Anda di halaman 1dari 21

PROTISTA MIRIP TUMBUHAN

PYRROPHYTA DAN CHRYSOPHYTA


Makalah
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Protista
Yang dibina oleh Ibu Sitoresmi Prabaningtyas, S.Si., M.Si
dan Ibu Sofia Ery Rahayu, S.Pd., M.Si
Disajikan Pada Hari Selasa Tanggal 20 Maret 2018

Disusun oleh:
Offering H
Kelompok 7
1. Ida Mawadah (170342615526)
2. Maria Dwi Cahyani (130342615350)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
Maret 2018
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur Alhamdulillah atas segala rahmat‚ nikmat‚
taufiq‚ hidayah Allah SWT yang dilimpahkan kepada penulis sehingga penyusunan
makalah protista mirip tumbuhan: pyrrophyta dan chrysophyta dapat terselesaikan dengan
baik. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah protista yang dibina oleh Ibu
Sitoresmi Prabaningtyas, S.Si., M.Si dan Ibu Sofia Ery Rahayu, S.Pd., M.Si. Namun, bagi
penulis makalah ini tidak sekedar menjadi alat pemenuhan tugas semata tetapi juga sebagai
pengayaan keilmuan bagi kami sebagai mahasiswa Biologi agar dapat diterapkan ketika
terjun di masyarakat nanti.
Penulis menyadari bahwa sebagai manusia yang penuh keterbatasan dan
kelemahan sehingga membutuhkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca.
Dengan begitu, hal tersebut dapat menjadi masukan bagi kami sebagai bahan
pertimbangan dalam penulisan karya ke depannya. Kami berharap makalah ini dapat
menjadi tambahan rujukan atau bacaan ilmu yang bermanfaat sehingga ilmunya dapat
membawa keberkahan baik bagi diri, masyarakat, maupun alam.

Malang, 20 Maret 2018

Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Protista adalah kelompok organisme yang memiliki ukuran tubuh mikro.
Kingdom protista terdiri dari kelompok makhluk hidup yang memiliki karakteristik
peralihan antara hewan dan tumbuhan. Dengan ukuran tubuh yang mikro, untuk
mengamati struktur morfologi tubuhnya harus menggunakan mikroskop. Beberapa
protista adalah fotoautotrof dan memiliki kloroplas. Protista yang lain adalah heterotrof,
mengabsorbsi molekul organik atau mencerna partikel makanan yang lebih besar.
Protista yang lain lagi, disebut miksotrof, menggabungkan fotosintesis dan nutrisi
heterotrofik. Reproduksi dan siklus hidup juga sangat bervariasi pada protista.
Beberapa protista sepenuhnya aseksual yang lain juga dapat bereproduksi secara
seksual berupa meiosis dan fertilisasi ( campbell,2012).
Para ahli biologi awalnya mendeskripsikan protista adalah seluruh hewanhewan
eukarioTik bersel tunggal, akan tetapi perkembangan selanjutnya para ahli
memasukkan alga ke dalam protista sehingga protista memilki cakupan pembahasan
yang cukup luas meliputi eukariotik bersel satu (uniseluler) sampai organisme
eukariotik bersel banyak (multiseluler) dengan bentuk sederhana. Berdasarkan
pertimbangan struktur anatomi dan morfologinya yang masih sderhana maka alga
digolongkan ke dalam protista. Alga merupakan kelompok organisme yang bervariasi
baik bentuk, ukuran, maupun komposisi senyawa kimianya. Alga ini ada berbentuk
uniseluler (contoh Chlorococcus sp), koloni (Volvox sp), benang (filamen) (contoh
Spyrogyra sp) serta bercabang atau pipih (contoh Ulva sp, Sargasum sp dan Euchema
sp). Ciri-ciri lainnya pada alga adalah, alga ini tidak memiliki akar, batang dan daun
sejati. Tubuh seperti ini dinamakan talus. Itulah sebabnya alga tidak dapat digolongkan
sebagai tumbuhan (plantae). Di dalam sel alga terdapat berbagai plastida yaitu organel
sel yang mengandung zat warna (pigmen). Plastida yang terdapat pada alga terutama
kloroplas mengandung pigmen klorofil yang berperan penting dalam proses
fotosintesis. Sehingga alga bersifat autrotof karena dapat menyusun sendiri
makanannya berupa zat organik dan zat-zat anorganik. Pigmen yang terkandung
terdapat di dalam sel-sel alga adalah : Fikosianin : warna biru; Fikosantin : warna
pirang; Xantofil : warna kuning; Fikoeritrin : warna merah; Karoten : warna keemasan;
1.2 Rumusan masalah
1. Bagaimanakah struktur tubuh pyrrophyta
2. Bagaimanakah ciri-ciri pyrrophyta
3. Bagaimanakah klasifikasi pyrrophyta
4. Bagaimanakah reproduksi phyrrophyta
5. Bagaimanakah spesies pyrrophyta
6. Bagaimanakah peranan pyrrophyta
7. Bagaimanakah ciri-ciri chrysophyta
8. Bagaimanakah klasifikasi chrysophyta
9. Bagaimanakah reproduksi chrysophyta
10. Bagaimanakah peranan chrysophyta
2.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui struktur tubuh pyrrophyta
2. Untuk mengetahui ciri-ciri pyrrophyta
3. Untuk mengetahui klasifikasi pyrrophyta
4. Untuk mengetahui reproduksi phyrrophta
5. Untuk mengetahui spesies pyrrophyta
6. Untuk mengetahui peranan pyrrophyta
7. Untuk mengetahui ciri-ciri chrysophyta
8. Untuk mengetahui klasifikasi chrysophyta
9. Untuk mengetahui reproduksi chrysophyta
10. Untuk mengetahui peranan chrysophyta
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pyrophyta
Filum Pyrrophyta sering disebut Dinoflagellata, diberi nama demikian karena
pergerakan yang dibantu dua flagela mirip cambuk (dalam bahasa Latin, dino artinya
pusaran air). Dinoflagellata terdiri dari sekitar 1.100 jenis, terutama hidup di dalam air
laut, meskipun beberapa jenis hidup di air tawar. Dinoflagellata merupakan ganggang
uniseluler yang motil, dengan ciri utama terdapat celah dan alur di sebelah luar
pembungkus yang melingkupi dinding sel. Beberapa jenis Dinoflagellata tidak
mempunyai dinding sel, namun kebanyakan mempunyai dinding sel yang terbagi-bagi
menjadi lempeng-lempeng selulosa poligonal yang saling bersambungan sangat rapat.
Pyrrophyta juga sering disebut tumbuhan api (fire plant) atau ganggang api.
Filum Pyrrophyta disebut ganggang api karena memiliki cangkang yang
mengandung fosfor yang mampu memendarkan cahaya bewarna merah menyala seperti
api atau berwarna hijau biru yang sangat indah terutama dalam kondisi gelap pada
malam hari di air laut. Peristiwa perpendaran cahaya ini disebut dengan bioluminesens.
Contohnya adalah Noctiluca sp., dan Ceratium sp. Timbulnya warna merah karena
pada protista ini banyak mengandung karotenoid, sehingga penampakannya lebih
sering bewarna emas, cokelat atau merah daripada bewarna hijau. Pyrrophyta atau
Dinoflagellata ini kebanyakan mempunyai vakuola non-kontraktil, kloroplas, dan
mempunyai klorofil a dan b. Klorofil hijau Dinoflagellata biasanya ditutupi oleh
pigmen merah yang membantu menangkap energi cahaya. Ketika air dalam keadaan
hangat dan kaya akan nutrisi, populasi Dinoflagellata akan meledak. Jumlah
Dinoflagellata akan sedemikian banyaknya sehingga air akan bewarna merah oleh
warna tubuh. Peristiwa ini dikenal dnegan gelombang merah (red tide).
Dinoflagellata autotrof merupakan tipe fitoplankton yang umum dijumpai.
Mereka merupakan penghasil biomassa dan oksigen yang luar biasa. Beberapa
Dinoflagellata yang bersifat fotosintetik, hidup bersimbiosis pada tubuh beberapa jenis
karang, anemon laut, cacing pipih, dan kerang raksasa. Beberapa Dinoflagellata juga
bersifat heterotrof. Mereka hidup dengan cara menelan materi organik dan sel-sel hidup
lain. Selain itu, sebagian kecil Dinoflagellata dapat bersifat sebagai parasit pada tubuh
berbagai hewan laut, contohnya Protogonyaulax catenella.
1. Struktur Tubuh Pyrrophyta (Dinoflagellata)

a. Dinoflagellata pada dasarnya adalah organisme motil uniseluler dan berflagel


dua (biflagella), bewarna cokelat keemasan, serta termasuk protista fotosintetik.
Meskipun warna dominan adalah cokelat keemasan, tetapi ada juga yang
bewarna kuning, hijau, cokelat bahkan biru.
b. Sel umumnya ditutupi oleh mantel atau lempeng kaku terbuat dari selulosa yang
tersusun artistik seperti pahatan. Susunan lempeng ini disebut dengan armor
plate atau lempeng baju baja.
c. Dinoflagelata memiliki dua celah atau alur yaitu alur longitudinal (membujur)
yang disebut sulcus (sulkus) dan alur melingkar (melintang) yang dikenal
sebagai cingulum atau anulus atau korset.
d. Dua flagela pada Dinoflagellata berbeda (heterokon), yaitu flagel transversal
dan flagel longitudinal. Flagela longitudinal lebih kecil dan halus serta
mengarah ke posterior dan terletak pada sulcus. Sedangkan flagela transversal
berbentuk seperti pita dan terletak pada cingulum. Dua jenis flagel ini bergerak
dalam arah yang berbeda sehingga mengakibatkan terjadinya pusaran air saat
Dinoflagellata bergerak.
e. Nukleus berukuran besar dan dinamakan mesokaryon oleh Dodge (1966).
f. Bagian kromosom tidak memiliki histon atau RNA.
g. Plastida atau kromatofor memiliki klorofil a dan klorofil c.
h. Vesikula terletak di bagian bawah memberan sel.
i. Vakuola non-kontraktil yang disebut pusule terletak di dekat dasar
flagella. Pusule ini berguna untuk mengapung di permukaan air dan
osmoregulasi. Pada Dinoflagellata tidak ditemukan vakuola kontraktil.
2. Ciri-ciri Pyrrophyta/Dinoflagellata (Ganggang Api)
Pyrrophyta/Dinoflagellata (Ganggang Api) memiliki ciri atau karakteristik secara
umum, yaitu sebagai berikut.
a. Uniseluler (bersel tunggal)
b. Bersifat motil (aktif bergerak)
c. Memiliki flagela (bulu cambuk)
d. Memiliki dinding sel nyata yang terdiri atas lempengan-lempengan yang
mengandung selulose, tetapi ada beberapa yang tidak memiliki dinding sel,
misalnya Gymnodinium sp.
e. Memiliki sel dengan ciri khas yaitu terdapat celah dan alur serta di dalam sel
terdapat plastida yang mengandung pigmen klorofil a dan c, serta karotenoid
sehingga bewarna cokelat kekuning-kuningan.
f. Bersifat autotrof (mampu melakukan fotosintesis atau bersifat fotosintetik) dan
berperan sebagai fitoplankton di lautan.
g. Bersifat yang bersifat heterotrof yang hidup dengan cara menelan materi
organik dan sel-sel hidup lain.
h. Ada juga yang bersifat sebagai parasit yang hidup dengan cara menempel pada
tubuh berbagai hewan laut, contohnya Protogonyaulax catenella.
i. Hidup bebas atau bersimbiosis pada tubuh beberapa jenis karang, anemon laut,
cacing pipih, dan kerang raksaksa.
j. Pada beberapa jenis, cangkagnya mengandung fosfor sehingga memendarkan
cahaya di malam hari.
k. Sebagian besar berhabitat di air laut tetapi adapula yang hidup di air tawar.
l. Memiliki vakuola non-kontraktil yang berfungsi untuk mengapung dan
osmoregulasi
3. Klasifikasi Pyrrophyta (Dinoflagellata)
Kelas: Dinophyceae dan Desmophyceae
Filum : Pyrrophyta atau Dynoflagellata
Berdasarkan letak flagella dan letak alur, pyrrophyta dibagi menjadi dua kelas
yaitu Desmophyceae dan Dinophyceae. Pada umumnya hidup di laut beberapa
diantaranya hidup di air tawar.
Para dinophyta (pyrrophyta) sebagian besar adalah organismee planktonik
uniseluler, dengan dinding khas dilengkapi dengan alur-alur longitudinal dan
transversal. Meskipun ada ultra karakteristik umum struktural untuk seluruh divisi,
dua kelas telah diakui oleh sebagian orang, Desmophyceae dan Dinophyceae.
Desmophyceae terkenal karena memiliki dinding sel yang terdiri dari dua bagian
seperti jam gelas. Ujung-ujungnya kadang-kadang diperpanjang sebagai batas
elaborasi, mungkin membantu pengapungan. Flagella yang berasal di anterior dan
sel. Meskipun dinophyceae mencakup beberapa bentuk amoeboid parasit, biasanya
dinding sel, terutama yang dari Dynoflagellata, diperkuat dengan pelat heksagonal
polisakarida, membentuk techa.
Taksonomi, dinoflagellates dipisahkan ke dalam Desmophyceae dan
yang Dinophyceae. Yang pertama adalah kelompok kecil di mana spesies
ditandai dengan memiliki kedua flagella yang timbul dari ujung anterior sel
(Gambar a, b). Dinding sel terdiri dari dua katup longitudinal yang
terpisah selama pembelahan aseksual untuk membentuk dua sel baru dengan ukuran
yang sama (Gambar c).

Gambar Desmophyceae Dinoflagellates. (a) Dua pandangan Prorocentrum marinum,


(b)Prorocentrum micans, (c) P. micans membagi. (bar skala mewakili 0,02 mm).
Mayoritas spesies Dynoflagellata planktonik membentuk Dinophyceae, dan
mayoritas dari mereka adalah thecate. Dalam semua dari mereka, sel dibagi menjadi
anterior (epitheca) dan setengah posterior (hypotheca) oleh alur melintang dikenal
sebagai korset atau cingulum. Flagella yang begitu diatur bahwa salah satu meluas
posterior dari sel, dan membungkus lainnya melintang di sekitar sel di wilayah
korset. Pada spesies dengan teka sebuah, dinding sel dibagi menjadi beberapa pelat
selulosa terpisah yang dihiasi dengan pori-pori dan/atau duri kecil. Genera thecate
umum meliputi Ceratium, Protoperidinium, Gonyaulax, dan Dinophysis.
Gymnodinium adalah umum telanjang dari kelas Dinophyceae.
Gambar kelas Dinophyceae
4. Reproduksi Phyrrophyta
a. Cara Reproduksi Pyrrophyta
Reproduksi pada Dynoflagellata pada umumnya yang utama adalah secara
aseksual, namun ada beberapa spesies bereproduksi secara seksual. Nukleus
Dynoflagellata merupakan nukleus yang tidak biasa karena kromosom
mengalami kondensasi dan selalu terlihat jelas. Pembelahan meosis dan mitosis
pada Dynoflagellata sangat unik karena sisa membran inti seluruhnya membelah
dan benang spindle berada di luar nukleus. Reproduksi pada Dynoflagellata
biasanya dengan cara pembelahan aseksual sederhana dan mereka memiliki
kapasitas untuk mereproduksi sampai beberapa kali per hari, dengan sel
membelah miring untuk membentuk dua sel dengan ukuran yang sama. Techa
mungkin membelah, dengan masing-masing sel baru membentuk setengah baru,
atau techa mungkin hilang sebelum pembagian, dalam hal masing-masing sel
baru membentuk dinding sel yang baru.
Reproduksi seksual juga terjadi pada beberapa spesies Dynoflagellata.
Hal ini dapat menyebabkan pembentukan berdinding tebal, kista aktif yang
menetap di dasar laut, di mana mereka dapat bertahan hidup selama bertahun-
tahun. Ketika dipicu oleh perubahan lingkungan, kista tumbuh dan berkembang
untuk menghasilkan sel baru yang kemudian bebas. Kebanyakan Dynoflagellata
memperlihatkan reproduksi secara aseksual atau pembelahan sel mitosis. Proses
ini membagi organismee menjadi kembaran identik, theca mereka mungkin
pecah, terbagi pada tiap-tiap kembarannya, jadi tiap kembaran menerima
separuh dan meregenerasi separuhnya.
Beberapa generasi tumbuh sebagai filament ketika sel mereka tidak
terpisah setelah pembelahan. Dinoflgellata dewasa bersifat haploid, jadi ketika
reproduksi seksual dimulai, gamet mengalami mitosis, mungkin tumbuh dengan
atau tanpa dinding, terlihat sebagai individu tua dalam versi kecil. Gamet jantan
dan betina tidak jelas dibedakan, tetapi dapat berenang bebas. Setelah
penggabungan dua gamet, lalu menjadi zigot yang aktif berenang, pada kondisi
yang tidak menguntungkan, sel akan membentuk hystrichosphere, ini adalah
dorman kapsul yang melindungi dinoflagelata sampai keadaan menguntungkan
kembali

Gambar siklus pembelahan sel Dynoflagellata


Pyrrophyta atau Dynoflagellata memiliki 2 cara perkembangbiakan, yaitu
secara:

a) Vegetatif, yaitu dengan pembelahan sel yang bergerak, jika sel memiliki
panser, maka selubung akan pecah. Dapat juga dengan cara protoplas
membelah membujur, lalu keluarlah dua sel telanjang yang dapat
mengembara yang kemudian masing-masing membuat panser lagi. Setelah
mengalami waktu istirahat zigot yang mempunyai dinding mengadakan
pembelahan reduksi, mengeluarkan sel kembar yang telanjang
b) Sexual, dalam sel terbentuk 4 isogamet yang masing-masing dapat
mengadakan perkawinan dengan isogamet dari individu lain Sporik, yaitu
dengan zoospora (contohnya Gloeonidium) dan aplanospora (contohnya
Glenodinium).
Pada Alexandrium sp, cara perkembangbiakannya yaitu: Kista-kista
tidur dalam dasar laut, tertimbun oleh sedimen. Jika tak terganggu oleh
kekuatan fisik atau alam, mereka dapat berada di dasar laut dalam kondisi
tertidur untuk waktu bertahun-tahun. Jika terdapat kandungan oksigen dan
kondisi memungkinkan, mereka dapat melakukan proses perkecambahan.
Jika suhu hangat dan banyak cahaya yang merangsang perkecambahan ini,
kista akan pecah dan mengeluarkan sel yang dapat berenang. Sel ini
direproduksi oleh pembelahan sederhana dalam beberapa hari pengeraman.
Jika kondisi tetap optimal, sel akan terus membelah diri secara
berlipat, dari dua menjadi empat, empat menjadi delapan, dan seterusnya.
Setiap satu sel dapat menghasilkan beberapa ratus sel dalam se minggu.
Pada saat nutrisi telah habis, pertumbuhan sel berhenti dan terbentuklah sel-
sel gamet. Setiap dua sel gamet yang berbeda bersatu membentuk satu sel
baru yang berkembang menjadi sebuah zigot dan akhirnya menjadi kista.
Kista ini lalu jatuh ke dasar laut dan dapat berbiak pada tahun berikutnya

5. Spesies Pyrrophyta (Dinoflagellata)


Dinoflagellata terdiri dari sekitar 1.100 jenis, terutama hidup di dalam air
laut, meskipun beberapa jenis hidup di air tawar. Contoh spesies Dinoflagellata
yang paling banyak dijumpai yaitu Pfiesteria piscicidia, Gonyaulax
catanella, dan Noctiluca scintillans. Berikut ini penjelasan ketiga jenis
Dinoflagellata tersebut.
a. Pfiesteria piscicidia adalah spesies dinoflagellata banyak dijumpai di lepas
pantai North Carolina. Para ilmuwan telah menyimpulkan bahwa ia
bertanggung jawab atas pembunuhan sejumlah besar ikan dengan mensekresi
racun. Spesies ini memiliki strategi makan yang menarik. Hal ini diketahui
menggunakan racun untuk membunuh ikan kemudian menunggu untuk
mengkonsumsi jaringan yang sloughs dari dari organisme yang membusuk. Hal
ini membuat salah satu spesies heterotrofik dari beberapa dinoflagellata.
b. Gonyaulax catanella adalah dinoflagellata yang berputar sangat ketika mereka
bergerak dengan menggunakan dua flagela mereka. Mereka juga salah satu yang
terkenal spesies bercahaya dari dinoflagellata, karena mereka mengeluarkan
cahaya biru-hijau di perairan yang mereka huni.
c. Noctiluca scintillans adalah spesies dinoflagellata heterotrofik yang memakan
plankton yang ditemukan di muara dan daerah dangkal dari landas kontinen.
Spesies ini sering disebut sebagai kilauan laut karena menunjukkan
bioluminesensi dan menjadi sangat terang ketika terganggu dalam air.
6. Peranan Pyrrophyta atau Dinoflagellata
a. Peranan merugikan
Dinoflagellata sering menyebabkan suatu fenomena menarik di laut, yaitu dapat
menghasilkan warna laut yang tiba-tiba memerah. Fenomena ini sering
disebut pasang/gelombang merah atau “red tides”. Kondisi seperti ini
mengandung suatu racun yang dihasilkan Dinoflagellata tertentu dan dapat
meracuni ikan, kerang, dan kadang-kadang manusia. Pasang merah beracun
biasanya dapat terjadi setelah kepadatan populasi Dinoflagellata tertentu
meningkat tajam (blooming). Jenis Dinoflagellata yang dapat menghasilkan
pasang merah beracun, di antaranya Gymnodinium dan Protogonyaulax. Toksin
atau racun yang dihasilkan spesies-spesies tersebut biasanya bersifat racun saraf
atau neurotoksin, atau dapat menyebabkan pecahnya sel darah merah.
Ketika terjadi gelombang merah, ribuan ikan mati lemas akibat insang
mereka tersumbat atau kekurangan oksigen oleh miliaran Dinoflagellata yang
mati dan membusuk. Akan tetapi, tiram dan remis “berpesta” dengan menyaring
jutaan makanan mereka di air. Dalam proses ini, tubuh mereka akan
mengumpulkan racun saraf yang diproduksi Dinoflagellata dalam jumlah yang
cukup besar. Pada keadaan ini, racun Dinoflagellata dapat terkumpul pada tubuh
tiram atau remis tanpa menyebabkan kematian hewan tersebut. Namun, jika
moluska tersebut termakan oleh manusia, dapat terjadi keracunan pada manusia
yang memakannya. Oleh karena itu, dalam mengkonsumsi kerang-kerangan
sering dihindari pada saat musim panas, yaitu musim ketika populasi
Dinoflagellata jumlahnya meningkat tajam.

b. Peranan menguntungkan
a) Bidang perikanan (sebagai makanan ikan yaitu fitoplankton dan
zooplankton).
b) Bidang pertanian (Rumput laut untuk pupuk dipesisir).
c) Ekosistem perairan (sebagai produsen primer)
d) Bidang industri (tanah diatom untuk amplas, isolasi, bahan dasar kaca)
e) Bahan dasar makanan : Gelidium (agar-agar), Chondrus (minuman
coklat), alginat (bahan campuran es krim), Porphyra (makanan)
f) Bahan obat-obatan (Chlorella)
2.2 Chrysophyta
Alga Chrysophyta disebut juga ganggang keemasan (golden algae) atau
ganggang pirang. Istilah “Chrysophyta” berasal dari bahasa Yunani, chrysos yang
berarti “keemasan”. Warna keemasan disebabkan karena ganggang ini memiliki
pigmen berupa karoten dan xantofil yang jumlahnya dominan dibandingkan dengan
klorofi l a dan c sehingga membuat sel plastida bewarna hijau kekuningan/cokelat
keemasan. Sumber lain ada yang menyebutkan bahwa warna keemasan disebabkan
oleh pigmen yang bernama fukosantin (fucoxanthin).
Chrysophyta kebanyakan hidup di air tawar, meskipun beberapa jenis ada yang
hidup di air laut. Alga kelompok ini mempunyai makanan yang disimpan sebagai
laminarin, yaitu suatu polisakarida sebagai simpanan makanan pada alga ini. Alga
keemasan memiliki variasi struktur dan bentuk. Sebagian tidak memiliki dinding sel
dan dapat merayap seperti Amoeba. Sebagian lagi memiliki dinding sel yang terbuat
dari selulosa. Sebagian besar kelompok ganggang keemasan adalah uniseluler tetapi
ada pula yang membentuk koloni. Sel-sel alga pirang mempunyai dua flagella
sehingga disebut sebagai biflagellata, khususnya untuk alga yang struktur dinding
selnya tersusun atas pektin. Kedua flagellanya terpaut di dekat salah satu ujung sel.
Selain hidup di perairan, ada juga Chrysophyta yang hidup di darat.
Alga pirang yang hidup di darat sering ditemui sebagai selaput seperti beludru
di tepi kolam, tepi perairan, atau di tanah yang lembab. Selain laminarin,
Chrysophyta menyimpan kelebihan makanan dalam bentuk minyak sehingga
merupakan komponen penting dalam pembentukan minyak bumi. Filum
Chrysophyta terdiri atas sekitar 5.300 jenis, dan 5.000 di antaranya adalah diatom
yang sekarang sudah dimasukkan dalam Filum tersendiri yaitu Bacillariophyta.

1. Ciri-ciri Chrysophyta
a. Ada yang uniseluler (bersel satu) dan adapula yang multiseluler (bersel
banyak). Ganggang yang uniseluler di perairan berperan sebagai komponen
fitoplankton.
b. Bersifat autotorof, karena memiliki klorofil untuk melakukan fotosintesis.
Namu adapula yang bersifat heterotrof dengan menyerap makanan.
c. Habitat di wilayah perairan seperti air tawar, air payau maupun air laut dan
ada juga yang hidup darat terutama di tempat-tempat yang basah.
d. Ada yang memiliki dinding sel dan ada yang tidak.
e. Dinding sel mengandung selulosa, pektin atau silika.
f. Sebagian besar Chrysophyta mempunyai flagela untuk bergerak terutama
yang memiliki dinding sel. Namun ada juga yang bersifat amoeboid
(bergerak merayap seperti Amoeba) bagi Chrysophyta yang tidak
berdinding sel.
g. Memiliki pigmen karoten, xantofil, klorofil a dan klorofil c.
h. Sebagian besar bersifat mikroskopis (tidak dapat diamati dengan mata
telanjang).
i. Hidup soliter atau berkoloni.
j. Menyimpan cadangan makana dalam bentuk laminarin atau minyak.
2. Klasifikasi Chrysophyta
Chrysophyta (Alga keemasan) diklasifikasikan ke dalam tiga kelas, yaitu:
a. Kelas alga Hijau-Kuning (Xanthophyceae)
Alga ini memiliki klorofil (pigmen hijau) dan xantofil (pigmen kuning)
karena itu warnanya hijau kekuning-kuningan. Contoh: Vaucheria.
Vaucheria tersusun atas banyak sel yang berbentuk benang, bercabang tapi
tidak bersekat. Filamen mempunyai banyak inti dan disebut Coenocytic.
Berkembangbiak secara seksual yaitu dengan oogami artinya terjadi
peleburan spermatozoid yang dihasilkan anteridium dengan ovum yang
dihasilkan oogonium membentuk zigot. Zigot tumbuh menjadi filamen baru.
Reproduksi secara vegetatif dengan membentuk zoospora. Zoospora terlepas
dari induknya mengembara dan jatuh di tempat yang cocok menjadi filamen
baru.
b. Kelas Alga Coklat-Keemasan (Chrysophyceae)
Alga ini memiliki pigmen keemasan (karoten) dan klorofil. Tubuh ada yang
bersel satu, contohnya Ochromonas dan bentuk koloni, contohnya Synura.
c. Kelas Diatom (Bacillariophyceae)
Diatom banyak ditemukan dipermukaan tanah basah misal, sawah, got atau
parit. Tanah yang mengandung diatom berwarna kuning keemasan. Tubuh
ada yang uniseluler dan koloni. Dinding sel tersusun atas dua belahan yaitu
kotak (hipoteca) dan tutup (epiteca). Reproduksi secara aseksual yaitu
dengan cara membelah diri. Contohnya: Navicula, Pannularia dan
Cyclotella.
Berdasarkan jenis selnya Chrysophya dibedakan menjadi:
a. Chrysophya Uniseluler (Bersel Tunggal)
a) Ochromonas, merupakan jenis Chrysophyta uniseluler yang
mempunyai dua flagela, satu panjang dan satu pendek. Ochromonas
dapat tumbuh secara autotrof dengan menggunakan energi cahaya
matahari atau secara heterotrof dengan menyerap makanan.
b) Navicula, sering disebut dengan diatome atau ganggang kersik, bentuk
tubuhnya kotak atau elips, jika mati fosilnya akan membentuk tanah
diatome yang berfungsi sebagai bahan penggosok, campuran semen
atau penyerap nitrogliserin pada bahan peledak. Reproduksinya
membelah diri dengan memisahkan bagian tubuhnya yang terdiri dari
hipoteka (kotak) dan epiteka (tutup).
c) Pinnularia, mirip dengan diatome.
b. Chrysophya Multiseluler (Bersel Banyak)
a) Vaucheria, hidup berkoloni dalam filamen yang berbentuk tabung yang
kadang-kadang bercabang. Jenis yang hidup di darat menempel pada
permukaan dengan rizoid yaitu cabang-cabang menyerupai akar yang
tidak berwarna. Filamen Vaucheria berinti banyak dan tidak dibatasi
oleh dinding sekat yang disebut senosit. Di dalam sitoplasma terdapat
vakuola besar di tengah sel. Di dalam sitoplasma terdapat banyak inti,
plastida yang berbentuk cakram tanpa pirenoid. Cadangan makanan
berupa minyak dalam bentuk tetes-tetes minyak.
3. Reproduksi Chrysophya
a. Secara Aseksual (Vegetatif)
Reproduksi aseksual dilakukan dengan pembentukan zoospora multinukleat
berukuran besar yang mempunyai banyak flagela seperti pada Vaucheria.
Zoospora ini dianggap sebagai struktur majemuk yang terdiri dari kumpulan
zoospora kecil yang berflagela dua yang masing-masing tidak memisahkan
diri. Setelah zoospora ini dilepaskan, kemudian bergerak dengan flagelanya
ke tempat baru. Setelah menetap, flagela dilepaskan dan berkecambah
membentuk Vaucheria baru. Selain pembentukan zoospora, ada juga spesies
Chrysphyta yang reproduksi aseksualnya dengan cara membelah diri seperti
pada Ochromonas.
b. Reproduksi Secara Seksual (Generatif)
Reproduksi seksual pada Chrysophyta adalah dengan cara oogami, yaitu
dengan membentuk oogonia (pembentuk gamet betina) dan anteridia
(pembentuk gamet jantan) pada filamen yang sama. Sel telur yang dihasilkan
berukuran besar dengan satu inti yang mengandung klorofil. Sperma yang
dihasilkan anteridia mempunyai flagela yang kecil. Setelah terjadi
pembuahan akan terbentuk zigot. Setelah dilepaskan dari induknya, zigot
siap tumbuh membentuk filamen baru.
4. Peranan
a. Peranan merugikan
a) Alga dapat menimbulkan rasa dan bau yang tidak enak.
b) Alga dapat menurunkan PH.
c) Menyebabkan warna dan kekeruhan.
d) Beberepa jenis alga dapat mengeluarkan racun.
e) Dapat mengeluarkan lendir yang mengakibatkan waterbloom.
f) Ganggang keemasan sering disebut ganggang kersik karena mengandung
silikat. Ganggang jenis ini tidak begitu membahayakan karena tidak
menghasilkan racun akan tetapi ganggang ini dapat menimbulkan bau
yang tidak enak. Selain itu juga menyebabkan kekeruhan pada air.
b. Peranan menguntungkan
a) Peranan Chrysophyta di perairan adalah sebagai salah satu produsen
primer.
b) Dalam kehidupan manusia, ganggang keemasan memiliki banyak
manfaat, terutama Navicula dan Vaucheria. Navicula yang telah mati dan
mengendap di dasar laut membentuk endapan tanah yang bermanfaat
sebagai bahan penggosok, penyekat dinamit, bahan pembuatan cat, pernis,
bahan dasar industri kaca, penyaring dan piringan hitam. Pada Vaucheria,
cadangan makanan disimpan dalam bentuk minyak, sehingga organisme
ini merupakan komponen utama dalam pembentukan minyak bumi.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Simpulan
1. Struktur tubuh pyrrophyta (dinoflagellata)
a. uniseluler dan berflagel dua (biflagella), bewarna cokelat keemasan, termasuk
protista fotosintetik.
b. Sel umumnya ditutupi oleh mantel atau lempeng kaku terbuat dari selulosa yang
tersusun artistik seperti pahatan
c. Dinoflagelata memiliki dua celah atau alur yaitu alur longitudinal (membujur)
yang disebut sulcus (sulkus) dan alur melingkar (melintang) yang dikenal
sebagai cingulum atau anulus atau korset.
d. Dua flagela pada Dinoflagellata berbeda (heterokon), yaitu flagel transversal
dan flagel longitudinal.
e. Nukleus berukuran besar dan dinamakan mesokaryon oleh Dodge (1966)
f. Bagian kromosom tidak memiliki histon atau RNA.
g. Plastida atau kromatofor memiliki klorofil a dan klorofil c.
h. Vesikula terletak di bagian bawah memberan sel.
i. Vakuola non-kontraktil yang disebut pusule terletak di dekat dasar flagella.
2. Ciri-ciri pyrrophyta/dinoflagellata (ganggang api)
a) Uniseluler (bersel tunggal)
b) Bersifat motil (aktif bergerak)
c) Memiliki flagela (bulu cambuk)
d) Memiliki dinding sel yang mengandung selulose, tetapi ada beberapa yang tidak
memiliki dinding sel, misalnya Gymnodinium sp.
e) Memiliki sel dengan ciri khas yaitu terdapat celah dan alur serta di dalam sel
terdapat plastida yang mengandung pigmen klorofil a dan c, serta karotenoid
sehingga bewarna cokelat kekuning-kuningan.
f) Bersifat autotrof dan berperan sebagai fitoplankton di lautan.
g) Bersifat yang bersifat heterotrof yang hidup dengan cara menelan materi
organik dan sel-sel hidup lain.
h) Ada juga yang bersifat sebagai parasit yang hidup dengan cara menempel pada
tubuh berbagai hewan laut, contohnya Protogonyaulax catenella.
i) Hidup bebas atau bersimbiosis pada tubuh beberapa jenis karang, anemon laut,
cacing pipih, dan kerang raksaksa.
j) Pada beberapa jenis, cangkagnya mengandung fosfor sehingga memendarkan
cahaya di malam hari.
k) Sebagian besar berhabitat di air laut tetapi adapula yang hidup di air tawar.
l) Memiliki vakuola non-kontraktil yang berfungsi untuk mengapung dan
osmoregulasi
3. Klasifiasi pyrrophyta (dinoflagellata)
Berdasarkan letak flagella dan letak alur , pyrrophyta dibagi menjadi dua kelas yaitu
Desmophyceae dan Dinophyceae.
4. Reproduksi phyrrophta
Phyrrophyta berkembang biak dengan 2 cara yaitu:
c. Secara Aseksual, dengan pembelahan sel.
d. Secara Seksual, sel akan membentuk 4 isogamet dan
semuanya dapat melakukan perkawinan antar isogamet.
5. Spesies pyrrophyta (dinoflagellata)
Contoh spesies Dinoflagellata yang paling banyak dijumpai yaitu Pfiesteria
piscicidia, Gonyaulax catanella, dan Noctiluca scintillans.
6. Peranan pyrrophyta (dinoflagellata)
a. Peranan merugikan
a) enghasilkan warna laut yang tiba-tiba memerah. Fenomena ini sering
disebut pasang/gelombang merah atau “red tides”. Kondisi seperti ini
mengandung suatu racun yang dihasilkan Dinoflagellata tertentu dan dapat
meracuni ikan, kerang, dan kadang-kadang manusia. Ketika terjadi
gelombang merah, ribuan ikan mati lemas akibat insang mereka tersumbat
atau kekurangan oksigen oleh miliaran Dinoflagellata yang mati dan
membusuk.
b. Peranan menguntungkan
a) Bibang perikanan (sebagai makanan ikan yaitu fitoplankton dan
zooplankton).
b) Bidang pertanian (Rumput laut untuk pupuk dipesisir).
c) Ekosistem perairan (sebagai produsen primer)
d) Bidang industri (tanah diatom untuk amplas, isolasi, bahan dasar kaca)
e) Bahan dasar makanan : Gelidium (agar-agar), Chondrus (minuman coklat),
alginat (bahan campuran es krim), Porphyra (makanan)
f) Bahan obat-obatan (Chlorella)
7. Ciri-ciri chrysophyta
a. Ada yang uniseluler (bersel satu) dan adapula yang multiseluler (bersel banyak).
b. Bersifat autotorof, namun adapula yang bersifat heterotrof dengan menyerap
makanan.
c. Habitat di wilayah perairan seperti air tawar, air payau maupun air laut dan ada
juga yang hidup darat terutama di tempat-tempat yang basah.
d. Ada yang memiliki dinding sel dan ada yang tidak.
e. Dinding sel mengandung selulosa, pektin atau silika.
f. Sebagian besar Chrysophyta mempunyai flagela untuk bergerak terutama yang
memiliki dinding sel. Namun ada juga yang bersifat amoeboid (bergerak merayap
seperti Amoeba) bagi Chrysophyta yang tidak berdinding sel.
g. Memiliki pigmen karoten, xantofil, klorofil a dan klorofil c.
h. Sebagian besar bersifat mikroskopis
i. Hidup soliter atau berkoloni.
j. Menyimpan cadangan makana dalam bentuk laminarin atau minyak.
8. Klasifikasi chrysophyta
Chrysophyta (Alga keemasan) diklasifikasikan ke dalam tiga kelas, yaitu:
a. Kelas alga Hijau-Kuning (Xanthophyceae)
b. Kelas Alga Coklat-Keemasan (Chrysophyceae)
c. Kelas Diatom (Bacillariophyceae)
Berdasarkan jenis selnya Chrysophya dibedakan menjadi:
a. Chrysophya Uniseluler (Bersel Tunggal)
a) Ochromonas,
b) Navicula,
c) Pinnularia
b. Chrysophya Multiseluler (Bersel Banyak)
a) Vaucheria
9. Reproduksi chrysophyta
a. Secara Aseksual (Vegetatif)
Reproduksi aseksual dilakukan dengan pembentukan zoospora multinukleat
berukuran besar yang mempunyai banyak flagela. Selain pembentukan
zoospora, ada juga spesies Chrysphyta yang reproduksi aseksualnya dengan
cara membelah diri seperti pada Ochromonas.
b. Reproduksi Secara Seksual (Generatif)
Reproduksi seksual pada Chrysophyta adalah dengan cara oogami
10. Peranan chrysophyta
a. Peranan merugikan
a) Alga dapat menimbulkan rasa dan bau yang tidak enak.
b) Alga dapat menurunkan PH.
c) Menyebabkan warna dan kekeruhan.
d) Beberepa jenis alga dapat mengeluarkan racun.
e) Dapat mengeluarkan lendir yang mengakibatkan waterbloom.
f) Ganggang keemasan sering disebut ganggang kersik karena mengandung
silikat.
b. Peranan menguntungkan
a) Peranan Chrysophyta di perairan adalah sebagai salah satu produsen primer.
b) Navicula yang telah mati dan mengendap di dasar laut membentuk endapan
tanah yang bermanfaat sebagai bahan penggosok, penyekat dinamit, bahan
pembuatan cat, pernis, bahan dasar industri kaca, penyaring dan piringan
hitam. Pada Vaucheria, cadangan makanan disimpan dalam bentuk minyak,
sehingga organisme ini merupakan komponen utama dalam pembentukan
minyak bumi.

3.2 Saran
Sebagai penulis kami menyadari adanya kekurangan dalam penulisan makalah
ini. Dengan demikian, kami menyarankan kepada pembaca yang budiman beberapa hal
sebagai berikut.
1. Diharapkan pembaca tidak mencukupkan makalah ini sebagai rujukan, karena
dimungkinkan ada rujukan lain yang lebih terkini dan termutakhir
dibandingkan yang kami cantumkan disini.
2. Diharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari pembaca terhadap
makalah kami.
Apabila memang terdapat kebenaran dari isi makalah ini dan dapat diterapkan
langsung, maka diharapkan untuk menerapkannya atau setidaknya
membagikan ilmunya kepada lainnya. Demikian juga kepada penulis untuk
melakukan hal yang sama
DAFTAR PUSTAKA

Anderson,dkk. 2010. Dinoflagellates: A Remarkable Evolutioniary Experriment.


American Journal of Botany. 91(10).1523-1534.
Berg, Linda. 2008. Introductory Botany Plants, People, and The Environment. USA :
Brooks/Cole.
Campbell, N,A., Reece, J,B.,Urry,L,A., Cain, M,L., Wasserman, S,A., Minorsky, P,
V., Jackson, R, B,. 2012. Biologi Jilid 2 (Edisi Kedelapan). Jakarta : Erlangga.
Karmana, Oman. 2007. Cerdas Belajar Biologi. Bandung : Grafindo.
Nabors, Murray W. 2004. Introduction to Botany. New York : Pearson.
Rahayu, Sofia Ery. 2014. Bahan Ajar Protista Mirip Tumbuhan. Malang : Universitas
Negeri Malang.

Anda mungkin juga menyukai