Anda di halaman 1dari 14

Kata pengantar

Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan
karunia-Nya saya masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa
saya ucapkan kepada dosen pembimbing dan teman-teman yang telah memberikan dukungan
dalam menyelesaikan makalah keluarga resiko tinggi“Tenaga kerja berpenghasilan rendah
dan keluarga yang memiliki masalah ”.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini jauh dari sempurna dan disana
sini masih banyak kekurangan dan, oleh sebab itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca.

Pada kesempatan ini juga kami tak lupa mengucapkan terima kasih.Dan semoga
dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman.Amin.

Manado 3,Maret 2018

Kelompok VI

i
Daftar Isi

Kata Pengantar…………………………………………………………………………… i

Daftar isi…………………………………………………………………………………. ii
Bab I Pendahuluan……………………………………………………………………….. iii

a. Latar Belakang…………………………………………………………………… iii

b. Rumusan masalah………………………………………………………………... iv
c. Tujuan Penulisan………………………………………………………………… iv
Bab II Pembahasan………………………………………………………………………. v

1. 1 Tenaga kerja berpenghasilan rendah ………………………………………………. v

1.2 Untuk mengetahui konsep sosial ekonomi keluarga………………………………... v

1.3 Untuk mengetahui variabel yang diukur dalam sosial ekonomi keluarga…………… v-vii
vii
1.4 Untuk mengetahui pengertian masalah keluarga……………………………………..
1.5 Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab dari masalah keluarga dan upaya untuk viii-xii
mengatasi masalah keluar…………………………………………………………….
Bab III Penutup…………………………………………………………………………... xiii

A. Kesimpulan ……………………………………………………………………… xiii


DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………. xiv

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia
(SDM) yang dilakukan secara berkelanjutan. Salah satu faktor penentu utama kualitas sumber
daya manusia adalah gizi (Depkes RI, 2002 : 1). Krisis yang melanda perekonomian
Indonesia pada pertengahan tahun 1997 telah berpengaruh negatif terhadap kondisi
perekonomian secara menyeluruh dan khususnya terhadap kesejahteraan penduduk. Kondisi
ini menyebabkan sebagian masyarakat tidak mampu mengakses pangan dan pada akhirnya
berpengaruh terhadap keadaan gizi terutama anak balita serta ibu hamil dan ibu menyusui.
Berbagai faktor yang mempengaruhi status gizi pada balita antara lain kurangnya persediaan
pangan, kurang baiknya kualitas lingkungan (Almitsier S, 2001 : 301). Adapun faktor lain
yang mempengaruhi adalah kondisi sosial ekonomi dan budaya keluarga seperti pola asuh
keluarga (Depkes RI, 2002 : 2). Sosial ekonomi dapat diukur melalui variabelvariabel
pendapatan keluarga, tingkat pendidikan dan pekerjaan (Notoatmodjo, S. 2005 : 68). Masalah
gizi pada balita akan berdampak serius terhadap kualitas generasi mendatang (Depkes RI,
2002 : 2). Pada obesitas (gizi lebih) pada anak bila terus berlanjut sampai dewasa dapat
mengakibatkan semakin meningkatnya penyakit degeneratif seperti jantung koroner, diabetes
melitus, hipertensi dan penyakit hati (Almitsier S, 2001 : 308). Selain itu gizi kurang pada
balita dapat menyebakan gangguan pertumbuhan fisik dan perkembangan mental (Depkes RI,
2002 : 2). Gizi buruk akan mempengaruhi banyak organ dan sistem organ yang akan merusak
sistem pertahanan tubuh terhadap mikroorganisme maupun pertahanan mekanik, dampak
selanjutnya dapat terjadi gangguan pertumbuhan dan perkembangan mental serta
menurunnya skor IQ (Pudjiadi S, 2001 : 134).

Tiap keluarga akan senantiasa menghadapi berbagai masalah, tetapi kemampuan untuk
mengatasinya tidak terlalu memadai. Karena itu harus ada usaha-usaha untuk memperkuat
kemampuan keluarga atau anggota keluarga dalam menghadapi berbagai tantangan, baik dari
dalam keluarga itu sendiri maupun dari luar. Usaha itu harus dimulai oleh keluarga itu sendiri
atau oleh seorang ahli yang dapat membantu mengatasi persoalan keluarga bila masalah
keluarga itu memerlukan orang lain untuk membantu penyelesaian konflik dalam keluarga.
Kita menyadari bahwa bahtera perkawinan tidak selamanya dapat mengarungi samudera
dengan tenang dan iiiancer. Setelah keluarga terbentuk, berbagaimasalah dapat timbul dalam
keluarga yang pada gilirannya akan menjadi benih yang mengancam kehidupan perkawinan
dan berakibat keretakan atau perceraian. Sebelum hal ini terjadi di keluarga atau angota
keluarga hendaklah berusaha untuk mencegahnya dengan memperbaiki hubungan dalam
keluarga dan kadang-kadang memerlukan campur tangan orang luar dalam usaha membantu
keluarga itu untuk mengatasi masalah tersebut.

iii
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan beberapa masalah diantaranya
adalah :
1. Bagaimana Tenaga kerja berpenghasilan rendah?
2. Bagaimana konsep sosial ekonomi keluarga?
3. Bagaimana Variabel yang diukur dalam sosial ekonomi keluarga?
4. Bagaimana Pengertian masalah keluarga ?
5. Faktor-faktor penyebab dari masalah keluarga dan upaya untuk mengatasi
masalah keluarga ?

C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui Tenaga kerja berpenghasilan rendah
2 Untuk mengetahui konsep sosial ekonomi keluarga
3 Untuk mengetahui variabel yang diukur dalam sosial ekonomi keluarga
4 Untuk mengetahui pengertian masalah keluarga
5 Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab dari masalah keluarga dan upaya
untuk mengatasi masalah keluarga

iv
BAB II
PEMBAHASAN
1.1. Tenaga kerja berpenghasilan rendah
Kebutuhan paling mendasar pada setiap individu dalam masyarakat adalah pangan
,perumahan , pendidikan ,pakaian dan kesehatan dalam kondisi penghasilan rendah dan
miskin anggota-anggota masyarakat bersangkutan nyaris menumpahkan seluruh dan
kegiatan dan waktunya guna memenuhi kebutuhan dasar yang paling hakiki yakni pangan
kebutuhan ini dapat dipenuhi jika antara lain kondisi-kondisi ini dapat terpenuhi
1. Ketersediaan pangan, terutama pangan pokok, dalam sistem pasar mencukupi
kebutuhan dan tejangkau daya beli seluruh lapisan masyarakat, termasuk mereka
yang berpenghasilan rendah.
2. Golongan masyarakat berpenghasilan rendah memiliki peluang dan akses untuk
melakukan transaksi atas alat tukar yang dimiliki, baik berupa bendabarang maupun
jasa menurut patokan tarif yang adil dan manusiawi.
3. Keberadaan (eksistensi) golongan ini disadari oleh semua instansi pemerintah yang
terkait dalam penanganan program penanganan kemiskinan dan kelembagaan
masyarakat sebagai salah satu masalah nasional. Di samping itu ada upaya terencana
dan terpadu guna meningkatkan derajat kemanusiaan, kondisi sosial ekonomi dan
sumberdaya insani yang dilakukan lebih sungguh-sungguh, konsisten dan
berkesinambungan. Dalam rangka upaya peningkatan kualitas pelayanan gizi,
pangan dan kesehatan bagi golongan masyarakat berpenghasilan rendah diperlukan
kajian di lapangan berkenaan dengan beberapa aspek yang terkait dengan asset yang
dimiliki dan dapat digunakan sebagai alat tukar( exchange entitlement) di dalam
memperoleh pangan, kesehatan dan keperluan hidup lainnya

1.2. konsep sosial ekonomi keluarga


Sosial ekonomi adalah suatu konsep, dan untuk mengukur sosial ekonomi keluarga
harus melalui variabel-variabel pendapatan keluarga, tingkat pendidikan dan
pekerjaan (Notoatmodjo, 2005 : 68). Keadaan sosial ekonomi yang rendah pada
umumnya berkaitan erat dengan berbagai masalah kesehatan yang dihadapi, hal ini
disebabkan karena ketidakmampuan dan ketidaktahuan dalam mengatasi berbagai
masalah tersebut (Effendy Nasrul, 1998 : 39).

1.3.Variabel yang diukur dalam sosial ekonomi keluarga


a. Pendapatan keluarga
Kemiskinan sebagai salah satu determinan sosial ekonomi merupakan penyebab gizi
kurang yang pada umumnya menduduki posisi pertama (Suhardjo, 2008 : 8). Menurut
Emil Salim (Hartomo, 2004 : 314) bahwa kemiskinan adalah merupakan suatu keadaan
yang dilukiskan sebagai kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang
paling pokok seperti pangan, pakaian, tempat berteduh dan lain-lain. Salah satu akibat
dari
kurangnya kesempatan kerja adalah rendahnya pendapatan masyarakat. Kurangnya
kesempatan kerja yang tersedia tidak lepas dari struktur perekonomian Indonesia yang
sebagian besar masih tergantung pada sektor pertanian termasuk masyarakat pedesaan
yang sebagian besar hidup dari hasil pertaniaan (agraris) dan pekerjaan-pekerjaan yang
bukan agraris hanya bersifat sambilan sebagai pengisi waktu luang (Ahmadi Abu, 1997
: 259). Tolok ukur yang umumnya digunakan untuk penggolongan seseorang atau
masyarakat dikatakan miskin adalah tingkat pendapatan (Ahmadi Abu, 1997 : 327).
Pendapatan merupakan nilai maksimal yang dapat dikonsumsi oleh seseorang dalam satu
periode dengan mengharapkan keadaan yang sama pada akhir periode seperti semula

v
(Rustam, 2002). Terdapat hubungan antara pendapatan dan keadaan status gizi. Hal itu
karena tingkat pendapatan merupakan faktor yang menetukan kualitas dan kuantitas
makanan yang dikonsumsi (FKM UI, 2007 : 176). Kemampuan keluarga untuk membeli
bahan makanan antara lain tergantung pada besar kecilnya pendapatan keluarga.
Keluarga dengan pendapatan terbatas kemungkinan besar akan kurang dapat memenuhi
kebutuhan makanannya terutama untuknmemenuhi kebutuhan zat gizi dalam tubuhnya
(FKM UI, 2007 : 175). Tingkat pendapatan dapat menentukan pola makan. Orang
dengan tingkat ekonomi rendah biasanya akan membelanjakan sebagian besar
pendapatan untuk makanan, sedangkan orang dengan tingkat ekonomi tinggi akan
berkurang belanja untuk makanan (FKM UI, 2007 : 176). Hal ini akan berdampak
terhadap status gizi balita yang pada umumnya akan menurun (Depkes RI, 2000 : 3).
Berdasarkan survey pendapatan dan pengeluaran rumah tangga tahun 2008 oleh Badan
Pusat Statistik. pendapatan keluarga di dibedakan menjadi 3 golongan :
1) Pendapatan rendah : dibawah Rp 625.000 per bulan
2) Pendapatan sedang : Rp 625.000- Rp 1.105.000 per bulan
3) Pendapatan tinggi : diatas Rp 1.105.000 per bulan

b. Pendidikan ibu
Salah satu faktor yang menyebabkan timbulnya kemiskinan adalah pendidikan yang
terlampau rendah. Dengan adanya tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan
seseorang kurang mempunyai keterampilan tertentu yang diperlukan dalam
kehidupannya (Ahmadi Abu, 1997 : 344). Tingkat pendidikan khususnya tingkat
pendidikan ibu mempengaruhi derajat kesehatan karena unsure pendidikan ibu dapat
berpengaruh pada kualitas pengasuhan anak. Tingkat pendidikan sangat berpengaruh
terhadap perubahan sikap dan perilaku hidup sehat. Tingkat pendidikan yang lebih
tinggi akan memudahkan seseorang untuk menyerap informasi dan
mengimplementasikannya dalam perilaku dan gaya hidup sehari-hari (Depkes RI, 2004
: 27). Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara (UU RI No. 20 tahun 2003). Jalur pendidikan terdiri
atas pendidikan formal, non formal dan informal yang dapat saling melengkapi dan
memperkaya. Tingkat pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan
menengah dan pendidikan tinggi. Pendidikan dasar merupakan tingkat pendidikan
yang melandasi tingkat pendidikan menengah. Adapun tingkat pendidikan dasar adalah
Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau bentuk lain yang
sederajat. Pendidikan menengah
merupakan lanjutan pendidikan dasar. Adapun bentuk pendidikan menengah adalah
Sekolah Menengah Atas (SMA) atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan tinggi
merupakan tingkat pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program
diploma, sarjana, magister, spesialis dan doktor yang diselenggarakan oleh
perguruan tinggi (UU RI No. 20 tahun 2003). Tingkat pendidikan berhubungan dengan
status gizi karena dengan meningkatnya pendidikan kemungkinan akan meningkatkan
pendapatan sehingga dapat meningkatkan daya beli makanan (FKM UI, 2007 : 276).
Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi, misalnya hal-hal yang
menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup.13 Menurut Y.B
Mantra yang dikutip oleh Notoatmodjo (1985) pendidikan dapat mempengaruhi
seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam
memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan kesehatan (Nursalam dan

vi
S Pariani, 2001 : 33). Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin mudah
menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki.
Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang
terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan (Kuncoroningrat, 1997).

c. Pekerjaan ibu
Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah
yang membosankan, berulang dan banyak tantangan (Nursalam & S. Pariani, 2001 : 133).
Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu.
Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga (Nursalam &
S. Pariani, 2001 : 133). Batasan ibu yang bekerja adalah ibu-ibu yang melakukan aktivitas
ekonomi mencari penghasilan baik di sektor formal maupun informal yang dilakukan secara
reguler di luar rumah. Tentunya aktivitas ibu yang bekerja akan berpengaruh terhadap waktu
yang dimiliki ibu untuk memberikan pelayanan/kasih sayang terhadap anaknya Anak yang
mendapatkan perhatian lebih, baik secara fisik maupun emosional, selalu mendapat
senyuman, mendapat makanan yang seimbang maka keadaan gizinya lebih baik
dibandingkan dengan teman sebayanya yang kurang mendapat perhatian orang tua (Depkes
RI, 2002 : 11). Anak yang diasuh oleh nenek atau tetangga bukan kerabat kemungkinan juga
menjadi penyebab masalah gizi). Selain itu para ibu yang mencari nafkah tambahan pada
waktu-waktu tertentu misalnya pada musim panen mereka pergi memotong padi para pemilik
sawah yang letak sawahnya jauh dari tempat tinggal para ibu tersebut. Anak-anaknya
terpaksa ditinggalkan di rumah sehingga kurang mendapat perhatian sebagaimana mestinya.
Para ibu yang menerima pekerjaan tetap sehingga harus meninggalkan anaknya dari pagi
sampai sore. Dengan demikian pemberian ASI atau makanan tambahan tidak dilakukan
sebagaimana mestinya (Pudjiadi S, 2001 : 105).
Pekerjaan diklasifikasikan menjadi 2 yaitu :
1) Bekerja : PNS/ABRI, swasta, buruh/pegawai tidak tetap.
2) Tidak bekerja/ibu rumah tangga
(Nursalam & S. Pariani, 2001 : 138)

1.4.Pengertian Masalah keluarga


Masalah keluarga artinya kehidupan keluarga dalam keadaan kacau, tak teratur dan
terarah, orang tua kehilangan kewibawaan untuk mengendalikan kehidupan anak-
anaknya terutama remaja, mereka melawan orangtua, dan terjadi pertengkaran terus
menerus antara ibu dengan bapak terutama mengenai soal mendidik anak-anak. Bahkan
masalah keluarga bisa membawa kepada perceraian suami-isteri. Dengan kata lain
masalah keluarga adalah suatu kondisi yang sangat labil di keluarga, dimana
komunikasi dua arah dalam kondisi demokratis sudah tidak ada. Jika terjadi perceraian
sebagai puncak dari masalah yang berkepanjangan, maka yang paling menderita adalah
anak-anak. Sering perkara perceraian di pengadilan agama, yang paling rumit adalah
siapakah yang akan mengurus anak-anak. Sering pengadilan memenangkan hak asuh
kepada pihak laki-laki atau bapak. Dalam hal ini pengadilan agama hanya berdasarkan
fakta hukum belaka.

vii
1.5.Faktor-faktor penyebab dari masalah keluarga
Ada sejumlah masalah di dalam sebuah keluarga. masalah tersebut bisa berdiri sendiri
tetapi kecenderungannya saling berkaitan satu sama lain. Beragam prblem keluarga
diantaranya:
1. Masalah Perekonomian
Keluarga miskin masih besar jumlahnya di negeri ini. Berbagai cara diusahakan
pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan. Akan tetapi tetap saja kemiskinan
tidak terkendali. Terakhir pemerintah memberikan bantuan langsung tunai (BLT)
pada tahun 2007 dan 2008. Kemiskinan jelas berdampak terhadap keluarga. Jika
kehidupan emosional suami isteri tidak dewasa, maka akan timbul pertengkaran.
Sebab, isteri banyak menuntut hal-hal di luar makan dan minum.
Padahala penghasilan suami sebagai buruh lepas, hanya dapat member makan dan
rumah petak tempat berlindung yang sewanya terjangkau. Akan tetapi yang
namanya manusia sering bernafsu contohnya ingin memiliki televisi, radio dan
sebagainya sebagaimana layaknya sebuah keluarga yang normal. Karena suami
tidak sanggup memenuhi tuntutan isteri dan anak-anaknya akan kebutuhan-
kebutuhan yang disebutkan tadi, maka timbullah pertengkaran suami isteri yang
sering menjurus kearah perceraian. Suami yang egois dan tidak dapat menahan
emosinya lalu menceraikan isterinya. Akibatnya terjadilah kehancuran sebuah
keluarga sebagai dampak kekurangan ekonomi.
a. Faktor-faktor Penyebab dari masalah perekonomian :
• Keadaan ekonomi keluarga yang lemah berpengaruh pada sandang, pangan,
papan yang baik.
• Penghasilan istri yang lebih besar.
• Gaya hidup yang berbeda.
b. Upaya mengatasi masalah Perekonomian
1. Terbuka
Hal pertama yang harus dilakukan untuk menghindari keuangan adalah
bersikap terbuka. Baik pasangan sama-sama mencari uang atau hanya salah
satu saja yang menghasilkan uang, seharusnya tak ada yang disembunyikan
masalah pengeluaran. Selalu diskusikan semua keputusan yang menyangkut
keuangan, seperti pengeluaran, pemasukan, tabungan, dan lainnya
2. Tentukan tujuan jangka panjang
Dalam hal keuangan, Anda juga harus cermat dan bijak dalam melihat masa
depan. Tentukan beberapa hal di masa depan yang membutuhkan banyak
uang. Misalkan biaya pendidikan anak, liburan, dan lainnya. Ini akan
membantu Anda menyimpan uang dan tak kewalahan ketika saatnya tiba.
3. Menabung
Anda tak harus menabung banyak di bank, namun sediakan tabungan kecil
di rumah yang bisa Anda isi setiap minggu. Mungkin terdengar remeh,
namun uang yang terkumpul bisa jadi sangat berguna saat dibutuhkan.
4. Sisihkan uang senang-senang
Sisakan sedikit uang untuk hiburan atau bersenang. Jangan banyak-banyak
agar tidak terlalu boros. Anda bisa menggunakan uang tersebut untuk makan
malam bersama, nonton film, atau membeli sesuatu untuk keluarga. Anggap
saja uang ini adalah sebuah reward atas kerja keras Anda dan pasangan.
Pastikan Anda dan pasangan saling bekerjasama untuk mengatur keuangan.

viii
5. Bekerja sama untuk mengatur keuangan
Jangan terlalu mendominasi atau malah pasif jika berkaitan dengan
pengeluaran atau pengaturan keuangan. Mungkin awalnya akan canggung,
namun jika dibiasakan Anda akan mendapatkan manfaat mengatur keuangan
sebagai tim bersama pasangan.
6. Memiliki usaha sampingan
Mungkin dengan isteri bekerja membuka toko sembako ,maka sedikit demi
sedikit keluarga tersebut tidak kekurangan kebutuhan ekonomi karena saling
membantu antara suami dan isteri.

2. Masalah kesehatan
Kesehatan sangatlah penting bagi diri kita karena jika diantara anggota keluarga kita
sering sakit-sakitan maka pengeluaran untuk dokter, obat-obatan dan rumah sakit
akan bertambah. Apalagi jika salah satu anggota keluarga terjangkit penyakit
menular itu akan membutuhkan pengeluaran yang lebih banyak lagi. Masalah gizi
buruk menghantui banyak keluarga miskin di Indonesia dan Kurang kesadaran
masyarakat akan kesehatan semakin menambah parahnya masalah kesehatan
keluarga . Contohnya dalam sebuah keluarga ada yang mudah sakit karena mungkin
kekurangan gizi yang tidak baik.
a. Faktor-faktor penyebab dari masalah kesehatan adalah :
Biaya kesehatan semakin mahal tidak sebanding dengan pendapatan per capita
Beragam penyakit semakin bermunculan bersamaan dengan makin majunya
ilmu kedokteran
b. Upaya mengatasi masalah kesehatan
Memelihara kebersihan dan kesehatan pribadi dengan baik
Ajarkan anak hidup sehat dimulai dari “diri sendiri”. Dapat dikatakan bahwa
kesehatan yang kita miliki adalah karena “upaya” kita sendiri.
c. Makan makanan sehat
Makan merupakan kebutuhan penting, tidak saja bagi penyediaan energi untuk
tubuh, tetapi juga merupakan kebutuhan penting untuk kesehatan dan
kelangsungan hidup.
d. Memelihara Kesehatan Lingkungan
Hidup sehat memerlukan situasi, kondisi, dan lingkungan yang sehat. karena itu,
kondisi lingkungan perlu benar-benar diperhatikan agar tidak merusakkesehatan.
Kesehatan lingkungan harus dipelihara agar mendukung kesehatan keluarga dan
setiap orang yang hidup di sekitarnya. Memelihara berarti
menjagakebersihannya. Lingkungan kotor dapat menjadi sumber penyakit.

3. Masalah seksual
Hubungan seksual yang tidak harmonis menjadi salah satu pemicu konflik dalam
kehidupan rumah tangga, Banyak pasangan tidak menyadari pentingnya hubungan
seksual ini. Bahkan banyak diantara pasangan menjalani hubungan seksual sebagai
hal rutinitas semata. Sekedar menjalankan kewajiban, tidak ada nuansa keindahan di
dalamnya. Sering kita baca di surat kabar bahwa suatu masalah yang rumit untuk di
kaji adalah masalah perselingkuhan yang di lakukan oleh suami atau isteri karena
masalah seksual.

ix
a. Faktor penyebab masalah seksual
Kurang puas terhadap pelayanan dari pasangan. Hubungan seks tidak dapat
dikendalikan mengakibatkan pertambahan anggota keluarga
b. Upaya mengatasi masalah seksual
1) Komunikasi, Hilangkan rasa sungkan dan malu. Bicarakan semua masalah
seks yang Anda rasakan bersama pasangan, biar pasangan tahu masalah seks
yang sedang Anda alami
2) Menahan emosi seks. Salah satu penyebab ejakulasi dini adalah tidak bisa
menahan emosi seks ketika bersetubuh. Kebanyakan pria selalu ingin cepat
ejakulasi.
3) Menghalangi semua permasalahan terbawa ke tempat tidur. Hindari
berhubungan seks bila amarah dan kejengkelan masih bersemayam di hati.
4) Luangkan waktu untuk berduaan dengan istri. Kesibukan seringkali
menghalangi suami-istri untuk bersama, hingga tidak bisa menikmati
kehidupan secara pribadi.
5) Peliharalah kesehatan dengan mengatur pola makan dan tetap berolahraga.
Selain itu hindarilah minuman beralkohol secara berlebihan

4. Masalah pendidikan
Masalah pendidikan sering merupakan penyebab terjadinya masalah di dalam
keluarga. Jika pendidikan agak lumayan pada suami-isteri, maka wawasan tentang
kehidupan keluarga dapat dipahami oleh mereka. Sebaliknya pada suami-isteri yang
pendidikannya rendah sering tidak dapat memahami liku-liku keluarga. Akibatnya
terjadi selalu pertengkaran yang mungkin menjadi perceraian. Jika pendidikan
agama ada atau lumayan, mungkin sekali kelemahan dibidang pendidikan akan
diatasi. Artinya suami-isteri akan dapat mngekang nafsu masing-masing sehingga
pertengkaran dapat dihindari. Mengapa demikian ? karena agama islam
mengajarkan agar orang bersabar dan shalat di dalam menghadapi gejolak hidup
rumah tangga.:
a.Faktor-faktor penyebab masalah pendidikan
Pendidikan yang tidak seimbang antara suami dan istri.
Berpengaruh pula segala keputusan yang akan diambil dalam keluarga.
Pasangan yang sama-sama memiliki pendidikan yang rendah.
b. Upaya mengatasi masalah pendidikan :
Untuk masalah pendidikan dalam keluarga memiliki arti yang sangat komplek,
karena pada dasarnya pendidikan di indonesia tergantung pda latar belakang
masing-masing keluarga, tetapi tinggal bagaimana masing2 keluarga menerapkanya
diantaranya
1. mengikuti wajib belajar 9th.
2. memprogram dan merencanakan pendidikan dengan baik untuk keluarga.
3. memberikan kebebasan memilih pendidikan yang akan ditempuh anggota
keluarga.
4. menyiapkan dana atau tabungan pendidikan sedini mungkin untuk merealisasikan
pendidikan yang akan ditempuh.
5. menyiapkan solusi jika mungkin pilihan pendidikan yang kita inginkan tidak
tercapai.

x
5. Masalah pekerjaan
Peluang kerja semakin terbatas tidak sebanding dengan jumlah pencari kerja.
Persaingan dalam dunia kerja dan dunia usaha juga semakin tajam menambah
makin beratnya beban keluarga adakalanya pasangan suami-isteri terpaksa bekerja
serabutan atau bekerja di luar kompetensinya demi memperoleh penghasilan,
Persoalan pekerjaan di kantor sering berimbas pada rumah tangga. Kesibukannya
terfokus pada pekerjaan pencarian materi yaitu harta dan uang.Makna kesuksesan
hidup tidaklah semata-mata berorientasi materi.
a. Faktor-faktor penyebab masalah pekerjaan adalah :
Orang tua sibuk dengan pekerjaan-pekerjaan nya.
Tidak punya pekerjaan atau baru di PHK.
b.Upaya mengatasi masalah pekerjaan :
1. Adanya komunikasi dan interaksi hubungan yang baik antar keluarga
masalah pekerjaan agar salah satu di antara suami atau isteri dapat mengerti
dan memahami beban pekerjaan masing-masing yang sedang di jalankan
sehingga tidak ada kesalah pahaman.
2. Sebelum kita memutuskan untuk menikahi pasangan kita,pasti kita sudah
melihat dari segi pekerjaan, jadi saat kita sudah memutuskan untuk menikah
pun berarti kita sudah menerima pekerjaan pasangan dan berjalan bersama
memelihara dan mencintai pekerjaan pasangan kita.
6. Masalah Agama
Agama sangat penting peranannya dalam membangun keluarga bahagia. Termasuk
dalam hal menentukan arah keluarga, pernikahan yang di bangun atas dasar
kesamaan agama terkadang sering bermasalah apa lagi dengan pernikahan yang
beda agama pasti mempunyai masalah. Dari perbedaan agama inilah muncul
permasalahan dalam sebuah rumah tangga.
a. Faktor-faktor penyebab masalah agama adalah
Perbedaan agama antara suami dan isteri.
Jauh dari agama hanya mementingkan materi dan duniawi semata maka tinggal
menunggu kehancuran keluarga tersebut saja.
b. Upaya mengatasi masalah agama :
1. Luangkan waktu untuk selalu berintropeksi diri.
2. Lebih memahami agama masing-masing pasangan sehingga tidak muncul
permasalahan diantara pasangan.
3. Berusaha selalu mendekatkan diri kepada sang pencipta.

7. Masalah Komunikasi
Masalah komunikasi merupakan masalah fundamental yang menentukan
kebahagiaan keluarga, kesenjangan komunikasi sering memicu timbulnya
permasalahan lain yang lebih kompleks dan perlu disadari bahwa apapun
permasalahan dalam keluarga (suami-isteri dan anak) solusinya melalui proses
komunikasi yang baik. Komunikasi interpersonal yang dilandasi sikap keterbukaan,
pemahaman, penerimaan membuka peluang sukses bagi pemecahan masalah
keluarga. Setiap anggota keluarga harus menyadari setiap kata dan tindakannya
betapa berpengaruh pada orang lain. Semuanya perlu belajar berkomunikasi yang
baik demi keutuhan keluarga. Contohnya seperti diantara salah satu orangtua
mereka pulang hampir malam, karena jalan macet. Badan capek, sampai dirumah
mata sudah mengantuk dan tertidur. Tentu orangtua tidak punya kesempatan untuk
berdiskusi atau berkomunikasi dengan suami atau istri dan anak-anaknya.

xi
a. Faktor penyebab masalah komunikasi
1. Anak yang takut kepada orang tua
2. Orang tua sering cekcok.
3. Kakak adik tidak cocok.
4. Orang tua tidak adil.
5. Tidak cocok antara mertua dan menantu.
6. Masalah dengan para tetangga.

b.Upaya mengatasi masalah komunikasi


1. Luangkan waktu untuk mendengarkan.
2. Berusaha untuk komunikasi intens dengan anggota keluarga yang lain.
3. Buat tradisi keluarga.
4. Pergi berlibur bersama.

xii
BAB III
Penutup

A. Kesimpulan
Kebutuhan paling mendasar pada setiap individu dalam masyarakat adalah pangan
,perumahan , pendidikan ,pakaian dan kesehatan dalam kondisi penghasilan rendah dan
miskin anggota-anggota masyarakat bersangkutan nyaris menumpahkan seluruh dan
kegiatan dan waktunya guna memenuhi kebutuhan dasar yang paling hakiki yakni
pangan kebutuhan ini dapat dipenuhi jika antara lain kondisi-kondisi ini dapat terpenuhi
Tiap keluarga akan senantiasa menghadapi berbagai masalah, tetapi kemampuan untuk
mengatasinya tidak terlalu memadai. Karena itu harus ada usaha-usaha untuk
memperkuat kemampuan keluarga atau anggota keluarga dalam menghadapi berbagai
tantangan, baik dari dalam keluarga itu sendiri maupun dari luar. Usaha itu harus dimulai
oleh keluarga itu sendiri atau oleh seorang ahli yang dapat membantu mengatasi
persoalan keluarga bila masalah keluarga itu memerlukan orang lain untuk membantu
penyelesaian konflik dalam keluarga.

xiii
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Nashih Ulwan, 1993, Pedoman Pendidikan Anak Dalam Islam, CV .ASyifa’,
Semarang.
Sofyan S. Willis, 1995, Konseling Individual, Jurusan Psikologi Pendidikan dan
Bimbingan, Fakultas Ilmu Pendidikan, IKIP, Bandung.

xiv

Anda mungkin juga menyukai