Anda di halaman 1dari 20

HALAMAN PENGESAHAN

USULAN PROGRAM KREATIFITAS MAHASISWA

1. Judul Kegiatan : PENGEMBANGAN PROSES PEMBUATAN


BESI COR DENGAN BAHAN BAKU PASIR
BESI
2. BidangKegiatan :() PKM-P ( ) PKM-K ( ) PKMKC
( ) PKM-T ( ) PKM-M
3. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap : Hermawan Mandala Putra
b. NIM : 21050114120037
c. Jurusan : Teknik Mesin
d. Universitas : Diponegoro
e. Alamat Rumah dan No. Telp./HP : Jl. Galang Sewu Raya No. 8 Baskoro Tembalan
f. Alamat email : hermawanmandala95@gmail.com
5. Anggota Pelaksana Kegiatan/Penulis :
6. Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap dan Gelar : Dr. Gunawan Dwi Haryadi
b. NIP : 197104201998021001
c. Alamat Rumah dan No.Telp./HP : Jl. Dewi Sartika IV/70 Semarang/08156502397
7. Biaya Kegiatan Total
a.Dikti : Rp 7.680.000,00
b.Sumber lain : Rp –
8. Jangka Waktu Pelaksanaan : 4 (empat) bulan

Semarang,
Menyetujui,
Wakil Dekan Akademik dan Kemahasiswaan Ketua Pelaksana Kegiatan
Universitas Diponegoro

(Prof. Dr. Ir. Budiyono, M.Si) (Hermawan Mandala Putra)


NIP/NIK. 196602201991021001 NIM. 21050114120037

Wakil Rektor Akademik dan Kemahasiswaan Dosen Pendamping


Universitas Diponegoro

(Prof. Dr. Ir. Muhammad Zainuri DEA) (Dr. Gunawan Dwi Haryadi)
NIP/NIK. 196207131987031003 NIP. 197104201998021001

i
DAFTAR ISI

Halaman Judul.......................................................................................................i
Halaman Pengesahan.............................................................................................ii
Daftar Isi................................................................................................................iii
Daftar Gambar.......................................................................................................iv
Daftar Tabel...........................................................................................................v
A. Judul.................................................................................................................1
B. Latar Belakang Masalah..................................................................................1
C. Perumusan Masalah.........................................................................................2
D. Tujuan .............................................................................................................2
E. Luaran yang Diharapkan.................................................................................2
F. Kegunaan.........................................................................................................3
G. Tinjauan Pustaka..............................................................................................3
Limbah Virgin Coconut Oil (Blondo)........................................................3
Ikan Lele Dumbo.......................................................................................4
Pakan Ikan ................................................................................................5
Proporsi kadar gizi pakan ikan..................................................................6
H. Metode Pelaksanaan........................................................................................7
I. Jadwal Kegiatan..............................................................................................11
J. Rancangan Biaya............................................................................................12
K. Lampiran........................................................................................................13

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Lapisan VCO , Blondo dan Air............................................................3


Gambar 2. Produksi Perikanan Budidaya kolam Menurut Jenis Ikan di Jawa

ii
Tengah Tahun 2008 (Ton)
5
Gambar 3. Bagan Rancangan Percobaan...............................................................8

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Syarat Mutu pakan ikan lele dumbo menurut SNI..................................5


Tabel 2. Jadwal pelaksanaan Program Usaha........................................................11

iii
Tabel 3. Rancangan Biaya.....................................................................................11

ABSTRAK

Menurut Kementan tahun 2011, produksi kapas dalam negeri hanya cukup
memenuhi sekitar 2,5 % dari total kebutuhan kapas dalam negeri yang mencapai
500 ribu ton per tahun. Penggunaan serat sintetik tidak ramah lingkungan karena

iv
tidak terdegradasi di lingkungan. Penggunaan serat sintetis sebagai bahan dan
produk tekstil dalam negeri telah mendominasi. Hal ini diprediksi dapat
menyebabkan pencemaran sampah bahan sintetis, yang tidak ramah lingkungan
dan memakan waktu yang lama untuk terurai. Penggunaan serat sintetis tersebut
selain didorong permintaan pasar karena harga serat sintetis yang relatif murah
dan kuat yakni karena produksi serat alam dalam negeri seperti kapas terus
menurun.. Selain itu serat buatan tidak nyaman dipakai karena tidak menyerap
keringat, sehingga diperlukan serat alam yang dapat menggantikan fungsi serat
buatan untuk penggunaannya sebagai bahan dan produk tekstil, untuk
menyelesaikan isu lingkungan dan meningkatkan kenyamanan konsumen. Serat
batang pisang telah dikenal sebagai serat alam yang kuat dan sering digunakan
untuk membuat pakaian tetapi belum dimanfaatkan secara komersil dalam
industri garmen dan tekstil. Kajian atau penelitian ilmiah yang dapat mendukung
penggunaan serat batang pisang sebagai serat alam pengganti serat sintetik sangat
diperlukan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat mekanis dan fisis dari serat
pelepah pisang apakah serat batang pisang dapat dijadikan pengganti serat
sintetik dalam pembuatan kain ramah lingkungan.

Kata kunci: Serat batang pisang, komposit, kain komposit.


.

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan YME atas segala limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan program kreativitas

v
mahasiswa bidang penelitian yang berjudul “Pengujian Sifat Mekanis dan Fisis
pada komposit Serat Pelepah Pisang dalam Pembuatan Kain Komposit Ramah
Lingkungan.
Program yang saya lakukan bertujuan untuk mengetahui sifat mekanis dan
fisis tentang kain dari pelepah pisang sebagai solusi terhadap kurangnya substitusi
penggunaan kain sintetik yang selama ini masih banyak digunakan yang memiliki
dampak kurang baik terhadap lingkungan.
Saya mengucapkan terimakasih kepada bapak Dr. Sulardjaka sebagai dosen
pembimbing yang banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada saya dalam
melakukan program ini.
Saya berharap program ini bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya dan
petani pisang khususnya. Atas segala kekurangan, saya mohon kebijaksanaan dari
semua pihak untuk dapat memaafkannya.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

vi
Penggunaan serat buatan sebagai bahan dan produk tekstil untuk memenuhi
permintaan dalam negeri kini telah mendominasi. Tercatat pada tahun 2014,
Kemenperin mengemukakan bahwa impor bahan baku tekstil untuk serat buatan
yang tidak diproduksi di dalam negeri seperti rayon dan poliester mencapai Rp 56
triliun. Penggunaan serat sintetis tersebut selain didorong permintaan pasar karena
harga serat sintetis yang relatif murah dan kuat yakni karena produksi serat alam
dalam negeri seperti kapas terus menurun. Selain pengadaan serat sintetik yang
sulit, bahan baku utamanya, resin minyak bumi, menjadikan serat sintetik tidak
ramah lingkungan karena tidak dapat didegradasi. Oleh karena itu diperlukan
suatu substitusi penggunaan serat sintetik dari bahan alami yang memiliki
karakterisitik yang tidak jauh berbeda dan juga kebutuhan kain dalam negeri dapat
tercukupi sendiri.
Serat alami yang memiliki potensi bagi Indonesia sebagai substitusi serat
sintetik salah satunya adalah serat batang pisang. Saat. Melihat potensi tersebut
akan sangat disayangkan jika serat pisang tidak dolah menjadi prduk akhir yang
bernilai tambah. Disamping itu, serat pisang memiliki beberapa kelebihan
dibanding serat alami lainnya diantaranya adalah lebih kuat, sering digunakan
sebagai bahan baku pembuatan produk (tali galangan kapal, tekstil, pembungkus
teh celup, pembungkus tembakau, jok kursi serta kerajinan tangan), bersifat serat
dingin dan mudah terdegradasi karena tergolong serat alami. Berdasarkan
kelebihan tersebut, serat abaka berpotensi untuk menggantikan serat sintetik
(poliester) tanpa mengurangi fungsinya sebagai bahan baku kain. Oleh karena itu,
Bukti empirik hasil dari suatu penelitian yang mendukung serat abaka memenuhi
standar untuk dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan kain diperlukan.
2
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka rumusan
masalah penelitian ini adalah :
1. Bagaimana sifat fisis dan mekanis serat pelepah pisang yang digunakan
sebagai substitusi bahan serat sintetik untuk pembuatan kain ?
2. Bagaimana karakteristik dari kain yang dibuat ?
3. Apakah serat pelepah pisang dapat digunakan sebagai pengganti serat sintetis
bsesuai dengan pengujian?

vii
1.3 Tujuan
1. Mengeksplorasi bahan serat alami sebagai substitusi dari bahan sintetik
dalam pengoptimalan mutu serta fungsi bahan tekstil
2. Mengidentifikasi karakteristik sifat mekanis dan fisis serat pelepah pisang
3. Mengidentifikasi pengaruh komposisi kapas dan serat pisang dalam
pembuatan kain Komposit.

1.4 Luaran yang Diharapkan


1. Munculnya metode yang mudah, murah, dan ramah lingkungan dalam
produksi suatu kain dengan menggunakan bahan baku organik yaitu pelepah
pisang.
2. Memberikan kontribusi ilmiah dan hasilnya dapat ditulis menjadi artikel
ilmiah yang diterbitkan pada jurnal yang terakreditasi secara nasional dan
bisa dipresentasikan pada seminar nasional.

1.5 Kegunaan Program


Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain:
1. Memanaatkan serat alami dari batang tanaman pisang sebagai substitusi serat
sintetik dalam pembuatan kain.
2. Mengetahui komposisi serat alami dalam pembuatan kain ramah lingkungan.
3. Mengurangi atau menekan pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh
serat polyester yang tidak ramah lingkungan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Serat Pelepah Pisang

viii
Serat adalah suatu jenis bahan berupa potongan-potongan komponen yang
membentuk jaringan memanjang yang utuh. Serat pelepah pisang merupakan
serat alam yang digunakan sebagai alternatif filler komposit untuk berbagai
komposit polimer karena keunggulannya dibanding serat sintetis. Serat alam
mudah didapatkan dengan harga yang murah, mudah diproses, densitasnya
rendah, ramah lingkungan, dan dapat diuraikan secara biologi (Kusumastuti,
2009).
Serat pelepah pisang merupakan serat yang mempunyai sifat mekanik
yang baik. Sifat mekanik dari serat pelepah pisang mempunyai densitas 1,35
gr/cm3, kandungan selulosanya 63-64%, hemiselulosa (20%), kandungan
lignin 5%, kekuatan tarik rata-rata 600 Mpa, modulus tarik rata-rata 17,85
Gpa dan pertambahan panjang 3,36 % (Lokantara, 2007).
2.2 Poliester
Resin poliester tak jenuh atau sering disebut poliester merupakan matriks
dari komposit. Resin ini termasuk juga dalam resin termoset. Pada polimer
termoset, resin cair diubah menjadi padatan yang keras yang terbentuk oleh
ikatan silang kimiawi yang membentuk rantai polimer yang sangat kuat (Noni
Nopriantina dan Astuti, 2013).
Menurut Mubarak (2006) resin termoset tidak mencair karena
pemanasan. Pada saat pencetakan, resin ini tidak perlu diberikan tekanan,
karena ketika masih cair memiliki viskositas yang relatif rendah, mengeras
dalam suhu kamar dengan penggunaan katalis tanpa menghasilkan gas (tidak
seperti resin termoset lainnya). Sehingga resin termoset paling banyak
digunakan sebagai matriks pada komposit.
2.3 Komposit
Komposit didefinisikan sebagai kombinasi antara dua material atau lebih
yang berbeda bentuknya, komposisi kimianya, dan tidak saling melarutkan
antara materialnya dimana material yang satu berfungsi sebagai penguat dan
material yang lainnya berfungsi sebagai pengikat untuk menjaga kesatuan
unsur-unsurnya (Ronald Gibson,1994).
Komposit terdiri dari matriks sebagai pengikat dan serat sebagai penguat.
Keunggulan dan keuntungan bahan komposit diantaranya yaitu dapat

ix
memberikan sifat–sifat mekanik terbaik yang dimiliki oleh komponen
penyusunnya, bobotnya yang ringan, tahan korosi, ekonomis, dan tidak
sensitif terhadap bahan-bahan kimia (Matthews dan Rawling, 1994).
2.4 Komposit Matrix Polyester
Polymer Matrix Composite (PMC) atau yang sering disebut juga dengan
Fiber Reinforced Polymer (FRP) merupakan salah satu jenis material
komposit dimana material komposit tersebut tersusun atas serat pendek
ataupun serat kontinyu yang digabung menjadi satu oleh matriks polimer
organik. Polimer merupakan senyawa organik berupa rantai panjang berulang
yang tersusun atas atom karbon, hidrogen, oksigen, dan sebagainya.

x
BAB III
METODE PENULISAN

3.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data


3.1.1 Metode
Metode yang digunakan dalam penulisan karya tulis ini adalah deskriptif
analisis, karena penelitian ini bertujuan untuk membuktikan data yang diperoleh
dari studi pustaka dan penelitian sebelumnya kemudian di analisis.
3.1.2 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada karya tulis kali ini berupa studi pustaka/literatur.

3.2 Variabel dan Parameter Penelitian


Variabel dan parameter dalam karya tulis kali ini adalah “serat pelepah
pisang”.

BAB IV

11
PELAKSANAAN PROGRAM

4.1 Waktu dan Tempat


Persiapan penelitian berupa perlakuan pendahuluan serat pisang dilakukan
di Laboratorium UPT UNDIP Semarang. Sedangkan pembuatan benang dan kain
komposit dilakukan di pengrajin tenun “Viere Sutra Alam” di Jalan Otista BLK
No. 279, Garut, Jawa Barat. Penelitian inti adalah kegiatan pengujian kain
komposit di UPT Unit Industri Tekstil Dinas Perindustrian dan Energi Provinsi
DKI Jakarta, Jalan Letnan Jenderal Suprapto, Kavling 3, Cempaka Putih, Jakarta
Pusat, DKI Jakarta, 10510. Persiapan penelitian dilakukan dari bulan April hingga
bulan Mei sedangkan kegiatan penelitian inti dilakukan pada bulan Juni.

4.2 Tahapan Pelaksanaan/Jadwal Faktual Pelaksanaan


Penelitian ini terbagi menjadi dua yakni persiapan penelitian dan penelitian
inti. Persiapan penelitian terdiri atas beberapa tahapan yakni pengadaan bahan
baku serat batang pisang abaka, perlakuan pendahuluan serat batang pisang abaka,
pembuatan benang abaka dan pembuatan kain Komposit. Bahan baku serat abaka
dibeli dari Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (Balittas) Semarang, Jawa
Timur.

4.3 Instrumen Pelaksanaan


Peralatan yang digunakan selama persiapan penelitian yaitu panci perebus,
kompor, pengaduk kayu, rak penjemur, mesin polishing dan mesin spinning dan
alat tenun bukan mesin (tradisional). Peralatan yang digunakan untuk pengujian
adalah alat yang terdapat di UPT Unit Industri Tekstil Dinas Perindustrian dan
Energi Provinsi DKI Jakarta diantaranya adalah sebagai berikut.

a. Pengujian kekuatan Tarik dan mulur kain tenun : alat uji kekuatan tipe laju
mulur tetap (Constant Rate of Extension/CRE), laju tarik tetap (Constant
Rate
of Traverse/CRT) atau pendulum, gunting, pensil / ballpoint, penggaris, pola
ukuran contoh uji, dan jarum (mengacu pada SNI 0276 : 2009)

12
b. Pengujian ketahanan sobek kain tenun dengan alat pendulum (Elemendorf) :
pendulum (elemendorf) penguji sobek, dan gunting (mengacu pada SNI
ISO13937 – 1 :2010)
c. Pengujian daya serap kain terhadap air (metode keranjang SNI 08 – 0404 –
1989) : gelas piala 250 ml, keranjang kawat tembaga berbentuk silinder,
stopwatch, bejana dengan tinggi minimal 25 cm, air suling untuk mengisi
bejana.
Bahan yang digunakan dalam persiapan penelitian dan penelitian inti adalah
serat batang pisang abaka mentah, softener (pelembut dan pewangi pakaian), air
suling, larutan hydrogen peroksida (H2O2), dan benang kapas 100%.

4.4 Rancangan dan Realisasi Biaya


Rancangan Anggaran Kegiatan Rp. 10.000.000,00
Realisasi Biaya Kegiatan Rp. 6.000.000,00
Penggunaan Biaya Rp. 3.900.000,00
Sisa Kegiatan Rp. 2.100.000,00

13
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil
5.1.1 Preparasi Serat
Preparasi serat yang akan digunakan dalam pembuatan tempurung helm ini
adalah dengan cara :
a. Pelepah pisang dikeringkan
b. Direndam dalam NaOH 15% selama 24 jam untuk menghilangkan lignin
yang ada
c. Serat dikeringkan kembali dan disuwir berbentuk helai – helai kasar

(a) (b)
Gambar 1. (a) pelepah (gedebong) pisang ; (b) pelepah yang telah kering
5.1.2 Sifat – Sifat Serat Pisang
Sedangkan dimensi dan sifat-sifat mekanik dari serat pisang untuk seperti
tertera dalam tabel dibawah ini :
Tabel 1. Mechanical properties of banana fibers

Tabel 2. Chemical Properties of banana fibers

14
Property Value

Cellulose (%) 66-78

Hemi-cellulose (%) 10-14

Lignin (%) 10-14


10

Pectin (%) 10

Moisture content
(%) 10-22

Microfibrillar angle 11

Lumen size (mm) 5

Gambar 2. Wujud Alami Serat Pisang yang telah Kering


Serat pelepah pisang mentah yang didapatkan telah dikenai perlakuan
pendahuluan degumming dan menghasilkan serat yang lebih lembut. Serat
kemudian dikenai proses penghalusan dan pemintalan menjadi benang (spinning).
Benang abaka kemudian ditenun bersama dengan benang kapas murni dalam
pembuatan kain Komposit. Kain Komposit dibuat dengan suatu perlakuan.
Perlakuannya yaitu dengan komposisi serat pelepah pisang sebesar 70 % dan
kapas 30 %. Penelitian ini juga dapat mengidentifikasi pengaruh perlakuan kain
berdasarkan komposisi serat yang menyusunnya. Hipotesis 0 terbukti benar jika
kain komposit memiliki sifat fisikokimia (yang dibuktikan dengan hasil uji

15
kekuatan tarik dan mulur kain, kekuatan sobek kain dan daya serap kain terhadap
air) sama atau lebih baik dari pada kain 100 % georgette Polyester.
Hasil pengujian kain Komposit (komposisi kapas 30% dan serat pelepah
pisang 70 %) yang dilakukan di Unit Pelaksana Teknis Unit Industri Tekstil Dinas
Perindustrian dan Energi Provinsi DKI Jakarta. Adapun sampel uji terdapat pada
Gambar 4 (a)

Gambar 3 Kain komposit


Berdasarkan hasil pengujian kekuatan tarik, Kain Komposit dapat
menanggung beban hingga kain putus berdasarkan arah lusi sebesar 277,31 N atau
sebesar 28,28 kg dan arah pakan sebesar 242,03 N atau sebesar 24,68 kg.
Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kain komposit memiliki
keunggulan dalam sifat fisik yang lebih kuat dibandingkan dengan kain georgette
yang terbuat dari 100% serat sintetik polyester dalam parameter uji kekuatan
(minimal 68,7 N atau 7 kg untuk kedua arah benang baik lusi maupun pakan
mengacu pada SNI 08 – 0108 – 2006).
Berdasarkan hasil pengujian kekuatan sobek, Kain komposit dapat
menanggung beban hingga 34,8 N atau sebesar 3,546 kg untuk menyobek kain
tersebut pada benang lusi dan dapat menanggung beban lebih dari 66,3 N atau
lebih dari 6,761 kg untuk benang pakan. Berdasarkan hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa baik kain komposit memiliki keunggulan dalam sifat fisik
yang lebih kuat dibandingkan dengan kain georgette yang terbuat dari 100% serat
sintetik polyester dalam parameter uji kekuatan sobek (minimal 4,9 N atau sebesar
0,5 kg untuk kedua arah benang baik lusi maupun pakan mengacu pada SNI 08 –
0108 – 2006).

BAB VI

16
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Hasil pengujian menunjukkan bahwa kain komposit memiliki kualitas yang
lebih baik dari kain georgette yang terbuat 100 % dari serat sintetik polyester
berdasarkan parameter SNI kuat Tarik dan kuat sobek. Hal tersebut menunjukkan
bahwa serat pisang yang dijadikan campuran pada kain komposit dapat
meningkatkan kualitas kain dan menggantikan serat sintetik polyester yang
sebelumnya digunakan sebagai campuran pada kain karena memiliki keunggulan
sifat fisik yang kuat. Kualitas fisik yang kuat dimiliki oleh Kain komposit dengan
komposisi serat pelepah lebih besar, namun memiliki sifat kimia pada parameter
daya serap kain terhadap air yang kurang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
semakin tinggi presentase serat pelepah dalam komposisi kain komposit maka
kualitas fisik kain semakin baik namun kualitas kimia (daya serap kain terhadap
air) menurun.

5.1 Saran
Pembuatan sampel kain diharapkan dapat terus dilakukan riset sehingga
mendapatkan hasil yang optimal sehingga dapat diperbanyak jumlah produksinya
sehingga dapat dilakukan pengujian secara utuh pada seluruh parameter SNI yang
mendukung terakreditasinya kain komposit sebagai bahan baku TPT yang
potensial untuk dikomersialisasikan.

17
DAFTAR PUSTAKA

Chang Y. 2004. Kimia Dasar. Jakarta: Erlangga.

Goltenboth, Friedhelm and Werner Muhlbauer. 2010. Abaca : Cultivation, Extraction and
Processing. New Delhi: John Wiley & Sons, Ltd1992.

Hilman I, dan NT Mathius. 2001. Budi Daya dan Prospek Pengembangan Abaka. Jakarta:
Penebar Swadaya.

Kai Ais. 2012. Talaud Bersiap Jadi Pemasok Serat Abaka Terbesar di Dunia. [Terhubung
berkala]http://sulutpromo.com/en/komoditi/talaud-bersiap-jadi-pemasok-serat-
abaka-terbesar-di-dunia-/ (24 Juni 2014)

Nurhayat, Wiji. 2014. RI Impor Rp 56 Triliun/Tahun untuk Bahan Baku


Pakaian.

[Terhubung berkala]. http://finance.detik.com/read/2014/02/13/141225 /2496024/


1036/ri-impor-rp-56-triliun-tahun-untuk-bahan-baku-pakaian (Diakses tanggal 10
Maret 2014)

[P CARRD] Philippine Council for Agriculture, Foresty and Natural Resources Research
and Development. 1997. The Philippines Recommends for Abaca. Los banos,
Laguna:

PCARRD.

[P CARRD] Philippine Council for Agriculture, Foresty and Natural Resources Research
and Development. 1998. The Philippines Recommends for Abaca. Los banos,
Laguna:

PCARRD.

Poespo G. 2005. Pemilihan Bahan Tekstil. Yogyakarta: Kanisius


Pudjaatmaka. 2002. Kamus Kimia. Jakarta: Balai Pustaka.

[SNI] BSN. SNI 0051:2008 mengenai Kain Tenun untuk Kemeja. [Terhubung berkala].
http://sisni.bsn.go.id/index.php?/sni_main/sni/detail_sni/29 Diakses pada tanggal 2
Juli 2014

18
7

19
20

Anda mungkin juga menyukai