Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KANDUNGAN VITAMIN E DAN

BETAKAROTEN DARI KELAPA SAWIT

DISUSUN OLEH : KELOMPOK


FAHMI AULIA
MARDIYAN
RABBIA AL ADAWIYAH
TENGKU SAID ZAKI

PEMBIMBING : WETRI FEBRINA


TEKNIK INDUSTRI IV SORE A
PROSES PENGOLAHAN II

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT. Karena telah memberikan kita
kesehatan. Shalawat serta salam tetap kita curahkan kepada junjungan kita Nabi
besar Muhammad SAW. Karena dengan perjuangan dan jihad dari dakwah beliau
sekarang kita bisa merasakan nikmatnya iman dan islam dari agama yang beliau
sebarkan. Dan semoga kelak kita menjadi umat yang beliau syafaati di padang
tandus yang tidak kita temui syafaat selain dari beliau.
Makalah ini dibuat dengan judul “Vitamin E dan Betakaroten dari kelapa
sawit” diharapkan bisa membuat pembaca mengerti tentang Vitamin E dan
Betakaroten dari kelapa sawit.
Makalah ini masih sangat sederhana dan masih banyak sekali ditemukan
kekurangan baik isi atau kata yang kurang tepat dalam penyajiannya dan kami
sangat mengharap kritik dan saran untuk mrnyempurnakan makalah ini. Walaupun
demikian makalah ini juga sangat bermanfaat bagi kita karena dengan membaca
makalah ini kita mengetahui tentang Vitamin E dan Betakaroten dari kelapa sawit.
Meskipun demikian, kami mohon untuk saran dan kritiknya untuk memperbaiki
kekurangan dari makalah kami ini dan atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih.

Dumai, 13 Maret 2018

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar………………………………………………………………………1
Daftar isi……………………………………………………………………………..2
Bab I Pendahuluan:
1.1 Latar belakang……………………………………………………………………….3
1.2 Rumusan masalah……………………………………………………………….…...3
1.3 Tujuan penulisan…………………………………………………………………….4
Bab II Pembahasan:
2.1 Vitamin E pada CPO (Crude Palm Oil)……………………………………5
2.2 Tokoferol………………………………………………………………………..6
2.3 Tokotrienol……………………………………………………………………...7
2.4 Fungsi Tokoferol dan Tokotrienol Sebagai Antioksidan Bagi Tubuh……8
2.5 Kekurangan Vitamin E (Tokoferol Dan Tokotrienol) pada tubuh………..9
2.6 Proses Kehilangan Kandungan Vitamin E Pada Minyak Sawit……….10
2.7 Minyak sawit mengandung Betakaroten………………………………….11
2.8 Karotenoid………………………………………………………………..11
2.9 Minyak Sawit Merah……………………………………………………...12
3.0 Produksi dari betakaroten kelapa sawit yaitu biskuit kacang merah……...13
Bab III Penutup
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………..15
3.2 Saran………………………………………………………………………15
Daftar Pustaka……………………………………………………………………...16

3
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Minyak sawit (CPO) memiliki potensi besar untuk dikembangkan menjadi
produk farmaseutikal dan nutraseutikal, di antaranya karena kandungan vitamin E.
Kandungan vitamin E yang terdapat pada kelapa sawit didominasi oleh tokoferol.
Jenis vitamin E lainnya, tokotrienol pada kelapa sawit bahkan lebih tinggi
dibandingkan dengan sumber lain, seperti, minyak kacang, padi, barley,
gandum, jagung, kapuk, bunga matahari, dan kacang- kacangan (Abidi, 2003;
Colombo, 2010; Patel et al.,2011). Vitamin E di dalam minyak sawit berkisar
antara 600 – 1.000 ppm, bahkan pada residu minyak serabut sawit kandungan
vitamin E mencapai 2.000 - 4.000 ppm (Han Ng et al., 2004).
Vitamin E memiliki banyak manfaat bagi kesehatan manusia, selain
sebagai komponen vitamin, vitamin E dapat juga digunakan sebagai senyawa
antikanker, mencegah penuaan dini, mencegah penyakit kardiovaskuler, dan
kegunaan lainnya. Selama ini senyawa ini masih diimpor dari Malaysia, karena
memang baru Malaysia yang mengembangkan bahan farmaseutikal dari industri
sawit. Sesuai dengan kebijakan pemerintah untuk lebih mendorong industri hilir
kelapa sawit dan meningkatkan nilai tambah ekonomi, maka Indonesia perlu untuk
mengembangkan produk vitamin E dari kelapa sawit. Ekstraksi vitamin E dari
minyak sawit merupakan bahasan yang penting untuk diteliti.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat ditarik beberapa rumusan
masalah yang dikaji dalam makalah ini :
1. Kandungan vitamin e dari kelapa sawit
2. Kandungan betakaroten dari kelapa sawit

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan dari makalah ini adalah :
1. Pembaca dapat mengerti tentang kandungan vitamin e dari kelapa sawit
2. Pembaca dapat mengerti kandungan betakaroten dari kelapa sawit
4
BAB II
PEMBAHASAN

VITAMIN E

2.1 Vitamin E pada CPO (Crude Palm Oil)


Vitamin E adalah salah satu fitonutrien penting dalam makanan. Vitamin E
merupakan antioksidan yang larut dalam lemak. Vitamin E ini banyak terdapat
dalam membran eritrosit dan lipoprotein plasma. Sebagai antioksidan, vitamin E
berfungsi sebagai donor ion hidrogen yang mampu mengubah radikal bebas menjadi
radikal tokoferol yang kurang reaktif, sehingga tidak mampu merusak rantai asam
lemak (Triana, 2006).
Vitamin E mempunyai 8 isomer yang dikelompokan dalam 2
tokoferol (Toc) dan tokotrienol (Toc-3). Baik tokoferol maupun tokotrienol
mempunyai4 isomer yang dinyatakan sebagai α, β, δ dan γ yang dibedakan
berdasarkan jumlah dan posisi gugus metil pada cincin kroma (Andulaa dkk, 2017).
Suplemen vitamin E yang ada dipasaran umumnya tersusun atas tokoferol
dan tokotrienol yang diyakini sebagai antioksidan potensial (Rohaini, 2016). Namun
kandungan vitamin E yang terdapat pada minyak kelapa sawit didominasi oleh
tokoferol. Vitamin E di dalam minyak sawit berkisar antara 600–1.000 ppm (part
per milliaon), bahkan pada residu minyak serabut sawit kandungan vitamin E
mencapai 2.000 - 4.000 ppm (Kresnawaty, dkk 2012). Jenis vitamin E lainnya,
tokotrienol pada kelapa sawit bahkan lebih tinggi dibandingkan dengan sumber lain
seperti, minyak kacang, padi, barley, gandum, jagung, kapuk, bunga matahari,
dan kacang-kacangan (Hariyanto dkk, 2012). Adapun kandungan vitamin E
(tokoferol dan tokotrienol) pada minyak dapat dilihat pada tabel 2.3
Tabel 2.3 Kandungan Vitamin E (Tokoferol Dan Tokotrienol) Pada
Minyak
Sumber ppm (part per million)

Kelapa sawit 600-1000 ppm


Beras katul 800-900 ppm
Benih gandum 300-450 ppm
Kelapa 15-30 ppm
Kedelai 75-100 ppm
zaitun 100-150 ppm
(Sumber: Cho et al., 2009)

5
2.2 Tokoferol

Tokoferol merupakan deretan komponen organik yang terdiri fenol termetil.


Berbagai turunan tokoferol juga termasuk vitamin E. Tokoferol komersial diperoleh
dari sumber alami seperti minyak kelapa sawit dan minyak bekatul (Triana, 2006).
Ayu (2016), menambahkan bahwa tokoferol merupakan antioksidan yang utama
dalam lemak dan minyak dan dapat mencegah ketengikan. Tokoferol juga berperan
pada fertilisasi atau tingkat kesuburan dan pembentukn jaringan tulang.
Alfa-tokoferol adalah bentuk vitamin E yang paling aktif, yang digunakan
pula sebagai standar pengukuran vitamin E dalam makanan. Bentuk sintetik
vitamin E mempunyai aktivitas biologik 50% dari pada alfa-tokoferol yang terdapat
dialam (Dewi, 2015).
Tokoferol, terutama α-tokoferol telah diketahui sebagai antioksidan yang
mampu mempertahankan integritas membran. Senyawa tersebut dilaporkan bekerja
sebagai scanvenger radikal bebas oksigen, peroksida lipid dan oksigen singlet.
Selain itu tokoferol merupakan antioksidan yang larut dalam minyak. sebagai
antioksidan tokoferol berfungsi sebagai donor ion hidrogn yang mampu
merubah radikal peroksil (hasil peroksida lipid, menjadi radikal tokoferol yang
kurang reaktif, sehingga tidak ammpu merusak rantai asam lemak. Berdasarkan
jumlah gugus metil pada inti aromatik, dikenal 4 tokoferol yaitu α, δ, β, γ. Diantara
ke empat bentuk tokoferol tersebut, yang paling aktif adalah α-tokoferol. Oleh sebab
itu, aktivitas vitamin E diukur sebagai α- tokoferol (Winarsi, 2007). Kandungan
tokoferol pada minyak sawit berkisar 15 mg / 100 g atau 150 ppm (Rohaini dkk,
2016).
Adapun komposisi dari tokoferol dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut.

Gambar 2.1 tokoferol dan isomernya

6
2.3 Tokotrienol
Tokotrienol merupakan antioksidan yang dapat bekerja cepat, 40-60 kali
lebih efektif dalam mencegah kerusakan akibat radikal bebas dari pada α-tokoferol.
Selain itu tokotrienol merupakan antioksidan potensial dan lebih efektif
dibandingkan tokoferol. Hal ini berkaitan dengan distribusi yang lebih baik pada
lapisan berlemak membran sel (Ahmadi, 2010).
Rantai samping tokotrienol yang tidak jenuh menyebabkan penetrasi pada
lapisan lemak jenuh pada otak dan hati lebih baik. Disamping mempunyai sifat
penangkapan radikal bebas, sifat antioksidatif tokotrienol juga berkaitan dengan
kemampuannya menurunkan pembentukan tumor, kerusakan DNA, dan kerusakan
sel (Triana, 2006).
Beberapa hasil penelitian in vivo dan in vitro menunjukkan bahwa
tokotrienol merupakan antioksidan potensial dan secara in vitro tokotrienol
merupakan anti kanker yang lebih efektif dibandingkan tokoferol. Sifat tokotrienol
ini berkaitan dengan adanya rantai samping yang tidak jenuh yang
mengakibatkan inkorporasi ke dalam sel lebih tinggi (Martha dkk, 2013)
Sama halnya dengan tokoferol, tokotrienol juga memiliki 4 isomer yang
dinyatakan sebagai α, β, δ dan γ. Menurut cho et al (2009) kandungan tokotrienol
dalam minyak sawit berkisar 55 mg/ 100 gr atau 150-600 ppm. Adapun komposisi
tokotrienol dan isomernya dapat dilihat pada gambar 2.2.

Gambar 2.2 tokotrienol dan isomernya

7
2.4 Fungsi Vitamin E (Tokoferol Dan Tokotrienol) Sebagai Antioksidan Bagi
Tubuh
Vitamin E merupakan zat gizi yang penting dan unik. Penting karena
vitamin ini mempunyai sifat antioksidan sehingga zat gizi ini dapat mencegah
atau menghambat terjadinya penyakit degeneratif. Disebut unik karena vitamin ini
dimasukan dalam kelompok vitamin, walaupun sebenarnya tidak mempunyai fungsi
sebagai kofaktor untuk reaksi enzim seperti lazimnya vitamin umumnya
(Lamid, 1995).
Secara fisik vitamin E larut dalam lemak.vitamin ini tiak dapat disintesa oleh
tubuh sehingga harus dikonsumsi dari makanan dan suplemen. Vitamin E terdiri dari
tokoferol dan tokotrienol. Dan dialam ditemukan 8 jenis senyawa yang mengandung
vitamin E yaitu α, β, δ dan γ pada tokoferol dan α, β, δ dan γ pada tokotrienol
(Andulla dkk, 2017).
Ada beberapa fungsi vitamin E sebagai antioksidan dalam tubuh
menurut Lamid (1995) sebagai berikut:
a. Kekebalan Tubuh
Vitamin E dapat meningkatkan daya tahan tubuh, membantu mengatasi stres,
meningkatkan kesuburan, meminimalkan risiko kanker dan penyakit jantung
koroner.
b. Kesehatan kulit
Berperan sangat penting bagi kesehatan kulit, yaitu dengan menjaga,
meningkatkan elastisitas dan kelembapan kulit, mencegah proses penuaan dini,
melindungi kulit dari kerusakan akibat radiasi sinar ultraviolet, serta mempercepat
proses penyembuhan luka.
c. Sebagai antioksidan
Fungsi utama vitamin E adalah sebagai antioksidan. Termaksud tokoferol
dan tokotrienol yang mempunyai fungsi sama sebagai zat antioksidan bagi tubuh.
Vitamin E terlibat dalam banyak proses tubuh dan beroperasi sebagai antioksidan
alami yang membantu melindungi struktur sel yang penting terutama membran sel
dari kerusakan akibat adanya radikal bebas. Radikal bebas terbentuk dari reaksi
kimia yang berllangsung sangat panjang dalam tubuh atau hasil pencemaran
lingkungan seperti nitrogen dioksida, logam berat, asap rokok. Dalam melaksanakan
fungsinya sebagai antioksidan dalam tubuh, vitamin E bekerja dengan cara mencari,
8
bereaksi dan merusak rantai reaksi radikal bebas. Dalam reaksi tersebut, vitamin E
sendiri diubah menjadi radikal. Namun radikal ini akan segera
beregenerasi menjadi vitamin aktif melalui proses biokimia yang melibatkan
senyawa lain (Lamid, 1995).
d. Zat Pelindung Tubuh
Melindungi sel darah merah yang mengangkut oksigen ke seluruh jaringan
tubuh dari kerusakan. Selain bisa melindungi dari akibat kelebihan vitamin A dan
melindungi vitamin A dari kerusakan, vitamin ini juga bisa melindungi tubuh dari
akibat berbagai obat, bahan kimia, dan logam yang mendukung pembentukan
radikal bebas.

2.5 Kekurangan Vitamin E (Tokoferol Dan Tokotrienol) pada tubuh


Menurut Astuti Lamid (1995), pentingnya vitamin E bagi tubuh, kekurangan
vitamin E (tokoferol dan tokotrienol) dapat menyebabkan hal-hal sebagai berikut:
a. Kekurangan asupan vitamin E pada tubuh dapat mengakibatkan kerusakan
pada sistem saraf dan otot. Hal ini disebabkan karena sel darah merah yang
rusak dan kemudian terbelah yang mengakibatkan sistem saraf dan otot menjadi
terganggu. Selain itu kekurangan vitamin E juga dapat menyebabkan gangguan pada
penglihatan (katarak), kelainan fungsi otak dan sumsum tulang belakang, kelainan
terhadap sistem reproduksi dan infertilitas (ketidak suburan).
b. Penyakit akibat kekurangan vitamin E pada bayi dan anak-anak
adalah resiko pada bayi prematur yang memang memiliki kecenderungan akibat
kekurangan vitamin E akan mengalami gangguan penglihatan hingga kebutaan.
Sedangkan untuk anak-anak yang sudah berusia lebih besar akan beresiko
terjadinya penyakit kelainan saraf, refleks menurun, dan gangguan
penyerapan usus.
c. Kerusakan pada DNA dan asam lemak tak jenuh (PUFA) ketika radikal
bebas bereaksi dengan PUFA, reaksi berantai mendorong terbentuknya radikal
bebas dalam jumlah yang banyak. Radikal bebas dapat merusak baik srtuktur dan
fungsi sel membran nucleid acid dan elekrodense region protein. Hal ini
mengakibatkan sel mati atau merusak respon ke sel hormon dan
neurotransmitter, mutasi sel yang memungkinkan menjadi karsinogenik, enzim dan
protein menjadi tidak aktif sehingga terjadi kerusakan pada protein dan apabila
9
terjadi pada lensa mata dapat menimbulkan katarak.
d. Kerusakan akbat radikal bebas dikaitkan dengan kerusakan
jaringan ditandai dengan munculnya penuaan dini (prematur aging), kanker,
ateroskleorosis dan lain-lain.

2.6 Proses Kehilangan Kandungan Vitamin E (Tokoferol Dan Tokotrienol)


Pada Minyak Sawit
Meskipun fungsinya sebagai antioksidan, kandungan Vitamin E (tokoferol
dan tokotrienol) dalam minyak sawit dapat hilang. Sesuai dengan pendapat
Kresnawaty dkk, (2012) vitamin E juga memiliki sifat yang sangat labil terhadap
panas dan reaksi oksidasi. Biasanya Oksidasi dikarenakan oleh adanya cahaya,
panas, penambahan suhu atau pun lamanya proses ekstraksi buah untuk
mendapatkan minyak.
Selain labil terhadap panas vitamin E juga akan hilang karena lamanya
proses ekstraksi minyak sawit (Rohaini dkk, 2014). Vitamin E juga dapat
rusak akibat lamanya pemasakan dan proses pengolahan makanan yang bersifat
komersial, termasuk saat pembekuan, pemisahan atau penghilangan fraksi lmak
(refining) dapat menyebabkan kerusakan dan penurunan kandungan vitamin E.
Sedangkan dalam proses penyulingan minyak dapat menjadi fakror penyebab
perubahan struktur dan konsentrasi vitamin E terutama pada tokoferol. Sedangkan
tokoferol hilang sekitar 30-60 % disebabkan oleh penambahan bahan kimia
yang digunakan dalam pengolahan ataupun perlakuan saat proses pengolahan
berlangsung (Ayu, 2016).

10
BETAKAROTEN
2.7 Minyak sawit mengandung Betakaroten
Minyak sawit secara alami berwarna merah karena kandungan betakaroten
yang tinggi. Buah kelapa sawit terdiri dari 80% bagian perikarp (epikarp dan
mesokarp) dan 20% biji (endokarp dan endosperm), dan setelah di ekstraksi akan
menghasilkan minyak yang disebut minyak sawit. Minyak sawit terdiri dari dua
jenis minyak yaitu minyak dari inti (endosperm) sawit disebut dengan minyak inti
sawit (PKO) dan minyak dari sabut (mesokarp) sawit disebut minyak sawit (CPO)
yang memiliki perbedaan sifat (Ketaren, 2005). Karotenoid merupakan pigmen
yang membedakan antara minyak sawit dengan minyak inti sawit yang memberikan
warna kuning merah pada minyak. Karotenoid yang terkandung didalam minyak
sawit memiliki komposisi seperti α-, β-, γ- karoten dan xantofil yang tidak dimiliki
oleh minyak inti sawit (tidak terdeteksi adanya karoten).
Minyak sawit memiliki kandungan karotenoid yang lebih tinggi
dibandingkan dengan minyak zaitun, kedelai, dan jagung. Selain mengandung
provitamin A yaitu α-karoten, β-karoten dan vitamin E (tokoferol dan tokotrienol),
minyak sawit mengandung berbagai jenis zat bioaktif lain seperti riboflavin, niasin,
likopen, mineral yang terdiri dari fosfor, potassium, kalsium, dan magnesium
(Ketaren, 2005).

2.8 Karotenoid
Karotenoid merupakan pigmen yang memberikan keanekaragaman warna.
Pigmen tersebut memberikan warna jingga sampai merah terutama pada akar, daun,
bunga, dan buah. Struktur alifatik dan alisiklik merupakan struktur yang dimiliki
oleh pigmen karotenoid yang pada umumnya disusun oleh delapan unit isoprene
(Gambar 2) (Gross, 1991) dan dua gugus metil yang dekat dengan molekul pusat
terletak pada posisi C1 dan C6, selain gugus metil tersebut juga terdapat gugus metil
lainnya yang berada pada C1dan C5, serta diantaranya terdapat ikatan ganda
terkonjugasi (Ong, 1990).

11
Gambar 2. Struktur kimia β-karoten
Sumber: Gross (1991)

Warna jingga tua sampai merah pada CPO disebabkan oleh kandungan
karotenoid, karena dalam ikatan karotenoid terdapat ikatan ganda terkonjugasi yang
menunjukan adanya gugus kromofor pada karotenoid yang menyebabkan terjadinya
pembentukan warna. Pekatnya warna karotenoid pada CPO, tergantung dari
banyaknya ikatan ganda terkonjugasi. Karotenoid merupakan pigmen yang tidak
larut dalam air, tetapi akan larut pada minyak, lemak, asam lemak, pelarut minyak,
dan pelarut lemak. Karotenoid mempunyai aktivitas yang penting bagi kesehatan,
namun mempunyai sifat yang sensitif terhadap beberapa kondisi pengolahan minyak
makan secara konvensional yaitu pengolahan suhu tinggi maupun oksidasi
(Winarno, 1997). Beta karoten adalah salah satu jenis senyawa hidrokarbon
karotenoid yang merupakan senyawa golongan tetraterpenoid. Adanya ikatan ganda
menyebabkan β-karoten peka terhadap oksidasi. Penyimpanan karotenoid harus
dilakukan pada suhu 20oC pada ruangan gelap dan dalam keadaan vakum (Winarsi,
2007).

2.9 Minyak Sawit Merah


Minyak sawit merah merupakan jenis minyak yang mengandung karotenoid
yang tinggi dan diproses tanpa melalui proses bleaching eart (tanah pemucat),
karena proses bleaching eart dapat menghilangkan sebagian besar kandungan
karotenoidnya pada minyak sawit (Rossi, 2001). Arang aktif (bleaching agent)
dapat menyerap sebagian besar zat warna sebanyak 95-97% dari total zat warna
dalam minyak sawit kasar. Menurut Basiron dan Weng (2004), minyak merah yang
memiliki kandungan karotenoid yang tinggi, dapat dimanfaatkan sebagai pangan
fungsional dan pewarna alami. Penggunaan minyak merah sebagai pangan

12
fungsional, karena minyak merah memiliki kandungan carrier provitamin A dan
vitamin E yang sangat baik bagi kesehatan.
Minyak sawit merah memiliki kandungan karoten sebesar 600 sampai 1000
ppm. Karotenoid yang terdapat dalam minyak sawit terdiri dari α-karoten ± 36,2%,
β-karoten ± 54,4%, τ-karoten ± 3,3%, likopen ± 3,8%, dan santofil ± 2,2%
(Naibaho, 1988). Menurut Abdul (1999), sebanyak kurang lebih 800 ppm tokoferol
terdapat dalam minyak sawit yang merupakan campuran dari α-tokoferol 20%, α-
tokotrienol 25%, τ-tokotrienol 45%, dan δ-tokotrienol 10%. Kelompok senyawa
tokoferol (vitamin E) tersebut dapat berfungsi sebagai antioksidan. Minyak sawit
yang berwarna merah dapat digunakan untuk menanggulangi defisiensi vitamin A
karena kandungan β-karotennya (Muhilal,1991). Kandungan β-karoten yang
terdapat pada minyak sawit merah dipertahankan dengan pengolahan tanpa
melakukan proses bleaching, sehingga karotenoid yang terdapat pada minyak sawit
merah masih sangat tinggi (Riyadi,2009). Berikut karakteristik dari minyak sawit
merah dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Karakteristik minyak sawit merah

Parameter Jumlah
Kadar air (%) 0,02
Kadar asam lemak bebas (%) 0,14
Total karotenoid (ppm) 382,60
Bilangan peroksida (meq/kg) 3,94

Sumber: Asmaranala (2010)

3.0 Produksi dari betakaroten kelapa sawit yaitu biskuit kacang merah
Biskuit kacang dibuat dengan menggunakan campuran minyak sawit merah
kaya akan betakaroten dengan minyak goreng pada perbandingan (0:100), (20:80),
(40:60), (60:40), (80:20), dan (100:0).
Total betakaroten diukur dengan menggunakan metode UV-Vis
spektrofotometri sebagai β-karoten dengan menggunakan pelarut heksan dimana
arbsorbansi maksimum terjadi pada panjang gelombang 446nm (Choo, 1994).
Fennema (1996) juga menjelaskan bahwa pada panjang gelombang antara 430-
480nm diperkirakan terjadinya deteksi panjang gelombang karoten. Pengujian total

13
betakaroten dilakukan dengan tahapan pertama yaitu menimbang sampel sebanyak
1gram, kemudian dimasukan kedalam labu ukur. Tambahkan heksan kedalam labu
ukur sampai tanda tera, kemudian diaduk sampai tercampur. Setelah sampel dan
heksan tercampur kemudian sampel diuji total betakarotennya dengan menggunakan
alat spektrofotometer (Abdul Rohman dan Sumantri, 2007).
Total betakaroten (ppm) = 25x absorbansi x 383
100 x berat sampel (g)

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat dari makalah ini adalah
Minyak sawit (CPO) memiliki potensi besar untuk dikembangkan menjadi produk
farmaseutikal dan nutraseutikal, di antaranya karena kandungan vitamin E. Kandungan
vitamin E yang terdapat pada kelapa sawit didominasi oleh tokoferol. Vitamin E
mempunyai 8 isomer yang dikelompokan dalam 2 tokoferol (Toc) dan tokotrienol
(Toc-3). Baik tokoferol maupun tokotrienol mempunyai4 isomer yang dinyatakan sebagai
α, β, δ dan γ yang dibedakan berdasarkan jumlah dan posisi gugus metil pada cincin kroma.
Minyak sawit secara alami berwarna merah karena kandungan betakaroten yang
tinggi. Buah kelapa sawit terdiri dari 80% bagian perikarp (epikarp dan mesokarp) dan 20%
biji (endokarp dan endosperm), dan setelah di ekstraksi akan menghasilkan minyak yang
disebut minyak sawit. Minyak sawit merah merupakan jenis minyak yang mengandung
karotenoid yang tinggi dan diproses tanpa melalui proses bleaching eart (tanah pemucat),
karena proses bleaching eart dapat menghilangkan sebagian besar kandungan karotenoidnya
pada minyak sawit.

3.2 Saran
Dengan membaca makalah ini, kita telah mengetahui apa itu kandungan vitamin E
dan betakaroten dari kelapa sawit. Semoga para pembaca semua bisa mengetahui apa itu
kandungan vitamin E dan betakaroten dari kelapa sawit.

15
DAFTAR PUSTAKA

Champe, Pamela C.2010. B i o k i m i a : U l a s a n B e r g a m b a r e d i s i 3 . Jakarta:EGC


Murray, Robert K.2009. B i o k i m i a H a r p e r e d i s i 2 7 . Jakarta:EGC
Anonim. 2011. Vitamin. http://id.wikipedia.org/wiki/Vitamin. [ 09 Desember 2011 di
Banda Aceh ].
Lal, H. 2000. Biochemistry for Dental Students. CBS Publishers and Distributor, New
Delhi.
Basiron Y, Weng CK. 2004. The oil palm and its sustainability. Journal of Oil Palm Research
Vol.16(1):1-10.
Berger, K.G. 1988. A Layman’s Glossary of Oils and Fats. No: 9. Kuala Lumpur: Institut
Penyelidikan Minyak dan Kelapa Sawit Malaysia. 58 hlm.
Bernadini E. 1983. Fats and Oils. Publishing House, Rome. 53-275.

16

Anda mungkin juga menyukai