Anda di halaman 1dari 12

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perubahan bisa terjadi setiap saat, dan merupakan proses yang dinamika serta tidak dapat
dielakkan. Berubah berarti beranjak dari keadaan yang semula. Tanpa berubah tidak ada
pertumbuhan dan tidak ada dorongan. Namun dengan berubah terjadi ketakutan,
kebingungan, kegagalan dan kegembiraan. Setiap orang dapat memberikan perubahan
pada orang lain. Merubah orang lain bisa bersifat implicit dan eksplisit atau bersifat
tertutup dan terbuka. Kenyataan ini penting khususnya dalam
kepemimpinan dan manajemen. Pemimpin secara konstan mencoba menggerak
kkan s i s t e m d a r i s a t u t i t i k k e t i t i k ya n g l a i n n ya u n t u k m e m e c a h k a n
m a s a l a h . M a k a s e c a r a konstan pemimpin mengembangkan strategi untuk merubah
orang lain dan memecahkan masalah. Perilaku merupakan hasil hubungan antara
perangsang stimulus dan respon skinner, cit. Notoatmojo. Perilaku tersebut dibagi
lagi dalam domain yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Kognitif diukur dari
pengetahuan, afektif dari sikap psikomotor dan tindakan ketrampilan. Pengetahuan
diperoleh dari pengalaman, selain guru, orangtua, teman, buku, media massa. Menurut
Notoatmojo, pengetahuan merupakan hasil dari tabu akibat proses penginderaan
terhadap suatu objek. Penginderaan tersebut terjadi sebagian besar dari
penglihatan dan pendengaran. Pengetahuan yang cakap dalam koginitif
mempunyai enam tingkatan, yaitu mengetahui, memahami, menggunakan, menguraikan,
menyimpulkan dan evaluasi. alam promosi kesehatan perubahan perilaku merupakan hal
yang penting karena untuk mengetahui sejauh mana promosi kesehatan yang di
berikan berjalan efektif. Keberhasilan suatu promosi kesehatan dapat di nilai
dari perubahan perilaku dari penerima promosi kesehatan. Olehnya makalah
ini membahas tentang perubahan perilaku secara spesifik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud komunikasi dalam perubahan perilaku
2. Bagaimana aplikasi konsep komunikasi kesehatan masyarakat
3. Bagaimana perencanaan program komunikasi kesehatan
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui komunikasi dalam perubahan perilaku
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi dalam perubahan
perilaku
3. Untuk mengetahui perubahan perilaku kesehatan dalam komunikasi

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat yang dapat diperoleh setelah selesai membaca tulisan ini adalah
bertambahnya pengetahuan dan pemahaman tentang komunikasi dalam perubahan
perilaku serta mampu menjadi acuan dasar atau pemikiran ketika mengaplikasikan praktik
dalam pendidikan kesehatan. Materi komunikasi kesehatan merupakan materi yang juga
akan digunakan yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan, bahkan ketika sudah
bekerja nanti di lapangan pun tidak akan lepas dari hal ini. Jadi, akan sangat berguna
untuk selalu mempelajari dan menguasainya secara mendalam, hingga tercermin dalam
diri memiliki kemampuan berpikir kritis, adaptif dan inovatif dalam asuhan dan
bimbingan yang komprehensif.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku Komunikasi


Perilaku adalah tindakan yang mengimplementasikan pengetahuan dan sikap yang
telah terbentuk pada diri manusia. Hal ini juga berkaitan dengan norma yang berlaku
pada masyarakat (Irmasari, 2013). Menurut Rogers dan Shoemaker dalam Witjaksono
(1990), perilaku komunikasi petani selalu berkaitan dengan usaha memperoleh informasi
pertanian sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan. Sikap seseorang
baru diketahui bila ia sudah bertingkah laku. Sikap merupakan salah satu determinan dari
tingkah laku, selain motivasi dan norma masyarakat. Oleh karena itu kadangkadang
sikap bertentangan dengan tingkah laku (Soelaeman, 1989).

2.2 Motivasi
Menurut Siagian (2004), motivasi adalah daya dorong yang mengakibatkan
seseorang mau dan rela untuk mengerahkan dalam bentuk keahlian atau keterampilan,
tenaga, dan waktunya untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi
tanggungjawabnya dan menunaikan kewajibannya, dalam rangka pencapaian tujuan dan
berbagai sasaran organisasi yang telah ditentukan sebelumnya. Sikap positif akan
terbentuk apabila petani memiliki motivasi yang tinggi dalam melakukan budidaya
bawang merah. Keinginan untuk memenuhi kebutuhan akan membuat petani terbuka
terhadap inovasi dengan sikap yang positif.

2.3 Pendidikan
Sikap adalah kencenderungan untuk bertindak akibat adanya rangsangan dari luar.
Kecenderungan untuk bertindak ini akan dipengaruhi oleh pengetahuan seseorang.
Pengetahuan seseorang dapat dilihat dari tingkat pendidikannya.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Komunikasi dalam Perubahan Perilaku

Perubahan perilaku adalah suatu paradigma bahwa manusia akan berubah sesuai dengan
apa yang mereka pelajari baik dari keluarga, teman, sahabat ataupun belajar dari diri mereka
sendiri proses pembelajaran diri inilah yang nantinya akan membentuk seseorang tersebut,
sedangkan pembentukan tersebut sangat disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan orang
tersebut baik dalam kesehariannya ataupun dalam keadaan tertentu.

Perubahan perilaku komunikasi dapat diartikan sebagai proses pemahaman situasi dalam
diri seseorang, mengembangkan tanggapan pesan untuk condong pada situasi-situasi tersebut
dan menggunakan proses komunikasi dan media untuk membujuk orang-orang untuk
mengubah sikap, perilaku dan kebiasaan mereka yang menempatkan mereka pada sebuah
risiko. Pada khususnya, perubahan perilaku komunikasi dapat dideskripsikan sebagai sebuah
alat serbaguna yang dapat mempromosikan dan mendukung penurunan risiko perubahan
perilaku dalam individu dan komunitas melalui penggunaan distribusi pesan kesehatan yang
baik dan informasi dalam berbagai saluran komunikasi yang sudah dikenal maupun yang
sudah ditetapkan. Atas dasar alasan inilah BCC memfokuskan dalam perubahan perilaku
melalui penggunaan saluran-saluran praktis. Tercatat bahwa perilaku individu terpengaruh
secara langsung atau termodifikasi dari pengalaman-pengalaman orang disekitarnya yang
meliputi pengaruh sosial, ekonomi, agama, dan budaya. Saluran komunikasi dapat berada di
dalam daerah pemasaran sosial, media masa, komunitas peneliti dan antar individu dll

Sebelum risiko dan mudahnya terkena HIV dapat diturunkan, harus ada kebutuhan untuk
individu dan komunitas untuk memahami urgensi dari wabah tersebut, ini berarti bahwa
mereka harus diberikan fakta mendasar dariHIV/AIDS, di ajarkan penggunaan alat pengaman
dan ditawarkannya akses untuk jasa dan produk yang layak. Selain itu mereka juga harus
melihat lingkungan mereka sebagai elemen yang mendukung dalam perubahan atau
pengelola perilaku aman. Seperti yang diketahui bahwa HIV pada dasarnya sebuah infeksi
yang ditularkan secara seksual, oleh karena itu kasus HIV membutuhkan diskusi serius dari
nasional maupun komunitas tentang jenis kelamin dan hubungan seksual, risiko untuk tubuh
mereka dan risiko untuk perilaku mereka. Hal lain yang perlu ditegaskan dalam HIV/AIDS
memaksa orang untuk menghadapi budaya yang ideal agar dapat menemukan solusi yang
tepat pada efek yang ditimbulkan. Bagaimanapun BCC merupakan sebuah alat yang
dibutuhkan untuk proses ini dan bisa menjaga keseimbangan untuk mengasihi, efektif, dan
tanggung jawab intervensi. Tidak hanya ini, tapi BCC dapat pula memberikan pengertian
terhadap efek atau pengaruh yang kuat dari epidemi ini yang akan mempengaruhi sosial-
ekonomi.

Bentuk perubahan perilaku dikategorikan ke dalam tiga kelompok sebagai berikut:

a. Perubahan alamiah (natural change): perubahan perilaku karena terjadi perubahan alam
(lingkungan)secara alamiah.
b. Perubahan terencana (planned change): perubahan perilaku karena memang direncanakan oleh
yangbersangkutan.
c. Kesiapan berubah (Readiness to change): perubahan perilaku karena terjadinya proses
internal(readiness) pada diri yang bersangkutan, dimana proses internal ini berbeda pada setiap
individu.

Perubahan perilaku terjadi dengan berbagai strategi dan cara. Strategi dalam perubahan
perilakuadalah sebagai berikut:

a. Inforcement
1) Perubahan perilaku dilakukan dengan paksaan, dan atau menggunakan peraturan atau
perundangan.
2) Menghasilkan perubahan perilaku yang cepat, tetapi untuk sementara (tidak langgeng)
b. Education
1) Perubahan perilaku dilakukan melalui proses pembelajaran, mulai dari pemberian informasi
ataupenyuluhan-penyuluhan.
2) Menghasilkan perubahan perilaku yang langgeng, tetapi memakan waktu lama

3.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Komunikasi

a. Kredibilitas Media Komunikasi


Kredibilitas adalah seperangkat persepsi yang dimiliki komunikan tentang
sifatsifat komunikator. Karena kredibilitas itu masalah persepsi, maka kredibilitas
berubah-ubah tergantung pada pelaku persepsi (komunikan), topik yang dibahas, dan
situasi (Anonim, 2008). Persepsi keandalan dan kepercayaan terhadap informasi
secara signifikan dapat mempengaruhi pemilihan dan penggunaan sumber-sumber
informasi. Secara khusus, pentingnya kriteria ini ditekankan ketika pencari informasi
menemukan informasi yang bertentangan. Dalam situasi ini, mereka harus menilai
kredibilitas dan sumber teori dari alternatif yang ada (Savolainen, 2007).

b. Pendidikan
Prayitnohadi dalam Witjaksono (1990) mengungkapkan bahwa semakin tinggi
pendidikan formal petani akan semakin tinggi pula kemampuannya untuk menerima,
menyaring, dan menerapkan inovasi teknologi yang diperkenalkan. Berdasarkan hasil
penelitian Indarwati (2005) diketahui bahwa semakin tinggi tingkat pendidikannya,
seseorang semakin aktif dalam perilaku komunikasi.

c. Motivasi
Proses komunikasi merupakan hal yang penting dalam rangka pemenuhan
kebutuhan- kebutuhan tersebut. Perilaku komunikasi merupakan salah satu indikator
eksistensi individu dalam masyarakat. Begitu pula untuk memenuhi kebutuhan akan
relatedness, individu akan menjalin komunikasi interaktif dengan orang lain dan
dalam pemenuhan kebutuhan untuk tumbuh dan berkembang individu juga
membutuhkan suatu proses komunikasi interaktif dengan orang lain dan
lingkungannya. Teori motivasi yang dikembangkan oleh Alderfer dalam Siagian
(2004) yaitu teori ERG:
1. Existence
Mempertahankan eksistensi seseorang merupakan kebutuhan yang sangat
mendasar. Mempertahankan eksistensi secara terhormat itu berarti antara lain
terpenuhinya kebutuhan dasar. Bila menggunakan klasifikasi Maslow berarti
terpenuhinya kebutuhan primer dan rasa aman.
2. Relatedness
Kebutuhan akan relatedness tercermin pada sifat dasar manusia sebagai insan
sosial. Setiap orang ingin mengaitkan keberadaannya dengan orang lain dan
dengan lingkungannya. Bila dibandingkan dengan klasifikasi Maslow kebutuhan
relatedness identik dengan kebutuhan sosial dan esteem.

3. Growth
Kebutuhan yang pada dasarnya tercermin pada keinginan seseorang untuk
tumbuh dan berkembang. Kebutuhan ini seperti dijelaskan Maslow
diklasifikasikan sebagai aktualisasi diri.

d. Sikap
Sikap dapat didefinisikan sebagai perasaan, pikiran, dan kecenderungan seseorang
yang kurang lebih bersifat permanen mengenai aspekaspek tertentu dalam
lingkungannya. Komponen-komponen sikap adalah pengetahuan, perasaanperasaan
dan kecenderungan untuk bertindak. Lebih mudahnya, sikap adalah konsekuensi
yakni bagaimana seseorang berhadap-hadapan dengan obyek sikap (Van den Ban dan
Hawkins, 1999). Sikap bukanlah pembawaan, dengan kata lain, sikap dapat dibentuk
dan diubah sesuai dengan tujuan individu atau faktor- faktor yang mempegaruhi sikap
tersebut. Pembentukan dan perubahan sikap dapat ditempuh melalui berbagai cara
seperti yang dikemukakan oleh W.A Gerungan dalam Santosa (2009):
a) Melalui alat komunikasi, antara lain: surat kabar, radio, televisi, buku, dan lain
sebagainya.
b) Faktor-faktor intern dalam pribadi manusia, yaitu kemampuan memilih atau
minat perhatiannya untuk menerima dan mengolah pengaruh yang datang dari
luar.

3.3 Perubahan Perilaku Kesehatan

Telah menjadi pemahaman umum, perilaku merupakan determinan kesehatan


yang menjadi sasaran dari promosi untuk mengubah perilaku (behaviour change),
perubahan perilaku kesehatan sebagai tujuan dari promosi atau pendidikan kesehatan.
Sekurang-kurangnya memiliki 3 dimensi yaitu:
1. Mengubah perilaku negative (tidak sehat) menjadi perilaku positive (sesuai
dengan nilai-nilai kesehatan)
2. Mengembangkan perilaku positive(pembentukan atau pengembangan perilaku
sehat)
3. Memelihara perilaku yang sudah positive atau perilaku yang sudah sesuai dengan
nilai/norma kesehatan

Beberapa rangsangan dapat menyebabkan orang merubah perilaku mereka


FAKTOR SOSIAL : Faktor sosial merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi
perilaku antara lain struktural sosial, pranata-pranata sosial, dan permasalahan-
permasalahan sosial yang lain.

FAKTOR EMOSI : rangsangan yang bersumber dari rasa takut, cinta, atau harapan-
harapan yang dimiliki yang bersangkutan.

Pikiran manusia (mind) dan interaksi sosial (diri/self dengan yang lain) digunakan
untuk menginterpretasikan dan memediasi masyarakat (society) di mana kita hidup.
Makna berasal dari interaksi dan tidak dari cara yang lain. Pada saat yang sama
“pikiran” dan “diri” timbul dalam konteks sosial masyarakat.(Ardianto & Q. Annes,
2011: 136) Mead mendefinisikan pikiran (mind) sebagai kemampuan untuk
mengunakan simbol yang mempunyai makna sosial yang sama, dan Mead percaya
bahwa manusia harus mengembangkan pikiran melalui interaksi dengan orang lain.
Simbol diberikan secara verbal dan nonverbal yang diatur dalam pola-pola untuk
mengekspresikan pemikiran dan perasaan yang dimiliki bersama, yang Mead sebut
sebagai simbol signifikan. Akan tetapi, pikiran tidak hanya bergantung pada
masyarakat, Mead menyatakan bahwa keduanya mempunyai hubungan timbal balik.
Pikiran merefleksikan dan menciptakan dunia sosial. Ketika seseorang belajar, ia
belajar berbagai norma sosial dan budaya yang mengikatnya. Disamping itu ia juga
mempelajari cara-cara untuk membentuk dan mengubah dunia sosial melalui
interaksi. Mead berpegang bahwa tanpa ransangan dan interaksi dengan orang lain,
orang tidak akan mampu mengadakan pembicaraan dalam dirinya sendiri atau
mempertahankan pemikirannya. Mead berargumen dalam (West & Turner (2009:
107) bahwa interaksi mengambil tempat di dalam sebuah struktur sosial yang dinamis
seperti budaya, masyarakat dan sebagainya. Mead mendefinisikan masyarakat
(society) sebagai jejaring hubungan sosial yang diciptakan manusia. Individu-individu
terlibat di dalam masyarakat melalui perilaku yang mereka pilih secara aktif dan
sukarela.
Masyarakat terdiri atas individu-individu dan Mead berbicara mengenai dua
bagian penting masyarakat yang mempengaruhi pikiran dan diri. Pemikiran Mead
mengenai orang lain secara khusus (particular others) merujuk pada individu-
individu dalam masyarakat yang signifikan bagi kita, seperti anggota keluarga, teman
dan kolega Generalized other atau orang lain secara umum, Mead berpendapat bahwa
cara pandang dari sebuah kelompok sosial atau budaya secara keseluruhan. Hal ini
diberikan oleh masyarakat kepada kita dan “sikap dari orang lain secara umum adalah
sikap dari keseluruhan komunitas” (West & Turner, 2012: 108). Orang lain secara
umum memberikan informasi mengenai peranan, aturan dan sikap yang dimiliki
bersama oleh komunitas. Pendapat Blumer dapat diinterpretasikan bhawa,
kemampuan berpikir yang baik dari seseorang, termasuk kreatifitasnya akan
mempermudah mereka dalam menyesuaikan diri dengan siapa dirinya berinteraksi,
bagaimana cara berinteraksi yang harus dijalankan, dan bahkan mungkin berbagai hal
yang dapat ditemukan atau didapatkan dari interaksi dengan orang yang bersangkutan.
Mead dan Blumer (West & Turner, 2012: 103) memberikan asumsi bahwa orang dan
kelompok dipengaruhi oleh proses sosial dan budaya, artinya ada norma-norma sosial
yang membatasi perilaku individu. Budaya sangat kuat dalam mempengaruhi perilaku
dan sikap yang dianggap penting dalam konsep diri. Sedangkan proses komunikasi
antara komunitas dengan masyarakat dalam memberikan informasi melalui berbagai
macam saluran komunikasi seperti media massa, media sosial, media visual dan
media yang dikembangkan Peneliti memperoleh data penelitian bahwa komunikasi
kelompok menjadi bagian yang mendominasi proses komunikasi.
Menurut Effendy (2000:71) Dalam situasi kelompok terdapat hubungan
psikologis, orang-orang yang terikat oleh hubungan psikologis itu tidak selalu berada
secara bersama-sama di suatu tempat. Mereka bisa saja berpisah tetapi hubungan
psikologis menyebabkan mereka berkumpul bersama-sama secara berulan-gulang.
Kelompok ini juga diperlukan kesadaran pada anggota-anggotanya akan ikatan yang
sama yang mempersatukan mereka. Dilihat dari asumsi Teori Interaksi Simbolik yang
pertama yaitu pentingnya makna bagi perilaku manusia, Mead berpegang bahwa
individu membentuk makna melalui proses komunikasi karena makna tidak bersifat
intrinsik terhadap apapun. Dibutuhkan konstruksi interpretif di antara orang-orang
untuk menciptakan makna. Bahkan tujuan dari interaksi adalah untuk menciptakan
makna, karena makna diciptakan dalam interaksi antar manusia. Sesuai dengan
pemikiran-pemikiran Mead, salah satu ide dasar dari teori interaksi simbolik adalah
Mind (pikiran) yang dimana Mead artikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
simbol yang mempunyai makna sosial yang sama, dimana tiap individu harus
mengembangkan pikiran mereka melalui interaksi dengan individu lain. Agar
mempunyai makna sosial yang sama, individu harus melakukan interaksi dengan
individu lainnya, yaitu melalui proses komunikasi.
Konsep diri memberikan motif penting untuk perilaku, pemikiran bahwa
keyakinan, nilai, perasaan, penilaian-penilaian mengenai diri mempengaruhi perilaku
adalah sebuah prinsip penting pada teori interaksi simbolik (West & Turner, 2012:
102). Mead berpendapat bahwa karena manusia memiliki diri, mereka memiliki
mekanisme untuk berinteraksi dengan dirinya sendiri. Mekanisme ini digunakan
untuk menuntun perilaku dan sikap. Mead juga melihat diri sebagai sebuah proses
bukan struktur. Yang dapat berkembang setiap individu melakukan interaksi dengan
individu lainnya. Teori interaksi simbolik dipengaruhi oleh struktur sosial yang
membentuk atau menyebabkan perilaku tertentu yang kemudian membentuk
simbolisasi dalam interaksi sosial masyarakat. Teori interaksi simbolik menuntut
setiap individu untuk harus proaktif, refleksif dan kreatif, dapat menafsirkan,
menampilkan perilaku yang unik, rumit dan sulit diinterpretasikan. Teori interaksi
simbolik menekankan dua hal. Pertama, manusia dalam masyarakat tidak pernah lepas
dari interaksi sosial. Kedua, interaksi dalam masyarakat terwujud dalam simbol-
simbol tertentu yang sifatnya cenderung dinamis. Mead mendefinisikan masyarakat
(society) sebagai jejaring hubungan sosial yang diciptakan manusia. Individu-individu
terlibat di dalam masyarakat melalui perilaku yang mereka pilihsecara aktif dan
sukarela.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Perubahan perilaku komunikasi dapat diartikan sebagai proses pemahaman situasi dalam
diri seseorang, mengembangkan tanggapan pesan untuk condong pada situasi-situasi tersebut
dan menggunakan proses komunikasi dan media untuk membujuk orang-orang untuk
mengubah sikap, perilaku dan kebiasaan mereka yang menempatkan mereka pada sebuah
risiko. Pada khususnya, perubahan perilaku komunikasi dapat dideskripsikan sebagai sebuah
alat serbaguna yang dapat mempromosikan dan mendukung penurunan risiko perubahan
perilaku dalam individu dan komunitas melalui penggunaan distribusi pesan kesehatan yang
baik dan informasi dalam berbagai saluran komunikasi yang sudah dikenal maupun yang
sudah ditetapkan. Atas dasar alasan inilah BCC memfokuskan dalam perubahan perilaku
melalui penggunaan saluran-saluran praktis. Tercatat bahwa perilaku individu terpengaruh
secara langsung atau termodifikasi dari pengalaman-pengalaman orang disekitarnya yang
meliputi pengaruh sosial, ekonomi, agama, dan budaya. Saluran komunikasi dapat berada di
dalam daerah pemasaran sosial, media masa, komunitas peneliti dan antar individu dll

4.2 Saran

Untuk itu sebaiknya penggunaan komunikasi dapat secara efektif dan efisien karena
sangat berpengaruh terhadap seseorang, terutama dalam perubahan perilaku seseorang itu
sendiri.
DAFTAR RUJUKAN

West, R. & L.H. Turner. (2009). Introducing communication theory: analysis and
application. New York: McGraw-Hill.

Effendy, O. U. (2000). Ilmu teori dan filsafat komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya

Anda mungkin juga menyukai