KESEHATAN ANAK
BAB I
PENDAHULUAN
Sindrom nefrotik (SN) merupakan salah satu penyakit ginjal yang sering
terjadi pada anak, terdiri dari gejala klinis berupa proteinuria masif ≥ 40
mg/m2LPB/jam, hipoalbuminemia <2,5 g/dl, edema, dan hiperkolesterolemia
>200 mg/dL. Penyebab pasti dari sindrom nefrotik sampai saat ini masih belum
diketahui secara pasti, namun akhir-akhir ini dianggap sebagai suatu penyakit
autoimun.
Insidens SN pada anak dalam kepustakaan di Amerika Serikat dan Inggris
adalah 2-4 kasus baru per 100.000 anak per tahun. Di negara berkembang
insidensnya lebih tinggi. Di Indonesia dilaporkan 6 per 100.000 per tahun.
Perbandingan anak laki-laki dan perempuan 2:1.
Etiologi SN dibagi 3 yaitu kongenital, primer/idiopatik (penyebab SN tidak
jelas), dan sekunder mengikuti penyakit sistemik antara lain lupus eritematosus
sistemik (LES), purpura Henoch Schonlein, dan lain lain.
Pasien yang menderita SN untuk pertama kalinya sebagian besar datang ke
rumah sakit dengan gejala edema. Gejala edema tersebut berupa pembengkakan
yang biasanya terdapat pada daerah dengan tekanan jaringan rendah seperti
kelopak mata, dada, perut, ekstremitas, skrotum, dan labia.
Pada anak, sebagian besar (80%) SN idiopatik mempunyai gambaran
patologi anatomi kelainan minimal (SNKM). Gambaran patologi anatomi lainnya
adalah glomerulosklerosis fokal segmental (GSFS) 7-8%, mesangial proliferatif
difus (MPD) 2-5%, glomerulonefritis membranoproliferatif (GNMP) 4-6%, dan
nefropati membranosa (GNM) 1,5%. Pada pengobatan kortikosteroid inisial
sebagian besar SNKM (94%) mengalami remisi total (responsif), sedangkan pada
GSFS 80-85% tidak responsif (resisten steroid).
Pada berbagai penelitian jangka panjang ternyata respons terhadap
pengobatan steroid lebih sering digunakan untuk menentukan prognosis
dibandingkan dengan gambaran patologi anatomi. Oleh karena itu pada saat ini
klasifikasi SN lebih didasarkan pada respons klinik yaitu: Sindrom nefrotik
sensitif steroid (SNSS) dan Sindrom nefrotik resisten steroid (SNRS).
1
SINDROM NEFROTIK KKS ILMU
KESEHATAN ANAK
BAB II
STATUS PASIEN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Nurul Asikin
Umur : 4 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Nama ayah : Mawadi
Nama ibu : Arnita
Alamat : Ds. Madat
Agama : Islam
Pekerjaan ayah : Wiraswasta
Pekerjaan ibu : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Suku : Aceh
Tanggal masuk RS : 29 September 2015
B. ANAMNESA
- Keluhan utama : Bengkak pada muka dan kedua tungkai.
- Telaah : Pasien datang bersama orangtuanya ke poliklinik
anak RSUD DR.Zubir Mahmud dengan keluhan bengkak pada muka
sejak ± 5 hari yang lalu. Ibunya mengatakan bengkak diawali pada
daerah kelopak mata dan muka, lalu beberapa hari kemudian bengkak
juga terjadi pada kedua tungkai/kaki. Pasien tidak mengeluhkan
batuk(-) pilek (-), Demam (-), Mual (-), Muntah (-), BAB (+) dengan
frekunsi 1x/hari dan konsistensi sedikit keras, BAK (+), dengan
frekuensi 2-3x/hari dan berwarna kuning keruh.
2
SINDROM NEFROTIK KKS ILMU
KESEHATAN ANAK
C. STATUS PRESENT
Sensorium : Compos mentis (E4 M6 V5)
RR : 28 x/i
HR : 90 x/i
Temperatur : 36,9 0 C
BB : 19 kg
TB : 104 cm
Status Gizi :
- CDC : BB saat ini x 100% = 19 x 100% = 111,75% ( Overweight)
BB ideal 17
- WHO :
BB/U : > -2SD s/d 2SD (Gizi Baik)
TB/U : -2SD s/d 2SD (Normal)
BB/TB : >-2SD s/d 2SD (Gizi Baik)
3
SINDROM NEFROTIK KKS ILMU
KESEHATAN ANAK
D. PEMERIKSAAN FISIK
Kepala : Lingkar Kepala = 50 cm dengan usia 4 tahun
Normocephali
Rambut : warna hitam, ikal, mudah dicabut dan tipis.
4
SINDROM NEFROTIK KKS ILMU
KESEHATAN ANAK
Thorax
Paru
Inspeksi : - Bentuk dada normal dan simetris
- Pectus excavatum (-)
- Pectus carinatum (-)
- Retraksi dinding dada (-)
- Retraksi suprasternal (-).
Palpasi : - Nyeri tekan (-)
- Stem Fremitus ka=ki
- Krepitasi subkutis (-)
Perkusi : Sonor seluruh lapang paru (+/+)
Auskultasi : - Vesikuler (+/+)
- Rhonkhi (-/-)
- Wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : - Ictus cordis tidak teraba (-)
- Thrill (-)
Perkusi : - Batas Atas : ICS II parasternal kiri
- Batas Kanan : ICS IV parasternal kanan
- Batas Kiri : ICS IV midclavicula kiri
Auskultasi : - M1 > M2
- A1 > A2
- P2 > P1
5
SINDROM NEFROTIK KKS ILMU
KESEHATAN ANAK
Abdomen
Inspeksi : - Bentuk simetris
- sikatrik (-)
- vena colateral (-)
Palpasi : - Soepel (+)
- nyeri tekan (-)
- defence muscular (-)
- Organomegali (-)
- Masa intraabdominal (-)
Perkusi : - Thympani (+)
- asites (-)
Auskultasi : Peristaltik (+)
Ekstremitas
Superior : - Bentuk kuku (DBN)
- Ukuran jari-jari (DBN)
- Jari-jari tremor (-)
- Sianosis (-)
- Clubbing finger (-)
- Oedem (-)
- Ikterik (-)
6
SINDROM NEFROTIK KKS ILMU
KESEHATAN ANAK
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Pemeriksaan darah rutin : tidak dilakukan
- Pemeriksaan kimia klinik : tidak dilakukan
- Pemeriksaan imunoserologi : tidak dilakukan
- Pemeriksaan Urin Rutin : tanggal 29/09/2015
o Makroskopis
Warna : Kuning
Kejernihan : Keruh
BJ : 1,05
pH : 6,0
Protein : (+++) / Positif tiga
Bilirubin : (-)
Glukosa : (-)
Urobilinogen : 0,2 Eu/dl
Keton : (-)
Nitrit : (-)
Leukosit Estarase : (-)
Blood : (-)
o Mikroskopis
Eritrosit : 1-2
Leukosit : Penuh / LPB
Ephitel Cell : 6 – 8 / LPB
Cristal : (-)
Cylinder : (-)
Bacteria : (-)
7
SINDROM NEFROTIK KKS ILMU
KESEHATAN ANAK
F. DIAGNOSA BANDING
- Sindrom Nefrotik Relaps
- Glomerulonefritis Akut (GNA)
- Infeksi Saluran Kemih (ISK)
G. DIAGNOSA KERJA
- Sindrom Nefrotik Relaps
H. PENATALAKSANAAN
- Non medikamentosa : - Istirahat sampai edema tinggal sedikit.
- Batasi asupan natrium sampai 1 - 2 gram / hari
- Diet protein 1,5 - 20 gram/hari
8
SINDROM NEFROTIK KKS ILMU
KESEHATAN ANAK
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
9
SINDROM NEFROTIK KKS ILMU
KESEHATAN ANAK
Uretra adalah saluran kecil yang dapat mengembang, berjalan dari vesika
urinaria sampai ke luar tubuh; panjang pada perempuan sekitar 1 ½ inci (4 cm)
dan pada laki-laki sekitar 8 inci (20 cm). Muara uretra keluar tubuh disebut
meatus urinarius.1
10
SINDROM NEFROTIK KKS ILMU
KESEHATAN ANAK
11
SINDROM NEFROTIK KKS ILMU
KESEHATAN ANAK
12
SINDROM NEFROTIK KKS ILMU
KESEHATAN ANAK
Korpuskulus Ginjal
Korpuskulus ginjal terdiri dari kapsula Bowman dan rumbai kapiler
glomerulus. Istilah glomerulus seringkali digunakan juga untuk menyatakan
korpuskulus ginjal, walaupun glomerulus lebih sesuai untuk menyatakan rumbai
kapiler.2
Kapsula Bowman merupakan invaginasi dari tubulus proksimal. Terdapat
ruang yang mengandung urine antara rumbai kapiler dan kapsula Bowman disebut
ruang Bowman atau ruang kapsular.2
Kapsula Bowman dilapisi oleh sel-sel epitel. Sel epitel parietalis berbentuk
gepeng dan membentuk bagian terluar dari kapsula; sel epitel viseralis jauh lebih
besar dan membentuk bagian dalam kapsula dan juga melapisi bagian luar dari
rumbai kapiler. Sel viseralis membentuk tonjolan-tonjolan atau kaki-kaki yang
disebut podosit, yang bersinggungan dengan membrana basalis pada jarak-jarak
tertentu.2
Setiap sel podosit melekat pada permukaan luar kapiler glomerulus melalui
beberapa prosesus primer panjang yang mengandung prosesus kaki atau pedikel
(“kaki kecil”). Pedikel berinterdigitasi (saling mengunci) dengan prosesus yang
sama dari podosit tetangga. Ruang sempit antar pedikel-pedikel yang
berinterdigitasi disebut filtration slits (pori-pori dari celah) yang lebarnya sekitar
25 nm atau 400 Å. Setiap pori dilapisi selapis membran tipis yang memungkinkan
aliran beberapa molekul dan menahan aliran molekul lainnya.2
13
SINDROM NEFROTIK KKS ILMU
KESEHATAN ANAK
14
SINDROM NEFROTIK KKS ILMU
KESEHATAN ANAK
15
SINDROM NEFROTIK KKS ILMU
KESEHATAN ANAK
Batasan
Remisi. : proteinuria negatif atau trace (proteinuria < 4 mg/m2 LPB/jam) 3 hari
berturut-turut dalam 1 minggu.
Relaps. : proteinuria ≥ 2+ (proteinuria >40 mg/m2 LPB/jam) 3 hari berturut-
turut dalam 1 minggu.
Relaps jarang. : relaps kurang dari 2 x dalam 6 bulan pertama setelah respons
awal atau kurang dari 4 x per tahun pengamatan.
Relaps sering. (frequent relaps): relaps ≥ 2 x dalam 6 bulan pertama setelah
respons awal atau ≥ 4 x dalam periode 1 tahun.
Dependen steroid. : relaps 2 x berurutan pada saat dosis steroid diturunkan
(alternating) atau dalam 14 hari setelah pengobatan dihentikan.
Resisten steroid. : tidak terjadi remisi pada pengobatan prednison dosis penuh
(full dose) 2 mg/kgbb/hari selama 4 minggu.
Sensitif steroid. : remisi terjadi pada pemberian prednison dosis penuh selama
4 minggu.3
16
SINDROM NEFROTIK KKS ILMU
KESEHATAN ANAK
berupa edema, asites, biasanya tampak pada waktu lahir atau dalam minggu
pertama. Pada pemeriksaan laboratorium dijumpai hipoproteinemia,
proteinuria massif dan hipercolestrolemia. Gejala klinik yang lain berupa
kelainan kongenital pada muka seperti hidung kecil, jarak kedua mata lebar,
telinga letaknya lebih rendah dari normal. Prognosis jelek dan dapat
meninggal karena infeksi sekunder atau kegagalan ginjal. Salah satu cara
untuk menemukan kemungkinan kelainan ini secara dini adalah pemeriksaan
kadar ɑ fetoprotein cairan amnion yang biasanya meninggi.
b) Sindrom nefrotik primer/idiopatik.
Penyebab sindrom ini belum diketahui. Keberhasilan mengandalikan nefrosis
dengan obat-obat imunosupresif memberi kesan bahwa penyakit ini diperantari
oleh mekanisme immunologis, tetapi bukti adanya mekanisme jejas
immunologis yang klasik belum ada.3,4
c) Sindrom nefrotik sekunder
Memiliki beberapa penyakit yang mendasari, yaitu:
Sistemik:
Penyakit kolagen seperti Systemic Lupus Erythematosus, scholein-
Henoch Syndrome
Penyakit Pendarahan: Hemolitik Uremik Syndrome
Penyakit Keganasan: Hodgkin’s disease, Leukemia
Infeksi: Malaria, Schistosomiasis mansoni, lues, subacute bacterial
endocarditis, cytomegalic inclusion disease.
Metabolik: Diabetes Mellitus, amyloidosis.
Obat-obatan/allergen: Trimethadion, paramethadion, probenecid, tepung
sari, gigitan ular/serangga, vaksin polio, obat pereda nyeri yang
menyerupai aspirin, senyawa emas, heroin intravena, penisilamin, racun
pohon ivy, racun pohon EK, dan cahaya matahari.3,4
17
SINDROM NEFROTIK KKS ILMU
KESEHATAN ANAK
18
SINDROM NEFROTIK KKS ILMU
KESEHATAN ANAK
gambar 5: anak perempuan berumur 12 tahun pengidap sindrom nefrotik. sebelum dan
sesudah gejala klinis.
19
SINDROM NEFROTIK KKS ILMU
KESEHATAN ANAK
1. Urinalisis dan bila perlu biakan urin bila didapatkan gejala klinis yang
mengarah kepada infeksi saluran kemih. Urinalisis adalah tes awal diagnosis
sindromk nefrotik. Proteinuria berkisar 3+ atau 4+ pada pembacaan dipstik,
atau melalui tes semikuantitatif dengan asam sulfosalisilat.3+ menandakan
kandungan protein urin sebesar 300 mg/dL atau lebih, yang artinya 3g/dL atau
lebih yang masuk dalam nephrotic range.4,5
2. Protein urin kuantitatif, dapat berupa urin 24 jam atau rasio protein/kreatinin
pada urin pertama pagi hari. Pengukuran protein urin dilakukan melalui timed
collection atau single spot collection. Timed collection dilakukan melalui
pengumpulan urin 24 jam, mulai dari jam 7 pagi hingga waktu yang sama
keesokan harinya. Pada individu sehat, total protein urin ≤ 150 mg. Adanya
proteinuria masif merupakan kriteria diagnosis.2, 8. Single spot collection lebih
mudah dilakukan. Saat rasio protein urin dan kreatinin > 2g/g, ini mengarahkan
pada kadar protein urin per hari sebanyak ≥ 3g.4,5
Pemeriksaan sedimen akan memberikan gambaran oval fat bodies: epitel
sel yang mengandung butir-butir lemak, kadang-kadang dijumpai eritrosit,
leukosit, torak hialin dan torak eritrosit
3. Pemeriksaan darah
Darah tepi lengkap (Hemoglobin, leukosit, hitung jenis, trombosit, hematokrit,
LED).
Pada pemeriksaan kimia darah dijumpai:4,5
o Protein total menurun (N: 6,2-8,1 gm/100ml)
o Albumin menurun (N:4-5,8 gm/100ml)
o α1 globulin normal (N: 0,1-0,3 gm/100ml)
o α2 globulin meninggi (N: 0,4-1 gm/100ml)
o β globulin normal (N: 0,5-0,9 gm/100ml)
20
SINDROM NEFROTIK KKS ILMU
KESEHATAN ANAK
5. Kadar komplemen C3
Bila dicurigai lupus eritematosus sistemik pemeriksaan ditambah dengan
komplemen C4, ANA (anti nuclear antibody), dan anti ds-DNA . Komplemen C3
normal/rendah (N: 80-120 mg/100ml).
6. Biopsi ginjal
Diindikasikan pada anak dengan SN congenital, onset usia> 8 tahun,
resisten steroid, dependen steroid atau frequent relaps, serta terdapat manifestasi
nefritik signifikan.Pada SN dewasa yang tidak diketahui asalnya, biopsy mungkin
diperlukan untuk diagnosis.Penegakan diagnosis patologi penting dilakukan
karena masing-masing tipe memiliki pengobatan dan prognosis yang berbeda.
Penting untuk membedakan minimal-change disease pada dewasa dengan
glomerulosklerosisfokal, karena minimal-change disease memiliki respon yang
lebih baik terhadap steroid.4,5
21
SINDROM NEFROTIK KKS ILMU
KESEHATAN ANAK
22
SINDROM NEFROTIK KKS ILMU
KESEHATAN ANAK
Dietetik
Pemberian diet tinggi protein dianggap merupakan kontraindikasi karena
akan menambah beban glomerulus untuk mengeluarkan sisa metabolisme protein
(hiperfiltrasi) dan menyebabkan sklerosis glomerulus. Bila diberi diet rendah
protein akan terjadi malnutrisi energi protein (MEP) dan menyebabkan hambatan
pertumbuhan anak. Jadi cukup diberikan diet protein normal sesuai dengan RDA
(recommended daily allowances) yaitu 1,5-2 g/kgbb/hari. Diet rendah garam (1-2
g/hari) hanya diperlukan selama anak menderita edema.3,4,5
Diuretik
Restriksi cairan dianjurkan selama ada edema berat. Biasanya diberikan
loop diuretic seperti furosemid 1-3 mg/kgbb/hari, bila perlu dikombinasikan
dengan spironolakton (antagonis aldosteron, diuretik hemat kalium) 2-4
mg/kgbb/hari. Sebelum pemberian diuretik, perlu disingkirkan kemungkinan
hipovolemia. Pada pemakaian diuretik lebih dari 1-2 minggu perlu dilakukan
pemantauan elektrolit kalium dan natrium darah.3,4,5
Bila pemberian diuretik tidak berhasil (edema refrakter), biasanya terjadi
karena hipovolemia atau hipoalbuminemia berat (≤ 1 g/dL), dapat diberikan infus
albumin 20-25% dengan dosis 1 g/kgbb selama 2-4 jam untuk menarik cairan dari
jaringan interstisial dan diakhiri dengan pemberian furosemid intravena 1-2
mg/kgbb. Bila pasien tidak mampu dari segi biaya, dapat diberikan plasma 20
ml/kgbb/hari secara pelan-pelan 10 tetes/menit untuk mencegah terjadinya
komplikasi dekompensasi jantung. Bila diperlukan, suspensi albumin dapat
diberikan selang-sehari untuk memberi kesempatan pergeseran cairan dan mence-
gah overload cairan. Bila asites sedemikian berat sehingga mengganggu
pernapasan dapat dilakukan pungsi asites berulang.3,4,5
23
SINDROM NEFROTIK KKS ILMU
KESEHATAN ANAK
Imunisasi
Pasien SN yang sedang mendapat pengobatan kortikosteroid >2 mg/kgbb/
hari atau total >20 mg/hari, selama lebih dari 14 hari, merupakan pasien
imunokompromais. Pasien SN dalam keadaan ini dan dalam 6 minggu setelah
obat dihentikan hanya boleh diberikan vaksin virus mati, seperti IPV (inactivated
polio vaccine). Setelah penghentian prednison selama 6 minggu dapat diberikan
vaksin virus hidup, seperti polio oral, campak, MMR, varisela. Semua anak
dengan SN sangat dianjurkan untuk mendapat imunisasi terhadap infeksi
pneumokokus dan varisela.3,4,5
24
SINDROM NEFROTIK KKS ILMU
KESEHATAN ANAK
A. Terapi Inisial
Terapi inisial pada anak dengan sindrom nefrotik idiopatik tanpa
kontraindikasi steroid sesuai dengan anjuran ISKDC adalah diberikan prednison
60 mg/m2 LPB/hari atau 2 mg/kgbb/hari (maksimal 80 mg/hari) dalam dosis
terbagi, untuk menginduksi remisi. Dosis prednison dihitung sesuai dengan berat
badan ideal (berat badan terhadap tinggi badan). Prednison dosis penuh (full dose)
inisial diberikan selama 4 minggu. Bila terjadi remisi dalam 4 minggu pertama,
dilanjutkan dengan 4 minggu kedua dengan dosis 40 mg/m2 LPB (2/3 dosis awal)
atau 1,5 mg/kgbb/hari, secara alternating (selang sehari), 1 x sehari setelah makan
pagi. Bila setelah 4 minggu pengobatan steroid dosis penuh, tidak terjadi remisi,
pasien dinyatakan sebagai resisten steroid.3,4,5
B. Pengobatan SN Relaps
Pengobatan SN relaps dapat diberikan prednison dosis penuh sampai remisi
(maksimal 4 minggu) dilanjutkan dengan dosis alternating selama 4 minggu. Pada
pasien SN remisi yang mengalami proteinuria kembali ≥ ++ tetapi tanpa edema,
sebelum pemberian prednison, dicari lebih dahulu pemicunya, biasanya infeksi
saluran nafas atas. Bila terdapat infeksi diberikan antibiotik 5-7 hari, dan bila
kemudian proteinuria menghilang tidak perlu diberikan pengobatan relaps. Bila
sejak awal ditemukan proteinuria ≥ ++ disertai edema, maka diagnosis relaps
dapat ditegakkan, dan prednison mulai diberikan.3,4,5
25
SINDROM NEFROTIK KKS ILMU
KESEHATAN ANAK
2. Levamisol
Levamisol terbukti efektif sebagai steroid sparing agent. Levamisol
diberikan dengan dosis 2,5 mg/kgbb dosis tunggal, selang sehari, selama 4-12
26
SINDROM NEFROTIK KKS ILMU
KESEHATAN ANAK
3. Sitostatika
Obat sitostatika yang paling sering digunakan pada pengobatan SN anak
adalah siklofosfamid (CPA) atau klorambusil.
Siklofosfamid dapat diberikan peroral dengan dosis 2-3 mg/kgbb/hari dalam
dosis tunggal, maupun secara intravena atau puls. CPA puls diberikan dengan
dosis 500 – 750 mg/m2 LPB, yang dilarutkan dalam 250 ml larutan NaCL 0,9%,
diberikan selama 2 jam. CPA puls diberikan sebanyak 7 dosis, dengan interval 1
bulan (total durasi pemberian CPA puls adalah 6 bulan). Efek samping CPA
adalah mual, muntah, depresi sumsum tulang, alopesia, sistitis hemoragik,
azospermia, dan dalam jangka panjang dapat menyebabkan keganasan. Oleh
karena itu perlu pemantauan pemeriksaan darah tepi yaitu kadar hemoglobin,
leukosit, trombosit, setiap 1-2 x seminggu. Bila jumlah leukosit <3000/uL,
hemoglobin <8 g/dL, hitung trombosit <100.000/uL, obat dihentikan sementara
dan diteruskan kembali setelah leukosit >5.000/uL, hemoglobin >8 g/dL,
trombosit >100.000/uL.3,4,5
Efek toksisitas CPA pada gonad dan keganasan terjadi bila dosis total
kumulatif mencapai ≥200-300 mg/kgbb. Pemberian CPA oral selama 3 bulan
mempunyai dosis total 180 mg/kgbb, dan dosis ini aman bagi anak.4
Klorambusil diberikan dengan dosis 0,2 – 0,3 mg/kg bb/hari selama 8
minggu. Pengobatan klorambusil pada SNSS sangat terbatas karena efek toksik
berupa kejang dan infeksi.3,4,5
4. Siklosporin (CyA)
Pada SN idiopatik yang tidak responsif dengan pengobatan steroid atau
sitostatik dianjurkan untuk pemberian siklosporin dengan dosis 4-5 mg/kgbb/hari
(100-150 mg/m2 LPB). Dosis tersebut dapat mempertahankan kadar siklosporin
darah berkisar antara 150-250 ng/mL. Pada SN relaps sering atau dependen
steroid, CyA dapat menimbulkan dan mempertahankan remisi, sehingga
pemberian steroid dapat dikurangi atau dihentikan, tetapi bila CyA dihentikan,
27
SINDROM NEFROTIK KKS ILMU
KESEHATAN ANAK
28
SINDROM NEFROTIK KKS ILMU
KESEHATAN ANAK
1. Siklofosfamid (CPA)
Pemberian CPA oral pada SN resisten steroid dilaporkan dapat
menimbulkan remisi. Pada SN resisten steroid yang mengalami remisi dengan
pemberian CPA, bila terjadi relaps dapat dicoba pemberian prednison lagi karena
SN yang resisten steroid dapat menjadi sensitif kembali. Namun bila pada
pemberian steroid dosis penuh tidak terjadi remisi (terjadi resisten steroid) atau
menjadi dependen steroid kembali, dapat diberikan siklosporin.3,4,5
2. Siklosporin (CyA)
Pada SN resisten steroid, CyA dilaporkan dapat menimbulkan remisi total
sebanyak 20% pada 60 pasien dan remisi parsial pada 13%.
Efek samping CyA adalah hipertensi, hiperkalemia, hipertrikosis, hipertrofi
gingiva, dan juga bersifat nefrotoksik yaitu menimbulkan lesi tubulointerstisial.
Oleh karena itu pada pemakaian CyA perlu pemantauan terhadap:
a) Kadar CyA dalam darah: dipertahankan antara 150-250 nanogram/mL
b) Kadar kreatinin darah berkala.
29
SINDROM NEFROTIK KKS ILMU
KESEHATAN ANAK
3. Metilprednisolon puls
Mendoza dkk. (1990) melaporkan pengobatan SNRS dengan metil
prednisolon puls selama 82 minggu + prednison oral dan siklofosfamid atau
klorambusil 8-12 minggu. Metilprednisolon dosis 30 mg/kgbb (maksimum 1000
mg) dilarutkan dalam 50-100 mL glukosa 5%, diberikan dalam 2-4 jam.3,4,5
30
SINDROM NEFROTIK KKS ILMU
KESEHATAN ANAK
31
SINDROM NEFROTIK KKS ILMU
KESEHATAN ANAK
32
SINDROM NEFROTIK KKS ILMU
KESEHATAN ANAK
Sebagian besar anak dengan nefrosis yang berespons terhadap steroid akan
mengalami kekambuhan berkali-kali sampai penyakitnya menyembuh sendiri
secara spontan menjelang usia akhir dekade kedua. Yang penting adalah
menunjukkan pada keluarganya bahwa anak tersebut tidak akan menderita sisa
disfungsi ginjal, bahwa penyakitnya biasanya tidak herediter, dan bahwa anak
akan tetap fertil (bila tidak ada terapi siklofosfamid atau klorambusi). Untuk
memperkecil efek psikologis nefrosis, perlu ditekankan bahwa selama masa
remisi anak tersebut normal serta tidak perlu pembatasan diet dan aktivitas. Pada
anak yang sedang berada dalam masa remisi pemeriksaan protein urin biasanya
tidak diperlukan.6,7
Prognosis jangka panjang SNKM (Sindrom Nefrotik Kelainan Minimal)
selama pengamatan 20 tahun menunjukkan hanya 4-5% menjadi gagal ginjal
terminal, sedangkan pada GSFS (Glomerulosklerosis Fokal Segmental) 25%
menjadi gagal ginjal terminal dalam 5 tahun dan pada sebagian besar lainnya
disertai penurunan fungsi ginjal. Pada berbagai penelitian jangka panjang ternyata
respons terhadap pengobatan steroid lebih sering dipakai suntuk menentukan
prognosis dibandingkan dengan gambaran patologi anatomi.6,7
33
SINDROM NEFROTIK KKS ILMU
KESEHATAN ANAK
BAB IV
KESIMPULAN
34
SINDROM NEFROTIK KKS ILMU
KESEHATAN ANAK
DAFTAR PUSTAKA
5. David Hull & Derek. 2011. Dasar – Dasar Pediatri, Edisi 3. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC
35