KUSTA
Disusun Oleh :
Kelompok XXII
Ulfa Dyah Kurniawati 175020022
Dyah Efriyani 175020047
Nella Fadilah 175020073
Pertanyaan/Tugas Mahasiswa:
1. Jelaskan tentang penyakit Kusta Pausibasiler (gambaran penyakit, penyebab,
patofisiologi penyakit dan gejala klinik yang dapat dialami pasien)!
2. Jelaskan tata laksana terapi Kusta Pausibasiler!
3. Tetapkanlah obat yang tepat diberikan kepada pasien beserta regiment terapinya
4. Berikanlah obat kepada pasien beserta pelayanan informasi obat!
5. Jelaskan parameter klinik dan laboratorium yang akan diamati untuk menilai efektifitas
terapi dan ESO yang diberikan kepada pasien tersebut!
2. Penyebab kusta
Penyebab kusta adalah bakteri mycobacterium leprae. Kuman ini menular pada
manusia dengan kontak langsung dengan penderita (keduanya harus ada lesi baik
mikroskopis maunpun makroskopis, dan adanya kontak yang lama dan berulang) dan
melalui pernafasan. bakteri mycobakterium mengalami proses berkembangbiakan
dalam waktu 2-3 minggu, bertahan didalam tubuh manusia selama 9 hari. Diluar
tubuh manusia kemudian bakteri itu membelah dalam jangka waktu 14-21 hari dengan
masa inkubasi rata-rata 2 hingga 5 tahun. Setalah 5 tahun tanda-tanda orang yang
menderita penyakit kusta mulai muncul bercak putih, merah, rasa kesemutan bagian
anggota tubuh hingga tidak berfungsi sebagai mestinya.
3. Patofisiologi Penyakit Kusta
M. Leprae merupakan parasit obligat intra seluler terutama terdapat pada sel makrofag
disekitar pembuluh darah superfisial pada dermis atau sel Schwann di jaringan saraf.
Bila M leprae masuk ke dalam tubuh maka tubuh akan bereaksi mengeluarkan
makrofag yang berasal dari sel monosit darah, sel mononuklear dan histiosit untuk
memfagositosisnya. Kemampuan untuk memfagositosis tergantung pada sistem
imunitas tubuh.
Sel Schwann merupakan sel target untuk pertumbuhan M. leprae. Bila tjd gangguan
imunitas tubuh didalam sel Schwann, kuman dapat bermigrasi dan beraktivasi.
Akibatnya aktivitas regenerasi saraf berkurang, terjadi kerusakan saraf yg progresif.
4. Gejala klinik Kusta Pausibasiler
a. Jumlah bercak kusta 1-5
b. Penebalan saraf tepi disertai gangguan fungsi (mati rasa dan/ atau kelemahan otot,
di daerah yang dipersarafi saraf yang bersangkutan) hanya 1 saraf
c. Kerokan jaringan kulit BTA negative
d. Distribusi Unilateral atau bilateral asimetris
e. Permukaan bercak kering dan kasar
f. Batas bercak tegas
g. Mati rasa pada bercak jelas
h. Deformitas terjadi lebih cepat
B. Jelaskan tata laksana terapi Kusta Pausibasiler!
(Medscape.com)
C. Tetapkanlah obat yang tepat diberikan kepada pasien beserta regiment terapinya
Regimen terapi obat kusta Pausi Basiler:
a. Pengobatan bulanan: hari pertama setiap bulannya (obat diminum di depan petugas)
terdiri dari: 2 kapsul Rifampisin 300mg (600mg) dan 1 tablet Dapson 100 mg.
b. Pengobatan harian: hari ke 2-28 setiap bulannya: 1 tablet Dapson 100 mg.
c. Pasien minum obat selama 6 bulan
E. Jelaskan parameter klinik dan laboratorium yang akan diamati untuk menilai efektifitas
terapi dan ESO yang diberikan kepada pasien tersebut!
1. Parameter klinik dan laboratorium
a. Pemeriksaan bakterioskopik (bakteri di laboratorium)
Pemeriksaan bakterioskopik digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis
dan pengamatan pengobatan. Sediaan dibuat dari kerokan kulit atau mukosa hidung
yang diwarnai dengan pewarnaan terhadap bakteri tahan asam, antara lain dengan
Ziehl Neelsen. Pemeriksaan bakteri negatif pada seorang penderita, bukan berarti
orang tersebut tidak mengandung M. leprae.
Pertama-tama kita harus memilih tempat-tempat di kulit yang diharapkan paling
padat oleh bakteri, setelah terlebih dahulu menentukan jumlah tempat yang akan
diambil. Untuk pemeriksaan rutin biasanya diambil dari minimal 4-6 tempat, yaitu
kedua cuping telinga bagian bawah dan 2-4 tempat lain yang paling aktif, berarti
yang paling merah di kulit dan infiltratif
b. Pemeriksaan histopatologi (jaringan sel abnormal)
Diagnosis penyakit kusta biasanya dapat dibuat berdasarkan pemeriksaan klinis
secara teliti dan pemeriksaan bakterioskopis. Pada sebagian kecil kasus bila
diagnosis masih meragukan, pemeriksaan histopatologis dapat membantu.
Pemeriksaan ini sangat membantu khususnya pada anak-anak bila pemeriksaan
saraf sensoris sulit dilakukan, juga pada lesi dini contohnya pada tipe indeterminate,
serta untuk menentukan tipe yang tepat.
c. Pemeriksaan serologis
Kegagalan pembiakan dan isolasi kuman M. leprae mengakibatkan diagnosis
serologis merupakan alternatif yang paling diharapkan. Beberapa tes serologis yang
banyak digunakan untuk mendiagnosis kusta adalah :
1) tes FLA-ABS
2) tes ELISA
3) tes MLPA untuk mengukur kadar antibodi Ig G yang telah terbentuk di dalam
tubuh pasien, titer dapat ditentukan secara kuantitatif dan kualitatif.
2. Efek samping obat
a. Dapson
1) Anemia
2) Ruam kulit yang gatal
b. Rifampicin
1) Air seni berwarna merah
2) Syok
3) Purpura
4) Gagal ginjal
DOKUMENTASI PELAYANAN INFORMASI OBAT
1. Identitas Penanya
Nama : Apoteker Nella Fadhilah, S.Farm.,Apt No. Telp. 024-555-254
2. Data Pasien
Umur : 40 tahun; Tinggi : - cm; Berat : - kg; Jenis kelamin : Laki-laki
3. Pertanyaan
Uraian Pertanyaan :
Jenis Pertanyaan:
Identifikasi Obat Stabilitas Farmakokinetika
Interaksi Obat Dosis Farmakodinamika
Harga Obat Keracunan Ketersediaan Obat
Kontra Indikasi Efek Samping Lain-lain
Cara Pemakaian Obat …………………..
Penggunaan
Terapeutik
4. Jawaban
a. Diminum pada hari pertama 2 kapsul Rifampicin 300 mg dan 1 tablet
Dapson 100 mg pada saat ini juga. Untuk hari berikutnya diminum 1 tablet
Dapson sehari 1 kali bersama makanan selama 6 bulan.
5. Referensi
MEDSCAPE dan MIMS