Sistem Pengolahan
Sistem Pengolahan
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT. Karena telah memberikan kita
kesehatan. Shalawat serta salam tetap kita curahkan kepada junjungan kita Nabi
besar Muhammad SAW. Karena dengan perjuangan dan jihad dari dakwah beliau
sekarang kita bisa merasakan nikmatnya iman dan islam dari agama yang beliau
sebarkan. Dan semoga kelak kita menjadi umat yang beliau syafaati di padang
tandus yang tidak kita temui syafaat selain dari beliau.
Makalah ini dibuat dengan judul “Vitamin E dan Betakaroten dari kelapa
sawit” diharapkan bisa membuat pembaca mengerti tentang Vitamin E dan
Betakaroten dari kelapa sawit.
Makalah ini masih sangat sederhana dan masih banyak sekali ditemukan
kekurangan baik isi atau kata yang kurang tepat dalam penyajiannya dan kami
sangat mengharap kritik dan saran untuk mrnyempurnakan makalah ini. Walaupun
demikian makalah ini juga sangat bermanfaat bagi kita karena dengan membaca
makalah ini kita mengetahui tentang Vitamin E dan Betakaroten dari kelapa sawit.
Meskipun demikian, kami mohon untuk saran dan kritiknya untuk memperbaiki
kekurangan dari makalah kami ini dan atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar………………………………………………………………………1
Daftar isi……………………………………………………………………………..2
Bab I Pendahuluan:
1.1 Latar belakang……………………………………………………………………….3
1.2 Rumusan masalah……………………………………………………………….…...3
1.3 Tujuan penulisan…………………………………………………………………….4
Bab II Pembahasan:
2.1 Vitamin E pada CPO (Crude Palm Oil)……………………………………5
2.2 Tokoferol………………………………………………………………………..6
2.3 Tokotrienol……………………………………………………………………...7
2.4 Fungsi Tokoferol dan Tokotrienol Sebagai Antioksidan Bagi Tubuh……8
2.5 Kekurangan Vitamin E (Tokoferol Dan Tokotrienol) pada tubuh………..9
2.6 Proses Kehilangan Kandungan Vitamin E Pada Minyak Sawit……….10
2.7 Minyak sawit mengandung Betakaroten………………………………….11
2.8 Karotenoid………………………………………………………………..11
2.9 Minyak Sawit Merah……………………………………………………...12
3.0 Produksi dari betakaroten kelapa sawit yaitu biskuit kacang merah……...13
Bab III Penutup
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………..15
3.2 Saran………………………………………………………………………15
Daftar Pustaka……………………………………………………………………...16
3
PENDAHULUAN
VITAMIN E
5
2.2 Tokoferol
6
2.3 Tokotrienol
Tokotrienol merupakan antioksidan yang dapat bekerja cepat, 40-60 kali
lebih efektif dalam mencegah kerusakan akibat radikal bebas dari pada α-tokoferol.
Selain itu tokotrienol merupakan antioksidan potensial dan lebih efektif
dibandingkan tokoferol. Hal ini berkaitan dengan distribusi yang lebih baik pada
lapisan berlemak membran sel (Ahmadi, 2010).
Rantai samping tokotrienol yang tidak jenuh menyebabkan penetrasi pada
lapisan lemak jenuh pada otak dan hati lebih baik. Disamping mempunyai sifat
penangkapan radikal bebas, sifat antioksidatif tokotrienol juga berkaitan dengan
kemampuannya menurunkan pembentukan tumor, kerusakan DNA, dan kerusakan
sel (Triana, 2006).
Beberapa hasil penelitian in vivo dan in vitro menunjukkan bahwa
tokotrienol merupakan antioksidan potensial dan secara in vitro tokotrienol
merupakan anti kanker yang lebih efektif dibandingkan tokoferol. Sifat tokotrienol
ini berkaitan dengan adanya rantai samping yang tidak jenuh yang
mengakibatkan inkorporasi ke dalam sel lebih tinggi (Martha dkk, 2013)
Sama halnya dengan tokoferol, tokotrienol juga memiliki 4 isomer yang
dinyatakan sebagai α, β, δ dan γ. Menurut cho et al (2009) kandungan tokotrienol
dalam minyak sawit berkisar 55 mg/ 100 gr atau 150-600 ppm. Adapun komposisi
tokotrienol dan isomernya dapat dilihat pada gambar 2.2.
7
2.4 Fungsi Vitamin E (Tokoferol Dan Tokotrienol) Sebagai Antioksidan Bagi
Tubuh
Vitamin E merupakan zat gizi yang penting dan unik. Penting karena
vitamin ini mempunyai sifat antioksidan sehingga zat gizi ini dapat mencegah
atau menghambat terjadinya penyakit degeneratif. Disebut unik karena vitamin ini
dimasukan dalam kelompok vitamin, walaupun sebenarnya tidak mempunyai fungsi
sebagai kofaktor untuk reaksi enzim seperti lazimnya vitamin umumnya
(Lamid, 1995).
Secara fisik vitamin E larut dalam lemak.vitamin ini tiak dapat disintesa oleh
tubuh sehingga harus dikonsumsi dari makanan dan suplemen. Vitamin E terdiri dari
tokoferol dan tokotrienol. Dan dialam ditemukan 8 jenis senyawa yang mengandung
vitamin E yaitu α, β, δ dan γ pada tokoferol dan α, β, δ dan γ pada tokotrienol
(Andulla dkk, 2017).
Ada beberapa fungsi vitamin E sebagai antioksidan dalam tubuh
menurut Lamid (1995) sebagai berikut:
a. Kekebalan Tubuh
Vitamin E dapat meningkatkan daya tahan tubuh, membantu mengatasi stres,
meningkatkan kesuburan, meminimalkan risiko kanker dan penyakit jantung
koroner.
b. Kesehatan kulit
Berperan sangat penting bagi kesehatan kulit, yaitu dengan menjaga,
meningkatkan elastisitas dan kelembapan kulit, mencegah proses penuaan dini,
melindungi kulit dari kerusakan akibat radiasi sinar ultraviolet, serta mempercepat
proses penyembuhan luka.
c. Sebagai antioksidan
Fungsi utama vitamin E adalah sebagai antioksidan. Termaksud tokoferol
dan tokotrienol yang mempunyai fungsi sama sebagai zat antioksidan bagi tubuh.
Vitamin E terlibat dalam banyak proses tubuh dan beroperasi sebagai antioksidan
alami yang membantu melindungi struktur sel yang penting terutama membran sel
dari kerusakan akibat adanya radikal bebas. Radikal bebas terbentuk dari reaksi
kimia yang berllangsung sangat panjang dalam tubuh atau hasil pencemaran
lingkungan seperti nitrogen dioksida, logam berat, asap rokok. Dalam melaksanakan
fungsinya sebagai antioksidan dalam tubuh, vitamin E bekerja dengan cara mencari,
8
bereaksi dan merusak rantai reaksi radikal bebas. Dalam reaksi tersebut, vitamin E
sendiri diubah menjadi radikal. Namun radikal ini akan segera
beregenerasi menjadi vitamin aktif melalui proses biokimia yang melibatkan
senyawa lain (Lamid, 1995).
d. Zat Pelindung Tubuh
Melindungi sel darah merah yang mengangkut oksigen ke seluruh jaringan
tubuh dari kerusakan. Selain bisa melindungi dari akibat kelebihan vitamin A dan
melindungi vitamin A dari kerusakan, vitamin ini juga bisa melindungi tubuh dari
akibat berbagai obat, bahan kimia, dan logam yang mendukung pembentukan
radikal bebas.
10
BETAKAROTEN
2.7 Minyak sawit mengandung Betakaroten
Minyak sawit secara alami berwarna merah karena kandungan betakaroten
yang tinggi. Buah kelapa sawit terdiri dari 80% bagian perikarp (epikarp dan
mesokarp) dan 20% biji (endokarp dan endosperm), dan setelah di ekstraksi akan
menghasilkan minyak yang disebut minyak sawit. Minyak sawit terdiri dari dua
jenis minyak yaitu minyak dari inti (endosperm) sawit disebut dengan minyak inti
sawit (PKO) dan minyak dari sabut (mesokarp) sawit disebut minyak sawit (CPO)
yang memiliki perbedaan sifat (Ketaren, 2005). Karotenoid merupakan pigmen
yang membedakan antara minyak sawit dengan minyak inti sawit yang memberikan
warna kuning merah pada minyak. Karotenoid yang terkandung didalam minyak
sawit memiliki komposisi seperti α-, β-, γ- karoten dan xantofil yang tidak dimiliki
oleh minyak inti sawit (tidak terdeteksi adanya karoten).
Minyak sawit memiliki kandungan karotenoid yang lebih tinggi
dibandingkan dengan minyak zaitun, kedelai, dan jagung. Selain mengandung
provitamin A yaitu α-karoten, β-karoten dan vitamin E (tokoferol dan tokotrienol),
minyak sawit mengandung berbagai jenis zat bioaktif lain seperti riboflavin, niasin,
likopen, mineral yang terdiri dari fosfor, potassium, kalsium, dan magnesium
(Ketaren, 2005).
2.8 Karotenoid
Karotenoid merupakan pigmen yang memberikan keanekaragaman warna.
Pigmen tersebut memberikan warna jingga sampai merah terutama pada akar, daun,
bunga, dan buah. Struktur alifatik dan alisiklik merupakan struktur yang dimiliki
oleh pigmen karotenoid yang pada umumnya disusun oleh delapan unit isoprene
(Gambar 2) (Gross, 1991) dan dua gugus metil yang dekat dengan molekul pusat
terletak pada posisi C1 dan C6, selain gugus metil tersebut juga terdapat gugus metil
lainnya yang berada pada C1dan C5, serta diantaranya terdapat ikatan ganda
terkonjugasi (Ong, 1990).
11
Gambar 2. Struktur kimia β-karoten
Sumber: Gross (1991)
Warna jingga tua sampai merah pada CPO disebabkan oleh kandungan
karotenoid, karena dalam ikatan karotenoid terdapat ikatan ganda terkonjugasi yang
menunjukan adanya gugus kromofor pada karotenoid yang menyebabkan terjadinya
pembentukan warna. Pekatnya warna karotenoid pada CPO, tergantung dari
banyaknya ikatan ganda terkonjugasi. Karotenoid merupakan pigmen yang tidak
larut dalam air, tetapi akan larut pada minyak, lemak, asam lemak, pelarut minyak,
dan pelarut lemak. Karotenoid mempunyai aktivitas yang penting bagi kesehatan,
namun mempunyai sifat yang sensitif terhadap beberapa kondisi pengolahan minyak
makan secara konvensional yaitu pengolahan suhu tinggi maupun oksidasi
(Winarno, 1997). Beta karoten adalah salah satu jenis senyawa hidrokarbon
karotenoid yang merupakan senyawa golongan tetraterpenoid. Adanya ikatan ganda
menyebabkan β-karoten peka terhadap oksidasi. Penyimpanan karotenoid harus
dilakukan pada suhu 20oC pada ruangan gelap dan dalam keadaan vakum (Winarsi,
2007).
12
fungsional, karena minyak merah memiliki kandungan carrier provitamin A dan
vitamin E yang sangat baik bagi kesehatan.
Minyak sawit merah memiliki kandungan karoten sebesar 600 sampai 1000
ppm. Karotenoid yang terdapat dalam minyak sawit terdiri dari α-karoten ± 36,2%,
β-karoten ± 54,4%, τ-karoten ± 3,3%, likopen ± 3,8%, dan santofil ± 2,2%
(Naibaho, 1988). Menurut Abdul (1999), sebanyak kurang lebih 800 ppm tokoferol
terdapat dalam minyak sawit yang merupakan campuran dari α-tokoferol 20%, α-
tokotrienol 25%, τ-tokotrienol 45%, dan δ-tokotrienol 10%. Kelompok senyawa
tokoferol (vitamin E) tersebut dapat berfungsi sebagai antioksidan. Minyak sawit
yang berwarna merah dapat digunakan untuk menanggulangi defisiensi vitamin A
karena kandungan β-karotennya (Muhilal,1991). Kandungan β-karoten yang
terdapat pada minyak sawit merah dipertahankan dengan pengolahan tanpa
melakukan proses bleaching, sehingga karotenoid yang terdapat pada minyak sawit
merah masih sangat tinggi (Riyadi,2009). Berikut karakteristik dari minyak sawit
merah dapat dilihat pada Tabel 3.
Parameter Jumlah
Kadar air (%) 0,02
Kadar asam lemak bebas (%) 0,14
Total karotenoid (ppm) 382,60
Bilangan peroksida (meq/kg) 3,94
3.0 Produksi dari betakaroten kelapa sawit yaitu biskuit kacang merah
Biskuit kacang dibuat dengan menggunakan campuran minyak sawit merah
kaya akan betakaroten dengan minyak goreng pada perbandingan (0:100), (20:80),
(40:60), (60:40), (80:20), dan (100:0).
Total betakaroten diukur dengan menggunakan metode UV-Vis
spektrofotometri sebagai β-karoten dengan menggunakan pelarut heksan dimana
arbsorbansi maksimum terjadi pada panjang gelombang 446nm (Choo, 1994).
Fennema (1996) juga menjelaskan bahwa pada panjang gelombang antara 430-
480nm diperkirakan terjadinya deteksi panjang gelombang karoten. Pengujian total
13
betakaroten dilakukan dengan tahapan pertama yaitu menimbang sampel sebanyak
1gram, kemudian dimasukan kedalam labu ukur. Tambahkan heksan kedalam labu
ukur sampai tanda tera, kemudian diaduk sampai tercampur. Setelah sampel dan
heksan tercampur kemudian sampel diuji total betakarotennya dengan menggunakan
alat spektrofotometer (Abdul Rohman dan Sumantri, 2007).
Total betakaroten (ppm) = 25x absorbansi x 383
100 x berat sampel (g)
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat dari makalah ini adalah
Minyak sawit (CPO) memiliki potensi besar untuk dikembangkan menjadi produk
farmaseutikal dan nutraseutikal, di antaranya karena kandungan vitamin E. Kandungan
vitamin E yang terdapat pada kelapa sawit didominasi oleh tokoferol. Vitamin E
mempunyai 8 isomer yang dikelompokan dalam 2 tokoferol (Toc) dan tokotrienol
(Toc-3). Baik tokoferol maupun tokotrienol mempunyai4 isomer yang dinyatakan sebagai
α, β, δ dan γ yang dibedakan berdasarkan jumlah dan posisi gugus metil pada cincin kroma.
Minyak sawit secara alami berwarna merah karena kandungan betakaroten yang
tinggi. Buah kelapa sawit terdiri dari 80% bagian perikarp (epikarp dan mesokarp) dan 20%
biji (endokarp dan endosperm), dan setelah di ekstraksi akan menghasilkan minyak yang
disebut minyak sawit. Minyak sawit merah merupakan jenis minyak yang mengandung
karotenoid yang tinggi dan diproses tanpa melalui proses bleaching eart (tanah pemucat),
karena proses bleaching eart dapat menghilangkan sebagian besar kandungan karotenoidnya
pada minyak sawit.
3.2 Saran
Dengan membaca makalah ini, kita telah mengetahui apa itu kandungan vitamin E
dan betakaroten dari kelapa sawit. Semoga para pembaca semua bisa mengetahui apa itu
kandungan vitamin E dan betakaroten dari kelapa sawit.
15
DAFTAR PUSTAKA
16