Anda di halaman 1dari 12

Perkembangan Pendidikan Pada Masa Orde Lama

(1950-1966)
Masa revolusi pendidikan nasional mulai meletakkan dasar-dasarnya. Pada masa
revolusi sangat terasa serba terbatas, tetapi bangsa kita dapat melaksanakan pendidikan
nasional sebagaimana yang diamanatkan dalam UUD 1945. Kita dapat merumuskan Undang
Undang Pendidikan No. 4/1950 junto no. 12/ 1954. Kita dapat membangun sistem pendidikan
yang tidak kalah mutunya. Para pengajar, pelajar melaksanakan tugasnya dengan sebaik-
baiknya walaupun serba terbatas. Dengan segala keterbatasan itu memupuk pemimpin-
pemimpin nasional yang dapat mengatasi masa pancaroba seperti rongrongan terhadap Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Sayang sekali pada akhir era ini pendidikan kemudian dimasuki
oleh politik praktis atau mulai dijadikan kendaraan politik. Pada masa itu dimulai pendidikan
indoktrinasi yaitu menjadikan pendidikan sebagai alat untuk mempertahankan kekuasaan Orde
Lama. Pada Orde Lama sudah mulai diadakan ujian-ujian negara yang terpusat dengan sistem
kolonial yang serba ketat tetapi tetap jujur dan mempertahankan kualitas.

Hal ini didukung karena jumlah sekolah belum begitu banyak dan guru-guru yang
ditempa pada zaman kolonial. Pada zaman itu siswa dan guru dituntut disiplin tinggi. Guru
belum berorientasi kepada yang material tetapi kepada yang ideal. Citra guru sebagai pahlawan
tanpa tanda jasa yang diciptakaan era Orde Baru sebenarnya telah dikembangkan pada Orde
Lama. Kebijakan yang diambil pada Orde Lama dalam bidang pendidikan tinggi yaitu mendirikan
universitas di setiap provinsi. Kebijakan ini bertujuan untuk lebih memberikan kesempatan
memperoleh pendidikan tinggi. Pada waktu itu pendidikan tinggi yang bermutu terdapat di
Pulau Jawa seperti UI, IPB, ITB, Gajah Mada, dan UNAIR, sedangkan di provinsi-provinsi karena
kurangnya persiapan dosen dan keterbatasaan sarana dan prasarana mengakibatkan
kemerosotan mutu pendidikan tinggi mulai terjadi.[1]

Secara umum pendidikan orde lama sebagai wujud interpretasi pasca kemerdekaan di
bawah kendali kekuasaan Soekarno cukup memberikan ruang bebas terhadap pendidikan.
Pemerintahan yang berasaskan sosialisme menjadi rujukan dasar bagaimana pendidikan akan
dibentuk dan dijalankan demi pembangunan dan kemajuan bangsa Indonesia di masa
mendatang. Pada prinsipnya konsep sosialisme dalam pendidikan memberikan dasar bahwa
pendidikan merupakan hak semua kelompok masyarakat tanpa memandang kelas sosial.[2]
Pada masa ini Indonesia mampu mengekspor guru ke negara tetangga, dan banyak generasi
muda yang disekolahkan di luar negeri dengan tujuan agar mereka kelak dapat kembali ke
tanah air untuk mengaplikasikan ilmu yang telah mereka dapat. Tidak ada halangan ekonomis
yang merintangi seseorang untuk belajar di sekolah, karena diskriminasi dianggap sebagai
tindakan kolonialisme. Pada saat inilah merupakan suatu era di mana setiap orang merasa
bahwa dirinya sejajar dengan yang lain, serta setiap orang memiliki hak untuk mendapatkan
pendidikan.

ILMU PENDIDIKAN/PTSP/FT/UNY 1
Orde lama berusaha membangun masyarakat sipil yang kuat, yang berdiri di atas
demokrasi, kesamaan hak dan kewajiban antara sesama warga negara, termasuk dalam bidang
pendidikan. Sesungguhnya, inilah amanat UUD 1945 yang menyebutkan salah satu cita-cita
pembangunan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Banyak pemikir-pemikir yang
lahir pada masa itu, sebab ruang kebebasan betul-betul dibuka dan tidak ada yang mendikte
peserta didik. Tidak ada nuansa kepentingan politik sektoral tertentu untuk menjadikan
pendidikan sebagai alat negara maupun kaum dominan pemerintah. Seokarno pernah berkata:

“….sungguh alangkah hebatnya kalau tiap-tiap guru di perguruan taman siswa itu satu persatu
adalah Rasul Kebangunan! Hanya guru yang dadanya penuh dengan jiwa kebangunan dapat
‘menurunkan’ kebangunan ke dalam jiwa sang anak,”[3]

Dari perkataan Soekarno itu sangatlah jelas bahwa pemerintahan orde lama menaruh
perhatian serius yang sangat tinggi untuk memajukan bangsanya melalui pendidikan.

Di bawah menteri pendidikan Ki Hadjar Dewantara dikembangkan pendidikan dengan


sistem “among” berdasarkan asas-asas kemerdekaan, kodrat alam, kebudayaan, kebangsaan,
dan kemanuasiaan yang dikenal sebagai “Panca Dharma Taman Siswa” dan semboyan “ing
ngarso sung tulodho, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani” pada 1950 diundangkan
pertama kali peraturan pendidikan nasional yaitu UU No. 4/1950 yang kemudian
disempurnakan (jo) menjadi UU No. 12/1954 tentang dasar-dasar pendidikan dan pengajaran di
sekolah. Pada 1961 diundangkan UU No. 22/1961 tentang Pendidikan Tinggi, dilanjutkan
dengan UU No.14/1965 tentang Majelis Pendidikan Nasional, dan UU No. 19/1965 tentang
Pokok-Pokok Sitem Pendidikan Nasional Pancasila. Pada masa akhir pendidikan Presiden
Soekarno, 90 % bangsa Indonesia berpendidikan SD.[4]

Jika kita berbicara tentang kurikulum, maka sudah sepatutnya kita membicarakan
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu. Kurikulum pada era Orde Lama dibagi manjadi 2 kurikulum di antaranya:

1) Rentang Tahun 1945-1968

Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah dalam bahasa
Belanda “leer plan” artinya rencana pelajaran. Perubahan arah pendidikan lebih bersifat politis,
dari orientasi pendidikan Belanda ke kepentingan nasional. Sedangkan, asas pendidikan
ditetapkan Pancasila. Kurikulum yang berjalan saat itu dikenal dengan sebutan “Rencana
Pelajaran 1947”, yang baru dilaksanakan pada tahun 1950. Orientasi Rencana Pelajaran 1947
tidak menekankan pada pendidikan pikiran. Yang diutamakan adalah: pendidikan watak,
kesadaran bernegara dan bermasyarakat.

ILMU PENDIDIKAN/PTSP/FT/UNY 2
Pada masa tersebut siswa lebih diarahkan bagaimana cara bersosialisasi dengan
masyarakat. Proses pendidikan sangat kental dengan kehidupan sehari-hari. Aspek afektif dan
psikomotorik lebih ditekankan dengan pengadaan pelajaran kesenian dan pendidikan jasmani.
Oleh karena itu, yang lebih penting adalah bagaimana menumbuhkan kesadaran bela negara.

2) Rencana Pelajaran Terurai 1952

Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang disebut “Rencana Pelajaran
Terurai 1952”. Silabus mata pelajarannya jelas sekali, dan seorang guru mengajar satu mata
pelajaran. Pada masa ini memang kebutuhan peserta didik akan ilmu pengetahuan lebih
diperhatikan, dan satuan mata pelajaran lebih dirincikan. Namun, dalam kurikulum ini siswa
masih diposisikan sebagai objek karena guru menjadi subjek sentral dalam pentransferan ilmu
pengetahuan. Guru yang menentukan apa saja yang akan diperoleh siswa di kelas, dan guru
pula yang menentukan standar-standar keberhasilan siswa dalam proses pendidikan.

3) Kurikulum 1964

Fokus kurikulum 1964 adalah pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan
moral (Panca wardhana). Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi:
moral, kecerdasan, emosional/artistik, keterampilan, dan jasmaniah. Pendidikan dasar lebih
menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis. Pada kurikulum 1964 ini, arah
pendidikan mulai merambah lingkup praksis. Dalam pengertian bahwa setiap pelajaran yang
diajarkan disekolah dapat berkorelasi positif dengan fungsional praksis siswa dalam
masyarakat.

Pendidikan diberi prioritas utama dan jumlah lembaga pendidikan meningkat secara
drastis. Antara tahun 1953-1960 jumlah anak yang mamasuki sekolah dasar meningkat dari 1,7
juta menjadi 2,5 juta orang. Tetapi sekitar 60% dari jumlah itu keluar sebelum tamat. Sekolah-
sekolah lanjutan negeri dan swasta (kebanyakan sekoah agama) dan lembaga-lembaga tingkat
universitas bermunculan dimana-mana, tetapi terutama sekali di Jawa dan banyak yang
menacapai standar yang tinggi. Dua keuntungan penting dari perluasan pendidikan ini segera
tampak nyata. Pada tahun 1939 jumlah orang dewasa yang melek huruf adalah 7,4% sedangkan
pada tahun 1961 jumlahnya sudah mencapai 46,7% dari jumlah anak-anak diatas usia 10 tahun
(56,6% di Sumatera dan 45,5 di Jawa). Untuk penduduk laki-laki berusia antara 10-19 tahun
jumlahnya diatas 76%. Angka-angka ini belum menunjukkan prestasi yang hebat sejak zaman
belanda. Lalu pemakaian bahasa Indonesia di seluruh sistem pendidikan dan juga semua
komunikasi resmi dan media masa, benar-benar menetapkan kedudukan sebagai bahasa
nasional[5].

Dalam masa transisi yang singkat RIS menjadi RI tidak memungkinkan pemerintah
melaksanakan pendidikan dan pengajaran yang komprohensif yang berlaku untuk seluruh tanah
air. Belanda meninggalkan sekolah kolonial di daerah yang dikuasai oleh pemerintah RI telah
mulai dilaksanakan sistem pendidikan pendidikan yang direncanakan akan berlaku secara
nasional dengan segala kemampuan yang terbatas.

ILMU PENDIDIKAN/PTSP/FT/UNY 3
Setelah RIS terbentuk pada bulan Desember 1949 pemerintah RIS dan pemerintah RI
yang menjadi inti dari negara kesatuan dan mempunyai aparat relatif paling lengkap
menandatangani suatu “Piagam Persetujuan Pemerintah Republik Indonesia Serikat dan
Pemerintah Republik Indonesia”[6]. Piagam ini ditanda tangani oleh Perdana Menteri Republik
Indonesia Drs. Moh Hatta dan perdana menteri Republik Indonesia Dr. A Halim pada tanggal 19
Mei 1950. Isinya adalah:

1. Menyetujui dalam waktu sesingkat-singkatnya bersama-sama melaksanakan Negara


Kesatuan sebagai penjelmaan dari pada RI berrdasarkan proklamasi 17 Agustus 1945.
2. Sebelum diadakan perundang-undangan kesatuan maka undang-undang dan
pengaturan yang ada tetap berlaku akan tetapi dimana mungkin diusahakan supaya
perundang-undangan RI (dahulu) berlaku.
3. Menyetujui pembentukan suatu panitia yang bertugas kewajuban menyelemnggarakan
segala persetujuan untuk menyelesaikan kesukaran-kesukaran diperbagai lapangan
dalam waktu sesingkat-singkatnya.

Atas dasar piagam ini ada kaitan khusus dengan penyelenggraan pendidikan dan
pengajaran Kementerian Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan RIS dan Kementerian
Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan RI mengadakan “pengumuman Bersama pada tanggal
30 Juni 1950 yang bertujuan untuk sementara tahun ajaran 1950/1951 sistem pengajaran yang
berlaku dalam RI dahului berlaku untuk seluruh Indonesia sampai sistem itu ditinjau kembali.
Adapun isi pengumuman sementara tersebut adalah:

1. Mengenai Susunan Sekolah-Sekolah Negeri:

Sesudah libur puasa ini (untuk tahun penmgajaran 1950-1951) sementara sistem
pengajaran yang berlaku dalam RI dijalankan di seluruh Indonesia. Kemudian, (dalam waktu
singkat) sistem itu akan ditinjau kembali.

2. Mengenai Sekolah-Sekolah Partikelir


1. Pemerintah mengenal warganegara dan orang asing.
2. Bagi semua warganegara diselenggarakan pendidikan sekolah Negeri menurut
undang-undang dengan memperhatikan sepantasnya kepentingan-kepentingan
khusus mereka antara lain yang mengenal bahasa rumah.
3. Bagi orang asing tidak didirikan sekolah-sekolah negeri, tetapi diberi kesempatan
untuk menyelenggarakan sekolah menurut kebutuhannya.
4. Sementara kemungkinan bagi sekolah-sekolah orang asing bangsa belanda untuk
memperoleh bantuan dari pemerintah berdasarakan ketentuan: “ Selama 2
tahun sesudah 27-12-1949 setidak-tidaknya kepada Sekolah Rendah diberi
bantuan berupa tenaga guru sebanyak-banyaknya seperdua dari formasi guru
sekolah yang bersangkutan menurut ukuran yang berlaku untuk sekolah-sekolah
rendah negeri.

ILMU PENDIDIKAN/PTSP/FT/UNY 4
5. Sekolah-sekolah partikelir yang mengikuti rencana pelajaran pemerintah dapat
diberi subsidi menurut perturan negeri untuk pemberian subsidi kepada sekolah
partikelir.
6. Semua sekolah partikelir harus memberikan Bahasa Indonesia sekurang-
kurangnya sebagai mata pelajaran.
7. Pemerintah mengawasi semua sekolah partikelir.

1. Organisasi dan Administrasi Pendidikan

Pemerintah negara kesatuan menugaskan Kementerian Pendidikan Pengajaran dan


Kebudayaan (PP dan K) sebagai organisasai yang meneyelenggarakan administrasi pendidikan
dan pengajaran di seluruh tanah air[7]. Adapun yang menjadi tugas utama dari kementerian PP
dan K adalah :

 Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran di sekolah-sekolah dari tingkat yang


paling rendah (Sekolah Rakyat atau Sekolah Dasar) sampai kependidikan Tinggi
(Perguruan Tinggi). Mengenai pendidikan Tanam kanak-kanak, kementerian hanya
memberikan bantuan terbatas pada apersonalia tenaga pengajar dan alat-alat pelajaran
sedangkan untuk pendidikan Luar Biasa menjadi langsung tanggung jawab pemerintah.
 Meneyelenggarakan pendidikan dan pengajaran di luar sekolah bagi orang-orang
dewasa.
 Memelihara dan menegmbangkan kebudayaan bangsa sebagai dasar pendidikan di
dalam dan di luar sekolah.

Atas dasar tugas-tugas itu maka berdasarkan surat keputusan kementerian PP dan K
nomor 4223/kab. Tanggal 15 Februari 1951 dan berlaku surut mulai 1 Oktober 1950
dibentuklah jawatan pengajaran yang menangani pendidikan dan pengajaran di sekolah-
sekolah, Jawatan pendidikan mayarakat untuk orang-orang dewasa dan jawatan yang bertugas
selain memelihara dan mengembangkan kebudayaan juga memelihara peninggalan-
peninggalan sejarah. Jawatan perlengkapan yang menyediakan perlengkapan pendidikan dan
pengajaran. Selain itu dibentuk Biro Perguruan Tinggi dan biro Hubungan Luar Negeri dalam
rangka kerjasama dengan UNESCO: Balai penyelidikan dan perancang pendidikan dan
pengajaran (BP4) untuk penelitian, majelis ilmu pengetahuan Indonesia (MIPI) kemudian
menjadi LIPI yang bertugas melakukan penelitian pada umumnya.

2. Perubahan Sekolah-sekolah

Setelah RIS kembali kenegara kesatuan RI, jawatanm inspeksi pengajaran kementerian PP dan K
di Yogyakarta pada tanggal 25 Agustur 1950 menegluarkan kepputusan menegani perubahan
sekoah-sekolah yang dilaksanakan di daerah-daerah RI. sejak tahun ajaran 1949/1950. Sekolah-
sekolah dibagi-bagi atas enam kelompok: model-model sekoah yang berasal dari masa sebelum
kembali kenegara keatuan di bekas-bekas daerah-daerah ferdeal atau pendudukan Belanda
yang pada dasarnya menurut model kolonial diubah dan disesuaikan dengan sistem pendidikan
dan pengajaran nasional.

ILMU PENDIDIKAN/PTSP/FT/UNY 5
Adapun ketentuan system pendidikan dan pengajaran nasional adalah sebagai berikut:

1. Sekolah Rakyat
1. Sekolah Rakyat Negeri

 Semua S.R negeri harus menjadi sekolah luar biasa dengan bahasa
Indonesia senagai bahasa pengantar.
 Kelas-kelas pemulihan dibuka untuk murid-murid SR yang tadinya
memakai bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar:

 Kelas-kelas pemulihan ini boleh memakai bahas Belanda sebagai


bahasa pengantar dengan keterangan bahwa selekas mungkin harus
dialihkan ke bahasa Indonesia.
 Di kota-kota besar seperti kelas-kelas pemulihan mungkin menjadi
sekolah yang berdiri sendiri.
2. Sekolat rakyat Partikulir

 Bersubsidi
 Bahasa pengantar bahasa Indonesia
 Harus memakai rencana pelajaran SR Negeri dan boleh menembah
pelajaran lain dengan persetujuan kemeterian PP dan K

 Tak bersubsidi
 Bahas pengantar sesukannya
 Bahasa Indonesia adalah mata pelajaran yang diwajibkan
 Hak pengawas ada pada pemerintah.

 Istimewa
 Bahasa pengantar adalah bahasa Belanda
 Untuk anak-anak warga negara Belanda yang bekerja pada
pemerintah Indonesia.
 Tunjangan guru dari pemerintah berdasarkan jumlah murid.
 Boleh menerima anak-anak warga negara asing

2. Sekolah Menegah (S.M), atau Middelbare School(M.S).

1. SMP Negeri:

 SMP 4 tahun diubah menjadi SMP 3 tahun:


o Murid-murid kelas IV yang lulus masuk kelas II. SMA, murid-murid kelas IV yang
tak lulus kembali ke kelas III.
o Murid-murud kelas III: Menempuh ujian penghabisan, SMP 3 tahun dan
sesudahnyas masuk ke kelas I SMA. Dan yang tidak lulus tetap di kelas III SMP 3
tahun.

ILMU PENDIDIKAN/PTSP/FT/UNY 6
o Murid-murid kelas III yang naik kelas VI (didaerah-daerah yang digabungkana
kepada RI sesudah diusakana April 1950 diusahakan: (1) masuk kekelas I SMA
dengan percobaan, (2) kalau terbukti tidak mungkin dikembalikan kekelas III
SMP.

2. M.S (Middelbare School) Negeri:

M.S 4 tahun menjadi SMP 3 tahun perubahan sesuai dengan perubahan terhadap SMP 4
tahun ditambah dengan pergantian bahasa pengantar.

 SMP/MS Partikelir

Baik yang bersubsidi tidak megikuti peraturan yang biasa berlaku untuk sekolah rakyat.

1. Voorbereidens Hogere Ondereijs (V.H.O), Alagemene Middelbere School (A.M.S),


Hogere Burgere School (H.B.S) dan Middelbare Handels School (M.H.S):
2. Voorbereidens Hogere Ondereijs (V.H.O),
 Kelas-kelas VHO menjadi kelas-kelas istimewa SMA dalam praktek VHO
seluruhnya diubah menjadi SMA istimewa.
 Murid-murid kelas II pada akhir tahun pelajaran 1949/1950 menempuh ujian
penghabisan RIS
 Murid-murid yang anak kelas II masuk kelas III . Sma bersama-sama dengan
mereka kelas I VHO yang tidak naik masuk kelas II SMA.

3. Alagemene Middelbere School (A.M.S)

Menjadi SMA kelas-kelasnya menjadi kelas-kelas SMA yang setingkat.

 Hogere Burgere School (H.B.S)


o Herstel HBS dihapuskan menjadi SMA A/B.
o Corcondante HBS menjadi usaha partikulir. Adapun perubahan herstel HBS
menjadi SMA A/B adalah: (1) Murid-murid HBS yang naik kelas V masuk kelas III
SMA A/B. (2) Murid-murid yang naik kelas IV masuk kekelas II dengan ujian ilmu
pasti, alam, kimia kemudian ditambah ketarangan bahwa ujian dapat dilakukan
sesudah di coba 3 bulan di kelas II.

 Middelbare Handels School (M.H.S) menjadi SEM (Sekolah ekonomi Menegah)

 Kelas IV menjadi kelas II SEM


 Kelas V menjadi kelas III SEM:
1. Opleding Voor Voorbereidens Onderwijs (O.V.V.O), Normale School (O.N.S) dan
Nieuwe KS (Kweek School)

ILMU PENDIDIKAN/PTSP/FT/UNY 7
2. Opleding Voor Voorbereidens Onderwijs (O.V.V.O), 2 tahun dimasukkan dalam
SGB dengan keteranagan:
 Murid-murid kelas II yang lulus ke praktek 10% pilihan ke SGB kelas III.
 Yang naik ke SGB kelas III
 Yanh masuk SGB kelas I
3. Normale School (O.N.S) 2 tahun (dasar SM 2 tahun) menjaaadi SGB:

 Kelas II yang lulus ke paktek yang tak lulus masuk SGB kelas IV.
 Kelas I yang naik masuk SGB kelas IV yang tak naik kelas SGB kelas III.
1. Nieuwe KS (Kweek School) menjadi SGA
2. Sekolah Tinggi Pertukangan (S.ptk). Sekolah Teknik (ST) dan (Middelbare
Tehnische School) MTS.
3. Sekolah Tinggi Pertukangan (S.ptk) biasa dengan ditambah pelajaran ilmu pasti
4. Sekolah Teknik (ST) manjadi St hanya persesuaian bahasa dan rencana
pelajarannya.
5. Middelbare Tehnische School (MTS) menjadi STM dengan catatan:

 STM federal yang 4 tahun akan dijadikan 3 tahun.


 STM RI yang 3 tahun mungkin akan kembali ke 4 tahun.
1. SD I, SD II dan SD III
1. SD I, menjadi SD 3 tahun
2. SD II:
o Murid-murid kelas I naik ke kelas II boleh menempuh ujian penghabisan SD yang
tak lulus dan tak menempuh ujian masuk kelas III SD.
o Kelas II belum ada.
1. SD III menjadi SEM.
2. SKG, SKG, SPNS dan GOSVO :

a) SKG dan SPNS 2 tahun menjadi SKP 3 tahun


b) Murid-murid kelas SKG kelas I yang naik ke kelas II masuk ke kelas
SKP
c) Murid-murid SKG kelas II yang lulus tak ada kemungkinan untuk
masuk kelas III SKP.
d) GOSVO (goverment Opleiding Schoool Vooor Onderwijzeres)
diubah menjadi SGKP.

ILMU PENDIDIKAN/PTSP/FT/UNY 8
3. Pelaksanaan UU Pokok Pendidikan dan Pengajaran

Mengenai pelaksanaan UU No 4 tahun 1950 (juncto UU no 12 tahun 1954) dapat dilihat pada
beberapa jenis pendidikan dan kegiatannya yaitu:

1. Pendidikan Jasmani

Di indonesia departemen olahraga menegejar prestasi olahraga. Sikap ambivalensi ini dapat
dilihat dari UGM yang memasukkan jurusan pendidikan jasmani dalam fakultas sastar.
Pendagogik dan filsafat yang berarti dalam ilmu kerohanian (Geiisteswissenshafft). Di UI yang
aakademi pendidian jasamaninya ada di bandung dimasukkan dalam fakultas kedokteran
artinya digolongkan dalam ilmu alam (naturrwissenchafft)

2. Pendidikan Orang Dewasa

Pendidikan orang dewasa ini lebih dikenal dengan pendidikan masayarakat yang
diselenggarakan oleh jawatan pendidikan masyarakat. Kegiatan pendidikan masyarakat
ditentukan menurut kebjakan pemerintah berdasarkan atas surat keputusan menteri PP dan K
tanggal 15 Februari 1961 Nomor 4223/Kab. Dalam pasal 17 disebutkan:

1. Merencanakan, memimpin, menggiatkan dan mengawasi pembrantasan buta huurf.


2. merencanakan, memimpin, menggiatkan dan mengawasi pengetahuan umum (KPU)
3. Mengusahakan buku-buku untuk mengisi perpustakaan rakyat.
4. Mengikuti dan mrmbantu perkembanagan gerakan pramuka
5. Mengusahakan buku-buku pimpinan dan pelajaran untuk pemberantasan buta huruf,
serta buku-buku dan majalah-majalah untuk memelihara dan memperdalam kecakapan
membaca dan menulis
6. Memimpin dan mengawasi pendidikan jasmani di luar sekolah
7. menyelenggarakan kursus-kursus kader untuk pendidikan masyarakat.
8. memajukan dan membantu gerakan kepanduan
9. membantu inisiatif masyarakat untuk memajukan kaum wanita.

Pada bulan Agustus 1955 diadakan konferensi Pendidikan masyarakat yang telah membuat
keputusan: “mengusahakan memelihara hubungan baik dan sehat dengan masyarakat dan
instansi/ badan-badan yang mempunyai tugas sama/sejenis dalam pembinaan dan
pembangunan masyarakat atas dasr pekerjaaan terhadap pejabat-pejabat dan instansi-instansi
pendidikan masyarakat.

3. Pendidikan Luar Biasa

Berdasarkan surat keputusan menteri PP dan K nomor /Kab. Tanggal 9 Agustus 1953 jawatan
pengajaran membentuk sebuah instansi urusan Pendidikan Luar Biasa yang bertugas
“mengatur, mengurus dan mengawasi penyelenggaraan pendidikan luar bias di Indonesia”.
Inspeksi pendidikan guru pun mempunyai “inspeksi sekolah guru luar biasa” yang

ILMU PENDIDIKAN/PTSP/FT/UNY 9
ditandatangani oleh Pendidikan Luar Biasa ini ilaha para tuna netra, tuna rungu, tuna wicara
dan lemah ingatan bahkan anak-anak cacad tubuh seperti Yayasan Pemeliharaan Anak-Anak
Cacad dari Dr. Soeharso. Kebanyakan pendidikan semacam ini banyak dikelola oleh yayasan-
yayasan sedangkan pemerintah turut memberi bantuan material, fungsional dan tenaga
pengajar.

4. Pendidikan Guru

Pada tahun 1951 jawatan pengajaran telah membuat rencana 10 tahun kewajiban belajar.
Diperkirakan pada tahun itu jumlah anak yang ersekolah kira-kira sebesar 5.921.200. Untuk itu
diperkirakan diperlukan tenaga guru sebesar 118.424 orang. Untuk maksud tersebut diperlukan
pengadaan guru yamg amat mendesak. Sehubungan dengan itu kementerian PP dan K melalui
kerjasama PGRI menyelenggarakan pendidikan guru darurat yaitu berupa kursus-kursus yang
berbnetuk kursuss pengajar untuk kursusu pengantar kewajiban balajar atau di singkat KPKPKB.
Di setiap kabupaten terdapat dua KPKPKB dengan masing-masing murid 80 orang.

5. Pendidikan kejuruan

Setelah Indonesia merdeka pendidikan kejuruan masih elatif terbelakang dibandingkan


debgabn pendidikan umum. Kendala-kendalanya anrara lain karena pendidikan umum masih
menjanjikan kemungkinan untuk memperolah pendidikan setinggi-tingginya disamping itu
lowongan pekerjaan ketika itu masih terbuka. Selain itu peralatan tidak mencukupi, tenaga
pengajar kurang dan pemahaman masyarakat sendiri terhadap manfaat pendidikan kejuruan
itu belum banyak sehingga mereka enggan menyekolahkan anak-anaknya ke sekolah kejuruan.

Sehubungan dengan kurangnya alat pendidikan maka pada tahun 1951 pemerintah dengan
bantuan luar negeri mencoba memesan alat-alat untuk sekolah teknik, tetapi setelah bantuan
ada pelaksaaannya tidak lancar karena tidak ada tenaga yang menggunakannya dan
infrastruktur berupa gedung masih belum tersedia.

6. Pendidikan wanita

UU Nomor 4 tahun 1950 membuka kesempatan seluas-luasnya bagi para kaum wanita untuk
mengikuti semua jenis dan jenjang pendidikan sehiingga dapat menjamin kehidupan mereka
dalam masyarakat sebagai WNI yang sederajat dengan kaum pria. Sehubungan dengan itu
selain sekolah-sekoah umum yang dapat diikuti oleh kaum wanita sampai ke jenjang setinggi-
tingginya. Ketika itu pemerintah menyelenggarakan pula pendidikan-pendidikan kejuruan
wanita seperti Sekolah Kepandaian Puteri (SKP) dan Sekolah Guru kepandaian Puteri (SGKP). Di
SKP dibuka kejuruan-kejuruan seperti menjahit, memasak, kerajianan tangan, memimpin
rumah tangga, mengasuh anak.

ILMU PENDIDIKAN/PTSP/FT/UNY 10
7. Pendidikan Agama

Berdasarkan peraturan bersama Menteri PP dan K dan Menteri Agama maka di setiap sekoah
rendah dan sekolah lanjutan (umum dan kejuruan) diberi pendidikan agama sebanyak dua
minggu sekali saejak di kelas IV kecuali untuk lingkungan istimewa diberikan sejak kelas I.
Pendidikan agama diberikan menurut agama murud masing-masing. Guru-guur agama diangkat
dan diberhentikan oleh Menteri Agama serta biaya pendidikan di tanggung oleh kementerian
agama. Yang nantinya sistem ini juga berlaku di sekolah-sekolah swasta jika pengurusnya
mengkehendakinya dan orang tua murid memintanya.

8. Pendidikan Tinggi

Dalam rangka pelaksanaan UU darurat Nomor 7 Ferbruari 1950, dibentuklah Universitas


Indonesia dengan Ir. Surachman sebagai presiden (rektor) Universitas ini merupakan gabungan
anatara balai Perguruan Tinggi Republik Indonesia dengan Universiteit van Indonesie, termasuk
cabang-cabangnya dari berbagai fakultas di Bogor, Bandung, Surabaya dan Makasar.

9. Pendidikan Swasta

Pada zaman koonial Belanda mengijinkan berdiri sekolah-sekolah swata yang diselenggarakan
oleh misi katolik dan zending Protestan. Namun demikian terhadap masyarakat islam yang
sejak lama mempunyai lembaga-lembaga pendidikan tersendiri seperti madrasah-madrasah,
pemerintah kolonial melakukan kebijakan politik van onthouding (politik tidak campur).

Dalam masa kemerdekaan terutama dalam periode antara tahun 1950-1959 bermunculan
sekolah swasta, baik yang baru berdri ataupun melanjutkan kembali sekolah-sekolah swata
yang pernah ada sebelumnya. Sekolah-sekolah swata itu tidak ahnya atas dasar agama isalam
seperti Muhamadiyah tetapi juga atas dasar aagama protestan dan katolik.

Meskipun ada lembaga pendidikan dari berbagai bidang dan jenjang pendidikan yang
diselenggarakan oleh pihak swata ini, pemerintah PP dan K tetap melakukan tugas koordinasi.
Selain memberikan subsidi untuk sekolah swata yang belum memenuhi syarat, pemerintah juga
menyediakan tenaga-tenaga pengajar untuk diperbantukan.

ILMU PENDIDIKAN/PTSP/FT/UNY 11
Daftar Pustaka
[1] http://gracesmada.wordpress.com/mutu-pendidikan-indonesia/

[2] Moh. Yamin, Menggugat Pendidikan Indonesia. (Jogjakarta: Ar Ruz, 2009), hlm. 87

[3] Ibid, 2009, hlm. 92.

[4] Idem.

[5] M.C. Riklefs. 200. Sejarah Indonesia Modern 1200-2004. PT Serambi Ilmu Semesta. Hal 473-
474.

[6]Helius Sjamsuddin. 1993. Sejarah Pendidikan Di Zindonesia zaman kemerdekaan (1945-


1950). Depdikbud. Jakarta. Hal

[7] Helius Sjamsuddin. 1993. Sejarah Pendidikan Di Zindonesia zaman kemerdekaan (1945-
1950). Depdikbud. Jakarta. Hal

ILMU PENDIDIKAN/PTSP/FT/UNY 12

Anda mungkin juga menyukai