TERHADAP
TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DAN BISNIS LINGKUNGAN HIDUP
ANGGOTA KELOMPOK :
DWI ESTUNING ADI S. (11150449)
MAULANA IQBAL S. (11150503)
SELINTAN DIA FEBI U. (11150552)
SHELY OKTAVIA T. (11150556)
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga kami telah menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan.
Tujuan utama penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Etika
Bisnis, yaitu tentang Analisis Kasus Etika Bisnis Terhadap Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang
membangun makalah ini, penulis harapkan guna perbaikan makalah yang selanjutnya.
Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi
para pembacanya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sebuah perusahaan bisnis yang baik harus memiliki etika dan tanggung jawab sosial
yang baik. Kata “etika” berasal dari kata Yunani ethos yang mengandung arti yang cukup luas
yaitu, tempat yang biasa ditinggali, kebiasaan, adaptasi, akhlak, watak, perasaan, sikap dan
cara berpikir. Kata “moralitas” dari kata lain “moralis” dan merupakan kata abstrak dari
“moral” yang menunjuk kepada baik dan buruknya suatu perbuatan. Sedangkan definisi dari
etika bisnis adalah pengetahuan tentang tata cara ideal pengaturan dan pengelolaan bisnis yang
memperhatikan norma dan moralitas yang berlaku secara ekonomi/sosial, dan penerapan
norma dan moralitas ini menunjang maksud dan tujuan kegiatan bisnis. Apalagi akhir-akhir ini
makin banyak dibicarakan perlunya tentang perilaku bisnis terutama menjelang mekanisme
pasar bebas.
Dalam mekanisme pasar bebas diberikan kebebasan luas kepada seluruh pelaku bisnis
untuk melakukan kegiatan dan mengembangkan diri dalam pembangunan ekonomi. Hal ini
terjadi akibat manajemen dan karyawan yang cenderung mencari keuntungan semata sehingga
terjadi penyimpangan norma-norma etis. Bahkan, pelanggaran etika bisnis dan persaingan
tidak sehat dalam upaya penguasaan pasar terasa semakin memberatkan para pengusaha
menengah kebawah yang kurang memiliki kemampuan bersaing. Oleh karena itu, perlu adanya
sanksi yang tegas mengenai larangan praktik monopoli dan usaha yang tidak sehat agar dapat
1. Analisis kasus tentang Tbk. Semen Gresik yang ada di Kendeng, Rembang, Jawa
Tengah.
C. TUJUAN
kontrovresi di masyarakat.
PEMBAHASAN
1. Landasan Teori
CSR sudah mulai di perkenalkan sejak tahun 1950 oleh Howard R. Bowen yang
menerbitkan bukunya berjudul Social Responsibilities of The Businessman di
Amerika Serikat hingga mendapat apresiasi dari publik terhadap prinsip-prinsip
tanggung jawab sosial yang beliau kemukakan membuat dirinya dinobatkan secara
aklamasi sebagai Bapak CSR. Di Indonesia sendiri CSR mulai di kenal pada tahun
1990-an . Beberapa perusahaan sebenarnya telah lama melakukan CSA (Corporate
Social Activity) atau “aktivitas sosial perusahaan”. Walaupun tidak menamainya
sebagai CSR, secara faktual aksinya mendekati konsep CSR yang merepresentasikan
bentuk “peran serta” dan “kepedulian” perusahaan terhadap aspek sosial dan
lingkungan. Melalui konsep investasi social perusahaan “seat belt”, sejak tahun 2003
Departemen Sosial tercatat sebagai lembaga pemerintah yang aktif dalam
mengembangkan konsep CSR dan melakukan advokasi kepada berbagai perusahaan
nasional. Dan pada tahun 2007 CSR mulai di Undangkan lebih tepatnya dalam
Undang- Undang Perseroan Terbatas ( UU.PT) pasal 74. Yang mewajibkan perseroan
untuk menyisihkan sebagian laba bersih dalam menganggarkan dana pelaksanaan
tanggung jawab sosial terutama bagi perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya
yang berkaitan dengan sumber daya alam.
Jadi, tanggung jawab perusahaan secara sosial tidak hanya terbatas pada konsep
pemberian donor saja, tapi konsepnya sangat luas dan tidak bersifat statis dan pasif
dan statis, hanya dikeluarkan dari perusahaan akan tetapi hak dan kewajiban yang
dimiliki bersama antara stakeholders. Konsep Corporate Social
Responsibilitymelibatkan tanggungjawab kemitraan antara pemerintah, lembaga,
sumberdaya komunitas, juga komunitas lokal (setempat). Kemitraan ini tidaklah
bersifat pasif dan statis. Kemitraan ini merupakan tanggung jawab bersama secara
sosial antarastakeholders. Konsep kedermawanan perusahaan (corporate
philantrophy) dalam tanggung jawab sosial tidaklah lagi memadai karena konsep
tersebut tidaklah melibatkan kemitraan tanggung jawab perusahaan secara sosial
denganstakeholders lainnya.
a. Teori Antroposentrisme
semen di Rembang ini merupakan salah satu dari dua proyek pembangunan
pabrik baru yang sedang dikerjakan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk selain di
pabrik semen karena memiliki kekayaan alam yang unik, yaitu bentang alam kars
Kudus, Gorongan, Blora, Rembang hingga Tuban Jawa Timur. Kars adalah bahan
baku utama pembuatan semen. Dari data Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan
kendeng utara memiliki sungai bawah tanah. Ia mampu mensuplai kebutuhan air
rumah tangga dan lahan pertanian seluas 15.873,9 Ha di Kecamatan Sukolilo dan
Kekayaan alam lainnya diatas tanah Pati adalah sumber daya hutan. Di lokasi
yang akan dijadikan pabrik semen, terdapat sekitar 2.756 hektar lahan perhutani
yang saat ini dikelola oleh kelompok LMDH (Lembaga Masyarakat Desa Hutan).
5.512 orang menggantungkan hidup pada sumber daya hutan. Di sisi lain,
kekayaan alam berupa bentang alam kars menjadi incaran perusahaan semen.
dimulai sejak 16 Juni 2014 lalu. Saat itu PT Semen Indonesia mulai meletakkan
Penolakan tersebut dengan alasan bahwa pembangunan pabrik semen yang akan
pangan dan ketersediaan air yang telah dimanfaatkan untuk berbagai keperluan.
Berbagai macam aksi dilakukan, sedikitnya 100 warga terutama ibu-ibu petani
area pembangunan pabrik semen sebagai salah satu aksi mereka yang menolak
mereka beri nama “Tenda Tolak Semen “ berada di tepi jalan masuk ke proyek
mereka. Warga menyatakan akan terus bertahan hingga tuntutan mereka agar alat-
alat berat dikeluarkan dari areal tapak pabrik semen dan pertambangan
dibatalkan, terpenuhi.
ekosistem, hilangnya daerah resapan air, dan pencemaran limbah yang terjadi
hidup, yang artinya masyarakat berhak menolak segala macam tindakan asing
Analisis kasusnya :
Dalam kasus ini pendirian pabrik semen oleh PT Gresik Tbk merugikan
ekosistem alam hususnya di wilayah Jawa Tengah,yang mengakibatkan
kerusakan sumber mata air yang menimbulkan banyak akibat salah satunya ialah
matinya ladang pertanian di sekitar bukit kapur dan menurunnya sumber daya
air bagi warga sekitar. Dampak lain yang dapat ditimbulkan dari adanya
pendirian pabrik semen adalah Efek Rumah Kaca (Green House Effect) yang
disebabkan oleh, Perubahan kondisi Udara (iklim) karena CO2 dan Gas Rumah
Kaca yang lain, Pencemaran Atmosfir dan Kerusakan Lapisan Ozon.
"Kita tak mau lagi ada proyek yang berhenti, mangkrak yang tidak bisa
diselesaikan gara-gara ijin, gara-gara pembebasan lahan, tidak, ini adalah
sebuah bukti bahwa pemerintah bisa menyelesaikan persoalan, bukti bahwa
pemerintah Indonesia bisa menyelesaikan problem-problem yang ada, jangan
ada yang ragu lagi, jangan ada lagi investor ragu," jelas Jokowi dalam pidatonya.
Disebutkan, untuk mencegah krisis listrik pada tahun 2019, pemerintah secara
lintas sektoral melakukan terobosan untuk mengatasi hambatan dalam
pembangunan pembangkit listrik.
Desriko, Juru Kampanye Energi Greenpeace Indonesia, menyebutkan PLTU ini
memberikan dampak lingkungan dan mengancam kedaulatan pangan di
Kabupaten Batang, karena lokasi proyek mengambil lahan persawahan
produktif masyarakat.
"Tidak mengganggu ketahanan pangan, itu sudah kita hitung tidak mungkin
(lahan pertanian) kita pake semua," jelas Jokowi menjawab pertanyaan
wartawan.
Di sisi lain, Greenpeace menyebutkan air buangan dari operasi PLTU akan
mencemari perairan dan juga merusak terumbu karang, sehingga berdampak
pada hasil tangkapan para nelayan tradisional yang mencari ikan di perairan dan
pantai Ujungnegoro-Roban, yang merupakan salah satu perairan kaya ikan di
wilayah Pantura Jawa Tengah.
Analisis Kasusnya :
PENUTUP
1. Kesimpulan