Jambu kristal merupakan salah satu buah yang disukai masyarakat karena
tekstur daging buahnya yang renyah dan berbiji sedikit. Jawa Barat sebagai
penghasil buah-buahan terbesar di Indonesia diharapkan mampu mengembangkan
serta meningkatkan produksi buah dalam negeri terutama jambu kristal. Penelitian
ini menggunakan empat parameter dalam menentukan kesesuaian agroklimat
yaitu curah hujan, suhu udara, ketinggian, dan tekstur tanah. Penelitian ini
mengambil studi kasus di Provinsi Jawa Barat dengan tujuan untuk menganalisis
dan memetakan kesesuaian agroklimat tanaman jambu kristal di Provinsi Jawa
Barat. Luas wilayah potensial di Provinsi Jawa Barat yang bisa dimanfaatkan
sebagai usaha pengembangan tanaman jambu kristal yaitu seluas 189,200 ha atau
sekitar 5.1% dari luas Provinsi Jawa Barat. Produktivitas jambu biji tertinggi
terdapat di Kabupaten Cianjur yaitu sebesar 75.1 ton/ha namun, rekomendasi
wilayah potensial terluas untuk pengembangan terdapat di Kabupaten Bogor yaitu
seluas 29,400 ha atau 0.8% dari luas Provinsi Jawa Barat, terhampar pada
ketinggian 50─700 m dpl dengan jenis tanah dominan berupa latosol, dan
produktivitas sebesar 59.3 ton/ha. Kabupaten Sukabumi seluas 29,300 ha atau
0.8% dari luas provinsi, terhampar pada ketinggian 50─720 m dpl dengan jenis
tanah dominan berupa latosol, dan produktivitas sebesar 48.8 ton/ha.
Crystal guava is one of the fruits are appreciated by the public because of
the texture of the crunchy and seedless. West Java as the largest producer of fruits
in Indonesia is expected to develop and increase fruit production in the country,
especially crystal guava. This research uses four parameters in determining the
suitability of agro-climate such as rainfall, air temperature, altitude, and soil
texture. This research was take place in West Java Province to analyze suitability
of agro-climate for crystal guajava plant and then build a map of it in West Java
Province. The potential area of West Java that can be utilized as crystal guava
crop development efforts is 189,200 ha or approximately 3.2% of West Java
Province area. Guava's highest productivity found in Cianjur is amounting 75.1
tons/ha, however, the largest potential area for recommendation development
contained in Bogor district is 29,400 ha or 0.8% of West Java province area with
productivity is about 59.3 tons/ha, situated at an altitude of 50─700 m above sea
level with the dominant latosol soil type. Sukabumi district which covering an
area of 29,300 ha or 0.8% of the province with productivity 48.8 tons/ha, situated
at an altitude of 50─720 m above sea level with the dominant latosol soil type.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Geofisika dan Meteorologi
Disetujui oleh
Diketahui oleh
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT
atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil
diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan
April 2015 ini ialah kesesuaian agroklimat, dengan judul Potensi Pengembangan
Tanaman Jambu Kristal (Psidium guajava L) Berdasarkan Aspek Agroklimat di
Jawa Barat.
Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Papa dan Mama, Mba Cici, Mas Denni, Bulek Fit, serta seluruh keluarga atas
segala doa, kasih sayang, nasihat, motivasi, dan dukungan moril maupun
materiil.
2. Prof. Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, MS dan Bapak Yon Sugiarto, S.Si, M.Sc
selaku dosen pembimbing skripsi yang senantiasa memberikan bimbingan,
ilmu yang bermanfaat serta motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan
penelitian dan penulisan skripsi ini.
3. Seluruh staf/pegawai Departemen Geofisika dan Meteorologi atas bantuannya
selama ini.
4. Staf Balai Besar Sumberdaya Lahan Pertanian (BBSDPL) Cimanggu yang
telah memberikan bantuan berupa Peta dan data jenis tanah wilayah Jawa
Barat.
5. Sahabat terdekat Frida, Gesti, Kak Himma, Lina, Ojan, Via, Fitri, Anna, Ita,
Nita Cina yang senantiasa menemani dan mendukung penulis selama masa
perkuliahan maupun masa penelitian dan penulisan skripsi ini.
6. Teman-teman satu bimbingan skripsi (Aviya, Ririn, Indri) dan teman-teman
Lab Agrometeorologi.
7. Kak Aulya, bang Ryan, kak Murni, Mba Anis, Mas Gigih, Fakhrul, Pradit,
Rizki, Adit yang telah berbagi ilmunya dan membantu penulis dalam
melakukan penelitian ini.
8. Teman-teman OMDA IKAMUSI 48 (Ikatan Keluarga Mahasiswa Bumi
Sriwijaya) yang senantiasa memberikan canda, tawa, dan dukungan.
9. Sahabat TMGSA (Maya, Gustin, Caca, Cathy, Nurul, Riris) yang selalu
support dan selalu kangen kumpul. Really miss you guys!!
10. Teman-teman GFM angkatan 48, Kakak-kakak GFM angkatan 47, adik-adik
GFM angkatan 49 dan 50 serta seluruh pihak yang telah membantu penulis
dalam penelitian yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis yakin bahwa karya ilmiah ini masih memiliki kekurangan sehingga
sangat membutuhkan kritik dan saran. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat dalam
perkembangan ilmu pengetahuan. Amin. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL iii
DAFTAR GAMBAR iv
DAFTAR LAMPIRAN v
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
TINJAUAN PUSTAKA 2
Sejarah Jambu Biji (Psidium guajava L.) 2
Sejarah jambu biji kristal 3
Botani Tanaman Jambu Biji 5
Botani tanaman jambu kristal 5
Persyaratan Tumbuh Tanaman Jambu Biji 6
Syarat tumbuh tanaman jambu kristal 6
Iklim 6
Tanah 7
Teknik Budidaya Tanaman Jambu Biji Kristal 7
Pemilihan dan pengolahan lahan 7
Penanaman 7
Pemangkasan 8
Pemupukan 8
Buah dan pembungkusan 9
Panen 9
Hama dan Penyakit 9
Sistem Informasi Geografis 10
METODE 10
Waktu dan Tempat Penelitian 10
Bahan 10
Alat 10
Prosedur Penelitian 11
Klasifikasi kesesuaian setiap parameter 11
Tumpang susun (overlay) parameter 13
Tumpang susun (overlay) peta hasil dari tahap 2 14
HASIL DAN PEMBAHASAN 15
Gambaran Umum Wilayah Jawa Barat 15
Letak dan luas 15
Iklim 17
Tanah 17
Penutupan lahan 18
Identifikasi Kesesuaian Iklim 18
Identifikasi kesesuaian curah hujan 19
Identifikasi kesesuaian suhu udara 19
Identifikasi Kesesuaian Tanah 21
Identifikasi kesesuaian ketinggian 21
Identifikasi kesesuaian tekstur tanah 22
Identifikasi Kesesuaian Agroklimat 24
Potensi Lahan Pengembangan Tanaman Jambu Kristal 26
Kualitas Buah Jambu Biji Kristal di Kabupaten Bogor 30
SIMPULAN DAN SARAN 32
Simpulan 32
Saran 32
DAFTAR PUSTAKA 33
LAMPIRAN 35
RIWAYAT HIDUP 38
DAFTAR TABEL
Tabel 3 Perhitungan hasil overlay parameter curah hujan dengan suhu udara 13
Tabel 7 Luas wilayah Jawa Barat pada tiap kabupaten berdasarkan peta
administrasi 16
DAFTAR GAMBAR
Gambar 5 Pola curah hujan rata-rata periode 1950-2000 Provinsi Jawa Barat 17
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 5 Produktivitas jambu biji tahun 2012 ̶ 2013 Provinsi Jawa Barat 37
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman jambu biji bukan merupakan tanaman asli Indonesia. Tanaman ini
pertama kali ditemukan di Brazilia, Amerika Tengah oleh Nikolai Ivanovich
Vavilov saat melakukan ekspedisi ke beberapa negara di Asia, Afrika, Eropa,
Amerika Selatan, dan Uni Soviet antara tahun 1887-1942. Jambu biji memiliki
nama latin Psidium guajava. Psidium dari bahasa Yunani Kuno yang artinya
delima, sementara guajava diadaptasi dari bahasa Spanyol yaitu Guabaya yang
merupakan sebutan orang Spanyol untuk pohon jambu biji (Morton 1987).
Jambu biji pertama kali didomestikasi di daerah Peru. Ini dibuktikan adanya
jambu biji yang ditemukan bersama biji jagung, kacang-kacangan, labu dan
tanaman lainnya. Penjelajah berkebangsaan Eropa kemudian membawa buah itu
ke Afrika, Asia, India, dan wilayah tropis Pasifik (Morton 1987). Seiring dengan
berjalannya waktu, jambu biji menyebar di beberapa negara seperti Thailand,
Taiwan, Indonesia, Jepang, Malaysia dan Australia. Jambu biji menjadi tanaman
yang dikomersialkan (Parimin 2005). Jambu biji ini sering disebut juga: Jambu
batu, Jambu biji, Jambu kluthuk (Jawa), giawas (Papua); guava (Inggris); Jambu
Batu, Jambu Biji (Melayu); Bayabas, Guayabas, Kalimbahin (Pilipina); Fan shi
3
liu gan (Cina); Pichi’ (Mexico) (Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten
Majalengka 2012).
Diperkirakan terdapat sekitar 150 spesies Psidium yang menyebar ke daerah
tropis dan berhawa sejuk. Di Indonesia, Pulau Jawa merupakan sentra penanaman
buah jambu terbesar antara lain di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah
DI Yogyakarta, dan Jawa Timur. Sentra produksi yang lain adalah Sumatera dan
Kalimantan. Pada tahun-tahun terakhir ini jambu biji telah berkembang dan
kemudian muncul jambu Bangkok yang dibudidayakan di Kota Kleri, Kabupaten
Karawang, Jawa Barat (Hodijah 2013).
Beberapa varietas jambu biji yang digemari orang dan dibudidayakan
diantaranya:
1) Jambu sukun
Kata "sukun" berarti "tidak berbiji". Jambu varietas unggul ini memang
tidak memiliki biji; kalaupun ada hanya 2-3 biji. Daging buahnya putih
kekuningan dengan rasa manis agak asam. Teksturnya agak keras, renyah, dan
beraroma wangi. Bentuk buahnya mirip apel, dengan ukuran panjang antara 4-5
cm. Kulit buahnya bila matang berwarna hijau keputihan.
2) Jambu bangkok
Jambu bangkok merupakan sebutan untuk jambu biji dengan buah yang
besar. Beberapa memang diperkenalkan dari Thailand. Salah satunya adalah
'jambu sari'. Bentuk buahnya bulat sempurna dengan garis tengah sekitar 10 cm.
Ukuran buah mentahnya lebih besar daripada ketika matang.
3) Jambu pasar minggu
Jambu pasar minggu memiliki dua varian: berdaging buah putih dan merah.
Jambu yang berdaging putih, dikenal sebagai jambu 'susu putih', lebih digemari
karena rasanya manis, daging buahnya agak tebal, dan teksturnya lembut,
sedangkan yang berdaging buah merah kurang disukai karena buahnya cepat
membusuk dan rasanya kurang manis.
4) Jambu biji getas merah
Jambu biji getas merah adalah varian jambu biji yang berdaging hijau
sampai kekuning kuningan dan berisi merah muda, berasal dari Pageruyung,
Kendal. Jambu ini berbeda dengan jambu pasar minggu, jambu ini bentuknya
agak melonjong dan rasanya kurang manis.
5) Jambu australia
Jambu biji australia diperkenalkan dari Australia. Kekhasannya adalah
daunnya berwarna merah keunguan. Walaupun buahnya dapat dimakan, biasanya
orang menanam di pekarangan lebih sebagai tanaman hias. Buahnya manis bila
sudah masak, tetapi tawar bila belum matang (Dinas Pertanian dan Perikanan
Kabupaten Majalengka 2012).
6) Jambu biji kristal
Diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1998 oleh Misi Teknik Taiwan.
Jambu kristal sebetulnya tidak benar-benar tanpa biji, jumlah bijinya kurang dari
3% bagian buah, sepintas jambu kristal hampir tidak berbiji.
sentra hortikultura. Di negeri Formosa, jambu kristal dikenal dengan nama shui-
jing ba (shui-jing=kristal) (Wang 2011).
Pertama kali diperkenalkan di Taiwan, pasar merespon positif lantaran
jambu Kristal tergolong unik, dikarenakan berbiji sedikit, bagian buah yang dapat
dimakan banyak, dan berdaging renyah. Namun jambu ini berpeluang berbiji
banyak, sebab jambu Kristal varietas hasil mutasi, bukan generasi hibrida F1
(hasil silangan). Untuk mengurangi resiko berubah kembali, maka pekebun harus
memastikan keaslian bibit. Beberapa lokasi penanaman jambu biji di Taiwan,
pekebun lebih suka menanam jambu mutiara yang juga berbiji sedikit tetapi lebih
banyak dari kristal. Keunggulan jambu mutiara bentuk lebih seragam, membulat
oval. Namun, karena langkanya petani yang menanam kristal dan
produktivitasnya juga lebih rendah daripada mutiara, harga jambu kristal di
Taiwan meningkat.
Jambu kristal masuk ke Indonesia melalui Misi Teknik Taiwan pada tahun
1998. Misi Teknik Taiwan merupakan misi teknik pertanian yang dikirim
pemerintah Taiwan di bawah program International Cooperation and
Development Fund (ICDF) sebagai salah satu bentuk diplomasi Indonesia dengan
Taiwan.
Misi Teknik Taiwan pertama kali mengembangkan jambu kristal di
Mojokerto, Jawa Timur, bekerja sama dengan Dinas Pertanian Kabupaten
Mojokerto. Pada 2006, populasi mencapai 1500 tanaman dari perbanyakan bibit
cangkokan. Sebanyak 1000 pohon dibagikan ke beberapa kelompok tani di sekitar
Mojokerto, salah satunya Mutiara Tani Taiwan. Hasilnya ternyata memuaskan
karena jambu ini sangat adaptif. Desa Tumapel pada ketinggian 58 m dpl jambu
kristal dapat tumbuh dengan baik. Hal yang sama pun terjadi di Pacet, Mojokerto
jambu kristal dapat tumbuh dengan baik walaupun berada di ketinggian 800 m dpl
(Trubus 2014). Hanya saja di dataran tinggi pematangan buah lebih lama. Pada
dataran rendah pematangan buah hanya 2.5─3 bulan setelah bunga mekar,
sedangkan di dataran tinggi bisa sampai 4-5 bulan. Kerjasama ini tidak
berlangsung lama dan berakhir pada tahun 2008 dikarenakan keterbatasan
pendistribusian buah jambu kristal di dalam wilayah Mojokerto maupun luar
Mojokerto yang menyebabkan pemasaran pun tidak berkembang dengan pesat,
hal ini dikarenakan masyarakatnya yang kurang antusias terhadap jambu kristal.
Selain itu, serangan hama seperti kutu putih dan lalat buah telah mengancam
kebun peninggalan Misi Teknik Taiwan tersebut (Fitriana 2015).
Selepas dari Mojokerto, Misi Teknik Taiwan menjalin kerjasama dengan
Institut Pertanian Bogor. Pada 1998, proyek percobaan penanaman dibuka di
Bogor, Jawa Barat yang saat ini menjadi kebun tanaman buah dan sayuran ICDF.
Namun, informasi hasil wawancara dengan Ibu Fitriana sebagai staf Kantor ICDF
mengatakan bahwa perkebunan tanaman hortikultura ini telah menjadi milik IPB
sepenuhnya sejak tahun 2014 lalu. Sejak diperkenalkan di Bogor, popularitas dan
produksi jambu kristal terus meningkat. Menurut anggota staf pengajar
Departemen Agronomi dab Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor, sekaligus konsultan Misi Teknik Taiwan, Dr Ir Anas Dinurrohman Susila
MSi, budidaya jambu kristal terus meluas sejak 2007.
5
Gambar 1 Jambu kristal (Psidium guajava L.) (Pusat Penyuluhan Pertanian 2014)
Kedudukan tanaman jambu kristal dalam sistematika tumbuhan
diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
2) Sub kingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
3) Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
4) Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
5) Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
6) Sub Kelas: Rosidae
7) Ordo: Myrtales
8) Famili : Mirtaceae
9) Genus : Psidium
10) Spesies : guajava L.
Jambu kristal memiliki kandungan biji kurang dari 3% dari bagian buah,
daging buahnya renyah, sepintas jambu kristal hampir tidak berbiji. Permukaan
buah ada tonjolan tidak merata. Bobot buah 250─500 gram per buah. Warna kulit
luar hijau muda, sedangkan daging buahnya putih. Tekstur daging buah renyah
saat hampir matang dan empuk saat puncak kematangan. Buah ini memiliki kadar
kemanisan pada kisaran 11─12o brik, serta mengandung banyak air. Pada
penyimpanan jangka panjang, jambu kristal bisa tahan simpan dengan busa jaring
dan penutup plastik hingga 1 bulan pada suhu 5─7oC (Wang 2011).
6
Jambu kristal mulai berbuah umur 7 bulan asal bibit cangkok dan mampu
memproduksi 5─7 buah per pohon dengan bobot 300 gram per buah. Pada umur 2
tahun, sekali berbuah jumlahnya 15─30 buah per pohon dengan produksi
mencapai 70─80 kg per pohon selama 6 bulan. Tanaman ini berbuah sepanjang
tahun. Panen raya dapat dilakukan 2 kali dalam 1 tahun yakni Desember-Maret
dan Juni-September. Namun, itu bukan patokan karena petani dapat mengatur
sendiri panen raya dengan mengatur pemangkasan. Perawatan intensif
menghasilkan umur ekonomis 10─20 tahun.
Menurut Chiu Wen Chi, ahli jambu kristal dari Misi Teknik Taiwan, sebuah
kerjasama diplomasi Indonesia dan Taiwan, jambu biji ini dikatakan kristal karena
warna daging buahnya yang bening keputihan dan secara kasat mata bentuk buah
yang berlekuk-lekuk tidak bulat rata sempurna menyerupai bentuk kristal (Wang
2011).
Jambu biji merupakan tanaman tropis dan dapat tumbuh di daerah sub tropis
dengan intensitas curah hujan yang sesuai antara 1000─2000 mm per tahun dan
merata sepanjang tahun. Dapat tumbuh berkembang dan berbuah optimal pada
suhu sekitar 22─28 oC di siang hari. Jambu biji dapat tumbuh pada semua jenis
tanah. Kondisi media perakaran yang disukai jambu biji adalah subur dan gembur
serta banyak mengandung N dan bahan organik. Tekstur tanah yang ideal adalah
liat dan sedikit pasir. Jambu biji dapat beradaptasi pada selang pH yang lebar
yaitu 4.5 sampai 8.2. Jambu biji menyebar dan tumbuh subur di daerah tropis
dengan ketinggian tempat antara 5─1200 m di atas permukaan laut (Tim
Biofarmaka IPB 2006).
Iklim
Jambu biji kristal termasuk tanaman yang dapat tumbuh baik pada iklim
hangat (tropis). Curah hujan yang dinginkan untuk penanaman jambu biji kristal
sekitar 1.000 hingga 3800 mm per tahun. Sedangkan suhu berada pada kisaran 15
hingga 34 oC dan kelembaban udara antara 70 hingga 90%. Apabila udara
mempunyai kelembaban yang rendah, berarti udara kering karena miskin uap air.
Kondisi demikian cocok untuk pertumbuhan tanaman jambu biji kristal.
Ketinggian tempat yang cocok untuk penanaman jambu biji kristal adalah 50
hingga 1000 m dpl. Penanaman jambu biji kristal di ketinggian lebih dari 1000 m
7
dpl tidak disarankan. Semakin tinggi ketinggian tempat, suhu semakin rendah dan
awan cenderung makin rapat. Kondisi tersebut menyebabkan pertumbuhan
tanaman menjadi lambat, bunga banyak yang gagal berkembang karena
pertumbuhan bunga tidak menentu, produksi buah otomatis berkurang (Wang
2011).
Unsur iklim lain yang memberikan peranan dalam kehidupan tanaman
jambu biji kristal adalah penyinaran matahari. Jambu kristal memerlukan sinar
matahari penuh untuk fotosintesis terutama pada saat pembentukan buah. Artinya,
lokasi penanaman yang tepat adalah lahan terbuka dengan penyinaran matahari
sepanjang hari. Kekurangan sinar matahari dapat menyebabkan penurunan hasil.
Pada budidaya jambu biji kristal, angin berperan dalam penyerbukan, namun
angin yang kencang dapat menyebabkan kerontokan bunga. Waktu yang ideal
tanaman jambu kristal berbunga adalah pada saat bulan Juli-September (musim
kemarau), sedangkan bulan November-Februari (musim penghujan) merupakan
waktu ideal tanaman ini untuk menghasilkan buah (Hodijah 2013).
Tanah
Jambu kristal dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah bahkan tanah yang
bertekstur sedikit keras asalkan tanah bagian atas (top soil) cukup gembur untuk
meloloskan perakaran agar kuat mencengkeram tanah. Misalnya, jenis tanah
grumusol yang memiliki kandungan bahan organik cukup tinggi dan mampu
memegang air. Jambu di kawasan itu akan cepat tumbuh subur dan mampu
menghasilkan buah berkualitas baik. Namun, akan lebih baik jika bagian tanah
yang dapat mencengkeram air berada hingga kedalaman 0.5─1 m, hal ini
dikarenakan perakaran menyebar pada kedalaman tersebut. Selain itu, lubang
tanam dibuat cukup luas dengan tujuan agar akar tanaman muda dapat
berkembang secara leluasa.
Daya adaptasi pohon juga cukup luas mulai dari pH tanah 4.5─8.2. Bila
kurang dari pH tersebut (tanah yang terlalu masam) maka dapat diatasi dengan
menambahkan kapur pertanian terlebih dahulu. Akan tetapi, idealnya penanaman
dilakukan pada pH tanah 6.5─7.5. Saat musim hujan usahakan air tidak
menggenangi lahan, bila perlu setiap pohon dibumbun. Tujuan ini diharapkan
perakaran mampu berkembang dengan baik. Jika mendapati kondisi lahan yang
tidak sesuai, misalnya kandungan bahan organik tanah sedikit, beberapa perlakuan
dapat dilakukan seperti menambahkan bahan organik berupa pupuk kandang lebih
banyak pada lubang tanam. Tanah yang mengandung bahan organik tinggi
biasanya lebih gembur, sedikit basah (mudah memegang air), dan tidak pecah-
pecah (Mariati 2013).
Penanaman
a. Jarak tanam antar baris kira-kira 3─4 meter, sedangkan jarak tanam antar pohon
8
Pemangkasan
a. Pemangkasan dilakukan agar batang dan daun tumbuh merata, tidak saling
bertumpukan dan semua daun bisa berasimilasi. Usahakan tinggi pohon
maksimal 2 meter agar mempermudah pada tahap pembungkusan buah.
b. Jambu kristal dapat berbuah dalam 1 tahun tetapi untuk menjaga pertumbuhan,
maka pada tahun pertama pohon tidak boleh berbuah.
c. Pilih 3─4 cabang yang baik untuk dijadikan batang utama. Batang yang akan
dijadikan batang utama dijaga agar jangan sampai berbuah supaya bentuknya
tidak bengkok. Tinggi batang utama sebaiknya 40─50 centimeter dan semua
cabang harus terpisah.
d. Meninggikan percabangan pada lokasi yang mudah teergenang air, karena jika
batang terlalu rendah dan buah tersentuh tanah akan mudah terserang penyakit.
Jika batang utama terbentuk, pangkaslah supaya bisa tumbuh cabang sekunder
(sub cabang), pangkas cabang yang terlalu panjang, terlalu padat, terlalu kering,
berpenyakit, serta dekat dengan tanah. Hal tersebut dilakukan agar dasar dari
pohon terbentuk bagus, sehingga mudah dalam perawatan.
Pemupukan
a. Pada tanaman umur 0─1 tahun, bibit diberikan pada setiap pohon dengan
campuran 40 kilogram pupuk kandang, 50 kilogram TSP, 100 gram Urea dan
20 gram ZK dengan cara ditaburkan di sekeliling pohon atau dengan jalan
menggali di sekeliling pohon sedalam 30 centimeter dan lebar antara 40─50
centimeter.
b. Pada tanaman umur 1─3 tahun, pemupukan dilakukan dengan NPK 250
gram/pohon, dan TSP 250 gram/pohon, dan seterusnya cara seperti ini
dilakukan setiap 3 bulan sekali dengan TSP dan NPK dengan takaran yang
sama.
c. Pada tanaman umur 3 tahun ke atas, kalau pertumbuhan tanaman kurang
sempurna, terutama terlihat pada pertumbuhan tunas hasil pemangkasan
ranting, berarti selain TSP dan NPK dengan ukuran yang sama tanaman
memerlukan pupuk kandang sebanyak 2 kaleng minyak per pohon.
Pemupukan dilakukan dengan membuat torakan yang mengelilingi tanaman
persis di bawah ujung tajuk dengan kedalaman sekitar 30─40 cm, kemudian
pupuk segera ditaburkan dalam torakan tersebut dan ditutup kembali dengan
bekas galian terdahulu. Bila hujan turun terlalu lebat diusahakan agar sekeliling
tanaman tidak tegenang air dengan cara membuat lubang saluran untuk
mengalirkan air. Sebaliknya pada musim kemarau tanah kelihatan merekah maka
diperlukan penyiraman dengan menggunakan pompa air 3 PK untuk lahan seluas
9
kurang lebih 3000 m2 dan dilakukan sehari sekali tiap sore hari (Hodijah 2013).
Panen
Panen sebaiknya dilakukan dipagi hari, dan hindari panen sore hari. Hal ini
dilakukan karena pada pagi hari dapat melihat dengan jelas warna buah. Apabila
matahari terlalu panas, maka dapat mempengaruhi penilaian warna buah. Buah
yang dipetik jangan sampai terbentur, terluka, tertindih atau langsung kena sinar
matahari (Sumantri 2010 dalam Putri 2014).
Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi produktivitas dan kualitas
buah. Panen yang dihasilkan dari suatu kebun dengan kebun lainnya dapat
berbeda. Bahkan hasil panen yang berasal dari pohon yang sama pun berbeda-
beda kualitasnya. Perbedaan itu dimungkinkan karena berbedanya kemampuan
tiap tanaman menyerap pupuk, kesalahan dalam pemeliharaan tanaman,
penanganan pascapanen, serta pengaruh kondisi lingkungan (Hodijah 2013).
Pengaruh hama dan penyakit terhadap jumlah produksi tanaman jambu biji
kristal cukup besar. Tanaman jambu biji kristal cukup peka terhadap serangan
hama dan penyakit. Jenis-jenis hama dan penyakit yang mengganggu tanaman
jambu biji kristal diantaranya, yaitu:
1. Hama
a. Lalat buah (Dacus dorsalis)
b. Kutu putih (Pseudococcuscitriculus)
c. Kalong dan bajing, keberadaan hama ini dipengaruhi faktor lingkungan
baik lingkungan biotik maupun abiotik. Yang termasuk faktor biotik
seperti persediaan makanan.
d. Ulat (Actronis sp)
10
METODE
Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2015 hingga bulan Mei 2016 di
Laboratorium Agrometeorologi, Departemen Geofisika dan Meteorologi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
Bahan
1. Data curah hujan dan suhu rata-rata bulanan wilayah Jawa Barat Periode
1950-2000 dari Global Climate Data (ESRI grids) dengan resolusi spasial ~ 1
km2 yang dapat diperoleh dari website: http://worldclim.org
2. Peta dan data jenis tanah wilayah Jawa Barat yang diperoleh dari Balai Besar
Sumberdaya Lahan Pertanian (BBSDLP)
3. Peta dan data tata guna lahan wilayah Jawa Barat tahun 2010 yang didapatkan
dari Badan Informasi Geospasial (BIG)
4. Data Digital Elevation Model (DEM) wilayah Jawa Barat yang dapat
diperoleh dari website: http://asterweb.jpl.nasa.gov/gdem.asp dan
http://glovis.usgs.gov/
Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Laptop dengan software
ArcMap GIS 10.1, Microsoft Excel dan Microsoft Word 2007.
11
Prosedur Penelitian
Data tekstur tanah didapat dari analisis fisik beberapa jenis tanah di Jawa
Barat seperti ditunjukkan pada tabel 2.
Jenis Tanah
No. Jenis Tanah Tekstur
Pasir Debu Liat
1 Alluvial 0.7 22.4 76.7 Liat
2 Andosol 30.2 40.4 29.4 Lempung berliat
3 Glei 36.1 44.4 19.1 Lempung
4 Grumusol 1.9 18.2 79.9 Liat
5 Latosol 9.6 55.6 34.4 Lempung liat berdebu
6 Podsolik Merah 10 49.3 40.7 Liat berdebu
Kuning
7 Regosol 79.8 11.6 8.6 Liat berpasir
Sumber: Naskah Peta Tanah Eksplorasi Jawa dan Madura, LPT 1969
Tabel 3 Perhitungan hasil overlay parameter curah hujan dengan suhu udara
Suhu (0.15)
Parameter (Bobot) S1 S2 S3 N
(4 X 0.15) (3 X 0.15) (2 X 0.15) (1 X 0.15)
= 0.6 = 0.45 = 0.30 = 0.15
S1 (4 X 0.35)=1.4 2 1.85 1.7 1.55
CH S2 (3 X 0.35)=1.05 1.65 1.5 1.35 1.2
(0.35) S3 (2 X 0.35)=0.7 1.3 1.15 1 0.85
N (1 X 0.35) =0.35 0.95 0.8 0.65 0.5
14
Kelas
IKLIM TANAH AGROKLIMAT
Kesesuaian
S1 2 2 4
S2 1.5 ≤ X < 2 1.5 ≤ X < 2 3≤X<4
S3 1 ≤ X < 1.5 1 ≤ X < 1.5 2≤X<3
N 0.5 ≤ X < 1 0.5 ≤ X < 1 1≤X<2
Kelas Nilai
Semak/belukar Baik
Tutupan Kebun campuran, ladang/tegalan, perkebunan, Sedang
lahan dan sawah
Lain-lain (pemukiman dsb) Buruk
15
Tabel 7 Luas wilayah Jawa Barat pada tiap kabupaten berdasarkan peta
administrasi
lahan tersebut memiliki potensi kesesuaian lahan yang sesuai dan dapat
dikonversi menjadi area perkebunan jambu biji, maka lahan tersebut dapat
dijadikan daerah untuk pengembangan tanaman jambu biji kristal dan memiliki
potensi menjadi daerah sentra jambu biji kristal di Jawa Barat.
Iklim
Provinsi Jawa Barat memiliki curah hujan rata-rata tahunan sekitar 1,239 ─
4,234 mm (data worldclim 1950-2000). Hal ini menunjukkan bahwa penyebaran
curah hujan di Jawa Barat cukup beragam, mulai dari wilayah yang memiliki
curah hujan rendah seperti di Kabupaten Bekasi, Karawang, Subang, dan
Indramayu hingga wilayah dengan curah hujan tinggi seperti di Kabupaten Bogor,
Sukabumi, Kota Bogor, dan Kota Sukabumi. Hasil pengolahan data curah hujan
rata-rata bulanan selama periode 1950-2000 memperlihatkan grafik berpola
monsunal (gambar 3).
Tanah
Karakteristik lahan yang akan dikaji dalam penelitian adalah tekstur tanah,
dan ketinggian. Tekstur tanah yang terdapat di wilayah Jawa Barat cukup
beragam, namun tekstur tanah yang digunakan untuk menentukan kesesuaian
lahan dalam penelitian ini hanya lima jenis tekstur tanah yaitu liat, lempung
18
berliat, lempung liat berdebu, liat berdebu, dan liat berpasir. Selain itu, ketinggian
tempat juga cukup beragam, mulai dari 0 m dpl hingga >1000 m dpl.
Penutupan lahan
Tata guna lahan di wilayah Jawa Barat tahun 2010 yang didapat dari Badan
Informasi Geospasial (BIG) meliputi hutan primer, hutan sekunder, kawasan dan
zona industri, kebun campuran, ladang/tegalan, perkebunan, rawa, sawah,
semak/belukar, sungai/danau/waduk, tambak/empang, dan terbangun.
biji kristal. Karakteristik iklim yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari
parameter curah hujan dan suhu udara.
Luas (Ha)
Kabupaten/Kota
S1 S2 S3 N
Kab. Bandung 77,600 33,700 65,400 1,300
Kab. Bandung Barat 104,200 3,700 25,700 -
Kab. Bekasi - 126,600 - -
Kab. Bogor 108,500 116,200 73,800 700
Kab. Ciamis 147,000 40,100 87,000 -
Kab. Cianjur 233,300 18,000 107,100 1,400
Kab. Cirebon 7,900 99,100 200 -
Kab. Garut 175,900 79,600 51,200 2,900
Kab. Indramayu 300 209,300 - -
Kab. Karawang 8,500 182,900 100 -
Kab. Kuningan 79,600 26,700 11,500 1,100
Kab. Majalengka 51,400 73,300 8,400 1,300
Kab. Purwakarta 53,700 36,400 4,100 -
Kab. Subang 60,600 142,800 13,600 -
Kab. Sukabumi 278,900 42,300 93,300 1,700
Kab. Sumedang 103,600 49,200 3,200 -
Kab. Tasikmalaya 215,300 10,800 44,300 -
Kota Bandung 16,800 - - -
Kota Banjar 500 9,700 3,000 -
Kota Bekasi - 21,700 - -
Kota Bogor 3,500 6,700 1,000 -
Kota Cimahi 4,100 - - -
Kota Cirebon - 4,000 - -
Kota Depok - 15,900 4,100 -
Kota Sukabumi 4,900 - - -
Kota Tasikmalaya 18,500 100 - -
Total 3,711,000
21
Penyebaran iklim yang cocok untuk tanaman jambu kristal di Jawa Barat
cukup beragam karena mewakili masing-masing kelas kesesuaian iklim meliputi
kesesuaian iklim S1 (sangat sesuai), S2 (cukup sesuai), S3 (sesuai marjinal), dan
N (tidak sesuai), namun kesesuaian iklim yang paling dominan adalah kesesuaian
iklim S1 dan S2 seperti yang terlihat pada Gambar 6.
dpl tidak disarankan. Semakin tinggi ketinggian tempat, suhu semakin rendah dan
awan cenderung makin rapat. Kondisi tersebut menyebabkan pertumbuhan
tanaman menjadi lambat, bunga banyak yang gagal berkembang karena
pertumbuhan bunga tidak menentu, produksi buah otomatis berkurang, selain itu
buah yang dihasilkan memiliki ukuran yang kecil-kecil (Wang 2011).
Sebaran wilayah kesesuaian jambu kristal berdasarkan faktor ketinggian
dapat dilihat pada lampiran 3. Berdasarkan peta tersebut maka dapat diketahui
bahwa ketinggian di Provinsi Jawa Barat yang sesuai untuk ditanami jambu kristal
cukup luas bahkan hampir di seluruh bagian wilayah sesuai untuk ditanami jambu
kristal. Ketinggian dibawah 50 m dpl dan diatas 1000 m dpl yang diberi simbol
warna jingga merupakan wilayah yang tidak sesuai untuk ditanami jambu kristal
seperti di sebagian besar Kabupaten Bandung, Garut dan sebagian wilayah utara
Provinsi Jawa Barat.
Luas (Ha)
Kabupaten/Kota
S1 S2 S3 N
Kab. Bandung - 47,800 100,700 29,500
Kab. Bandung Barat 12,000 55,100 56,300 10,200
Kab. Bekasi 10,400 3,100 107,900 5,200
Kab. Bogor 156,900 79,000 56,700 6,600
Kab. Ciamis 107,200 71,600 65,500 29,800
Kab. Cianjur 96,700 122,300 100,500 40,300
Kab. Cirebon 21,800 4,100 72,400 8,900
Kab. Garut 8,800 132,700 90,100 78,000
Kab. Indramayu 8,100 11,000 147,300 43,200
Kab. Karawang 31,800 4,100 154,200 1,400
Kab. Kuningan 42,000 55,000 12,700 9,200
Kab. Majalengka 33,800 40,100 45,700 14,800
Kab. Purwakarta 65,100 18,700 9,500 900
Kab. Subang 76,300 19,800 102,000 18,900
Kab. Sukabumi 142,600 125,200 78,700 69,700
Kab. Sumedang 81,300 32,300 40,900 1,500
Kab. Tasikmalaya 78,400 143,100 36,100 12,800
Kota Bandung - 14,200 2,600 -
Kota Banjar 1,800 3,400 4,300 3,700
Kota Bekasi 4,300 - 16,800 600
Kota Bogor 11,000 200 - -
Kota Cimahi - 3,500 600 -
Kota Cirebon 400 - 3,600 -
Kota Depok 19,500 - 300 200
Kota Sukabumi 1,800 3,100 - -
Kota Tasikmalaya 5,100 13,500 - -
Total 3,711,000
24
Gambar 7 Peta kesesuaian tanah tanaman jambu kristal di Provinsi Jawa Barat
Berdasarkan peta kesesuaian tanah pada Gambar 7, menunjukkan bahwa
penyebaran tanah di Jawa Barat yang cocok ditanami jambu kristal cukup
beragam jika dilihat dari faktor tanahnya karena mewakili setiap kelas kesesuaian
yaitu meliputi kesesuaian S1 dan S2 dengan total area seluas 1,017,100 ha dan
1,002,900 ha atau masing-masing sekitar 27% dari luas provinsi. Kesesuaian S3
dengan total area seluas 1,305,400 ha atau sekitar 35% dari luas provinsi, serta
kesesuaian kelas N seluas 385,600 ha atau sekitar 10% dari luas wilayah Jawa
Barat.
Iklim dan tanah merupakan faktor utama bagi pertumbuhan jambu kristal,
sehingga kedua faktor ini perlu dipertimbangkan dalam penentuan wilayah
pengembangan tanaman jambu kristal. Wilayah dengan kondisi tanah sangat
sesuai namun tidak sesuai dengan kondisi iklimnya, dapat dikatakan bahwa belum
tentu tanaman jambu kristal di wilayah tersebut mampu berproduksi secara
optimal.
25
Luas (Ha)
Kabupaten/Kota
S1 S2 S3 N
Kab. Bandung - 400 7,300 100
Kab. Bandung Barat 1,800 1,400 3,000 -
Kab. Bekasi - - - -
Kab. Bogor 9,300 20,100 4,500 600
Kab. Ciamis 3,300 5,400 4,900 -
Kab. Cianjur 12,400 14,300 8,900 -
Kab. Cirebon 100 1,200 300 -
Kab. Garut 14,000 14,300 14,700 -
Kab. Indramayu - - 400 -
Kab. Karawang - 200 200 -
Kab. Kuningan 1,600 4,200 2,000 -
Kab. Majalengka 3,100 6,200 5,600 -
Kab. Purwakarta 900 300 100 -
Kab. Subang - - - -
Kab. Sukabumi 12,800 16,500 9,800 600
Kab. Sumedang 17,300 2,900 11,400 -
Kab. Tasikmalaya 17,100 5,600 10,300 500
Kota Bandung - - 100 -
Kota Banjar - 200 300 -
Kota Bekasi - - 500 -
Kota Bogor - - - -
Kota Cimahi - 100 200 -
Kota Cirebon - - 500 -
Kota Depok - 600 - -
Kota Sukabumi - - 100 -
Kota Tasikmalaya 1,600 - - -
Total 3,711,000
26
Luas (Ha)
Kabupaten/Kota
Baik Kurang Tidak ada
Kab. Bandung 400 103,600 59,900
Kab. Bandung Barat 3,200 76,500 46,100
Kab. Bekasi - 77,800 48,800
Kab. Bogor 29,400 123,900 153,000
Kab. Ciamis 8,700 189,800 67,500
Kab. Cianjur 26,700 195,700 133,300
Kab. Cirebon 1,300 69,400 36,000
Kab. Garut 28,300 153,500 103,800
Kab. Indramayu - 117,300 91,700
Kab. Karawang 200 102,600 88,300
Kab. Kuningan 5,800 57,300 55,600
Kab. Majalengka 9,300 81,300 40,900
Kab. Purwakarta 1,200 39,600 53,600
Kab. Subang - 131,400 85,600
Kab. Sukabumi 29,300 229,300 157,600
Kab. Sumedang 20,200 57,200 78,600
Kab. Tasikmalaya 22,700 138,100 109,600
Kota Bandung - 3,300 13,300
Kota Banjar 200 8,900 4,000
Kota Bekasi - 3,600 17,500
Kota Bogor - 3,400 7,700
Kota Cimahi 100 1,500 2,500
Kota Cirebon - 1,400 2,100
Kota Depok 600 5,900 13,300
Kota Sukabumi - 2,700 2,100
Kota Tasikmalaya 1,600 12,700 4,700
Total 189,200 1,987,700 1,477,200
mensuplai bibit maupun buah, serta mengembangkan tanaman jambu kristal yang
tersebar di 17 provinsi dan 42 kabupaten di Indonesia.
Rasa manis buah dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor genetik dan
faktor lingkungan. Ada beberapa faktor lingkungan yang mempengaruhi tingkat
kemanisan buah diantaranya:
1. Keadaan media tanam. Tanah yang subur dengan pH netral dan kandungan
organik yang tinggi dapat meningkatkan kemanisan buah. Unsur kalium (K)
adalah unsur hara yang mempengaruhi kemanisan buah. Unsur ini dapat
diperoleh dari pupuk organik dan anorganik.
2. Curah hujan. Curah hujan yang tinggi dapat menurunkan tingkat kemanisan
buah. Sedangkan curah hujan yang rendah dapat menurunkan kandungan air,
sehingga buah menjadi lebih manis. Pada saat pembuahan, intensitas
penyiraman dikurangi pada 1-2 minggu sebelum buah dipanen. Jumlah air
yang terbatas dapat meningkatkan konsentrasi gula hasil fotosintesis,
sehingga buah menjadi lebih padat dan manis. Pengurangan air jangan
dilakukan saat buah masih muda karena dapat mengecilkan ukuran buah.
3. Intensitas matahari. Intensitas matahari yang tinggi membuat proses
fotosintesis berjalan optimal sehingga buah lebih manis. Biasanya, intensitas
matahari di dataran tinggi lebih tinggi dibandingkan di dataran rendah.
Namun, panjang hari atau waktu penyinaran di dataran rendah lebih lama.
Oleh karena itu, buah yang ditanam di dataran rendah berasa lebih manis.
4. Pembungkusan buah. Pembungkusan dapat meningkatkan kualitas buah, yang
dilakukan sebulan sebelum panen atau setelah buah dijarangkan. Jangan
membungkus buah saat buah masih kecil karena pembungkus menghalangi
masuknya sinar matahari dalam proses fotosintesis. Pembungkusan buah juga
dapat mencegah serangan hama dan penyakit (Fitriana 2015).
Menurut Lai Yi Rong (Misi Teknik Taiwan di Indonesia) hindari
pembungkusan buah ketika buah masih terlalu kecil karena dapat menyebabkan
buah rontok. Jika buah terlalu besar, maka hama dan lalat buah akan menyerang
terlebih dulu. Menurut ahli hama dan penyakit buah dari Pusat Kajian
Hortikultura Tropika (PKHT) IPB, Kusuma Darma menyatakan bahwa jika tanpa
pembungkusan serangan lalat buah bisa merusak buah hingga 80%,
pembungkusan dapat mengurangi serangan menjadi 5-10%. Ancaman lain untuk
wilayah tropis yang dapat mengurangi produksi hingga 20% pada musim hujan
dan meningkat hingga 40% saat kemarau. Buah siap panen rata-rata 2─2.5 bulan
sejak bunga mekar. Wilayah Bogor umumnya panen raya dilakukan sekitar
Januari-Februari dan Juni-Juli. Pada umur itu tingkat kematangan buah mencapai
80%, serta rasa buah sudah manis dan teksturnya renyah (Pratidina 2015).
Upaya meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman jambu biji kristal
serta kualitas buah jambu biji kristal dapat dilakukan dengan perbanyakan
tanaman secara vegetatif dan pemangkasan. Tanaman jambu biji kristal umumnya
diperoleh dari perbanyakan vegetatif cangkok (Air layerage) dan sambung
(Grafting). Menurut Hossain et al. (2006) pemangkasan mengurangi pertumbuhan
vegetatif, meningkatkan penerimaan cahaya matahari, memperbaiki kualitas buah
khususnya ukuran buah dan warna buah, serta mempercepat pematangan buah.
31
Simpulan
Saran
Penelitian ini hanya mengkaji faktor iklim dan tanah saja, perlu juga
diperhatikan faktor-faktor lain seperti nilai ekonomi pembukaan lahan, budaya,
politik, dan kebijakan pemerintah dalam pengembangan tanaman jambu kristal di
Provinsi Jawa Barat. Data iklim yang digunakan untuk pewilayahan, sebaiknya
menggunakan data primer dan dapat ditambah dengan parameter iklim dan tanah
lainnya seperti kelembaban udara, kelerengan, serta kedalaman tanah. Hal ini
bertujuan agar mendapatkan hasil yang lebih akurat. Penelitian mengenai
pewilayahan kesesuaian tanaman jambu kristal masih bisa dilanjutkan ke daerah-
daerah potensial terutama dalam lingkup yang lebih kecil lagi di Provinsi Jawa
Barat.
33
DAFTAR PUSTAKA
Alvane SH. 2009. Evaluasi kesesuaian lahan tanaman jambu biji (Psidium
guajava L.) di Kabupaten Bogor dengan menggunakan sistem informasi
geografis [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
[Deptan] Direktorat Jenderal Hortikultura. 2013. Jambu Kristal Primadona
Taiwan. Jakarta: Ditjen Hortikultura.
[Deptan] Dinas Pertanian dan Kehutanan. 2014. Data Petani Jambu Kristal
Kabupaten Bogor. Bogor: Bagian Hortikultura.
Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Majalengka.2012. Jambu Biji (Psidium
guajava L.) [Internet]. [diunduh 2015 Feb 18]. Tersedia pada:
http://distan.majalengkakab.go.id/utama. html.
Djaenudin D, Marwan H, Subagyo H,Mulyani A, Suharta N 2003. Kriteria
Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Pertanian. Bogor: Pusat Penelitian
Tanah dan Agroklimat. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Fitria L. 2016. Kajian pertumbuhan, produksi dan kualitas jambu biji (Psidium
guajava L.) var. kristal pada asal bibit dan pemangkasan yang berbeda
[Tesis] Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Fitriana FN. 2015. International Cooperation and Development Fund (ICDF).
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Hodijah S. 2013. Jambu Kristal Icon Bogor [Internet]. [diunduh 2015 Feb 3].
Tersedia pada: http://epetani.pertanian.go.id/budidaya/jambu-kristal-icon-
bogor-7781.
Hossain ABMS, Mizutani F, Onguso JM, El-Shereif AR, Rutto KL. 2006. Effect
of summer pruning on shoot growth and fruit quality in peach trees trained
as slender spindle bush type. Mem Fac Agr Ehime Univ. 51:9-13.
[Kementerian Pertanian RI] Direktorat Jenderal Hortikultura.2014. Pusat Data dan
Informasi Pertanian. Jakarta: Ditjen Hortikultura.
Mariati T. 2013. Budidaya Jambu Biji Kristal (Mengenal Jambu Biji Kristal).
Kementerian Pertanian, Pusat Penyuluhan Pertanian, Badan Penyuluhan
dan Pengembangan SDM Pertanian.
Morton JF. 1987. Fruit of Warm Climates. Florida Flair Books, Miami.
Notohadinegoro T. 2006. Faktor Tanah dalam Pengembangan Hortikultura. UGM
press, Yogyakarta.
Parimin SP. 2005. Jambu Biji Budidaya dan Ragam Pemanfaatannya. Penebar
Swadaya. Bogor. pp: 11–15.
Pratidina R, Syamsun M, Wijaya NH. 2015. Analisis pengendalian mutu jambu
kristal dengan metode six sigma di ADC IPB-ICDF Taiwan Bogor. J
Manajemen dan Organisasi. VI(1):1-18.
Sabrina PA. 2014. Perbandingan Analisis Kelayakan Usaha Jambu Kristal
(Psidium guajava L) Petani Mandiri dengan Petani Binaan ICDF
Kabupaten Bogor. [Skripsi] Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Siregar FBS. 2010. Analisis pendapatan usaha tani jambu biji Desa Cimanggis
Kecamatan Bojong Gede Kabupaten Bogor [Skripsi] Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Subardja DS, Ritung S, Sukarman, Suryani E, Subandiono RE. 2014. Petunjuk
Teknis Klasifikasi Tanah Nasional. Balai Besar Penelitian dan
34
LAMPIRAN
Lampiran 1 Peta kesesuaian curah hujan tanaman jambu kristal di Provinsi Jawa
Barat
Lampiran 2 Peta kesesuaian suhu udara tanaman jambu kristal di Provinsi Jawa
Barat
36
Lampiran 4 Peta kesesuaian tekstur tanah tanaman jambu kristal di Provinsi Jawa
Barat
37
Lampiran 5 Produktivitas jambu biji tahun 2012 ̶ 2013 Provinsi Jawa Barat
Produksi (Ton) Rata- Luas Panen (Ha) Rata- Produktivitas
Kabupaten/Kota
2012 2013 rata 2012 2013 rata (Ton/Ha)
Kab. Bandung 2.621 3.143 2.882 54,0 207,0 130,5 22,1
Kab. Bandung Barat 3.666 1.535 2.601 41,3 87,8 64,5 40,3
Kab. Bekasi 3.338 647 1.992 25,1 67,9 46,5 42,8
Kab. Bogor 5.272 12.907 9.090 69,1 237,6 153,3 59,3
Kab. Ciamis 1.338 1.451 1.394 24,0 60,3 42,1 33,1
Kab. Cianjur 6.444 5.156 5.800 39,4 115,1 77,3 75,1
Kab. Cirebon 13.392 8.570 10.981 77,6 228,5 153,1 71,7
Kab. Garut 3.031 3.595 3.313 45,5 140,7 93,1 35,6
Kab. Indramayu 1.385 1.520 1.452 20,1 87,8 54,0 26,9
Kab. Karawang 1.833 1.932 1.883 26,1 73,6 49,8 37,8
Kab. Kuningan 2.848 2.432 2.640 55,6 125,8 90,7 29,1
Kab. Majalengka 3.800 3.013 3.406 31,6 111,0 71,3 47,8
Kab. Purwakarta 997 1.119 1.058 13,9 46,4 30,1 35,1
Kab. Subang 1.348 397 872 24,7 27,9 26,3 33,1
Kab. Sukabumi 1.856 2.079 1.968 20,6 60,8 40,7 48,4
Kab. Sumedang 1.079 914 997 22,1 60,4 41,2 24,2
Kab. Tasikmalaya 2.025 1.741 1.883 38,5 95,1 66,8 28,2
Kota Bandung 2.621 3.143 2.882 54,0 207,0 130,5 22,1
Kota Banjar 36 102 69 0,7 3,6 2,2 32,0
Kota Bekasi 548 484 516 5,5 19,1 12,3 41,9
Kota Bogor 1.679 2.110 1.895 24,8 95,0 59,9 31,7
Kota Cimahi 145 118 132 2,2 3,3 2,8 47,8
Kota Cirebon 52 20 36 1,8 1,9 1,8 19,6
Kota Depok 1.880 1.222 1.551 12,9 31,2 22,0 70,4
Kota Sukabumi 23 15 19 0,3 0,5 0,4 43,6
Kota Tasikmalaya 79 57 68 2,8 4,1 3,4 19,8
Sumber: Kementerian Pertanian Republik Indonesia (2014)
Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat (2014)
38
RIWAYAT HIDUP