Anda di halaman 1dari 4

APLIKASI BIOFLOK

PADA IKAN LELE


APLIKASI BIOFLOK PADA IKAN LELE

Aplikasi bioflok pada ikan lele


Sahabat, kali ini saya akan berbagi informasi mengenai aplikasi bioflok pada ikan lele. Aplikasi
bioflok pada ikan lele ini merupakan suatu aplikasi yang dianggap sangat efektif dalam
membudidayakan ikan lele karena memiliki keunggulan bisa menggunakan air yang tidak perlu
diganti dalam satu kali panen. Hal ini yang menjadi daya tarik tersendiri bagi para pembudidaya
ikan lele didaerah yang memiliki sumber air terbatas.

Kolam Bioflok

Sebelum sahabat melangkah untuk mengaplikasikan bioflok ini pada ikan lele yang sahabat
budidayakan, maka alangkah lebih bainya jika sahabat mengetahui terlebih dahulu, apa itu
BIOFLOK? Kata BIOFLOK ini berasal dari dua suku kata yang dipenggal, yakni “BIO” yang
berarti Hidup, sedangkan “FLOK” berarti berarti Gumpalan. Sehingga jika dijabarkan, Bioflok
dapat diartikan sebagai bahan organik hidup yang menyatu membentuk gumpalan-gumpalan.

Gumpalan-gumpalan organik tersebut terbentuk karena adanya berbagai macam mikroorganisme


air seperti bakteri, algae, fungi, protozoa, metazoa, rotifera, nematoda, gastrotricha dan
organisme lain yang tersuspensi dengan detritus. Gumpalan organik hidup yang tersusun dari
berbagai mikroorganisme ini, nantinya akan melayang-layang didalam air yang bermanfaat
sebagai makanan tambahan bagi ikan lele.

Setelah sahabat mengetahui apa itu BIOFLOK, maka selanjutnya sahabat harus mengetahui
seperti apa awal terjadinya pembentukan Bioflok dan bagaimana cara membentuknya.

Prinsip bioflok ini, sejatinya hanyalah memanajemen air dengan intervensi bakteri, terutama
dengan menganalisis rasio keseimbangan unsur C (Carbon) dan N (Nitrogen), sehingga dapat
meminimalisir penggantian air kolam. “Cara menjaga keseimbangan rasio itu dikonsepkan
secara bertahap, yaitu mulai dari mengurangi limbah organik beracun (amonia, nitrit, H2S)
dengan memanfaatkan mikroorganisme (bakteri dan yeast), hingga mendaur ulang Nitrogen
anorganik yang bersifat racun menjadi protein sel tunggal.

Limbah organik beracun berasal dari sisa pakan, kotoran ikan, hingga plankton/jasad yang mati.
Hal ini diartikan bahwa, jika kolam tidak menggunakan intervensi bakteri dan didalam kolam
terdapat banyak limbah organik beracun, maka air kolam akan berbau busuk karena adanya asam
amino terlarut, sehingga ikan lele akan mengalami stres.

Air kolam berbau busuk tidak akan dialami kolam yang menerapkan sistem intervensi bakteri,
hal ini dikarenakan sisa pakan, kotoran ikan, hingga plankton/jasad yang mati akan diuraikan
oleh bakteri Bacilus substilis, Bacilus polymixa, Bacilus megaterium, Bacilus plantarum, dan
Bacilus thermopillic menjadi gumpalan organik hidup yang bermanfaat sebagai makanan
tambahan bagi ikan lele. Hal ini bisa terjadi tentu dengan syarat dan ketentuan.

Tentu bagi sahabat yang masih pemula dan belum mengetahui apa itu bioflok dan bagaiman
pembentukannya, akan menjadi sulit untuk mengaplikasikan Bioflok pada ikan lele yang sahabat
budidayakan. Silahkan sahabat lanjutkan membacanya.
Limbah organik beracun (amonia, nitrit, H2S) ini bisa sahabat ubah menjadi protein sebagai
pakan tambahan bagi ikan lele sahat dengan syarat intervensi bakteri. Sebelum kita bahas
mengenai syarat dan ketentuan untuk merubah Limbah organik beracun (amonia, nitrit, H2S)
menjadi protein, kita harus mengetahui terlebih dahulu bagaimana Limbah organik beracun
(amonia, nitrit, H2S) ini terbentuk.

Sejatinya limbah organik beracun (amonia, nitrit, H2S) terbentuk karena adanya mikroorganisme
anaerof yang menguraikan limbah organik dari sisa pakan, kotoran ikan, hingga plankton/jasad
yang mati menjadi amonia, nitrit, dan H2S. Penyebabnya adalah kandungan Oxigen terlarut yang
berada dikolam sangat minim yang memicu tumbuh kembangnya mikroorganisme anaerof
tersebut. Oleh karena itu, untuk mengubah bahan organik dari sisa pakan, kotoran ikan, hingga
plankton/jasad yang mati menjadi protein, dibutuhkan suplai Oksigen terlarut didalam kolam
minimal 1,8 Mg/L dipermukaan kolam dan 2,1 Mg/L didasar kolam. Tidak hanya itu,untuk
mengubah limbah organik dari sisa pakan, kotoran ikan, hingga plankton/jasad yang mati
menjadi protein dibutuhkan mikroorganisme aerof sebagai pengurai limbah organik tersebut.

Jika kita berbicra mengenai kolam dengan intervensi bakteri, maka sahabat harus
mempersiapkan beberapa persyaratan mutlak yang dibutuhkan untuk menunjang keberhasilan
dalam pembentukan BIOFLOK. Persyaratan yang pertama adalah sahabat harus memiliki aerasi
atau aerator, knapa? Karena aerator akan berfungsi sebagai media penyuplai kandungan oxigen
terlarut didalam kolam supaya bakteri aerof dapat berkembang dan menguraikan limbah organik
menjadi protein. Jika suplai Oxigen didalam air sangat minim atau kurang dari 1,8 Mg/L, maka
pembentukan FLOK tidak akan pernah terjadi.

Persyaratan yang kedua adalah sahabat harus menanamkan bakteri-bakteri pengurai dari jenis
Bacilus substilis, Bacilus polymixa, Bacilus megaterium, Bacilus plantarum, dan Bacilus
thermopillic didalam kolam supaya bakteri-bakteri tersebut dapat berkembang dengan baik.
bakteri-bakteri dari jenis diatas sudah banyak dijumpai ditoko-toko penjualan bahan-bahan ikan
dalam bentuk kemasan botol berupa probiotik. Sahabat bisa menambahkan probiotik tersebut
dengan kadar 5-10ml/ meter kubik, tidak hanya probiotik, sahabat juga harus menambahkan
molase atau tetes tebu atau gula pasir bisa juga dengan gula batu atau aren dengan kadar 50-100
ml/meter kubik. Molase berfungsi sebagai bahan perangsang tumbuh kembangnya bakteri-
bakteri pengurai supaya dapat berkembang secara efektif.

Syarat selanjutnya sahabat harus bisa mempertahankan kesetabilan PH keasaman. Mengapa?


Karena menurut pengalaman para pembudidaya ikan lele mengguanakan intervensi bakteri atau
BIOFLOK salah satu kunci keberhasilannya berada pada kesetabilan PH keasaman dan
eksistensi bakteri pengurai bahan organik yang sekaligus membentuk floknya. Jika sahabat
memilih sistem bakteri, maka tidak lagi boleh ada plankton dalam air. Sebab pembentukan flok
akan terganggu dengan adanya plankton dalam air. Jadi intinya sahabat hanya dianjurkan dan
tidak diwajibkan untuk memberi atap tembus pandang seperti fiberglass pada kolam sahabat
supaya PH (keasaman ) tetap setabil pada saat musim kemarau maupun penghujan, hal ini juga
bertujuan untuk menekan tembuh kembangnya plankton pada air kolam.

Syarat selanjutnya yang perlu sahabat perhatikan adalak keseimbangan rasio antara C dan N, jika
didalam kolam sahabat yang menggunakan intervensi bakteri memiliki C/N rasio dibawah 12,
maka akan terjadi nitrifikasi sehingga yang bekerja adalah bakteri nitrifikasi dan jika C/N rasio
yang ada dikolam sahabat lebih dari 12, maka ini akan menjadi sangat baik karena yang bekerja
adalah bakteri bakteri sintesa protein dari bioflok. Jadi C/N rasio untuk membentuk Bioflok,
maka sahabat harus mempertahankan C/N rasio datas 12.

Pasti disini sahabat agak sedikit bingung apa itu C/N rasio dan bagaimana cara meningkatkan
C/N rasio tersebut menjadi ditas 12 supaya pembentukan Bioflok bisa tercapai. Terkait dengan
cara meningkatkan C/N raio ini yang perlu sahabat ketahui adalah apa itu N dan C, dan dari
mana sumbernya. N merupakan Nitrogen dan C merupakan Karbon. Nitrogen terlarut ini
bersumber dari sisa pakan, kotoran ikan, hingga plankton/jasad yang mati, karena kita ketahui
bahwa pakan yang diberikan pada ikan tidak sepenuhnya dikonversi atau diserap oleh ikan
melainkan hanya 25-30% dan sisanya akan terbuang bersama kotoran yang akan mengakibatkan
tingginya Nitrogen terlarut. Jika hal ini terjadi, maka kolam sahabat tidak akan menjadi kolam
bioflok melainkan akan menjadi kolam beramonia yang sewaktu-waktu dapat menjadikan lele
sahabat stress.

Kemudian C yang merupakan karbon organik ini bisa didapat melalui bahan molase/tetes
tebu/gula pasir/gula batu dan aren, tepung tapioka, tepung terigu. Dengan menambahkan bahan-
bahan diatas maka karbon organik terlarut akan meningkat, sehingga akan meningkatkan C/N
rasio diatas 12, sehingga pembentukan Bioflokpun akan tercapai.
Aplikasi bioflok pada ikan lele ini merupakan aplikasi teknologi yang sangat efektif karena tidak
memerlukan pergantian air yang terlalu banyak, bahkan bisa dibilang bisa diterapkan tanpa
mengganti air sampai panen. Selain itu aplikasi bioflok mampu menekan FCR (konversi pakan)
mencapai 2-3 %. Yang dimaksud dapat menekan FCR 2-3% ini berarti untuk mendapatkan 1 kg
daging membutuhkan paka 0,7-0,8 kg pakan. Jadi efektivitas dari aplikasi bioflok ini tidak lagi
membandingkan FCR 1:1 melainkan tertekan menjadi 1: 0,7-0,8.

Sahabat tertarik untuk mengaplikasikan bioflok pada budidaya lele sahabat? jika tertarik, maka
sahabat harus bersungguh-sungguh dan banyak membaca artikel yang berhubungan dengan
aplikasi bioflok tersebut agar pengetahuan sahabat bisa lebih menunjang. Demikian artikel yang
bisa saya bagikan, mudah-mudahan bermanfaat. Artikel selanjutnya saya akan membahas
mengenai cara membuat kolam dengan sistem Bioflok. terimakasih

 CARA PRAKTIS MEMBUAT KOLAM TERPAL


 CARA PRAKTIS PEMBENIHAN IKAN GURAME
 CARA PRAKTIS BUDIDAYA IKAN GURAME
 CARA INSTAN BUDIDAYA BELUT DI TONG
 CARA INSTAN BUDIDAYA BELUT
 BELUT SAWAH (MONOPTERUS ALBUS)
 CARA SUKSES BUDIDAYA SIDAT
 POTENSI IKAN SIDAT (Anguilla SP)
 BELATUNG Sebagai Pakan Alternatif Berprotein Tingg...
 MACAM-MACAM PENYAKIT PADA IKAN LELE
 PENGEMBANGAN LELE SANGKURIANG
 CARA BUDIDAYA LELE SISTEM BIOFLOK
 CARA MEMBUAT KOLAM BIOFLOK
 APLIKASI BIOFLOK PADA IKAN LELE
 MANFAAT KUNYIT DAN BAWANG BAGI IKAN LELE
 Pembenihan Ikan Lele
 Pecah Usus Atau Reptured Intestine Syndrom Pada Le...
 Penyakit kuning (Jaundice) Pada Ikan Lele
 Vurus Channnel Catfish (CCV) Pada Ikan Lele
 Bakteri Aeromonas Hydrophila Pada Ikan Lele
 Cara Mengobati Penyakit Kembung Pada Ikan Lele
 Cara Mengobati Penyakit Bintik Putih (Whaite Spot)...

KATA-KATA BIJAK

"JADILAH INTAN
YANG TETAP BERHARGA
MESKIPUN BERADA DI ATAS
TUMPUKAN SAMPAH"

Anda mungkin juga menyukai