BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
e Fungsi ekonomi
Merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga, seperti
kebutuhan akan makanan, pakaian dan tempat berlindung ( ekonomi ).
Pengaturan pengunaan, penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Menabung untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan keluarga dimasa yang akan datang,
misalnya pendidikan anak - anak, jaminan hari tua dan sebagainya.
f Fungsi pendidikan
Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, keterampilan dan memberi prilaku
anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya.
Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi
peranannya dalam sebagai orang dewasa.
Mendidik anak sesuai dengan tingkat – tingkat perkembangannya.
Dari berbagai fungsi diatas ada tiga fungsi pokok keluarga terhadap anggota keluargannya,
adalah :
a Asih, adalah memberikan kasih sayang, perhatian, rasa aman, kehangatan kepada
anggota keluarga sehingga memungkinkan mereka tumbuh dan berkembang sesuai dengan
usia kebutuhannya.
b Asuh, adalah menuju kebutuhan pemeliharaan dan perawatan anak agar kesehatnya
selalu terpelihara, sehingga diharapkan menjadikan mereka anak – anak yang sehat baik fisik,
mental, sosial dan spritual.
c Asah, adalah memenuhi kebutuhan anak , sehingga siap menjadi manusia dewasa yang
mandiri dalam mempersiapkan masa depannya.
Tahap – tahap perkembangan keluarga
Tahap – tahap kehidupan keluarga menurut Duvall adalah sebagai berikut :
a Tahap pembentukan keluarga
Tahap ini dimulai dari pernikahan, yang dilanjutkan dalam membentuk rumah tangga.
b Tahap menjelang kelahiran anak.
Tugas keluarga yang utama untuk mendapatkan keturunan sebagai
generasi penerus, melahirkan anak merupakan kebanggaan bagi keluarga merupakan saat
yang sangat yang dinantikan.
c Tahap menghadapi bayi.
Dalam hal ini keluarga mengasuh, mendidik dan mendirikan kasih sayang kepada anak,
karena pada tahap ini bayi kehidupannya sangat tergantung kepada orang tuannya. Dan
kondisinya masih sangat lama.
d Tahap menghadapi anak pra sekolah.
Pada tahap ini anak sudah mulai mengenal kehidupan sosialnya, sudah mulai bergaul dengan
teman sebaya, tetapi sangat rawan dalam masalah kesehatan, karena, tidak mengetahui mana
yang kotor dan mana yang bersih. Dalam fase ini anak sangat sensitive terhadap pengaruh
lingkungan dan tugas keluarga adalah mulai menanamkan norma – norma kehidupan, norma
– norma agama, norma – norma sosial budaya dan sebagainya.
e Tahap menghadapi anak sekolah
Dalam tahap ini tugas keluarga adalah bagaimana mendidik anak, mengajari anak untuk
mempersiapkan masa depannya, membiasakan anak belajar secara teratur, mengontrol tugas
– tugas sekolah anak, dan meningkatkan pengetahuan umum anak
f Tahap menghadapi anak remaja
Tahap ini adalah tahap yang paling rawan, karena dalam tahap ini anak akan mencari
identitas diri dalam membentuk kepribadiannya, oleh karena itu suri tauladan dari kedua
orang tua sangat diperlukan. Komunikasi dan saling pengertian antara kedua orang tua
dengan anak perlu dipelihara dan dikembangkan.
g Tahap melepaskan anak ke masyarakat
Setelah melalui tahap remaja dan anak telah dapat menyelesaikan pendidikannya, maka tahap
selanjutnya adalah melepaskan anak ke masyarakat dalam memulai kehidupannya yang
sesungguhnya dalam tahap ini anak akan memulai kehidupan berumah tangga.
b Tujuan khusus.
Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi masalah
kesehatan yang dihadapi oleh keluarga.
Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menanggulangi masalah
kesehatan dasar dalam keluarga.
Meningaktkan kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan yang
tepat dalam mengatasi masalah kesehatan para anggotannya.
Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan
keperawatan terhadap anggota keluarga yang sakit dan dalam
mengatasi masalah kesehatan anggota keluarganya.
Meningakatkan produktifitas keluarga dalam meningkatkan mutu
hidupnya.
Peranan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga
Dalam memberikan asuhan perawatan kesehatan keluarga,ada beberapa peranan
yang dapat dilakukan oleh perawat antara lain adalah :
a Pemberian asuhan perawatan dan kebutuhan kesehatan keluarga.
b Pengenal / pengamat masalah dan kebutuhan kesehatan keluarga.
c Coordinator pelayanan kesehatan dan keperawatan kesehatan keluarga.
d Fasilitator, menjadikan pelayanan kesehatan itu mudah dijangkau dan perawat dengan
mudah dapat menampung permasalahan yang dihadapi keluarga dan membantu mencarikan
jalan pemecahannya.
e Pendidikan kesehatan, peran dapat berperan sebagai pendidik untuk merubah perilaku
keluarga dari perilaku tidak sehat menjadi perilaku sehat.
f Penyuluhan dan konsultan, perawat dapat berperan dalam memberikan petunjuk
tentang asuhan keperawatan dasar terhadap keluarga.
Hambatan – hambatan yang sering dihadapi dalam memecahkan masalah
kesehatan keluarga.
Hambatan yang paling besar dihadapi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
kesehatan keluarga adalah :
a Hambatan dari keluarga :
Keadaan ekonomi keluarga yang rendah..
Keterbatasan sumber – sumber daya keluarga (keuangan, sarana, dan
prasarana).
Kebiasaan – kebiasaan yang melekat.
b Hambatan dari perawat.
Sarana dan prasarana yang tidak menunjang dan mencukupi seperti : transportasi.
Kondisi alam (geografis yang sulit).
Kesulitan dalam berkomunikasi (bahasa).
Keterbatasan pengetahuan perawat tentang kultur keluarga
Perumusan masalah
Diambil sesuai dengan penganalisa praktek lapangan yang didasarkan kepada
analisa konsep, prinsip, teori dan standar yang dapat dijadikan acuan dalam
menganalisa sebelum mengembil keputusan.
Dalam menyusun masalah kesehatan dan keperawatan keluarga, seorang perawat
selalu mengacu kepada tipologi masalah kesehatan dan keperawatan serta
berbagai alasan dan ketidakmampuan keluarga dalam melaksanakan tugas – tugas
keluarga dalam bidang kesehatan.
Tipologi masalah kesehatan dan keperawatan.
a). Ancaman kesehatan : adalah keadaan – keadaan yang dapat memungkinkan terjadinya
penyakit, kecelakaan dan kegagalan dalam mencapai potensi kesehatan. Yang termasuk
ancaman kesehatan, adalah :
Penyakit keturunan, seperti asma bronkiale, diabetes mellitus dan sebagainya.
Keluarga / anggota keluarga yang menderita penyakit menular, seperti TBC,
gonore, hepatitis dan sebagainya.
Jumlah anggota keluarga terlalu besar dan tidak sesuai dengan kemampuan dan
sumber daya keluarga, seperti anak terlalu banyak sedangkan penghasilan
keluarga kecil.
Risiko terjadi kecelakaan dalam keluarga, misalnya benda tajam diletakkan
disembarangan, tangan rumah terlalu curam.
Kekurangan atau kelebihan gisi dari masing – masing anggota keluarga.
Keadaan – keadaan yang dapat menimbulkan stress, antara lain:
Hubungan keluarga yang tidak harmonis
Hubungan orang tua dan anak tegang
Orang tua yang tidak dewasa
Sanitasi lingkungan buruk, diantaranya :
Ventilasi dan penerangan rumah kurang baik
Tempat pembuangan sampah yang kurang memenuhi syarat.
Tempat pembuangan tinja mencemari sumber air minum
Sekolah / tempat pembuangan air limbah yang tidak memenuhi syarat.
Kebisingan
Polusi udara
Kebiasaan – kebiasaan yang merugikan kesehatan :
Merokok
Minum – minuman keras
Tidak memakai alas kaki
Makan obat tanpa resep
Kebiasaan makan daging mentah
Hygiene personal kurang
Riwayat persalinan sulit
Memainkan peranan yang tidak sesuai, misalnya anak wanita memainkan peranan
ibu karena meninggal, anak laki – laki memainkan peranan ayah
Imunisasi tidak lengkap
b). Kurang tidak sehat : adalah kegagalan dalam memantapkan kesehatan. Yang termasuk
didalamnya adalah :
Keadaan sakit. Apakah sesudah atau sebelum diagnosa.
Kegagalan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak yang tidak sesuai dengan
pertumbuhan normal.
c). Situasi krisis : adalah saat – saat yang banyak menuntut individu atau keluarga dalam
menyesuaikan diri termasuk juga dalam hal sumber daya keluarga. Yang termasuk dalam
situasi krisis adalah :
Perkawinan
Kehamilan
Persalinan
Masa nifas
Menjadi orang tua
Penambahan anggota keluarga, misalnya bayi baru lahir
Abortus
Anak masuk sekolah
Anak remaja
Kehilangan pekerjaan
Kematian anggota keluarga
Pindah rumah
Ketidakmampuan keluarga dalam melaksanakan tugas – tugas kesehatan dan keperawatan
a). Ketidakmampuan mengenal masalah kesehatan keluarga berhubungan dengan :
Kurang pengetahuan ketidaktahuan fakta
Rasa takut akibat masalah yang diketahui
Sikap dan falsafah hidup
b). Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan dalam melakukan tindakan yang tepat
berhubungan dengan :
Tidak memahami mengenai sifat, berat dan luasnya masalah
Masalah kesehatan begitu tidak menonjol
Keluarga tidak sanggup memecahkan masalah karena kurang pengetahuan, dan
kurangnya sumber daya keluarga
Tidak sanggup memilih tindakan diantara beberapa pilihan
Ketidakcocokan pendapat dari anggota – anggota keluarga
Tidak tahu tentang fasilitas kesehatan yang ada
Takut dari akibat tindakan
Sikap negatif terhadap masalah kesehatan
Fasilitas kesehatan tidak terjangkau
Kurang percaya terhadap petugas dan lembaga kesehatan
Kesalahan informasi terhadap tindakan yang diharapkan
c). Ketidakmampuan merawat anggota keluarga yang sakit berhubungan dengan :
Tidak mengetahui keadaan penyakit, misalnya : sifat, penyebab, penyebaran,
perjalanan penyakit gejala dan perawatanya serta pertumbuhan dan perkembangan
anak.
Tidak mengetahui tentang perkembangan perawatan yang dibutuhkan
Kurang tidak ada fasilitas yang diperlukan untuk perawatan
Tidak seimbang sumber – sumber yang ada dalam keluarga, misalnya : keuangan,
anggota keluarga yang bertanggung jawab, fasilitas fisik untuk perawatan.
Sikap negatif terhadap yang sakit
Konflik individu dalam keluarga
Sikap dan pandangan hidup
Perilaku yang mementingkan diri sendiri
d). Ketidakmampuan memelihara lingkungan rumah yang dapat mempengaruhi kesehatan
dan perkembangan pribadi anggota keluarga, berhubungan dengan
Sumber – sumber keluarga tidak cukup, diantaranya keuangan, tanggung jawab /
wewenang, keadaan fisik rumah yang tidak memenuhi syarat
Kurang dapat melihat keuntungan dan mamfaat pemeliharaan lingkungan rumah
Ketidaktahuan pentingnya sanitasi lingkungan konflik personal dalam keluarga
Konflik personal dalam keluarga
Ketidaktahuan tentang usaha pencegahan penyakit
Sikap dan pandangan hidup
Ketidakkompakan keluarga, karena sifat mementingkan diri sendiri, tidak ada
kesepakatan, acuh terhadap anggota keluarga yang mempunyai masalah.
e). Ketidakmampuan menggunakan sumber dimasyarakat guna memelihara kesehatan,
berhubungan dengan :
Tidak tahu bahwa fasilitas kesehatan itu ada
Tidak memahami keuntungan yang diperoleh
Kurang percaya terhadap, petugas kesehatan dan lembaga kesehatan.
Pengalaman yang kurang baik dari petugas kesehatan
Rasa takut pada akibat dari tindakan
Tidak terjangkau fasilitas yang diperlukan
Rasa asing dan tidak ada dukung dari masyarakat
Sikap dan falsafah hidup.
b Diagnosa keperawatan pada tingkat keluarga.
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan tentang paktor – paktor yang
mempertahankan resnpons / tangapan yang tidak sehat dan
menghalangi perubahan yang diharapkan (Nasrul Effendy, 1998, hal
51).
Setelah diketahui masalah kesehatan dan keperawatan keluarga
langkah selanjutnya adalah menegakkan diagnosa keperawatan
keluarga. Dalam menetapkan diagnosa keperawatan keluarga dapat
ditetapkan berdasarkan faktor risiko dan faktor potensial terjadinya
penyakit atau masalah – masalah kesehatan keluarga, serta
mempertimbangkan kemampuan keluarga dalam mengatasi masalah
kesehatannya seperti yang telah diterangkan di atas.
c Prioritas masalah
Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam prioritas masalah adalah sebagai berikut :
1). Tidak mungkin masalah – masalah kesehatan dan keperawatan yang ditemukan dalam
keluarga dapat diatasi sekaligus
2). Perlu mempertimbangkan masalah – masalah yang dapat mengancam kehidupan
keluarga, seperti masalah penyakit.
3). Perlu mempertimbangkan respons dan perhatian keluarga terhadap asuhan keperawatan
yang akan diberikan.
4). Keterlibatan keluarga dalam memecahkan masalah yang mereka hadapi.
5). Sumber daya keluaga yang dapat menunjang pemecahan masalah kesehatan /
keperawatan keluarga.
6). Pengetahuan dan kebudayaan keluarga.
d Kriteria prioritas masalah
Dalam menyusun prioritas masalah kesehatan dan keperawatan
keluarga harus berdasarkan kepada beberapa kriteria, sebagai berikut :
1). Sifat masalah dikelompokkan menjadi :
a). Ancaman kesehatan
b). Keadaan sakit atau kurang sehat
c). Situasi krisis
2). Kemungkinan masalah dapat diubah, adalah kemungkinan keberhasilan untuk
mengurangi masalah atau mencegah masalah bila dilakukan intervensi keperawatan dan
kesehatan.
3). Potensi masalah untuk dicegah, adalah sifat dan beratnya masalah yang akan timbul dan
dapat dikurangi atau dicegah melalui tindakan keperawatan dan kesehatan.
4). Masalah yang menonjol, adalah cara keluarga melihat dan menilai, masalah dalam hal
bertanya dan mendesaknya untuk diatasi melalui intervensi keperawatan dan kesehatan
Tabel 1
Skala prioritas
No Kriteria Nilai Bobot
1. Sifat masalah
skala :
Ancaman kesehatan
Tidak / kurang sehat 1
3
Krisis
2
2. Kemungkinan masalah untuk diubah
1
Skala :
Dengan mudah
Hanya sebagian 2
2
Tidak dapat
1
0
Skoring :
Tentukan skor untuk setiap kriteria
2)
Skor dibagi dengan angka tertinggi dan dikalikan dengan bobot
Flour ( F ) 1 – 1,5
Chlor ( Cl ) 250
Arsen ( As ) 0.03
Tembaga ( cu ) 1,0
Besi ( Fe ) 0,3
Zat organic 10
Ph ( keasaman ) 6,5 – 9,0
CO2 0
Tinjauan Hipertensi
a Pengertian
Hipertensi adalah suatu gangguan pada sistem peredaran darah yang sering terdapat pada usia
setengah umur atau lebih tua. Menurut WHO, batas tekanan darah yang masih dianggap
normal adalah 140/90 mmHg dan tekanan darah sama atau di atas 160/95 mmHg dinyatakan
sebagai hipertensi.
Sedangkan batasan hipertensi dengan memperhatikan perbedaan usia dan jenis kelamin oleh
Kaplan dalam buku Ilmu Penyakit Dalam, oleh Soeparman, Sarwono Waspadji, hal. 205
diajukan sebagai berikut :
Pria usia < 45 tahun dikatakan hipertensi apabila tekanan darah
pada waktu berbaring di atas atau sama dengan 130/90 mmHg.
Pria usia > 45 tahun dikatakan hipertensi apabila tekanan
darahnya di atas 145/95 mmHg.
Pada wanita tekanan darah di atas atau sama dengan 160/95
mmHg dinyatakan hipertensi.
Pada tahun 1984, The Joint National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of
High Blood Pressure, dalam buku Ilmu Penyakit Dalam, oleh Soeparman, Sarwono
Waspadji, hal. 206 membagi hipertensi berdasarkan tekanan diastolik sebagai berikut :
b Penyebab/Etiologi
Berdasarkan penyebab hipertensi, dibagi menjadi dua golongan yaitu :
Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya, disebut juga
hipertensi idiopatik. Ini merupakan tipe paling umum dan termasuk 35 – 95 % dari individu
dengan penyakit ini. (Soeparman, Waspadji Sarwono, 1990 : 207 – 208).
Ada beberapa faktor resiko yang mempengaruhi sebagai berikut :
a). Usia
Paling tinggi kejadian pada usia > 40 tahun
b). Jenis kelamin
Lebih banyak terjadi pada laki-laki.
c). Keturunan
75 % pasien hipertensi mempunyai riwayat keluarga hipertensi.
d). Obesitas/kegemukan
Sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibandingkan
dengan penderita yang mempunyai berat badan normal.
e). Perokok
Resiko pada manusia dihubungkan mekanisme terjadinya hipertensi pada perokok belum
diketahui secara pasti, namun hubungan antara rokok dengan peningkatan kardiovaskuler
telah banyak dibuktikan.
f). Peminum alkohol
Peminum alkohol berat akan cenderung hipertensi, walaupun mekanisme timbulnya
hipertensi secara pasti belum diketahui.
g). Komsumsi garam
Garam merupakan hal yang sangat sentral dalam penyebab hipertensi. Ditemukan pada
golongan suku bangsa dengan asupan garam yang minimal. Pengaruh asupan garam terhadap
timbulnya hipertensi terjadi melalui peningkatan volume plasma dan curah jantung.
h). Stres
Diduga melalui aktivasi saraf simpatik yang dapat meningkatkan tekanan darah secara
intermitten. Apabila stres menjadi berkepanjangan dapat berakibat tekanan darah menetap
tinggi.
Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah keadaan terjadinya tekanan darah tinggi akibat penyakit tertentu
seperti :
a). Hipertensi renal ialah hipertensi yang penyebabnya adalah kelainan parenkim ginjal.
Dalam buku Ilmu Penyakit Dalam, oleh Soeparman, Sarwono Waspadji, hal. 236, M. Ziegler
dan G.J. Mart menuliskan semua penyakit ginjal yang dapat menimbulkan hipertensi seperti
di bawah ini :
Penyakit ginjal bilateral
Glomerulo nefritis akut dan kronik.
Nefritis interstisial akut dan kronik.
Pielonefritis glomerulosklerosis.
Penyakit ginjal unilateral
Aneurisma arteri renalis.
Infark ginjal.
Fistel arteriovenosus.
Trombosis vena renalis.
Tuberkulosis ginjal.
Bendungan urine karena berbagai sebab.
Hipertensi karena gagal ginjal
Hipertensi sesudah cangkok ginjal
b). Hipertensi renovaskuler
Adalah hipertensi yang disebabkan oleh obstruksi satu atau lebih cabang arteri renalis utama
atau cabangnya yang dapat sembuh dengan operasi rekonstruksi vaskuler atau nefrektomi.
c Patofisiologi
Kerja jantung terutama ditentukan oleh besarnya curah jantung dan tahanan
perifer. Curah jantung pada pasien hipertensi umumnya normal. Kelainan
terutama pada peningkatan tahanan perifer. Peningkatan tahanan perifer ini
disebabkan karena penyempitan pembuluh darah akibat ketegangan otot polos
pada pembuluh darah tersebut.
Meningkatnya tekanan darah semakin menegangkan dinding pembuluh darah
sehingga menyebabkan dinding pembuluh darah semakin tebal dan ronggan
pembuluh darah semakin sempit yang meningkatkan tahanan terhadap
mengalirnya darah.
Perubahan struktur inilah yang dianggap sebagai salah satu faktor utama sukarnya
tekanan darah dikendalikan dengan obat-obatan anti hipertensi pada kasus-kasus
tertentu. Kerja jantung pada penderita hipertensi akan bertambah berat karena
naiknya tahanan perifer yang lama kelamaan akan menyebabkan terjadinya
hipertropi ventrikel kiri. Dengan adanya hipertropi dan hiperplasia ventrikel kiri
maka sirkulasi darah dalam otot jantung tidak mencukupi lagi sehingga terjadi
anoksia (kekurangan oksigen).
Hal ini dapat diperberat oleh adanya sklerosis koroner dan jika hal ini berlangsung
lama akan terjadi decompensasi cordis di samping ini juga akan menyebabkan
gagal jantung. Pusat vasomotor di batang otak yang akibat terjadinya
vasokontriksi arteri otak sistemik yang akan meningkatkan tekanan darah.
d Gejala klinik
Gejala hipertensi tidak selalu ada hubungannya dengan berat ringannya hipertensi.
Secara dini dari penyakit hipertensi ringan pasien sakit kepala karena
vasokontriksi atau epitaksis dari perdarahan kapiler basial. Pada hipertensi ringan
ada kelompok pasien yang sama sekali tidak memberikan keluhan-keluhan.
Sedang pada sekelompok yang lain sudah memberikan gejala-gejala yang sangat
terasa mengganggu. Demikian pula hipertensi yang sedang dan berat, ada pasien
yang tidak mengeluh apa-apa dan ada pasien yang sudah memberikan keluhan
yang begitu berat sehingga tidak dapat bekerja dengan baik karena sangat
terganggu.
Pada umumnya pasien hipertensi memberikan keluhan-keluhan sebagai berikut :
pusing, sakit kepala, vertigo, sukar tidur, mata berkunang-kunang, kaku kuduk,
mual dan muntah, epitaksis, telinga berdengung.
e Diagnosis
Diagnosis hipertensi tidak dapat ditegakkan dalam satu kali pengukuran, hanya
dapat ditetapkan setelah dua kali atau lebih pengukuran pada kunjungan yang
berbeda, kecuali terdapat kenaikan yang tinggi atau gejala-gejala klinis. Oleh
karena itu, setiap pasien hipertensi harus diperiksa secara keseluruhan yang
meliputi riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium.
Riwayat penyakit
Pada pasien hipertensi perlu ditonjolkan lamanya menderita, riwayat dan gejala
penyakit yang berkaitan dengan penyakit jantung koroner, gagal jantung dan lain-
lain. Apakah ada riwayat penyakit dalam keluarga, gejala-gejala yang berkaitan
dengan penyebab hipertensi, perubahan aktivitas/kebiasaan seperti merokok,
komsumsi makanan (khususnya makanan yang banyak mengandung garam,
lemak, dan protein), riwayat komsumsi obat-obat bebas, hasil dan efek samping
terapi hipertensi sebelumnya bila ada, dan faktor psikososial lingkungan
(keluarga, pekerjaan, dan sebagainya).
Pemeriksaan fisik
Dalam pemeriksaan fisik perlu dilakukan pengukuran tekanan darah dua kali atau
lebih dengan jarak dua menit, kemudian diperiksa ulang dalam hal ini juga
dilakukan pengukuran berat badan untuk membandingkan antara berat badan dan
tinggi pasien. Karena obesitas dan hipertensi mempunyai prognosa yang kurang
baik. Kemudian dilakukan pemeriksaan funduskopi untuk mengetahui adanya
retinopati hipertensif.
Pemeriksaan laboratorium
a). Pemeriksaan darah rutin yang diperlukan adalah hematokrit, ureum, dan kreatinin untuk
menilai fungsi ginjal.
b). Elektrolit untuk melihat kemungkinan adanya kelainan hormonal aldosteron.
c). Pemeriksaan urinalis (protein dalam urine) untuk melihat adanya kelainan pada ginjal.
Pemeriksaan radiologi yaitu untuk melihat adanya pembesaran jantung kiri pada hipertensi
yang kronis dan tanda-tanda bendungan pembuluh darah pada stadium payah jantung
hipertensi.
Pemeriksaan echokardiografi
Echokardiografi merupakan salah satu pemeriksaan penunjang yang akurat untuk
memantau terjadinya hipertropi ventrikel. Hemodinamik kardiovaskuler dan
tanda-tanda iskemia miokard yang menyertai penyakit jantun hipertensi pada
stadium lanjut.
Apabila pemeriksaan tersebut di atas tidak cukup untuk membuktikan etiologi
penyakit atau ada kecurigaan terhadap suatu penyakit yang menyebabkan
hipertensi maka dilakukan pemeriksaan khusus seperti :
Pielografi intravena dapat membantu menilai keadaan ginjal, dapat dilihat dari
fungsi ekskresi ginjal dan ureter serta bentuk dan besarnya ginjal.
Arteriografi renal dilakukan bila ada dugaan stenosis arteri renalis.
Pemeriksaan kadar renin plasma untuk mengevaluasi pasien untuk stenosis arteri
renalis juga dipakai untuk menentukan pola pengobatan
f Pengobatan dan perawatan
Pengobatan
Pengobatan selain ditujukan pada tekanan darah juga pada komplikasi-komplikasi yang
terjadi yaitu dengan :
a). Menurunkan tekanan darah menjadi normal.
b). Mengobati payah jantung karena hipertensi.
c). Mengurangi kejadian kardiovaskuler.
d). Menurunkan faktor resiko penyakit kardiovaskuler semaksimal mungkin
Beberapa macam obat yang sering digunakan dalam pengobatan hipertensi sehari-hari adalah
:
Diuretik menurunkan tekanan darah dengan menghabiskan natrium tubuh dan
mengurangi volume darah serta mekanisme-mekanisme lainnya.
Diuretik tiazid cocok untuk penderita hipertensi ringan dan sedang.
Loap diuretik : furosenamid (Lasix).
Obat penahan kalium (Potassium sparing)
Agents : spinorolactone : ameloride, triamteren.
Obat-obat penghambat simpatik (adrenergik)
Clonidin bekerja sentral.
Penghalang simpatik ganglion : trimetaphon : pentolinium,
pempidine.
Obat-obat penghalang transmisi neuro efektor guanethedine,
debriso-guine reserpine.
Yang bekerja sentral dan menghalang simpatik metildopa.
Obat penghalang reseptor adrenergik
Penghalang alpha adrenoreseptor : phrolamine.
Penghalang beta adrenoreseptor : non cardioselektif
Kombinasi penghalang alpa dan beta adrenergik.
Reseptor : labetolol.
Vasodilator langsung
Hidralisin bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot polos dan akan
mengakibatkan penurunan resistensi vaskular.
Sodium nitropusid vasodilator kuat yang diberikan secara parenteral yang digunakan pada
hipertensi gawat dan kegagalan jantung yang berat.
Perawatan
Istirahat, monitor tekanan darah, hentikan merokok, jika merokok kurangi berat badan (olah
raga) pembatasan minum-minuman beralkohol
Modifikasi gaya hidup
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penatalaksanaan nonfarmakologis meliputi:
Teknik mengurangi stress
Penurunan BB
Pembatasan alcohol
Olahraga latihan
Relaksasi merupakan intervevsi wajib yang harus dilakukan
pada saat terapi antihipertensi.
g Komplikasi
Komplikasi yang disebabkan oleh peningkatan tekanan darah menyebabkan kelainan-
kelainan pada organ-organ seperti jantung, otak,
pembuluh darah, ginjal dan mata
Komplikasi pada jantung
Penyakit jantung yang timbul akibat penyakit hipertensi adalah penyakit jantung koroner dan
penyakit jantung hipertensi yang juga dapat menyebabkan terjadinya patah jantung ischemik
yang pada banyak negara merupakan sebab kematian utama.
Komplikasi pada otak dapat berupa pendarahan otak (stroke)
enselopati dan intracranial hemorhagis. Enselopati hipertensi biasanya
ditandai oleh sakit kepala hebat, bingung, lamban dan gangguan
penglihatan. Gejala-gejala ini umumnya tambah berat dalam waktu 12
– 48 jam dan dapat timbul kejang-kejang. Kesadaran menurun serta
dapat menyebabkan kebutaan.
Komplikasi pada pembuluh darah dapat berupa :
a). Radang pembuluh nadi yang menutup jalannya aliran darah.
b). Adanya penumpukan aliran darah dalam pembuluh darah yang dapat mengembangkan
vena.
c). Robeken pembuluh darah akibat tekanan yang meningkat.
d). Regang pembuluh nadi akibat penumpukan darah.
Komplikasi pada ginjal dapat berupa
a). Glomerulus
b). Gangguan fungsi ginjal
Komplikasi pada mata dapat diketahui dengan pemeriksaan funduskopi
dengan melihat kelainan fundus/retina berupa :
a). Oklusi vena retina (OVEC) gambaran fundusnya yaitu vena berkelok-kelok, odem
retina, dan odem macula, pendarahan di sekitar papil saraf optik, ketajaman penglihatan
sangat buruk.
b). Oklusi vena retina cabang-cabang yang sering tersumbat adalah cabang temporal atas
sehingga akibatnya langsung mengenai macula dan menimbulkan tajam penglihatan yang
buruk.
h Prognosa
Pada umumnya prognosa pada pasien hipertensi tergantung dari penyakit
primernya, berat ringannya penyakit hipertensi itu sendiri, serta komplikasi yang
timbul dan cepatnya tindakan atau pengobatan.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi prognosa hipertensi yaitu :
Etiologi hipertensi yang ditemukan secara dini dan sebabnya dapat dikoreksi tentu
mempunyai prognosa yang baik misalnya akibat kelainan ginjal dan kelainan hormon,
neurologi dan lain-lain.
Ada tidaknya komplikasi dari organ tubuh, makin banyak komplikasi yang ditemukan pada
organ tubuh makan prognosa makin jelek.
Ada tidaknya resiko payah jantung, ischemik, diabetes millitus, hipercolesteronemia,
merokok juga sangat menentukan prognosis.
Tinggi rendahnya tekanan darah, makin tinggi tekanan darah maka mempunyai prognosa
yang jelek juga.