Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Agama islam adalah agama yang mudah oleh karena itu tidak diragukan
lagi apabila perkembangan Islam begitu cepat tidak terbatas hanya di Asia saja
namun merata ke seluruh dunia. Di Asia dan Afrika, pertumbuhan dan
kamjuan Islam begitu mudah tetapi di Eropa pertumbuhan Islam begitu pelan
kaena tidak mudah berdakwah kepada kaum sekularisme.
Spanyol, pada zaman dahulu pernah dikuasai oleh umat Islam di masa
kejayaannya, tahun 93 – 989 H/ 713 1492 M. berarti lama sekali Islam masuk
di Spanyo. Sudah pasti segala kebudayaan Islam masih melekat erat bahkan
tidak dapat dihilangkan. Islam mengalami kemunduran, tetapi bukan berarti
setelah kemunduran itu islam lenyap sama sekali dari bumi spanyol.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka permasalahan yang akan dibahas
dalam makalah ini adalah:
1. Bagaimana proses masuknya Islam di Spanyol?
2. Apa dinasti-dinasti kecil Islam yang ada di Spanyol?
3. Bagaimana proses kemunduran dan terhapusnya Islam di Spanyol?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui proses masuknya Islam di Spanyol.
2. Untuk dinasti-dinasti kecil Islam yang pernah ada di Spanyol
3. Untuk mengetahui proses kemunduran dan terhapusnya Islam di Spanyo

1
BAB II
PEMBAHASAN

1. Masuknya Islam di Spanyol


Sebelum umat Islam menguasai Andalusia wilayah yang terletak
disekitar semenanjung Iberia dan membelah Benua Eropa dengan Afrika ini
dikenal dengan berbagai nama. Sebelum abad ke 5 M, wilayah ini disebut
dengan Iberia (atau Les Iberes), yang diambil dari nama Bangsa Iberia
(penduduk tertua diwilaya tersebut). Ketika berada dibawah kekuasan
Romawi, wilayah ini dikenal dengan nama Asbania. Pada abad ke 5 M,
Andalusia dikuasai olah Bangsa Vandal yang berasal dari wilayah ini sejak
itu wilayah ini disebut Vandalusia yang oleh umat Islam akhirnya disebut
“Andalusia“.
Spanyol diduduki Islam pada zaman khalifah al-Walid (705-715 M),
merupakan salah satu khalifah dari Bani Umayyah yang berpusat di
Damaskus, sebelum penaklukan Spanyol. Umat Islam telah menguasai Afrika
Utara dan menjadikannya sebagai salah satu propinsi dari dinasti Bani
Umayyah.
Dalam proses penaklukan Spanyol terdapat tiga pahlawan Islam
yang dapat dikaitkan paling berjasa memimpin satuan-satuan pasukan ke
sana. Mereka adalah Tharif ibn Malik, Thariq ibn Ziyad dan Musa ibn Nusair.
Tharif pada disebut sebagai perintis dan penyidik, ia berjalan menyebrangi
elat yang berada di antara Marokko dan benua Eropa itu dengan pasukan
perang 500 orang, mereka menaiki empat buah kapal yang disediakan oleh
Julian. Dalam penyerbuan itu Tharif tidak mendapat perlawanan yang berarti.
Didorong dengan keberhasilan Tharif dan kemelut yang terjadi dalam tubuh
kerajaan Visigothic yang berkuasa di Spanyol pada saat itu, serta dorongan
yang besar untuk memperoleh harta rampasan perang, Musa ibn Nusair pada

2
tahun 711 M mengirim pasukan ke Spanyol sebanyak 7.000 orang di bawah
pimpinan Thariq ibn Ziyad.
Thariq ibn Ziyad lebih banyak dikenal sebagai penaklukan Spanyol
karena pasukannya lebih besar dan hasilnya lebih nyata. Pasukannya terdiri
dari sebagian suku Barbar yang didukung oleh Musa ibn Nushair dan
sebagian lagi orang Arab yang dikirim Khalifah al-Walid. Pasukan itu
kemudian menyebrangi selat dibawah pimpinan Thariq ibn Ziyad, sebuah
gunung tempat pertama kali Thariq dan pasukannya mendapat dan
menyiapkan pasukannya, dikenal dengan nama Gilbartar (Jabal Thariq).
Dalam sebuah pertempuran di suatu tempat bernama Bakkah, Raja Roderick
dapat dikalahkan. Dari situ Thariq dan pasukannya terus menaklukkan kota-
kota penting, seperti Cadova, Granada dan Toledo.
Adapun kemenangan-kemenangan yang dicapai umat Islam nampak
begitu mudah, hal itu dapat dipisahkan dari adanya eksternal dan internal
yaitu:1
a. Faktor eksternal, adapun yang dimaksud dengan faktor eksternal ini
adalah suatu keadaan yang terdapat dalam negeri Andalusia itu sendiri.
Dimana saat itu kondisi sosial, politik dan ekonomi negeri ini dalam
keadaan menyedihkan. Secara politik wilayah Andalusia terkoyak-koyak
dan terbagi-bagi kedalam beberapa negeri kecil. Ditambah penguasa
yaitu aliran Gothic bersikaf tidak toleran terhadap aliran agama penguasa
yaitu aliran Monofisit, apalagi terhadap penganut agama lain. Sementara
penganut agama terbesar penduduk Andalusia adalah agama yahudi,
mereka dipaksa dibaptis menurut agama Kristen. Rakyat dibagi kepada
kelas-kelas sehingga keadaannya diliputi oleh kemelaratan,
ketertindasan, ketiadaan persamaan hak.

1
Anonim, Makalah Sejarah Peradaban Islam di Andalusia Spanyol, From
http://bacindul.blogspot.com/2012/09/makalah-sejarah-peradaban-islam-di.html, pada tanggal
01 April 2015, pukul 12.00 Wib

3
b. Faktor internal, adapun yang dimaksud dengan faktor internal adalah
suatu kondisi yang terdapat dalam tubuh penguasa Islam , termasuk
tokoh-tokoh pejuang dan para prajurit Islam yang terlibat dalam
penaklukkan wilayah Andalusia pada khususnya. Para pemimpin adalah
tokoh-tokoh yang kuat, tentaranya kompak, bersatu dan penuh percaya
diri. Yang tak kalah pentingnya adalah ajaran Islam yang ditinjukkan
para tentara Islam , yaitu toleransi, persaudaraan yang terdapat dalam
pribadi kaum muslimin itu menyebabkan Andalusia menyambut
kehadiran Islam disana.

2. Masa Keemasan Islam


Sejak pertama kali berkembangnya kekuasaan dan kepemimpinan
Islam di Spanyo, Islam berperan sangat besar dalam membangun citra budaya
dan peradaban di wilayah ini.
Setelah menjadi bagian dari wilayah Islam, Spanyol diperintah oleh
wali-wali gubernur yang diangkat langsung oleh pemerintah pusat oleh Bani
Umayyah I di Damaskus, sebagai bentuk pengakuan keberhasilan mereka.
Puncak kejayaan Islam di Spanyol terjadi pada periode ketiga (912-
1013 M). Khalifah-khalifah besar yang memerintah pada periode ini ada tiga
orang yaitu Abd ar-Rahman, an-Nasir (912-961), Hakam II (961-976 M) dan
Hisyam II (976-1009 M). pada periode ini, umat Islam Spanyol mencapai
puncak kemajuan dan kejayaan, menyaingi kejayaan daulat Abbasiyah di
Baghdad. Abd ar-Rahman an-Nasir mendirikan universitas Cadova,
perpustakaannya memiliki koleksi ratusan ribu buku.
Terdapat sejumlah faktor pendukung bagi terwujudnya kemajuan
tersebut. Faktor-faktor pendukung tersebut di antaranya adalah:
a. Ketika Islam datang ke Spanyol, komposisi masyarakat yang ada di negeri
itu cukup heterogen yang terdiri dari orang Arab, orang Arab Spanyol,
orang Afrika Utara dan orang Yahudi. Heterogenitas masyarakat tersebut
belakangan diketahui memberikan saham intelektual dalam kebudayaan

4
yang cukup hebat yang kemudian melahirkan kembali era kebangkitan
ilmu pengetahuan dan peradaban.
b. Heterogen komposisi masyarakat diikuti dengan heterogenitas gama.
Sementara Islam datang dengan semangat toleransi yang begitu tinggi.
Bahkan dengan semangat toleransi itu Islam telah mengakhiri kezaliman
keagamaan yang sudah berlangsung.
c. Adanya semangat kesatuan budaya Islam yang timbul pada pemikiran
para ulama dalam arti luas.
d. Persaingan antara Muluk at-Tawaif ternyata justru menyebabkan
perkembangan peradaban-peradaban kerja kecil di sekitar cardova. Semua
bersaing ingin menandingi Cardova dalam hal kemajuan ilmu
pengetahuan, sastra, seni dan kebudayaan.
e. Adanya dorongan dari para penguasa yang mempelopori kegiatan-
kegiatan ilmiyah, seperti Abdur Rahman I, Abdur Rahman II dan al-
Hakam.

3. Kontribusi Dunia Intelektual Muslim ke Barat


Spanyol adalah negeri yang subur. Kesuburan itu mendatangkan
penghasilan ekonomi yang tinggi dan banyak menghasilkan pemikir.
Masyarakat Spanyol Islam merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari
komunitas-komunitas Arab (Ytara dan Selatan).
Dalam masa lebih dari tujuh abad, kekuasaan Islam di Spanyol.
Umat Islam telah mencapai kejayaannya disana. Banyak prestasi yang mereka
peroleh, bahkan pengaruhnya membawa Eropa dan kemudian dunia kepada
kemajuan yang lebih kompleks.
Diantara kemajuan yang dicapai Islam Spanyl di bidang intelktual
adalah:
a. Filsafat
Minat terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan mulai dikembangkan pada
abad ke-9 selama pemerintahan penguasa Bani Umayyah yang ke-5,
yaitu Muhammad Ibn Abdl Al-Rahman (832-886 M).

5
Tokoh utama pertama dalam sejarah filsafat Arab-Andalusia adalah Abu
Bakr Muhammad Ibn Al-Sayigh yang lebih dikenal dengan Ibn Bajjah.
Tokoh utama kedua adalah Abu Bakr Ibn Thufail, ia banyak menulis
masalah kedokteran, astronomi dan filsafat. Karya filsafatnya yang
sangat terkenal adalah Hay Ibn Yaqzhan. Bagian akhir abad ke 12 M
menjadi saksi munculnya seorang pengikut Aristoteles yang dikenal
sebagai komentator pikiran-pikiran dialah Ibn Rusyd (Averroes) hidup
antara 1126-1198 M, karena itu pula ia dijuluki sebagai Aristoteles II,
pengaruhnya sangat menonjol atas pendukung filsafat skholastik Kristen
dan pikiran-pikiran Sarjana Eropah pada abad pertengahan.2

b. Sains
Ilmu-ilmu kedokteran, musik, astronomi, kimi dan lain-lain juga
berkembang dengan baik, Abbas ibn Farnas termasyhur dalam ilmu
kimia dan astronomi. Ibrahim ibn Yahya an-Naqash terkenal dalam ilmu
astronomi. Ia dapat menentukan waktu terjadinya gerhana matahari dan
menentukan berapa lamanya. Ia juga berhasil membuat teropong modern
yang bisa menentukan jarak antara tata surya dan bintang. Umm al-Hasan
binti Abi Ja’far dan saudara perempuan al-Hafidz adalah dua orang ahli
kedokteran dari kalangan wanita.

Para dokter yang terkenal antara lain:


 Thabib ibn Qurra’ (221-228 H/ 836-901 M) di anggap sebagai Bapak
Ilmu Kimia.
 Ar-Razi atau Razes (251-3131 H/ 809-873 M) karangannya terkenal
dalam bidang penyakit campak dan cacar yang di terjemahkan dalam
bahasa latin.
 Ibnu Shina (370-428 H/ 980-1037 M) orang Eropa menyebutnya
Avicena. Disamping seorang filosof, ia juga seorang dokter dan ahli
musik. Karangannya yang terkenal adalah Shaf (terdiri dari 18 jilid),
2
Anonim, loc.cit.

6
Najat, Sadidiya (terdiri dari 5 jilid), Danes Nameh, al-Qanun fi at-
Thib (buku tentang kedokteran yang diterjemahkan ke dalam bahasa
latin).

Dalam bidang sejarah geografi, wilayah Islam bagian barat melahirkan


banyak pemikir terkenal. Ibnu Jubar dari Valensia (1145-1228 M)
menulis tentang negro-negeri muslim Mediterania dan Seolia dan Ibnu
Batuthah dari Faiger (1304-1377 M) mencapai Samuda Pasai dan Cina.
Ibnu al-Khatib (1317-1374 M) menyusun riwayat Granada. Sedangkan
Ibnu Khaldun dari Tunis adalah perumus filsafat Sejarah.

c. Fiqih
Dalam bidang fikih, Andalusia islam dikenal sebagai penganut mahzab
Maliki. Yang memperkenalkan mahzab ini adalah Ziad Ibn Abd Al-
Rahman. Perkembangan selanjutnya ditentukan oleh Ibn Yahya yang
menjadi qadhi pada masa Hisyam Ibn abd. Al-Rahman. Ahli-ahli
fikihnya lainnya diantaranya adalah Abu Bakar Ibn Al-Quthiyah, Munzir
Ibn Sa’id Al-Baluti, dan Ibn Hazm yang terkenal.3

d. Musik dan Kesenian


Tokohnya Al-Hasan Ibn Nafi yang dijuluki Zaryab, Zaryab yang selalu
tampil mempertunjukkan kebolehannya yang terkenal sebagai penggubah
lagu.4

e. Bahasa dan Sastra


Bahasa arab telah menjadi bahasa administrasi dalam pemerintah Islam
di Spanyol. Hal itu dapat diterima oleh orang-orang Islam dan non
muslim, bahkan penduduk asli Spanyol menomorduakan bahasa asli

3
Anonim. Loc.cit
4
Anonim, ibit

7
mereka. Juga banyak yang ahli dan mahir dalam bahasa Arab. Baik
keterampilan berbicara maupun tata bahasa.

Seiring dengan kemajuan bahasa itu, karya-karya sastra banyak


bermunculan, seperti Al-Iqad Al-Farid karya Ibn Abd Rabbih , Al-
Dzakhirah fi Mahasin Ahl Al-Jazirah oleh ibn Bassam, Kitab Al-Qalaid
buah karya Al-Fath Ibn Khaqan dan banyak lagi yang lain.5

f. Kemegahan Pembangunan Fisik


Karya-karya sastra banyak bermunculan, seperti Al-Iqad Al-Farid karya
Ibn Abd Rabbih , Al-Dzakhirah fi Mahasin Ahl Al-Jazirah oleh ibn
Bassam, Kitab Al-Qalaid buah karya Al-Fath Ibn Khaqan dan banyak
lagi yang lain.6

4. Perkembangan Islam di Andalusia


Sejak pertama kali menginjakkan kaki di tanah Spanyol hingga
jatuhnya kerajaan Islam disana, Islam memainkan peranan yang sangat besar,
masa itu berlangsung lebih dari tujuh setengah abad. Masa panjang yang
dilalui umat Islam di Andalusia itu dapat di bagi menjadi enam periode
menurut Badry Yatim, yaitu :7
1. Periode Pertama (711–755 M)
Pada pemerintahan ini, Andalusia berada dibawah pemerintahan para
wali yang diangkat oleh Khalifah Bani Ummayah yang berpusat di
Damaskus. Pada periode ini stabilitas politik negeri Andalusia belum
tercapai secara sempurna, gangguan-gangguan masih terjadi, baik datang
dari dalam maupun dari luar. Gangguan yang datang dari dalam antara
lain berupa perselisihan diantara elite penguasa, terutama akibat
perbedaan etnis dan golongan. Disamping itu, terdapat perbedaan
pandangan antara khalifah di Damaskus dan Gubernur Afrika Utara yang
5
Anonim, ibit
6
Anonim, ibit
7
Anonim, loc.cit

8
berpusat di Kairawan. Masing-masing mengaku bahwa merekalah yang
paling berhak menguasai daerah Andalusia. Karena itu terjadi dua puluh
kali pergantian wali ( Gubernur )Andalusia dalam waktu yang amat
singkat. Sementara gangguan yang datang dari luar yaitu sisa-sisa musuh
Islam di Andalusia yang yang bertempat tinggal dipegunungan yang
tidak pernah tunduk kepada pemerintahan Islam gerakan ini terus
memperkuat diri. Setelah berjuang lebih dari 500 tahun, akhirnya mereka
mampu mengusir Islam di bumi Andalusia, maka dalam periode Islam
belum memasuki kegiatan pembangunan dibidang peradaban dan
kebudayaan. Periode ini berakhir dengan datangnya Abdl Rahman Al –
Dakhil ke Andalusia (138 H atau 755).

2. Periode Kedua (755–912 M).


Periode ini, Andalusia diperintah oleh seorang Amir ( panglima atau
Gubernur ) tetapi tidak tunduk pada pusat pemerintahan Islam, yang
ketika itu dipegang oleh Khalifah Abbasiyah di Baghdad. Amir pertama
adalah Abdur Rahman I diberi gelar Al – Dakhil ( yang termasuk ke
Andalusia ). Dia adalah keturunan Bani Ummayah. Penguasa – penguasa
Andalusia pada periode ini adalah Abdl Al – Rahman Al – Aushat,
Muhammad Ibn Abd Al – Rahman, Munzir Ibn Muhammad dan
Abdullah Ibn Muhammad. Pada periode ini Andalusia sudah mulai maju
baik dalam bidang politik maupun dalam bidang peradaban, dengan
mendirikan mesjid dan sekolah-sekolah, Hisyam dikenal berjasa
menegakkan hukum Islam dan Hakam dikenal sebagai pembaharu dalam
bidang kemiliteran. Sedangkan Abdl Rahman Al –Aushat dikenal sebagai
penguasa yang cinta ilmu.

3. Periode Ketiga (912–1013 M)


Periode ini berlangsung mulai dari pemerintahan Abdl Rahman III yang
bergelar “ An – Nasir “ sampai munculnya “ raja-raja kelompok “ yang
dikenal sebagai Muluk Al –Thawaif. Pada periode ini Andalusia

9
diperintah oleh penguasa dengan gelar Khalifah, penggunaan gelar
khalifah ini beradasarkan atas berita bahwa khalifah Al – Muqtadir daulat
Bani Abbas di Baghdad meninggal dunia. Menurutnya keadaan ini saat
yang paling tepat untuk memakai gelar khalifah yang telah selama 150
tahun lebih dan dipakai lagi mulai tahun 929 M. khalifah – khalifah besar
yang memerintah pada periode ini ada tiga orang yaitu : Abdl Al –
Rahman Al – Nasir ( 912 – 916 M ), Hakam II ( 961 – 976 M ), dan
Hisyam II ( 976 – 1009 M ).

Pada periode ini umat Islam mencapai puncak kemajuan dan kejayaan
menyaingi kejayaan daulat di Baghdad. Abdl Al – Rahman Al – Nasir
mendirikan Universitas Cordova. Perpustakaannya memiliki koleksi
ratusan ribu buku. Hakam II juga seorang kolektor buku dan pendiri
pustaka. Selanjutnya Hisyam naik tahta dalam umur sebelas tahun yang
nerupakan awal cikal bakal hancurnya khalifah Bani Ummyah di
Andalusia . Dan hancur pada tahun 1009 M . akhirnya pada tahun 1013
M, Dewan Menteri yang memerintah Cordova menghapuskan jabatan
khalifah, saat ini spanyol sudah terbagi kepada banyak sekali negara
kecil.

4. Periode Keempat ( 1013 – 1086 M ).


Periode ini, Andalusia terpecah menjadi lebih dari tiga puluh negara kecil
di bawah pemerintahan raja-raja golongan atau Al-Maluku-Thawaif,
yang berpusat di suatu kota seperti Seville, Cordova, Toledo dan
sebagainya.

Yang terbesar adalah Abbadiyah di Sevile. Pada periode ini umat islam
kembali memasuki masa pertikaian intern. Ironisnya, kalau terjadi perang
saudara, ada diantara pihak-pihak yang bertikai itu yang meminta
bantuan kepada raja-raja Kristen. Melihat kelemahan dan kekacauan
yang menimpa keadaan politik Islam itu, untuk pertama kalinya orang-

10
orang Kristen pada periode itu mulai mengambil inisiatif melakukan
penyerangan. Meskipun kehidupan politik tidak stabil, namun kehidupan
intelektual terus berkembang pada period ini.

5. Periode Kelima
Pada periode ini Andalusia Islam meskipun masih terpecah dalam
beberapa negara, tetapi terdapat satu kekuatan yang dominan, yaitu
kekuasaan dinasti Murabhitun (1086-1235 M).

6. Periode Keenam (1248-1492/ 1609 M)


Periode ini Islam hanya berkuasa di Granada di bawah pimpinan Bani
Ahmar. Pada pemerintahannya peradaban Islam mengalami kemajuan
kembali. Namun pemerintahannya secara politik hanya menguasai
wilayah yang kecil. Kekuatan ini pun berakhir karena adanya
perselisihan orang istana dalam merebut kekuasaan.

5. Dinasti-dinasti Islam di Spanyol


1. Muluk al-Thawaif
Setelah kekuasaan bani Umayyah di Spanyol berakhir pada tahun 1031,
Andalusia terpecah menjadi negara-negara kecil di bawah pemerintahan
Muluk al-Thawaif, yang berpusat di kota-kota seperti Sevilla, Kordoba,
dan Toledo.

Dinasti-dinasti tersebut ada yang murni berasal dari suku bangsa Arab,
seperti, Bani Abbad di Sevilla dan Bani Hud di Zaragoza. Dari suku
Berber berkuasa kabilah Hawwarah, yakni Bani Zun-Nun di Toledo dan
Bani Hammud di Cordoba dan Malaga; dari kabilah Sanhaja berkuasa
Bani Ziri di Granada. Dari Muluk al-Thawaif ini, ada pula yang berasal
dari golongan Mawali, yakni golongan non-Arab yang menjadi tentara
bayaran. Pada umumnya, mereka adalah muslim Spanyol yang
dipercayakan oleh para sultan di Andalusia, misalnya pemimpin Bani

11
Sumadih yang berasal dari pengikut Bani ‘Amir. Sejumlah buku sejarah
menyatakan bahwa jumlah dinasti yang muncul setelah Dinasti Umayyah
runtuh ada dua puluh, ada pula yang mengatakan lebih dari tiga puluh.

Ciri umum dari pemerintahan Muluk al-Thawaif adalah dinasti yang kuat
selalu menyerang tetangganya yang lemah. Beberapa khalifah bahkan
melakukan pengkhianatan dengan meminta bantuan kepada orang
Kristen untuk melawan tetangganya yang muslim. Di penghujung abad
ke-11, terjadi banyak penyerangan terhadap wilayah kekuasaan muslim
di Andalusia. Kelompok keagamaan pun bereaksi melawan kehidupan
yang hedonisme dan tidak bertanggung jawab dari penguasa wilayah.
Pada akhirnya, kekuasaan Muluk al-Thawaif ini terpaksa menerima
kedatangan golongan al-Murabitun dari Afrika Utara yang mengadakan
pemurnian terhadap ajaran agama dan meluruskan moralitas yang
berkembang di Andalusia.

Setelah masa Muluk al-Thawaif berakhir, Andalusia berturut-turut jatuh


ke tangan tiga dinasti Islam, yaitu Murabitun, Muwahhidun, dan Bani
Ahmar. Namun pada masa mereka, satu per satu wilayah Islam mulai
jatuh ke pihak Kristen. Bahkan pada masa bani Ahmar, seluruh
Andalusia lepas dari kekuasaan Islam, kecuali Granada, yang akhirnya
juga jatuh ke tangan Kristen. Pada masa ini umat Islam kembali
mengalami pertikaian internal, sementara raja-raja Kristen mulai
menyusun kekuatan kembali.

Di penghujung abad ke-15, pasukan Kristen berhasil mengalahkan Bani


Ahmar, menguasai seluruh Andalusia kembali, dan segera melaksanakan
gerakan kristenisasi disana. Setelah itu umat Islam di hadapkan pada dua
pilihan, yaitu masuk Kristen atau hengkang dari Andalusia. Pada tahun
1609 bisa dikatakan tak ada lagi umat Islam di wilayah itu.

12
2. Dinasti al-Murabitun (448 H/1056 M – 541 H/1147 M)
Dinasti Murabitun didirikan oleh propagandis pemurnian ajaran
keagamaan yang dipimpin oleh Yahya bin Ibrahim al-Jaddal, Abdullah
bin Yasin, dan Yahya bin Ibrahim. Kelompok Murabitun berasal dari
kabilah Lemtuna, disebut juga Berber, di gurun pasir Maghribi (Maroko
sekarang). Mereka dinamakan al-Murabit dengan bentuk jamak al-
Murabitun (orang-orang yang tinggal di Ribat) karena mereka berguru
kepada Abdullah bin Yasin, seorang pemimpin Ribat (tempat yang dibuat
khusus untuk menuntut ilmu dan beribadah). Mereka dinamakan pula al-
Mulassimun karena mereka selalu menutup wajah untuk melindungi diri
dari terik panas matahari di gurun pasir Maghribi.

Sejarah dinasti Murabitun di kawasan Maghribi dimulai dengan upaya


memancarkan ideologi Islam yang berlandaskan pada penonjolan peran
Ribat atau masjid. Dinasti Murabitun bangkit pada saat Dinasti
Abbasiyah yang berpusat di Baghdad melemah dan mengalami
disintegrasi. Pada saat yang sama, Dinasti Fatimiyah di Mesir juga
berada pada masa akhir pemerintahannya. Kesempatan melemahnya
politik Islam di kawasan Timur Tengah ini dimanfaatkan oleh kaum
Nasrani Eropa untuk menggencarkan Perang Salib guna merebut kota-
kota suci di Palestina dan wilayah lainnya. Pada saat ini pula, kaum
Nasrani Andalusia menyerang sultan-sultan ath-Tawaif sehingga hampir-
hampir kekuasaan Islam di Semenanjung Iberia ini runtuh dari tangan
kaum muslim. Pada saat yang genting inilah Dinasti Murabitun berhasil
menyelamatkan wilayah Andalusia dari kehancuran.

Penguasa pertama dinasti Murabitun adalah Abu Bakar bin Umar (448
H/ 1056 M). Namun, tidak lama kemudian kepemimpinan wilayah
Maghribi diserahkan kepada Yusuf bin Tashfin (453 H/1061 M – 500
H/1107 M). Pada masa pemerintahan Ibnu Tashfin (Amir al-Muslimin)
inilah Murabitun mencapai kejayaan. Pada masa ini, telah terjadi
peperangan yang hebat melawan orang Kristen Spanyol di bawah

13
pimpinan Alfonso VI. Pertempuran yang berlangsung di Zalakka tersebut
dimenangkan oleh pasukan Ibnu Tashfin. Peperangan ini merupakan
salah satu kejadian yang sangat menentukan dalam sejarah karena dapat
menjamin keberadaan dan kejayaan Islam di Spanyol selama empat abad
kemudian. Pasukan Murabitun menjadi lebih menguasai medan
pertempuran di Andalusia sehingga mereka dapat menumbangkan
musuhnya satu per satu, dan akhirnya mendirikan dinasti yang kuat di
Andalusia. Wilayah pertama yang dikuasai adalah Granada, kemudian
Murcia, Sevilla, lalu Badajoz, Valencia, dan Saragossa. Akhirnya,
seluruh wilayah Andalusia jatuh ke tangan Murabitun, dan habislah
kekuasaan Muluk al-Thawaif disana, kecuali wilayah Toledo karena para
penguasanya meminta perlindungan kepada orang Eropa. Pada 500 H/
1107 M Yusuf bin Tashfin wafat.

Sekitar tiga tahun setelah wafatnya Yusuf bin Tashfin, yakni pada masa
pemerintahan ‘Ali bin Yusuf bin Tashfin (500 H/ 1107 M – 537 H/ 1143
M), terjadi perang saudara antara penduduk kota Cordoba dan tentara
Murabitun. Selain itu, pada masa ‘Ali, wilayah Andalusia diserang oleh
kelompok yang kemudian dikenal sebagai golongan al-Muwahhidun di
bawah pimpinan Abdul Mu’min bin ‘Ali. Ketika ‘Ali terbunuh,
kekuasaan beralih kepada putranya yang bernama Tashfin bin ‘Ali (537
H/ 1143 M – 540 H/ 1146 M). Adik Tashfin yang bernama Ibrahim bin
Ali (1140 M/540 H) berkuasa di wilayah al-Marakisy (Morocco). Tashfin
berhasil menyerang dan menguasai kota Tilmisan. Dua tahun kemudian,
Tashfin wafat karena serangan pasukan Muwahhidun. Penguasa dinasti
Murabitun selanjutnya adalah Ishak bin Ali bin Yusuf. Ia dikepung di al-
Marakisy pada 540 H/ 1146 M. Akhirnya pasukan Muwahhidun berhasil
menyerbu benteng Murabitun yang kemudian jatuh pada 541 H/ 1147 M.

14
Berikut para penguasa dinasti Murabitun di Spanyol:
a. Yusuf bin Tashfin (1090 – 1106)
b. ‘Ali bin Yusuf bin Tashfin (1106 – 1143)
c. Tashfin bin ‘Ali (1143 – 1146)
d. Ibrahim bin Tashfin bin ‘Ali (1146)
e. Ishhaq bin ‘Ali (1146 – 1147)

3. Dinasti al-Muwahhidun (Almohad, 515 H/ 1121 M – 667 H/ 1269 M)


Dinasti al-Muwahhidun didirikan oleh Muh}ammad bin Tumart al-
Mahdi (515 H/1121 M – 524 H/1130 M) dari Kabilah Masmudah,
kabilah terbesar dan terkuat yang tersebar di sebagian wilayah Maghribi.
Muhhammad bin Tumart menyebut kelompoknya sebagai al-
Muwahhidun yang artinya “orang yang memahami keesaan Tuhan
dengan benar”. Dinasti Muwahhidun muncul dengan membawa
semangat politik baru di wilayah Maghribi dan Andalusia, yang ditandai
dengan tidak tunduknya dinasti ini kepada khalifah Abbasiyah di
Baghdad.

Berawal dari propaganda pemikiran Ibnu Tumart yang bertentangan


dengan pemikiran Murabitun, Ibnu Tumart diusir keluar dari kota al-
Marakisy oleh penguasa. Usaha-usaha Ibnu Tumart untuk
mengembangkan ajaran akidah di negeri asalnya tidak dapat diterima,
bahkan ditentang oleh ulama-ulama bermadhhab Maliki. Ia melarikan
diri dan kemudian menetap di Tinmul. Pengusiran tersebut telah
mendorongnya untuk berbuat lebih tegas terhadap Dinasti Murabitun.

Di kota Tinmul, ia mendirikan ribat dan melakukan penyebaran ajaran


tauhid yang diyakininya. Tidak lama kemudian, ia menjadi terkenal dan
bertambah besar pengaruhnya. Ia memperoleh kepercayaan dari para
pengikutnya dan segera mengangkatnya sebagai pemimpin. Ia kemudian
menyusun organisasi pemerintahannya menjadi (1) dewan sepuluh/
menteri, (2) dewan lima puluh/ senat, (3) dewan tujuh puluh/ dewan

15
rakyat, (4) at}-T}alabah/ ulama, dan (5) al-Huffaz} (pelajar dan
mahasiswa). Pada 524 H/1130 M Ibnu Tumart meninggal karena sakit
parah.

Kekuasaan dinasti Muwahhidun kemudian secara berturut-turut dipegang


oleh Abdul Mu’min bin ‘Ali (1130-1163), Abu Ya’qub bin Yusuf (1163-
1184), Abu Yusuf Ya’qub al-Manshur (1184-1199), Muhhammad an-
Nashir (1199-1214), Abu Ya’qub Yusuf al-Muntashir, Abu Muhhammad
Wahhid al-Makhlu, Abu Abdullah Muhhammad al-‘Adil, Abu Ula Idris
al-Ma’mun, Abu Muhhammad Abdul Wahhid ar-Rashid, Abu Hhasan
Ali as-Sa’id, Abu Hafs Umar al-Murtada, dan Abu Ula Idris al-Wasiq.
Sepeninggal penguasanya yang keempat, Muh}ammad an-Nasir,
pemerintahan Muwahhidun selalu diguncang oleh kerusuhan dan huru-
hara. Hingga kemudian pada masa pemerintahan Abu Muhhammad
Abdul Wahid ar-Rashid, muncul kabilah Bani Marrin yang menentang
ar-Rashid. Bani Marrin mampu bertahan dan terus melawan
Muwahhidun hingga akhirnya pada 667 H/ 1269 M kekuasaan dinasti
Muwahhidun di Maghribi berhasil diambil alih oleh Bani Marrin, sebuah
sempalan dari suku Zanatah.

4. Dinasti Al-Ahmar/ Nashriyah (627 H/1230 M – 897 H/1492 M)


Setelah golongan Muwahhidun meninggalkan Spanyol, sebagian besar
kota muslim jatuh dengan cepat ke tangan Kristen. Akan tetapi, salah
seorang pemimpin muslim dari keturunan Arab yang bernama Sultan
Muhhammad ibn Yusuf ibn Nashr yang lebih dikenal dengan nama Al-
Ahmar (1232 – 1273). Ia menyandang gelar al-Ghalib (sang pemenang)
dan memilih Granada sebagai pusat pemerintahannya.

Ia berhasil mengendalikan wilayah-wilayah pegunungan di Propinsi


Granada. Di sana ia kemudian mendirikan sebuah benteng yang diberi
nama Alhambra. Sultan-sultan bani Ahmar (bani Nasr) terus melakukan

16
upaya untuk merebut kembali wilayah-wilayah Islam, dan dapat
mengimbangi ambisi orang Kristen di Andalusia. Keberadaan dinasti
Ahmar ini berhasil membawa Islam lebih lama bercokol di Spanyol
(hanya berkuasa di daerah Granada), yakni selama dua setengah abad.

Lambat laun kekuatan Islam di Granada melemah. Para sultan terakhir


Nas}riyah terlibat dalam sejumlah pertikaian internal yang membuat
posisi mereka semakin rawan. Dari 21 orang sultan yang memerintah dari
1232 sampai 1492 M, enam di antaranya memerintah dua kali, dan satu
sultan lain, Muh}ammad VIII atau al-Mutamassik, memerintah sebanyak
tiga kali (1417-1427, 1429-1432, 1432-1444). Kehancuran akhir
dipercepat oleh kecerobohan sultan ke-19, ‘Ali abu al-Hhasan (1461–
1482, 1483-1485), yang bukan hanya menolak membayar upeti yang
sudah lazim, tetapi juga menyulut permusuhan dengan menyerang
wilayah Castile.

Kekuatan Islam di Granada melemah oleh karena beberapa faktor, yaitu:


1. Dua kerajaan Kristen Spanyol berhasil menyatukan Ferdinand II dari
Aragon dengan Isabella dari Castilla pada 1469,
2. Penolakan orang Islam untuk membayar pajak yang ditetapkan oleh
kerajaan Kristen,
3. Terjadinya perebutan kekuasaan antar para pengganti Amir.
Akhirnya, pada 2 Januari 897 H/1492 M Granada jatuh ke tangan
orang Kristen. Sultan bani Ahma>r terakhir, Muh}ammad XI,
kemudian melarikan diri ke Maroko. Berikut silsilah raja-raja
Nashriyah terakhir:
a. Sa’d al-Musta’in (1445-1446, 1453-1461)
b. ‘Ali abu al-Hhasan (1461-1482, 1483-1485)
c. Muhhammad XII al-Zaghall (1485-1486)
d. Muhhammad XI Abu ‘Abdullah (1482-1483, 1486-1492)

17
6. Kemunduran dan Terhapusnya Islam
Setelah meninggalnya Hakam II yang bergelar al-Mustansir, keadaan
jadi berubah. Situasi sosial politik mengalami labilitas yang ditandai dengan
munculnya Muluk ath-Thawaif yang berpusat di kota-kota tertentu. Paran raja
kecil ini saling berebut kekuasaan. Terkadang mereka memanfaatkan
kekuatan dari pihak luar Islam untuk menghancurkan lanwannya yang
beragama Islam juga. Pertentangan ini berlanjut sampai kedatangan penguasa
Kristen Ferdinand dan Isabela yang menghancurkan kekuatan Islam dan
menghalau umat Islam dari Spanyo.
Barbar dipimpin oleh Yusuf ibn Tasyfin mendirikan daulat
Murabithun. Kemudian datang ke Andalus untuk menolong umt Islam
Andalus dan mengusir umat Kristen yang menyerang Sevilla pada tahun
1086M.
Yusuf melangkah lebih jauh untuk menguasai Spanyol dan ia
berhasil. Akan tetapi penguasa-penguasa sesudah Yusuf adalah raja-raja yang
lemah. Kemudian pada tahun 1143 M. Dinasti ini berakhir dan digantikan
oleh dinasti Muwahhidin. Dinasti Muwahhidin berhasil menguasai kota-kota
besar di Spanyol dan mengalami banyak kemajuan.
Pada tahun 1248-1492 M Spanyol diperintah oleh Bani Ahmar yang
hanya menguasau wilayah Granada. Umat Kristen hampir menguasai seluruh
Spanyol. Ini adalah saat-saat terakhir Islam berkuasa di Spanyol. Kekuasaan
Islam yang hanya tinggal pertahanan terakhir ini berakhir karena perselisihan
orang-orang istana dalam memperebutkan kekuasaan, akhirnya pada tahun
1492 M Islam dikalahkan oleh Kristen, yaitu Ferdinand.

18
Faktor-faktor yang menjadi penyebab runtuhnya agama Islam di
Andalusia diantaranya adalah:8
1. Konflik Islam dengan Kristen
Kehadiran Arab islam telah memperkuat rasa kebangasaan orang-orang
Spanyol Kristen. Hal ini menyebabkan kehidupan Islam diSpanyol tidak
lepas dari pertentangan antara Islam dengan Kristen.

2. Tidak adanya Ideologi pemersatu


Kalau ditempat-tempat lain para muallaf diperlakukan seperti orang Islam
yang sederajat, sebagaimana politik yang dijalankan Bani Umayyah di
Damaskus, orang-orang Arab tidak menerima orang-orang pribumi.

3. Kesulitan Ekonomi
Para penguasa hanya membangun kota dan mengembangkan ilmu
pengetahuan daengan saangat serius sehingga lalai membina
perekonomian. Akibatnya timbul kesulitan ekonomi yang amat
memberatkan dan mempengaruhi kondisi politik dan militer.

4. Keterpencilan
Islam bagaikan dunia Islam yang lain. Berjuang sendirian tanpa
mendapatkan bantuan dan tidak adanaya kekuasaan yang mamapu
mendukung kebangkitan umat Kristen disana.

8
Cici Ermaneli, Kemunduran dan Terhapusnya Islam di Andalusia, From:
http://maryamannasyath.blogspot.com/2013/10/kemunduran-dan-terhapusnya-islam-di.html,
01 April 2015, pukul 13.00 Wib

19
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kedatangan Islam di Spanyol dapat memberikan kontribusi yang tidak
ternilai baik kepada dunia Islam terlebih kepada dunia Barat. Dalam hal ilmu
pengetahuan, dapat memberikan kontribusi. Hal tersebut dapat terlaksana
karena sikap ilmiah konstruktif yang secara umum menyertai keilmuan dalam
melakukan kajian-kajian ilmiahnya, sikap toleransi yang proporsial dalam
komposisi masyarakat yang tingkat heterogenitasnya cukup tinggi, ternyata
telah menghasilkan efek yang luar biasa dalam membangun nilai yang
pluralistik.
Kemajuan yang dibawa dan diperkenalkann Islam dengan dunia Barat
ditandai dengan menculnya tokoh-tokoh ilmuwan dan filosof dari negeri
tersebut. Spanyol pula lah yang menjadi gerbang utama masuknya Islam ke
Barat dan kemudian membangkitkan Barat dari dunia kegelapan dan
memperkenalkan pada kemajuan.

20
DAFTAR PUSTAKA

Syukur NC, Fatah. 2009. Sejarah Peradaban Islam. Semarang: PT. Pustaka Rizki
Putra.

Anonym. 2012. Makalah Sejarah Peradaban Isalam di Andalusia Spanyol. From


http://bacindul.blogspot.com/2012/09/makalah-sejarah-peradaban-islam-di.html.
01 April 2015.

Ummu Abdullah. 2013. Dinasti-dinasti Islam Di Spanyol. From


http://bacindul.blogspot.com/2012/09/makalah-sejarah-peradaban-islam-di.html.
01 April 2015.

Cici Ermaneli. 2007. Kemunduran dan Terhapusnya Islam di Andalusia. From:


http://maryamannasyath.blogspot.com/2013/10/kemunduran-dan-terhapusnya-
islam-di.html. 01 April 2015

21

Anda mungkin juga menyukai