sumber tidak
bergerak bagi usaha dan atau kegiatan pembangkit tenaga listrik termal;
j. Peraturan Menteri ESDM No.04 tahun 2009, tentang aturan distribusi tenaga listrik;
k. Peraturan Menteri ESDM No.03 tahun 2007, tentang aturan jaringan tenaga listrik
Jawa Madura Bali;
l. Peraturan Menteri ESDM No.37 tahun 2008, tentang aturan jaringan sistem tenaga
listrik Sumatera;
m. Peraturan Menteri ESDM No.45 tahun 2005, tentang instalasi ketenagalistrikan;
n. Peraturan Menteri ESDM No. 2 tahun 2015, tentang aturan jaringan sistem tenaga
listrik Sulawesi;
o. IEC 60034-2010: 2004-04-21, Rotating Electrical Machines. Part 1: Rating and
Performance;
p. SPLN S5.001: 2008, Tele Informasi Data Untuk Operasi Jaringan Tenaga Listrik;
q. ISO 2314: 2009, Gas Turbine Acceptance Test;
r. ISO 3977-8 : 2002, Gas Turbine Procurement – Part 8 Inspection, Testing,
Installation and Commissioning;
s. ISO 3977-9 : 1999, Gas Turbine Procurement - Part 9 Reliability, Availability,
Maintanability, and Safety;
t. ISO 21789: 2009, Gas Turbine Application - Safety;
u. IEEE 115: 2009, IEEE Guide for Test Procedures for Synchronous Machines;
v. ASME PTC 22: 2005, Performance Test Code on Gas Turbine;
w. NFPA 850: 2010, Recommended practice for fire protection for electric generating
plant and high voltage direct current converter station;
x. NETA ATS 2013, Standard for Acceptance testing specifications for electrical power
equipment and systems;
y. NETA MTS 2011, Standard for maintenance testing specifications for electrical
power equipment and systems.
Kajian untuk memastikan bahwa PLTG yang akan dibangun layak secara geografis,
sosial, ekonomi, teknik termasuk didalamnya analisa mengenai dampak lingkungan
(AMDAL, UPL/UKL dan SPPL).
Proses dari studi kelayakan (Feasibility Study), menyusun basic design serta menyiapkan
dokumen lelang dan setelah kontrak ditandatangani selanjutnya melakukan design review
dan approval terhadap detail design, gambar konstruksi, schematic diagram, P&ID, logic
diagram, setting proteksi dan lain-lain yang diajukan pelaksana komisioning berdasarkan
peraturan, standar dan kontrak.
2
SPLN K6.004-1: 2015
Kegiatan inspeksi dan verifikasi berdasarkan peraturan, standar, kontrak serta dokumen
desain enjiniring yang telah mendapatkan approval yang dilakukan oleh Tim Supervisi
Konstruksi pada tahap pemasangan terhadap kebenaran pemasangan dan konstruksi
serta kelengkapan peralatan yang selanjutnya menerbitkan Berita Acara Penyelesaian
Pekerjaan Konstruksi (BAPPK) sebagai dasar dimulainya komisioning yang berlaku.
Berita acara penyelesaian pekerjaan konstruksi dari Tim Supervisi Konstruksi yang
menyatakan bahwa lingkup peralatan telah terpasang berdasarkan desain enjiniring yang
telah disetujui (misalkan sesuai desain, peraturan, standar) dan siap untuk pelaksanaan
komisioning.
4.6 Komisioning
3
SPLN K6.004-1: 2015
4.9 Inspeksi
Pemeriksaan produk, proses, jasa, atau instalasi, atau masing-masing desainnya serta
penentuan kesesuaiannya dengan persyaratan spesifik atau persyaratan umum berbasis
pembuktian secara profesional.
4.10 Pengujian
Segala kegiatan bertujuan untuk mengukur dan menilai unjuk kerja suatu peralatan
individu, sistem dan unit untuk membuktikan kesesuaian terhadap desain, peraturan,
standar, dan persyaratan kontrak yang berlaku.
Dokumen tertulis yang berisi serangkaian kegiatan yang meliputi ruang lingkup pengujian,
peralatan pengujian, metode pengujian, lembar formulir rekaman hasil uji, standar yang
digunakan dan kriteria hasil uji.
Kegiatan pengujian yang dilakukan terhadap peralatan individu, terpisah dari sistem,
untuk membuktikan dan menjamin bahwa peralatan individu tersebut dapat berfungsi
sesuai desain dan standar yang berlaku.
Kegiatan pengujian terhadap sistem untuk membuktikan bahwa seluruh peralatan individu
yang tergabung didalam sistern secara terpadu dapat berfungsi sesuai desain dan
standar yang berlaku.
Kegiatan pengujian terhadap unit untuk membuktikan bahwa seluruh peralatan individu
dan sistem yang tergabung dalam satu unit PLTG secara terpadu dapat berfungsi sesuai
desain dan standar yang berlaku.
4
SPLN K6.004-1: 2015
Pengujian terhadap unit PLTG yang dilakukan dalam keadaan berbeban untuk
mengetahui dan membuktikan karakteristik operasi pembebanan unit PLTG.
Pengujian terhadap unit PLTG dengan cara melepaskan beban seketika (Load rejection
test) dari jaringan/distribusi pada beban tertentu untuk menguji dan membuktikan
kemampuan dan pengaturan sistem kontrol mekanik dan listrik. Pengujian dapat
dilakukan pada beban secara bertahap hingga beban MCR (Maximum Continuous
Rating).
Uji unjuk kerja (Performance test) uji unjuk untuk mengetahui dan membuktikan dengan
cara mengukur dan menghitung kapasitas keluaran daya generator, heat rate, daya
pemakaian sendiri, serta membandingkan terhadap persyaratan yang digaransi pada
kontrak.
Pengujian terhadap unit PLTG dengan cara membebani dalam waktu tertentu secara
terus menerus (Reliability run test), termasuk beban nominal (MCR) dan beban sesuai
kebutuhan jaringan/distribusi.
Pengukuran untuk mengetahui dan membuktikan bahwa kegiatan unit PLTG tidak
menimbulkan dampak lingkungan serta memenuhi peraturan, standar dan persyaratan
garansi kontrak.
Keluaran daya maksimum dari pembangkit listrik yang mampu menghasilkan secara terus
menerus dalam kondisi normal.
5
SPLN K6.004-1: 2015
Pemikul beban dasar adalah pembangkit yang didesain untuk memikul beban dasar dan
beroperasi kontinyu.
Pemikul beban puncak adalah pembangkit yang didesain mampu untuk diasut secara
cepat untuk mengatasi kekurangan daya atau dalam kondisi darurat.
Studi kelayakan dilaksanakan sebelum dibangunnya suatu instalasi PLTG, meliputi kajian
untuk memastikan bahwa PLTG yang akan dibangun secara geografis, sosial, ekonomi
teknik termasuk didalamnya Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).
5.2 Enjiniring
Enjiniring merupakan perencanaan secara teknis peralatan dan instalasi PLTG meliputi
basic design, gambar konstruksi, skematik diagram, Piping & Instrument Diagram (P&ID),
logic diagram, setting relay proctection. Seluruh ketentuan dalam perencanaan
dicantumkan dalam buku kontrak yang akan digunakan sebagai acuan dalam konstruksi
dan komisioning. Detail dari perencanaan dicantumkan sebagai lampiran.
5.3 Konstruksi
Tahapan pelaksanaan pemasangan peralatan PLTG yang dimulai dari effective date
hingga dimulai pelaksanaan komisioning.
5.4 Komisioning
6
SPLN K6.004-1: 2015
d. Supervisi uji sistem antara lain meliputi : Peralatan bantu (auxiliary equipment),
turbin, generator, transformator, plant interlock, Penyalaan awal (first firing), uji jalan
tanpa beban (full speed no load);
e. Supervisi uji unit antara lain meliputi: uji sinkronisasi, uji pembebanan, uji lepas
beban, uji unjuk kerja, uji keandalan, uji dampak lingkungan;
f. Laporan teknik komisioning.
7
SPLN K6.004-1: 2015
SINKRONISASI
PEMBERIAN
STUDI TEGANGAN*)
KELAYAKAN (BACK FEEDING) LAPORAN TEKNIK
ENJINIRING KOMISIONING SERAH TERIMA
KONSTRUKSI
SELESAI
PENYALAAN
PERTAMA
(FIRST FIRING)
A B C D E MASA GARANSI
UJI UJI SISTEM UJI UNIT
INDIVIDU
MASA
KONSTRUKSI /
PEMASANGAN
MASA
KOMISIONING
KETERANGAN:
A : Persiapan Komisioning (lihat butir 7.2.1)
B : Pemeriksaan Pendahuluan (lihat butir 7.2.2)
C : Uji Individu (lihat butir 7.2.3 dan lampiran 4 tabel 1)
D : Uji Sistem (lihat butir 7.2.4 dan lampiran 4 tabel 1)
E : Uji Unit (lihat butir 7.2.5 dan lampiran 4 tabel 2)
*) Pemberian tegangan (lihat butir 7.2.4.1)
8
SPLN K6.004-1: 2015
6 Manajemen komisioning
6.1 Umum
Untuk menjamin pelaksanaan komisioning berjalan lancar dan efektif maka diperlukan
pengaturan manajemen komisioning, meliputi struktur organisasi, tugas dan tanggung jawab
komisioning serta keterkaitan hubungan kerja antar pihak pengelola dalam pelaksanaan
komisioning.
Hubungan kerja antar pihak pengelola yang terkait dalam pelaksanaan komisioning
mencakup antara lain; PLN Kantor Pusat, Pengelola Komisioning, Pengelola Proyek,
Pengelola Enjiniring, Pengelola Konstruksi, Pengelola Operasi dan sistem
(Jaringan/distribusi dan Pembangkit) dan Konsultan.
Hubungan kerja antar pihak pengelola dalam pelaksanaan komisioning digambarkan pada
organogram dibawah ini.
UNIT
PELAKSANA KETUA TIM KETUA TIM
UNIT PENGELOLA KETUA TIM KONSULTAN
KONSTRUKSI SUPERVISI ENJINIRING
OPERASI DAN SUPERVISI (BILA
KONSTRUKSI
SISTEM KOMISIONING DIPERLUKAN)
PELAKSANA
KOMISIONING
9
SPLN K6.004-1: 2015
Struktur organisasi tim supervisi komisioning sesuai organisasi diagram dibawah ini.
Tugas dan tanggung jawab Ketua dan Wakil Tim Supervisi Komisioning meliputi:
1. Melaksanakan supervisi komisioning dengan berpedoman pada peraturan, persyaratan
kontrak, standar, prosedur komisioning yang telah disetujui;
2. Mengevaluasi dan menyetujui usulan program komisioning;
3. Menyetujui (approval) prosedur uji komisioning;
4. Mengkoordinasikan tim pelaksana komisioning dan tim supervisi komisioning sesuai
basic communication;
5. Melaksanakan supervisi komisioning dengan mematuhi kaidah K2 dan K3;
6. Mengkoordinasikan pelaksanaan uji pembebanan dengan pengelola jaringan/distribusi
berdasarkan rencana uji pembebanan;
7. Mengevaluasi hasil komisioning;
8. Menyiapkan kelengkapan persyaratan yang diperlukan dalam penerbitan rekomendasi
laik bertegangan dan laik sinkron;
9. Menyiapkan laporan teknik komisioning;
10. Menyiapkan rekomendasi laporan kelaikan operasi dan kelengkapan persyaratan
untuk penerbitan Sertifikat Laik Operasi.
10
SPLN K6.004-1: 2015
11
SPLN K6.004-1: 2015
7 Pelaksanaan Komisioning
7.1 Program
7.1.1 Jadwal
Jadwal komisioning dibuat oleh pelaksana komisioning yang telah dikaji oleh tim supervisi
komisioning dan pengelola proyek.
Prosedur komisioning dibuat oleh pelaksana komisioning yang diajukan kepada tim supervisi
komisioning minimal 2 (dua) bulan sebelum pelaksanaan komisioning dimulai serta dikaji dan
disetujui oleh tim komisioning.
Prosedur komisioning meliputi:
a. Tujuan komisioning;
b. Ruang lingkup;
c. Acuan;
d. Alat yang digunakan;
e. Prosedur K2/K3;
f. Persyaratan kondisi teknis yang harus dipenuhi sebelum pelaksanaan pengujian;
g. Metode uji;
h. Kriteria penerimaan;
i. Gambar Skematik diagram, P&ID, dan data pendukung yang terkait;
j. Formulir lembar rekaman hasil inspeksi/hasil uji.
12
SPLN K6.004-1: 2015
BAPPK merupakan pernyataaan bahwa lingkup peralatan telah terpasang sesuai desain
enjiniring yang telah disetujui berdasarkan peraturan, standar, kontrak, dan siap untuk
pelaksanaan komisioning.
BAPPK diterbitkan oleh Tim Supervisi Konstruksi sebagai persyaratan dalam pelaksanaan
komisioning.
CATATAN: Bila terdapat perbedaan antara kontrak dengan desain yang disetujui, maka
harusdilengkapi dengan justifikasi dan persetujuan dari pengelola enjiniring.
13
SPLN K6.004-1: 2015
Pengujian individu merupakan pengujian karakteristik dan unjuk kerja peralatan secara
individu meliputi bidang listrik, bidang mekanik, bidang kontrol dan instrumen serta bidang
kimia dan lingkungan yang belum terhubung secara sistem.
Untuk melaksanakan pengujian individu atau pengujian sistem dapat menggunakan sumber
catu daya dari Generator Set sendiri atau dengan pemberian tegangan (Back
feeding/energize) dari sistem jaringan/distribusi.
Untuk pemberian tegangan dari sistem jaringan/distribusi (Back feeding) diperlukan
Rekomendasi Teknik Laik Bertegangan (RLB), dengan syarat-syarat sebagai berikut:
a. Hasil uji individu peralatan sesuai lingkup pengujian sesuai standar;
b. Hasil uji fungsi proteksi sesuai lingkup pekerjaan sesuai standar;
c. Setelan relay proteksi telah disetujui pengelola jaringan/distribusi;
d. Pemadam kebakaran telah siap digunakan;
e. Ijin pemberian tegangan dari pengelola jaringan/distribusi telah diterbitkan.
14
SPLN K6.004-1: 2015
Tujuan dari first firing adalah untuk memastikan bahwa unit PLTG dapat melakukan firing
secara automatis melalui kontrol (Human machine interface).
Hal ini menggambarkan bahwa rangkaian inspeksi dan pengujian seluruh sistem listrik,
mekanik dan intrumen & kontrol dalam keadaan turbin tidak berputar telah selesai
dilaksanakan dengan baik dan diharapkan setelah first firing berhasil maka kelanjutan
pengujian pada keadaan Turbine-Generator berputar (Running) segera dapat dilakukan.
Lingkup kegiatan uji jalan tanpa beban (full speed no load test) adalah meliputi:
a. Uji dinamik turbin-generator (sebagai contoh : kenaikan putaran, vibrasi);
b. Uji proteksi emergency stop, trip kebakaran, flame failure trip, control failure, uji dinamik
over speed, uji trip suhu gas buang, uji trip emergency window dan uji proteksi trip
bahan bakar;
c. Uji karakteristik system eksitasi dan Automatic Voltage Regulator (AVR);
d. Uji karakteristik Open/Short Circuit Generator Test;
e. Uji fungsi sistem sinkronisasi;
f. Verifikasi besaran operasi turbin-generator mekanik dan listrik.
Metoda dan kriteria uji jalan tanpa beban (full speed no load test) merujuk kepada petunjuk
operasi dan pemeliharaan dari pabrikan serta standar yang berlaku serta diuraikan secara
lengkap dalam prosedur pelaksanaannya.
Pengujian terhadap unit untuk membuktikan bahwa seluruh peralatan individu dan sistem
yang tergabung dalam satu unit PLTG secara terpadu dapat berfungsi sesuai desain dan
standar yang berlaku.
Uji sinkronisasi (synchonization test) meliputi uji fungsi dan operasi sistem control dan
pengaturan yang terpadu terhadap governor, eksitasi, Automatic Voltage Regulator (AVR)
dan relay sinkronisasi yang menunjang system PLTG untuk sinkron.
Untuk sinkron pertama kali dengan jaringan/distribusi harus memenuhi ketentuan yang
berlaku sebagai berikut:
a. Setting relay PLTG yang berhubungan dengan sistem jaringan/distribusi telah disetujui
oleh pengelola sistem jaringan/distribusi;
b. Surat Rekomendasi Teknik Laik Sinkron (RLS) telah diterbitkan. Surat rekomendasi ini
adalah pernyataan bahwa unit PLTG tersebut telah memenuhi persyaratan dan siap
untuk melakukan sinkronisasi pertama kali dengan jaringan/distribusi sistem tenaga
listrik dan selanjutnya melakukan pengujian pembebanan;
c. Surat ijin sinkronisasi pertama kali dengan jaringan/disitribusi sistem tenaga listrik sudah
diterbitkan oleh pengelola jaringan/distribusi.
15
SPLN K6.004-1: 2015
Rangkaian kegiatan pengujian terhadap unit PLTG yang dilakukan dalam keadaan berbeban
untuk mengetahui karakteristik operasi pembebanan sesuai kontrak dan standar yang
berlaku.
Rangkaian uji pembebanan sekurang-kurangnya meliputi:
a. Uji karakteristik operasi pada beberapa variasi beban terhadap parameter operasi
mesin, listrik, control & instrument;
b. Uji tuning sistem pembakaran (unit dengan kapasitas > 200 MW);
c. Load ramp dan Load swing test;
d. Uji kenaikan suhu generator;
e. Uji beban lebih;
f. Uji mode operasi (manual, semi-auto, & auto);
g. Uji sudden load.
Pengujian unit PLTG dengan cara melepaskan beban seketika dari jaringan/distribusi pada
beban secara bertahap (50 %, 75 %, dan 100 %) dari beban MCR (Maximum Continuous
Rating) untuk menguji kemampuan pengaturan sistem kontrol mekanik dan listrik.
Setelah beban dilepas, sistem PLTG harus dapat berbeban dengan beban pemakaian
sendiri (house load) dan/atau beroperasi tanpa beban (full speed no load).
CATATAN 1: Dalam pelaksanaan uji lepas beban, apabila sistem tidak mampu untuk menanggulangi
kekurangan pasokan daya akibat uji lepas beban, maka uji lepas beban boleh tidak dilakukan namun
harus dilengkapi surat pernyataan dari unit pengelola sistem jaringan/distribusi yang menyatakan
sistem tidak mampu untuk uji lepas beban, serta dilengkapi dengan pernyataan dari
pabrikan/kontraktor bahwa unit pembangkit aman beroperasi jika terjadi lepas beban.
CATATAN 2: Pada pengujian lepas beban sistem kontrol pada kondisi otomatis, dan sistem PLTG
tidak boleh trip.
Uji unjuk kerja dilakukan sesegera mungkin setelah uji berbeban untuk mengetahui dan
membuktikan bahwa kapasitas, tara kalor (heat rate) dan karakteristik operasi unit atau
operasi peralatan sesuai persyaratan spesifikasi teknik.
Uji unjuk kerja sekurang-kurangnya meliputi:
a. Uji kapasitas keluaran pembangkit (gross and net power output);
b. Uji tara kalor (gross and net heat rate);
c. Uji kapasitas daya pemakaian sendiri (auxiliary power consumption);
d. Uji rugi-rugi transformator (hasil uji pabrik).
Bila terdapat hal-hal yang belum diatur dalam kontrak atau terdapat klausul dalam kontrak
yang saling bertentangan atau tidak sesuai dengan peraturan atau persyaratan standar
16
SPLN K6.004-1: 2015
maka klausul tersebut harus diselesaikan dalam bentuk kesepakatan sebelum uji unjuk kerja
dilaksanakan dengan memperhatikan aspek legal dan lainnya.
Hal-hal yang harus disepakati bersama sekurang-kurangnya meliputi:
a. Angka garansi;
b. Prosedur uji unjuk kerja;
c. Kondisi peralatan yang diuji;
d. Kalibrasi peralatan uji;
e. Koordinasi pelaksanaan pengujian;
f. Evaluasi hasil uji;
g. Kriteria uji.
Semua pihak harus sepakat dan mempunyai pengertian yang sama mengenai angka
garansi, syarat-syarat dan kondisi untuk mencapainya serta hal-hal yang dapat
mengakibatkan batalnya angka garansi tersebut.
Semua pihak harus sepakat bahwa prosedur uji unjuk kerja yang diajukan oleh pelaksana
komisioning setelah dikaji dan disetujui oleh tim supervisi komisioning yang meliputi:
a. Tujuan serta ruang lingkup dari setiap pengujian, metode uji, metode evaluasi dan
metode pengoperasian peralatan, serta sampai berapa kali pengujian boleh dilakukan,
terutama yang menyangkut angka garansi sehingga dapat ditentukan: apakah pengujian
tersebut berhasil atau harus dikenakan denda (penalty);
b. Metode pengukuran, penempatan dan ketelitian alat ukurnya. Dalam hal adanya lebih
dari satu cara/alat yang digunakan untuk memperoleh data, maka sebelum pengujian,
harus ditentukan dan disetujui kriteria yang akan digunakan untuk memilih atau
menggabungkan data yang diperoleh secara tertulis;
c. Saat pengambilan data dimulai, mengenai kriteria penyimpangan, data yang diijinkan
(contingency reading) serta mengenai selang waktu dan lamanya pelaksanaan
pengujian.
a. Semua pihak harus sepakat bahwa peralatan yang akan diuji telah siap untuk dilakukan
pengujian, perlengkapan instrumentasi dan proteksi yang terpasang telah cukup untuk
dapat melaksanakan pengoperasian dengan aman dan andal, baik bagi petugas
maupun untuk peralatan itu sendiri;
b. Semua pihak harus sepakat bahwa peralatan yang akan diuji telah siap untuk dilakukan
pengujian, perlengkapan instrumentasi dan proteksi yang terpasang telah cukup untuk
dapat melaksanakan pengoperasian dengan aman dan andal, baik bagi petugas
maupun untuk peralatan itu sendiri;
c. Semua pihak harus sepakat bahwa peralatan yang akan diuji telah siap untuk dilakukan
pengujian, perlengkapan instrumentasi dan proteksi yang terpasang telah cukup untuk
17
SPLN K6.004-1: 2015
dapat melaksanakan pengoperasian dengan aman dan andal, baik bagi petugas
maupun untuk peralatan itu sendiri;
d. Semua pihak harus sepakat, mengenai semua penyetelan yang boleh dan tidak boleh
dilakukan, sebelum selama dan sesudah pengujlan.
a. Semua pihak harus sepakat bahwa sebelum pelaksanaan uji unjuk kerja semua
peralatan uji dan peralatan ukur harus telah dikalibrasi;
b. Semua pihak harus sepakat, mengenai metoda dan pelaksanaan kalibrasi alat-alat
ukur/instrumentasi yang akan digunakan untuk pengujian, serta mengenai pihak yang
berwenang mengeluarkan sertifikat kalibrasi.
a. Semua pihak harus sepakat, mengenai pembagian tanggung jawab dari pihak-pihak
yang terlibat dalam pengujian, serta mengenai jumlah dan penempatan personel
pengujian;
b. Semua pihak harus sepakat, mengenai penunjukan pihak luar (bila ada), yang diminta
untuk membantu pelaksanaan uji unjuk kerja;
c. Dalam hal kegiatan pembersihan, maka harus dicapai kesepakatan, mengenai tanggung
jawab pihak - pihak yang terlibat dalam kegiatan tersebut.
a. Semua pihak harus sepakat, mengenai cara penyelesaian yang akan ditempuh apabila
terjadi perbedaan pendapat mengenai ketelitian pengamatan, kondisi dan metode
pengoperasian serta hasil akhir setiap pengujian;
b. Semua pihak harus sepakat, mengenai rumus yang akan digunakan untuk menghitung
faktor kesalahan (probable error) untuk mengevaluasi data, serta kemungkinan
kesalahan maksimum yang dapat ditoleransi, tanpa harus mengulangi pengujian.
Kesepakatan ini sedapat mungkin mencakup jumlah desimal yang digunakan dalam
perhitungan serta kriteria pembulatan desimal;
c. Semua pihak harus sepakat, mengenai hal-hal yang dapat membatalkan pengujian;
d. Dalam hal kegiatan pemeriksaan, perlu dicapai kesepakatan mengenai: sejauh mana
hasil pemeriksaan bersama dapat mengijinkan pelaksana komisioning untuk dapat
melaksanakan pekerjaan tahap berikutnya.
Semua pihak harus sepakat, mengenai kriteria uji yang diterapkan sehingga dapat
menghindari perbedaan pendapat mengenai hasil uji dan hasil kesepakatan ini dicatat dan
disetujui oleh semua pihak.
18
SPLN K6.004-1: 2015
Pengujian keandalan unit PLTG diawali dengan melakukan uji start stop (sampai dengan Full
speed no load dengan eksitasi) tanpa gagal sebanyak 10 kali berturut-turut kemudian
dilanjutkan dengan pembebanan selama minimal 360 jam (secara terus menerus, termasuk
didalamnya dengan beban nominal (MCR) selama 96 jam secara terus menerus, selanjutnya
pada beban sesuai dengan kebutuhan jaringan/distribusi.
Bila terjadi gangguan eksternal, pengujian tidak mengalami pengulangan, namun jumlah jam
gangguan akan ditambahkan diakhir pengujian sehingga total waktu uji tetap minimal 360
jam.
Jika setiap gangguan internal kurang dari 1 jam atau total waktu kumulatif gangguan internal
kurang dari 4 jam, maka tidak dilakukan pengulangan, namun jumlah jam gangguan internal
akan ditambahkan pada akhir uji, sehingga total waktu uji tetap minimal 360 jam.
Jika setiap gangguan internal lebih dari 1 jam atau total waktu kumulatif gangguan internal
lebih dari 4 jam, maka harus dilakukan pengujian ulang dari awal.
CATATAN 1: Sistem jaringan/distribusi yang tidak memungkinkan untuk dilakukan beban MCR 96 jam
secara terus-menerus perlu dilengkapi surat pernyataan dari pengelola jaringan/distribusi.
CATATAN2: Untuk PLTG pemikul beban puncak uji keandalan dilakukan minimal selama 360 Jam
Operasi secara akumulatif dengan memperhitungkan Reserved Shutdown Hour (RSH) dan Outside
Management Control (OMC) yang disebabkan oleh gangguan energi primer dan
jaringan/distribusi,termasuk didalamnya 96 Jam operasi MCR (Kumulatif) dengan beberapa kali start.
Pengujian yang dilakukan dalam rangka mengetahui kemampuan unit beroperasi sendiri
pada saat kondisi jaringan/distribusi tidak bertegangan (black out) dan mampu mengisi
tegangan (line charging) ke pembangkit atau Gardu Induk terdekat.
Pengukuran untuk membuktikan bahwa kegiatan unit tidak menimbulkan dampak lingkungan
serta memenuhi baku mutu sesuai peraturan yang berlaku. Pengujian meliputi antara lain:
a. Pengukuran emisi gas buang;
b. Pengukuran tingkat kebisingan;
c. Pengukuran limbah cair.
7.3 Pelaporan
Laporan teknik komisioning meliputi hasil kegiatan komisioning dan evaluasi data/hasil
pengamatan atau pengukuran selama pengujian individual, sistem, unit dan uji unjuk kerja
dengan format laporan pada Lampiran 3.
Peraturan keselamatan kerja dan lingkungan hidup yang harus dipenuhi untuk pelaksanaan
konstruksi dan komisioning harus memenuhi undang-undang dan peraturan yang berlaku.
19
SPLN K6.004-1: 2015
Generator Hydraogen
Cooling System
Comm
20
SPLN K6.004-1: 2015
System : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1. Name of equipment :....................
KKS No. : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Technical data :....................
2. Construction Remarks :
3. Statement:
The construction supervision team do hereby certify that construction of the above mentioned
equipment or system has been completed and the commissioning supervision team is allowed be
conducted the relevant tests.
Name : . . . . . . . . . . . . . .. Name : . . . . . . . . . . . . . ..
Signature : . . . . . . . . . . . . . .. Signature : . . . . . . . . . . . . . ..
Date : . . . . . . . . . . . . . . . Date : . . . . . . . . . . . . . .
Acknowledgement
Name : . . . . . . . . . . . . . ..
Signature : . . . . . . . . . . . . . ..
Date : . . . . . . . . . . . . . . .
21
SPLN K6.004-1: 2015
JUDUL
RINGKASAN EKSEKUTIF
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Umum
Uraian yang berisikan antara lain mengenai dasar pelaksanaan komisioning, pemilik
instalasi tenaga listrik, lokasi instalasi dan informasi lain yang bersifat umum.
22
SPLN K6.004-1: 2015
LAMPIRAN
1. Data teknis dan spesifikasi teknik
2. Diagram garis tunggal (Single Line Diagram)
3. Ikhtisar hasil komisioning
4. Sertifikat dan Rekomendasi teknik yang diterbit lembaga inspeksi teknik yang terkait
23
SPLN K6.004-1: 2015
24
SPLN K6.004-1: 2015
25
SPLN K6.004-1: 2015
26
SPLN K6.004-1: 2015
27
SPLN K6.004-1: 2015
28
SPLN K6.004-1: 2015
29
SPLN K6.004-1: 2015
30
SPLN K6.004-1: 2015
31
SPLN K6.004-1: 2015
22 Vibration
- Relative Shaft Displacement Vibrations ISO 7919
- Bearing Pedestal Vibration ISO 10816
CATATAN : Referensi standar dan peraturan perundang-undangan yang digunakan adalah edisi terbaru
32
Pengelola Standardisasi :