Anda di halaman 1dari 13

ANALISIS KASUS ETIKA BISNIS

TERHADAP
TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DAN BISNIS LINGKUNGAN HIDUP

ANGGOTA KELOMPOK :
DWI ESTUNING ADI S. (11150449)
MAULANA IQBAL S. (11150503)
SELINTAN DIA FEBI U. (11150552)
SHELY OKTAVIA T. (11150556)

STIE BANK BPD JATENG


TAHUN AJARAN 2016/2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat

dan hidayah-Nya, sehingga kami telah menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang

telah ditentukan.

Tujuan utama penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Etika

Bisnis, yaitu tentang Analisis Kasus Etika Bisnis Terhadap Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Dan Bisnis Lingkungan Hidup

Meskipun penulis telah berusaha dengan segenap kemampuan, penulis menyadari

bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang

membangun makalah ini, penulis harapkan guna perbaikan makalah yang selanjutnya.

Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi

para pembacanya.

Semarang, Juli 2017

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sebuah perusahaan bisnis yang baik harus memiliki etika dan tanggung jawab sosial

yang baik. Kata “etika” berasal dari kata Yunani ethos yang mengandung arti yang cukup luas

yaitu, tempat yang biasa ditinggali, kebiasaan, adaptasi, akhlak, watak, perasaan, sikap dan

cara berpikir. Kata “moralitas” dari kata lain “moralis” dan merupakan kata abstrak dari

“moral” yang menunjuk kepada baik dan buruknya suatu perbuatan. Sedangkan definisi dari

etika bisnis adalah pengetahuan tentang tata cara ideal pengaturan dan pengelolaan bisnis yang

memperhatikan norma dan moralitas yang berlaku secara ekonomi/sosial, dan penerapan

norma dan moralitas ini menunjang maksud dan tujuan kegiatan bisnis. Apalagi akhir-akhir ini

makin banyak dibicarakan perlunya tentang perilaku bisnis terutama menjelang mekanisme

pasar bebas.

Dalam mekanisme pasar bebas diberikan kebebasan luas kepada seluruh pelaku bisnis

untuk melakukan kegiatan dan mengembangkan diri dalam pembangunan ekonomi. Hal ini

terjadi akibat manajemen dan karyawan yang cenderung mencari keuntungan semata sehingga

terjadi penyimpangan norma-norma etis. Bahkan, pelanggaran etika bisnis dan persaingan

tidak sehat dalam upaya penguasaan pasar terasa semakin memberatkan para pengusaha

menengah kebawah yang kurang memiliki kemampuan bersaing. Oleh karena itu, perlu adanya

sanksi yang tegas mengenai larangan praktik monopoli dan usaha yang tidak sehat agar dapat

mengurangi terjadinya pelanggaran etika bisnis dalam dunia usaha.


B. RUMUSAN MASALAH

1. Analisis kasus tentang Tbk. Semen Gresik yang ada di Kendeng, Rembang, Jawa

Tengah.

2. Analisis kasus tentang PLTU Batang.

C. TUJUAN

1. Mengetahui bagaimana perkembangan Tbk. Semen Gresik yang sedang menjadi

kontrovresi di masyarakat.

2. Mengetahui bagaimana perkembangan pembangunan PLTU Batang.


BAB II

PEMBAHASAN

1. Landasan Teori

2.1.1 Tanggungjawab Social Perusahaan atau CSR

CSR sudah mulai di perkenalkan sejak tahun 1950 oleh Howard R. Bowen yang
menerbitkan bukunya berjudul Social Responsibilities of The Businessman di
Amerika Serikat hingga mendapat apresiasi dari publik terhadap prinsip-prinsip
tanggung jawab sosial yang beliau kemukakan membuat dirinya dinobatkan secara
aklamasi sebagai Bapak CSR. Di Indonesia sendiri CSR mulai di kenal pada tahun
1990-an . Beberapa perusahaan sebenarnya telah lama melakukan CSA (Corporate
Social Activity) atau “aktivitas sosial perusahaan”. Walaupun tidak menamainya
sebagai CSR, secara faktual aksinya mendekati konsep CSR yang merepresentasikan
bentuk “peran serta” dan “kepedulian” perusahaan terhadap aspek sosial dan
lingkungan. Melalui konsep investasi social perusahaan “seat belt”, sejak tahun 2003
Departemen Sosial tercatat sebagai lembaga pemerintah yang aktif dalam
mengembangkan konsep CSR dan melakukan advokasi kepada berbagai perusahaan
nasional. Dan pada tahun 2007 CSR mulai di Undangkan lebih tepatnya dalam
Undang- Undang Perseroan Terbatas ( UU.PT) pasal 74. Yang mewajibkan perseroan
untuk menyisihkan sebagian laba bersih dalam menganggarkan dana pelaksanaan
tanggung jawab sosial terutama bagi perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya
yang berkaitan dengan sumber daya alam.

Tanggung jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social


Responsibility(selanjutnya disingkat CSR) itu sendiri adalah keseimbangan antara
masyarakat, lingkungan dan laba yang dalam artianya kepedulian perusahaan yang
menyisihkan sebagian keuntungannya (profit) bagi kepentingan pembangunan
manusia (people) dan lingkungan (planet) secara berkelanjutan berdasarkan prosedur
(procedure) yang tepat dan professional.

Secara umum, Corporate Social Responsibility merupakan peningkatan


kualitas kehidupan mempunyai arti adanya kemampuan manusia sebagai individu
anggota komunitas untuk dapat menanggapi keadaan sosial yang ada dan dapat
menikmati serta memanfaatkan lingkungan hidup termasuk perubahan-perubahan
yang ada sekaligus memelihara, atau dengan kata lain merupakan cara perusahaan
mengatur proses usaha untuk memproduksi dampak positif pada suatu komunitas, atau
merupakan suatu proses yang penting dalam pengaturan biaya yang dikeluarkan dan
keuntungan kegiatan bisnis dari stakeholders baik secara internal
(pekerja,shareholders, dan penanaman modal) maupun eksternal (kelembagaan
pengaturan umum, anggota-anggota komunitas, kelompok komunitas sipil dan
perusahaan lain).

Jadi, tanggung jawab perusahaan secara sosial tidak hanya terbatas pada konsep
pemberian donor saja, tapi konsepnya sangat luas dan tidak bersifat statis dan pasif
dan statis, hanya dikeluarkan dari perusahaan akan tetapi hak dan kewajiban yang
dimiliki bersama antara stakeholders. Konsep Corporate Social
Responsibilitymelibatkan tanggungjawab kemitraan antara pemerintah, lembaga,
sumberdaya komunitas, juga komunitas lokal (setempat). Kemitraan ini tidaklah
bersifat pasif dan statis. Kemitraan ini merupakan tanggung jawab bersama secara
sosial antarastakeholders. Konsep kedermawanan perusahaan (corporate
philantrophy) dalam tanggung jawab sosial tidaklah lagi memadai karena konsep
tersebut tidaklah melibatkan kemitraan tanggung jawab perusahaan secara sosial
denganstakeholders lainnya.

Tanggung jawab social perusahaan (corporate social responsibility) pada


dasarnya juga terkait dengan budaya perusahaan (coporate culture) yang ada
dipengaruhi oleh etika perusahaan yang bersangkutan. Budaya perusahaan terbentuk
dari para individu sebagai anggota perusahaan yang bersangkutan dan biasanya
dibentuk oleh sistem dalam perusahaan. Sistem perusahaan khususnya alur dominasi
para pemimpin memegang peranan penting dalam pembentukan budaya perusahaan,
pemimpin perusahaan dengan motivasi yang kuat dalam etikanya yang mengarah pada
kemanusiaan akan dapat memberikan nuansa budaya perusahaan secara keseluruhan.

2.1.2. Manfaat CSR bagi Perusahaan

 Meningkatkan Citra Perusahaan


Dengan melakukan kegiatan CSR, konsumen dapat lebih mengenal
perusahaan sebagai perusahaan yang selalu melakukan kegiatan yang baik bagi
masyarakat.
 Memperkuat “Brand” Perusahaan
Melalui kegiatan memberikan product knowledge kepada konsumen
dengan cara membagikan produk secara gratis, dapat menimbulkan kesadaran
konsumen akan keberadaan produk perusahaan sehingga dapat meningkatkan
posisi brand perusahaan.
 Mengembangkan Kerja Sama dengan Para Pemangku Kepentingan
Dalam melaksanakan kegiatan CSR, perusahaan tentunya tidak mampu
mengerjakan sendiri, jadi harus dibantu dengan para pemangku kepentingan,
seperti pemerintah daerah, masyarakat, dan universitas lokal. Maka
perusahaan dapat membuka relasi yang baik dengan para pemangku
kepentingan tersebut.
 Membedakan Perusahaan dengan Pesaingnya
Jika CSR dilakukan sendiri oleh perusahaan, perusahaan mempunyai
kesempatan menonjolkan keunggulan komparatifnya sehingga dapat
membedakannya dengan pesaing yang menawarkan produk atau jasa yang
sama.
 Menghasilkan Inovasi dan Pembelajaran untuk Meningkatkan Pengaruh
Perusahaan
Memilih kegiatan CSR yang sesuai dengan kegiatan utama perusahaan
memerlukan kreativitas. Merencanakan CSR secara konsisten dan berkala
dapat memicu inovasi dalam perusahaan yang pada akhirnya dapat
meningkatkan peran dan posisi perusahaan dalam bisnis global.

2.1.3. Teori Etika Lingkungan

Terdapat 3 (tiga) pandangan teori mengenai etika lingkungan,


sebagaimana diuraikan sebagai berikut:

a. Teori Antroposentrisme

Teori ini memandang manusia sebagai pusat dari system alam


semesta.Manusia dan kepentingannya dianggap yang paling menentukan
dalam tatanan ekosistem dan dalam kebijakan yang diambil dalam
kaitannya dengan alam, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Segala sesuatu yang lain di alam semesta ini hanya akan
mendapatperhatian dan nilai sejauh menunjang kepentingan manusia. Bagi
teori ini etika hanya berlaku bagi manusia, segala tuntutan terhadap
kewajiban dan tanggungjawab moral manusia terhadap lingkungan hidup
dianggap sesuatu yang berlebihan, kalaupun ada itu semata-mata demi
memenuhi kepentingan sesama manusia.
Teori semacam ini dinilai bersifat instrumentalistik (karena meng-
anggap pola hubungan manusia dan alam dilihat hanya dalam relasi instru-
mental, kalaupun peduli demi memenuhi kebutuhan manusia) dan
egoistis (karena hanya mengutamakan kepentingan manusia).
b. Teori Biosentrisme
Teori ini menganggap alam mempunyai nilai pada dirinya sendiri
lepas dari kepentingan manusia. Ciri etika ini adalah biocentric, karena
menganggap setiap kehidupan dan makhluk hidup mempunyai nilai dan
berharga pada dirinya sendiri.
Alam perlu diperlakukan secara moral terlepas dari apakah ia berguna
atau tidak bagi manusia. Sehingga etika tidak lagi dipahami secara terbatas
pada komunitas manusia, namun berlaku juga bagi seluruh komunitas
biotis, termasuk komunitas makhluk hidup lain.
c. Teori Ekosentrisme
Etika ini memusatkan pada seluruh komunitas ekologis baik yang
hidupmaupun tidak, karena secara ekologis makhluk hidup dan benda-
benda abiotis lainnya saling terkait satu sama lain. Salah satu versi yang
terkenal dari teori ini adalah Deep Ecology.
Teori ini memusatkan perhatian pada kepada semua spesies,
termasukspesies bukan manusia, dan menekankan perhatiannya pada jangka
panjang, dan tak kalah pentingnya merupakan gerakan diantara orang-orang
yang mempunyai sikap dan keyakinan yang sama, mendukung suatu gaya
hidup yang selaras dengan alam, dan sama-sama memperjuangkan
isu lingkungan dan politik.
2. Analisis Kasus
2.2.1. PT Semen Gresik Tbk

Mengutip pemberitaan Supriyanto (dalam industri.bisnis.com, 2013), pabrik

semen di Rembang ini merupakan salah satu dari dua proyek pembangunan
pabrik baru yang sedang dikerjakan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk selain di

Padang dan Sumatra Barat. PT Semen Indonesia (Persero)

PT Semen Indonesia melakukan ekspansi, dengan pembangunan pabrik baru

di Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Kabupaten Pati dipilih sebagai pembangunan

pabrik semen karena memiliki kekayaan alam yang unik, yaitu bentang alam kars

di Pegunungan Kendeng Utara. Pegunungan ini meliputi wilayah kabupaten Pati,

Kudus, Gorongan, Blora, Rembang hingga Tuban Jawa Timur. Kars adalah bahan

baku utama pembuatan semen. Dari data Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan

Kendeng (JMPPK) menunjukan bahwa ekosistem kars kawasan pegunungan

kendeng utara memiliki sungai bawah tanah. Ia mampu mensuplai kebutuhan air

rumah tangga dan lahan pertanian seluas 15.873,9 Ha di Kecamatan Sukolilo dan

9.063,232 Ha di kecamatan Kayen, Kabupaten Pati.

Kekayaan alam lainnya diatas tanah Pati adalah sumber daya hutan. Di lokasi

yang akan dijadikan pabrik semen, terdapat sekitar 2.756 hektar lahan perhutani

yang saat ini dikelola oleh kelompok LMDH (Lembaga Masyarakat Desa Hutan).

5.512 orang menggantungkan hidup pada sumber daya hutan. Di sisi lain,

kekayaan alam berupa bentang alam kars menjadi incaran perusahaan semen.

Pada titik inilah ketegangan mulai muncul. Masyarakat mengandalkan

ketergantungan hidupnya pada sumber daya alam, sementara perusahaan

berkepentingan melakukan eksploitasi untuk kepentingan komersial.

Ketegangan antara warga Rembang, Jawa Tengah dengan PT Semen Indonesia

dimulai sejak 16 Juni 2014 lalu. Saat itu PT Semen Indonesia mulai meletakkan

batu pertama pembangunan pabrik. Pembangunan pabrik tersebut menuai

kontroversi panjang. Sebagian penduduk Pegunungan Kendeng Utara menolak


rencana pembangunan tersebut. Masyarakat lokal pun melakukan penolakan.

Penolakan tersebut dengan alasan bahwa pembangunan pabrik semen yang akan

menambang batu gamping di pegunungan kars akan mengancam ketahanan

pangan dan ketersediaan air yang telah dimanfaatkan untuk berbagai keperluan.

Berbagai macam aksi dilakukan, sedikitnya 100 warga terutama ibu-ibu petani

asal Desa Tegaldowo, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah mendirikan tenda di

area pembangunan pabrik semen sebagai salah satu aksi mereka yang menolak

pembangunan Pabrik Semen Indonesia di Kawasan Kendeng. Lokasi tenda yang

mereka beri nama “Tenda Tolak Semen “ berada di tepi jalan masuk ke proyek

pembangunan pabrik semen di Kecamatan Bulu, Kabupaten Rembang. Warga

melakukannya sebagai aksi menolak pabrik semen di kawasan karst Gunung

Kendeng, yang melakukan penambangan dan merusak lingkungan tempat tinggal

mereka. Warga menyatakan akan terus bertahan hingga tuntutan mereka agar alat-

alat berat dikeluarkan dari areal tapak pabrik semen dan pertambangan

dibatalkan, terpenuhi.

Tak hanya masalah lahan, pembangunan proyek tersebut juga dapat

menyebabkan kerusakan lingkungan di sekitar, terganggunya keseimbangan

ekosistem, hilangnya daerah resapan air, dan pencemaran limbah yang terjadi

akibat proses produksi semen. Dalam UU 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan

dan Pengelolaan Lingkungan Hidup disebutkan bahwa masyarakat memiliki hak

dan kesempatan berperan aktif dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan

hidup, yang artinya masyarakat berhak menolak segala macam tindakan asing

yang dapat membahayakan keberlangsungan lingkungan hidup mereka.

Analisis kasusnya :
Dalam kasus ini pendirian pabrik semen oleh PT Gresik Tbk merugikan
ekosistem alam hususnya di wilayah Jawa Tengah,yang mengakibatkan
kerusakan sumber mata air yang menimbulkan banyak akibat salah satunya ialah
matinya ladang pertanian di sekitar bukit kapur dan menurunnya sumber daya
air bagi warga sekitar. Dampak lain yang dapat ditimbulkan dari adanya
pendirian pabrik semen adalah Efek Rumah Kaca (Green House Effect) yang
disebabkan oleh, Perubahan kondisi Udara (iklim) karena CO2 dan Gas Rumah
Kaca yang lain, Pencemaran Atmosfir dan Kerusakan Lapisan Ozon.

Walau sudah ditunjang dengan CSR nyatanya tidak menjamin


kelanjutan kehidupan masyarakatnya. Karena CSR yag di berikan hanya
menunjang kehidupan sekarang,misal dibuatkannya distribusi air dan irigasi
tetapi masalah kedepan sumber airnya yang tidak ada karena hancurnya bukit
kapur. Selain itu walaupun perusahaan sudah melakukan perawatan lingkungan
untuk mengantisipasi AMDAL tetapi itu tidak membuat lingkungan eksplorasi
pertambangan menjadi kembali semula.

2.2.2. Kasus PLTU Batang

Presiden Joko Widodo meresmikan proyek pembangunan Pembangkit


Listrik Tenaga Uap PLTU di Batang, Jawa Tengah, Jumat (28/08) setelah
tertunda selama empat tahun karena masalah pembebasan lahan. Ia menegaskan
pemerintah akan membantu menangani proyek-proyek yang terhambat karena
masalah perijinan atau pembebasan lahan.

"Kita tak mau lagi ada proyek yang berhenti, mangkrak yang tidak bisa
diselesaikan gara-gara ijin, gara-gara pembebasan lahan, tidak, ini adalah
sebuah bukti bahwa pemerintah bisa menyelesaikan persoalan, bukti bahwa
pemerintah Indonesia bisa menyelesaikan problem-problem yang ada, jangan
ada yang ragu lagi, jangan ada lagi investor ragu," jelas Jokowi dalam pidatonya.

"Setelah mundur, proyek-proyek yang bermasalah itu satu-satu kita selesaikan,"


jelas Jokowi kepada wartawan setelah peresmian PLTU Batang.

Disebutkan, untuk mencegah krisis listrik pada tahun 2019, pemerintah secara
lintas sektoral melakukan terobosan untuk mengatasi hambatan dalam
pembangunan pembangkit listrik.
Desriko, Juru Kampanye Energi Greenpeace Indonesia, menyebutkan PLTU ini
memberikan dampak lingkungan dan mengancam kedaulatan pangan di
Kabupaten Batang, karena lokasi proyek mengambil lahan persawahan
produktif masyarakat.

Pegiat lingkungan dari Greenpeace menyebutkan PLTU Batubara Batang akan


mengambil alih sekitar 226,4 hektar lahan sawah produktif.

Tetapi Jokowi menepis.

"Tidak mengganggu ketahanan pangan, itu sudah kita hitung tidak mungkin
(lahan pertanian) kita pake semua," jelas Jokowi menjawab pertanyaan
wartawan.

Di sisi lain, Greenpeace menyebutkan air buangan dari operasi PLTU akan
mencemari perairan dan juga merusak terumbu karang, sehingga berdampak
pada hasil tangkapan para nelayan tradisional yang mencari ikan di perairan dan
pantai Ujungnegoro-Roban, yang merupakan salah satu perairan kaya ikan di
wilayah Pantura Jawa Tengah.

Analisis Kasusnya :

Dalam kasus ini pendirian oleh PLTU Batang merugikan ekosistem


alam kususnya di wilayah Jawa Tengah,yang mengakibatkan kerusakan
ekosistem laut yang menimbulkan banyak akibat salah satunya ialah matinya
trumbu karang dan ikan tidak ada lagi dan bagi warga sekitarpantai atau nelayan
mata pencariannya akan lebih jauh ke tengah lautan . Dampak lain yang dapat
ditimbulkan dari adanya pendirian PLTU Batang adalah wilayah persawahan
produktif di ambil alih oleh PLTU Batang jadi kebutuhan akan pangan menurun
di wilayah batang dan petani juga kesulitan dalam menggarap atau memilih
lahan persawahan yang produktif .
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Dari pembahasan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa dalam


menjalankan sebuah bisnis juga harus memperhatikan orang-orang yang secara tidak
langsung berhubungan dengan bisnis yang di jalankan (eksternal( masyarakat dan
lingkungan sekitar)) dan perlu adanya tanggung jawab dalam menjalankan sebuah
bisnis atau perusahaan. Dengan penerapan CSR sebagai sebuah program yang wajib
sebagai bentuk rasa terima kasih perusahaan kepada masyarakat dan juga sebagai
bentuk perhatian perusahaan terhadap lingkungan sekitarnya. Di samping itu CSR juga
memiliki peranan penting bagi perusahaan yang menjalankannya,dan juga manfaat
yang dapat dirasakan perusahaan bila menjalankan CSR yaitu diantaranya :

 Meningkatkan Citra Perusahaan


 Mengembangkan Kerja Sama dengan Para Pemangku Kepentingan
 Membuka Akses untuk Investasi dan Pembiayaan bagi Perusahaan
 Meningkatkan Harga Saham

Dari sisi masyarakat, CSR akan sangat membantu meningkatkan kesejahteraan


dan kebaikan untuk masyarakat yang membutuhkan bantuan.

Anda mungkin juga menyukai