Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Teori elemen statemen keuangan tidak terbatas pada penlaran tentang definisi,
tetapi meliputi pula penalaran tentang pengukuran, penilaian, pengakun, penyajian, dan
pengungkapan. Penalaran ini menjadi dasar dalam pemilihan kebijakan baik pada tingkat
perekayasaan maupun penetapan standar. Konsep kesatuaan usaha menegaskan bahwa
perusahaan merupakan entitas yang berdiri sendiri dan bertindak atas namanya sendiri
dan perusahaan menjadi fokus pelaporan. Jadi fungsi pengelolaan dan pemilikan terpisah
sehingga keduanya dipandang sebagai huubungan bisnis. Hubungan bisnis dapat
dipertahankan kalau aset yang dikelola manajemen selalu ditunjukkan asal atau
sumbernya.
Setelah badan usaha berdiri dan pemilik menanamkan dana ke badan usaha, upaya
badan usaha dalam mendatangkan pendapatan dilakukan dengan menyediakan barang
dan jasa yang melibatkan pemerolehan berbagai aset.
Aset merupakan elemen neraca yang akan membentuk informasi semantik berupa
posisi keuangan, jika dihubungkan dengan elemen yang lain yaitu kewajiban dan ekuitas.
Aset atau aktiva adalah sumber ekonomi yang diharapkan memberikan manfaat usaha di
kemudian hari. Aset dimasukkan dalam neraca dengan saldo normal debit.
Aset itu adalah semua hak yang dapat digunakan dalam operasi perusahaan.Yang
dapat dimasukkan ke dalam kolom asset salah satunya adalah gedung atau bangunan. Jadi
kalau suatu perusahaan memiliki gedung senilai satu miliar rupiah, maka asset yang
dihitung adalah satu miliar rupiah itu. Selain gedung, yang bisa dihitung sebagai asset
bisa termasuk: merk dagang, paten teknologi, uang kas, mobil, dll
Menurut FASB aset adalah manfaat ekonomik masa datang yang cukup pasti
yang diperoleh atau dikuasai / dikendalikan oleh suatu entitas sebagai akibat transaksi
atau kejadian masa lalu. Menurut APB dan ijiri medefinisi aset sebagai sumber ekonomik
karena adanya unsur kelangkaan sehingga suatu entitas harus mengendalikannya dari
akses pihak lain melalui transakasi ekonomik.
Bagi manajemen, di dalam membaca neraca, nilai aset perlu dicermati karena
menjadi dasar pengukuran prestasi keuangan perusahaan. Ukuran ini menjadi
pembanding prestasi sesuatu perusahaan dengan prestasi perusahaan yang lain dalam hal
yang sama, apakah lebih baik atau tidak, sehingga dapat menjadi dasar keputusan
manajemen untuk mempertahankan atau meningkatkannya.
Salah satu ukuran yang menyangkut harta/aset/aktiva adalah angka rasio
penjualan/total asset, yang dinyatakan sebagai persentase.Asumsinya, semakin besar
penjualan yang diwujudkan, semakin efisien penggunaan aset seluruhnya. Angka
penjualan diambil dari laporan laba rugi, sedang angka total aset berasal dari neraca.
Dalam hal ini rasio dari tahun terakhir dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah yang dapat di ambil adalah:
1. Apa yang di maksud dengan aktiva lancar atau Current Assets, aktiva tetap, Aktiva
Tidak Berwujud (Intangible Assets)?
2. Apa saja macam-macam aktiva lancar atau current assets?
3. Bagaimana Cara – Cara Perolehan Aktiva Tetap?
4. Bagaimana pengukuran aktiva tetap?

1.3 TUJUAN
1. Mengetahui aktiva lancar atau Current Assets, aktiva tetap, Aktiva Tidak Berwujud
(Intangible Assets).
2. Mengetahui macam-macam aktiva lancar atau current assets.
3. Mengetahui Cara – Cara Perolehan Aktiva Tetap.
4. Mengetahui pengukuran aktiva tetap.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Aktiva Lancar |Current Assets


Aktiva Lancar adalah uang tunai atau kas dan aset kekayaan lainnya yang
diharapkan bisa dikonversi menjadi kas maupun dijual/dikonsumsi habis dalam waktu
tidak lebih dari satu tahun buku. dalam akuntansi adalah jenis aset yang dapat digunakan
dalam jangka waktu dekat, biasanya satu tahun. Contoh aset lancar antara lain adalah kas,
piutang, investasi jangka pendek, persediaan, dan beban dibayar di muka. Pada suatu
neraca, aset biasanya dikelompokkan menjadi aset lancar dan aset tidak lancar.

2.1.1 Macam-Macam Aktiva Lancar

1. Kas (Cash)
Kas ialah uang tunai yang ada diperusahaan yang dialokasikan untuk cadangan.
2. Surat-Surat Berharga ( Marketable Securities )
Surat-Surat Berharga ialah saham atau obligasi yang dapat dijual kembali.
3. Piutang Usaha ( Account Receivable )
Piutang Usaha ialah Tagihan perusahaan kepada pihak lain yang jangka pelunasannya
kurang dari satu tahun.
4. Wesel Tagih ( Note Receivable )
Wesel Tagih ialah tagihan perusahaan kepada pihak lain.
5. Perlengkapan ( Supplies )
Perlengkapan ialah Aktiva perusahaan untuk menyelenggarakan usaha suatu
perusahaan.
6. Pendapatan Yang Masih Harus Diterima ( Accrvedincome )
Pendapatan yang masih harus diterima ialah Pendapatan yang sudah menjadi hak
perusahaan, tetapi pelunasannya belum diterima.
7. Persediaan Barang Dagang ( Inventory )
Barang-Barang yang akhir priode penyusunan neraca yang masih tersimpan.
8. Beban dibayar dimuka ( Prepaid expenses )
Beban dibayar dimuka ialah Beban yang dikeluarkan untuk beberapa priode kedepan
dan belum dimanfaatkan.
9. Cadangan kerugian piutang
Cadangan kerugian piutang ialah cadangan kas yang digunakan untu menutupi
piutang yang tidak dapat tertgih.
10. Kas Kecil (Petty cash )
Kas kecil ialah kas yang digunkan perusahaan untuk membayar pengeluaran yang
relatif kecil.

2.1.2 Kriteria aktiva lancar menurut PSAK, sebagai berikut :

 Entitas usaha mengharapkan untuk menggunakan atau mengeluarkan (menjual) aktiva


dalam kurun siklus normal kurang dari satu tahun buku. Contoh piutang usaha yang
jatuh tempo pembayarannya kurang dari satu tahun buku. atau contoh yang lain lagi
adalah meja kursi, adalah aset lancar bagi perusahaan mebel, karena merupakan
persediaan yang akan dijual tetapi jika dimiliki bukan perusahaan mebel misal
perusahaan manufaktur meja kursi akan dicatat sebagai aset tetap (peralatan) karena
perusahaan tersebut tidak memiliki tujuan untuk menjual meja kursi, hanya
digunakan sebagai peraltan untuk mendukung operasi perusahaan.
 Entitas usaha mempunyai aktiva yang ditujukan untuk diperdagangkan.
 Entitas usaha akan merealisasikan aktiva dalam rentang waktu periode satu tahun
buku (12 bulan) setelah laporan. misalnya piutang karyawan dimana perusahaan akan
menerima pembayarannya dalam tempo satu tahun buku setelah periode pelaporan.
 Kas (cash) atau setara kas kecuali yang dibatasi sehingga tidak bisa digunakan
membayar kewajiban paling tidak satu tahun buku. setara kas ialah investasi oleh
entitas yang bersifat jangka pendek dan likuid, untuk dijadikan uang kas sangat
mudah dan cepat dengan nominal yang bisa ditentukan dan resiko perubahan nilainya
sangat tidak signifikan.
2.1.3 Berikut adalah salah satu contoh Aktiva Lancar:

 Investasi Jangka Pendek yang Diperdagangkan

Investasi yang ditujukan dijual kembali dalam jangka waktu yang pendek untuk
mendapatkan gain atau keuntungan. investasi ini juga merupakan aset lancar,
contohnya efek sekuritas, aset deriative yang dibeli dengan maksud untuk dijual
kembali.

 Piutang Dagang (Accounts Receivable)

Aktiva lancar berikutnya adalah piutang. Piutang adalah tagihan kepada


seseorang atau badan usaha yang muncul karena operasi normal entitas usaha. contoh
piutang adalah piutang pada perusahaan rekanan (afiliasi) piutang pada pelanggan dll.
apabila nanti ada penurunan nilai piutang karena return penjualan, piutang yang tidak
bisa ditagih maupun diskon, harus dicantumkan dan dijelaskan dengan rinci didalam
penjelasan laporan keuangan perusahaan

2.2 AKTIVA TETAP

Aset tetap dalam akuntansi adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan
dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain,
atau untuk tujuan administratif; dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu
periode.[1] Jenis aset tidak lancar ini biasanya dibeli untuk digunakan untuk operasi dan
tidak dimaksudkan untuk dijual kembali. Contoh aset tetap antara lain adalah properti,
bangunan, pabrik, alat-alat produksi, mesin, kendaraan bermotor, furnitur, perlengkapan
kantor, komputer, dan lain-lain. Aset tetap biasanya memperoleh keringanan dalam
perlakuan pajak. Kecuali tanah atau lahan, aset tetap merupakan subyek dari depresiasi
atau penyusutan.

Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 16 paragraf 5


menyebutkan bahwa : “Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk
siap pakai atau dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak
dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai
masa manfaat lebih dari satu tahun”.(Ikatan Akuntan Indonesia. Standar Akuntansi
Keuangan. Salemba Empat, Jakarta, 2004, No 16 Paragraf 5)

Peranan aset tetap sangat signifikan dalam menghasilkan barang dan jasa,
misalnya tanah/lahan dan bangunan tempat produksi, mesin dan berbagai peralatan lain
yang digunakan sebagai alat produksi dan yang lainnya.

2.2.1 Pengelompokkan aktiva tetap

Pengelompokkan aktiva tetap dilakukan oleh perusahaan untuk memudahkan


menentukan metode penyusutan aktiva tetap dan dalam penyusunan laporan keuangan.
Karena pada umumnya aktiva tetap yang dimiliki suatu perusahaan beragam jenis sesuai
dengan bidang atau jenis usaha yang ditekuni oleh perusahaan tersebut. Sehingga
pengelompokan aktiva tetap harus dilakukan oleh perusahaan mengingat nilainya yang
relatif besar.

Adapun Aktiva tetap diklasifikasikan atas tiga jenis yaitu (Susanto,1995:220) :

1. Aktiva tetap yang dicantumkan atas harga perolehannya tanpa adanya penyusutan
(depreciation) atau deplesi (depleted). Misalnya tanah, dimana gedung atau kantor
didirikan.
2. Aktiva tetap yang disusutkan, misalnya gedung, gudang, mesin-mesin, peralatan
pabrik atau kantor dan lain-lain.
3. Aktiva tetap yang diplesi, misalnya tanah atau barang tambang lainnya.

2.2.2 Cara – Cara Perolehan Aktiva Tetap

Aktiva tetap dapat diperoleh dengan berbagai cara, dimana masing-masing


cara perolehan akan mempengaruhi penentuan harga perolehan. Berikut ini cara-cara
perolehan aktiva tetap :
1. Pembelian Tunai

Aktiva diperoleh dengan cara membayar secara tunai sesuai dengan harga yang
ditentukan.

 Aktiva tetap berwujud yang diperoleh dari pembelian tunai dicatat dalam jurnal
sejumlah uang yang dikeluarkan.Jika ada potongan harga (discount) maka harus
dikurangi dari nilai perolehan.
 Jika beberapa aktiva dibeli sekaligus / gabungan (lump sum) maka harus
dipisahkan nilai masing-masing aktiva sesuai dengan pedoman SAK sebagai
berikut :

“ Harga perolehan dari masing-masing aktiva tetap yang diperoleh secara gabungan
ditentukan dengan mengalokasikan harga gabungan tersebut berasarkan perbandingan
nilai wajar masing-masing aktiva yang bersangkutan”2007:16.4)

2. Pembelian angsuran
Pembelian angsuran merupakan perolehan aktiva tetap dengan cara diangsur atau
secara kredit dengan rentang waktu pembayaran sesuai dengan nilai perolehan setelah
dikurangi uang muka. Harga perolehan aktiva tetap dengan angsuran tidak boleh
termasuk bunga.

3. Perolehan Melalui Pertukaran


Banyak perusahaan yang memiliki aktiva tetap namun sudah ingin mendapatkan
aktiva tetap yang sama dengan kualitas lebih baik akan melakukan pertukaran atau
sering disebut tukar tambah. Dimana nilai buku aktiva lama diperhitungkan dengan
harga pasar aktiva tetap yang terbaru lalu selisihnya bisa ditambah dengan membayar
sejumlah uang. Dalam hal ini nilai buku aktiva lama akan digunakan sebagai dasar
pencatatan pertukaran tersebut. Selain masalah diatas, masalah lainnya adalah
pengakuan rugi atau laba yang timbul karena adanya pertukaran aktiva tetap tersebut.
Perolehan melalui pertukaran terbagi dalam 2 jenis yaitu :
 Pertukaran aktiva tetap yang tidak sejenis

Yang dimaksud dengan pertukaran aktiva tidak sejenis adalah pertukaran aktiva
tetap yang sifat dan fungsinya tidak sama. Dalam pertukaran aktiva tetap yang
tidak sejenis, perbedaan antara nilai buku yang diserahkan dengan nilai wajar
yang digunakan sebagai dasar pencatatan aktiva yang diperoleh pada tanggal
transaksi terjadi harus diakui sebagai laba atau rugi pertukaran aktiva tetap.

 Pertukaran aktiva tetap yang sejenis

Yang dimaksud dengan pertukaran aktiva tetap yang sejenis adalah pertukaran
aktiva tetap yang sifat dan fungsinya sama. Dalam pertukaran aktiva tetap yang
sejenis laba yang timbul akan ditangguhkan (mengurangi harga perolehan aktiva
yang bersangkutan). Apabila pertukaran tersebut menimbulkan kerugian maka
ruginya dibebankan dalam periode terjadinya pertukaran.

4. Ditukar dengan Surat-surat Berharga


Aktiva tetap yang diperoleh dengan cara ditukar dengan saham atau Obligasi
perusahaan, dicatat dalam buku sebesar harga pasar saham atau obligasi yang
digunakan sebagai penukar.

5. Diperoleh dari Hadiah atau Donasi


Dalam SAK dijelaskan bahwa aktiva tetap yang diperoleh dari sumbangan harus
dicatat sebesar harga taksiran atau harga pasar yang layak dengan mengkreditkan
akun modal yang berasal dari sumbangan.

6. Aktiva yang Dibuat sendiri


Perusahaan mungkin membuat sendiri aktiva tetap yang diperlukan seperti
gedung, alat-alat dan perabotan. Standar Akuntansi Keuangan menyatakan bahwa
biaya perolehan suatu aktiva yang dibangun sendiri ditentukan menggunakan prinsip
yang sama seperti suatu aktiva yang diperoleh. Perusahaan sering membangun sendiri
aktiva yang dibutuhkannya. Beberapa alasan mengapa perusahaan membuat
aktivanya sendiri adalah :

1. menghemat biaya.
2. memanfaatkan fasilitas yang tidak terpakai (idle capacity).
3. keinginan untuk mendapatkan mutu yang lebih baik.

Aktiva Tetap memiliki beberapa karakteristik, yaitu:

 Mempunyai wujud fisik


 Tidak ditujukan untuk dijual lagi
 Memiliki nilai yang material, harga aset tersebut cukup signifikan contohnya
tanah, bangunan, mesin dan kendaraan dll.
 Memiliki masa manfaat ekonomi lebih dari satu tahun buku dan nilai manfaat
ekonominya bisa diukur dengan handal.
 Aset digunakan dalam aktivitas normal perusahaan (tidak untuk dijual lagi seperti
barang dagang/persediaan atau investasi) misal, mobil bagi dealer mobil diakui
sebagai "persediaan" bukan aktiva tetap sedangkan bagi perusahaan manufakture
mobil diakui sebagai "Aktiva Tetap" bukan persediaan.

2.2.3 PENGUKURAN

1. Pengukuran Awal
Suatu aset tetap yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai aset tetap pada
awalnya harus diukur sebesar biaya perolehan. Biaya perolehan aset tetap terdiri dari:
a. Purchase Price
Harga perolehan, termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak boleh
dikreditkan setelah dikurangi diskon pembelian dan potongan lain;
b. Directly Attributable Cost
Biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa aset ke
lokasi dan kondisi diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan
keinginan dan maksud manajemen
c. Dismantling Cost
Estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan restorasi
lokasi aset.
Kewajiban atas biaya tersebut timbul :
1. Ketika aset tersebut diperoleh, atau
2. Karena entitas menggunakan aset tersebut selama periode tertentu untuk
tujuan selain untuk menghasilkan persediaan.

Contoh biaya yang dapat diatribusikan secara langsung adalah:


a. Biaya imbalan kerja yang timbul secara langsung dari pembangunan atau
akuisisi aset tetap;
b. Biaya penyiapan lahan untuk pabrik;
c. Biaya handling dan penyerahan awal;
d. Biaya perakitan dan instalasi;
Contoh
PT. Melati menyewa gedung selama 5 tahun mulai tahun 2010.Perusahaan
mengeluarkan uang sebear 500 juta untuk membuat partisi ruang tersebut sesuai
keinginan perusahaan.
Dalam kontrak disebutkan bahwa perusahaan harus mengembalikan
ruangan seperti kondisi semula. Biaya untuk melakukan restorari sebeasr 60 juta
dengan tingkat diskon yang berlaku 6%.
Biaya untuk partisi ruangan sebesar 500juta ditambah biaya untuk
membongkar kembali partisi tersebtu harus ditambahkan sebagai biaya aset tetap.
60 juta : (1 + 6%)5 = 44,835 jt)
Biaya partisi diakui dalam neraca dengan jurnal berikut:
Dr. Aset Tetap 544,835jt
Cr.Kas 500,000jt
Kewajiban 44,835jt
2. Pengukuran Setelah Pengakuan Awal
Entitas memilih model biaya atau model revaluasi sebagai kebijakan akuntansinya
dan menerapkan kebijakan tersebut terhadap seluruh aset tetap dalam kelompok yang
sama.
a. Model Biaya (Cost Model)
Setelah diakui sebagai aset, aset tetap dicatat sebesar biaya perolehan
dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai aset.
b. Model Revaluasi (Revaluation Model)
Setelah diakui sebagai aset, aset tetap yang nilai wajarnya dapat diukur secara
andal harus dicatat pada jumlah revaluasian, yaitu nilai wajar pada tanggal
revaluasi dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai
yang terjadi setelah tanggal revaluasi.Revaluasi harus dilakukan dengan
keteraturan yang cukup reguler untuk memastikan jumlah tercatat tidak
berbeda secara material dari jumlah yang ditentukan dengan menggunakan
nilai wajar pada akhir periode pelaporan.
3. Penentuan Nilai Wajar
a. Nilai wajar tanah dan bangunan biasanya ditentukan melalui penilaian yang
dilakukan oleh penilai yang memiliki kualifikasi profesional berdasarkan bukti
pasar.
b. Nilai wajar pabrik dan peralatan biasanya mengunakan nilai pasar yang
ditentukan penilai.
c. Jika tidak ada pasar yang dapat dijadikan dasar penentuan nilai wajar karena sifat
aset tetap yang khusus dan jarang diperjual-belikan, kecuali sebagai bagian dari
bisnis yang berkelanjutan, maka entitas mungkin perlu mengestimasi nilai wajar
menggunakan pendekatan penghasilan atau biaya pengganti yang telah disusutkan
(depreciated replacement cost approach).
4. Frekuensi Penilaian
a. Frekuensi revaluasi tergantung perubahan nilai wajar dari asset tetap yang
direvaluasi.
b. Jika nilai wajar dari asset yang direvaluasi berbeda secara material dari jumlah
tercatatnya, maka revaluasi lanjutan perlu dilakukan.
c. Beberapa asset tetap mengalami perubahan nilai wajar secara signifikan dan
fluktuatif, sehingga perlu direvaluasi secara tahunan.
d. Revaluasi tahunan tidak perlu dilakukan apabila perubahan nilai wajar tidak
signifikan.
e. Namun, asset tersebut mungkin perlu direvaluasi setiap tiga atau lima tahun
sekali.
Revaluasi harus dilakukan secara regular untuk memastikan jumlah tercatat
tidak berbeda secara material dengan nilai wajar pada tanggal neraca. Jika suatu aset
tetap direvaluasi, maka akumulasi penyusutan pada tanggal revaluasi diperlakukan
dengan salah satu cara berikut ini:
a. Disajikan kembali secara porposional dengan perubahan dalam jumlah tercatat
bruto aset sehingga jumlah tercatat aset setelah revaluasi sama dengan jumlah
revaluasiannya. Metode ini sering digunakan apabila aset direvaluasi dengan cara
memberi indeks untuk menentukan biaya pengganti yang telah disusutkan.
b. Dieliminasi terhadap jumlah tercatat bruto aset dan jumlah tercatat neto setelah
eliminasi disajikan kembali sebesar jumlah revaluasian dari aset tersebut. Metode
ini sering digunakan untuk bangunan.
Contoh Metode Proporsional
Aset senilai $ 10.000 diperoleh tanggal 1 Januari 2008 dengan masa manfaat
ekonomis 5 tahun tanpa nilai sisa.tanggal 31 Desember 2008 nilai wajar aset adalah $
12.000.
1/1/08 Aset tetap $10,000
Kas $10,000
31/12/08 Beban Penyusutan $ 2,000
Akumulasi Penyusutan $ 2,000
31/12/08 Aset Tetap $ 5,000
Akumulasi Penyusutan $ 1,000*
*((12.000-8.000)/8.000) x 2.000
Surplus Revaluasi $ 4,000
Contoh Metode Eliminasi
Aset senilai $ 10.000 diperoleh tanggal 1 Januari 2008 dengan masa manfaat
ekonomis 5 tahun tanpa nilai sisa.tanggal 31 Desember 2008 nilai wajar aset adalah $
12.000.
1/1/08 Aset tetap $10,000
Kas $10,000
31/12/08 Beban Penyusutan $ 2,000
Akumulasi Penyusutan $ 2,000
31/12/08 Akumulasi Penyusutan $ 2,000
Aset Tetap $ 2,000
Aset Tetap $ 4,000
Surplus Revaluasi $ 4,000
Surplus revaluasi yang disajikan di ekuitas dapat dipindahkan langsung ke sado
laba pada saat aset tersebut dihentikan penggunaannya.Namun, pemindahan ke saldo
laba dapat dilakukan seiring dengan penggunaan aset oleh entitas.Dipindahkan sebesar
perbedaan penyusutan dengan revaluasian dan penyusutan dengan biaya perolehan.
(atau nilai surplus revaluasi dibagi sisa manfaat ekonomis)
5. Penyusutan (Depresiasi)
Penyusutan adalah alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan (depreciable
amount) dari suatu aset selama umur manfaatnya (useful life). Setiap bagian dari aset
tetap yang memiliki biaya perolehan cukup signifikan terhadap total biaya perolehan
seluruh aset harus disusutkan secara terpisah. Entitas mengalokasikan jumlah
pengakuan awal aset pada bagian aset tetap yang signifikan dan menyusutkan secara
terpisah setiap bagian tersebut.
Umur manfaat aset ditentukan berdasarkan kegunaan yang diharapkan oleh
entitas. Kebijakan manajemen aset suatu entitas dapat meliputi pelepasan aset yang
bersangkutan setelah jangka waktu tertentu atau setelah pemanfaatan sejumlah
proporsi tertentu dari manfaat ekonomik masa depan yang melekat pada aset.
6. Metode Penyusutan
Jenis-jenis metode penyusutan aktiva tetap antara lain:
a. Metode penyusutan garis lurus (straight line method)
Metode garis lurus adalah suatu metode penyusutan aktiva tetap di mana beban
penyusutan aktiva tetap per tahunnya sama hingga akhir umum ekonomis aktiva
tetap tersebut.
b. Metode penyusutan saldo menurun (double declining balance method)
Metode saldo menurun adalah metode penyusutan aktiva tetap ditentukan
berdasarkan persentase tertentu dihitung dari harga buku pada tahun yang
bersangkutan. Persentase penyusutan besarnya dua kali persentase atau tariff
penyusutan metode garis lurus.
c. Metode penyusutan jumlah angka tahun (sum of the year digit method)
Berdasarkan metode jumlah angka tahun, besarnya penyusutan aktiva tetap tiap
tahun jumlahnya semakin menurun.
d. Metode penyusutan satuan jam kerja (service hours method)
Menurut metode ini, beban penyusutan aktiva tetap ditetapkan berdasarkan
jumlah satuan produk yang dihasilkan dalam periode yang bersangkutan.
e. Metode penyusutan satuan hasil produksi (productive output method)
Menurut metode ini beban penyusutan aktiva tetap ditetapkan berdasarkan
jumlah satuan produk yang dihasilkan dalam periode yang bersangkutan.
7. Penurunan Nilai
PSAK 48 menetapkan bahwa: rugi penurunan nilai diakui jika jumlah tercatat
asset melebihi jumlah terpulihkan. Rugi penurunan nilai adalah suatu jumlah yang
merupakan selisih lebih nilai tercatat suatu aset atau unit penghasil kas atas jumlah
terpulihkannya.Jumlah tercatat adalah jumlah yang diakui untuk suatu asset setelah
dikurangi akumulasi penyusutan (amortisasi) dan akumulasi rugi penurunan
nilai.Jumlah terpulihkan suatu asset atau unit penghasil kas adalah jumlah yang lebih
tinggi antara nilai wajarnya dikurangi biaya penjualan dan nilai pakainya.

2.2.4 PENJUALAN AKTIVA TETAP


Penjualan aktiva tetap mungkin saja terjadi, tetapi penjualan yang demikian
bersifat insidentil, misalnya karena aktiva sudah tidak dapat dipergunakan lagi atau
karena aktiva tetap perlu diganti dengan jenis yang lebih baik dan modern. Apabila
suatu aktiva tetap dijual, maka rekening aktiva tetap yang dijual harus dikredit dan
Akumulasi aktiva tetap yang bersangkutan harus didebit. hendaknya diperhatikan
bahwa akumulasi depresiaisi harus diperhitungkan sampai dengan tanggal penjualan
aktiva tersebut.
Rugi atau laba penjualan aktiva tetap dapat dihitung dengan cara sebaga berikut :
Harga jual aktiva tetap......................................................Rp. xx
Harga perolehan aktiva tetap............................................Rp.xx
Akumulasi depresiasi.......................................................Rp.xx
Nilai buku aktiva tetap yang dijual...................................Rp. xx
Rugi atau laba penjualan aktiva tetap...............................Rp. xx

Jurnal untuk mencatat transaksi aktiva tetap adalah sebagai berikut :


 jika penjualan aktiva tetap tersebut menimbulkan suatu kerugian :
Kas..................................................................................Rp.xx
Akumulasi depresiasi gedung....................................Rp.xx
Rugi penjualan gedung..............................................Rp.xx
Gedung......................................................................Rp. xx
 jika penjulan aktiva tetap tersebut menimbulkan keuntungan :
Kas.............................................................................Rp.xx
Akumulasi depresiasi gedung.....................................Rp.xx
Gedung......................................................................Rp. xx
Laba penjualan gedung..............................................Rp. xx

Contoh 1,
PT. Kirana memiliki sebuah gedung yang dibeli pada tanggal 1 Januari 2001
dengan harga Rp. 5.000.000,-umur gedung ditaksir 10 tahun dan nilai residu ditaksir
Rp. 500.000,-.Methode depresiasi yang digunakan adalah methode garis lurus .Pada
tanggal 1 Januari 2005 gedung dijual dengan harga Rp. 3.500.000,-
Perhitungan :
Harga penjualan gedung....................................................Rp. 3.500.000,-
Harga perolehan gedung....................................................Rp. 5.000.000,-
Akumulasi depresiasi gedung s/d 1 januari 2005…….…...Rp. 1.800.000,-
Nilai buku gedung per 1 Januari 2005..............................(Rp.3.200.000,)
Laba penjualan gedung......................................................Rp. 300.000,-
Jurnal yang diperlukan :
1/1/2005
Kas....................................................................................Rp.3.500.000,-
Akumulasi depresiasi gedung……………...……………....Rp. 1.800.000,-
Gedung..............................................................................Rp. 5.000.000,-
Laba penjualan gedung......................................................Rp. 300.000,-

Contoh 2,
CV. MANDIKA memiliki sebuah mesin yang dibeli pada tanggal 1 April
2002 dengan harga Rp.3.500.000,-umur mesin ditaksir 5 tahun dan nilai residu
ditaksir Rp.500.000,-Methode depresiasi yang digunakan adalah methode angka-
angka tahun. Pada tanggal 1 Juli 2005 mesin tersebut dijual dengan harga Rp.
1.500.000,-
Perhitungan:
Perhitungan depresiasi tahunan mesin adalah sebagai berikut :
Jumlah angka-angka tahun = 5+4+3+2+1 = 15
Penyusutan tahun ke 1
5/15 x ( Rp. 3.500.000 - Rp. 500.000 ) = Rp. 1.000.000,-
Penyusutan tahun ke 2
4/15 x ( Rp. 3.500.000 - Rp. 500.000 ) = Rp. 800.000,-
Penyusutan tahun ke 3
3/15 x ( Rp. 3.500.000 - Rp. 500.000 ) = Rp. 600.000,-
Penyusutan tahun ke 2
2/15 x ( Rp. 3.500.000 - Rp. 500.000 ) = Rp. 400.000,-
Penyusutan tahun ke 1
1/15 x ( Rp. 3.500.000 - Rp. 500.000 ) = Rp. 200.000,-

Atas dasar perhitungan tersebut maka Akumulasi depresiasi s/d tanggal 1


September 2007 adalah sebagai berikut :
Beban depresiasi tahun 2002
9/12 x Rp. 1.000.000 = Rp. 750.000,-
Beban depresiasi tahun 2003
3/12 x Rp. 1.000.000 + 9/12 x Rp. 800.000 = Rp. 850.000,-
Beban depresiasi tahun 2004
3/12 x Rp.800.000 + 9/12 x Rp. 600.000 = Rp. 650.000,-

Beban depresiasi tahun 2005


3/12 x Rp. 600.000 = 9/12 x Rp. 400.000 = Rp. 250.000,-
Jumlah akumulasi depresiasi s/d 1 Juli 2005 = Rp.2.500.000,-

Dari perhitungan depresiasi tersebut, maka jumlah depresiasi yang telah


dibebankan sebagai biaya adalah :

Tahun 2002...................Rp. 750.000,-(jurnal penyesuaian tanggal 31/12/2002)


Tahun 2003...................Rp. 850.000,-(jurnal penyesuaian tanggal 31/12/2003)
Tahun 2004...................Rp. 650.000,-(jurnal penyesuaian tanggal 31/12/2004)

Adapun depresiasi tahun 2005 belum dicatat dalam pembukuan karena


seandainya tidak jual maka jurnal penyesuaian untuk mencatat depresiasi
tahun 2005 baru akan dicatat pada tanggal 31 Desember 2005.Oleh karena
pada tanggal 1 Juli 2005 mesin dijual maka perlu dicatat depresiasi tahun
2005 selama 6 bulan ( 1 januari s/d 30 juni 2005 ).

Perhitungan :
Hasil penjualan mesin...........................................................Rp.1.500.000,-
Harga perolehan mesin..........................................................Rp.3.500.000
Akumulasi depresiasi mesin s/d 1/7/2005……………………Rp.2.500.000
Nilai buku mesin per 1 Juli 2005..........................................(Rp.1.000.000,-)
Laba penjualan mesin............................................................Rp. 500.000,-

Jurnal yang diperlukan :


1/7/2005
Kas.........................................................................................Rp.1.500.000,-
Akumulasi depresiasi mesin.....................................................Rp.2.500.000,-
Mesin.....................................................................................Rp. 3.500.000,-
Laba penjualan mesin...............................................................Rp. 500.000,-

2.2.5 AMORTISASI

a. Pengertian Amortisasi
Pada UU PPh menggunakan istilah harta tak berwujud tidak dengan asset
tetapi mempunyai pengertian yang sama dengan asset dalam SAK. Seperti yang
telah dilakukan pada asset tetap berwujud, nilai asset tetap tah berwujud harus
juga dilakukan penyusutan yang disebut juga dengan Amortisasi.
Pengertian asset tak berwujud adalah asset tak lancar (non-current asset)
dan tak berbentuk yang memberikan hak keekonomian dan hukum kepada
pemiliknya dan dalam laporan keuangan tidak dicakup secara terpisah dalam
klasifikasi asset yang lain (PSAK no 19). Termasuk dalam asset tak berwujud
adalah hak paten, Good Will, hak merk.
Harta tak berwujud digolongkan menjadi:
1. Kelompok harta tak berwujud yang mempunyai masa manfaat 4 tahun.
2. Kelompok harta tak berwujud yang mempunyai masa manfaat 8 tahun.
3. Kelompok harta tak berwujud yang mempunyai masa manfaat 16 tahun.
4. Kelompok harta tak berwujud yang mempunyai masa manfaat 20 tahun.

b. Metode Amortisasi
Metode amortisasi yang dipergunakan adalah metode garis lurus (straight
line method) dan metode saldo menurun (declining balance method). Wajib pajak
diperkenankan untuk memilih salah satu metode untuk melakukan amortisasi.
c. Kelompok Aset Tetap Tak Berwujud Dan Tarif Amortisasi
Dalam menghitung amortisasi asset tetap tidak berwujud terlebih dahulu
harus dikelompokkan sesuai dengan masa manfaatnya. Untuk lebih jelasnya
pengelompokkan masa manfaat dan tariff penyusutan terlihat sebagai berikut:
Kelompok Harta Tak Berwujud Masa Manfaat Tarif Amortsasi
berdasarkan metode garis lurus Tarif Amortsasi berdasarkan metode saldo
menurun
Kelompok 1 4 tahun 25% 50%
Kelompok 2 8 tahun 12,50% 25%
Kelompok 3 16 tahun 6,25% 12,50%
Kelompok 4 20 tahun 5% 10%
Penetapan masa manfaat dan tariff amortisasi diatas dimaksudkan untuk
memberikan keseragaman dalam melakukan amortisasi. Metode yang digunakan
sesuai dengan metode yang dipilih berdasarkan masa manfaat yang sebenarnya.
Kemungkinan dapat terjadi masa manfaat asset tetap tak berwujud tidak
tercantum pada kelompok masa manfaat, sehingga wajib pajak menggunakan
masa manfaat terdekat. Sebagai contoh asset tetap tak berwujud masa manfaat
sebenarnya 6 tahun, dapat menggunakan masa manfaat 4 tahun atau 8 tahun.
Apabila masa manfaat sebenarnya 5 tahun maka menggunakan kelompok masa
manfaat 4 tahun.
d. Contoh Perhitungan Amortisasi
PT Asti Jaya pada tanggal 4 November 2001 mengeluarkan uang sebanyak
Rp. 100.000.000,00 untuk memperoleh hak lisensi dari Phoenixcyle Ltd. selama 4
tahun untuk memproduksi Sepeda Phoenix. Perhitungan amortisasi hak lisensi
tersebut adalah sebagai berikut:
Alternatif I : Metode Garis Lurus
Amortisasi tahun 2001:
25% x Rp. 100.000.000,00 = Rp. 25.000.000,00
Amortisasi tahun 2002:
25% x Rp. 100.000.000,00 = Rp. 25.000.000,00
Amortisasi tahun 2003:
25% x Rp. 100.000.000,00 = Rp. 25.000.000,00
Amortisasi tahun 2004:
25% x Rp. 100.000.000,00 = Rp. 25.000.000,00

Alternatif II : Metode Saldo Menurut


Amortisasi tahun 2001:
50% x Rp. 100.000.000,00 = Rp. 50.000.000,00
Amortisasi tahun 2002:
50% x (Rp. 100.000.000,00 – Rp. 50.000.000,00)
50% x Rp. 50.000.000,00 = Rp. 25.000.000,00
Amortisasi tahun 2003:
50% x (Rp. 50.000.000,00 – Rp. 25.000.000,00)
50% x Rp. 25.000.000,00 = Rp. 12.500.000,00
Amortisasi tahun 2004:
Karena tahun 2004 merupakan akhir masa manfaat, maka pada tahun 2004
seluruh sisa nilai buku diamortisasikan sekaligus sehingga amortisasi
tahun 2004 adalah:
(Rp. 25.000.000,00 – Rp. 12.500.000,00) = Rp. 12.500.000,00

e. Amortisasi Berdasar Metode Satuan Produksi


1. Hak atau Pengeluaran di bidang Penambangan minyak dan gas bumi
Amortisasi dengan metode satuan produksi diterapkan pada amortisasi
atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan pengeluaran lain yang mempunyai
masa manfaat lebih dari 1 tahun di bidang penambangan minyak dan gas bumi.
Dalam hal ini, metode satuan produksi dilakukan dengan menerapkan persentase
tariff amortisasi yang besarnya setiap tahun sama dengan persentase perbandingan
antara realisasi penambangan minyak dan gas bumi pada tahun yang bersangkutan
dengan taksiran jumlah seluruh kandungan minyak dan gas bumi dilokasi tersebut
yang dapat diproduksi.
Contoh:
Pada tahun 2001 PT Dira Oil mengeluarkan uangnya sebesar Rp.
1.000.000.000,00 unutk memperoleh hak penambangan minyak bumi. Kandungan
minyak bumi ditaksir sebesar 5.000.000 barel. Produksi bumi tahun 2002
mencapai 1.500.000 barel. Besarnya amortisasi untuk tahun 2002 adalah:
Tarif amortisasi = (realisasi penambangan : taksiran kandungan) x 100%
= (1.500.000 : 5.000.000) x 100%
= 30%
Amortisasi 2002 = 30% x Rp 1.000.000.000,00
= Rp. 300.000.000,00
Seandainya jumlah produksi yang sebenarnya lebih kecil dari yang
diperkirakan, sehingga masih terdapat sisa pengeluaran yang belum diamortisasi,
maka atas sisa tersebut boleh dibebankan sekaligus dalam tahun pajak yang
bersangkutan.
1. Hak penambangan selain minyak dan gas bumi, hak pengusahaan hutan,
hak pengusahaan sumber, dan hasil alam lainnya
Amortisasi dengan metode satuan produksi setinggi-tingginya 20% setahun,
diterapakan pada amortisasi atas:
1. Pengeluaran untuk memperoleh hak penambangan selain minyak
dan gas bumi
2. Pengeluaran untuk memperoleh hak pengusahaan hutan
3. Pengeluaran untuk memperoleh hak pengusahaan sumber dan hasil
alam lainnya, yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun.
Contoh:
PT DiraWood pada tahun 2002 mengeluarkan uang sebesar Rp.
1.000.000.000,00 untuk memperoleh hak pengusahaan hutan. Potensi hak
pengusahaan hutan adalah 20.000.000 ton. Jumlah produksi pada tahun 2002
adalah sebesar 8.000.000 ton. Jumlah yang diamortisasi dengan persentase satuan
produksi yang direalisasikan dalam tahun 2002 adalah sebesar:
(8.000.000 : 20.000.000) ton x Rp. 1.000.000.000,00 =
40% x Rp. 1.000.000.000,00 = Rp. 400.000.000,00
Jumlah yang telah diamortisasi maksimum adalah 20% dari pengeluaran,
maka amortisasi yang diperkenankan hanyalah sebesar 20% x Rp
1.000.000.000,00 = Rp. 200.000.000,00

2.3 Aktiva Tidak Berwujud (Intangible Assets)


Aktiva tak berwujud menurut SPAK, Aktiva Tak Berwujud merupakan aktiva non
moneter yang bisa diidentifikasi, tidak memiliki wujud fisik secara nyata serta dimiliki guna
menghasilkan maupun menyerahkan barang dan jasa, disewakan maupun hanya untuk tujuan
administrasi.

Didalam akuntansi, diakuinya sebuah aktiva tak berwujud apabila :


 Perusahaan berpotensi akan mendapatkan manfaat ekonomi dimasa yang akan
datang dari aset tersebut
 Biaya biaya dalam perolehannya bisa diukur dengan handal

Aktiva tak berwujud diakui sebesar harga perolehan. Kemudian pada periode selanjutnya
dilaporkan sebesar nilai tercatatnya. Didalam menentukan besaran harga perolehan tergantung
oleh bagaimana cara perolehan aktiva tak berwujudnya. Apabila aktiva tak berwujud diperoleh
dengan membeli atau transaksi yang menggunakan kas atau setara kas lainnya, maka harga
perolehan aktiva tak berwujudnya sebesar uang yang dikeluarkan/akan dibayarkan. Dan apabila
aset tidak berwujud diperoleh dengan pertukaran dengan aktiva yang lain, maka harga perolehan
aktiva tak berwujudnya sebesar harga kekinian dari aktiva yang ditukar.

3.1.1 Keteridentifikasian
Keteridentifikasian aset tak berwujud dapat dibedakan secara jelas dengan
goodwill. Goodwill dalam suatu kombinasi entitas bisnis diakui sebagai aset yang
menggambarkan manfaat ekonomi masa depan yang muncul dari aset lain
yang diakuisisi dalam kombinasi bisnis yang tidak teridentifikasi secara individual dan
diakui secara terpisah.
Suatu aset dikatakan teridentifikasi jika :
1. Dapat dipisahkan, yaitu dapat dipisahkan atau dibedakan dari entitas dan
dijual, dialihkan, dilisensikan, disewakan atau ditukarkan, baik secara
individual atau bersama dengan kontrak terkait , aset teridentifikasi atau
liabilitas teridentifikasi, terlepas apakah entitas bermaksud untuk melakukan
hal tersebut.
2. Timbul dari hak kontraktual atau hak legal lain, terlepas apakah hak tersebut
dapat dialihkan atau dipisahkan dari entitas atau dari hak dan kewajiban.

Aset tidak berwujud dalam bentuk berbagai hak yang menyertai berbagai produk
intelektual dam pemanfaatan fasilitas pihak lain, baik yang diperoleh dari proses internal
maupun yang diperoleh dengan cara membeli atau proses pertukaran.
1. Hak cipta (Copyright)
Adalah hak yang diberikan kepada pengarang, pencipta, aransemen untuk menerbitkan,
menjual atau mengawasi karyanya. Hak cipta dapat dijual untuk diberikan kepada pihak
lain berdasarkan perjanjian-perjanjian yang telah disepakati. Harga perolehan hak cipta
mencakup keseluruhan pengeluaran mulai saat penyusunan atau penelitian sampai
pengurusan ijin hak cipta hingga sertifikat hak cipta diterima.Harga perolehan hak cipta
diamortisasi sepanjang masa manfaatnya.
2. Hak paten
Adalah hak yang diberikan kepada pihak yang menemukan hal baru untuk memproduksi,
menjual atau mengawasi penemuannya dalam jangka waktu tertentu.hak paten bisa
digunakan sendiri oleh penemunya atau diserahkan kepada pihak lain berdasarkan
kesepakatan. Harga perolehan hak paten adalah mencakup keseluruhan pengeluaran yang
meliputi biaya penelitian, biaya pengembangan, pembuatan gambar dan model, biaya
percobaan-percobaan, dan lain-lain termasuk biaya pengurusan hak paten hingga
sertifikat hak paten diterima.
Contoh soal:
Harcott Co. mengeluarkan biaya hukum sebesar $200.000 pada tanggal 1 Januari
2009 untuk mempertahankan paten.Paten itu memiliki masa manfaat 20tahun dan
diamortisasi menggunakan metode garis lurus. Jurnal untuk mencatat biaya hukum dan
amortisasi setiap akhir tahun, yaitu:
1/1/09 Hak Paten $200.000
Kas $200.000
31/12/09 Beban Amortisasi Hak Paten $10.000
Akumulasi Amortisasi Hak Paten $10.000
3. Hak merk dagang
Adalah hak cipta dan hak untuk menggunakan suatu tanda pengenal atau simbol atas
suatu barang yang diusahakan.Harga perolehan hak merk dagang adalah meliputi biaya
perencanaan gambar atau desain gambar, biaya sayembara pembuatan lambing, dan lain-
lain termasuk biaya pengurusan ijin merk dagang hingga sertifikat merk dagang diterima.
Jurnal yang dibuat:
1/1/20xx Hak Merk Dagang Xxxxx
Kas Xxxxx
31/12/20xx Beban Amortisasi Hak Merk Dagang Xxxxx
Akumulasi Amortisasi Hak Merk Dagang Xxxxx

4. Hak franchaise
Adalah hak untuk menggunakan fasilitas-fasilitas tertentu yang dimiliki oleh suatu pihak
(franchisor) kepada pihak lain sebagai pengguna fasilitas (franchisee). Franchisee hanya
berhak untuk menggunakan hak franchaise untuk kepentingannya sesuai dengan
perjanjian yang disepakati, tidak mempunyai hak untuk menjual atau mengalihkan hak
franchaise kepada pihak lain. Bagi franchisor harga perolehan hak franchaise adalah
sebesar uang yang dikeluarkan untuk mengurus ijin hak franchaise hingga sertifikat
franchaise diterima.Sedangkan harga perolehan hak frainchisee adalah sebesar harga
yang dibayarkan kepada franchisor.

5. Hak sewa (Leasehold)


Adalah hak untuk menggunakan aset tetap tertentu yang diatur dalam perjanjian sewa-
menyewa. Perlakuan akuntansi terhadap pengeluaran untuk mendapatkan hak sewa
tergantung bagaimana cara pembayaran sewa dilakukan. Terdapat dua cara pembayaran
sewa, yaitu:
 Sewa dibayar setiap periode, maka pembayaran sewa diperlakukan sebagai beban
operasional untuk periode dibayarkan sewanya.
 Sewa dibayar untuk beberapa periode, bila sewa yang dibayarkan itu untuk
beberapa periode yang relative pendek maka sewa dibayar dimuka tersebut
diklasifikasikan sebagai aset lancar dicatat dalam perkiraan sewa dibayar dimuka.
Sedangkan bila sewa dibayar dimuka untuk beberapa periode yang relatif panjang
maka sewa dibayar dimuka tersebut diklasifikasikan sebagai aset tidak berwujud
dalam perkiraan Hak Sewa.
Harga perolehan hak sewa adalah meliputi pembayaran sewa kepada pemilik aset
dan pengeluaran-pengeluaran lain untuk mempersiapkan aset yang disewa tersebut siap
digunakan dalam operasi perusahaan.

6. Hak eksklusif
Adalah hak khusus yang diberikan oleh negara untuk mengelola fasilitas publik atau
sumber daya alam yang dimiliki negara.Harga perolehan hak eksklusif meliputi biaya
survei, biaya riset, biaya pemetaan, biaya eksplorasi, biaya pengadaan/pembangunan
berbagai fasilitas, biaya perijinan dan biaya-biaya lain terkait dengan uapaya perolehan
hak tersebut hingga hak eksklusif tersebut dinyatakan siap untuk memberikan
kontribusinya pada operasi perusahaan.
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Aset merupakan elemen laporan keuangan yaitu neraca yang akan membentuk
informasi berupa posisi keuangan perusahaan bila dihubungkan dengan elemen yang lain
yaitu kewajiban dan ekuitas. Aset merepresentasikan potensi jasa fisis dan nonfisis yang
memampukan badan usaha/perusahaan untuk menyediakan barang dan jasa.
Daftar harta/aset/aktiva di dalam neraca disusun menurut tingkat likuiditasnya,
mulai dari yang paling likuid hingga yang tidak likuid, yaitu : mulai dari aktiva lancar,
aktiva tetap dan seterusnya.
Bagi manajemen, di dalam membaca neraca, nilai aset perlu dicermati karena
menjadi dasar pengukuran prestasi keuangan perusahaan. Ukuran ini menjadi
pembanding prestasi sesuatu perusahaan dengan prestasi perusahaan yang lain dalam hal
yang sama, apakah lebih baik atau tidak, sehingga dapat menjadi dasar keputusan
manajemen untuk mempertahankan atau meningkatkannya.
Salah satu ukuran yang menyangkut harta/aset/aktiva adalah angka rasio
penjualan/total asset, yang dinyatakan sebagai persentase.Asumsinya, semakin besar
penjualan yang diwujudkan, semakin efisien penggunaan aset seluruhnya. Angka
penjualan diambil dari laporan laba rugi, sedang angka total aset berasal dari neraca.
Dalam hal ini rasio dari tahun terakhir dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA

http://dominique122.blogspot.co.id/2015/04/teori-akuntansi-aset.html

http://nichonotes.blogspot.co.id/2014/10/pengertian-aktiva.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Aset

http://www.rankingkelas.com/2016/08/pengertian-aktiva-jenis-jenis-rangkuman-dan-

contoh.html

http://abdulkholikputramatengkarossa.blogspot.co.id/2016/11/macam-macam-aktiva-

lancaraktiva-tetap.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Aset_lancar

https://forum-ukm.blogspot.co.id/2015/07/pengertian-aktiva-aset-dan-jenis-jenisnya.html

https://www.jurnal.id/id/blog/2017/pengertian-dan-jenis-jenis-aktiva-dalam-akuntansi

http://ellyr-mawati.blogspot.co.id/2015/01/ -teori-akuntansi.html

https://accounting.binus.ac.id/2015/05/19/metode-penyusutan-aktiva-tetap-dalam-
akuntansi-2/

https://www.google.co.id/amp/s/lookforscience.wordpress.com/2012/05/03/penyusutan-
amortisasi-dan-revaluasi/amp/

http://akhidfelani.blogspot.co.id/2011/10/penjualan-aktiva-tetap.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai