Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGUE HAEMORAGIC FEVER ( DHF )

A. Konsep Penyakit
1. Definisi
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat
pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan
nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang
tergolong arbo virus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan
nyamuk aedes aegypty (betina) (Resti, 2014).
DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegypty dan
beberapa nyamuk lain yang menyebabkan terjadinya demam, biasanya
dengan cepat menyebar secara efidemik (Padila, 2012).
Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan
oleh virus dengue (arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan
nyamuk aedes aedypti (Suriadi & Rita, 2010) .

2. Anatomi Fisiologi
Darah adalah cairan di dalam pembuluh darah yang mempunyai
fungsi sangat penting dalam tubuh yaitu fungsi transportasi (membawa
nutrisi ke seluruh tubuh dan oksigen ke paru-paru kemudian diedarkan ke
seluruh tubuh). Darah mempunyai 2 komponen yaitu padat dan cair.
Bagian padat terdiri dari eritrosit, leukosit dan trombosit. Komponen
padat merupakan 45% dari seluruh volume darah dan 55 % adalah plasma
yang termasuk komponen cair.
a. Eritrosit
Eritrosit dibuat di sumsum tulang yang masih berinti, dalam
pembentukannya dibutuhkan zat besi, Vit B12, asam folat, dan rantai
globulin yang merupakan senyawa protein. Pematangan eritrosit
diperlukan hormon eritropoetin yang diproduksi oleh ginjal. Umur
peredarannya 105-120 hari. Eritrosit dihancurkan di limfa. Jumlah
normalnya pada laki-laki 5,5 juta sel/mm3 pada perempuan 4,8 juta
sel/mm3.
b. Leukosit
Leukosit fungsi utamanya adalah sebagai pertahanan tubuh
dengan cara menghancurkan antigen (kuman, virus, toksin) yang
masuk. Ada 5 jenis leukosit yaitu: neutrofil, eosinofil, basofil,
limfosit, dan monosit. Jumlah normal leukosit 5000-9000 /mm3.
c. Trombosit
Trombosit merupakan keping-keping darah yang dibuat di
sumsum tulang, paru-paru, limfa. Umur peredarannya hanya 10 hari.
Trombosit mempunyai kemampuan untuk melakukan:
-Daya aglutinasi(membeku dan menggumpal)
-Daya adesi (saling melekat)
-Daya agregasi (berkelompok).
Trombosit berfungsi sebagai pembekuan darah dan penghentian
perdarahan, begitu pula kerusakan dinding pembuluh darah trombosit
akan berkumpul di situ, dan menutup lubang kebocoran dengan saling
melekat, berkelompok menggumpal dan kemudian dilanjutkan dengan
proses pembekuan darah, jumlah trombosit 150.000-450.000
keping/mm3.
d. Plasma darah
Plasma merupakan bagian yang encer tanpa sel-sel darah,
berwarna kekuningan hampir 40% terdiri dari air. Struktur dinding
kapiler tersusun atas 1 lapisan uniseluler sel-sel endotelial dan di
sebelah luarnya dikelilingi membran dasar ada 2 jalan penghubung
yaitu celah intraseluler yang merupakan celah tipis diantara sel-sel
endotelial. Tiap celah ini diselingi sekelompok protein yang mengikat
sel endotelial agar bersama-sama. Celah tersebut berada di tepi
endotelial, pada sel endotelial terdapat juga banyak gelombang
plasmalemal untuk menghambat paket plasma kecil/cairan
ekstraselular.
Proses pemindahan dan cairan melalui difusi, zat-zat yang larut
dalam lemak dapat berdifusi secara langsung melewati dinding
endotelial kapiler, zat yang larut dalam lemak terutama O2dan CO2.
Zat yang larut dalam air hanya dapat berdifusi melalui pori-pori
interseluler pada membran kapiler. Zat tersebut misalnya natrium,
klorida dan ari itu sendiri.
Tekanan dalam kapiler cenderung mendorong cairan dan zat
terlarutnya melewati pori-pori kapiler ke dalam ruang interstisial,
sebaliknya tekanan osmotik yang ditimbulkan oleh protein plasma
cenderung menimbulkan gerakan cairan osmosis dari ruang interstisial
ke dalam darah. Tekanan osmotik ini mencegah hilangnya volume
cairan yang cukup bermakna dari darah ke dalam ruang interstisial.

3. Etiologi
Virus dengue sejenis arbo virus (Arthropod borne viruses ) artinya
virus yang ditularkan melalui gigitan antropoda misal nyamuk aedes
aegypti ( betina ) .Infeksi yang pertama kali dapat memberi gejala sebagai
dengue fever dengan gejala utama demam,nyeri otot/sendi. Virus dengue
termasuk genus Flavirus, keluarga flaviridae.Terdapat 4 serotipe virus
yaitu DEN-1, DEN-2,DEN -3,DEN-4. Keempatnya ditemukan
diindonesia dengan DEN-3 serotype terbanyak . Infeksi salah satu
serotype akan menimbulkan antibody terhadap serotype yang
bersangkutan, sedangkan tidak dapat memberikan perlindungan yang
memadai terhadap serotype lain tersebut . Seorang yang tinggal di daerah
endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotype selama hidupnya.
Keempat serotype virus dengue dapat ditemukan diberbagai daerah di
Indonesia ( Sujono, 2010 ).
4. Klasifikasi
Klasifikasikan DHF menurut derajat penyakitnya dibagi menjadi 4
golongan,yakni (Suryadi & Rita, 2010) :
a. DerajatI
Adanya demam disertai dengan gejala klinis lain, tanpa adanya
perdarahan spontan. biasanya mengalami panas sekitar 2-7 hari, Uji
tourniquet hasilnya ialah positif, trombositipenia, & hemokonsentrasi.
b. DerajatII
Sama dengan derajat I, ditambah dengan adanya beberapa gejala
perdarahan spontan seperti adanya petekie, hematemesis, ekimosis,
perdarahan gusi, melena, dan ditemukan pula adanya perdarahan pada
kulit.
c. DerajatIII
Ditandai oleh adanya gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi
lemah & cepat (>120x/mnt) tekanan nadi sempit , tekanan darah
mengalamipenurunan.
d. DerajatIV
Nadi tidak teraba sama sekali, tekanan darah juga tidak teratur,
anggota gerak/akral teraba dingin, berkeringat & kulit tampak
pucat/biru.

5. Manifestasi Klinis
Diagnose penyakit DBD dapat dilihat berdasarkan criteria diagnosa
klinis dan laboratories. Berikut ini tanda dan gejala penyakit DBD dengan
diagnose klinis dan laboratories (Resti,2014) :
a. Diagnose klinis
- Demam tinggi 2 sampai 7 hari (38-40̊ C)
- Manifestasi perdarahan dengan bentuk: uji tourniquet positif,
petekie (bintik merah pada kulit), purpura (perdarahan kecil di
dalam kulit), ekimosis, perdarahan konjungtiva (perdarahan pada
mata), epitaksis (perdarahan hidung), perdarahan gusi,
hematemesis (muntah darah), melena (BAB darah) dan hematusi
(adanya darah dalam urin).
- Perdarahan pada hidung
- Rasa sakit pada otot dan persendian, timbul bintik-bintik merah
pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah
- Pembesaran hati (hepatomegali)
- Rejan (syok), tekanan nadi menurun menjadi 20mmHg atau
kurang, tekanan sistolik sampai 80mmHg atau lebih rendah
- Gejala klinik lainnya yang sering menyertai yaitu anoreksia
(hilangnya nafsu makan), lemah, mual, muntah, sakit perut, diare
dan sakit kepala.
b. Diagnose laboratories
- Trombositopeni pada hari ke-3 sampai ke-7 ditemukan penurunan
trombosit hingga 100.000/mmHg
- Hemokonsentrasi, meningkatnya hemotokrit sebanyak 20% atau
lebih

6. Patofisiologi
Virus dongue yang pertama kali masuk kedalam tubuh manusia
melalui gigitan nyamuk aedes dan menginfeksi pertama kali member
gejala DF. Pasien akan mengalami gejala viremia, sakit kepala, mual, nyei
otot, pegal seluruh badan, hyperemia ditenggorokkan, timbulnya ruam
dan kelainan yang mungkin terjadi pasa RES seperti pembesaran kelenjar
getah bening, hati dan limfa. Reaksi yang berbeda Nampak bila seseorang
mendapatkan infeksi berulang dengan tipe virus yang berlainan.
Berdasarkan hal itu timbullah the secondary heterologous infection atau
sequential infection of hypothesis. Re- infeksi akan menyebabkan suatu
reaksi anamnetik antibody, sehingga menimbulkan konsentrasi kompleks
antigen antibody (kompleks virus antibody) yang tinggi.
Terdapatnya kompleks virus antibody dalam sirkulasi darah
mengakibatkan hal sebagai berikut:
1) Kompleks virus antibody akan mengaktivasi system komplemen, yang
berakibat dilepasnya anafilatoksin C3a dan C5a. C5a menyebabkan
meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan
menghilangnya plasma melalui endotel dinding tersebut, suatu
keadaan yang sangat berperan terjadinya renjatan.
2) Timbulnya agregasi trombosit yang melepas ADP akan mengalami
metamorphosis. Trombosit yang mengalami kerusakan metamorphosis
akan dimusnahkan oleh system retikuloendotelial dengan akibat
trombositopenia hebat dan perdarahan. Pada keadaan agregasi,
trombosit akan melepaskan vasokoaktif (histamine dan serotonin)
yang bersifat meningkatkan permeabilitas kapiler dan melepaskan
trombosit factor III yang merangsang koagulasi intravascular.
3) Terjadinya aktivasi factor hegamen (factor XII) dengan akibat kahir
terjadinya pembentukan plasmin yang berperan dalam pembentukan
anafilatoksin dan penghancuran fibrin menjadi fibrinogen degradation
product. Disamping itu aktivasi akan merangsang system kinin yang
berperan dalam proses meningginya permeabilitas dindin pembuluh
darah (Padila, 2012).
Pathway
Aedes aegypti
Aedes albopictus

Virus dengue

Viremia

Komplek virus- Aminevaso aktif Mual dan


Petekhie dan
antibodi (Histamine dan muntah
sakit kepala
Serotin)

Agresi trombosit
Hipotalamus Nyeri Intake
berkurang
ADP
Peningkatan suhu
tubuh Gangguan
Metamorfosis
pemenuhan nutrisi
Hipertermi
Peningkatan
retikuloendotel

Trombositopenia

Perdarahan

Defisit volume
cairan

(Doenges, 2009)
7. Komplikasi
Dalam penyakit DHF atau demam berdarah jika tidak segera di
tangani akan menimbulkan komplikasi adalah sebagai berikut (Resti,
2014):
a. Perdarahan
Perdarahan pada DHF disebabkan adanya perubahan vaskuler,
penurunan jumlah trombosit (trombositopenia) <100.000 /mm³ dan
koagulopati, trombositopenia, dihubungkan dengan meningkatnya
megakoriosit muda dalam sumsum tulang dan pendeknya masa hidup
trombosit. Tendensi perdarahan terlihat pada uji tourniquet positif,
petechi, purpura, ekimosis, dan perdarahan saluran cerna,
hematemesis dan melena.
b. Kegagalan sirkulasi
DSS (Dengue Syok Sindrom) biasanya terjadi sesudah hari ke 2 – 7,
disebabkan oleh peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga terjadi
kebocoran plasma, efusi cairan serosa ke rongga pleura dan
peritoneum, hipoproteinemia, hemokonsentrasi dan hipovolemi yang
mengakibatkan berkurangnya aliran balik vena (venous return),
prelod, miokardium volume sekuncup dan curah jantung, sehingga
terjadi disfungsi atau kegagalan sirkulasi dan penurunan sirkulasi
jaringan.DSS juga disertai dengan kegagalan hemostasis
mengakibatkan aktivity dan integritas system kardiovaskur, perfusi
miokard dan curah jantung menurun, sirkulasi darah terganggu dan
terjadi iskemia jaringan dan kerusakan fungsi sel secara progresif dan
irreversibel, terjadi kerusakan sel dan organ sehingga pasien
meninggal dalam 12-24 jam.
c. Hepatomegali
Hati umumnya membesar dengan perlemakan yang berhubungan
dengan nekrosis karena perdarahan, yang terjadi pada lobulus hati dan
sel sel kapiler. Terkadang tampak sel netrofil dan limposit yang lebih
besar dan lebih banyak dikarenakan adanya reaksi atau kompleks
virus antibodi.
d. Efusi pleura
Efusi pleura karena adanya kebocoran plasma yang mengakibatkan
ekstravasasi aliran intravaskuler sel hal tersebut dapat dibuktikan
dengan adanya cairan dalam rongga pleura bila terjadi efusi pleura
akan terjadi dispnea, sesak napas.

8. Pemeriksaan diagnostik
Ada dua pemeriksaan yang dilakukan untuk membuktikan DBD
(Padila,2012) yaitu :
a. Laboratorium
Pemeriksaan darah yang rutin dilakukan untuk menapis pasien
tersangka DBD adalah melalui pemeriksaan kadar hemoglobin,
hematokrit, jumlah trombosit dan hapusan darah tepi untuk melihat
adanya limfositosis relatif disertai gambaran limfosit plasma biru.
Parameter laboratoris yang dapat diperiksa antara lain:
1) Leukosit: dapat normal atau menurun. Mulai hari ke 3 dapat
ditemui limfositosis relatif (>45% dari total lekosit) disertai
adanya limfosit plasma biru >15% dari jumlah total lekosit yang
pada fase syok akan meningkat.
2) Trombosit: umumnya terdapat trombositopenia pada hari ke 3-8
3) Hematokrit: kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya
peningkatan hematokrit ≥ 20% dari hematokrit awal, umumnya
dimulai pada hari ke 3 demam.
4) Hemostasis: dilakukan pemeriksaan PT, APTT, Fibrinogen, D
Dimer, atau FDP pada keadaan yang dicurigai terjadi perdarahan
atau kelainan pembekuan darah.
5) Protein/albumin: dapat terjadi hipoproteinemia akibat kebocoran
plasma.
6) Ureum, kreatinin:bila didapatkan gangguan fungsi ginjal
7) Elektrolit: sebagai pemantauan pemberian cairan.
8) Golongan darah dan cross match: bila akan diberikan transfusi
darah atau komponen darah.
9) Imunoserologi dilakukan pemeriksaaan IgM dan IgG terhadap
dengue:
 IgM: terdeteksi mulai hari ke 3-5, meningkat sampai minggu
ke 3, menghilang setelah 60-90 hari.
 IgG: pada infeksi primer, IgG mulai terdeteksi pada hari ke 14,
pada infeksi sekunder IgG mulai terdeteksi hari ke 2
b. Pemeriksaan Radiologis
Pada foto didapatkan efusi pleura, terutama pada hemothoraks kanan
tetapi apabila terjadi perembesan plasma hebat, efusi pleura dapat
dijumpai pada kedua hemithoraks. Pemeriksaan foto rontgen dada
sebaiknya dalam posisi lateral dekubitus kanan (pasien tidur pada sisi
badan sebelah kanan). Ascites dan efusi pleura dapat pula dideteksi
dengan pemeriksaan USG.

9. Penatalaksanaan
Untuk penderita tersangka DF / DHF sebaiknya dirawat dikamar
yang bebas nyamuk (berkelambu) untuk membatasi penyebaran.
Perawatan kita berikan sesuai dengan masalah yang ada pada penderita
sesuai dengan beratnya penyakit (Sujono, 2010).
a. Derajat I: terdapat gangguan kebutuhan nutrisi dan keseimbangan
elektrolit karena adanya muntah, anorexsia. Gangguan rasa nyaman
karena demam, nyeri epigastrium, dan perputaran bola mata.
Perawat: istirahat baring, makanan lunak (bila belum ada nafsu makan
dianjurkan minum yang banyak 1500-2000cc/hari), diberi kompre
dingin, memantau keadaan umum, suhu, tensi, nadi dan perdarahan,
diperiksakan Hb, Ht, dan thrombosit, pemberian obat-obat antipiretik
dan antibiotik bila dikuatirkan akan terjadi infeksi sekunder.
b. Derajat II: peningkatan kerja jantung adanya epitaxsis melena dan
hemaesis.
Perawat: bila terjadi epitaxsis darah dibersihkan dan pasang tampon
sementara, bila penderita sadar boleh diberi makan dalam bentuk
lemak tetapi bila terjadi hematemesis harus dipuaskan dulu, mengatur
posisi kepala dimiringkan agar tidak terjadi aspirasi, bila perut
kembung besar dipasang maag slang, sedapat mungkin membatasi
terjadi pendarahan, jangan sering ditusuk, pengobatan diberikan
sesuai dengan intruksi dokter, perhatikan teknik-teknik pemasangan
infus, jangan menambah pendarahan, tetap diobservasi keadaan
umum, suhu, nadi, tensi dan pendarahannya, semua kejadian dicatat
dalam catatan keperawatan, bila keadaan memburuk segera lapor
dokter.
c. Derajat III: terdapat gangguan kebutuhan O2 karena kerja jantung
menurun, penderita mengalami pre shock/ shock.
Perawatan: mengatur posisi tidur penderita, tidurkan dengan posisi
terlentang denan kepala extensi, membuka jalan nafas dengan cara
pakaian yang ketat dilonggarkan, bila ada lender dibersihkan dari
mulut dan hidung, beri oksigen, diawasi terus-meneris dan jangan
ditinggal pergi, kalau pendarahan banyak (Hb turun) mungkin berikan
transfusi atas izin dokter, bila penderita tidak sadar diatur selang selin
perhatian kebersihan kulit juga pakaian bersih dan kering.
Ada 2 macam pemberantasan vektor antara lain :
1) Menggunakan insektisida, yang lazim digunakan dalam program
pemberantasan demam berdarah dengue adalah malathion untuk
membunuh nyamuk dewasa dan temephos (abate) untuk
membunuh jentik (larvasida). Cara penggunaan malathion ialah
dengan pengasapan atau pengabutan. Cara penggunaan temephos
(abate) ialah dengan pasir abate ke dalam sarang-sarang nyamuk
aedes yaitu bejana tempat penampungan air bersih, dosis yang
digunakan ialah 1 ppm atau 1 gram abate SG 1 % per 10 liter air.
2) Tanpa insektisida, Caranya adalah menguras bak mandi, tempayan
dan tempat penampungan air minimal 1 x seminggu
(perkembangan telur nyamuk lamanya 7 – 10 hari); Menutup
tempat penampungan air rapat-rapat; Membersihkan halaman
rumah dari kaleng bekas, botol pecah dan benda lain yang
memungkinkan nyamuk bersarang.

B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
Umur, jenis kelamin, tempat tinggal bisa menjadi indicator terjadinya
DHF.
b. Riwayat kesehatan
 Keluhan utama : Panas
 Riwayat kesehatan sekarang : panas tinggi, nyeri otot, dan pegal,
ruam, malaise, muntah, mual, sakit kepala, sakit pada saat menelan,
lemah, nyeri pada efigastrik, penurunan nafsu makan,perdarahan
spontan.
 Riwayat kesehatan dahulu : pernah menderita yang sama atau tidak.
 Riwayat kesehatan keluarga : adanya anggota keluarga yang pernah
menderita penyakit yang sama dan adanya penyakit herediter
(keturunan).
c. Aktivitas
 Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, malaise Gangguan pola tidur
d. Sirkulasi
Tanda : perasaan dingin meskipun pada ruangan hangat Tekanan darah
normal/sedikit di bawah jangkauan normal. Denyut perifer kuat, cepat
(perifer hiperdinamik); lemah/lembut/mudah hilang, takikardia
ekstrem (syok), nadi lemah Suara jantung : disritmia dan
perkembangan S3 mengakibatkan disfungsi miokard, efek dari
asidosis/ketidak seimbangan elektrolit. Kulit teraba dingin dan lembab
terutama pada ujung hidung, jari dan kaki
e. Integritas ego
Tanda : gelisah
f. Eliminasi
Gejala : diare
g. Makanan/cairan
Gejala : anoreksia, haus, sakit saat menelan Mual,muntah Perubahan
berat badan akhir-akhir (meningkat/turun).
Tanda : penurunan berat badan, penurunan massa otot (malnutrisi)
Kelemahan, tonus otot dan turgor kulit buruk Membran mukosa pucat,
luka, inflamasi rongga mulut.
h. Hygiene
Tanda : ketidakmapuan mempertahankan perawatan diri Bau badan
Lidah kotor.
i. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Sakit kepala Nyeri tekan epigastrik Nyeri pada anggota badan,
punggung, sendi.
j. Perdarahan
Tanda : perdarahan di bawah kulit (petekie), perdarahan gusi,
epistaksis sampai perdarahan yang hebat berpa muntah darah akibat
perdarahan lambung, melena, hematuria.
2. Pemeriksaan fisik
a. System pernapasan : sesak, epistaksia, napas dangkal, pergerakan
dinding dada, perkusi, auskultasi
b. System cardivaskular
 Pada grade I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji tourniquet positif,
trombositipeni.
 Pada grade III dapat terjadi kegagalan sirkulasi, nadi cepat
(tachycardia), penurunan tekanan darah (hipotensi), cyanosis
sekitar mulut, hidung dan jari-jari.
 Pada grade IV nadi tidak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.
c. System neurologi
Nyeri pada bagian kepala, bola mata dan persendian. Pada grade III
pasien gelisah dan terjadi penurunan kesadaran serta pada grade IV
dapat terjadi DSS.
d. System perkemihan
Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam, akan
mengungkapkan nyeri saat kencing, kencing berwarna merah.
e. System pencernaan
Perdarahan pada gusi, Selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri
tekan pada epigastrik, pembesarn limpa, pembesaran pada hati
(hepatomegali) disertai dengan nyeri tekan tanpa diserta dengan
ikterus, abdomen teregang, penurunan nafsu makan, mual, muntah,
nyeri saat menelan, dapat muntah darah (hematemesis), berak darah
(melena).
f. System integument
Terjadi peningkatan suhu tubuh (Demam), kulit kering, ruam
makulopapular, pada grade I terdapat positif pada uji tourniquet,
terjadi bintik merah seluruh tubuh/ perdarahan dibawah kulit (petikie),
pada grade III dapat terjadi perdarahan spontan pada kulit.
g. Pemeriksaan penunjang
 Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan di jumpai Ig.G dengue
positif, trombositopenia, hemoglobin meningkat, hemokonsentrasi
( hematokrit meningkat), hasil pemeriksaan kimia darah
menunjukkan hipoproteinemia, hiponatremia dan hipokalemia.
Pada hari kedua dan ketiga terjadi lekopenia, netropenia,
aneosinophilia, peningkatan limposit, monosit dan basofil
1) SGOT atau SGPT darah mungkin meningkat
2) Ureum dan Ph darah mungkin meningkat
3) Waktu pendarahan memanjang
4) Pada pemeriksaan analisa gas darah arteri menunjukkan
asidosis metabolik: PCO2 < 35 – 40 mm Hg, HCO3 rendah
 Pemeriksaan serologi
Pada pemeriksaan ini di lakukan pengukuran literantibodi pasien
dengan cara haemaglutination nibitron test (HIT test) atau dengan
uji peningkatan komplemen pada pemeriksaan serologi di butuhkan
dua bahan pemeriksaan yaitu pada masa akut atau demam dan masa
penyembuhan (104 minggu setelah awal gejala penyakit ) untuk
pemeriksaan serologi ini di ambil darah vena 2 – 5 ml.
 Pemeriksaan sianosis yang menunjang antara lain foto thorak
mungkin di jumpai pleural effusion, pemeriksaan USG
hepatomegali dan splenomegali.

3. Diagnosa Keperawatan
a. Defisit volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas
kapiler , perdarahan, muntah, dan demam
b. Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan mual,muntah, tidak
ada nafsu makan .
c. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus .
d. Nyeri Akut b/d Agen injuri fisik (DHF), viremia, nyeri otot dan sendi
4. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa NOC NIC
1 Defisit volume  Fluid balance Fluid management
cairan  Hydration 1. Pertahankan catatan
berhubungan  Nutritional Status : intake dan output yang
dengan Food and fluid Intake akurat
peningkatan Kriteria Hasil : 2. Monitor status hidrasi (
permeabilitas 1. Mempertahankan kelembaban membrane
kapiler , urine output sesuai mukosa, nadi adekuat,
perdarahan, dengan usia dan tekanan darah ortostatik
muntah, dan BB,BJ urine ) ; jika diperlukan
demam normal,HT normal 3. Monitor hasil lab yang
2. Tekanan darah,nadi sesuai dengan retensi
dan suhu tubuh cairan ( BUN, Hmt,
dalam batas normal osmolalitas urine )
3. Tidak ada tanda 4. Monitor vital sign
dehidrasi,Elastisitas 5. Monitor masukan
turgor kulit baik, makanan atau cairan dan
membrane mukosa hitung intake kalori
lembab,tidak ada harian .
rasa haus berlebihan 6. Monitor status nutrisi
. 7. Berikan cairan
8. Berikan cairan IV pada
suhu ruangan
9. Kolaborasi pemberian
cairan IV

2 Gangguan  Nutrisional status : 1. Kaji adanya alergi


pemenuhan Food and Fluid makanan
nutrisi Intake 2. Anjurkan pasien untuk
berhubungan  Nutrisional status : meningkatkan intake Fe
dengan nutrient intake 3. Anjurkan pasien untuk
mual,muntah,  Weight control meningkatkan protein
tidak ada nafsu Kriteria Hasil : dan vitamin C
makan . 1. Adanya peningkatan 4. Berikan subsasi gula
berat badan sesuai 5. Yakinkan diet yang
tujuan dimakan mengandung
2. Berat badan ideal tinggi serat untuk
sesuai dengan tinggi mencegah konstipasi
badan 6. Berikan makanan yang
3. Mampu terpilih ( sudah
mengidentifikasi dikonsltasikan dengan
kebutuhan nutrisi ahli gizi )
4. Tidak ada tanda 7. Monitor jumlah nutrisi
tanda malnutrisi dan kandungan kalori
5. Menunjukkan 8. Berikan informasi
peningkatan fungsi tentang kebutuhan nutrisi
pengecapan dari 9. Kaji kemampuan pasien
menelan untuk mendapatkan
6. Tidak terjadi nutrisi yang dibutuhkan .
penurunan berat
badan yang berarti Nutrition Monitoring
1. BB pasien dalam batas
normal
2. Monitoring adanya
penurunan berat badan
3. Monitoring tipe dan
jumlah aktivitas yang
biasa dilakukan
4. Monitoring interaksi
anak dan orangtua selama
makan
5. Monitor lingkungan
selama makan
6. Jadwalkan pengobatan
dan tindakan tidak
selama jam makan
7. Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
8. Monitor turgor kulit
9. Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan
mudah patah
10. Monitor mual dan
muntah

3 Hipertermia Thermoregulasi Fever Treatment


berhubungan Kriteria Hasil : 1. Monitor suhu sesering
dengan proses 1. Suhu tubuh dalam mungkin
infeksi virus rentang normal 2. Monitor warna dan suhu
2. Nadi dan RR dalam kulit
rentang normal 3. Monitor tekanan darah,
3. Tidak ada Nadi dan RR
perubahan warna 4. Monitor penurunan
kulit dan tidak ada tingkat kesadaran
pusing 5. Monitor intake dan
output
6. Selimuti pasien
7. Lakukan Tapid sponge
8. Kompres pasien pada
lipat paha dan aksila
9. Tingkatkan sirkulasi
udara
10. Berikan antipireutik
11. Kolaborasi pemberian
cairan intravena

4 Nyeri Akut b/d  Pain level Pain Management


Agen injuri fisik  Pain control 1. Lakukan pengkajian nyeri
(DHF), viremia,  Comfort level secara komperehensif
nyeri otot dan Kriteria Hasil : termasuk lokasi,
sendi 1. Mampu mengontrol karakteristik
nyeri ( tahu penyebab ,durasi,frekuensi,kualitas
nyeri, mampu termasuk lokasi,
menggunakan tehnik karakteristik dan faktor
nonfarmakologi presipitasi
untuk mengurangi 2. Observasi reaksi
nyeri, mencari nonverbal dari
bantuan ) ketidaknyamanan
2. Melaporkan bahwa 3. Gunakan teknik
nyeri berkurang komunikasi terapeutik
dengan menggunakan untuk mengetahui
manajemen nyeri . pengalaman nyeri pasien.
3. Mampu mengenali 4. Kaji kultur yang
nyeri ( skala, mempengaruhi respon
intensitas, frekuensi nyeri
dan tanda nyeri ) 5. Evaluasi pengalaman
4. Menyatakan rasa nyeri masa lampau
nyaman setelah nyeri 6. Bantu pasien dan
berkurang keluarga untuk mencari
5. Tanda vital dalam dan menemukan
rentang normal dukungan
7. Kontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi
nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan
dan kebisingan
8. Kurangi faktor presipitasi
nyeri
9. Pilih dan lakukan
penanganan nyeri (
farmakologi,
nonfarmakologi dan
interpersonal )
10. Kaji tipe dan sumber
nyeri untuk menentukan
intervensi
11. Ajarkan tentang tehnik
nonfarmakologi
12. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri

Anda mungkin juga menyukai